SCABIES
Oleh :
NAMA : DITA AIDA FARADILA
NIM : 20020026
1.1 DEFINISI
Scabies merupakan penyakit infeksi parasit pada kulit yang disebabkan
oleh masuknya organisme dan adanya sensitisasi sarcoptes scabei var homonis
termasuk ordo acariformes, family sarcoptidae, Genus sarcoptes. Terjadinya
penyakit ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor sicial
ekonomi rendah, kontak dengan penderita baik langsung maupun tidak
langsung maupun kebiasaan hygenis buruk. Penyakit ini dapat menyerang
manusia secara berkelompok, apabila ada salah satu dari anggota keluarga
terkena Scabies, maka seluruh anggota keluarga kebiasaanya juga akan
terkena infeksi [ CITATION Dju13 \l 1057 ]
Skabies adalah infestasi kulit yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes
scabei var. hominis.Penyakit ini biasanya menyebar melalui kontak antar kulit,
terutama di antara anggota keluarga dan melalui kontak seksual pada dewasa
muda.Kadang terjadi epidemic dip anti asuhan dan institusi perawatan serupa
lainnya, tempat skabies menyebar melalui kontak orang-ke-orang dan
kemungkinan melalui busana dan sprei yang tercemar. Diagnosis sering
terlewatkan dan terapi sering tertunda untuk waktu yang lama [CITATION
HPG13 \l 1057 ].
1.4 KLASIFIKASI
Klasifikasi scabies menurut Linuwih (2017) antara lain :
1.5 PATOFISIOLOGI
Kutu Scabies dapat menyebabkan gejala transien pada manusia, tetapi
mereka bukan penyebab infestasi persisten. Cara penularan paling efisien
adalah melalui kontak langsung dan lama dengan seorang individu terinfeksi.
Kutu Scabies dapat bertahan hingga tiga hari pada kulit manusia sehingga
media seperti tempat tidur atau pakaian merupakan sumber alternatif untuk
terjadinya suatu penularan.
Siklus hidup dari kutu berlangsung 30 hari dan dihabiskan dalam
epidermis manusia. Setelah melakukan kopulasi, kutu jantan akan mati dan
kutu betina akan membuat liang ke dalam lapisan kulit dan meletakkan total
60-90 telur. Telur menetas membutuhkan 10 hari untuk menjadi larva dan
kutu dewasa. Kurang dari 10% dari telur dapat menghasilkan kutu dewasa.
Kutu Scabies kemudian bergerak melalui lapisan atas kulit dengan
mengeluarkan protease yang mendegrasi stratum korneum. Scybala (kotoran)
yang tertinggal saat mereka melakukan perjalanan melalui epidermis,
menciptakan kondisi klinis lesi yang diakui sebagai liang.
Populasi pasien tertentu dapat rentan terhadap penyakit Scabies,
termasuk pasien dengan gangguan immunodefisiensi primer dan penurunan
respons imun sekunder terhadap terapi obat, dan gizi buruk. Kondisi lainnya
adalah gangguan motorik akibat kerusakan saraf yang menyebabkan
ketidakmampuan untuk menggaruk dalam menanggapi pruritus sehingga
menonaktifkan utilitas menggaruk untuk menghilangkan kutu pada epidermis
dan menghancurkan liang yang dibuat oleh kutu betina [ CITATION Mut13 \l
1057 ].
1.8 PENCEGAHAN
Cara pencegahan penyakit skabies adalah dengan :
a. Cuci sisir, sikat rambut dan perhiasan rambut dengan cara merendam
di cairan antiseptik.
b. Cuci semua handuk, pakaian, sprei dalam air sabun hangat dan
gunakan seterika panas untuk membunuh semua telurnya, atau dicuci
kering.
1.9 KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi pada penyakit scabies yaitu :
a. Urtikaria
b. Infeksi Sekunder
c. Folikulitis
d. Furunkel
e. Infiltrat
f. Eksema infantum
g. Pioderma
h. Impetigo
1.10 PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan secara umum
Pada pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan mandi secara
teratur setiap hari. Semua pakaian, sprei, dan handuk yang telah
digunakan harus dicuci secara teratur dan bila perlu direndam dengan
air panas. Demikian pula dengan anggota keluarga yang beresiko
tinggi untuk tertular, terutama bayi dan anak-anak, juga harus dijaga
kebersihannya dan untuk sementara waktu menghindari terjadinya
kontak langsung. Secara umum meningkatkan kebersihan lingkungan
maupun perorangan dan meningkatkan status gizinya. Beberapa syarat
pengobatan yang harus diperhatikan:
a. Semua anggota keluarga harus diperiksa dan semua harus diberi
pengobatan secara serentak.
b. Hygiene perorangan : penderita harus mandi bersih, bila perlu
menggunakan sikat untuk menyikat badan. Sesudah mandi pakaian
yang akan dipakai harus disetrika.
c. Semua perlengkapan rumah tangga seperti bangku, sofa, sprei,
bantal, kasur, selimut harus dibersihkan dan dijemur dibawah sinar
matahari selama beberapa jam.
2. Farmakologi
Syarat obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau,
tidak menimbulkan iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak
merusak atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan harganya
murah.
Jenis obat topical :
a. Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20% dalam bentuk salep
atau krim. Pada bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5%
dalam minyak sangat aman dan efektif. Kekurangannya adalah
pemakaian tidak boleh kurang dari 3 hari karena tidak efektif
terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian dan dapat
menimbulkan iritasi.
b. Emulsi benzyl-benzoat 20-25% efektif terhadap semua stadium,
diberikan setiap malam selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh,
sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah
dipakai.
c. Gama benzena heksa klorida (gameksan) 1% daam bentuk krim
atau losion, termasuk obat pilihan arena efektif terhadap semua
stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini
tidak dianurkan pada anak dibawah umur 6 tahun dan wanta hamil
karena toksi terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup
sekali dalam 8 jam. Jika masihada gejala, diulangi seminggu
kemudian.
d. Krokamiton 10% dalamkrim atau losio mempunyaidua efek
sebagai antiskabies dan antigatal. Harus dijauhkan dari mata,
mulut, dan uretra. Krim( eurax) hanya efetif pada 50-60% pasien.
Digunakan selama 2 malam berturut-turut dan dbersihkan setelah
24 jam pemakaian terakhir.
e. Krim permetrin 5% merupakan obat yang paling efektif dan aman
arena sangat mematikan untuk parasit S.scabei dan memiliki
toksisitas rendah pada manusia.
f. Pemberian antibitika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder,
misalnya bernanah di area yang terkena (sela-sela jari, alat
kelamin) akibat garukan.
d. Kepala
Bentuk wajah simetris , bentuk tengkorak bulat , rambut hitam serta
tidak terdapat nyeri tekan adanya lesi pada kulit kepala .
e. Mata
Bola mata berbentuk bulat, konjungtiva pucat, sclera putih serta
pergerakan bola mata normal pupil normal
f. Telinga
Inspeksi : daun telinga normal, liang telinga terdapat serumen.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada prosesus mastoideus.
g. Hidung
Bentuk hidung normal, tidak terdapat nyeri tekan dan tidak terdapat
benjolan .
h. Mulut
Bentuk bibir normal, gigi lengkap dan bersih, mukosa bibir kering,
lidah bersih
i. Leher
Bentuk leher normal tidak terdapat bendungan vena jogularis, tidak
terdapat pembesaran kelenjar tiroid serta nyeri tekan tidak ada.
j. Dada
Bentuk dada normal, pergerakan otot dada simetris, tidak terdapat nyeri
tekan
k. Abdomen
Pada pasien CKB bentuk abdomen simetris, tidak terdapat nyeri
tekan,tidak terdapat benjolan atau massa, terdapat kemerahan pada
bagian perut bagian bawah dan umbilicus
l. Anus dan Rektum
Pada daerah anus dan rectum tidak terdapat hemoroid baik interna
maupun eksternal.
m. Alat Kelamin
Pada pasien scabies terdapat kemerahan pada genetalia
n. Ekstremitas
Atas : terkoordinasi dengan baik
Bawah : terkoordinasi dengan baik
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI