Anda di halaman 1dari 17

Referat

SKABIES

Oleh:

Hana Yuniko Gandasari, S.Ked

04054821719140

Pembimbing:

dr. Sarah Diba, Sp.KK

BAGIAN/DEPARTEMEN DERMATOLOGI DAN VENEREOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2017
HALAMAN PENGESAHAN

Referat

Judul

SKABIES

Oleh

Hana Yuniko Gandasari, S.Ked

04054821719140

Pembimbing

dr. Sarah Diba, Sp.KK

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian Dermatologi dan Venereologi Fakultas Kedokteran Univesitas Sriwijaya
Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 15 Mei 2017 19 Juni 2017.

Palembang, Mei 2017

Pembimbing,

dr. Sarah Diba, Sp.KK

2
SKABIES
Hana Yuniko Gandasari, S.Ked
Pembimbing dr. Sarah Diba, SpKK
Bagian/Departemen Dermatologi dan Venereologi
FK Unsri/RSUP Moh. Hoesin Palembang
2017

PENDAHULUAN
Skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan penetrasi tungau
parasit Sarcoptes scabiei var. hominis ke epidermis.1 Tungau betina berfertilisasi dan menaruh
telur di stratum korneum.2 Tungau bersifat obligat pada manusia, tinggal dalam terowongan
yang dibuat dalam epidermis superfisial.1

Skabies dapat mengenai semua usia, ras dan tingkat sosial ekonomi, tetapi prevalensi
masih sulit didapatkan.1 Lingkungan padat penduduk, yang sering terdapat pada negara
berkembang dan hampir berkaitan dengan kemiskinan dan kebersihan yang buruk, dapat
meningkatkan penularan dan penyebaran skabies. 3 Penularan bisa melalui personal kontak,
namun prevalensi terbanyak penularan melalui kontak dengan benda.1

Skabies memiliki tingkat kompetensi 4A, artinya lulusan dokter harus mampu
membuat diagnosis klinik, dan melakukan penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri
dan tuntas.4 Tinjauan pustaka ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pembaca
mengenai skabies dengan membahas etiopatogensis, gambaran klinis, pemeriksaan
penunjang, diagnosis, diagnosis banding, penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis pada
penyakit skabies.

ETIOPATOGENESIS
Parasit Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida. Pada manusia
disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Tungau betina dewasa berukuran panjang 0,4 mm dan
0,3 mm dan ukuran jantan lebih kecil dengan panjang 0,2 mm dan lebar 0,15 mm. Pada
pemeriksaan mikroskopis, badan tungau berwarna putih suram dan terdapat gambaran
gelombang transversal yang jelas. Bagian dorsal ditutupi rambut halus dan duri disebut
dentikel. Tungau dewasa mempunyai empat pasang kaki, dua pasang kaki depan sebagai alat
untuk melekat. 5

Tungau dapat menembus epidermis dalam waktu 20 menit dan bertelur sebanyak 3
telur perhari. Telur tersebut menetas setelah 4 hari, kemudian larva berpindah ke permukaan

3
kulit dan berkembang disana. Setelah 2 pekan, terjadi kopulasi antara tungau jantan dan
betina. Kopulasi antara tungau jantan dan betina dewasa terjadi di stratum korneum.1 Tungau
betina yang sudah mengalami fertilisasi membuat terowongan pada malam hari sepanjang 2-3
mm per hari untuk meletakkan telurnya. Terowongan tidak terbatas pada stratum korneum
saja tetapi dapat menembus lapisan lain di epidermis, tidak lebih dalam dari stratum
granulosum. Telur dan feses di deposit di bagian belakang tungau betina di dalam
terowongan. Setiap tungau betina dapat menghasilkan 1-4 telur per hari dan 40-50 telur
selama hidupnya (4-6 pekan). Selama itu tungau tidak keluar dari terowongan. Dalam 2-3 hari
telur menetas menjadi larva dan keluar dari terowongan. Larva kemudian menjadi nympha
dalam 3-4 hari, kemudian menjadi tungau jantan dan betina dewasa dalam 4-7 hari. Terjadi
kopulasi lagi dan tungau betina membuat terowongan lagi sedangkan tungau jantan akan mati
(Gambar .1).6

Gambar 1. Siklus hidup Sarcoptes scabiei12

Tungau betina dapat hidup lebih lama dari tungau jantan yaitu lebih dari 30 hari.3
Tungau skabies umumnya hidup pada suhu lembab dan pada suhu kamar (21 C dengan
kelembaban relatif 40-80%) tungau masih dapat hidup di luar tubuh hospes selama 24-36
jam.6

4
Masuknya Sarcoptes scabiei ke dalam epidermis tidak segera memberikan gejala
gatal. Gatal timbul 1 bulan setelah infestasi primer serta ada infestasi kedua sebagai
manifestasi respon imun terhadap tungau maupun sekret yang dihasilkan di terowongan
bawah kulit. 7 Terjadi hipersensitivitas tipe cepat dan tipe lambat untuk terjadinya lesi. Untuk
infestasi hanya memerlukan kurang lebih 10 tungau. Pada reinfestasi gatal sudah dapat
dirasakan dalam 24 jam. Keterlibatan hipersensitivitas tipe lambat pada terjadinya papul dan
nodul yang meradang, berdasarkan pada perubahan histologis dan ditemukannya limfosit T
pada infiltrat kulit. Temuan imunologis lain yaitu adanya IgG dan IgM yang tinggi dan IgA
rendah dalam serum dan kembali normal setelah terapi. 7

GEJALA KLINIS
Gejala klinis skabies pada orang belum pernah terpajan sebelumnya biasanya
berkembang dalam empat sampai enam pekan, tetapi dapat juga paling cepat satu pekan dan
paling lambat satu tahun. Pada pasien yang sebelumnya pernah terinfeksi skabies, biasanya
akan mengalami gejala dalam satu sampai empat hari paska pajanan.15
Kelainan klinis pada kulit yang ditimbulkan oleh infestasi tungau sangat bervariasi.
Gejala yang dominan berupa keluhan gatal lebih berat terutama di malam hari. Predileksi
skabies terdapat di beberapa area kulit, terutama jari-jari tangan, pergelangan tangan, siku,
bahu, kaki terutama pergelangan kaki, area genital laki laki termasuk penis, skrotum, dan area
genital perempuan termasuk areola mammae (Gambar. 2).16

Gambar 2. Predileksi skabies7.

Gambaran klinis skabies berupa papul, pustul, dan kanalikuli (terowongan) yang
menandai perjalanan tungau. Terowongan skabies dapat berupa peninggian kulit atau sejajar
dengan kulit berupa lesi linier melengkung dengan ujung terdapat papul atau pustul, tempat

5
tungau dewasa. Terowongan ini kadang sulit ditemukan karena sering tergaruk tetapi dapat
mudah dicari di tangan, jari, pergelangan tangan, dan pergelangan kaki (Gambar. 3).16

A B

C D

Gambar 3. Gambaran klinis lesi pada skabies. (A) Terowongan skabies pada perut. (B) Papul eritem pada area
genital laki-laki. (C) Tipikal lesi skabies berupa papul dan pustul disertai erosi akibat garukan pada pergelangan
tangan. (D) Lesi skabies di area kepala dan leher pada anak-anak.15

Petunjuk penting lain adalah keluhan gatal dengan atau tanpa ruam pada anggota
keluara lain yang tinggal serumah. Pada perkampungan padat penduduk, sebagian besar
tetangga yang berdekatan akan terserang tungau. Pasien ini bersifat sebagai pembawa
(reservoir).16
Crusted scabies atau skabies Norwegia adalah bentuk atipikal skabies, sangat menular
dan terjadi pada pasien lebih tua, immunocompromised, atau tinggal dalam jarak dekat. Lesi
berupa plak hiperkeratotik tersebar di telapak tangan dan kaki disertai penebalan dan distrofi
kuku jari tangan dan kaki dengan keterlibatan kulit kepala. Umumnya, tungau yang
ditemukan pada pasien skabies tipikal berjumlah 10 sampai 15 tungau. Pada Skabies
Norwegia, tungau dapat ditemukan pada lesi dengan risiko penularan yang besar.16 (Gambar
4.)

6
Gambar 4. Crusted Scabies1

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis skabies dapat ditegakkan dengan ditemukan tungau melalui pemeriksaan
mikroskop. Pemeriksaan kerokan kulit dilakukan pada papul eritem, pustul, vesikel, dan
nodul atau papul di ujung terowongan. Kerokan kulit ditetesi larutan KOH 10%, hasil kerokan
tersebut diamati dengan mikroskop dengan perbesaran 10-40 kali. Cara lain adalah dengan
meneteskan minyak immersi pada lesi, dan epidermis diatasnya dikerok secara perlahan-lahan
kemudian ditutup dengan gelas objek. Pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop
dlakukan dengan pembesaran 10x atau 40x dapat dilihat tungau, telur atau fecal pellet
(Gambar. 5).16

A B C

Gambar 5. Pemeriksaan mikroskopis pada kerokan kulit dengan tetesan KOH 10%. Tampak (A) tungau. (B)
Telur tungau. (C) Scybala (fecal pellet). 15

Pemeriksaan lain dengan menggunakan laurtan tetrasiklin. Larutan tetrasiklin


dioleskan pada terowongan. Setelah itu, dikeringkan selama 5 menit. Larutan dibersihkan
dengan isopropilalkohol atau air mengalir. Tetrasiklin akan berpenetrasi ke dalam melalui
stratum korneum dan terowongan akan tampak dengan penyinaran lampu wood, sebagai garis
linier berwarna kuning kehijauan sehingga tungau dapat ditemukan.17

7
Metode sederhana untuk menemukan terowongan skabies adalah dengan tes tinta
burrow (Gambar. 6). Papul skabies dilapisi tinta pena, kemudian segera dihapus dengan
alkohol, maka jejak terowongan akan terlihat sebagai garis yang karakteristik, berbelok-belok,
dan lebih gelap dari kulit sebelahnya karena akumuluasi tinta di terowongan.14,15

Gambar 6. Tes tinta burrow menunjukkan terowongan skabies. Tes ini berguna ketika pemeriksaan penunjang
lain tidak tersedia.15

Pemeriksaan lain adalah dengan mengambil tungau dengan jarum. Jarum dimasukkan
ke dalam papul di ujung terowongan dan digerakkan tangensial dan dilihat dengan kaca
pembesar. Tungau akan memegang ujung jarum dan dapat diangkat keluar.14
Metoda diagnostik lain mencakup biopsi plong (punch biopsy) dan dermoskopi yang
dapat digunakan untuk memeriksa tungau secara in vivo.1

DIAGNOSIS

Penegakan diagnosis skabies dilakukan dengan melihat tanda kardinal skabies. Tanda
kardinal antara lain pruritus nokturnal, menyerang secara berkelompok, ada terowongan dan
ditemukan tungau. 7
Pruritus nokturnal yaitu gatal pada malam hari yang disebabkan oleh aktivitas tungau
ini lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas. 7
Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misal dalam satu keluarga biasanya
seluruh anggota keluarga dapat menderita skabies. Begitu pula dalam sebuah perkampungan
yang padat penduduk, sebagian besar tetangga yang berdekatan dapat diserang oleh tungau
Sarcoptes scabiei. Seluruh anggota keluarga yang terinfeksi dikenal dengan keadaan
hiposensitisasi. Yakni mengalami infestasi tungau namun tidak memberikan gejala. Pasien
bersifat sebagai pembawa (carrier). 7

8
Terowongan (kunikulus) pada tempat predileksi berwarna putih atau keabuan,
berbentuk garis lurus atau berkelok, rerata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ditemukan
papul dan vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulit menjadi polimorf (pustul,
ekskoriasi dan lain-lain). Tempat predileksi merupakan tempat dengan stratum korneum tipis,
yaitu sela jari tangan, pergelangan tangan bagian polar, siku bagian luar, lipatan ketiak bagian
depan, aerola mammae (perempuan), umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria) dan perut
bagian bawah. Pada bayi dapat mengenai telapak tangan dan telapak kaki. 7
Tanda diagnosis paling utama adalah dengan menemukan tungau. Diagnosis dibuat
dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal diatas. 7

DIAGNOSIS BANDING
Beberapa penyakit yang dapat menyerupai skabies antara lain prurigo, dermatitis
atopik, folikulitis dan insect bite.7 Prurigo dapat disebabkan gigitan serangga, suhu atau
infestasi parasit dengan predileksi di ekstremitas bagian ekstensor dan simetrik, meluas ke
bokong, perut dan wajah. Gejala klinis berupa gatal, disertai lesi miliar sewarna kulit,
berbentuk kubah, lebih mudah diraba daripada dilihat. Garukan terus menerus menimbulkan
erosi, ekskoriasi, krusta, hiperpigmentasi dan likenifikasi. Perbedaaan dengan skabies adalah
pada pemeriksaan penunjang tidak ditemukan tungau atau terowongan yang terlihat lebih
gelap dari kulit sebelahnya pada tes tinta burrow.
Dermatitis atopik berupa gatal dengan bercak eritem berbatas tegas, edem,
papulovesikel, vesikel, atau bula pada tangan, lengan, wajah, telinga, leher, badan, genitalia,
paha dan tungkai bawah. Vesikel atau bula dapat pecah menimbulkan erosi dan eksudasi.
Diagnosis ditegakkan dengan minimal 3 mayor dan 3 minor kriteria Harifin dan Radjka.
Folikulitis adalah peradangan pada folikel rambut. Lesi berupa papul atau pustul
eritematosa, ditengahnya terdapat rambut, biasanya multipel. Predileksi di tungkai bawah.
Folikulitis disebabkan infeksi Staphylococcus aureus, pemeriksaan penunjang dengan pulasan
Gram didapatkan Gram positif berwarna ungu.
Insect Bite atau gigitan serangga adalah kelainan akibat gigitan atau tusukan serangga
yang disebabkan reaksi terhadap toksin atau alergen yang dikeluarkan serangga. Reaksi akibat
gigitan serangga berbeda tiap individu tergantung jenis spesies serangga. Reaksi yang timbul
dapat berupa lokal atau generalisata. Lesi terbatas pada gigitan atau tusukan serangga berupa
papul urtikaria disertai gatal, vesikel atau bula hingga pembengkakan wajah dan syok
anafilaktik.

9
PENATALAKSANAAN
Dalam melakukan tatalaksana pada skabies diperlukan komunikasi, informasi dan
edukasi pada pasien dan keluarga pasien.

Umum
Untuk penatalaksanaan umum, diberitahukan kepada pasien bahwa penyakit ini
menular. Sehingga seluruh atau sekelompok yang tinggal dalam satu rumah harus diobati
walaupun gejala belum ada.7 Obat topikal sebaiknya diberikan setelah mandi karena hidrasi
kulit. Pakaian, sprei, handuk dan alat tidur lain hendaknya dicuci dengan air panas, atau
dimasukkan dalam kantong plastik dan dibiarkan selama 1.2

Khusus
Terapi Topikal
Terapi topikal yang sering digunakan untuk skabies antara lain krim permetrin,
presipitat sulfur 2-10%, benzil benzoat, lindan dan krim krotamiton.

a. Permetrin

Permetrin merupakan sintesis dari pyrethtoid, dengan sifat skabisid sangat baik. Obat
ini merupakan pilihan pertama dalam pengobatan skabies karena efek toksisitas terhadap
mamalia sangat rendah dan kecenderungan keracunan akibat salah dalam penggunaan sangat
kecil. Hal ini disebabkan karena hanya sedikit yang terabsorbsi dan cepat dimetabolisme di
kulit dan dieksresikan di urin. Permetrin tersedia dalam bentuk krim 5% dengan dosis tunggal
dan digunakan selama 8-12 jam pada malam hari sekali dalam 1 minggu, apabila belum
sembuh dapat dilanjutkan dengan pemberian kedua setelah 1 minggu. Permetrin tidak dapat
diberikan pada bayi usia yang kurang dari 2 bulan, wanita hamil, dan ibu menyusui. Efek
samping jarang ditemukan berupa rasa terbakar, perih, dan gatal. Beberapa studi
menunjukkan tingkat keberhasilan permetrin lebih tinggi dari lindan dan krotamiton.8,9

b. Sulfur Presipitat (5-10%)

Preparat sulfur tersedia dalam bentuk salep (5% -10%).1 Cara aplikasi salep sangat
sederhana, yakni mengoleskan salep setelah mandi ke seluruh kulit tubuh selama 8 jam
selama tiga hari berturut-turut. Keuntungan penggunaan obat ini adalah harga yang
murah.1,8,10

10
Bila kontak dengan jaringan hidup, preparat ini akan membentuk hidrogen sulfida dan
pentathionic acid (CH2S5O6) yang bersifat germisid dan fungisid. Secara umum sulfur bersifat
aman bila digunakan oleh anak-anak, wanita hamil dan menyusui serta efektif dalam
konsentrasi 2,5% pada bayi. Kerugian pemakaian obat ini adalah bau tidak enak, mewarnai
pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi.8

c. Benzil benzoat

Benzil benzoat adalah ester asam benzoat dan alkohol benzil yang merupakan bahan
sintesis balsam peru. Benzil benzoat bersifat neurotoksik pada tungau skabies. Digunakan
sebagai 25% emulsi dengan periode kontak 24 jam dan pada usia dewasa muda atau anak-
anak, dosis dapat dikurangi menjadi 12,5%. Benzil benzoat sangat efektif bila digunakan
dengan baik dan teratur dan secara kosmetik bisa diterima. Efek samping dari benzil benzoat
dapat menyebabkan dermatitis iritan pada wajah dan skrotum, karena itu penderita harus
diingatkan untuk tidak menggunakan secara berlebihan. Penggunaan berulang dapat
menyebabkan dermatitis alergi. Terapi ini dikontraindikasikan pada wanita hamil dan
menyusui, bayi, dan anak-anak kurang dari 2 tahun. Tapi benzil benzoat lebih efektif dalam
pengelolaan resistant crusted scabies. Di negara-negara berkembang dimana sumber daya
yang terbatas, benzil benzoat digunakan dalam pengelolaan skabies sebagai alternatif yang
lebih murah.11

d. Lindan

Lindan juga dikenal sebagai hexaklorida gamma benzena, adalah sebuah insektisida
yang bekerja pada sistem saraf pusat tungau. Lindan diserap masuk ke mukosa paru-paru,
mukosa usus, dan selaput lendir kemudian keseluruh bagian tubuh tungau dengan konsentrasi
tinggi pada jaringan yang kaya lipid dan kulit yang menyebabkan eksitasi, konvulsi, dan
kematian tungau, lindane dimetabolisme dan diekskresikan melalui urin dan feses.11

Lindan tersedia dalam bentuk krim, losion, gel, tidak berbau dan tidak berwarna.
Pemakaian secara tunggal dengan mengoleskan ke seluruh tubuh dari leher ke bawah selama
12-24 jam dalam bentuk 1% krim atau losion. Setelah pemakaian dicuci bersih dan dapat
diaplikasikan lagi setelah 1 minggu. Hal ini untuk memusnahkan larva-larva yang menetas
dan tidak musnah oleh pengobatan sebelumnya. Beberapa penelitian menunjukkan
penggunaan lindane selama 6 jam sudah efektif. Dianjurkan untuk tidak mengulangi
pengobatan dalam 7 hari, serta tidak menggunakan konsentrasi lain selain 1%.11

11
Efek samping lindan antara lain menyebabkan toksisitas sistem saraf pusat, kejang, dan
bahkan kematian pada anak atau bayi walaupun jarang terjadi. Tanda-tanda klinis toksisitas
SSP setelah keracunan lindan yaitu sakit kepala, mual, pusing, muntah, gelisah, tremor,
disorientasi, kelemahan, berkedut dari kelopak mata, kejang, kegagalan pernapasan, koma,
dan kematian. Beberapa bukti menunjukkan lindane dapat mempengaruhi perjalanan
fisiologis kelainan darah seperti anemia aplastik, trombositopenia, dan pansitopenia.11

e. Krim Krotamiton

Krim krotamiton (crotonyl-N-etil-o-toluidin) digunakan sebagai krim 10% atau losion.


Tingkat keberhasilan bervariasi antara 50% dan 70%. Hasil terbaik telah diperoleh bila
diaplikasikan dua kali sehari selama lima hari berturut-turut setelah mandi dan mengganti
pakaian dari leher ke bawah selama 2 malam, kemudian dicuci setelah aplikasi kedua. Efek
samping yang ditimbulkan berupa iritasi bila digunakan jangka panjang.9

KOMPLIKASI

Infeksi sekunder Staphylococcus aureus merupakan komplikasi tersering skabies.


Infeksi tersebut karena luka akibat garukan lesi. Infeksi Staphylococcus aureus misal,
menyebabkan glomerulonephritis. Pada beberapa jurnal dan literatur melaporkan
Glomerulonephritis akut paska Steptokokus lebih banyak terjadi akibat infeksi kulit skabies
dibandingkan faringitis.13,14
Tidak semua komplikasi skabies berhubungan dengan infeksi, kerugian ekonomi
rumah tangga juga merupakan masalah pada rakyat miskin. Sebuah penelitian di pedesaan
Meksiko menunjukkan bahwa sebuah keluarga dapat mengeluarkan banyak biaya pengobatan.
Hal ini berdampak pada kemampuan keluarga untuk membeli komoditas lain, termasuk
makanan untuk keluarga mereka. Oleh karena itu, skabies di lingkungan penduduk miskin
merupakan sebab potensi morbiditas dan sumber beban keuangan.13

PROGNOSIS
Skabies memberikan prognosis yang baik apabila memperhatikan pemilihan dan cara
pemakaian obat, serta syarat pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi (antara lain
higiene).12 Gejala persisten pada skabies dapat berlangsung 2-4 minggu setelah pengobatan.
Namun pada pasien dengan immunocompromised, dapat meningkatkan resiko terkena Skabies
Norwegia.18

12
KESIMPULAN

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
tungau Sarcoptes scabiei varietas hominis. Tungau dapat menular melalui kontak langsung
dan kontak tidak langsung (misalnya melalui perlengkapan tidur, pakaian atau handuk).
Gejala klinis skabies meliputi gatal pada malam hari, menyerang secara berkelompok,
ditemukannya terowongan dan tungau. Terapi pada skabies yang bisa digunakan adalah krim
permetrin, presipitat sulfur 2-10%, benzyl benzoate, lindane, krim krotamiton. Untuk
menghindari infeksi berulang pada kasus ini sebaiknya seluruh kontak dekat dengan pasien
harus dieradikasi, seluruh kain, selimut, handuk dan pakaian harus dicuci dengan air panas.
Terapi harus tuntas bagi penderita dan keluarga penderita yang memiliki gejala yang sama.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Burkhart N, Burkhart G. Scabies, Other Mites, and Pediculosis. In: Goldsmith LA,
Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K editors.
Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. 8th ed. New York: Mc-Graw Hill;
2012.p. 2569-73.
2. Parasitic Infestations, Stings, and Bites. In: James WD, Berger TG and Elston DM.
Andrews Diseases of the Skin Clinical Dermatology. 12th ed. Philadelphia.
2016.p.452-3.
3. Weller R, Hunter J and Savin J. Infestations. In: Weller R, Hunter J, and Savin J, ed.
Clinical Dermatology. 4th ed. Oxford: Blackwell. 2008.p.262-6.
4. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Jakarta: KKI;
2012. hal.54.
5. Burns DA. Diseases Caused by Arthropods and Other Noxious Animals. In: Rooks
Textbook of Dermatology 9 th ed. London: Willey-Blackwell. 2016.p.38.36-38.
6. Murtiastutik D. Buku Ajar Infeksi Menular Seksual: Skabies. Surabaya: Airlangga
University Press. 2005. hal.202-208
7. Kartowigno S. 10 Besar Kelompok Penyakit Kulit. Palembang: Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya. 2011.hal.167-173
8. Oakley A. Scabies: Diagnosis and management. Biomed Pharmacol J. 2012: p. 12-16.
9. Leone PE. Scabies and pediculosis pubis: an update of treatment regiments and
general review. Clin Infect Dis. 2007; 1(44):153-59.
10. Hengge UR, Currie BJ, Jager G, Lupi O, Schwartz RA. Scabies: a ubiquitous
neglected skin disease. Lancet Infect Dis. 2006; 6(12): 769-79
11. Karthikeyan K. Treatment of Scabies: Newer Perspectives. Postgrad Med J. 2005;
81(951): 8-10.
12. Handoko R, Boediardja S. Skabies. Dalam: Menaldi SL, editor. Ilmu Penyakit Kulit
Dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2015.hal.137-140.
13. Hay, R. J., Steer AC, Engelman D, Walton S. Scabies in the developing worldits
prevalence, complications, and management. Clin Microbiol Infect. 2012; 18(4): 313-
323.

14
14. Currier, R.W., Walton, S.F., and Currie, B.J. Scabies in animals and humans: history,
evolutionary perspectives, and modern clinical management. Ann N Y Acad Sci. 2012;
12(30): 50-60.
15. Golant, Alexandra K, Jacob O. Levitt. Scabies: a review of diagnosis and
management based on mite biology. Pediatrics. 2012; 33(1): 1-12.
16. Gunning, Karen, Pippit Karly, Kiraly Bernadette, Sayler Morgan. Pediculosis and
scabies: a treatment update. Am Fam Physician. 2012; 86(6): 535-41.
17. McCarthy, J. Kemp, D. Walton, S. Currie, B. Review scabies : More than just an
irritation. Postgrad Med J. 2004; 80(945): 382-386.

18. Mark JA, Hockberger RS, Walls RM, eds. Rosens Emergency Medicine Concepts
and Clinical Practice 7th ed. Philadelphia. Pa: Elseviers Health Sciences:
2010;(2).p.1545-6

15
NOTULENSI

(Referat Skabies tanggal 8 Juni 2017, pukul 08.30)

1. Apa tata laksana yang bisa dilakukan pada kasus crusted scabies ?
Tata laksana yang dapat dilakukaan adalah
a. Memberikan edukasi kepada pasien bahwa penyakit disebabkan oleh infeksi
tungau
b. Memberitahukan bahwa tungau yg ada pada pasien bisa sampai ribuan atau tak
terhitung sehingga pasien harus diisolasi untuk menghindari terjadinya penularan
c. Seluruh individu yang berkontak dengan pasien diberikan obat topikal berupa krim
permethrin 5%
d. Seluruh individu yang akan berkontak dengan pasien harus menggunakan alat
pelindung diri
e. Pakaian, sprei, sarung bantal, handuk di cuci di air panas lalu dijemur dan disetrika
agar tungaunya mati
f. Barang-barang yang tidak dapat dicuci, dimasukkan ke dalam kantung plastik,
diikat lalu didiamkan selama 1 minggu
g. Memberikan terapi topikal kepada pasien berupa krim permethrin 5% yang
dioleskan ke seluruh tubuh pada malam hari dan dibiarkan selama 6-8 jam, lalu
keesokan harinya dibilas.
h. Memberikan terapi sistemik berupa ivermectin 200 g/kg

2. Apa saja pencegahan yang dapat dilakukan pada kasus skabies ?


Pencegahan yang dapat dilakukan pada kasus skabies adalah
a. Mencuci pakaian, sprei, sarung bantal, handuk setiap 5 hari sekali di air panas lalu
dijemur dan disetrika agar tungau mati
b. Barang-barang yang tidak dapat dicuci, dimasukkan ke dalam kantung plastik,
diikat lalu didiamkan selama 1 minggu
c. Sofa, karpet sebaiknya di vacuum cleaner, karena tungau dapat hidup di luar tubuh
manusia selama 3 hari.
d. Seluruh individu yang berkontak dan berada disekitar pasien sebaiknya diberikan
obat topikal juga walopun belum ada gejala yang ditimbulkan.

16
3. Mengapa dianjurkan untuk dilakukan pengobatan 1 minggu kemudian ?
Dilakukan pengobatan 1 minggu kemudian untuk mengurangi terjadinya reinfestasi
dari tungau dan untuk membunuh telur tungau yang mungkin sudah menetas menjadi
nympha.

4. Cara menulis resep permethrin dan sulfur presipitatum ?


Permethrin krim
R/ Permethrin 5% cream tube no. I
Sue

Sulfur Precipitatum salep

R/ Sulfur precipitatum 5%
Vaseline album 70 gr
m. f. l. a. unguentum
s. u. e

17

Anda mungkin juga menyukai