Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN SCABIES

OLEH :

NAMA : ERNA EN SYNTIA DIMA LADO


NIM : PO530321119216
KELAS : PPN TINGKAT 4

MENGETAHUI

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Agustina Ina, S.Kep.M.Kes. Risot Hasan, S.Kep,.Ns

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG


JURUSAN KEPERAWATAN KUPANG
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN KUPANG
2022
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
Skabies adalah sejenis penyakit kulit yang disebabkan oleh kutu kulit/kutu kudis atau
Sarcoptes scabiei. Kutu ini hidup dilapisan atas dari kulit. Pada kulit, kutu ini
menggali lubang-lubang berupa terowongan kecil dan dalam terowongan tersebut
kutu betina bertelur.
Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh penyusupan organisme
ke dalam tubuh dan sensitisasi terhadap Sarcoptes skabies varian hominis dan
produknya. Penyakit ini ditandai dengan gejala gatal pada malam hari karena aktifitas
Sarcoptes scabeie yang lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas.

2. Etiologi
Etiologi Scabies disebabkan oleh kutu atau kuman sarcoptes scabei. Secara
morfologik sarcoptes scabei merupakan tungau kecil berbentuk oval  punggungnya
cembung dan bagian perutnya rata berwarna putih kotor dan tidak memiliki mata.
Sarcoptes betina yang berada di lapisan kulit stratum corneum dan lucidum membuat
terowongan ke dalam lapisan kulit.
3. Klasifikasi Scabies
Menurut Harahap bahwa adapun bentuk-bentuk khusus skabies yang sering terjadi
pada manusia adalah sebagai berikut:
a. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated).
Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit
jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.
b. Skabies incognito
Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga gejala
dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan masih bisa
terjadi. Skabies incognito sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa,
distribusi atipik, lesi luas dan mirip penyakit lain.
c. Skabies nodular
Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus biasanya
terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia laki- laki, inguinal dan aksila.
Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau skabies. Pada
nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus
mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah
diberi pengobatan anti scabies dan kortikosteroid
d. Skabies yang ditularkan melalui hewan.
Sumber utama skabies adalah anjing di Amerika. Kelainan ini berbeda dengan
skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan
genitalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering
kontak/memeluk binatang kesayangannya yaitu paha, perut, dada dan lengan.
Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat
sementara (4-8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena Sarcoptes scabiei
binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.
e. Skabies Norwegia.
Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan
krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi
biasanya pada kulit kepala yang berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak
tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku. Bentuk skabies Norwegia tidak
menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah Sarcoptes scabiei yang
menginfestasi sangat banyak (ribuan).
f. Skabies pada bayi dan anak.
Lesi scabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala,
leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa
impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi di muka.
g. Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden).
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur
dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.
.

4. Patofisiologi
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan tetapi  juga
oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau  bergandengan
sehingga terjadi kontak kulit yang kuat,menyebabkan lesi timbul pada pergelangan
tangan. Gatal yang terjadi disebabkan leh sensitisasi terhadap secret dan ekskret
tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu
kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemuannya papul, vesikel, dan urtika.
Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder. Kelainan
kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.

Pathway
Tungai Sarcoptes
Scabei

Kontak kulit kuat

Timbulnya reaksi alergi


pada kulit

Reaksi infamasi

Prostatgladin
Pelepasan mediator kimia mengiritasi ujung ujung syaraf nyeri
(histamin, kinin,prostatgladin

nyeri
Vasodilatasi Permeabiitas
Pembuluh darah kapiler
gatal Gangguan
pola tidur
Permeabiitas Perpindahan IV ke IS
kapiler

Masuk ke jaringan
Aliran darah di Vestikel timbul
pembuluh darah dermis
erosi ekskoriasi garukan
papule
kkrusta
Plak merah

Perubahan Papule pecah


body image

Gangguan citra tubuh Risiko infeksi Gangguan integritas kuit

5. Manifestasi klinis
Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardial berikut ini :
1. Pruritus (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu
yang lebih lembab dan panas.
2. Menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah keluarga
biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu  pula dalam sebuah
perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan
akan diserang tungau tersebut.
3. Kunikulus (adanya terowongan) pada tempat-tempat predileksi yang  berwarna
putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1
cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi
sekunder ruam kulit menjadi polimorfi (pustula, ekskoriasi, dll).
4. Tempat predileksi biasanya daerah dengan stratum korneum tipis, yaitu sela-sela
jari tangan, peregelangan tangan bagian volar, siku  bagian luar, lipatan ketiak
bagian depan, areola mammae (wanita) dan lipatan glutea, umbilikus, bokong,
genitalia eksterna (pria), dan perut bagian  bawah.
5. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki bahkan seluruh
permukaan kulit.
6. Pada remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.
7. Terdapat agen parasitik satu atau lebih stadium hidup agen parasitik ini,
merupakan hal yang paling diagnostik. Pada pasien yang menjaga hygiene, lesi
yang timbul hanya sedikit sehingga diagnosis kadangkala sangat sulit ditegakkan.
Jika penyakit berlangsung lama, dapat timbul likenifikasi, impetigo, da
furunkulosi.
6. Komplikasi
Komplikasi scabies dapat terjadi akibat menggaruk dengan kuat karena dapat
menembus kulit dan memungkinkan terjadinya infeksi bakteri sekunder seperti
impetigo. Impetigo adalah infeksi superfisial kulit yang disebabkan oleh bakteri staph
(sthapylocouccus)/kadang-kadang oleh  bakteri strep (streptokokus)
7. Pemeriksaan penunjang
Tungau biasanya dapat ditemukan pada ujung terowongan, namun  pemeriksaan ini
memerlukan keterampilan dan latihan. Kerokan kulit dari lesi berupa papul atau
terowongan, bermanfaat untuk menegakkan diagnosis skabies.
Pada skabies klasik, sering tidak dijumpai tungau karena ssedikitnya jumlah tungau.
Pemeriksaan lain yaitu burrow in test, dengan cara mengoleskan tinta atau gentian
violet ke permukaan kulit yang terdapat lesi tinta akan terabsorbsi dan kemudian akan
terlihat terowongan. Selain itu, dapat digunakan tetraskin topikal dan dengan bantuan
lampu wood terowongan akan tampak sebagai garis lurus berwarna kuning kehijauan.
8. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
1) Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20% dalam bentuk salep atau krim.pada
bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam bentuk minyak sangat aman
dan efektif.kekurangannya ialah pemakaian tidak boleh kurang dari 3 hari karena
tidak efektif terhadap stadium telur,berbau,mengotori pakaian dan dapat
menimbulkan iritasi
2) Emulsi benzil benzoat 20-50% efektif terhadap semua stadium,diberikan setiap
malam selama 3 hari.obat ini suit di peroleh ,sering memberi iritasi,dan kadang
kadang semakin gatal saat dipakai
3) Gama benzema heksaklorida(gameksan=gammexane)1% dalam bentuk krim atau
losio tidak berbau tidak berwarna,termasuk obat pilihan karena efektif terhadap
semua stdium,mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi,pemberiannya hanya
cukup sekali setiap 8 jam.jika masih ada gejala ulangi agi seminggu
kemudian.penggunaan yang berlebihan dapat merusak saraf pusat.pada bayi dan
anak anak jika digunakan berlebihan.
4) Benzilbenzoat (krotamiton) tersedia 10% dan 25% dalam krim atau losio
mempunyai dua efek sebagai antikskabires dan antigatal harus di jauhkan dari
mata mulut dan uretra.di pakai 2 malam berturut turut dan wajib di bersihkan
selama 24 jam pemakaian terakhur kemudia di lakukan lagi 1 minggu
kemudian .bila di gunakan oleh bayi dan anak anak harus di tambahkan air 2-3
bagian.
5) Permentrin dalam bentuk krim 5% sebagai dosis tunggal.penggunaannya selama
8-12 jam dan kemudian di cuci bersih.merupakan obat yang paling efektif dan
aman karena mematikan parasit.
2. Non Farmakologi
1) Mencuci bersih, bahkan sebagian ahli menganjurkan dengan cara direbus, handuk,
seprai maupun baju penderita skabies, kemudian menjemurnya hingga kering.
2) Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.
3) Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi untuk
memutuskan rantai penularan.
4) Mandi dengan air hangat dan sabun untuk menghilangkan sisa-sisa kulit yang
mengelupas dan kemudian kulit dibiarkan kering.
5) Menjaga lingkungan agar tetap  bersih dan sehat, ruangan jangan terlalu lembab
dan harus terkena sinar matahari serta menjaga kebersihan diri anggota keluarga
dengan baik.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
1) Identitas
a. Identitas klien.
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku  bangsa, tanggal
dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.
b. Identitas penanggung jawab klien.
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama,
suku  bangsa, status pernikahan, dan hubungan dengan klien.
2) Riwayat Kesehatan
a. Alasan utama masuk rumah sakit.
Alasan atau keluhan pasien saat masuk rumah sakit, dari kapan pasien sudah
merasakan sakit yang dialami.  
b. Keluhan utama
Keluhan utama merupakan keluhan yang paling utama, hanya ada satu
keluhan yang paling menganggu pasien atau mengancam nyawa pasien.
c. Riwayat kesehatan sekarang.
Penyakit yang dirasakan oleh pasien pada saat pasien datang kerumah sakit.
d. Riwayat kesehatan dahulu.
Riwayat penyakit yang dulu pernah di derita oleh pasien. Misalnya: adanya
riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, dan lain-lain.
e. Riwayat kesehatan keluarga.
Riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh keluarga pasien.
f. Riwayat alergi.
Riwayat alergi merupakan apakah pasien ada alergi terhadap makanan tertentu
atau tidak.
3) Genogram
Adanya genogram untuk mengetahui garis keturunan dari pasien, agar mengetahui
informasi bilamana ada penyakit keturunan pada keluarga pasien.
4) Riwayat spikososial
a. Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih)  
b. Interpersonal : hubungan dengan orang lain.
5) Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat Untuk mengurangi alergi gatal gatal
biasanya klien menkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek samping
b. Pola nutrisi dan metabolism Biasanya nafsu makan klien berkurang karena
terjadi gangguan integritas kulit
c. Pola istirahat dan tidur Selama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat
karena klien sering gatal gatal
d. Pola Persepsi dan konsep diri Klien sering gatal terus menerus dan tidak
nyaman menyebabkan konsep diri menurun.
6) Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum: keadaan umum, tanda vital, kesadaran.  
b. Pemeriksaan fisik data fokus kulit:
-Inspeksi: Tampak adanya bentol bentol atau lepuhan pada kulit
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologi ( inflamasi)
2. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur
3. Risiko Infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
( kerusakan intgritas kulit, statis cairan tubuh)
4. Gangguan Integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi, neuropati
perifer.
5. Gangguan Citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh ( mis. proses
penyakit) .
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
1. Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
berhubungan dengan ( L.08066) ( I.08238)
Agen pencedera Observasi :
fisiologi ( inflamasi) Setelah dilakukan 1) Identifikasi lokasi,
tindakan keperawatan karakterisik, durasi,
selama 1x24 jam, frekuensi, kualitas,
diharapkan Tingkat intensitas nyeri
nyeri menurun dengan 2) Identifikasi skala nyeri
kriteria hasil : 3) Identifikasi respon
- Keluhan Nyeri nyeri non verbal
menurun (5) 4) Idntifikasi faktor yang
- Meringis menurun memperberat dan
(5) memperingan nyeri
- Gelisah menurun 5) Identifikasi
(5) pengetahuan dan
- Frekuensi Nadi keyakinanan tentang
membaik (5) nyeri.
Terapeutik :
6) Berikan Teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri
( kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
7) Fasilitasi istrahat dan
tidur
Edukasi :
8) Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
9) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
10) Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
Kolaborasi :
11) Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Gangguan Pola Tidur Pola Tidur Dukungan Tidur
berhubungan dengan (L. 05045) ( I. 05174 )
kurang kontrol tidur 1) identifikasi pola
Setelah dilakukan aktivitas dan tidur
tindakan keperawatan 2) Identifikasi faktor
selama 1x24 jam, pengganggu tidur
diharapkan Pola Tidur (fisik dan/atau
membaik dengan psikologis)
kriteria hasil : 3) Identifikasi
- Keluhan sulit makanan dan
tidur meningkat minuman yang
(5) mengganggu tidur
- Keluhan sering 4) Identifikasi obat
terjaga meningkat tidur yang
(5) dikonsumsi
- keluhan tidak Terapeutik :
puas tidur 5) Modifikasi

meningkat (5) Lingkungan


6) Batasi waktu tidur
siang, jika perlu
7) Fasilitasi
menghilangkan
stress sebelum tidur
8) Tetapkan jadwal
tidur rutin
Edukasi :
9) Jelaskan pentingnya
tidur cukup selama
sakit
10) Anjurkan menepati
kebiasaan waktu
tidur
11) Anjurkan
menghindari
makanna
12) Ajarkan relaksasi
otot atau autogenic
cara
nonfarmakologi
lainya
3. Risiko Infeksi Tingkat Infeksi Pencegahan Infeksi
berhubungan dengan ( L.14137) ( I. 14539)
ketidakadekuatan
Setelah dilakukan
pertahanan tubuh Observasi :
tindakan keperawatan
primer ( kerusakan 1) Monitor tanda dan
selama 1x3 jam,
intgritas kulit, statis gejalah infeksi lokal
diharapkan Tingkat
cairan tubuh) dan sistemik
infeksi menurun
Terapeutik :
dengan kriteria hasil :
2) Batasi jumlah
- Kemerahan
pengunjung
menurun (5)
3) Berikan perawatan
- Nyeri
kulit pada area
menurun (5)
edema
- Bengkak
4) Cuci tangan
menurun (5)
sebelum dan
- Cairan berbau
sesudah kontak
busuk
dengan pasien dan
menurun (5)
lingkungan pasien
- Kultur darah
5) Pertahankan Teknik
membaik (5)
aseptic pada pasien
- Kultur area
berisiko tinggi
luka membaik
Edukasi :
(5)
6) Jelaskan tanda dan
gejalah infeksi
7) Ajarkan cara
mencuci tangan
yang benar
8) Ajarkan etika batuk
9) Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka atau luka
operasi
10) Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
11) Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi :
12) Kolaborasi
pemberian
imunisasi, jika perlu
4. Gangguan Integritas Integritas Kulit dan Perawatan Integritas kulit
kulit berhubungan jaringan ( I.11353)
dengan perubahan ( L.14125)
sirkulasi, neuropati Observasi :
perifer Setelah dilakukan 1) Identifikasi penyebab
tindakan keperawatan gangguan integritas
selama 1x24 jam, kulit ( mis. perubahan
diharapkan Integritas sirkulasi, perubahan
kulit dan jaringan status nutrisi, suhu
menurun dengan lingkungan ekstrem)
kriteria hasil : Terapeutik :
- Kerusakan 2) Ubah posisi tiap 2 jam
jaringan jika tirah baring
menurun (5) 3) Bersihkan perineal
- Kerusakan dengan air hangat,
lapisan kulit terutama selama
menurun (5) periode diare
- Suhu kulit 4) Hindari produk
membaik (5) berbahan dasar
- Sensasi membaik alkohol pada kulit
(5 ) kering.
Edukasi :
5) Anjurkan
menggunakan
pelembab ( mis.
lotion, serum)
6) Anjurkan minum air
yang cukup
7) Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
5. Gangguan Citra tubuh Citra Tubuh Promosi koping
berhubungan dengan ( L.09067) ( I. 09312)
perubahan fungsi
tubuh ( mis. proses Setelah dilakukan Observasi :
penyakit) . tindakan keperawatan 1) Identifikasi kegiatan
selama 1x24 jam, jangka pendek dan
diharapkan citra tubuh Panjang sesuai
meningkat dengan tujuan
kriteria hasil : 2) Identifikasi
- Melihat bagian kemampuan yang
tubuh dimiliki
meningkat (5) 3) Identifikasi sumber
- Menyentuh daya yang tersedia
bagian tubuh untuk memenuhi
meningkat (5) tujuan
- Hubungan 4) Identifikasi
sosial membaik pemahaman proses
(5) penyakit
5) Identifikasi metode
penyelesaian
masalah
Terapeutik :
6) Diskusikan
perubahan peran
yang dialami
7) Gunakan
pendekatan yang
tenang dan
meyakinkan
8) Diskusikan alasan
mengkritik diri
sendiri
Edukasi :
9) Anjurkan menjalin
hubungan yang
memiliki
kepentingan dan
tujuan sama
10) Anjurkan
pengunaan sumber
spiritual, jika perlu
11) Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi
12) Anjurkan keluarga
terlibat
13) Anjurkan membuat
tujuan yang lebih
spesifik
14) Ajarkan cara
memecahkan
masalah secara
konstruktif
15) Latih penggunaan
Teknik relaksasi

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah melaksanakan perencanaan perawatan yang sudah
dirancang untuk mencegah masalah mental dan fisik serta mempromosikan,
memelihara dan memulihkan kesehatan mental dan fisik. Tahap pelaksanaan dimulai
setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing oders untuk membantu
klien mencapai tujuan yang diharapkan.
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penilaian terhadap sejumlah informasi yang diberikan
untuk tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi merupakan tahap terakhir yang bertujuan
untuk menilai apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau/ tidak.
Evaluasi biasanya menggunakan SOAP.
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016), Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia (SDKI), Edisi 1 Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. ( 2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta : Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia (SIKI), Edisi 1, Jakarta : Persatuan Perawat Indonesia.

Anwar, Anis I, Zakiani S, dan Harfiah. 2014. Penyakit Skabies. Dua Satu Press,
Universitas Hasanuddin Makassar.

Ariza L, Walter B, Worth C, Brockmann S, Weber M L dan Feldmeier H.


2013.Investigation of a Scabies Outbreak in a Kindergarten in Constance,
GermanyInvestigation of a Scabies Outbreak in a Kindergarten.Eur J Clin
MicrobiolInfect Di, 32: pp.373–380

Anda mungkin juga menyukai