Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

SCABIES

Oleh :
NAMA : DITA AIDA FARADILA
NIM : 20020026

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL (JIS)
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 DEFINISI
Scabies merupakan penyakit infeksi parasit pada kulit yang disebabkan
oleh masuknya organisme dan adanya sensitisasi sarcoptes scabei var homonis
termasuk ordo acariformes, family sarcoptidae, Genus sarcoptes. Terjadinya
penyakit ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor sicial
ekonomi rendah, kontak dengan penderita baik langsung maupun tidak
langsung maupun kebiasaan hygenis buruk. Penyakit ini dapat menyerang
manusia secara berkelompok, apabila ada salah satu dari anggota keluarga
terkena Scabies, maka seluruh anggota keluarga kebiasaanya juga akan
terkena infeksi [ CITATION Dju13 \l 1057 ]
Skabies adalah infestasi kulit yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes
scabei var. hominis.Penyakit ini biasanya menyebar melalui kontak antar kulit,
terutama di antara anggota keluarga dan melalui kontak seksual pada dewasa
muda.Kadang terjadi epidemic dip anti asuhan dan institusi perawatan serupa
lainnya, tempat skabies menyebar melalui kontak orang-ke-orang dan
kemungkinan melalui busana dan sprei yang tercemar. Diagnosis sering
terlewatkan dan terapi sering tertunda untuk waktu yang lama [CITATION
HPG13 \l 1057 ].

Pada sebuah komunitas, kelompok atau keluarga yang terkena skabies


akan menimbulkan beberapa hal yang dapat mempengaruhi kenyamanan
dalam menjalani aktivitas kehidupannya. Penderita selalu mengeluh gatal,
terutama pada malam hari. Gatal yang terjadi terutama di sela-sela jari tangan,
di bawah ketiak, pinggang, alat kelamin, sekeliling siku, aerola (area
sekeliling putting susu) dan permukaan depan pergelangan, sehingga akan
timbul perasaan malu karena sangat mempengaruhi penampilan
seseorang[ CITATION Ami15 \l 1057 ].
1.2 ETIOLOGI
Scabies disebabkan oleh kutu atau kuman sarcoptes scabei. Secara
morfologik sarcoptes scabei merupakan tungau kecil berbentuk
oval punggungnya cembung dan bagian perutnya rata berwarna putih kotor
dan tidak memiliki mata. Sarcoptes betina yang berada di lapisan
kulit stratumcorneum dan lucidum membuat terowongan ke dalam lapisan
kulit. Didalam terowongan inilah Sarcoptes betina bertelur dan dalam waktu
singkat telur tersebut menetas menjadi hypopi yakni sarcoptes muda. Akibat
terowongan yang digali Sarcoptes betina dan hypopi yang memakan sel-sel di
lapisan kulit itu, penderita mengalami rasa gatal [ CITATION Bru02 \l 1057 ].
Sarcoptes scabie termasuk filum Arthropoda kelas Arachnida super famili
Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scbieivar. Hominis. Kecuali itu
terdapat S. Scabiei yang lain, misalnya kambing dan babi.
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk
oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen,
berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukuran betina berkisar antara 330-
450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan jantan lebih kecil yakni 200-240
mikron x 250-35- mikron. Bentuk dewasa memiliki 4 pasang kaki, 2 pasang
kaki didepan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina
berakhir dengan rambut, sedangkan pada jantan pasangan kaki ketiga berakhir
dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat. Siklus hidup tungau
ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi diatas kulit,
yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam
terowongan yang digali oleh betina. Tungau betina yang telah dibuahi
menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 mm
sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai
jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan
lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi
larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam
terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi
nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki.
Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan
waktu antara 8-12 hari.

Gambar 1. Kuman Sarcoptes Scabei

1.3 MANIFESTASI KLINIS


Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardial berikut ini :
a. Pruritus (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi
padasuhu yang lebih lembab dan panas.
b. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam
sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi.
Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya,
sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau
tersebut.
c. Kunikulus (adanya terowongan) pada tempat-tempat predileksi
yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau
berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan
papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulit menjadi
polimorfi (pustula,ekskoriasi, dll). Tempat predileksi biasanya daerah
dengan stratum korneumtipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan
tangan begian volar, siku bagian luar, lipatan keiak bagian depan, areola
mammae (wanita), dan lipatan glutea, umbilikus, bokong, genetalia
eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang
telapak tangan dan telapak kaki seluruh permukaan kulit. Pada remaja
dan orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.
d. Terdapat agen parasitik satu atau lebih stadium hidup agen parasitik ini,
merupakan hal yang paling diagnostik.
Keluan utama pada penderita scabies adalah :
 Rasa gatal terutama pada malam hari
 Tonjolan kulit (lesi) berwarna putih keabu-abuan sepanjang sekitar 1
cm
 Kadang disertai nanah karena infeksi kuman akibat garukan.

1.4 KLASIFIKASI
Klasifikasi scabies menurut Linuwih (2017) antara lain :

a. Scabies Norwegia ( Scabies berkrusta) Bentuk Scabies ini ditandai


dengan dermatotis berkrusta pada tangan dan kaki, kuku yang distrofik,
serta skuama generalisata. Bentuk ini sangat menular, tetapi rasa gatalnya
sangat sedikit. Tungau dapat ditemukan dalam jumlah yang sangat
banyak. Penyakit terdapat pada pasien dengan retardasi mental,
kelemahan fisis, gangguan imunologik dan psikosis.

b. Scabies nodular Scabies dapat berbentuk nodular bila lama tidak


mendapat terapi , sering terjadi pada bayi dan anak, atau pada pasien
dengan imunokompremais.

1.5 PATOFISIOLOGI
Kutu Scabies dapat menyebabkan gejala transien pada manusia, tetapi
mereka bukan penyebab infestasi persisten. Cara penularan paling efisien
adalah melalui kontak langsung dan lama dengan seorang individu terinfeksi.
Kutu Scabies dapat bertahan hingga tiga hari pada kulit manusia sehingga
media seperti tempat tidur atau pakaian merupakan sumber alternatif untuk
terjadinya suatu penularan.
Siklus hidup dari kutu berlangsung 30 hari dan dihabiskan dalam
epidermis manusia. Setelah melakukan kopulasi, kutu jantan akan mati dan
kutu betina akan membuat liang ke dalam lapisan kulit dan meletakkan total
60-90 telur. Telur menetas membutuhkan 10 hari untuk menjadi larva dan
kutu dewasa. Kurang dari 10% dari telur dapat menghasilkan kutu dewasa.
Kutu Scabies kemudian bergerak melalui lapisan atas kulit dengan
mengeluarkan protease yang mendegrasi stratum korneum. Scybala (kotoran)
yang tertinggal saat mereka melakukan perjalanan melalui epidermis,
menciptakan kondisi klinis lesi yang diakui sebagai liang.
Populasi pasien tertentu dapat rentan terhadap penyakit Scabies,
termasuk pasien dengan gangguan immunodefisiensi primer dan penurunan
respons imun sekunder terhadap terapi obat, dan gizi buruk. Kondisi lainnya
adalah gangguan motorik akibat kerusakan saraf yang menyebabkan
ketidakmampuan untuk menggaruk dalam menanggapi pruritus sehingga
menonaktifkan utilitas menggaruk untuk menghilangkan kutu pada epidermis
dan menghancurkan liang yang dibuat oleh kutu betina [ CITATION Mut13 \l
1057 ].

1.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Cara menemukan tungau :
a. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung dapat terlihat
papul atau vesikel. Congkel dengan jarum dan letakkan di atas kaca
objek, lalu tutup dengan kaca penutup dan lihat dengan mikroskop
cahaya
b. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar
kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar
c. Dengan membuat biopsi irisan. Caranya jepit lesi dengan 2 jari kemudian
membuat irisan tipis dengan pisau dan periksa dengan mikroskop cahaya
d. Dengan biopsi eksisional dan periksa dengan pewarnaan HE.
1.7 DIAGNOSA BANDING
Diagnosa banding pada penyakit scabies yaitu :
a. Dermatitis
b. Impetigo
c. Urtika
d. Papel populo - vesikel
e. Ektima
f. Kolikulitis

1.8 PENCEGAHAN
Cara pencegahan penyakit skabies adalah dengan :

a. Mandi secara teratur dengan menggunakan sabun.


b. Mencuci pakaian, sprei, sarung bantal, selimut dan lainnya secara teratur
minimal 2 kali dalam seminggu.

c. Menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali.


d. Tidak saling bertukar pakaian dan handuk dengan orang lain.
e. Hindari kontak dengan orang-orang atau kain serta pakaian yang dicurigai
terinfeksi tungau skabies.

f. Menjaga kebersihan rumah dan berventilasi cukup. Menjaga kebersihan


tubuh sangat penting untuk menjaga infestasi parasit. Sebaiknya mandi dua
kali sehari, serta menghindari kontak langsung dengan penderita,
mengingat parasit mudah menular pada kulit. Walaupun penyakit ini hanya
merupakan penyakit kulit biasa, dan tidak membahayakan jiwa, namun
penyakit ini sangat mengganggu kehidupan sehari-hari.
Bila pengobatan sudah dilakukan secara tuntas, tidak menjamin
terbebas dari infeksi ulang, langkah yang dapat diambil adalah sebagai
berikut :

a. Cuci sisir, sikat rambut dan perhiasan rambut dengan cara merendam
di cairan antiseptik.
b. Cuci semua handuk, pakaian, sprei dalam air sabun hangat dan
gunakan seterika panas untuk membunuh semua telurnya, atau dicuci
kering.

c. Keringkan peci yang bersih, kerudung dan jaket, serta hindari


pemakaian bersama sisir, mukena atau jilbab.

1.9 KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi pada penyakit scabies yaitu :

a. Urtikaria
b. Infeksi Sekunder
c. Folikulitis
d. Furunkel
e. Infiltrat
f. Eksema infantum

g. Pioderma
h. Impetigo

1.10 PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan secara umum
Pada pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan mandi secara
teratur setiap hari. Semua pakaian, sprei, dan handuk yang telah
digunakan harus dicuci secara teratur dan bila perlu direndam dengan
air panas. Demikian pula dengan anggota keluarga yang beresiko
tinggi untuk tertular, terutama bayi dan anak-anak, juga harus dijaga
kebersihannya dan untuk sementara waktu menghindari terjadinya
kontak langsung. Secara umum meningkatkan kebersihan lingkungan
maupun perorangan dan meningkatkan status gizinya. Beberapa syarat
pengobatan yang harus diperhatikan:
a. Semua anggota keluarga harus diperiksa dan semua harus diberi
pengobatan secara serentak.
b. Hygiene perorangan : penderita harus mandi bersih, bila perlu
menggunakan sikat untuk menyikat badan. Sesudah mandi pakaian
yang akan dipakai harus disetrika.
c. Semua perlengkapan rumah tangga seperti bangku, sofa, sprei,
bantal, kasur, selimut harus dibersihkan dan dijemur dibawah sinar
matahari selama beberapa jam.

2. Farmakologi
Syarat obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau,
tidak menimbulkan iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak
merusak atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan harganya
murah.
Jenis obat topical :
a. Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20% dalam bentuk salep
atau krim. Pada bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5%
dalam minyak sangat aman dan efektif. Kekurangannya adalah
pemakaian tidak boleh kurang dari 3 hari karena tidak efektif
terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian dan dapat
menimbulkan iritasi.
b. Emulsi benzyl-benzoat 20-25% efektif terhadap semua stadium,
diberikan setiap malam selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh,
sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah
dipakai.
c. Gama benzena heksa klorida (gameksan) 1% daam bentuk krim
atau losion, termasuk obat pilihan arena efektif terhadap semua
stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini
tidak dianurkan pada anak dibawah umur 6 tahun dan wanta hamil
karena toksi terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup
sekali dalam 8 jam. Jika masihada gejala, diulangi seminggu
kemudian.
d. Krokamiton 10% dalamkrim atau losio mempunyaidua efek
sebagai antiskabies dan antigatal. Harus dijauhkan dari mata,
mulut, dan uretra. Krim( eurax) hanya efetif pada 50-60% pasien.
Digunakan selama 2 malam berturut-turut dan dbersihkan setelah
24 jam pemakaian terakhir.
e. Krim permetrin 5% merupakan obat yang paling efektif dan aman
arena sangat mematikan untuk parasit S.scabei dan memiliki
toksisitas rendah pada manusia.
f. Pemberian antibitika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder,
misalnya bernanah di area yang terkena (sela-sela jari, alat
kelamin) akibat garukan.

1.11 PROSES KEPERAWATAN


I. Pengkajian
a. Biodata
Nama, umur (terjadi pada semua umur), jenis kelamin (dapat terjadi
pada wanita maupun laki-laki), alamat, agama, dan lain-lain.
b. Keluhan Utama
Pada pasien dengan skabies biasanya datang dengan keluhan utama rasa
gatal (pruritus).
c. Riwayat Penyakit Sekarang
P : Provokativ (sebab masalah)
 Tanyakan penyebab sakit yang diderita (biasanya terjadi karena
terinfeksi kutu sarcoptes scabiei yang menyebabkan dermatitis dan
pruritus)
Q : Quality (kualitas dan kuantitas masalah)
 Tanyakan bagaimana rasa sakit yang dideritanya? (biasanya px
merasakan gatal-gatal pada daerah yang terinfeksi)
R : Reagent (lempal, area nyeri)
 Tanyakan dimana saja area kulit yang gatal? (biasanya terdapat pada
daerah dengan stratum kornsum tipis seperti selasela jari tangan,
pergelangan tangan, siku bagian luar, lipatan glutea, dsb)
S : Skill (usaha yang dilakukan)
 Tanyakan seberapa rasa sakit / gatal yang dialami serta obat-obat apa
yang telah diberikan
T : Time (waktu)
 Tanyakan kapan rasa gatal / sakit itu muncul? ( biasanya rasa gatal
muncul pada malam hari )

d. Riwayat Penyakit Dahulu


Tanyakan kepada klien, apakah ada penyakit menular atau gangguan
pada sistem pada integumen sebelumnya ?
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan pada pasien apakah keluarga pasien sedang atau pernah
mengalami penyakit serupa dengan dan tanyakan apakah ada anggota
keluarga pasien yang mempunyai penyakit berat lainnya (hereditas)
seperti DM, hipertensi, asam dan lain-lain.
f. Riwayat Psiko sosial – Spiritual
 Psikologis : Apakah pasien menerima penyakit yang dideritanya atau
menarik diri
 Sosial : Bagaimana interaksi pasien terhadap lingkungan sekitar
sebelum sakit dan apakah pasien dapat beradaptasi dengan
lingkungan baru (rumah sakit)
 Spiritual : Apakah dan bagaimana pasien mengerjakan ibadahnya
saat sakit
g. Riwayat Kesehatan Lingkungan Kaji bagaimana penatalaksanaan dan
pemeliharaan kesehatan diri sendiri serta kebersihan sekitar tempat
tinggal.
II. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari
a. Kebutuhan makan dan minum
Kaji intake dan output cairan dan makanan
 Kaji jenis makan, frekwensi makan dan minuman
 Kaji apakah ada pantangan atau tidak
 Kaji apakah ada alergi terhadap makanan atau tidak
b. Kebutuhan eliminasi BAK dan BAB
 Frekwensi, warna, bau, konsistensi
 Biasanya tidak terdapat perubahan BAB / BAK
c. Kebutuhan aktifitas

 Biasanya aktifitas pasien akan terganggu karena adanya lesi /


pruritus di kulit yang tersensitisasi
d. Kebutuhan istirahat tidur

 Biasanya pasien akan terganggu karena adanya pruritus terutama


pada malam (pruritus nokturna)
e. Kebutuhan personal hygiene

 Kaji kebiasaan mandi, menggosok gigi, ganti pakaian, mencuci


rambut dan lain-lain (biasanya hygiene buruk / kurang bersih)

III. Pemeriksaan Fisik

a. Tanda – tanda vital


b. Keadaan Umum
Pada pasien scabies derajat kesadarannya dari composmentis, apatis,
samnolen, delirium, spoor sampai koma.

c. Kulit, Rambut, Kuku


Inspeksi : warna kulit pasien sawo mateng,rambut pasien berwarna
hitam dengan persebaran tidak merata ,kuku normal
Palpasi : turgor kulit jelek, kulit teraba hangat terdapat nyeri tekan pada
kulit,terdapat kemerahan pada kulit,ada rupture kulit, pada pasien
scabies keluar pus pada kulit.

d. Kepala
Bentuk wajah simetris , bentuk tengkorak bulat , rambut hitam serta
tidak terdapat nyeri tekan adanya lesi pada kulit kepala .

e. Mata
Bola mata berbentuk bulat, konjungtiva pucat, sclera putih serta
pergerakan bola mata normal pupil normal

f. Telinga
Inspeksi : daun telinga normal, liang telinga terdapat serumen.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada prosesus mastoideus.

g. Hidung
Bentuk hidung normal, tidak terdapat nyeri tekan dan tidak terdapat
benjolan .

h. Mulut
Bentuk bibir normal, gigi lengkap dan bersih, mukosa bibir kering,
lidah bersih

i. Leher
Bentuk leher normal tidak terdapat bendungan vena jogularis, tidak
terdapat pembesaran kelenjar tiroid serta nyeri tekan tidak ada.

j. Dada
Bentuk dada normal, pergerakan otot dada simetris, tidak terdapat nyeri
tekan

k. Abdomen
Pada pasien CKB bentuk abdomen simetris, tidak terdapat nyeri
tekan,tidak terdapat benjolan atau massa, terdapat kemerahan pada
bagian perut bagian bawah dan umbilicus
l. Anus dan Rektum
Pada daerah anus dan rectum tidak terdapat hemoroid baik interna
maupun eksternal.

m. Alat Kelamin
Pada pasien scabies terdapat kemerahan pada genetalia

n. Ekstremitas
Atas : terkoordinasi dengan baik
Bawah : terkoordinasi dengan baik

IV. Diagnosa keperawatan


a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (D.0077)
b. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit (D.0074)
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan scabies (D.0055)
d. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan edema (D.0129)
e. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi (D.0111)
f. Risiko infeksi berhubungan dengan jaringan kulit rusak dan prosedur
infasif (D.0142)
V. Perencanaan
NO SDKI SLKI SIKI
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan perawatan selama Permberian Obat Topikal (1.14533)
dengan agen cidera 1x 24 jam diharapkan masalah Observasi
biologis teratasi  Identifikasi kemungkinan alergi ,
(D.0077) Kriteria Hasil: interaksi, dan kontraindikasi
Tingkat Nyeri (L.08066)  Periksa tanggal kadaluarsa obat
 Keluhan nyeri di pertahankan pada  Monitor efek terapeutik obat
skala 4 di tingkatkan pada skala 5  Monitor efek lokal, efek sistemik, dan
 Kesulitan tidur di pertahankan pada efek samping obat
skala 4 di tingkatkan pada skala 5 Terapeutik
 Pola tidur di pertahankan pada skala  Lakukan prinsip 6 benar (pasien, obat,
4 di tingkatkan pada skala 5 dosis, waktu, rute, dokuentasi)
 Cuci tangan dan pasang sarung tangan
 Bersihkan kulit
 Oleskan obat topikal pada kulit atau
selaput lendir yang utuh
Edukasi
 Jelaskan jenis obat, alasan pemberian,
tindakan yang diharapkan,dan efek
samping sebelum pemberian
 Ajarkan pasien dan keluarga tentang cara
pemberian obat secara mandiri
2. Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan perawatan selama Manajemen nyeri (I.08238)
berhubungan dengan 1x 24 jam diharapkan masalah Observasi
gejala penyakit teratasi  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
(D.0074) Kriteria Hasil: frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Status Kenyamanan (L.08064)  Identifikasi respon nyeri non verbal
 Gatal di pertahankan pada skala 3 di  Identifikasi faktor yang memperberat
tingkatkan pada skala 5 dan memperingan nyeri
 Keluhan tidak nyaman di Terapeutik
pertahankan pada skala 4 di  Control lingkungan yang memperberat
tingkatkan pada skala 5 rasa nyeri (mi. suhu ruangan,
 Keluhan sulit tidur di pertahankan pencahayaan, kebisingan)
pada skala 4 di tingkatkan pada skala Edukasi
5  Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri.
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
3. Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan perawatan selama Perawatan Integritas Kulit (1.11353)
berhubungan dengan 1x 24 jam diharapkan masalah Obeservasi
edema teratasi  Identifikasi penyebab ganguuan integritas
(D.0129) Kriteria Hasil: kulit
Integritas Kulit (L.14125) Terapeutik
 Kerusakan lapisan kulit di  Hindari produk berbahan dasar alkohol
pertahankan pada skala 4 di pada kulit kering
tingkatkan pada skala 5  Gunakan produk berbahan ringan/ alami
 Nyeri di pertahankan pada skala 4 di dan hipoalergik pada kulit sensitif
tingkatkan pada skala 5 Edukasi
 Tekstur di pertahankan pada skala 4  Anjurkan menggunakan pelembab
di tingkatkan pada skala 5  Anjurkan minum air putih yang cukup
 Anjurkan mandi dan menggunakan sabun
secukupnya

4. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan perawatan selama Edukasi Kesehatan (1.12383)


berhubungan dengan 1x 24 jam diharapkan masalah Observasi :
kurang terpapar informasi teratasi  Identifikasi kesiapan dan kemampuan
(D.0111) Kriteria Hasil: menerima informasi
Tingkat Pengetahuan (L.12111)  Identifikasi faktor-faktor yang dapat
 Kemampuan menjelaskan meningkatkan dan menurunkan motivasi
pengetahuan tentang suatu topik di perilaku hidup bersih dan sehat
pertahankan pada skala 4 di Terapeutik :
tingkatkan pada skala 5  Berikan kesempatan untuk bertanya
 Perilaku sesuai dengan pengetahuan Edukasi :
di pertahankan pada skala 4 di  Ajarkan perilaku hidup sehat dan bersih
tingkatkan pada skala 5  Ajarkan strategi yang dapat digunakan
 Pertanyaan tentang masalah yang untuk meningkatkan perilaku hidup bersih
dihadapi di pertahankan pada skala 4 dan sehat
di tingkatkan pada skala 5
DAFTAR PUSTAKA

Aminah. (2015). Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kejadian Scabies.


Majority, 45-51.
Djuanda, A. (2013). Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Scabies Di
Pondok Islam Darul Ulum. Jurnal Kesehatan Andalas.
Goodheart. (2013). Diagnosis Fotografik Dan Penatalksanaan Penyakit Kulit.
Jakarta: EGC.
Linuwih, S. (2017). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ke-7. Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran UI.
Muttaqin, A., & Sari, K. (2013). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
Salemba Medika.
PPNI (2018). Standar Intervansi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, edisi 1

Suddarth, B. (2002). Buku Ajar Keperwawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai