Anda di halaman 1dari 23

BAGIAN ILMU BEDAH LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN DESEMBER 2020


UNIVERSITAS PATTIMURA

Undesensus Testis

Oleh
Kadek Surya Karma
(2020-84-061)

Pembimbing
dr. ElAchmad Tuahuns, Sp.B.,FINACS

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

PADA BAGIAN ILMU BEDAH

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. M. HAULUSSY

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON
2020

BAB I
PENDAHULUAN

Undescended testis (UDT) atau biasa disebut kriptorkismus adalah satu atau
kedua testis tidak berada di dalam kantung skrotum, tetapi masih berada di salah satu
tempat sepanjang jalur desensus normal.1,2,5,6. Kriptorkismus berasal dari
kata cryptos (Yunani) yang berarti tersembunyi dan orchis yang dalam bahasa latin
disebut testis. Sekitar 3-5% bayi baru lahir yang cukup bulan mengalami undesensus
testis. Insiden meningkat pada bayi yang lahir prematur dan bayi berat lahir rendah.
Prevalensi menurun menjadi 0,8 % pada umur 1 tahun dan bertahan pada kisaran angka
tersebut pada usia dewasa.1,2
Beberapa faktor penyebabnya antara lain kelainan gubernakulum, kelainan
intrinsik testis, kelainan endokrin, atau kelainan bawaan lainnya. Diagnosis dan terapi
dini diperlukan pada kasus ini mengingat terjadinya peningkatan risiko infertilitas,
keganasan, torsio testis, jejas testis pada trauma pubis, dan stigma psikologis akibat
skrotum yang 'kosong'. Esensi terapi rasional yang dianut saat ini adalah memperkecil
terjadinya risiko komplikasi tersebut dengan melakukan reposisi testis kedalam skrotum
baik dengan menggunakan terapi hormonal ataupun dengan cara pembedahan
(orchidopexy)dan detorsi testis bila terjadi komplikasi torsio testis.3
BAB II
LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. Juendri G.P.
Umur : 19 Tahun
Jenis Kelamin : Pria
Alamat : OSM
Tgl. MRS : 16 November 2020
Pengantar : Ny. Hayanti
No. RM :-
Agama : Kristen

2. ANAMNESIS
2.1. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan Utama : Adanya benjolan pada inguinal kanan
Anamnesis:
Pasien dibawa ke rumah sakit RSU Al-Fatah dengan kesadaran compos mentis
dengan keluhan adanya benjolan pada inguinal kanan.
2.2. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami sakit serupa

2.3. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit keluarga: tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang
sama

2.4. Riwayat Pengobatan


Pasien belum melakukan pengobatan

3. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sehat sehat saja
Kesadaran : Compos Mentis (E4V5M6)

Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36°C
SpO2 : 98%

Kepala : Normocephal
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), Pupil isokor
THT : Otorhea (-/-), Rhinorea (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)

Thorax
Pulmo : I = Jejas (-), pengembangan dada simetris
P = Krepitasi (-), fremitus taktil simetris kiri dan kanan
P = Sonor
A= Vesikuler (+/+), Rh (-/-), wheezing (-/-)
COR : Bunyi jantung I.II reguler.

Abdomen
I = Tampak cembung, NTE (-), defans muskular (-)
A = Bising usus (+) normal,
P = Nyeri perut kanan (-), nyeri uluhati (-),
P = Nyeri ketok CVA (-)

Extremitas
Superior = Akral hangat, edema (-/-), jejas (-/-), deformitas (-/-)
Inferior = Akral hangat, edema (-/-), jejas (-/-), deformitas (-/-)
Genitalia : Pada inspeksi tidak ada kelainan, didapatkan tidak adanya testis
sebelah kanan
Status Lokalis
Adanya pembesaran pada lipatan paha sebelah kanan

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Lengkap
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
WBC 6,3 4,00-10,0
LYM 2,3 1,0-5,0
MON 0,5 0,1-1,0
GRA 3,5 2,0-8,0
RBC 4,87 4,00-6,20
HGB 14,7 11,0-17,0
HCT 44,4 35,0-55,0
MCU 91,2 80,0-100,0
MCH 30,2 26,0-34,0
MCHC 33,1 31,0-35,5
RDW 11,5 10,0-16,0
PLT 190 150-400
MPU 7,2 7,0-11,0
PCT 0,137 0,200-0,500
PDW 13,5 10,0-18,0

5. Resume
Seorang laki – laki berumur 19 tahun dibawa ke rumah sakit RSU Al-Fatah
dengan kesadaran compos mentis dengan keluhan adanya benjolan pada
inguinal kanan. Benjolan sudah dirasakan 18 tahun sebelum MRS. Benjolan
dirasakan membesar tetapi sangat lambat. Pasien tidak menyadari apakah terjadi
pembesaran saat beraktifitas atau todak. Pasien tidak merokok ataupun
meminum alkohol. Akan tetapi pasien terkadang berolahraga angkat beban.
Pasien tidak mengeluh adanya Nyeri. Riwayat pasien lahir dengan cukup bulan.
6. DIAGNOSIS
Undesensus testis dextra
DD : Atrofi testis

7. PENATALAKSANAAN
• Terapi
a. Baring kurang lebih selama 24 jam dengan kepala 30°
b. Operasi orchidepexy
c. IVFD Ringer Laktat 20tpm
d. Injeksi Cefixim 1 gr/12 jam
e. Drip pct 1gr/8 jam k.p jika Suhu 38.5°C
f. Injeksi Ketorolac 30mg/8 jam
g. Injeksi ranitidin 50mg/12 jam
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. DEFINISI
Undescended testis (UDT) atau biasa disebut kriptorkismus adalah satu atau
kedua testis tidak berada di dalam kantung skrotum, tetapi masih berada di salah satu
tempat sepanjang jalur desensus normal.1,2,5,6. Kriptorkismus berasal dari
kata cryptos (Yunani) yang berarti tersembunyi dan orchis yang dalam bahasa latin
disebut testis. Harus dijelaskan lagi apakah yang dimaksud sebagai kriptorkismus
murni, testis ektopik ataupun pseudo kriptorkismus. Testis yang berlokasi di luar jalur
desensus yang normal disebut sebagai testis ektopik, sedangkan testis yang terletak
tidak di dalam skrotum tetapi dapat didorong masuk ke dalam skrotum dan menaik
lagi bila dilepaskan dinamakan pseudokriptorkismus atau testis retraktil.5,6

3.2. EPIDEMIOLOGI
undensensus testis merupakan kelainan genitalia kongenital tersering pada
anak laki-laki. Pada bayi prematur sekitar 30,3% dan sekitar 3,4% pada bayi cukup
bulan. Bayi dengan berat lahir < 900 gram seluruhnya mengalami undensensus testis,
sedangkandengan berat lahir < 1800 gram sekitar 68,5 % undensensus testis. Dengan
bertambahnyaumur menjadi 1 tahun, insidennya menurun menjadi 0,8 %, angka ini
hampir sama dengan populasi dewasa.5,6
Dua pertiga kasus mengalami undensensus testisunilateral dan sisanya
undensensus testis bilateral.Dengan bertambahnya usia, testis mengalami desensus
secara spontan sekitar 70-77% biasanya pada usia 3 bulan, sehingga pada saat usia 1
tahun angkakejadian UDT turun menjadi 1% dibandingkan saat lahir 3,7%. Setelah
usia 1tahun, testis yang letaknya abnormal jarang dapat mengalami desensus
testissecara spontan.1,2,5,6
3.3. EMBRIOLOGI DAN PROSES PENURUNAN TESTIS
Pada minggu keenam umur kehamilan primordial germ cells mengalami
migrasi dari yolk sac kegenital ridge. Dengan adanya gen SRY ( sex deter mining
region Y) , maka akan berkembang menjadi testis pada minggu ke-7. Testis yang
berisi prekursor sel-sel Sertoli besar (yang kelak menjadi tubulus seminiferous dan
sel-sel Leydig kecil) dengan stimulasi FSH yang dihasilkan pituitary mulai aktif
berfungsi sejak minggu ke-8 kehamilan dengan mengeluarkan MIF(Müller ian
Inhibiting Factor ), yang menyebabkan involusi ipsilateral dari duktus mullerian. MIF
juga meningkatkan reseptor androgen pada membran sel Leydig . Pada minggu ke-10
dan 11 kehamilan, akibat stimulasi chorionic gonadotropinyang dihasilkan plasenta
dan LH dari pituitary sel-sel Leydig akan mensekresitestosteron yang sangat esensial
bagi diferensiasi duktus Wolfian menjadiepididimys, vas deferens, dan vesika
seminalis.5
Faktor yang mempengaruhi penurunan testis adalah :
1) Anti Mullerian Hormon
2) Tekanan intraabdomen
3) Faktor Hormon Androgen

Penurunan testis dimulai pada sekitar minggu ke-10. Walaupun mekanismenya


belum diketahui secara pasti, namun para ahli sepakat bahwa terdapat beberapa faktor
yang berperan penting, yakni: faktor endokrin, mekanik(anatomik), dan neural.
Terjadi dalam 2 fase yang dimulai sekitar minggu ke-10 kehamilan segera setelah
terjadi diferensiasi seksual. Fase transabdominal dan fase inguinoscrotal . Keduanya
terjadi dibawah kontrol hormonal yang berbeda. 1
Fase transabdominal terjadi antara minggu ke-10 dan 15 kehamilan, dimana
testis mengalami penurunan dari urogenital ridge ke regio inguinal. Hal initerjadi
karena adanya regresi ligamentum suspensorium cranialis dibawahpengaruh
androgen (testosteron), disertai pemendekan gubernaculums (ligament yang
melekatkan bagian inferior testis ke segmen bawah skrotum) di bawahpengaruh MIF.
Dengan perkembangan yang cepat dari region abdominopelvic maka testis akan
terbawa turun ke daerah inguinal anterior. Pada bulan ke-3kehamilan terbentuk
processus vaginalis yang secara bertahap berkembang ke arah skrotum. Selanjutnya
fase ini akan menjadi tidak aktif sampai bulan ke-7 kehamilan.1,2

Fase inguinoscrotal terjadi mulai bulan ke-7 atau minggu ke-28


sampaidengan minggu ke-35 kehamilan. Testis mengalami penurunan dari region
inguinal ke dalam skrotum dibawah pengaruh hormon androgen.
Mekanismenyabelum diketahui secara pasti, namun diduga melalui mediasi
pengeluaran calcitonin generelated peptide(CGRP). Androgen akan merangsang
nervus genitofemoral untuk mengeluarkan CGRP yang menyebabkan kontraksi
ritmis dari gubernaculum.Faktor mekanik yang turut berperan pada fase ini
adalahtekanan abdominal yang meningkat yang menyebabkan keluarnya testis
daricavum abdomen, di samping itu tekanan abdomen akan menyebabkan
terbentuknya ujung dari processus vaginalis melalui canalis inguinalis menuju
skrotum.Proses penurunan testis ini masih bisa berlangsung sampai bayi usia 9-12
bulan.5

3.4. ETIOLOGI
Mekanisme terjadinya undensensus testisberhubungan dengan banyak faktor
(multifaktorial) yaitu Perbedaaan pertumbuhan relatif tubuh terhadap
funikulusspermatikus atau gubernakulum,peningkatan tekanan abdomen, faktor
hormonal: testosteron, MIS, dan extrinsic estrogen,
Perkembanganepididimis,Perlekatan gubernakular, Genito femoral nerve/calcitonin
gene-related peptide (CGRP), Sekunder pasca-operasi inguinal yang menyebabkan
jaringan ikat.5,6
undensensus testis juga dapat terjadi karena adanya kelainan pada
gubernakulumtestis, kelainan intrinsik testis, atau defisiensi hormon gonadotropin
yangmemacu proses desensus testis. Beberapa penelitian telah
mengidentifikasikelompok bayi baru lahir yang beresiko mengalami undensensus
testisuntuk mencari riwayatalami dan faktor-faktor yang mempengaruhi desensus
setelah lahir. Penelitian inimenemukan bahwa undensensus testissecara signifikan
lebih banyak ditemukan pada bayiprematur, kecil untuk masa kehamilan, berat bayi
baru lahir yang rendah, dankembar.5,6
undensensus testis dapat merupakan kelainan tunggal yang berdiri sendiri (
isolated anomaly), ataupun bersamaan dengan kelainan kromosom, endokrin,
intersex,dan kelainan bawaan lainnya. Bila disertai dengan kelainan bawaan lain
sepertihipospadia kemungkinan lebih tinggi disertai dengan kelainan kromosom
(sekitar 12 ± 25 %).5,9. Terdapat faktor keturunan terjadinya undensensus testis pada
kasus-kasus yang isolated , di samping itu testis sebelah kanan lebih sering
mengalamiundensensus testis.Sekitar 4,0 % anak-anak undensensus testismempunyai
ayah yang undensensus testis, dan ±9,8%mempunyai saudara laki-laki undensensus
testis; atau secara umum terdapat risiko 3,6 kaliterjadi UDT pada laki-laki yang
mempunyai anggota keluarga undensensus testisdibandingdengan populasi umum.5,6

3.5. KLASIFIKASI
Undensensus testis dikelompokkan menjadi 3 tipe:
1. Undensensus testis sesungguhnya ( true undescended : testis mengalami
penurunanparsial melalui jalur yang normal, tetapi terhenti. Dibedakan menjadi
teraba (palpable)dan tidak teraba ( impalpable)
2. Testis ektopik: testis mengalami penurunan di luar jalur penurunan yangnormal.
3. Testis retractile: testis dapat diraba/dibawa ke dasar skrotum tetapi akibat refleks
kremaster yang berlebihan dapat kembali segera ke kanalisinguinalis, bukan
termasuk undensensus testis yang sebenarnya.
Klasifikasi berdasarkan etio patogenesis :
1. Mekanis / anatomik (perleketan-perleketan, kelainan kanalis inguinalis dll)
2. Endokrin / hormonal ( kelainan axis hipotalamus-hipofisis-testis)
3. Disgenetik (kelainan interseks multiple)
4. Herediter/ genetik
Klasifikasi berdasarkan lokasi :
1. Skrotal tinggi (supraskrotal) : 40 %
2. Intrakanalikuler ( inguinal ) : 20 %
3. Intraabdominal (abdominal) : 10%
4. Terobstruksi : 30 %

Gambar 3. Kemungkinan lokasi testis pada true UDT dan ektopiktestis.

3.6. PATOFISIOLOGI DAN PATOGENESIS


Suhu di dalam rongga abdomen ± 10 lebih tinggi daripada suhu di dalam
skrotum, sehingga testis abdominal selalu mendapatkan suhu yang lebih tinggi
daripada testis normal. Hal ini mengakibatkan kerusakan sel-sel epitel germinal testis.
Pada usia 2 tahun, sebanyak 1/5 bagian dari sel-sel germinal testis telah mengalami
kerusakan, sedangkan pada usia 3 tahun hanya 1/3 sel-sel germinal yang masih
normal. Kerusakan ini makin lama makin progresif dan akhirnya testis menjadi
mengecil. Karena sel-sel Leydig sebagai penghasil hormone androgen tidak ikut
rusak, maka potensi seksual tidak mengalami gangguan . Akibat lain yang
ditimbulkan dari letak testis yang tidak berada di skrotum adalah mudah terpluntir
(torsio), mudah terkena trauma, dan lebih mudah mengalami degenerasi maligna.3
Testis yang tidak turun menyebabkan perkembangan tubulus seminiferus
terganggu sehingga tidak menghasilkan spermatozoa karena
pembentukan spermatogenesis efektif pada suhu agak rendah yaitu di skrotum yang
0
suhunya 1,5-2 C lebih rendah dibanding abdomen dan juga undesensus
meningkatkan resiko karsinoma testis.4
Terdapat beberapa teori yang mencoba menjelaskan patofisiologi
cryptorchidism, diantaranya; abormalitas gubernacular, penurunan tekanan intracranial,
abnormalitas testikuler intrinsic dan/atau epididymis, dan abnormalitas endokrin serta
anomaly anatomi (misalnya, pita fibrous dalam canal inguinal atau susunan abnormal
dari serat-serat otot kremaster).4
Gubernaculum testis adalah struktur yang melekat pada bagian bawah tunica
vaginalis di dasar skrotum. Gubernaculum membantu penurunan testiskuler dengan
melebarkan canalis inguinal dan memandu testis turun ke skrotum, oleh karena itu,
anomali perlekatan dapat menyebabkan cryptorchidism.4
Cryptorchidism sering terjadi pada pasien dengan syndrome prune belly dan
mereka dengan gastroschisis; keduanya berhubungan dengan penurunan tekanan
intracranial. Akan tetapi, teori yang didasarkan pada penurunan tekanan tidak dapat
menjelaskan banyak kasus cryptorchidism.2,4
Teori lain didasarkan pada abnormalitas teskuler inrinsik dan/atau epididimis.
Berbagai studi memperlihatkan bahwa, secara histologi, epitelium germinal dari testis
maldescended bisa abnormal. Infertiltas berhubungan dengan cryptorchidism, dan
resiko infertilitas meningkat sesuai derajat maldescent. Selain itu, kira-kira 23%-86%
dari testis yang tidak mengalami penurunan berhubungan dengan beberapa bentuk
abnormalitas epididimis. Studi-studi yang ada memperlihatkan adanya peningkatan
derajat abnormalitas epididymis intraabdominal sebanding dengan kasus
cryptorchidism ringan. 2,4
Abnormalitas aksis hipotalamus-pituitary-gonadal mungkin bisa menjelaskan
anomali-anomali penurunan testikuler dan perkembangan germ-cell abnormal. Studi
endokrin hewan dan manusia tidak bisa memberikan titik terang patofisiologi
maldesenden testikuler. Penyebab abnormalitas hormonal dapat ditemukan pada
tingkat-tingkat berbeda.4,5

3.7. DIAGNOSIS
ANAMNESIS 5,10
a. Tentukan apakah testis pernah teraba di skrotum
b. Riwayat operasi daerah inguinal
c. Riwayat prenatal: terapi hormonal pada ibu untukreproduksi, kehamilan
kembar, prematuritas
d. Riwayat keluarga: undensensus testis, hipospadia, infertilitas, intersex,
pubertas prekoks

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan di ruangan yang tenang dan
hangat.Pemeriksaan secara umum harus dilakukan dengan mencari adanya tanda-
tanda sindrom tertentu, dismorfik, hipospadia, atau genitalia ambigua.1,5
Saat pemeriksaan fisik kondisi pasien harus dalam keadaan relaksasi dan
posisi seperti frog-leg atau crosslegged.Pada pasien yang terlalu gemuk, dapat
dilakukan dalam posisi sitting cross-legged atau baseball catcher’s. Tangan
pemeriksa harus dalam keadaan hangat untuk menghindari tertariknya testis ke atas.
undensensus testis dapat diklasifikasi berdasarkan lokasinya menjadi:
1. Skrotum atas
2. Intrakanalikuler (Inguinal)
3. IntraAbdomen

Untuk kepentingan klinis dan penatalaksanaan terapi, klasifikasi cukup


dibedakan menjadi teraba atau tidak. Pemeriksaan testis kontralateral juga perlu
dilakukan . Pemeriksaan fisik dimulai dari antero-superior iliacspine, meraba daerah
inguinal dari lateral ke medial dengan tangan yang tidak dominan. Jika teraba testis,
testis dipegang dengan tangan dominan dan ditarik ke arah skrorum. Pemeriksaan
skrotum untuk: hypoplastic, bifid, rugae, transposition, pigmentation. Pemeriksaan
fisik juga untuk menyingkirkan ektopik testis.
Lokasi undensensus testistersering terdapat pada kanalis inguinalis (72%),
diikuti supraskrotal (20%), dan intraabdomen (8%). Sehingga pemeriksaan fisik yang
baik dapat menentukan lokasi undensensus testis tersebut.5
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Pada anak dengan undensensus testis unilateral tidak memerlukan
pemeriksaan laboratorium lebih lanjut. Sedangkan pada undensensus testis bilateral
tidak teraba testis dengan disertai hipospadia dan virilisasi, diperlukan pemeriksaan
analisis kromosom dan hormonal (yang terpenting adalah 17 hydroxy progesterone)
untuk menyingkirkan kemungkinan intersex.5,6
Setelah menyingkirkan kemungkinan intersex, pada penderita UDTbilateral
dengan usia< 3 bulan dan tidak teraba testis, pemeriksaan LH, FSH,dan testosteron
akan dapat membantu menentukan apakah terdapat testis atautidak. Bila umur telah
mencapai di atas 3 bulan pemeriksaan hormonal tersebutharus dilakukan dengan
melakukan stimulasi test menggunakan hCG ( human chorionic gonadotropin
hormone). Ketiadaan peningkatan kadar testosterone disertai peningkatan LH/FSH
setelah dilakukan stimulasi mengindikasikan anorchia.5
Prinsip stimulasi test dengan hCG atau hCG test adalah mengukur kadar
hormon testosteron pada keadaan basal dan 24-48 jam setelah stimulasi.Respon
testosteron normal pada hCG test sangat tergantung umur penderita.Pada bayi, respon
normal setelah hCHG test bervariasi antara 2-10x bahkan 20x.Pada masa kanak-
kanak, peningkatannya sekitar 5-10x. Sedangkan pada masapubertas, dengan
meningkatnya kadar testosteron basal, maka peningkatansetelah stimulasi hCG hanya
sekitar 2-3x.5,6
Pemeriksaan Radiologi
USG hanya dapat membantu menentukan lokasi testis terutama didaerah
inguinal, dimana hal ini akan mudah sekali dilakukan perabaan dengan tangan.3 Pada
penelitian terhadap 66 kasus rujukan dengan undensensus testis tidak terabatestis,
USG hanya dapat mendeteksi 37,5% (12 dari 32) testis inguinal; dan tidak dapat
mendeteksi testis intraabdomen.5
Hal ini tentunya sangat tergantung dari pengalaman dan kualitas alat yang
digunakan.1,6 CT scan dan MRI mempunyai ketepatan yang lebih tinggi dibandingkan
USG terutama diperuntukkan testis intra-abdomen (tak teraba testis). MRI
mempunyai sensitifitas yang lebih baik untuk digunakan pada anak-anak yang lebih
besar (belasan tahun). MRI juga dapat mendeteksi kecurigaan risiko keganasan
testis.9
Dengan ditemukannya metode-metode yang non-invasif maka penggunaan
angiografi (venografi) untuk mendeteksi testis yang tidak teraba menjadi semakin
berkurang. Metode ini paling baik digunakan untuk menentukan vanishing testis
ataupun anorchia. Dengan metode ini akan dapat dievaluasi pleksus pampiniformis,
parenkim testis, dan blind-ending dari vena testis (pada anorchia).5Kelemahannya
selain infasif, juga terbatas pada umur anak-anak yang lebih besar mengingat kecilnya
ukuran vena-vena gonad.5
Laparoskopi
Metode laparoskopi pertama kali digunakan untuk mendeteksi undensensus
testis tidakteraba testis pada tahun 1976. Metode ini merupakan metode infasif yang
cukupaman oleh ahli yang berpengalaman. Sebaiknya dilakukan pada anak yang
lebihbesar dan setelah pemeriksaan lain tidak dapat mendeteksi adanya testis
diinguinal.5,9Beberapa hal yang dapat dievaluasi selama laparoskopi adalah:
kondisicincin inguinalis interna, processus vaginalis ( patent atau non-patent), testis
danvaskularisasinya serta struktur wolfiannya.9Tiga hal yang sering dijumpai
saatlaparoskopi adalah: blind-ending pembuluh darah testis yang mengindikasikan
anorchia(44%), testis intraabdomen(36%), dan struktur cord (vasa dan vasdeferens)
yang keluar ke-dalam cincin inguinalis interna.5

3.8. DIAGNOSIS BANDING


Diagnosis banding meliputi testis letak ektopik dan seringkali dijumpai testis
yang biasanya berada di kantung skrotum tiba-tiba berada di daerah inguinal dan pada
keadaan lain kembali ke tempat semula. Keadaan ini terjadi karena reflek otot
kremaster yang terlalu kuat akibat cuacadingin, atau setelah melakukan aktifitas fisik.
Hal ini disebut sebagai testisretraktil atau kriptorkismus fisiologis dan kelainan ini
tidak perlu diobati. Selain itu undensensus testis perlu dibedakan dengan anorkismus,
yaitu testis memang tidak ada. Hal ini bisa terjadi secara congenital memang tidak
terbentuk testis, atau testis yangmengalami atrofi akibat torsio in utero atau torsio pada
saat neonatus.2,5,6
3.9. PENATALAKSANAAN
Tujuan terapi undensensus testis yang utama dan dianut hingga saat ini adalah
memperkecil risiko terjadinya infertilitas dan keganasan dengan melakukan reposisi
testis kedalam skrotum baik dengan menggunakan terapi hormonal ataupun dengan
cara pembedahan (orchidopexy). Penatalaksanaan yang terlambat pada undensensus
testis akan menimbulkan efek pada testis di kemudian hari. Dengan asumsi bahwa
jika dibiarkan testis tidak dapat turun sendiri setelah usia 1 tahun, sedangkan setelah
usia 2 tahun terjadi kerusakan testis yang cukup bermakna, maka saat yang tepat untuk
melakukanterapi adalah pada usia 1 tahun. Pada prinsipnya testis yang tidak berada
diskrotum harus diturunkan ke tempatnya, baik dengan cara medikamentosa maupun
pembedahan.6
Undensensus testis meningkatkan resiko infertilitas dan berhubungan dengan
resiko tumor sel germinal yang meningkat 3-10 kali. Atrofi testis terjadi pada usia 5-
7tahun, akan tetapi perubahan morfologi dimulai pada usia 1-2 tahun. Resiko
kerusakan histologi testis juga berhubungan dengan letak abnormal testis. Pada awal
pubertas, lebih dari 90% testis kehilangan sel germinalnya pada kasus intra abdomen,
sedangkan pada kasus testis inguinal dan preskrotal, penurunan sel geminal mencapai
41% dan 20%.
Terapi hormonal primer lebih banyak digunakan di Eropa. Hormon yang
diberikan adalah hCG, gonadotropin releasing hormone(GnRH) atau LH-releasing
hormone(LHRH). Terapi hormonal meningkatkan produksi testosterone dengan
menstimulasi berbagai tingkat jalur hipotalamus-pituitary-gonadal. Terapiini
berdasarkan observasi bahwa proses turunnya testis berhubungan denganandrogen.
Tingkat testosteron lebih tinggi bila diberikan hCG dibandingkanGnRH. Semakin
rendah letak testis, semakin besar kemungkinan keberhasilanterapi hormonal.5,6
International Health Foundation menyarankan dosis hCG sebanyak 250IU/
kali pada bayi, 500 IU pada anak sampai usia 6 tahun dan 1000 IU pada anak lebih
dari 6 tahun. Terapi diberikan 2 kali seminggu selama 5 minggu. Angka
keberhasilannya 6 ± 55%. Secara keseluruhan, terapi hormon efektif pada beberapa
kelompok kasus, yaitu testis yang terletak di leher skrotum atau undensensus testis
bilateral. Efek samping adalah peningkatan rugae skrotum, pigmentasi, rambut pubis
dan pertumbuhan penis. Pemberian dosis lebih dari 15000 IU dapat menginduksi fusie
piphyseal plate dan mengurangi pertumbuhan somatik.5 Pemberian hormonal pada
kriptorkismus banyak memberikan hasil terutama pada kelainan bilateral, sedangkan
pada kelainan unilateral hasilnya masih belum memuaskan. Obat yang sering
dipergunakan adalah hormone hCG yang disemprotkan intranasal.6
Pembedahan
Apabila hormonal telah gagal, terapi standar pembedahan untuk kasus
udensensus testis adalah orchidopexy . Keputusan untuk melakukan orchidopexy
harus mempertimbangkan berbagai faktor, antara lain teknis, risiko anastesi,
psikologis anak, dan risiko bila operasi tersebut ditunda.. Tujuan operasi pada
kriptorkismus adalah:
1. mempertahankan fertilitas
2. mencegah timbulnyadegenerasi maligna
3. mencegah kemungkinan terjadinya torsio testis
4. melakukan koreksi hernia
5. secara psikologis mencegah terjadinya rasarendah diri karena tidak
mempunyai testis.

Operasi yang dikerjakan adalah orkidopeksi yaitu meletakkan testis ke dalam


skrotum dengan melakukan fiksasi pada kantung sub dartos.
Prinsip dasar orchidopexy adalah :5
1. Mobilisasi yang cukup dari testis dan pembuluh darah
2. Ligasi kantong hernia
3. Fiksasi yang kuat testis pada skrotum
Testis sebaiknya direlokasi pada subkutan atau subdartos pouch skrotum.Tindakan
operasi sebaiknya dilakukan sebelum pasien usia 2 tahun, bahkan beberapa penelitian
menyarankan padausia 6 – 12 bulan. Penelitian melaporkan spermatogonia akan
menurun setelah usia 2 tahun.
Indikasi absolut dilakukan operasi pembedahan primeradalah5,7
1. kegagalan terapi hormonal
2. testis ektopik
3. terdapat kelainan lain seperti hernia dengan atau tanpa prosesus vaginalis yang
terbuka

Berbagai teknik operasi pada testis yang tidak terabadapat dilakukan, seperti
berikut (Tabel 2.):
Tabel. 2 Jenis Tindakan Pembedahan pada Kelaianan UDT dan Tingkat
Keberhasilannya
Gambar 6. Orchidopexy
Keterangan gambar:
Orchiopexy digunakan untuk memperbaiki undensensus testis pada anak-anak.
Satu insisi dibuat pada abdomen yang merupakan lokasi undensensus testis dan insisi
lain dibuat pada skrotum (A). Testis dipisahkan dari jaringan sekitarnya (B) dan
dikeluarkan dariinsisi abdomen menempel pada spermatic cord (C). Testis kemudian
dimasukkan turun ke dalam skrotum (D) dan dijahit (E).
Komplikasi Orchidopexy
Beberapa komplikasi yang dapat timbul akibat tindakan pembedahan Orchiopexy
antara lain:5
1.Posisi testis yang tidak baik karena diseksi retroperitoneal yang tidak
komplit (10%kasus)
2. Atrofi testis karena devaskularisasi saat membuka funikulus (5%kasus)
3.Trauma pada vas deferens ( 1±2% kasus)
4.Pasca-operasi torsio
5.Epididimoorkhitis
6.Pembengkakan skrotum
3.10. KOMPLIKASI UDT
Telah lama diketahui bahwa komplikasi utama yang dapat terjadi
padaundensensus testis adalah keganasan testis dan infertilitas akibat degenerasi
testis. Di sampingitu disebut juga terjadinya torsi testis, dan hernia inguinalis.5
A. Resiko Keganasan
Terdapat hubungan yang erat antara undensensus testis dan keganasan testis.
Insidenkeganasan testis sebesar 1-6 pada setiap 500 laki-laki undensensus testis di
Amerika. Risikoterjadinya keganasan testis yang tidak turun pada anak dengan
undensensus testis dilaporkanberkisar 10-20 kali dibandingkan pada anak dengan
testis normal. Makin tinggilokasi undensensus testis makin tinggi risiko
keganasannya, testis abdominal mempunyai risikomenjadi ganas 4x lebih besar
dibanding testis inguinal.
Orchiopexy sendiri tidak akan mengurangi risiko terjadinya keganasan,tetapi
akan lebih mudah melakukan deteksi dini keganasan pada penderita yangtelah
dilakukan orchidopexy .5

B. Infertilitas
Penderita undensensus testis bilateral mengalami penurunan fertilitas yang
lebih beratdibandingkan penderita undensensus testis unilateral, dan apalagi
dibandingkan denganpopulasi normal. Penderita undensensus testis bilateral
mempunyai risiko infertilitas 6x lebihbesar dibandingkan populasi normal (38%
infertil pada undensensus testis bilateraldibandingkan 6% infertil pada populasi
normal), sedangkan pada undensensus testis unilateralberisiko hanya 2x lebih besar.5
Komplikasi infertilitas ini berkaitan dengan terjadinya degenerasi
padaundensensus testis. Biopsi pada anak-anak dan binatang coba undensensus testis
menunjukkan adanyapenurunan volume testis, jumlah germ cells dan spermatogonia
dibandingkandengan testis yang normal. Biopsi testis pada anak dengan undensensus
testis unilateral yangdilakukan sebelum umur 1 tahun menunjukkan gambaran yang
tidak berbedabermakna dengan testis yang normal. 5
Perubahan gambaran histologis yang bermakna mulai tampak setelahumur 1
tahun, semakin memburuk dengan bertambahnya umur. Tidak seperti risiko
keganasan, penurunan testis lebih dini akan mencegah proses degenerasi lebih lanjut.5
BAB IV

DISKUSI

Tn. Juendri G.M. 19 tahun datang ke RSU Al-Fatah dengan kesadaran compos
mentis dengan keluhan adanya benjolan pada inguinal kanan. Benjolan sudah dirasakan
18 tahun sebelum MRS. Benjolan dirasakan membesar tetapi sangat lambat. Pasien
tidak menyadari apakah terjadi pembesaran saat beraktifitas atau todak. Pasien tidak
merokok ataupun meminum alkohol. Akan tetapi pasien terkadang berolahraga angkat
beban. Pasien tidak mengeluh adanya Nyeri. Riwayat pasien lahir dengan cukup bulan.
Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum pasien tampak baik baik saja, kesadaran
compos mentis dengan GCS 15 (E4V5M6), Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi,
80x/mnt, RR 20x/mnt, suhu 36°C, dan SpO2 98%. Untuk pemeriksaan Head to Toe
semua dalam batas normal, kecuali status lokalis pada inguinal kanan ditemukan
benjolan berukuran 2cm, berbatas tegas dan mobile.
Undescended testis (UDT) atau biasa disebut kriptorkismus adalah satu atau
kedua testis tidak berada di dalam kantung skrotum, tetapi masih berada di salah satu
tempat sepanjang jalur desensus normal.1,2,5,6. Kriptorkismus berasal dari
kata cryptos (Yunani) yang berarti tersembunyi dan orchis yang dalam bahasa latin
disebut testis. Sekitar 3-5% bayi baru lahir yang cukup bulan mengalami undesensus
testis. Insiden meningkat pada bayi yang lahir prematur dan bayi berat lahir rendah.
Prevalensi menurun menjadi 0,8 % pada umur 1 tahun dan bertahan pada kisaran angka
tersebut pada usia dewasa
Beberapa faktor penyebabnya antara lain kelainan gubernakulum, kelainan
intrinsik testis, kelainan endokrin, atau kelainan bawaan lainnya. Diagnosis dan terapi
dini diperlukan pada kasus ini mengingat terjadinya peningkatan risiko infertilitas,
keganasan, torsio testis, jejas testis pada trauma pubis, dan stigma psikologis akibat
skrotum yang 'kosong'. Esensi terapi rasional yang dianut saat ini adalah memperkecil
terjadinya risiko komplikasi tersebut dengan melakukan reposisi testis kedalam skrotum
baik dengan menggunakan terapi hormonal ataupun dengan cara pembedahan
(orchidopexy)dan detorsi testis bila terjadi komplikasi torsio testis.
DAFTAR PUSTAKA

1. Moh. Adjie Pratignyo. 2011. Bedah Saluran Cerna Anak. Edisi 1. SAP Publish
Indonesia: Tangerang
2. Sjamjuhidayat & Wim de Jong. 2014. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 4. Jakarta :
EGC
3. Seymour, Schwartz. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah Edisi 10. Jakarta : EGC
4. Batubara JRL.Terapi hormonal pada kriptorkismus.Disampaikan pada

Simposium Sehari Tatalaksana Optimal Kriptorkismus, Jakarta

5. Sadler. Embriologi Kedokteran LANGMAN. Edisi ke-7. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC; 2000. h.280-310

6. Basuki Purnomo. Testis Maldesensus. Dalam: Dasar – Dasar Urologi. Edisi 2.


Jakarta: Sagung Seto. 2009 h. 137-140.

Anda mungkin juga menyukai