Anda di halaman 1dari 20

RESPONSI

SKABIES

Oleh :
Siskha Sabilla
G992202071

Pembimbing :
Dr. dr. Prasetyadi Mawardi, Sp. KK (K)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2022
LEMBAR PENGESAHAN RESPONSI

Kasus responsi yang berjudul


SKABIES

Siskha Sabilla
G992202071

Periode: 14 Maret 2022 – 10 April 2022

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing dari


Bagian Ilmu Kesehatan Kulit Kelamin
RSUD Dr. Moewardi – Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Yang bertanda tangan di bawah ini:

Surakarta, 01 April 2022

Residen Pembimbing Chief Residen

dr. Fanny Fauziyyah Heryadi dr. Siti Efrida Fiqna Syani


Dokter Pemeriksa Staff Pembimbing

dr. Nurrachmat Mulianto, M. Sc, Dr. dr. Prasetyadi Mawardi, Sp. KK


Sp.KK (K) (K)

1
STATUS RESPONSI
ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
Pembimbing : Dr. dr. Prasetyadi Mawardi, Sp. KK (K)
Nama Mahasiswa : Siskha Sabilla
NIM : G992202071

SCABIES

1. DEFINISI
Scabies adalah kondisi kulit yang disebabkan oleh tungai Sarcoptes scabiei
yang termasuk dalam kelas Arachnida. Tungau ini berukuran sangat kecil dan hanya
bisa dilihat dengan mikroskop atau bersifat mikroskopis. Penyakit ini sangat mudah
menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Scabies
mudah menyebar baik secara langsung maupun melalui sentuhan langsung dengan
penderita maupun secara tak langsung melalui baju, sprai, handuk, bantal, air, atau
sisir yang pernah digunakan penderita dan belum dibersihkan dan masih terdapat
tungau sarcoptesnya. Scabies menyebabkan rasa gatal pada bagian kulit seperti di
sela-sela jadi, siku, dan selangkangan1.

2. EPIDEMIOLOGI
Menurut WHO, estimasi kejadian scabies di dunia sekitar 100-200 juta kasus,
dengan 455 juta insiden setiap tahunnya. Kejadian scabies paling tinggi menyerang
bayi dan anak-anak yang tinggal di daerah dengan tingkat higiene, sanitasi dan
ekonomi yang relatif rendah. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di
Indonesia pada tahun 2013 didapatkan prevalensi penyakit kulit sebanyak 6,8%.
Skabies di Indonesia menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering dan di
Puskesmas menempati urutan ke-3 dari penyakit kulit tersering di Indonesia.
Perbandingan penderita skabies laki-laki lebih besar dibandingkan dengan perempuan
yakni 83,7% : 18,3%(2)

3. ETIOLOGI

2
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo
Ackarima, super famili Sarcoptes, penemunya adalah seorang ahli biologi Diacinto
Cestoni (1637-1718). Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var.hominis. Selain itu,
terdapat S. scabiei yang lain, misalnya pada kambing dan babi.
Secara morfologik, Sarcoptes scabiei merupakan tungau kecil, berbentuk
oval, punggung cembung, bagian perut rata, dan mempunyai 8 kaki. Tungau ini
translusen, berwama putih kotor, dan tidak bermata. Ukuran yang betina berkisar
antara 330-450 mikron x 250- 350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni
200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2
pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina
berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir
dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat3.

4. PATOGENESIS
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut; setelah kopulasi (perkawinan) yang
terjadi di atas kulit, tungau jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup
beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh tungau betina. Tungau betina yang
telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum komeum dengan kecepatan 2-3
milimeter sehari sambil meletakkan telumya 2 hingga 50. Bentuk betina yang dibuahi
ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas biasanya dalam waktu 3 sampai
10 hari dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal
dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi
nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh
siklus hidup mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12
hari.
Aktivitas S.scabiei di dalam kulit menyebabkan rasa gatal dan menimbulkan
respons imunitas selular dan humeral serta mampu meningkatkan lgE baik di serum
maupun di kulit. Masa inkubasi berlangsung lama 4-6 minggu. Skabies sangat
menular, transmisi melalui kontak langsung dari kulit ke kulit, dan tidak langsung
melalui berbagai benda yang terkontaminasi (seprei, sarung bantal, handuk dsb)4.
Tungau skabies dapat hidup di luar tubuh manusia selama 24-36 jam. Tungau
dapat ditransmisi melalui kontak seksual, walaupun menggunakan kondom, karena

3
kontak melalui kulit di luar kondom. Kelainan kulit dapat tidak hanya disebabkan
oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang
terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekreta dan eksreta tungau yang
memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah investasi. Pada saat itu, kelainan kulit
menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika, dan lain-lain.
Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder.
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau scabies, tetapi juga
oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi
terhadap sekreta dan ekskreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira satu bulan
setelah infestasi. Sensitisasi terjadi pada penderita yang terkena infeksi scabies
pertama kali5.

Gambar 1. Siklus hidup Sarcoptes scabiei

5. MANIFESTASI KLINIS
Ketika seseorang terinfeksi oleh scabies untuk yang pertama kalinya, gejala
biasanya muncul 2 bulan kemudian (2-6 minggu) setelah terinfestasi. Namun
bagaimanapun, seseorang yang terinfestasi masih bisa menyebarkan scabies ini
kepada orang lain. Jika seseorang pernah menderita scabies sebelumnya, gejala akan
segera muncul dalam waktu 1-4 setelah terpapar. Seseorang yang terinfestasi scabies
juga dapat menularkan penyakitnya, walaupun mereka tidak memiliki gejala lagi. Hal

4
ini berlaku sampai scabies pada penderita tersebut diberantas beserta tungai dan telur-
telurnya6.
Diagnosis scabies dapat ditegakkan dengan menemukan 2 dari 4 tanda
cardinal sebagai berikut :
1. Pruritus noktuma, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan oleh
aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang sekelompok manusia, misalnya dalam sebuah
keluarga, sehingga seluruh keluarga terkena infeksi, di asrama, atau
pondokan. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat
penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh
tungau tersebut. Waiau pun seluruh anggota keluarga mengalami investasi
tungau, namun tidak memberikan gejala. Hal ini dikenal sebagai
hiposensitisasi. Penderita bersifat sebagai pembawa (carrier).
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang
berwama putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-
rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ditemukan papul atau vesikel. Jika
timbul infeksi sekunder ruam kulit menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan
lain-lain). Namun, kunikulus biasanya sukar terlihat, karena sangat gatal
pasien selalu menggaruk, kunikulus dapat rusak karenanya. Tempat
predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum komeum yang tipis,
yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar,
lipat ketiak bagian depan, areola mame (perempuan), umbilikus, bokong,
genitalia eksterna (laki-laki), dan perut bagian belakang. Pada bayi, dapat
menyerang telapak tangan, telapak kaki, wajah dan kepala.
4. Menemukan tungau merupakan hal yang paling menunjang diagnosis. Dapat
ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau. Selain tungau dapat
ditemukan telur dan kotoran (skibala)3.

5
Gambar 2. Kelainan kulit pada scabies

6. VARIAN SKABIES
Varian dari scabies dibedakan menjadi dua, yakni scabies norwegia (scabies
berkrusta) dan scabies klasik. Bentuk scabies norwegia ditandai dengan dermatosis
berkrusta pada tangan dan kaki, kuku yang distrofik, serta skuama yang generalisata.
Bentuk ini sangat menular, tetapi rasa gatalnya sangat sedikit. Tungau dapat
ditemukan dalam jumlah yang sangat banyak. Penyakit terdapat pada pasien dengan
retardasi mental, kelemahan fisis, gangguan imunologik dan psikosis. Scabies
norwegia juga lebih sering muncul pada pasien dengan imunosupresi, misalkan pada
pasien HIV, limfoma (pasien kanker lainnya), dan terapi (misal obat imunosupresan
dan agen biologis).
Skabies klasik dapat berbentuk nodular bila lama tidak mendapat terapi.
Terdapat gambaran papula kecil, eksoriasi dengan kerak hemoragik diatasnya dan
membentuk gambaran “Knots on a rope”. Area predileksinya adalah Papula
eritematosa pada daerah periumbilikalis, pinggang, genitalia, payudara,
bokong, lipatan aksila, jari-jari (termasuk ruang interdigital), pergelangan tangan
bagian volar dan aspek ekstensor anggota gerak. Kepala, telapak tangan dan
kaki umumnya tidak terlibat pada orang dewasa7.

6
Gambar 3. Area predileksi scabies klasik

7. DIAGNOSIS
a. Anamnesis
Pasien biasa mengeluhkan terdapat gatal di seluruh badan dan lebih gatal
saat malam hari. Keluhan tersebut terjadi di regio interdigiti manus, axila, areola,
dan genitalia. Beberapa pertanyaan yang bisa diajukan adalah:
- Onset dan kronologi
- Faktor memperberat: malam hari
- Keluhan penyerta
- Riwayat penyakit dahulu
- Riwayat penyakit keluarga: keluhan serupa keluarga lainnya atau orang
yang tinggal satu rumah
- Riwayat kebiasaan: makan gizi seimbang dan teratur, olahraga, personal
hygiene, pakaian yang oklusif
- Riwayat sosial ekonomi: pekerjaan, lingkungan pekerjaan atau rumah

b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksa dapat melakukan inspeksi dan palpasi terhadap lesi. Pada
inspeksi dapat ditemukan tanda-tanda tipikal scabies seperti papul atau pustule
eritem yang terkadang disertai ekskoriasi karena terlalu sering menggaruk lesi.

c. Pemeriksaan Penunjang
1. Skin scrapping
Tes konfirmasi untuk diagnosis skabies adalah kerokan kulit yang
diperiksa di bawah mikroskop. Preparat kerokan yang diambil harus
mencakup kepala dan tubuh lesi yang dicurigai kemudian disuspensikan
dalam KOH untuk melihat keberadaan bukti mikroskopis tungau, telur, dan

7
feses dari skabies. Meskipun sensitivitas dapat bervariasi karena kualitas
sampel bergantung pada keterampilan operator serta jumlah tungau pada
tubuh pasien tetapi temuan positif berupa keberadaan tungau atau selubung
telur di bawah mikroskop sangat spesifik bagi penegakan diagnosis skabies.
Akan tetapi, jika hasil kerokan kulit menunjukkan temuan negatif,
diagnosis skabies tetap belum dapat dieksklusikan11.

Gambar 4. Pemeriksaan mikroskopis dari preparat skin


scrapping yang menunjukkan adanya tungau betina yang hamil
berbentuk oval, telur abu-abu, dan feses (skibala)8.

2. Burrow ink test


Burrow ink test dilakukan dengan mengoleskan tinta India pada papul
skabies menggunakan pena lalu dibiarkan selama 20-30 menit diikuti
dengan penghapusan kelebihan tinta dengan swab alkohol. Hasil
pemeriksaan dianggap positif apabila tinta masuk ke dalam terowongan
sehingga memungkinkan visualisasi struktur khas berbentuk garis zig-zag.
Terowongan akan tampak lebih gelap dari kulit di sekitarnya karena adanya
akumulasi dari tinta di liang/terowongan7,11. Burrow ink test adalah
pemeriksaan untuk mendeteksi terowongan, bukan untuk mendeteksi
tungau dan produknya7.

8
Gambar 5. Dua contoh Burrow ink test positif12.
3. Adhesive tape test
Adhesive tape test dilakukan dengan selotip transparan yang
dipotong sesuai ukuran gelas objek (25x50mm) 7. Selotip kemudian
ditempelkan pada lesi kulit yang mencurigakan dengan kuat
kemudian pita ditarik dengan cepat untuk mengangkat stratum
korneum bersama dengan tungau atau produknya kemudian
dipindahkan langsung ke slide untuk pemeriksaan mikroskopis.
Tes ini paling berguna pada kasus skabies yang parah 13. Kelebihan
cara ini adalah kesederhanaannya tetapi sensitivitasnya rendah7,11.

Gambar 6. Adhesive tape untuk pemindaian Sarcoptes scabiei


melalui mikroskop optik14.

8. Dermoskopi
Pada pemeriksaan dermoskopi tungau skabies tampak berbentuk
segitiga yang diikuti garis terowongan di epidermis seperti
gambaran pesawat jet, layang-layang, atau spermatozoid. Area
akral seperti sela-sela jari tangan dan pergelangan tangan
merupakan tempat yang paling baik untuk dilakukan pemeriksaan
dermoskopi, namun bagian kulit lain yang mempunyai papul
kemerahan dengan terowongan utuh juga harus diperiksa.
Dermoskopi cukup baik sebagai alat diagnostik skabies, namun
tidak sebaik kerokan kulit atau biopsi. Dermoskopi memiliki
sensitivitas 91% dan spesifisitas 86% pada pemeriksa yang
berpengalaman dengan spesifisitas yang sedikit lebih rendah pada
9
pemeriksa yang tidak berpengalaman.

10
Hambatan penggunaan dermoskopi adalah harga alat yang mahal
sehingga belum banyak digunakan di negara berkembang7.

Gambar 7. Visualisasi dermoskopi dari lesi skabies15.

9. DIAGNOSIS BANDING
Penyakit skabies juga ada yang menyebutnya sebagai the great imitator karena dapat
mencakup hampir semua dermatosis pruritik berbagai penyakit kulit dengan keluhan
gatal. Adapun diagnosis banding yang biasanya mendekati adalah prurigo, pedikulosis
corporis, dermatitis, insect bite, urtikaria popular.

10. TATALAKSANA
Non- Medikamentosa
1. Menjaga hygiene individu dan lingkungan
2. Dekontaminasi pakaian dan alas tidur dengan mencuci pada suhu 60 C atau
disimpan dalam kantung plastic tertutup selama 1-2 minggu. Karpet, Kasur, bantal,
dan tempat duduk terbuat dari bahan busa atau berbulu perlu dijemur di bawah
terik matahari setelah dilakukan penyedotan debu
Medikamentosa
Prinsip: tata laksana menyeluruh meliputi penggunaan skabisida yang efektif untuk
semua stadium Sarcoptes scabiei untuk pasien dan nara kontak secara serempak,
menjaga higiene, serta penanganan/kontrol tungau yang tepat.1-3 (1A).
Terdapat beberapa obat yang dapat dipilih sesuai dengan indikasi sebagai berikut:
1. Topikal

1
- Krim permethrin 5% dioleskan pada seluruh tubuh selama 8-14 jam kemudian
dibilas. Ulang setelah 7 hari. Aman dalam kehamilan, menyusui, dan anak
diatas 2 bulan.
- Salep sulfur 5-10%, dioleskan selama 8 jam, 3 malam berturut-turut.
- Krim krotamiton 10% dioleskan selama 8 jam pada hari ke-1,2,3, dan 8.
- Losio benzil benzoate 10% dioleskan selama 24 jam penuh. Aman dalam
kehamilan
2. Sistemik
- Antihistamin sedative (oral) untuk mengurangi rasa gatal.
- Bila infeksi sekunder dapat ditambah antibiotic sistemik.
- Dosis 200 mcg/kg diberikan dua kali dengan 1 minggu terpisah.
Medikamentosa pada Skabies Krustosa
- Skabisida topical (permethrin 5% atau losio benzil benzoate 25%) diulang setiap
hari selama 7 hari kemudian 2x setiap minggu hingga sembuh
- Ivermectin oral 200 mikrogram/kg pada hari 1,2, dan 8. Untuk kasus yang berat
(berdasarkan pada tungau hidup yang persisten pada kerokan kulit) penambahan
ivermectin mungkin diperlukan pada hari ke 9 dan 15. Tidak boleh pada anak-
anak kurang dari 15 kg, Wanita hamil, dan menyusui9.

11. PROGNOSIS
Dengan memerhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat
pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi, antara lain higiene, serta semua
orang yang berkontak erat dengan pasien harus diobati, maka penyakit ini dapat
diberantas dan prognosis baik.

2
DAFTAR PUSTAKA
1. Activity CE. Continuing Education Activity. 2012;(iv):3–5.
2. Majid R, Dewi Indi Astuti R, Fitriyana S. Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadi
an Skabies pada Santri di Pesantren Kabupaten Bandung. J Integr Kesehat Sains. 2020;
2(2):160–4.
3. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi 7
Bagian Ilmu Penyakit Kulitdan Kelamin. Jakarta: Fakultas kedokteran Universitas Ind
onesia. 2017. 117–120 p.
4. Agent C, Cycle L. Parasites - Scabies Biology.
5. Gunning K, College U, City SL. AAFP: Lice and Scabies. Am Fam Physician website.
2019;635–42.
6. Sewon Kang, Masayuki Amagai, Anna L. Buckner, Alexander H. Enk, David J. Margo
lis, Amy J. McMichael JSO. Fitzpatrick’s Dermatology. Vol. 2. 2019. 3274 p.
7. Thompson R, Westbury S, Slape D. Paediatrics: How to manage scabies. Drugs Conte
xt. 2021;10:1–13.
8. Marcuse EK. the Burrow Ink Test for Scabies. Pediatrics. 1982;69(4):457–457.
9. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI). Panduan Pr
aktik Klinis. Perdoski. 2021;204–7.

3
STATUS PENDERITA

I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. A
Umur : 10 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Banyurip, Kepoh, Sambi
Pekerjaan : Pelajar
Status : Belum menikah
Tanggal Periksa : 28 Maret 2022
No. RM : 015xxx

II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Gatal pada seluruh tubuh, terutama di sela-sela jari dan daerah lipatan.

B. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengeluh gatal pada seluruh tubuh terutama di sela-sela jari dan
daerah lipatan sejak 4 bulan yang lalu. Gatal dirasakan terus menerus. Gatal
lebih terasa terutama saat malam hari sehingga tidur pasien terganggu. Namun
pasien belum mengobati keluhannya tersebut.
Pasien mengeluh gatal semakin mengganggu aktivitas. Kemudian
pasien berobat ke dokter umum 1 minggu sebelum masuk Rumah Sakit dan
diberikan ketokonazol krim 2% dan cetirizine tab 10mg dikonsumsi selama 7
hari, namun tidak kunjung sembuh.
Pasien memeriksakan diri ke poli Rumah Sakit dr. Moewardi karena
gatal semakin terasa dan sangat mengganggu aktivitas dan waktu istirahat.
Keluarga pasien yakni ibu, bapak, dan kakaknya juga mengeluhkan hal yang
sama.

C. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat sakit serupa sebelumnya : disangkal

4
Riwayat alergi obat/makanan : disangkal
Riwayat atopi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat penyakit lain : disangkal

D. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat sakit serupa pada keluarga : diakui (ibu, ayah, dan kakak)
Riwayat alergi obat/makanan : disangkal
Riwayat atopi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat penyakit lain : disangkal

E. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien adalah seorang pelajar, tidak langsung mandi sepulang sekolah. Teman
pasien tidak ada yang mengeluhkan keluhan serupa. Pasien merupakan pasien
non-asuransi.

F. Riwayat Gizi dan Kebiasaan


Riwayat makanan :Pasien makan 3 kali/hari dengan makan
an cukup dengan lauk pauk dan sayuran
Riwayat penggunaan obat : Ketokonazol krim 2% dan Cetirizine
tab 10mg, digunakan selama satu
minggu
Riwayat mandi : 2x sehari pada pagi dan sore hari

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sehat, compos mentis GCS E4V5M6
Vital Sign :
TD :-
Frekuensi nadi : 84

5
Frekuensi napas : 20
Suhu : 36,8 oC

Antropometri :
Berat badan : 46 kg
Tinggi badan : 140 cm
Kepala : normosefal
Wajah : lihat status dermatologis
Leher : lihat status dermatologis
Mata : dalam batas normal
Telinga : dalam batas normal
Thorax : lihat status dermatologis
Abdomen : lihat status dermatologis
Ekstremitas Atas : lihat status dermatologis
Ekstremitas Bawah: lihat status dermatologis

B. Status Dermatologis

6
7
Gambar 4. Pada regio generalisata tampak papul multiple diskrit, sebagian
erosi, disertai skuama pada beberapa bagian.

IV. DIAGNOSIS BANDING


A. Skabies
B. Dermatitis atopik
C. Urtikaria papular

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan KOH

Gambar 6. Pemeriksaan KOH (-), tidak


ditemukan tungau maupun hifa

VI. DIAGNOSIS
Skabies

VII. TERAPI
A. Non-Medikamentosa
a. Rutin konsumsi obat dan aturan pemakaian obat harus benar sesuai
dengan resep. Keluarga yang mempunyai keluhan yang sama juga
harus diberikan pengobatan.
b. Pakaian, handuk dan barang-barang lainnya yang pernah digunakan
oleh penderita harus diisolasi dan direndam dengan air panas terlebih
dahulu sebelum dicuci.
c. Sprai penderita harus sering diganti dengan yang baru maksimal tiga
hari sekali
d. Menghindari kontak langsung dengan penderita lain (ibu, bapak,
kakak) seperti berjabat tangan dan tidur bersama.

8
B. Medikamentosa
a. Permethrin krim 5% dioles selama 8 jam 1x1 minggu selama 2 minggu
b. Chlorpheniramine 1x4 mg
c. Mupirosin 2x sehari pagi dan sore
d. Hidrokortison 2x sehari siang dan malam
e. Metilprednisolon 1x8 mg selama 7 hari PO

VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad sanationam : bonam
Ad fungsionam : bonam

Anda mungkin juga menyukai