Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN KASUS SCABIES

Disusun Oleh:

Umi Faizah (7423047)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PRODI PROFESI NERS
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM
JOMBANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur dan Alhamdulillah penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan “Laporan

Pendahuluan Dengan Kasus Scabies“ yang merupakan Tugas Praktik Keperawatan

Medikal Bedah, program Studi Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan UNIPDU

Jombang.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada

laporan ini. Oleh karena itu penyusun mengundang pembaca untuk memberikan saran

serta kritik yang dapat membangun bagi peyusun sehingga dapat menyempurnakan

laporan selanjutya.

Semoga dengan adanya laporan ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,

dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Asuhan Keperawatan Dengan

Kasus Scabies.

Jombang, Desember 2023

Umi Faizah
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi

Skabies adalah sejenis penyakit kulit yang disebabkan oleh


kutu kulit/kutu kudis atau Sarcoptes scabiei. Kutu ini hidup
dilapisan atas dari kulit. Pada kulit, kutu ini menggali lubang-
lubang berupa terowongan kecil dan dalam terowongan
tersebut kutu betina bertelur.

Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan


oleh penyusupan organisme ke dalam tubuh dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes skabies varian hominis dan produknya.
Penyakit ini ditandai dengan gejala gatal pada malam hari
karena aktifitas Sarcoptes scabeie yang lebih tinggi pada suhu
yang lembab dan panas.

2. Etiologi

Etiologi Scabies disebabkan oleh kutu atau kuman


sarcoptes scabei. Secara morfologik sarcoptes scabei
merupakan tungau kecil berbentuk oval punggungnya
cembung dan bagian perutnya rata berwarna putih kotor dan
tidak memiliki mata. Sarcoptes betina yang berada di lapisan
kulit stratum corneum dan lucidum membuat

terowongan ke dalam lapisan kulit.


3. Klasifikasi Scabies

Menurut H a r a h a p bahwa adapun bentuk-bentuk khusus

skabies yang sering terjadi pada manusia adalah sebagai

berikut:

a. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated).

Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan

terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar

ditemukan.

b. Skabies incognito

Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan

kortikosteroid sehingga gejala dan tanda klinis membaik,

tetapi tungau tetap ada dan penularan masih bisa terjadi.

Skabies incognito sering juga menunjukkan gejala klinis yang

tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas dan mirip penyakit lain.

c. Skabies nodular

Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang

gatal. Nodus biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama

pada genitalia laki- laki, inguinal dan aksila. Nodus ini

timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau

skabies. Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan

tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap


selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah

diberi pengobatan anti scabies dan kortikosteroid

d. Skabies yang ditularkan melalui hewan.

Sumber utama skabies adalah anjing di Amerika. Kelainan

ini berbeda dengan skabies manusia yaitu tidak terdapat

terowongan, tidak menyerang sela jari dan genitalia

eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang

sering kontak/memeluk binatang kesayangannya yaitu paha,

perut, dada dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan

transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4-8

minggu) dan dapat sembuh sendiri karena Sarcoptes

scabiei binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya

pada manusia.

e. Skabies Norwegia.

Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi

yang luas dengan krusta, skuama generalisata dan

hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya

pada kulit kepala yang berambut, telinga bokong, siku,

lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi

kuku. Bentuk skabies Norwegia tidak menonjol tetapi

bentuk ini sangat menular karena jumlah Sarcoptes


scabiei yang menginfestasi sangat banyak (ribuan).

f. Skabies pada bayi dan anak.

Lesi scabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh,

termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki,

dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima

sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi di

muka.

g. Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden).

Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus

tinggal ditempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya

terbatas.

4. Patofisiologi

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari

tungau scabies, akan tetapi juga oleh penderita sendiri akibat

garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga

terjadi kontak kulit yang kuat,menyebabkan lesi timbul pada

pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan leh sensitisasi

terhadap secret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu

kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan

kulit menyerupai dermatitis dengan ditemuannya papul,


vesikel, dan urtika Dengan garukan dapat timbul erosi,

ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan

gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.

5. Manifestasi klinis

Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda

kardial berikut ini :

1. Pruritus (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau

lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.

2. Menyerang manusia secara berkelompok, misalnya

dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga

terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan

yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang

berdekatan akan diserang tungau tersebut.

3. Kunikulus (adanya terowongan) pada tempat-tempat

predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk

garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung

terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul

infeksi sekunder ruam kulit menjadi polimorfi (pustula,

ekskoriasi, dll).

4. Tempat predileksi biasanya daerah dengan stratum korneum

tipis, yaitu sela-sela jari tangan, peregelangan tangan


bagian volar, siku bagian luar, lipatan ketiak bagian

depan, areola mammae (wanita) dan lipatan glutea,

umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut bagian

bawah.

5. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak

kaki bahkan seluruh

permukaan kulit.

6. Pada remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala

dan wajah.

7. Terdapat agen parasitik satu atau lebih stadium hidup agen

parasitik ini, merupakan hal yang paling diagnostik. Pada

pasien yang menjaga hygiene, lesi yang timbul hanya

sedikit sehingga diagnosis kadangkala sangat sulit

ditegakkan. Jika penyakit berlangsung lama, dapat timbul

likenifikasi, impetigo, dan furunkulosi.

6. Komplikasi

Komplikasi scabies dapat terjadi akibat menggaruk

dengan kuat karena dapat menembus kulit dan memungkinkan

terjadinya infeksi bakteri sekunder seperti impetigo. Impetigo

adalah infeksi superfisial kulit yang disebabkan oleh bakteri staph


(sthapylocouccus)/kadang-kadang oleh bakteri strep

(streptokokus).

7. Pemeriksaan penunjang

Tungau biasanya dapat ditemukan pada ujung terowongan,

namun pemeriksaan ini memerlukan keterampilan dan latihan.

Kerokan kulit dari lesi berupa papul atau terowongan, bermanfaat

untuk menegakkan diagnosis skabies. Pada skabies klasik, sering

tidak dijumpai tungau karena ssedikitnya jumlah

tungau.Pemeriksaan lain yaitu burrow in test, dengan cara

mengoleskan tinta atau gentian violet ke permukaan kulit yang

terdapat lesi tinta akan terabsorbsi dan kemudian akan terlihat

terowongan. Selain itu, dapat digunakan tetraskin topikal dan

dengan bantuan lampu wood terowongan akan tampak sebagai

garis lurus berwarna kuning kehijauan.

8. Penatalaksanaan

1. Farmakologi

1) Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20% dalam

bentuk salep atau krim.pada bayi dan orang dewasa

sulfur presipitatum 5% dalam bentuk minyak sangat

aman dan efektif.kekurangannya ialah pemakaian tidak

boleh kurang dari 3 hari karena tidak efektif terhadap


stadium telur,berbau,mengotori pakaian dan dapat

menimbulkan iritasi.

2) Emulsi benzil benzoat 20-50% efektif terhadap semua

stadium,diberikan setiap malam selama 3 hari.obat ini

suit di peroleh ,sering memberi iritasi,dan kadang kadang

semakin gatal saat dipakai.

3) Gama benzema heksaklorida(gameksan=gammexane)1%

dalam bentuk krim atau losio tidak berbau tidak

berwarna,termasuk obat pilihan karena efektif terhadap

semua stdium,mudah digunakan, dan jarang memberi

iritasi,pemberiannya hanya cukup sekali setiap 8 jam.jika

masih ada gejala ulangi agi seminggu

kemudian.penggunaan yang berlebihan dapat merusak

saraf pusat.pada bayi dan anak anak jika digunakan

berlebihan.

4) Benzilbenzoat (krotamiton) tersedia 10% dan 25% dalam

krim atau losio mempunyai dua efek sebagai

antikskabires dan antigatal harus di jauhkan dari mata

mulut dan uretra.di pakai 2 malam berturut turut dan

wajib di bersihkan selama 24 jam pemakaian terakhur

kemudia di lakukan lagi 1 minggu kemudian .bila di


gunakan oleh bayi dan anak anak harus di tambahkan air

2-3 bagian.

5) Permentrin dalam bentuk krim 5% sebagai dosis

tunggal.penggunaannya selama 8-12 jam dan kemudian

di cuci bersih.merupakan obat yang paling efektif dan

aman karena mematikan parasit.

2. Non Farmakologi

1) Mencuci bersih, bahkan sebagian ahli menganjurkan

dengan cara direbus, handuk, seprai maupun baju

penderita skabies, kemudian menjemurnya hingga kering.

2) Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara

bersama-sama.

3) Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat

yang terinfeksi untuk memutuskan rantai penularan.

4) Mandi dengan air hangat dan sabun untuk menghilangkan

sisa-sisa kulit yang mengelupas dan kemudian kulit

dibiarkan kering.

5) Menjaga lingkungan agar tetap bersih dan sehat,

ruangan jangan terlalu lembab dan harus terkena sinar


matahari serta menjaga kebersihan diri anggota keluarga

dengan baik.

9. Pathway
B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

1) Identitas

a. Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama,

suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register,

diagnose medis.

b. Identitas penanggung jawab klien.

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,

alamat, pekerjaan, agama,

suku bangsa, status pernikahan, dan hubungan dengan

klien.

2) Riwayat Kesehatan

a. Alasan utama masuk rumah sakit.


Alasan atau keluhan pasien saat masuk rumah sakit,

dari kapan pasien sudah merasakan sakit yang dialami.

b. Keluhan utama

Keluhan utama merupakan keluhan yang paling

utama, hanya ada satu keluhan yang paling

menganggu pasien atau mengancam nyawa pasien.

c. Riwayat kesehatan sekarang.

Penyakit yang dirasakan oleh pasien pada saat pasien

datang kerumah sakit.

d. Riwayat kesehatan dahulu.

Riwayat penyakit yang dulu pernah di derita oleh

pasien. Misalnya: adanya riwayat hipertensi, diabetes

militus, penyakit jantung, anemia, dan lain-lain.

e. Riwayat kesehatan keluarga.

Riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh

keluarga pasien.

f. Riwayat alergi.

Riwayat alergi merupakan apakah pasien ada alergi

terhadap makanan tertentu atau tidak.


3) Genogram

Adanya genogram untuk mengetahui garis keturunan dari

pasien, agar mengetahui informasi bilamana ada penyakit

keturunan pada keluarga pasien.

4) Riwayat spikososial

a. Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien

(cemas/sedih)

b. Interpersonal : hubungan dengan orang lain.

5) Pola fungsi kesehatan

a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat Untuk

mengurangi alergi gatal gatal

biasanya klien menkonsumsi obat tanpa memperhatikan

efek samping

b. Pola nutrisi dan metabolism Biasanya nafsu makan

klien berkurang karena terjadi gangguan integritas kulit

c. Pola istirahat dan tidur Selama inditasi klien merasa

tidak dapat istirahat karena klien sering gatal gatal

d. Pola Persepsi dan konsep diri Klien sering gatal terus

menerus dan tidak nyaman menyebabkan konsep diri

menurun.
6) Pemeriksaan fisik

a. Status kesehatan umum: keadaan umum, tanda vital,

kesadaran.

b. Pemeriksaan fisik data fokus kulit:

-Inspeksi: Tampak adanya bentol bentol atau lepuhan

pada kulit

2. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologi

(inflamasi)

2. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan kurang kontrol

tidur

3. Risiko Infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan

pertahanan tubuh primer (kerusakan intgritas kulit, statis

cairan tubuh)

4. Gangguan Integritas kulit berhubungan dengan perubahan

sirkulasi, neuropati perifer.

5. Gangguan Citra tubuh berhubungan dengan perubahan

fungsi tubuh (mis. proses penyakit).


3. Intervensi Keperawatan

N SDKI SLKI SIKI


o
Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
1.
berhubungan (L.08066) (I.08238)
dengan Agen Setelah Observasi :
pencedera fisiologi
dilakukan 1. Identifikasi lokasi,
(inflamasi)
tindakan karakterisik, durasi,
keperawatan frekuensi, kualitas,

selama 1x24 intensitas nyeri.


2. Identifikasi skala nyeri
jam,
3. Identifikasi respon
diharapkan
nyeri non verbal
Tingkat nyeri
4. Idntifikasi faktor yang
menurun
memperberat dan
dengan memperingan nyeri
kriteria hasil : 5. Identifikasi pengetahuan
- Keluhan dan keyakinanan tentang

Nyeri nyeri.

menurun
Terapeutik :
(5)
1. Berikan Teknik
- Meringis nonfarmakologi untuk
menurun mengurangi nyeri
(5) (kompres hangat/dingin,
- Gelisah terapi bermain)
menurun 2. Fasilitasi istrahat dan
(5) tidur.
- Frekuens
Nadi Edukasi :
membaik 1. Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu nyeri.
(5)
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri.
3. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat.

Kolaborasi :

1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Pola Tidur (L. Dukungan Tidur ( I. 05174 )
2. Gangguan pola tidur
berhubungan dengan 05045)
Observasi :
kurang kontrol tidur
Setelah dilakukan
1. Identifikasi pola
tindakan keperawatan
aktivitas dan tidur
selama 1x24 jam,
2. Identifikasi faktor
diharapkan Pola
pengganggu
Tidur membaik
pengganggu tidur (fisik
dengan kriteria hasil :
dan/atau psikologis)
- Keluhan 3. Identifikasi makanan
sulit tidur dan minuman yang
meningkat mengganggu tidur
(5) 4. Identifikasi obat tidur
- Keluhan yang dikonsumsi

sering
terjaga Terapeutik :
meningkat
1. Modifikasi Lingkungan
(5)
- Keluhan 2. Batasi waktu tidur
tidak puas siang, jika perlu
tidur 3. Fasilitasi
meningkat menghilangkan stress
(5) sebelum tidur
4. Tetapkan jadwal tidur
rutin

Edukasi :

1. Jelaskan pentingnya
tidur cukup selama sakit
2. Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
3. Anjurkan menghindari
makanan
4. Ajarkan relaksasi otot
atau autogenic cara
nonfarmakologi lainya

Tingkat Infeksi Pencegahan Infeksi ( I. 14539)


3. Risiko infeksi ( L.14137)
berhubungan dengan Observasi :
ketidakadekuatan Setelah dilakukan
1. Monitor tanda dan
pertahana tubuh tindakan keperawatan
primer (kerusakan gejalah infeksi lokal dan
selama 1x24 jam,
integritas kulit statuis sistemik
diharapkan Tingkat
cairan tubuh) infeksi menurun Terapeutik :
dengan kriteria hasil :
1. Batasi jumlah
- Kemerahan pengunjung
menurun (5) 2. Berikan perawatan kulit
- Nyeri menurun (5) pada area edema
- Bengkak 3. Cuci tangan sebelum
menurun (5) dan sesudah kontak
- Cairan berbau dengan pasien dan
busuk menurun lingkungan pasien
(5) 4. Pertahankan Teknik
- Kultur darah aseptic pada pasien
membaik (5) berisiko tinggi
- Kultur area luka Edukasi :
membaik (5)
1. Jelaskan tanda dan
gejalah infeksi
2. Ajarkan cara mencuci
tangan yang benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi
5. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi :

Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
Integritas Kulit dan Perawatan Integritas kulit
4. Gangguan Integritas jaringan ( L.14125) ( I.11353)
kulit berhubungan
dengan perubahan Setelah dilakukan Observasi :
sirkulasi, neuropati tindakan keperawatan
perifer 1. Identifikasi penyebab
selama 1x24 jam,
gangguan integritas kulit
diharapkan Integritas
( mis. perubahan
kulit dan jaringan
sirkulasi, perubahan
menurun dengan
status nutrisi, suhu
kriteria hasil :
lingkungan ekstrem)
- Kerusakan
Terapeutik :
jaringan menurun
(5) 1. Ubah posisi tiap 2 jam
- Kerusakan jika tirah baring
lapisan kulit 2. Bersihkan perineal
menurun (5) dengan air hangat,
- Suhu kulit terutama selama
membaik (5) periode diare
- Sensasi 3. Hindari produk
membaik (5) berbahan berbahan
dasar alkohol pada kulit
kering.
Edukasi :
1. Anjurkan menggunakan
pelembab pelembab
( mis. lotion, serum)
2. Anjurkan minum air
yang cukup

Anjurkan meningkatkan asupan


nutrisi
Citra Tubuh Promosi koping ( I. 09312)
5. Gangguan Citra tubuh ( L.09067)
berhubungan Observasi :
berhubungan dengan Setelah dilakukan
1. Identifikasi kegiatan
perubahan perubahan tindakan keperawatan
fungsi tubuh ( mis. jangka jangka pendek
selama 1x24 jam,
proses penyakit) dan Panjang sesuai
diharapkan citra
tujuan
apkan citra tubuh
2. Identifikasi kemampuan
meningkat dengan
yang dimiliki
kriteria hasil :
3. Identifikasi sumber
- Melihat bagian daya yang tersedia
tubuh untuk memenuhi tujuan
meningkat (5) 4. Identifikasi pemahaman
- Menyentuh pemahaman proses
bagian bagian penyakit
tubuh 5. Identifikasi metode
meningkat (5) penyelesaian masalah
- Hubungan Terapeutik :
sosial membaik
(5) 1. Diskusikan perubahan
perubahan peran yang
dialami
2. Gunakan pendekatan
pendekatan yang tenang
dan meyakinkan
3. Diskusikan alasan
mengkritik diri sendiri
Edukasi :
1. Anjurkan menjalin
hubungan yang
memiliki kepentingan
dan tujuan sama
2. Anjurkan pengunaan
pengunaan sumber
sumber spiritual, jika
perlu
3. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan perasaan dan
persepsi
4. Anjurkan keluarga
terlibat
5. Anjurkan membuat
tujuan yang lebih
spesifik
6. Ajarkan cara
memecahkan masalah
secara konstruktif
7. Latih
penggunaanTeknik
relaksasi

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah melaksanakan perencanaan

perawatan yang sudah dirancang untuk mencegah masalah mental dan fisik

serta mempromosikan, memelihara dan memelihara dan memulihkan

memulihkan kesehatan mental kesehatan mental dan fisik. dan fisik. Tahap

pelaksanaan dimu pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan


setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada ukan pada nursing oders

ng oders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah penilaian terhadap sejumlah informasi

yang diberikan untuk tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi merupakan tahap

terakhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan keperawatan yang

telah dilakukan tercapai atau/ tidak. Evaluasi biasanya menggunakan SOAP.


DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016 ), Standar Diagnosis


Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1 Jakarta: Persatuan Perawat
Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. ( 2018), Standar Luaran Keperawatan


Indonesia (SLKI), Edisi 1, Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018 ), Standar Intervensi


Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1, Jakarta: Persatuan Perawat
Indonesia.
Anwar, Anis I, Zakiani S, dan Harfiah. 2014. Penyakit Skabies. Dua Satu
Press, Universitas Hasanuddin Makassar.

Ariza L, Walter B, Worth C, Brockmann S, Weber M L dan Feldmeier H.


2013.Investigation of a Scabies Outbreak in a Kindergarten in
Constance, GermanyInvestigation of a Scabies Outbreak in a
Kindergarten.Eur J Clin MicrobiolInfect Di, 32: pp.373–380

Anda mungkin juga menyukai