Anda di halaman 1dari 15

PERBEDAAN PENGGUNAAN NASAL CANUL DENGAN SIMPLE MASK

PADA PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)


DI RUANG CEMPAKA RUMAH SAKIT TENTARA TINGKAT II dr. Soepraoen MALANG

LAPORAN AKHIR
Untuk Memenuhi Persyaratan
Profesi Ners Departemen Medikal

Oleh :
Kelompok 4

Novita Puspasari 115070207131016


Eny Dwi Oktaviani 150070300011020
Dwi Puji Rahayu 150070300011014
Tomi Rinaldi 0910723038
Ade Rumondang M H 150070300011021
Teguh Fitriyanto 115070207111024

JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan salah satu dari kelompok penyakit
tidak menular yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Hal ini
disebabkan oleh meningkatnya usia harapan hidup dan semakin tingginya pajanan faktor
risiko, seperti faktor pejamu yang diduga berhubungan dengan kejadian PPOK, semakin
banyaknya jumlah perokok khususnya pada kelompok usia muda, serta pencemaran udara
di dalam ruangan maupun di luar ruangan dan di tempat kerja.
Masalah utama dan alasan paling sering yang menyebabkan penderita PPOK
mencari pengobatan adalah sesak napas yang diderita yang bersifat persisten dan progresif
(PDPI, 2011). Gambaran khas PPOK adalah adanya obstruksi saluran napas yang sangat
bervariasi, mulai dari tanpa gejala, gejala ringan, hingga berat. Sehingga menyababkan
keterbatasan dalam aktivitas sehari-hari penderita yang bergantung pada beratnya sesak,
semakin berat derajat sesak napas, maka semakin sulit penderita melakukan
aktivitas(Zamzam et al; 2012).

Berbagai macam pengobatan digunakan untuk merawat pasien dengan berbagai tipe
gangguan pernapasan misalnya dengan pengobatan farmakologi dan non-farmakologi.
Pengobatan non-farmakologi misalnya terapi oksigen. Terapi oksigen adalah pemberian
oksigen degan konsentrasi yang lebih tinggi dari yang ditentukan dalam atmosfir lingkungan
yang bertujuan untuk memberikan transport oksigen yang adekuat dalam darah sambil
menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stress pada miokardium (Harahap, 2004).

Studi pendahuluan yang telah dilakukan di ruang Cempaka RS Tentara Supraoen


didapati dari 10 pasien dengan masalah paru-paru terdapat 4 pasien dengan PPOK yang
tergantung penuh dengan pemakaian oksigen via nasal kanul, tanpa mencoba
menggunakan oksigen dengan simple mask.

B. Rumusan Masalah
Adakah perbedaan keefektifan terapi oksigen dengan menggunakan nasal kanul dan
simple mask?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbedaan keefektifan dari penggunaan terapi oksigen
dengan nasal kanul dan dengan simple mask pada pasien PPOK
2. Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi indikasi penggunaan nasal kanul
2. Mengidentifikasi kontraindikasi nasal kanul
3. Mengidentifikasi indikasi penggunaan simple mask
4. Mengidentifikasi kontraindikasi simple mask
5. Mengidentifikasi dampak simple mask
6. Mengidentifikasi perbedaan keefektifan terapi oksigen dengan nasal kanul
dan simple mask

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat praktis
Membantu petugas kesehatan khususnya di RS. Tk. II dr. soeproen dalam upaya
meningkatkan kualitas pemberian O2 menggunakan nasal kanul pada klien pada
pasien PPOK
1.4.2 Manfaat teori
Meningkatkan pemahaman mahasiswa keperawatan dan perawat tentang
penerapan penggunaan nasal kanul dan masker terhadap klien yang mengalami
PPOK.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi PPOM
PPOM atau Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) atau juga dikenali sebagai
Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) merupakan obstruksi saluran pernafasan
yang progresif dan ireversibel; terjadi bersamaan bronkitis kronik, emfisema atau kedua-
duanya (Snider, 2003). Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) bukanlah penyakit tunggal,
tetapi merupakan satu istilah yang merujuk kepada penyakit paru kronis yang
mengakibatkan gangguan pada sistem pernafasan.
Secara klinis, bronkitis kronik didefinisikan sebagai manifestasi batuk kronik yang
produktif selama 3 bulan sepanjang dua tahun berturut-turut. Sementara emfisema
didefinisikan sebagai pembesaran alveolus di hujung terminal bronkiol yang permanen dan
abnormal disertai dengan destruksi pada dinding alveolus serta tanpa fibrosis yang jelas.
The Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) guidelines
mendefinisikan PPOK sebagai penyakit yang ditandai dengan gangguan pernafasan yang
ireversibel, progresif, dan berkaitan dengan respon inflamasi yang abnormal pada paru
akibat inhalasi partikel-partikel udara atau gas-gas yang berbahaya (Kamangar, 2010).

TERAPI OKSIGEN
Pada PPOK terjadi hipoksemia progresif dan berkepanjangan yang menyebabkan
kerusakan sel dan jaringan. Pemberian terapi oksigen merupakan hal yang sangat penting
untuk mempertahankan oksigenasi seluler dan mencegah kerusakan sel baik di otot
maupun organ - organ lainnya.
Manfaat oksigen adalah :
a. Mengurangi sesak
b. Memperbaiki aktiviti
c. Mengurangi hipertensi pulmonal
d. Mengurangi vasokonstriksi Mengurangi hematokrit
e. Memperbaiki fungsi neuropsikiatri
f. Meningkatkan kualiti hidup
Indikasi :
a. Pao2 < 60mmHg atau Sat O2 < 90%
b. Pao2 diantara 55 - 59 mmHg atau Sat O2 > 89% disertai Kor Pulmonal, perubahan
P pullmonal, Ht >55% dan tanda - tanda gagal jantung kanan, sleep apnea,
penyakit paru lain.
Macam terapi oksigen :
a. Pemberian oksigen jangka panjang
b. Pemberian oksigen pada waktu aktiviti
c. Pemberian oksigen pada waktu timbul sesak mendadak
d. Pemberian oksigen secara intensif pada waktu gagal napas

Nasal canul dan Simple Mask


a. NASAL KANUL
Nasal kanul adalah selang bantu pernafasan yang di letakan pada lubang
hidung. Nasal kanul memiliki keuntungan yaitu pemberian oksigen stabil dengan
volume tidal dan laju, pernafasan teratur, Pemasangannya mudah, Klien bebas
makan, Pasient bebas berbicara dengan nyaman. Selain itu nasal kanul juga
memiliki kerugian di antaranya adalah tidak dapat memberi konsentrasi oksigen lebih
dari 44%, suplai oksigen berkurang bila klien bernafas melalui mulut, dapat
mengiritasi selaput lendir.

Tujuan dari nasal kanul itu sendiri adalah untuk memenui kebutuhan
oksigen dalam tubuh karena mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan
oksigen. Sebelum melakukan pemasangan nasal kanul ada beberapa persiapan
yang harus di lakukan yaitu cek perencanaan keperawatan klien dan klien di beri
penjelasan tentang prosedur yang akan di lakukan.
Selain itu harus mempersiapkan alat-alat di antaranya adalah tabung
oksigen yang sudah dilengkapi dengan socket dan manometer, humedifier yang
di isi aquadest sampai pembatas yang sudah di lakukan, nasal kanul.
FiO2 estimation :Flows FiO2
a) 1 Liter /min : 24 %
b) 2 Liter /min : 28 %
c) 3Liter /min : 32 %
d) 4 Liter /min : 36 %
e) 5 Liter /min : 40
f) 6 Liter /min : 44 %
Keuntungan
Pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan
teratur, pemasangannya mudah dibandingkan kateter nasal, murah,
disposibel, klien bebas makan, minum, bergerak, berbicara, lebih mudah
ditolerir klien dan terasa nyaman dan dapat digunakan pada pasien dengan
pernafasan mulut.
Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%, suplai
oksigen berkurang bila klien bernafas melalui mulut, mudah lepas karena
kedalaman kanul hanya 1 - 1.5 cm, tidak dapat diberikan pada pasien dengan
obstruksi nasal. Kecepatan aliran lebih dari 4 liter/menit jarang digunakan,
sebab pemberian flow rate yang lebih dari 4 liter tidak akan menambah FiO2,
bahkan hanya pemborosan oksigen dan menyebabkan mukosa kering dan
mengiritasi selaput lendir. Dapat menyebabkan kerusakan kulit diatas telinga
dan di hidung akibat pemasangan yang terlalu ketat.

b. SIMPLE MASK
Simple mask(sungkup muka sederhana)Digunakan untuk konsentrasi
oksigen rendah sampai sedang.Merupakan alat pemberian oksigen jangka
pendek, kontinyu atau selang seling. Aliran 5 – 8 liter/mnt dengan konsentrasi
oksigen 40 – 60%. Masker ini kontra indikasi pada pasien dengan retensi
karbondioksida karena akan memperburuk retensi.
Aliran O2 tidak boleh kurang dari 5 liter/menit untuk mendorong CO2
keluar dari masker.FiO2 estimation Flows FiO2
· 5-6 Liter/min : 40 %
· 6-7 Liter/min : 50 %
· 7-8 Liter/min : 60 %
Keuntungan
Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula
nasal, sistem humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup
berlubang besar,dapat digunakan dalam pemberian terapi aerosol.
Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen kurang dari 40%, dapat
menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah.Menyekap, tidak
memungkinkan untuk makan dan batuk.Bisa terjadi aspirasi bila pasien mntah.
Perlu pengikat wajah, dan apabila terlalu ketat menekan kulit dapat
menyebabkan rasa pobia ruang tertutup, pita elastik yang dapat disesuaikan
tersedia untuk menjamin keamanan dan kenyamanan.
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Desain penelitian yang digunakan adalah metode descriptive analytic dengan desain
penelitian yang digunakan adalah crosectional yang bertujuan untuk mengungkapkan
hubungan korelasi antara variabel yaitu keefektifan pemberian oksigen pada pasien
dengan gangguan pernafasan . Metode pendekatan yang digunakan adalah
crossectional yaitu pendekatan dalam penelitian yang menekankan waktu pengukuran
atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat
atau rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat
bersamaan atau sekali waktu (Nursalam, 2008; Hidayat, 2009).

3.2 Populasi dan sampel


3.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien dengan penyakit gangguan
pernafasan pada ruang Cempaka Rumah Sakit Tentara sejumlah 18 pasien.
3.2.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien dengan gangguan sisitem pernafasan
pada ruang cempaka, dipilih melalui teknik random sampling dan memenuhi kriteria
inklusi tanpa membedakan jenis kelamin
3.2.3 Teknik sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien dengan penyakit gangguan pernafasan,
dipilih melalui teknik sampling dan memenuhi kriteria inklusi tanpa membedakan
jenis kelamin
Kriteria inklusi ;
Pasein dengan penyakit gangguan pernafasan yang sedang menggunakan terapi
oksigen
3.2.4 Besar Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini adalah sejumlah “n”, yang diambil dari pasien
ruang cempaka dengan penyakit gangguan pernafasan
Adapun rumus yang digunakan dalam menentukan besar sampel adalah :
(Nursalam, 2013).
n= N
1+N (d)2
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = Tingkat signifikasi yang dipilih (0,05)
Dari rumus diatas didapatkan perhitungan besar sampel yaitu 5 orang

n= 18
1+18 (0,05)2
=5

3.2.5 Instrumen penelitian


(terlampir)
3.2.6 Pengumpulan Data
Pada penelitian ini dilakukan pengukuran saturasi oksigen sebelum pasien terpasang
nasal kanul dan masker wajah. Setelah dilakukan terapi oksigen selama 30 menit,
akan dilakukan pengukuran saturasi oksigen kembali.
Alur Pengumpulan

Mencari Fenomena Kesenjangan pada Ruangan

Mengumpulkan sumber data yang akurat

Menyusun Proposal

Pengajuan proposan kepada kepala ruangan terkait ijin


melakukan penelitian pada ruangan

Melakukan penelitian kepada pasien dengan gangguan


sistem pernafasan

Melakukan analisa data

Penarikan kesimpulan
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Perbedaan penggunaan terapi oksigen dengan nasal canul dan simple mask pada
gangguan pernapasan
Oksigen merupakan salah satu unsur kimia yang tidak berwarna, tidak berbau dan
tidak berasa. Oksigen merupakan komponen vital dari pernafasan dimana tanpa adanya
oksigen dalam tubuh dapat mengakibatkan kematian pada sebagian besar makhluk hidup.
(Dorlnad, 2008). Dalam dunia medis, oksigen memiliki beberapa manfaat seperti digunakan
oleh pasien yang tidak mampu bernafas secara spontan. Terapi oksigen merupakan
pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari yang ditemukan dalam
atmosfer lingkungan (Smeltzer and Bare, 2008). Pemberian oksigen mencegah atau
mengatasi hipoksia. Hipoksia dapat diakibatkan karena gangguan ventilasi, pertukaran gas
dan gagal jantung (Perry and Potter 2006). Pemberian oksigen dapat dilakukan dengan
beberapa cara misalnya dengan menggunakan nasal canul dan simple mask.
Dalam jurnal Roca, et al (2010) “High Flow Oxygen Therapy in Acute Respiratory
Failure” menyebutkan bahwa tujuan dari penelitian adalah untuk membendingkan
kenyamanan terapi oksigen aliran tinggi melalui nasal kanul (HFNC) dengan masker wajah
pada pasien dengan kegagalan pernapasan akut (ARF). kegagalan pernapasan akut
didefinisikan sebagai saturasi oksigen darah <96% saat menerima sebagian kecil dari
oksigen. Selama memberikan oksigen dengan nasal kanul pada aliran rendah diberikan
oksigen 1-6 L/menit, sedangkan pada aliran tinggi diberikan oksigen 6-15 L/menit. Oksigen
pertama kali dilembabkan dengan gelombang humidifier dan digunakan melalui masker
wajah selama 30 menit, dan kemudian melalui nasal kanul (HFNC) dengan humidifier
dipanaskan selama 30 menit. Pada setiap akhir periode 30 menit pasien di evaluasi adanya
dispneu, mulut kering, dan keseluruhan kenyamanan. Hasil observasi menunjukkan 95%
pasien memilih menggunakan terapi oksigen nasal kanul (HFNC). HFNC dapat memberikan
oksigenasi lebih baik dan dapat menurunkan tingkat pernapasan yang lebih rendah.
Pada tanggal 6-7 april 2016, kami melakukan mini riset pada 5 pasien disalah satu
ruangan di RST Tk.II dr. Soepraoen untuk melihat perbedaan penggunaan nasal canul dan
simple mask pada pasien dengan gangguan pernapasan. Berdasarkan hasil mini riset
didapatkan dari 3 orang responden mengeluh rasa kering pada hidung dan 2 orang
mengatakan tidak ada masalah atau keluhan. Rata-rata pasien mengatakan lebih nyaman
menggunakan nasal canul. Kemudian dilakukan pemeriksaan saturasi oksigen didapatkan
hasil rata-rata saturasi adalah 98% dengan nasal canul dan 98% pada simple mask.
Sehingga dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada hasil penggunaan
nasal canul dan simple mask.
Nasal kanul merupakan alat bantu pernapasan yang diletakkan di lubang hidung.
Dalam pemberian oksigen pada pasien gangguan pernapasan, dapat diberikan secara
kontinyu dengan kecepatan aliran 1-6 liter/menit serta konsentrasi 20-40%. Pemasangan
nasal kanula merupakan cara yang paling mudah, sederhana, murah, relatif nyaman, mudah
digunakan cocok untuk segala umur, cocok untuk pemasangan jangka pendek dan jangka
panjang, dan efektif dalam mengirimkan  oksigen. Pemakaian nasal kanul juga tidak
mengganggu  klien untuk melakukan aktivitas, seperti berbicara atau makan. (Aryani, 2009)
Berbeda halnya dengan menggunakan simple mask. Simple mask merupakan    
Pemberian oksigen kepada pasien dengan menggunakan masker yang dialiri oksigen
dengan posisi menutupi hidung dan mulut klien. Masker oksigen umumnya berwarna bening
dan mempunyai tali sehingga dapat mengikat kuat mengelilingi wajah klien. Keuntungan
penggunaan simple mask adalah konsentrasi oksigen lebih tinggi dibandingkan dengan
nasal kanul. Namun simple mask memberikan ketidaknyaman bagi pasien karena dapat
membuat rasa panas sehingga dapat mengiritasi mulut, aktivitas makan dan berbicara
terganggu, menyebabkan mual dan muntah. Jika alirannya rendah dapat menyebabkan
penumpukan karbondioksida. (Alimul, 2006)
Terapi oksigen merupakan terapi pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi
jaringan yang adekuat. Secara klinis tujuan utama pemberian O 2 adalah untuk mengatasi
keadaan hipoksemia, menurunkan kerja nafas dan menurunkan kerja miocard (Harahap,
20004).
Indikasi pemberian O2 berdasarkan tujuan terapi pemberian O2 adalah :
a. Pasien dengan kadar O2 rendah
b. Pasien dengan peningkatan kerja nafas, dimana tubuh berespon terhadap keadaan
hipoksemia melalui peningkatan laju dan dalamnya pernafasan serta adanya kerja otot-
otot tambahan pernafasan.
c. Pasien dengan peningkatan kerja miocard, dimana jantung berusaha untuk mengatasi
gangguan O2 melalui peningkatan laju pompa jantung yang adekuat.
Pemberian O2 bukan hanya memberiakan efek terapi tetapi juga dapat menimbulkan

efek merugikan, antara lain :


a. Kebakaran
O2 bukan zat pembakar tetapi O2 dapat memudahkan terjadinya kebakaran, oleh

karena itu klein dengan terapi pemberian O2 harus menghindari : Merokok, membuka

alat listrik dalam area sumber O2, menghindari penggunaan listrik tanpa “Ground”.

b. Depresi Ventilasi
Pemberian O2 yang tidak dimonitor dengan konsentrasi dan aliran yang tepat pada

klien dengan retensi CO2 dapat menekan ventilasi

c. Keracunan O2

Dapat terjadi bila terapi O2 yang diberikan dengan konsentrasi tinggi dalam waktu

relatif lama. Keadaan ini dapat merusak struktur jaringan paru seperti atelektasi dan
kerusakan surfaktan. Akibatnya proses difusi di paru akan terganggu.

4.2 Indikasi penggunaan nasal canul


Pemberian oksigen pada klien yang memerlukan oksigen secara kontinyu dengan
kecepatan aliran 1-6 liter/menit serta konsentrasi 20-40%, dengan cara memasukan
selang yang terbuat dari plastik ke dalam hidung dan mengaitkannya di belakang telinga.
Panjang selang yang dimasukan ke dalam lubang dihidung hanya berkisar 0,6 – 1,3 cm.
Pemasangan nasal kanula merupakan cara yang paling mudah, sederhana, murah,
relatif nyaman, mudah digunakan cocok untuk segala umur, cocok untuk pemasangan
jangka pendek dan jangka panjang, dan efektif dalam mengirimkan  oksigen. Pemakaian
nasal kanul juga tidak mengganggu  klien untuk melakukan aktivitas, seperti berbicara
atau makan. (Aryani, 2009:54)
Hasil penelitian yang dilakukan, sebagian besar responden menggunakan nasal
canul dengan tekanan oksigen 3-5 liter/menit. Semua responden diperlakukan sama
untuk penggunaan terapi oksigen tidak ada indikasi tertentu terkait penggunaan nasal
kanul.
Berdasarkan tujuan pemberian oksigen malalui nasal canul yaitu, memberikan
oksigen dengan konsentrasi relatif rendah saat kebutuhan oksigen minimal dan
memberikan oksigen yang tidak terputus saat klien makan atau minum.
Indikasi pemberian oksigen secara nasal canul adalah klien yang bernapas spontan
tetapi membutuhkan alat bantu nasal kanula untuk memenuhi kebutuhan oksigen
(keadaan sesak atau tidak sesak). (Suparmi, 2008:67)
Prinsip dari pemberian oksigen melalui nasal canul adalah Nasal kanula untuk
mengalirkan oksigen dengan aliran ringan atau rendah, biasanya hanya 2-3 L/menit,
membutuhkan pernapasan hidung dan tidak dapat mengalirkan oksigen dengan
konsentrasi >40 %.(Suparmi, 2008:67).

4.3 Indikasi penggunaan simple mask


Alat ini memberikan oksigen jangka pendek, kontinyu atau selang seling serta
konsentrasi oksigen yang diberikan dari tingkat rendah sampai sedang. Aliran oksigen
yang diberikan sekitar 5-8 liter/menit dengan konsentrasi oksigen antara 40-
60%. Berikut ini adalah aliran FiO2 yang dihasilkan masker sederhana: 

• 5-6 Liter/menit : 40 %
• 6-7 Liter/ menit : 50 %
• 7-8 Liter/ menit : 60 %

Indikasi penggunaan simple mask yaitu, Pasien dengan kondisi seperti nyeri dada
(baik karena serangan jantung atau penyebab lain) dan pasien dengan sakit kepala.
Sedangkan kontra indikasi penggunaan simple mask adalah Pada pasien dengan
retensi CO2 karena akan memperburuk retensi

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan simple mask adalah


(Ignatavicius, 2006 & Suzanne, 2008):

1. Aliran O2 tidak boleh kurang dari 5 liter/menit karena untuk mendorong CO2 keluar
dari masker
2. Saat pemasangan perlu adanya pengikat wajah dan jangan terlalu ketat
pemasangan karena dapat menyebabkan penekanan kulit yang bisa menimbulkan
rasa phobia ruang tertutup
3. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan masker dan tali pengikat untuk
mencegah iritasi kulit

Keuntungan penggunaan simple mask, yaitu :


1. Sistem humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup yang berlubang
besar
2. Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih besar daripada kanul nasal ataupun
kateter nasal
3. Dapat diberikan juga pada pasien yang mendapatkan terapi aerosol

Kerugian penggunaan simple mask, yaitu :


1. Konsentrasi oksigen yang diberikan tidak bisa kurang dari 40%
2. Dapat menyebabkan penumpukan CO2 jika alirannya rendah
3. Pemasangannya menyekap sehingga tidak memungkinkan untuk makan dan
batuk
4. Bisa terjadi aspirasi bila pasien muntah
5. Umumnya menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien
6. Menimbulkan rasa panas sehingga kemungkinan dapat mengiritasi mulut dan pipi
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pemberian oksigen
diruang cempaka kurang sesuai dengan indikasi penggunaan terapi oksigen dan tidak ada
perbedaan khusus penggunaan nasal canul pada pasien gangguan pernapasan.
Terapi oksigen merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
termasuk perawat terhadap adanya gangguan pernapasan. Pengetahuan perawat
mengenai indikasi penggunaan oksigen sangatlah diperlukan untuk meminimalisir resiko
yang akan terjadi pada pasien.

Anda mungkin juga menyukai