Anda di halaman 1dari 24

REFERAT

TINEA KAPITIS

Arian Rizki Amalia


2010730014

Pembimbing
Dr. H. Sofwan S Rahman, Sp.KK.

DEPARTEMEN KULIT KELAMIN


RUMAH SAKIT UMUM R SYAMSUDIN SH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Semesta Alam, Allah SWT, atas nikmat dan
karunia-Nya. Sholawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW.
Penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingan selama pengerjaan referat,
yang berjudul Tinea Kapitis, ini kepada dr. Sofwan S Rahman, Sp.KK dan terakhir,
bagi semua pihak yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung, rela
maupun tidak rela, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, penulis haturkan
terima kasih atas bantuannya hingga referat ini dapat terselesaikan. Semoga bantuan
yang telah diberikan mendapatkan imbalan setimpal dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa didalam referat ini masih banyak kekurangan baik
itu dalam penulisan maupun isi referat. Karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi sempurnanya referat ini. Penulis berharap referat ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Sukabumi, Juli 2015

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR . ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
............................................................................................ 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi. 2
2.2. Epidemiologi........................................................................................ 2
2.3. Etiologi dan Patogenesis .. 3
2.4. Manifestasi Klinis. 5
2.5. Pemeriksaan Penunjang 7
2.6. Diagnosis dan Diagnosis Banding .... 9
2.7. Tatalaksana .. 12
2.9. Prognosis .... 12
BAB III. KESIMPULAN
Kesimpulan 17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi jamur dapat superfisial, subkutan dan sistemik, tergantung pada
karakteristik dari host. Dermatofita merupakan kelompok jamur yang
terkait secara taksonomi. Kemampuan mereka untuk membentuk lampiran
molekul

kertatin

dan

menggunakannya

sebagai

sumber

nutrisi

memungkinkan mereka untuk berkoloni pada jaringan keratin, masuk ke


dalam stratum korneum dan epidermis, rambut, kuku dan jaringan pada
hewan. Infeksi superfisial yang disebabkan oleh dermatofit yang disebut
dermatofitosis dimana dermatimicosis mengacu pada infeksi jamur .
Banyak cara untuk mengklasifikasikan jamur superfisial, tergantung
habitat dan pola infeksi. Organisme geofilik berasal dari tanah dan hanya
sesekali menyerang manusia,biasanya melalui kontak langsung dengan
tanah. Tinea kapitis adalah kelainan kulit yang disebabkan oleh jamur
dermatofit.
Tinea Kapitis (Ringworm of the scalp and hair, tinea tonsurans, herpes
tonsurans. adalah infeksi dermatofit pada kepala, alis mata dan bulu mata
karena spesiesMicrosporum dan Trichophyton1Penyakitnya bervariasi dari
kolonisasi subklinis non inflamasi berskuama ringansampai penyakit yang
beradang ditandai dengan produksi lesi kemerahanberskuama dan alopesia
(kebotakan) yang mungkin menjadi beradang berat denganpembentukan
erupsi kerion ulseratif dalam. Ini sering menyebabkan pembentukankeloid
dan skar dengan alopesia permanen. Tipe timbulnya penyakit tergantung
padainteraksi pejamu dan jamur penyebab.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala yang
disebabkan oleh spesies dermatofita. Kelainan ini dapat ditandai dengan
lesi bersisik, kemerah-merahan, alopesia, dan kadang terjadi gambaran
klinis yang lebih berat, yang disebut kerion.1
Tinea kapitis merupakan penyakit dermatofitosis paling banyak
pada anak-anak, mengenai kulit dan rambut scalp, ditandai dengan skuama
dan bercak alopesia.2

2.2. Epidemiologi
Penularan penyakit dapat secara langsung atau tidak langsung
misalnya melalui sisr, topi, bantal, tempat duduk di bioskop. Rambut yang
sudah terlepas/rontok tetap infeksius selama bertahun-tahun. Penularan
meningkat pada higiene jelek, penduduk padat, dan kondisi sosial ekonomi
rendah. Adanya carrier asimtomatik menyebabkan tinea kapitis sulit
diberantas.2
Pada umumnya mengenai anak prapubertas berusia antara 2-14
tahun, paling sering pada anak usia antara 3-7 tahun. Tinea kapitis pada
orang dewasa dapat ditemui pada pasien AIDS. 2
Insidens tinea kapitis masih belum diketahui pasti, tersering
dijumpai pada anak-anak 3-14 tahun jarang pada dewasa. Transmisi
meningkat karena berkurangnya higiene sanitasi individu, kepadatan
penduduk dan status sosial ekonomi yang rendah. Penularan dapat terjadi

melalui sisir, topi, sarung bantal, dan kursi teater. Bahkan setelah rambur
rontok, mungkin masih dapat menularkan selama lebih dari satu tahun.2,3
Di Surabaya kasus baru tinea kapitis antara tahun 2001 - 2006
insidennya

dibandingkan

kasus

baru

dermatomikosis

di

Poli

Dermatomikosis URJ Kulit dan Kelamin RSU Dr. Soetomo antara 0,31% 1,55%. Pasien tinea kapitis terbanyak pada masa anak-anak < 14 tahun
93,33%, anak laki-laki lebih banyak (54,5%) dibanding anak perempuan
(45,5%). Di Surabaya tersering tipe kerion (62,5%) daripada tipe Gray
Patch (37,5%). Tipe Black dot tidak diketemukan. Spesies penyebab
Microsporum

gypseum

(geofilik),

Microsporum

ferrugineum

(antropofilik) dan Trichophyton mentagrophytes (zoofilik yang dijumpai


pada hewan kucing, anjing,sapi, kambing, babi, kuda, binatang pengerat
dan kera) 3.

2.3. Etiologi
Penyebab tinea capitis adalah semua dermatofita yang pathogen,
kecuali kecuali E. floccosum, T.concentricum.2,3
Penyebab yang paling umum di seluruh dunia adalah M. canis, dan
di Amerika Serikat adalah T. tonsurans (>90%), sisanya dapat disebabkan
oleh T. violaceum, M. canis dan T. audounii.

2,3

Data penyebab tinea tinea

kapitis di Indonesia belum diteliti.


Dilihat

dari

tempat

hidupnya

jamur

penyebab

dapat

dikelompokkan sebagai berikut :


a. Jamur antropofilik : tempat hidup sebenarnya adalah pada manusia seperti
T. tonsurans, T. violaceum. Jadi jamur kelompok ini menyebar dari
manusia ke manusia baik dengan cara langsung maupun tidak langsung.
b. Jamur zoofilik : tempat hidup sebenarnya adalah paa binatang seperti
kucing, anjing, kuda. Jamur ini menyebar dari binatang ke manusia.
Contohnya M. canis, M. audounii.

c. Jamur geofilik : tempat hidup sebenarnya adalah di tanah, menyebar dari


tanah ke manusia, contohnya M. gypseum, M. nanum.

Tabel 1. Habitat dermatofit


Jamur antropofilik
Trichophyton concentric

Jamur zoofilik
Microsporum canis

Jamur geofilik
Microsporum gypseum

T . tonsurans

M . equinum

M . fulvum

T . schoenleinii

M . gallinae

M . nanum

T . rubrum

M . persicolor

M . praecox

T . megninii

T . mentagrophytes

M . racemosum

T . mentagrophytes

T . verricosum

M . vanbreuseghemii

T . youndei

T . sarkisovii

M . cookie

T . soundanense

T . simii

T . longifusum

M . audouinii
M . ferrugineum
Epidermophyton floccosum

Tabel 2. Jamur penyebab tinea kapitis


Jamur ektotrik
Berfluoresensi

Jamur endotrik
kuning

kehijauan
M. audouinii

Berfluoresensi

dull

gray-green
T. schoenleinii

M. canis
M. ferrugineum
Tidak Berfluoresensi

Tidak Berfluoresensi

M. fulvum

T. gourvillii

M. gypseum

T. soundanense

T. megninii

T. tonsurans

T. mentagrophytes

T. violaceum

T. rubrum

T. yaoundei

t. verrucosum
2.4. Patogenesis 1,2,3
Dermatofit ektotrik tipikal menyerang perifolikuler stratum
korneum, meluas ke sekitarnya mengenai batang rambut mid to lateanagen sebelum turun ke folikel untuk memasuki korteks rambut.
Arthroconidia kemudian mencapai korteks rambut dan di transport ke atas
permukaan rambut.
Sebelum turun ke folikel rambut untuk menembus kortek rambut. Hifa-hifa
intrapilari kemudian turun ke batas daerah keratin, dimana rambut tumbuh dalam
keseimbangan dengan proses keratinisasi, tidak pernah memasuki daerah berinti.
Ujung-ujung hifa-hifa pada daerah batas ini disebut Adamsons fringe, dan dari
sini hifa-hifa berpolifrasi dan membagi menjadi artrokonidia yang mencapai
kortek rambut dan dibawa keatas pada permukaan rambut. Rambut-rambut akan
patah tepat diatas fringe tersebut, dimana rambutnya sekarang menjadi sangat
rapuh sekali.Secara mikroskop hanya artrokonidia ektotrik yang tampak pada
rambut yang patah,walaupun hifa intrapilari ada juga.
Dermatofit endotrik sama dengan ektotrik tetapi arthroconidia
tetap di dalam batang rambut menggantikan keratin intrapapilar dan
korteks tetap utuh rambut sangat rapuh/dan mudah patah pada
permukaan kulit skalp bintik-bintik kecil hitam (tinea black dot). Infeksi
endotrik juga lebih kronis karena kemampuannya tetap berlangsung di fase
anagen ke fase telogen.

2.5. Manifestasi Klinik 1,2,3,4


Secara garis besar dapat dikelompokkan dalam kelompok noninflamasi (gray patch ringworm & black dot ringworm) dan inflamasi
(kerion celcii, favus).
Di dalam klinik tinea kapitis dapat dilihat sebagai 3 bentuk yang jelas :

1. Gray patch ringworm


Tinea kapitis yang biasanya disebabkan oleh genus Microsporum
dan sering ditemukan pada anak-anak. Umumnya disebabkan oleh jamur
antropofilik ektotrik seperti M. audouinii dan jamur zoofilik M. canis.
Peradangan bersifat minimal. Penyakit mulai dengan papul merah yang
kecil di sekitar rambut. mengelilingi satu batang rambut yang meluas
sentrifugal mengelilingi rambut-rambut sekitarnya Papul ini melebar dan
membentuk bercak, yang menjadi pucat dan bersisik. Keluhan penderita
adalah rasa gatal. Warna rambut menjadi abu-abu dan tidak berkilat lagi.
Rambut mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga mudah dicabut
dengan pinset tanpa rasa nyeri. Rambut putus kurang lebih 1 cm di aats
permukaan kulit sehingga tampak botak (alopesia) berbatas tegas. Semua
rambut di daerah tersebut terserang oleh jamur, sehingga dapat terbentuk
daerah alopesia setempat. 1,2,3
Pada daerah alopesia terdapat skuama abu-abu (grey patch). Grey
patch yang dilihat di dalam klinik tidak menunjukkan batas-batas daerah
sakit dengan pasti. Sisa rambut yang terputus jika di tes dengan Woods
light akan berfluoresensi hijau kekuning-kuningan pada rambut yang sakit
melampaui batas grey patch tersebut. Pada kasus-kasus tanpa keluhan,
pemeriksaan

dengan

lampu

Woods

banyak

membantu

dalam

mendiagnosis tinea kapitis. Lesi paling sering di regio oksipital. Seringkali


lesinya tampak satu atau beberapa daerah yang berbatas jelas pada daerah
oksiput. 2,3
Kesembuhan spontan biasanya terjadi pada infeksi Microsporum.
Ini berhubungan dengan mulainya masa puber yang terjadi perubahan
komposisi sebum dengan meningkatnya asam lemak-lemak yang
fungistatik, bahkan asam lemak yang berantai medium mempunyai efek
fungistatik yang terbesar . Juga bahan wetting (pembasah) pada shampo
merugikan jamur seperti M. audouinii. 4
2. Tinea Kapitis black dot

Bentuk ini disebabkan karena jamur endotrik antropofilik, yaitu T.


tonsurans atau T. violaceum. Peradangan kulit paling minimal. Pada
permulaan penyakit, gambaran klinisnya menyerupai kelainan yang
disebabkan oleh genus Microsporum. Rambut yang terputus tepat di atas
permukaan kulit/ tepat pada muara folikel, dan yang tertinggal adalah
ujung rambut yang penuh spora. Ujung rambut yang hitam di dalam folikel
rambut ini memberikan gambaran khas, yaitu black dot. Ujung rambut
yang patah, kalau tumbuh kadang-kadang masuk ke bawah permukaan
kulit. Dalam hal ini perlu dilakukan irisan kulit untuk mendapatkan bahan
biakan jamur. Ditemukan skuama pada daerah alopesia. Lesi biasanya
banyak, poligonal, dan batas kurang tegas. 1,2,3,4
3. Kerion celcii
Umumnya kerion celcii disebabkan oleh jamur zoofilik atau
geofilik seperti M. canis dan M. gypseum. Kerion celcii adalah reaksi
peradangan yang berat pada tinea kapitis, berupa pembengkakan yang
menyerupai sarang lebah dengan sebukan sel radang yang padat di
sekitarnya. Reaksi radamg disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas
terhadap infeksi, spectrum peradangan mulai dari ringan, yaitu eritema,
papula, krusta, pustular folikulitis sampai berat sebagai kerion berupa
massa yang menonjol dipenuhi potongan-potongan rambut yang terputus,
krusta dan pus. Pasien dapat mengalami limfadenopati di posterior
servikal, nyeri dan demam. Akibat radang yang hebat tersebut, jika
sembuh dapat meninggalkan jaringan parut permanen dan menimbulkan
alopesia menetap. Lesi dapat meluas mengenai daerah kulita glabrosa. 1,2,3,4
2.6. Pemeriksaan Penunjang 1,2,3,4
Pemeriksaan mikologik untuk membantu menegakkan diagnosis
terdiri atas pemeriksaan langsung sediaan basah dan biakan. Pada
pemeriksaan mikologik untuk mendapatkan jamur diperlukan bahan klinis,
yang dapat berupa kerokan kulit, rambut dan kuku. Bahan untuk
pemeriksaan miologik diambil dan dikumpulkan sebagai berikut : terlebih
dahulu tempat kelainan dibersihkan dengan spiritus 70% kemudian untuk :

1. Bahan dari rambut :


Rambut yang terinfeksi jamur dicabut dengan pinset, diletakkan di atas
gelas alas, lalu ditetesi dengan larutan KOH 10-20%, untuk melihat
elemen jamur lebih nyata ditambahkan zat warna pada KOH, misalnya
tinta Parker super chroom blue black, ditutup dengan gelas penutup,
dilewatkan di atas api Bunsen 2-3 kali untuk melarutkan keratin dan
dilihat di bawah mikroskop dengan pembesaran rendah. Mula-mula
dengan pembesaran 10x10, kemudian dengan pembesaran 10x45. Hasil
yang positif ada 2 kemungkinan yang terlihat, yaitu :
a. Ektotrik : tampak arthroconidia kecil atau besar membentuk
lapisan mengelilingi bagian luar batang rambut.
b. Endotrik : tampak arthroconidia di dalam batang rambut.
2. Bahan dari skuama
Daerah lesi dibersihkan dengan kapas alcohol, setelah kering
skuama dikerok dengan menggunakan scalpel terutama pada tepi lesi,
diletakkan di atas gelas alas lalu ditetesi larutan KOH 10-20%, ditutup
dengan gelas alas, dilewatkan di aats api Bunsen beberapa kali untuk
melarutkan skuama/keratin, kemudian diperiksa di bawah mikroskop.
Hasil positif akan tampak hifa bersepta dan bercabang.
3. Kultur
Untuk spesifikasi perlu dilakukan biakan pada media Sabouraud,
oleh karena semua spesies dermatofita tampak identik. Memakai swab
kapas steril yang dibasahi akua steril dan digosokkan di atas kepala yang
berskuama7 atau dengan sikat gigi steril dipakai untuk menggosok rambutrambut dan skuama dari daerah luar di kepala, atau pangkal rambut yang
dicabut langsung ke media kultur11. Spesimen yang didapat dioleskan di
media

Mycosel

atau

Mycobiotic

(Sabourraud

dextroseagar

khloramfenikol + sikloheksimid) atau Dermatophyte test medium(DTM).


Perlu 7 - 10 hari untuk mulai tumbuh jamurnya 7. Dengan DTM ada
perubahan warna merah pada hari 2-3 oleh karena ada bahan fenol

dimedianya, walau belum tumbuh jamurnya berarti jamur dematofit


positif.

4. Woods light
Dapat membantu menentukan batas lesi. Untuk jamur tertentu akan
memberikan fluoresensi karena adanya pteridine. Rambut yang tampak
dengan jamur M. canis, M. audouinii dan M.ferrugineum memberikan
fluoresen warna hijau terang oleh karena adanyabahan pteridin. 1Jamur
lain penyebab tinea kapitis pada manusia memberikan fluoresennegatif
artinya

warna

tetap

ungu

yaitu

M.

gypsium

dan

spesies

Trichophyton(kecuali T. schoenleinii penyebab tinea favosa memberi


fluoresen hijau gelap).Bahan fluoresen diproduksi oleh jamur yang
tumbuh aktif di rambut yangterinfeksi. 1,2,3
2.7. Diagnosis 2
Pada umumnya diagnosis dapat ditegakkan dengan melihat gambaran klinis, serta
dibantu dengan pemeriksaan laboratorik dan tes Woods light. Biakan biasanya
dilakukan untuk mengetahui spesies, pada umumnya untuk kepentingan
penelitian. Namun apabila pemeriksaan dari rambut dan kerokan kulit hasilnya
negative, maka baku emas prognosis adalah hasil biakan.
2.8. Diagnosis Banding 1,2,3
1. Dermatitis seboroik
2. Psoriasis
3. Alopesia areata
4. Trikotilomania
5. Impetigo, folikulitis bacterial
6. Sifilis
7. Lups eritematosus
8. Favus

Diagnosis banding tinea kapitis berskuama dan peradangan minimal :


a. Dermatitis seboroik3,5
Keradangan yang biasanya terjadi pada sebelum usia 1 tahun atau
sesudahpubertas yang berhubungan dengan rangsangan kelenjar
sebasia. Tampakeritema dengan skuama diatasnya sering berminyak,
rambut yang terkenabiasanya difus, tidak setempat1. Rambut tidak
patah. Distribusi umumnya dikepala, leher dan daerah-daerah
pelipatan. Alopesia sementara dapat terjadidengan penipisan rambut
daerah kepala, alis mata, bulu mata atau belakangtelinga. Sering
tampak pada pasien penyakit syaraf atau immunodefisiensi.
b.

Dermatitis atopik3,5
Dermatitis atopik yang berat dan luas mungkin mengenai kepala
denganskuama kering putih dan halus. Khas tidak berhubungan dengan
kerontokanrambut, bila ada biasanya karena trauma sekunder karena
garukan kepalayang gatal. Disertai lesi dermatitis atopik di daerah
lain.

c.

Psoriasis3,4,5
Psoriasis kepala khas seperti lesi psoriasis dikulit, plak eritematos
berbatasjelas dan berskuama lebih jelas dan keperakan diatasnya, dan
rambutrambuttidak patah. Kepadatan rambut berkurang di plak
psoriasis jugameningkatnya menyeluruh dalam kerapuhan rambut dan
kecepatan rontoknya rambut telogen. 10% psoriasis terjadi pada anak
kurang 10 tahun dan 50% mengenai kepala , dan sering lesi psoriasis
anak terjadi pada kepala saja, maka kelainan kuku dapat membantu
diagnosis psoriasis.

d.

Pitiriasis amiantasea4,5 (Pitiriasis asbestos)


Adalah tumpukan skuama dalam masa yang kusut1. Dermatitis
kepalalokalisata yang non infeksius yang tidak diketahui sebabnya.

Skuama yangputih tebal melekat sering dijumpai mengikat batang


rambut proksimal.Kepala dapat tampak beradang. Rontok rambut
sementara dapat terjadidengan pelepasan manual skuama yang
melekat. Kelainan kulit dilain tempatyang menyertai biasanya tidak
ada, namun dapat mempunyai penyakit yangmenyertai, yaitu
Dermatitis

atopik

atau

keradangan

kulit

lainnya. Ada

yang

menganggap sebagai psoriasis dini6.

Diagnosis banding tinea kapitis yang alopesia jelas3 :


a. Alopesia areata3,4,5
Alopesia areata mempunyai tepi yang eritematus pada stadium
permulaan, tetapi dapat berubah kembali ke kulit normal. Juga jarang ada
skuama dan rambut-rambut pada tepinya tidak patah tetapi mudah dicabut.
b. Trikotilomania3,5
Khas adanya alopesia yang tidak sikatrik berbatas tidak jelas
karena pencabutan rambut oleh pasien sendiri. Umumnya panjang rambut
berukuran macam-macam pada daerah yang terkena. Tersering di kepala
atas, daerah oksipital dan parietal yang kontra lateral dengan tangan
dominannya. Kadang-kadang ada gambaran lain dari kelainan obsesif
kompulsif misalnya menggigit-gigit kuku, menghisap ibu jari atau ada
depresi atau kecemasan. Dapat disertai efek efluvium telogen yaitu berupa
tumbuhnya kembali rambut yang terlambat atau rontoknya rambut
meningkat sebelum tumbuh kembali.
c.

Pseudopelade3,7
Dari kata Pelade yang artinya alopesia areata. Pseudopelade adalah
alopesia sikatrik progresif yang pelan-pelan, umumnya sebagai
sindroma

klinis sebagai hasil akhir dari satu dari banyak proses patologis yang
berbeda (yang diketahui maupun yang tidak diketahui), walaupun klinis
spesifik jenis tidak beradang selalu dijumpai misalkan karena likhen
planus, lupus eritematus stadium lanjut.
Diagnosis banding tinea kapitis yang inflamasi3 :
a. Pioderma bakteri
Infeksi

kulit

karena

bakteri

Staphylococcus

aerius

atau

Streptococcuspyogenes, misalkan folikulitis, furunkel atau karbunkel. 3


b.

Folliculitis decalvans 3,7


Adalah sindroma yang klinis berupa folikulitis kronis sampai
sikatrikprogresif8. Folikulitis atrofik pada dermatitis seboroik.

Diagnosis banding alopesia sikatrik3 :


a. Diskoid Lupus eritematosus5,8
Diskoid LE di kepala tampak alopesia dan biasanya permanent
khas adafoliculler plugging. Tampak pada 1/3 pasien DLE.
b. Liken planopilaris
Lesi folikular disertai skuama yang kemudian menjadi alopesia
sikatrik. 9

2.9. Komplikasi
1. Infeksi sekunder
2. Alopesia sikatrik permanen
3. Kambuh
2.10. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Umum 2,9,10


a. Mencari binatang penyebab dan diobati di dokter hewan untuk mencegah
infeksi pada anak-anak lain.
b. Mencari kontak manusia atau keluarga, dan bila perlu dikultur
c. Anak-anak tidak menggunakan bersama sisir, sikat rambut atau topi,
handuk, sarung bantal dan lain yang dipakai dikepala.
d. Anak-anak kontak disekolah atau penitipan anak diperiksakan ke
dokter/rumah sakit bila anak-anak terdapat kerontokan rambut yang
disertaiskuama. Dapat diperiksa dengan lampu Wood.
e. Pasien diberitahukan bila rambut tumbuh kembali secara pelan, sering
perlu3-6 bulan. Bila ada kerion dapat terjadi beberapa sikatrik dan
alopesiapermanen.
f. Mencuci berulang kali untuk sisir rambut, sikat rambut, handuk, boneka
danpakaian pasien, dan sarung bantal pasien dengan air panas dan
sabun14atau lebik baik dibuang
2. Terapi Medis 1,2,3,4
a. Griseofulvin
Tinea kapitis memerlukan terapi sistemik karena obat harus
mengadakan penetrasi ke folikel rambut. Beberapa decade griseofulvin
merupakan obat pilihan (drug of choice) dan hanya obat ini yang disetujui
oleh Food Drug Adminstration (FDA) untuk mengobati tinea kapitis. Pada
anak, namun beberapa obat lain dievaluasi untuk pengobatan tinea kapitis
seperti flukonazol, itrakonazol, ketokonazol, dan terbinafin.
Griseofulvin ditolerasi dengan baik, aman dan dipakai di seluruh dunia.
Kesembuha rata-rata obat griseofulvin bergantung pada dosis. Dahulu
dosis yang digunakan adalah 10mg/kg/hari namun banyak kegagalan
dengan

dosis

tersebut.

Dosis

kemudian

dinaikkan

20mg/kg/hari

memberikan hasil lebih baik, tetapi trenyata dosis terbaik adalah


25mg/kg/hari. Obat dikonsumsi setelah makan atau setelah minum sus

oleh karena absorpsinya menjadi lebih baik. Terapi biasanya memakan


waktu 6-8 pekan dan diteruskan 2 pekan setelah klinis baik.
Efek sampingnya jarang ditemukan.dapat berupa sakit kepala,
gangguan GIT, fotosensitivitas, dan reaksi obat morbiliformis.
Terapi

topical

dapat

digunakan

bersamaan,

yaitu

dengan

menggunakan shampoo anti jamur, seperti ketokonazole, selenium sulfide


2-3 kali sepekan. Shampoo ini hanya dapat menghilangkan skuama dan
eradikasi spora yang dapat menurunkan penyebaran penyakit ke orang
lian.
Kontraindikasi : pada kehamilan, gagal hepar, dan porfiria.
b. Kapsul Itrakonazol (100 mg) 1,2,3,6,9
Dosis 5 mg/Kg BB/hari selama 2-4 minggu3,6
Terapi dosis denyut 5 mg/Kg BB/ hari selama 1 minggu dalam 1 bulan,
istirahat 2 minggu/siklus bila belum sembuh diulang dapat sampai 2-3
siklus.
Bersifat fungisidal sekunder oleh karena terjadi fungitoksik.
Minumnya kapsul bersama mentega kacang, atau saus apel dan dilanjutkan
dengan jus buah. Sama efektifnya untuk karena Microsporum canis
maupun Trichophyton.Tidak boleh diminum bersama antasida atau H2
blocker oleh karena absorbsinya perlu suasana asam. 7,14Bila diberikan
bersama phenytoin dan H2 antagonis akan meningkatkan kadar kedua obat
tersebut. Sedang kadar Itrakonazol akan lebih rendah bila diberikan
bersamaan rifampisin, isoniasid, phenytoin dan karbamazepin.
Monitor laboratorium fungsi hepar dan darah lengkap bila
pemakaian lebih 4 minggu.6

c. Tablet Terbinafin (tablet 250 mg) 1,2,3,6,9


Bersifat fungisidal primer terhadap dermatofit. Dosis 3-6mg/KgBB/ hari
selama 4 minggu :
< 20 mg : 62,5 mg (1/4 tablet)/ hari

20-40 mg : 125 mg (1/2 tablet)/ hari


> 40 mg : 250 mg/ hari
Bila karena M. canis perlu 6-8 minggu, lebih sukar untuk
dibasmidaripada karena Trichophyton oleh karena virulensinya atau
karenainfeksi ektotriknya masih belum diketahui. Diberikan untuk anak
umur > 2 tahun4. Monitor laboratorium fungsiliver dan darah lengkap
diperiksa bila pemakaian lebih 6 minggu3.
d. Tablet Flukonazol 1,2,3,6,9
Sebetulnya juga bisa digunakan untuk terapi tinea kapitis namun
tidak lebih superior daripada obat lainnya. Lebih diindikasikan untuk
infeksi mukosa dan infeksi sistemik pada kasus Kandidiasis, dan
Kriptokokosis, terutama pada pasien imunokompromais. Flukonazol lebih
cepat resisten dibanding obat jamur lain, sedangkan untuk tineakapitis,
flukonazol tidak lebih superior, sehingga sebaiknya flukonazol digunakan
untuk kasus selektif. Dosisya 6 mg/Kg BB/hari, 20 hari. 8mg/kgBB/pecan
selama 4-8 pekan17. Efektif untuk Microsporum maupun Trichophyton.
3. Terapi Ajuvan
Shampo1,2,3,9
Shampo

obat

berguna

untuk

mempercepat

penyembuhan,

mencegah kekambuhan dan mencegah penularan14,15,16, serta membuang


skuama dan membasmi spora viabel17, diberikan sampai sembuh klinis dan
mikologis :
a. Shampo selenium sulfit 1% - 1,8%dipakai 2-3 kali/ minggu didiamkan 5
menit baru dicuci
b. Shampo Ketokonazole 1% - 2%dipakai 2-3 kali/ minggu didiamkan 5
menit baru dicuci
Setelah menggunakan shampo diatas maka dianjurkan memakai Hair
Conditioner dioleskan dirambutnya dan didiamkan satu menit baru dicuci
air. Hal ini untuk membuat rambut tidak kering.

Juga shampo ini dipakai untuk karier asimptomatik yaitu kontak dekat
dengan pasien, seminggu 2 kali selama 4 minggu. Karena asimptomatik
lebih menyebarkan tinea kapitis disekolah atau penitipan anak yang kontak
dekat dengan karier daripada anak-anak yang terinfeksi jelas.
4.Terapi Kerion 1,2,3,6
Pengobatan optimal kerion tidak jelas apakah perlu dengan obat oral
antibiotika dan kortikosteroid sebagai terapi ajuvan dengangriseofulvin 7.
Beberapa penelitian menyatakan :
1. Kerion lebih cepat kempes dengan kelompok yang menerima griseofulvin
saja
2. Sedangkan skuama dan gatal lebih cepat bersih / hilang dengan kelompok
yang menerima ke 3 obat yaitu griseofuvin, antibiotika dan kortikosteroid
oral
3. Kortikosteroid oral mungkin menurunkan insiden sikatrik. Juga
bermanfaat menyembuhkan nyeri dan pembengkakan3,17. Dosis prednison
1 mg/Kg BB/hari untuk 1-2 pekan.
4. Pemberian antibiotika dapat dipertimbangkan terutama biladijumpai
banyak krusta
2.11. Prognosis 4,10
Tinea kapitis tipe Gray patch sembuh sendirinya dengan waktu,
biasanya permulaan dewasa. Semakin meradang reaksinya, semakin dini
selesainya penyakit, yaitu yang

zoofilik (M. canis, T. mentagrophytes

dan T. verrucosum) . Infeksi ektotrik sembuh

selama

normal penyakit tanpa pengobatan. Namun pasien menyebarkan

perjalanan
jamur

penyebab kelain anak selama waktu infeksi .Sebaliknya infeksi endotrik


menjadi kronis dan berlangsung sampai dewasa.T. violacaum, T. tonsurans
menyebabkan infeksi tetap, pasien menjadi vektor untuk menyebarkan
penyakit dalam keluarga dan masyarakat, pasien seharusnya cepat diobati
secara aktif untuk mengakhiri infeksinya dan mencegah penularannya.

BAB III
KESIMPULAN
Tinea kapitis adalah infeksi yang sering terjadi pada anak-anak
dengan bermacam macam gejala klinis. Keadaan penduduk yang padat
menyimpan jamur penyebab dan adanya karier asimtomatis yang tidak
diketahui menyebabkan prevalensi penyakit.
Tablet griseofulvin adalah pengobatan yang efektif dan aman,
sebagai obat linipertama (gold standard). Obat lini kedua yaitu
Itrakonazol, terbinafin atau kalauterpaksa dengan flukonazol diberikan
untuk pasien yang tidak sembuh dengan griseofuvin, atau dapat sebagai
obat jamur lini pertama. Terapi ajuvan dengan shampo anti jamur untuk
membasmi serpihan (fomites) yang terinfeksi,
mengevaluasi serta penanganan kontak yang dekat dengan pasien

DAFTAR PUSTAKA
1. Kartowigono soenarto, SpKK(K) . Sepuluh Besar Kelompok Penyakit Kulit.
Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya.2012
2. . Adhi Juanda, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi 5. Bagian Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2008.
3. Nelson MM; Martin AG, Heffernan MP. Superficial Fungal infection :
Dermatophytosis, Onychomycosis, Tinea Nigra, Piedra. Dalam : Freedberg
IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI. Fitzpatricks
Dermatologyin General Medicine 6th ed. New York Mc Graw Hill, 2005.
4. Rippon JW. Medical Mycology 3rd ed. Philadelphia: WB Saunders Co, 2005
5. Schroeder TL, Levy ML. Treatment of hair loss disorders in children.
DermatolTher 2007; 2 : 84-92.
6. Hebert AA. Diagnosis and treatment of tinea capitis in children. Dermatol
Ther 2008; 2 : 78-83
7. Dawber RPR, de Becker D, Wojnarowska F, Disorder of Hair. Dalam :
Champion RH, Burton JZ, Burno DA, Breatnach SDM, editors.
Rook/Wilkinson/EblingTextbook of Dermatology, 6th ed. Oxford : Blackwell
Science, 2006 : p 2869-973
8. Rowell NR, Goodfield MJD. The Connective Tissue diseases. Dalam :
Champion

RH,

Burton

JZ,

Burns

DA,

Breatnach

SDM,

editors.

Rook/Wilkinson/EblingTextbook of Dermatology, 6th ed. Oxford : Blackwell


Science, 2008 : p 2437-575.

ter

Anda mungkin juga menyukai