Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEPERAWATAN DASAR I

“PERAWATAN DAN PELEPASAN KATETER”

Program Studi:
S1 Keperawatan
Disusun Oleh:
Teresa Novita Regina (30120118041)
Theresia Novianty (30120118042)
Tian Juliannisa (30120118043)
Tirsa Clara Th. (30120118044)
Valeria Dian (30120118045)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS


Jl. Parahyangan kav.8 Blok B No.1 Kota Baru Parahyangan
Padalarang – Bandung Barat 40553
2018/2019
KATA PENGANTAR

Dengan ini kami panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah memberikan rahmat dan berkatnya sehingga tugas makalah kami yang
berjudul “Perawatan dan Pelepasan Kateter” bisa terselesaikan dengan tepat
waktu.
Adapun maksud dan tujuan makalah ini untuk memenuhi salah satu syarat
dalam menempuh mata kuliah keperawatan dasar tentang kateterisasi, juga untuk
menambah wawasan kami dalam ilmu pengetahuan terutama di bidang
keperawatan.
Makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangannya karena
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah kami selanjutnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

Padalarang, 12 November 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................... 1
1.3 Manfaat ............................................................................................................. 1
1.4. Sistematika Penulisan ...................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan ........................................................... 2
2.2 Kateterisasi Urine............................................................................................. 8
2.3 Perawatan Kateter pada Pasien ...................................................................... 9
2.4 Pelepasan Kateter pada Pasien ..................................................................... 11
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ............................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Katerisasi merupakan suatu prosedur yang penting yang biasanya
dideligasikan kepada staf yang paling muda. Jika tidak dikerjakan dengan hati-
hati (gentle) dan terampil akan memungkinkan terjadinya kerusakan dan striktur
(penyempitan) pada uretra. Pada masa romawi purba sudah digunakan kateter
yang terbuat dari perunggu.
1. CELSUS mempunyai satu set kateter dengan lima ukuran yang berbeda,
tiga untuk laki-laki dan dua untuk perempuan, untuk lelaki mempunyai 2
lengkung.
2. ORIBASIUS (325-403AD) menggunakan kateter terbuat dari kertas,
hampir menyerupai sedotan jerami untuk minum.
3. ABULCASIS (936-1013M) kateter terbuat dari perak
4. DESNOS (1914M) kateter perak yang keras digunakan sepanjang masa
pertengahan, dan sampai waktu baru-baru ini. Kateter itu berbentuk lurus
untuk wanita dan dan melengkung seperti uretra untuk pria, ujung lainya
sering punya 2 bengkokan atau loop yang melekat padanya digunakan
untuk mengikatkan kateter elastis digunakan pada abad ke 18.
5. FOLLEY 1937 menggunakan kateter tetap dalam kantong kemih, dan ini
merupakan kateter ideal.

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui prosedur perawatannya dan juga pelepasannya.

1.3 Manfaat
Untuk menambah pengetahuan tentang pembelajaran kateter bagi penulis
dan bagi pembaca pada umumnya.

1.4 Sistematika Penulisan


Makalah disusun dengan urutan sebagai berikut:
Bab I Pendahulan menjelaskan latar belakang, tujuan, manfaat, dan sistematika
penulisan.
Bab II Tinjauan Teoritis menjelaskan sistem perkemihan, kateter urine,
perawatan kateter pada pasien, dan pelepasan kateter pada pasien.
Bab III Penutup berisikan kesimpulan.

1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan


Sistem perkemihan adalah suatu sistem tempat terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan
oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat
yang dipergunakan oleh tubuh, larut dalam air dan dikeluarkan berupa urine (air
kemih).

2.1.1 Ginjal
Ginjal adalah suatu kelenjar yang terletak di bagian belakang kavum
abdominalis di belakang peritoneum pada kedua sisi vertebrata lumbalis III,
melekat langsung pada dinding belakang abdomen. Bentuk ginjal seperti biji
kacang, jumlahnya ada dua buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari ginjal
kanan dan pada umumnya ginjal pria lebih panjang dari ginjal wanita.

2.1.1.1 Struktur Ginjal


Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula renalis yang
terdiri dari jaringan fibrus berwarna ungu tua. Lapisan luar terdiri dari lapisan
korteks (subtansia kortekalis), dan lapisan sebelah dalam bagian medulla
(subtansia medularis) berbentuk kerucut yang disebut renal piramid. Puncak
kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut
papilla renalis. Masing-masing piramid dilapisi oleh kolumna renalis, jumlah
renalis 15-16 buah.
Garis-garis yang terlihat di piramid disebut tubulus nefron yang merupakan
bagian terkecil dari ginjal yang terdiri dari glomerulus, tubulus proksimal
(tubulus kontorti satu), ansa henle, tubulus distal (tubulus kontorti dua) dan
tubulus urinarius (papilla vateri).

2
3

Pada setiap ginjal diperkirakan ada 1.000.000 nefron, selama 24 jam dapat
menyaring darah 170 liter. Arteri renalis membawa darah murni dari aorta ke
ginjal, lubang-lubang yang terdapat pada piramid renal masing-masing
membentuk simpul dari kapiler satu badan malphigi yang disebut glomerulus.
Pembuluh aferen yang bercabang membentuk kapiler menjadi vena renalis yang
membawa darah dari ginjal ke vena kava inferior.

Fungsi ginjal :
a. Mengatur volume air (cairan dalam tubuh).
b. Mengatur keseimbangan osmotik dan mempertahankan keseimbangan
ion yang optimal dalam plasma (keseimbangan elektrolit).
c. Mengatur keseimbangan asam-basa cairan tubuh.
d. Eksresi sisa hasil metabolisme.
e. Fungsi hormonal dan metabolisme.

2.1.1.2 Filtrasi Glomerulus


Kapiler glomerulus secara relatif bersifat impermeable terhadap protein
plasma yang lebih besar dan permeable terhadap air dan larutan yang lebih kecil
seperti elektrolit, asam amino, glukosa dan sisa nitrogen. Glomerulus mengalami
kenaikan tekanan darah 90 mmHg. Kenaikan ini terjadi karena anteriole aferen
mengarah ke glomerulus mempunyai diameter yang lebih besar dan memberikan
sedikit tahanan pada kapiler yang lain. Darah didorong ke dalam ruangan yang
lebih kecil, sehingga darah mendorong air dan partikel yang terlarut dalam
plasma masuk ke dalam kapsul bowman. Tekanan darah terhadap dinding
pembuluh ini disebut tekanan hidrostatik (TH). Gerakan masuknya ke dalam
kapsul bowman disebut sebagai filtrasi glomerulus.
Tiga faktor pada proses filtrasi dalam kapsula bowman menggambarkan
integrasi ketiga faktor tersebut, yaitu :
a. Tekanan Osmotik (TO)
Tekanan yang dikeluarkan oleh air (sebagai pelarut) pada membran
semipermeable sebagai usaha untuk menembus membran semipermeable ke
4

dalam area yang mengandung lebih banyak molekul yang dapat melewati
membran semipermeable. Dan memungkinkan untuk melewati yang lebih
kecil dari air tetapi mencegah molekul yang lebih besar misalnya protein
dan plasma.

b. Tekanan Hidrostatik (TH)


Sekitar 15 mmHg dihasilkan oleh adanya filtrasi dalam kapsula dan
berlawanan dengan tekanan hidrostatik darah. Filtrasi juga mengeluarkan
tekanan osmotik 1-3 mmHg yang berlawanan dengan osmotik darah.

c. Perbedaan tekanan osmotik plasma dengan cairan dalam kapsula


bowman mencerminkan perbedaan konsentrasi protein, perbedaan ini
menimbulakn pori-pori kapiler mencegah protein plasma untuk di filtrasi.

Tekanan hidrostatik plasma dan tekanan osmotik filtrasi kapsula bowman


bekerjasama untuk meningkatkan gerakan air dan molekul permeable, molekul
permeable kecil dari plasma masuk ke dalam kapsula bowman.

2.1.1.3 Pembentukan Urine


Glomerulus berfungsi sebagai ultrafiltrasi pada simpai bowman, berfungsi
untuk menampung hasil filtrasi dari glomerulus. Pada tubulus ginjal akan terjadi
penyerapan kembali zat-zat yang sudah disaring pada glomerulus, sisa cairan
akan diteruskan ke piala ginjal terus berlanjut ke ureter.
Urine berasal dari darah yang dibawa arteri renalis masuk ke dalam ginjal.
Darah ini terdiri dari bagian yang padat yaitu sel darah dan bagian plasma darah.

Ada tiga tahap pembentukan urine, yaitu :

a. Filtrasi
Terjadi di glomerulus, proses ini terjadi karena permukaan aferen lebih
besar dari permukaan eferen maka terjadi penyerapan darah. Sedangkan
sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan
yang tersaring ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari glukosa, air,
natrium, klorida, sulfat, bikarbonat dan lain-lain, yang diteruskan ke tubulus
ginjal.

b. Reabsorpsi
Proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar glukosa, natrium,
klorida, fosfat dan ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang
dikenal dengan obligator reabsorpsi dan terjadi pada tubulus atas.
Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan
5

natrium dan ion bikarbonat. Bila diperlukan akan diserap kembali kedalam
tubulus bagian bawah. Penyerapannya terjadi secara aktif dikenal dengan
reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.

c. Proses Sekresi
Sisanya penyerapan urine kembali dan terjadi pada tubulus dan
diteruskan ke piala ginjal selanjutnya diteruskan ke ureter masuk ke vesikula
urinaria.

2.1.2 Ureter
Ureter terdiri dari 2 saluran pipa, masing-masing bersambung dari ginjal ke
kandung kemih (vesika urinaria), panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang ±
0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak
dalam rongga pelvis.

Lapisan dinding abdomen terdiri dari :


a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah lapisan otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap 5
menit sekali yang akan mendorong urine masuk ke dalam kemih (vesika
urinaria). Gerakan peristaltik mendorong urine melalui ureter yang diekskresikan
oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis
masuk kedalam kandung kemih.
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas
dan dilapisi oleh peritoneum. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter
meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe
berasal dari pembuluh sekitarnya mempunyai saraf sensorik.
6

2.1.3 Vesika Urinaria


Vesika urinaria (kandung kemih) dapat mengembang dan mengempis
seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul.
Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat,
berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis medius.
Bagian vesika urinaria terdiri dari:
a. Fundus, bagian yang menghadap kearah belakang dan bawah, bagian
ini terpisah dari rektum oleh spatium rectovesikale yang terisi oleh
jaringan ikat duktus deferen, vesika seminalis dan prostat.
b. Korpus, bagian antara vertex dan fundus.
c. Verteks, bagian yang mancung kearah muka dan berhubungan dengan
ligamentum vesika umbilikalis.

Dinding kandung kemih terdiri dari lapisan sebelah luar (peritoneum),


tunika muskularis (lapisan otot), tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan
bagian dalam). Pembuluh limfe vesika urinaria mengalirkan limfe ke dalam nadi
limfatik iliaka interna dan eksterna.

2.1.4 Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih
yang berfungsi menyalurkan urine keluar.

2.1.4.1 Uretra Pria


Pada pria uretra berjalan berkelok-kelok melalui tengah-tengah prostat
kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang fubis ke bagian
penis panjangnya ± 20 cm.
7

Uretra pada pria terdiri dari:


a. Uretra prostatia
b. Uretra membranosa
c. Uretra kevernosa
Lapisan uretra pria terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam) dan
lapisan submukosa. Uretra mulai dari orifisium eksterna. Pada penis, panjang
uretra mencapai 17,5 – 20 cm yang terdiri dari bagian uretra prostatika, uretra
pars membranasea, uretra pars kavernosus, orifiifisisium uretra eksterna..
2.1.4.2 Uretra Wanita
Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubis berjalan miring sedikit
kearah atas, panjangnya ± 3-4 cm. Lapisan uretra wanita terdiri dari tunika
muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena-vena,
dan lapisan mukosa (sebelah dalam). Muara uretra pada wanita terletak
disebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra disini hanya sebagai
saluran ekskresi. Apabila tidak berdilatasi diameternya 6 cm uretra ini
menembus fasia diafragma urogenitalis dan orifisium eksterna langsung didepan
permukaan vagina, 2,5 cm dibelakang glans klitoris. Glandula uretra bermuara
ke uretra, yang terbesar diantaranya adalah glandula pars uretralis yang
bermuara ke dalam ofisium uretra yang hanya berfungsi sebagai saluran
ekskresi.
Diafragma urogenitalis dan orifisium ekstrena langsung didepan permukaan
vagina dan 2,5 cm di belakang glans klitoris. Uretra wanita jauh lebih pendek
daripada pria dan terdiri dari lapisan otot polos yang diperkuat oleh sfingter otot
rangka pada muaranya penonjolan berupa kelenjar dan jaringan ikat fibrosa
longgar yang ditandai dengan banyaknya sinus venosus mirip jaringan
kavernosus.
2.1.4.3 Mikturisi
Mikturisi adalah peristiwa pembentukkan urine. Karena dibuat didalam,
urine mengalir melalui ureter ke kandung kemih. Keinginan membuang air kecil
disebabkan penambahan tekanan didalam kandung kemih dan tekanan ini
disebabkan isi urine didalamnya. Hal ini terjadi bila tertimbun 170 sampai 230
ml. Mikturisi adalah gerak reflex yang dapat dikendalikan dan ditahan oleh
pusat-pusat persarafan yang lebih tinggi pada manusia.
Gerakannya ditimbulkan kontraksi otot abdominal yang menambah tekanan
didalam rongga abdomen dan berbagai organ yang menekan kandung kemih
membantu mengosongkannya. Kandung kemih dikendalikan saraf pelvis dan
serabut saraf simpatis dari pleksus hipogastrik.
8

2.1.4.4 Ciri Urine Normal


Jumlahnya rata-rata 1-2 liter sehari, tetapi berbeda-beda sesuai jumlah
cairan yang dimasukkan. Banyaknya bertambah pula bila terlampau banyak
protein dimakan, sehingga tersedia cukup cairan yang diperlukan untuk
melarutkan ureanya.
a. Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan
b. Baunya tajam
c. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6
d. Berat jenis berkisar dari 1010 sampai 1025

2.2 Kateterisasi Urine


Kateterisasi urine adalah suatu tindakan memasukkan pipa kedalam
kandung kemih melalui uretra untuk mengeluarkan air seni atau urine. Tindakan
kateterisasi urine ini dilakukan untuk membantu pasien yang tidak mampu
berkemih secara mandiri di kamar kecil, sehingga harus memenuhi kebutuhan
berkemih dengan dilakukan pemasangan kateterisasi urine. Kateter adalah alat
yang digunakan untuk melakukan kateterisasi urine.

Indikasi pemasangan kateter:


a. Mengatasi retensi atau tertahannya urine
b. Mengukur dan memantau jumlah output urine
c. Mengosongkan kandung kemih sebelum, selama atau setelah operasi
d. Pasien yang menjalani operasi urologi atau operasi lain pada struktur
yang berdekatan dengan genoturinaria
Indikasi pelepasan kateter:
a. Kateter sudah tidak berfungsi dengan baik
b. Kateter dengan pemakaian sudah 1 minggu
c. Kateter sudah tidak lagi dibutuhkan atau pasien sudah bisa buang air
kecil secara mandiri
d. Terdapat tanda-tanda infeksi
2.2.1 Jenis-jenis Kateter
Menurut percabangannya kateter urine dibedakan menjadi tiga jenis yaitu:
1) Tidak bercabang untuk pemakaian sebentar,
2) Two way catheter yang selain memiliki lumen untuk mengeluarkan
urine juga terdapat lumen untuk memasukkan air guna mengisi balon,
dan
9

3) Three way catheter yang terdapat satu lumen lagi yang berfungsi untuk
mengalirkan air pembilas (irigasi) yang masukkan melalui selang infus,
4) biasanya dipakai setelah operasi prostat untuk mencegah timbulnya
pembekuan darah (Potter & Perry,2005).
2.2.2 Jenis-jenis Pemasangan Kateter Urine
Ada beberapa jenis pemasangan kateter yaitu:
1) Indwelling catheter yaitu kateter menetap yang digunakan untuk
periode waktu yang lebih lama
2) Intermitten catheter yaitu kateter yang digunakan untuk jangka waktu
yang pendek (5-10 menit) dan klien.
3) Suprarubrik catheter yaitu kateter kadang-kadang digunakan untuk
pemakaian secara permanen.

2.3 Perawatan Kateter pada Pasien


Perawatan kateter adalah suatu tindakan keperawatan dalam memelihara
kateter dengan antiseptic untuk membersihkan ujung uretra dan selang kateter
bagian luar serta mempertahankan kepatenan posisi kateter.

Tujuan dilakukannya perawatan kateter pada pasien yaitu:


1) Menjaga kebersihan saluran kencing
2) Mempertahankan kepatenan (fiksasi) kateter
3) Mencegah terjadinya kateter
4) Mengendalikan infeksi

Vulva hygiene adalah cara membersihkan daerah genetalia wanita bagian


luar (vulva) dengan menggunakan cairan anti septik. Sedangkan Perineal
hygiene adalah cara membersihkan daerah genetalia pria bagian luar (penis dan
skrotum) dengan menggunakan cairan anti septik.
Tujuan dari vulva dan perineal hygiene adalah untuk memberikan rasa
nyaman, mencegah terjadinya infeksi daerah genetalia klien.

2.3.1 Indikasi dan Waktu Hygiene Moment


Indikasi dan waktu dalam melakukan vulva hygiene dan perineal hygiene
yaitu:
1) Rutin setiap pagi dan sore pada waktu mandi
2) Pada pasien yang menggunakan kateter tetap
3) Sebelum pengambilan spesimen urine
4) Sewaktu waktu jika diperlukan

2.3.2 Pelaksanaan perawatan kateter pada pasien


10

1. Alat dan Bahan


a. Handschoen
b. Alas/perlak
c. Bengkok/piala ginjal
d. Sabun
e. Air hangat/aquadest/antiseptik
f. Waslap
g. Baskom
h. Plester
i. Pinset
j. Kapas steril

2. Cara kerja
a. Pada Wanita
1) Jelaskan pada pasien tentang maksud dan tujuan tindakan
perawatan kateter/vulva hygiene
2) Berikan privasi pada pasien
3) Perawat mencuci tangan dan menggunakan handschoen
4) Bantu pasien melepaskan pakaian bagian bawah dan pasang alas
atau perlak
5) Minta pasien untuk melakukan posisi dorsal recumbent atau
mengangkang
6) Buka balutan kateter
7) Ambil kapas steril dengan menggunakan pinset lalu beri
aquadest atau antiseptik, pegang pinset dengan tangan kanan dan
tangan kiri membuka labia mayora kemudian bersihkan vulva
dengan cara:
a) Mulai dari labia mayora kanan, labia mayora kiri, labia
minora kanan, labia minora kiri dan vestibulum.
b) Satu kapas untuk satu kali usapan, kapas kotor diletakkan
didalam bengkok
c) Arah usapan adalah dari atas ke bawah
8) Bersihkan selang kateter dengan air hangat
9) Bersihkan bagian paha kiri dan kanan lalu anus
10) Pastikan kateter terpasang dengan benar
11) Bantu pasien memakai pakian bagian bawah kembali
12) Bereskan alat-alat dan lepaskan handschoen
13) Perawat mencuci tangan

b. Pada Pria
1) Jelaskan pada pasien tentang maksud dan tujuan tindakan
perawatan kateter/perineal hygiene
11

2) Berikan privasi pada pasien


3) Perawat mencuci tangan dan menggunakan handschoen
4) Bantu pasien melepaskan pakaian bagian bawah dan pasang alas
atau perlak
5) Minta pasien untuk melakukan posisi dorsal recumbent atau
mengangkang
6) Buka balutan kateter
7) Usap ujung uretra dan kateter memakai waslap basah bersabun
dan bilas dengan air hangat. Lakukan dengan cara tangan kiri
memegang penis, tangan kanan membersihkan penis dengan
cara memutar sampai belakang penis, kemudian skrotum
dibersihkan dari arah depan ke belakang
8) Bersihkan selang kateter dengan air hangat
9) Bersihkan bagian paha kiri dan kanan lalu anus
10)Pastikan kateter terpasang dengan benar
11)Bantu pasien memakai pakian bagian bawah kembali
12)Bereskan alat-alat dan lepaskan handschoen
13)Perawat mencuci tangan

2.4 Pelepasan Kateter pada Pasien


Melepas drainage urine pada pasien yang dipasang kateter. Ini dilakukan
karena pasien sudah dapat buang air kecil secara mandiri.

2.4.1 Pelaksanaan pelepasan kateter pada pasien


1. Alat dan Bahan
a. Handschoen
b. Alas/perlak
c. Bengkok/piala ginjal
d. Plastik kuning
e. Air hangat
f. Waslap
g. Spuit
h. Handuk

2. Cara Kerja
1) Jelaskan pada pasien tentang maksud dan tujuan tindakan pelepasan
kateter
2) Berikan privasi pada pasien
3) Perawat mencuci tangan dan menggunakan handschoen
4) Bantu pasien melepaskan pakaian bagian bawah dan pasang alas atau
perlak
12

5) Minta pasien untuk melakukan posisi dorsal recumbent atau


mengangkang
6) Letakkan handuk kertas atau wadah di antara tungkai klien.
7) Buka plaster kateter
8) Masukkan ujung spuit ke dalam ujung selang kateter tempat
menggembungkan balon kateter.
9) Tarik semua cairan balon. Tindakan ini untuk mengempiskan balon.
Jika tidak semua cairan dapat ditarik, laporkan hal ini ke perawat
yang bertanggung jawab sebelum melanjutkan prosedur. Jangan
Tarik kateter sementara balon masih dalam keadaan menggembung.
Uretra dapat mengalami cidera.
10) Tarik kateter secara perlahan dan mantap. Observasi keutuhannya,
dan letakkan di dalam handuk kertas atau wadah pembuangan.
11) Cuci dan keringkan area perineal/vulva
12) Ukur urine di dalam kantong drainase
13) Buang semua peralatan yang telah digunakan di dalam wadah yang
sesuai, lepaskan handschoen dan cuci tangan.
14) Dokumentasikan prosedur dan data pengkajian
a. Catat waktu pelepasan kateter
b. Keutuhan kateter
c. Jumlah
d. Warna, serta kejernihan urine
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Kateter adalah pipa selang yang digunakan pasien dengan gangguan
pada vesika urinaria, post operasi dan lain-lain untuk membantu proses
mengeluarkan urine atau buang air kecil.
2. Perawatan kateter adalah suatu tindakan keperawatan dalam
memelihara kateter dengan antiseptik untuk membersihkan ujung
uretra, vulva/perineal, dan selang kateter bagian luar serta
mempertahankan posisi kateter.
3. Pelepasan kateter adalah melepas drainage urine pada pasien yang
dipasang kateter dengan salah satu indikasi sudah dapat melakukan
buang air kecil secara mandiri.
4. Pelaksanaan perawatan dan pelepasan kateter pada pasien harus
dilakukan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku
agar tercapainya derajat kesehatan yang optimal pada pasien.

13
DAFTAR PUSTAKA

Link: https//ekolutionn.blogspot.com/2015/10contoh-makalah-tentang-
kateter.html?m=1

fungsialat.blogspot.com

› Alat Kesehatan

Audrey Berman, Shirlee Synder, Barbara Kozier, Glenora Erb. Buku Ajar
Praktik Keperawatan Klinis Kozier Erb. EGC.

Link: https://seputarkuliahkesehatan.blogspot.com/2018/07/makalah-
dan-sop-tentang-pelepasan-dan.html?m=1

Link: https://znoophy.wordpress.com/kateter/

14

Anda mungkin juga menyukai