Undesensus Testis
Oleh
Kadek Surya Karma
(2020-84-061)
Pembimbing
dr. ElAchmad Tuahuns, Sp.B.,FINACS
AMBON
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Undescended testis (UDT) atau biasa disebut kriptorkismus adalah satu atau
kedua testis tidak berada di dalam kantung skrotum, tetapi masih berada di salah satu
tempat sepanjang jalur desensus normal.1,2,5,6. Kriptorkismus berasal dari
kata cryptos (Yunani) yang berarti tersembunyi dan orchis yang dalam bahasa latin
disebut testis. Sekitar 3-5% bayi baru lahir yang cukup bulan mengalami undesensus
testis. Insiden meningkat pada bayi yang lahir prematur dan bayi berat lahir rendah.
Prevalensi menurun menjadi 0,8 % pada umur 1 tahun dan bertahan pada kisaran angka
tersebut pada usia dewasa.1,2
Beberapa faktor penyebabnya antara lain kelainan gubernakulum, kelainan
intrinsik testis, kelainan endokrin, atau kelainan bawaan lainnya. Diagnosis dan terapi
dini diperlukan pada kasus ini mengingat terjadinya peningkatan risiko infertilitas,
keganasan, torsio testis, jejas testis pada trauma pubis, dan stigma psikologis akibat
skrotum yang 'kosong'. Esensi terapi rasional yang dianut saat ini adalah memperkecil
terjadinya risiko komplikasi tersebut dengan melakukan reposisi testis kedalam skrotum
baik dengan menggunakan terapi hormonal ataupun dengan cara pembedahan
(orchidopexy)dan detorsi testis bila terjadi komplikasi torsio testis.3
BAB II
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. Juendri G.P.
Umur : 19 Tahun
Jenis Kelamin : Pria
Alamat : OSM
Tgl. MRS : 16 November 2020
Pengantar : Ny. Hayanti
No. RM :-
Agama : Kristen
2. ANAMNESIS
2.1. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan Utama : Adanya benjolan pada inguinal kanan
Anamnesis:
Pasien dibawa ke rumah sakit RSU Al-Fatah dengan kesadaran compos mentis
dengan keluhan adanya benjolan pada inguinal kanan.
2.2. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami sakit serupa
3. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sehat sehat saja
Kesadaran : Compos Mentis (E4V5M6)
Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36°C
SpO2 : 98%
Kepala : Normocephal
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), Pupil isokor
THT : Otorhea (-/-), Rhinorea (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax
Pulmo : I = Jejas (-), pengembangan dada simetris
P = Krepitasi (-), fremitus taktil simetris kiri dan kanan
P = Sonor
A= Vesikuler (+/+), Rh (-/-), wheezing (-/-)
COR : Bunyi jantung I.II reguler.
Abdomen
I = Tampak cembung, NTE (-), defans muskular (-)
A = Bising usus (+) normal,
P = Nyeri perut kanan (-), nyeri uluhati (-),
P = Nyeri ketok CVA (-)
Extremitas
Superior = Akral hangat, edema (-/-), jejas (-/-), deformitas (-/-)
Inferior = Akral hangat, edema (-/-), jejas (-/-), deformitas (-/-)
Genitalia : Pada inspeksi tidak ada kelainan, didapatkan tidak adanya testis
sebelah kanan
Status Lokalis
Adanya pembesaran pada lipatan paha sebelah kanan
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Lengkap
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
WBC 6,3 4,00-10,0
LYM 2,3 1,0-5,0
MON 0,5 0,1-1,0
GRA 3,5 2,0-8,0
RBC 4,87 4,00-6,20
HGB 14,7 11,0-17,0
HCT 44,4 35,0-55,0
MCU 91,2 80,0-100,0
MCH 30,2 26,0-34,0
MCHC 33,1 31,0-35,5
RDW 11,5 10,0-16,0
PLT 190 150-400
MPU 7,2 7,0-11,0
PCT 0,137 0,200-0,500
PDW 13,5 10,0-18,0
5. Resume
Seorang laki – laki berumur 19 tahun dibawa ke rumah sakit RSU Al-Fatah
dengan kesadaran compos mentis dengan keluhan adanya benjolan pada
inguinal kanan. Benjolan sudah dirasakan 18 tahun sebelum MRS. Benjolan
dirasakan membesar tetapi sangat lambat. Pasien tidak menyadari apakah terjadi
pembesaran saat beraktifitas atau todak. Pasien tidak merokok ataupun
meminum alkohol. Akan tetapi pasien terkadang berolahraga angkat beban.
Pasien tidak mengeluh adanya Nyeri. Riwayat pasien lahir dengan cukup bulan.
6. DIAGNOSIS
Undesensus testis dextra
DD : Atrofi testis
7. PENATALAKSANAAN
• Terapi
a. Baring kurang lebih selama 24 jam dengan kepala 30°
b. Operasi orchidepexy
c. IVFD Ringer Laktat 20tpm
d. Injeksi Cefixim 1 gr/12 jam
e. Drip pct 1gr/8 jam k.p jika Suhu 38.5°C
f. Injeksi Ketorolac 30mg/8 jam
g. Injeksi ranitidin 50mg/12 jam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. DEFINISI
Undescended testis (UDT) atau biasa disebut kriptorkismus adalah satu atau
kedua testis tidak berada di dalam kantung skrotum, tetapi masih berada di salah satu
tempat sepanjang jalur desensus normal.1,2,5,6. Kriptorkismus berasal dari
kata cryptos (Yunani) yang berarti tersembunyi dan orchis yang dalam bahasa latin
disebut testis. Harus dijelaskan lagi apakah yang dimaksud sebagai kriptorkismus
murni, testis ektopik ataupun pseudo kriptorkismus. Testis yang berlokasi di luar jalur
desensus yang normal disebut sebagai testis ektopik, sedangkan testis yang terletak
tidak di dalam skrotum tetapi dapat didorong masuk ke dalam skrotum dan menaik
lagi bila dilepaskan dinamakan pseudokriptorkismus atau testis retraktil.5,6
3.2. EPIDEMIOLOGI
undensensus testis merupakan kelainan genitalia kongenital tersering pada
anak laki-laki. Pada bayi prematur sekitar 30,3% dan sekitar 3,4% pada bayi cukup
bulan. Bayi dengan berat lahir < 900 gram seluruhnya mengalami undensensus testis,
sedangkandengan berat lahir < 1800 gram sekitar 68,5 % undensensus testis. Dengan
bertambahnyaumur menjadi 1 tahun, insidennya menurun menjadi 0,8 %, angka ini
hampir sama dengan populasi dewasa.5,6
Dua pertiga kasus mengalami undensensus testisunilateral dan sisanya
undensensus testis bilateral.Dengan bertambahnya usia, testis mengalami desensus
secara spontan sekitar 70-77% biasanya pada usia 3 bulan, sehingga pada saat usia 1
tahun angkakejadian UDT turun menjadi 1% dibandingkan saat lahir 3,7%. Setelah
usia 1tahun, testis yang letaknya abnormal jarang dapat mengalami desensus
testissecara spontan.1,2,5,6
3.3. EMBRIOLOGI DAN PROSES PENURUNAN TESTIS
Pada minggu keenam umur kehamilan primordial germ cells mengalami
migrasi dari yolk sac kegenital ridge. Dengan adanya gen SRY ( sex deter mining
region Y) , maka akan berkembang menjadi testis pada minggu ke-7. Testis yang
berisi prekursor sel-sel Sertoli besar (yang kelak menjadi tubulus seminiferous dan
sel-sel Leydig kecil) dengan stimulasi FSH yang dihasilkan pituitary mulai aktif
berfungsi sejak minggu ke-8 kehamilan dengan mengeluarkan MIF(Müller ian
Inhibiting Factor ), yang menyebabkan involusi ipsilateral dari duktus mullerian. MIF
juga meningkatkan reseptor androgen pada membran sel Leydig . Pada minggu ke-10
dan 11 kehamilan, akibat stimulasi chorionic gonadotropinyang dihasilkan plasenta
dan LH dari pituitary sel-sel Leydig akan mensekresitestosteron yang sangat esensial
bagi diferensiasi duktus Wolfian menjadiepididimys, vas deferens, dan vesika
seminalis.5
Faktor yang mempengaruhi penurunan testis adalah :
1) Anti Mullerian Hormon
2) Tekanan intraabdomen
3) Faktor Hormon Androgen
3.4. ETIOLOGI
Mekanisme terjadinya undensensus testisberhubungan dengan banyak faktor
(multifaktorial) yaitu Perbedaaan pertumbuhan relatif tubuh terhadap
funikulusspermatikus atau gubernakulum,peningkatan tekanan abdomen, faktor
hormonal: testosteron, MIS, dan extrinsic estrogen,
Perkembanganepididimis,Perlekatan gubernakular, Genito femoral nerve/calcitonin
gene-related peptide (CGRP), Sekunder pasca-operasi inguinal yang menyebabkan
jaringan ikat.5,6
undensensus testis juga dapat terjadi karena adanya kelainan pada
gubernakulumtestis, kelainan intrinsik testis, atau defisiensi hormon gonadotropin
yangmemacu proses desensus testis. Beberapa penelitian telah
mengidentifikasikelompok bayi baru lahir yang beresiko mengalami undensensus
testisuntuk mencari riwayatalami dan faktor-faktor yang mempengaruhi desensus
setelah lahir. Penelitian inimenemukan bahwa undensensus testissecara signifikan
lebih banyak ditemukan pada bayiprematur, kecil untuk masa kehamilan, berat bayi
baru lahir yang rendah, dankembar.5,6
undensensus testis dapat merupakan kelainan tunggal yang berdiri sendiri (
isolated anomaly), ataupun bersamaan dengan kelainan kromosom, endokrin,
intersex,dan kelainan bawaan lainnya. Bila disertai dengan kelainan bawaan lain
sepertihipospadia kemungkinan lebih tinggi disertai dengan kelainan kromosom
(sekitar 12 ± 25 %).5,9. Terdapat faktor keturunan terjadinya undensensus testis pada
kasus-kasus yang isolated , di samping itu testis sebelah kanan lebih sering
mengalamiundensensus testis.Sekitar 4,0 % anak-anak undensensus testismempunyai
ayah yang undensensus testis, dan ±9,8%mempunyai saudara laki-laki undensensus
testis; atau secara umum terdapat risiko 3,6 kaliterjadi UDT pada laki-laki yang
mempunyai anggota keluarga undensensus testisdibandingdengan populasi umum.5,6
3.5. KLASIFIKASI
Undensensus testis dikelompokkan menjadi 3 tipe:
1. Undensensus testis sesungguhnya ( true undescended : testis mengalami
penurunanparsial melalui jalur yang normal, tetapi terhenti. Dibedakan menjadi
teraba (palpable)dan tidak teraba ( impalpable)
2. Testis ektopik: testis mengalami penurunan di luar jalur penurunan yangnormal.
3. Testis retractile: testis dapat diraba/dibawa ke dasar skrotum tetapi akibat refleks
kremaster yang berlebihan dapat kembali segera ke kanalisinguinalis, bukan
termasuk undensensus testis yang sebenarnya.
Klasifikasi berdasarkan etio patogenesis :
1. Mekanis / anatomik (perleketan-perleketan, kelainan kanalis inguinalis dll)
2. Endokrin / hormonal ( kelainan axis hipotalamus-hipofisis-testis)
3. Disgenetik (kelainan interseks multiple)
4. Herediter/ genetik
Klasifikasi berdasarkan lokasi :
1. Skrotal tinggi (supraskrotal) : 40 %
2. Intrakanalikuler ( inguinal ) : 20 %
3. Intraabdominal (abdominal) : 10%
4. Terobstruksi : 30 %
3.7. DIAGNOSIS
ANAMNESIS 5,10
a. Tentukan apakah testis pernah teraba di skrotum
b. Riwayat operasi daerah inguinal
c. Riwayat prenatal: terapi hormonal pada ibu untukreproduksi, kehamilan
kembar, prematuritas
d. Riwayat keluarga: undensensus testis, hipospadia, infertilitas, intersex,
pubertas prekoks
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan di ruangan yang tenang dan
hangat.Pemeriksaan secara umum harus dilakukan dengan mencari adanya tanda-
tanda sindrom tertentu, dismorfik, hipospadia, atau genitalia ambigua.1,5
Saat pemeriksaan fisik kondisi pasien harus dalam keadaan relaksasi dan
posisi seperti frog-leg atau crosslegged.Pada pasien yang terlalu gemuk, dapat
dilakukan dalam posisi sitting cross-legged atau baseball catcher’s. Tangan
pemeriksa harus dalam keadaan hangat untuk menghindari tertariknya testis ke atas.
undensensus testis dapat diklasifikasi berdasarkan lokasinya menjadi:
1. Skrotum atas
2. Intrakanalikuler (Inguinal)
3. IntraAbdomen
Berbagai teknik operasi pada testis yang tidak terabadapat dilakukan, seperti
berikut (Tabel 2.):
Tabel. 2 Jenis Tindakan Pembedahan pada Kelaianan UDT dan Tingkat
Keberhasilannya
Gambar 6. Orchidopexy
Keterangan gambar:
Orchiopexy digunakan untuk memperbaiki undensensus testis pada anak-anak.
Satu insisi dibuat pada abdomen yang merupakan lokasi undensensus testis dan insisi
lain dibuat pada skrotum (A). Testis dipisahkan dari jaringan sekitarnya (B) dan
dikeluarkan dariinsisi abdomen menempel pada spermatic cord (C). Testis kemudian
dimasukkan turun ke dalam skrotum (D) dan dijahit (E).
Komplikasi Orchidopexy
Beberapa komplikasi yang dapat timbul akibat tindakan pembedahan Orchiopexy
antara lain:5
1.Posisi testis yang tidak baik karena diseksi retroperitoneal yang tidak
komplit (10%kasus)
2. Atrofi testis karena devaskularisasi saat membuka funikulus (5%kasus)
3.Trauma pada vas deferens ( 1±2% kasus)
4.Pasca-operasi torsio
5.Epididimoorkhitis
6.Pembengkakan skrotum
3.10. KOMPLIKASI UDT
Telah lama diketahui bahwa komplikasi utama yang dapat terjadi
padaundensensus testis adalah keganasan testis dan infertilitas akibat degenerasi
testis. Di sampingitu disebut juga terjadinya torsi testis, dan hernia inguinalis.5
A. Resiko Keganasan
Terdapat hubungan yang erat antara undensensus testis dan keganasan testis.
Insidenkeganasan testis sebesar 1-6 pada setiap 500 laki-laki undensensus testis di
Amerika. Risikoterjadinya keganasan testis yang tidak turun pada anak dengan
undensensus testis dilaporkanberkisar 10-20 kali dibandingkan pada anak dengan
testis normal. Makin tinggilokasi undensensus testis makin tinggi risiko
keganasannya, testis abdominal mempunyai risikomenjadi ganas 4x lebih besar
dibanding testis inguinal.
Orchiopexy sendiri tidak akan mengurangi risiko terjadinya keganasan,tetapi
akan lebih mudah melakukan deteksi dini keganasan pada penderita yangtelah
dilakukan orchidopexy .5
B. Infertilitas
Penderita undensensus testis bilateral mengalami penurunan fertilitas yang
lebih beratdibandingkan penderita undensensus testis unilateral, dan apalagi
dibandingkan denganpopulasi normal. Penderita undensensus testis bilateral
mempunyai risiko infertilitas 6x lebihbesar dibandingkan populasi normal (38%
infertil pada undensensus testis bilateraldibandingkan 6% infertil pada populasi
normal), sedangkan pada undensensus testis unilateralberisiko hanya 2x lebih besar.5
Komplikasi infertilitas ini berkaitan dengan terjadinya degenerasi
padaundensensus testis. Biopsi pada anak-anak dan binatang coba undensensus testis
menunjukkan adanyapenurunan volume testis, jumlah germ cells dan spermatogonia
dibandingkandengan testis yang normal. Biopsi testis pada anak dengan undensensus
testis unilateral yangdilakukan sebelum umur 1 tahun menunjukkan gambaran yang
tidak berbedabermakna dengan testis yang normal. 5
Perubahan gambaran histologis yang bermakna mulai tampak setelahumur 1
tahun, semakin memburuk dengan bertambahnya umur. Tidak seperti risiko
keganasan, penurunan testis lebih dini akan mencegah proses degenerasi lebih lanjut.5
BAB IV
DISKUSI
Tn. Juendri G.M. 19 tahun datang ke RSU Al-Fatah dengan kesadaran compos
mentis dengan keluhan adanya benjolan pada inguinal kanan. Benjolan sudah dirasakan
18 tahun sebelum MRS. Benjolan dirasakan membesar tetapi sangat lambat. Pasien
tidak menyadari apakah terjadi pembesaran saat beraktifitas atau todak. Pasien tidak
merokok ataupun meminum alkohol. Akan tetapi pasien terkadang berolahraga angkat
beban. Pasien tidak mengeluh adanya Nyeri. Riwayat pasien lahir dengan cukup bulan.
Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum pasien tampak baik baik saja, kesadaran
compos mentis dengan GCS 15 (E4V5M6), Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi,
80x/mnt, RR 20x/mnt, suhu 36°C, dan SpO2 98%. Untuk pemeriksaan Head to Toe
semua dalam batas normal, kecuali status lokalis pada inguinal kanan ditemukan
benjolan berukuran 2cm, berbatas tegas dan mobile.
Undescended testis (UDT) atau biasa disebut kriptorkismus adalah satu atau
kedua testis tidak berada di dalam kantung skrotum, tetapi masih berada di salah satu
tempat sepanjang jalur desensus normal.1,2,5,6. Kriptorkismus berasal dari
kata cryptos (Yunani) yang berarti tersembunyi dan orchis yang dalam bahasa latin
disebut testis. Sekitar 3-5% bayi baru lahir yang cukup bulan mengalami undesensus
testis. Insiden meningkat pada bayi yang lahir prematur dan bayi berat lahir rendah.
Prevalensi menurun menjadi 0,8 % pada umur 1 tahun dan bertahan pada kisaran angka
tersebut pada usia dewasa
Beberapa faktor penyebabnya antara lain kelainan gubernakulum, kelainan
intrinsik testis, kelainan endokrin, atau kelainan bawaan lainnya. Diagnosis dan terapi
dini diperlukan pada kasus ini mengingat terjadinya peningkatan risiko infertilitas,
keganasan, torsio testis, jejas testis pada trauma pubis, dan stigma psikologis akibat
skrotum yang 'kosong'. Esensi terapi rasional yang dianut saat ini adalah memperkecil
terjadinya risiko komplikasi tersebut dengan melakukan reposisi testis kedalam skrotum
baik dengan menggunakan terapi hormonal ataupun dengan cara pembedahan
(orchidopexy)dan detorsi testis bila terjadi komplikasi torsio testis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Moh. Adjie Pratignyo. 2011. Bedah Saluran Cerna Anak. Edisi 1. SAP Publish
Indonesia: Tangerang
2. Sjamjuhidayat & Wim de Jong. 2014. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 4. Jakarta :
EGC
3. Seymour, Schwartz. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah Edisi 10. Jakarta : EGC
4. Batubara JRL.Terapi hormonal pada kriptorkismus.Disampaikan pada