TINEA KAPITIS
Pembimbing
Dr. H. Sofwan S Rahman, Sp.KK.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Semesta Alam, Allah SWT, atas nikmat dan
karunia-Nya. Sholawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW.
Penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingan selama pengerjaan referat,
yang berjudul Tinea Kapitis, ini kepada dr. Sofwan S Rahman, Sp.KK dan terakhir,
bagi semua pihak yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung, rela
maupun tidak rela, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, penulis haturkan
terima kasih atas bantuannya hingga referat ini dapat terselesaikan. Semoga bantuan
yang telah diberikan mendapatkan imbalan setimpal dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa didalam referat ini masih banyak kekurangan baik
itu dalam penulisan maupun isi referat. Karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi sempurnanya referat ini. Penulis berharap referat ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR . ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
............................................................................................ 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi. 2
2.2. Epidemiologi........................................................................................ 2
2.3. Etiologi dan Patogenesis .. 3
2.4. Manifestasi Klinis. 5
2.5. Pemeriksaan Penunjang 7
2.6. Diagnosis dan Diagnosis Banding .... 9
2.7. Tatalaksana .. 12
2.9. Prognosis .... 12
BAB III. KESIMPULAN
Kesimpulan 17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi jamur dapat superfisial, subkutan dan sistemik, tergantung pada
karakteristik dari host. Dermatofita merupakan kelompok jamur yang
terkait secara taksonomi. Kemampuan mereka untuk membentuk lampiran
molekul
kertatin
dan
menggunakannya
sebagai
sumber
nutrisi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala yang
disebabkan oleh spesies dermatofita. Kelainan ini dapat ditandai dengan
lesi bersisik, kemerah-merahan, alopesia, dan kadang terjadi gambaran
klinis yang lebih berat, yang disebut kerion.1
Tinea kapitis merupakan penyakit dermatofitosis paling banyak
pada anak-anak, mengenai kulit dan rambut scalp, ditandai dengan skuama
dan bercak alopesia.2
2.2. Epidemiologi
Penularan penyakit dapat secara langsung atau tidak langsung
misalnya melalui sisr, topi, bantal, tempat duduk di bioskop. Rambut yang
sudah terlepas/rontok tetap infeksius selama bertahun-tahun. Penularan
meningkat pada higiene jelek, penduduk padat, dan kondisi sosial ekonomi
rendah. Adanya carrier asimtomatik menyebabkan tinea kapitis sulit
diberantas.2
Pada umumnya mengenai anak prapubertas berusia antara 2-14
tahun, paling sering pada anak usia antara 3-7 tahun. Tinea kapitis pada
orang dewasa dapat ditemui pada pasien AIDS. 2
Insidens tinea kapitis masih belum diketahui pasti, tersering
dijumpai pada anak-anak 3-14 tahun jarang pada dewasa. Transmisi
meningkat karena berkurangnya higiene sanitasi individu, kepadatan
penduduk dan status sosial ekonomi yang rendah. Penularan dapat terjadi
melalui sisir, topi, sarung bantal, dan kursi teater. Bahkan setelah rambur
rontok, mungkin masih dapat menularkan selama lebih dari satu tahun.2,3
Di Surabaya kasus baru tinea kapitis antara tahun 2001 - 2006
insidennya
dibandingkan
kasus
baru
dermatomikosis
di
Poli
Dermatomikosis URJ Kulit dan Kelamin RSU Dr. Soetomo antara 0,31% 1,55%. Pasien tinea kapitis terbanyak pada masa anak-anak < 14 tahun
93,33%, anak laki-laki lebih banyak (54,5%) dibanding anak perempuan
(45,5%). Di Surabaya tersering tipe kerion (62,5%) daripada tipe Gray
Patch (37,5%). Tipe Black dot tidak diketemukan. Spesies penyebab
Microsporum
gypseum
(geofilik),
Microsporum
ferrugineum
2.3. Etiologi
Penyebab tinea capitis adalah semua dermatofita yang pathogen,
kecuali kecuali E. floccosum, T.concentricum.2,3
Penyebab yang paling umum di seluruh dunia adalah M. canis, dan
di Amerika Serikat adalah T. tonsurans (>90%), sisanya dapat disebabkan
oleh T. violaceum, M. canis dan T. audounii.
2,3
dari
tempat
hidupnya
jamur
penyebab
dapat
Jamur zoofilik
Microsporum canis
Jamur geofilik
Microsporum gypseum
T . tonsurans
M . equinum
M . fulvum
T . schoenleinii
M . gallinae
M . nanum
T . rubrum
M . persicolor
M . praecox
T . megninii
T . mentagrophytes
M . racemosum
T . mentagrophytes
T . verricosum
M . vanbreuseghemii
T . youndei
T . sarkisovii
M . cookie
T . soundanense
T . simii
T . longifusum
M . audouinii
M . ferrugineum
Epidermophyton floccosum
Jamur endotrik
kuning
kehijauan
M. audouinii
Berfluoresensi
dull
gray-green
T. schoenleinii
M. canis
M. ferrugineum
Tidak Berfluoresensi
Tidak Berfluoresensi
M. fulvum
T. gourvillii
M. gypseum
T. soundanense
T. megninii
T. tonsurans
T. mentagrophytes
T. violaceum
T. rubrum
T. yaoundei
t. verrucosum
2.4. Patogenesis 1,2,3
Dermatofit ektotrik tipikal menyerang perifolikuler stratum
korneum, meluas ke sekitarnya mengenai batang rambut mid to lateanagen sebelum turun ke folikel untuk memasuki korteks rambut.
Arthroconidia kemudian mencapai korteks rambut dan di transport ke atas
permukaan rambut.
Sebelum turun ke folikel rambut untuk menembus kortek rambut. Hifa-hifa
intrapilari kemudian turun ke batas daerah keratin, dimana rambut tumbuh dalam
keseimbangan dengan proses keratinisasi, tidak pernah memasuki daerah berinti.
Ujung-ujung hifa-hifa pada daerah batas ini disebut Adamsons fringe, dan dari
sini hifa-hifa berpolifrasi dan membagi menjadi artrokonidia yang mencapai
kortek rambut dan dibawa keatas pada permukaan rambut. Rambut-rambut akan
patah tepat diatas fringe tersebut, dimana rambutnya sekarang menjadi sangat
rapuh sekali.Secara mikroskop hanya artrokonidia ektotrik yang tampak pada
rambut yang patah,walaupun hifa intrapilari ada juga.
Dermatofit endotrik sama dengan ektotrik tetapi arthroconidia
tetap di dalam batang rambut menggantikan keratin intrapapilar dan
korteks tetap utuh rambut sangat rapuh/dan mudah patah pada
permukaan kulit skalp bintik-bintik kecil hitam (tinea black dot). Infeksi
endotrik juga lebih kronis karena kemampuannya tetap berlangsung di fase
anagen ke fase telogen.
dengan
lampu
Woods
banyak
membantu
dalam
Mycosel
atau
Mycobiotic
(Sabourraud
dextroseagar
4. Woods light
Dapat membantu menentukan batas lesi. Untuk jamur tertentu akan
memberikan fluoresensi karena adanya pteridine. Rambut yang tampak
dengan jamur M. canis, M. audouinii dan M.ferrugineum memberikan
fluoresen warna hijau terang oleh karena adanyabahan pteridin. 1Jamur
lain penyebab tinea kapitis pada manusia memberikan fluoresennegatif
artinya
warna
tetap
ungu
yaitu
M.
gypsium
dan
spesies
Dermatitis atopik3,5
Dermatitis atopik yang berat dan luas mungkin mengenai kepala
denganskuama kering putih dan halus. Khas tidak berhubungan dengan
kerontokanrambut, bila ada biasanya karena trauma sekunder karena
garukan kepalayang gatal. Disertai lesi dermatitis atopik di daerah
lain.
c.
Psoriasis3,4,5
Psoriasis kepala khas seperti lesi psoriasis dikulit, plak eritematos
berbatasjelas dan berskuama lebih jelas dan keperakan diatasnya, dan
rambutrambuttidak patah. Kepadatan rambut berkurang di plak
psoriasis jugameningkatnya menyeluruh dalam kerapuhan rambut dan
kecepatan rontoknya rambut telogen. 10% psoriasis terjadi pada anak
kurang 10 tahun dan 50% mengenai kepala , dan sering lesi psoriasis
anak terjadi pada kepala saja, maka kelainan kuku dapat membantu
diagnosis psoriasis.
d.
atopik
atau
keradangan
kulit
lainnya. Ada
yang
Pseudopelade3,7
Dari kata Pelade yang artinya alopesia areata. Pseudopelade adalah
alopesia sikatrik progresif yang pelan-pelan, umumnya sebagai
sindroma
klinis sebagai hasil akhir dari satu dari banyak proses patologis yang
berbeda (yang diketahui maupun yang tidak diketahui), walaupun klinis
spesifik jenis tidak beradang selalu dijumpai misalkan karena likhen
planus, lupus eritematus stadium lanjut.
Diagnosis banding tinea kapitis yang inflamasi3 :
a. Pioderma bakteri
Infeksi
kulit
karena
bakteri
Staphylococcus
aerius
atau
2.9. Komplikasi
1. Infeksi sekunder
2. Alopesia sikatrik permanen
3. Kambuh
2.10. Penatalaksanaan
dosis
tersebut.
Dosis
kemudian
dinaikkan
20mg/kg/hari
topical
dapat
digunakan
bersamaan,
yaitu
dengan
obat
berguna
untuk
mempercepat
penyembuhan,
Juga shampo ini dipakai untuk karier asimptomatik yaitu kontak dekat
dengan pasien, seminggu 2 kali selama 4 minggu. Karena asimptomatik
lebih menyebarkan tinea kapitis disekolah atau penitipan anak yang kontak
dekat dengan karier daripada anak-anak yang terinfeksi jelas.
4.Terapi Kerion 1,2,3,6
Pengobatan optimal kerion tidak jelas apakah perlu dengan obat oral
antibiotika dan kortikosteroid sebagai terapi ajuvan dengangriseofulvin 7.
Beberapa penelitian menyatakan :
1. Kerion lebih cepat kempes dengan kelompok yang menerima griseofulvin
saja
2. Sedangkan skuama dan gatal lebih cepat bersih / hilang dengan kelompok
yang menerima ke 3 obat yaitu griseofuvin, antibiotika dan kortikosteroid
oral
3. Kortikosteroid oral mungkin menurunkan insiden sikatrik. Juga
bermanfaat menyembuhkan nyeri dan pembengkakan3,17. Dosis prednison
1 mg/Kg BB/hari untuk 1-2 pekan.
4. Pemberian antibiotika dapat dipertimbangkan terutama biladijumpai
banyak krusta
2.11. Prognosis 4,10
Tinea kapitis tipe Gray patch sembuh sendirinya dengan waktu,
biasanya permulaan dewasa. Semakin meradang reaksinya, semakin dini
selesainya penyakit, yaitu yang
selama
perjalanan
jamur
BAB III
KESIMPULAN
Tinea kapitis adalah infeksi yang sering terjadi pada anak-anak
dengan bermacam macam gejala klinis. Keadaan penduduk yang padat
menyimpan jamur penyebab dan adanya karier asimtomatis yang tidak
diketahui menyebabkan prevalensi penyakit.
Tablet griseofulvin adalah pengobatan yang efektif dan aman,
sebagai obat linipertama (gold standard). Obat lini kedua yaitu
Itrakonazol, terbinafin atau kalauterpaksa dengan flukonazol diberikan
untuk pasien yang tidak sembuh dengan griseofuvin, atau dapat sebagai
obat jamur lini pertama. Terapi ajuvan dengan shampo anti jamur untuk
membasmi serpihan (fomites) yang terinfeksi,
mengevaluasi serta penanganan kontak yang dekat dengan pasien
DAFTAR PUSTAKA
1. Kartowigono soenarto, SpKK(K) . Sepuluh Besar Kelompok Penyakit Kulit.
Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya.2012
2. . Adhi Juanda, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi 5. Bagian Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2008.
3. Nelson MM; Martin AG, Heffernan MP. Superficial Fungal infection :
Dermatophytosis, Onychomycosis, Tinea Nigra, Piedra. Dalam : Freedberg
IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI. Fitzpatricks
Dermatologyin General Medicine 6th ed. New York Mc Graw Hill, 2005.
4. Rippon JW. Medical Mycology 3rd ed. Philadelphia: WB Saunders Co, 2005
5. Schroeder TL, Levy ML. Treatment of hair loss disorders in children.
DermatolTher 2007; 2 : 84-92.
6. Hebert AA. Diagnosis and treatment of tinea capitis in children. Dermatol
Ther 2008; 2 : 78-83
7. Dawber RPR, de Becker D, Wojnarowska F, Disorder of Hair. Dalam :
Champion RH, Burton JZ, Burno DA, Breatnach SDM, editors.
Rook/Wilkinson/EblingTextbook of Dermatology, 6th ed. Oxford : Blackwell
Science, 2006 : p 2869-973
8. Rowell NR, Goodfield MJD. The Connective Tissue diseases. Dalam :
Champion
RH,
Burton
JZ,
Burns
DA,
Breatnach
SDM,
editors.
ter