Anda di halaman 1dari 17

HEMORRHAGIC POST PARTUM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


KEPERAWATAN MATERNITAS 1
Dosen Pengampu : Ns. Awatiful Azza, M.Kep.Sp.Mat

Oleh :
Kelompok 2
Yoris Abdul Lathif 1911011052
Deva Urrizal Ramadhan 1911011054
Selfi Angga Sari 1911011055
Intan Rusdian Permata Sari 1911011066
Muhammad Kandar 1911011069
Rizky Agus Prasetyo 1911011075
Farrel Ascarya Awana N 1911011076
Anindya Ayu Nur Rohmah 1911011077
Mohammad Sadam Husain 1911011082
Prisilia Rosa Amarta 1911011085
M.Zainun Zakkiyamani 1911011090

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
taufik serta hidayahnya sehingga penyusunan makalah tentang “Haemmoragic
Post Partum” dengan baik. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada
Nabi kita Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan bagi umat
islam diseluruh dunia.
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mengalami hambatan
dan kesulitan namun dengan bimbingan serta pengarahan serta dukungan dari
berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasi kepada :
1. Ns. Awatiful Azza, M.Kep.Sp.Mat selaku dosen pembimbing mata
kuliah Keperawatan Maternitas 1
2. Kedua orang tua kami yang telah mendukung sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini.
3. Rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan kritik serta saran
kepada kami dalam rangka penyusunan makalah ini.

Jember, 23 April 2021

Penyusun

1
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR..................................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................4
1.2 Tujuan Penulisan......................................................................................4
BAB 2 PEMBAHASAN.......................................................................................5
2.1 KONSEP MEDIS.....................................................................................5
2.1.1 Definisi........................................................................................5
2.1.2 Etiologi........................................................................................5
2.1.3 Patofisiologi Dan Phatway..........................................................7
2.1.4 Manifestasi Klinik.......................................................................9
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang...............................................................9
2.1.6 Penatalaksanaan Medis..............................................................10
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.............................................12
2.2.1 Pengkajian Keperawatan................................................................12
2.2.2 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi.........................................13
BAB 3 PENUTUP...............................................................................................15
3.1 Kesimpulan..............................................................................................15
3.2 Saran.........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................16

2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kematian ibu adalah kematian seorang wanita terjadi saat hamil, bersalin
atau 42 hari setelah persalinan dengan penyebab yang berhubungan langsung atau
tidak langsung terhadap persalinan. World Health Organization (WHO)
memperkirakan 800 perempuan meninggal setiap harinya akibat komplikasi
kehamilan dan proses kelahiran. Sekitar 99% dari seluruh kematian ibu terjadi di
Negara berkembang. Sekitar 80% kematian maternal merupakan akibat
meningkatnya komplikasi selama kehamilan, persalinan dan setelah persalinan
(WHO, 2014).

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menilai angka kematian ibu


melahirkan di Indonesia relatif tinggi. Berdasarkan hasil Survey Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan bahwa secara nasional Angka
Kematian Ibu pada tahun 2012 di Indonesia adalah 359/100.000 kelahiran hidup.
Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang mencapai
228/ 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2013).

Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi


setelah bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1000 cc setelah persalinan abdominal
dalam 24 jam dan sebeleum 6 minggu setelah persalinan. Berdasarkan waktu
terjadinya perdarahan postpartum dapat dibagi menjadi perdarahan primer dan
perdarahan sekunder. Perdarahan primer adalah perdarahan yang terjadi dalam 24
jam pertama dan biasanya disebabkan oleh atonia uteri, robekan jalan lahir, sisa
sebagian plasenta dan gangguan pembekuan darah. Perdarahan sekunder adalah
perdarahan yang terjadi setelah 24 jam persalinan. Penyebab utama perdarahan
post partum sekunder biasanya disebabkan sisa plasenta.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan kematian ibu, antara lain
melalui penempatan bidan di desa, pemberdayaan keluarga dan masyarakat
dengan menggunakan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA), Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta penyediaan
fasilitas kesehatan. Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di

3
Puskesmas perawatan dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif
(PONEK) di rumah sakit. Upaya lain yang dilakukan pemerintah adalah program
Jampersal (Jaminan Persalinan) yang diselenggarakan sejak 2011. Program yang
memiliki visi “Ibu Selamat, Bayi Lahir Sehat” ini diharapkan memberikan
pengaruh besar dalam upaya percepatan penurunan angka kematian ibu dan bayi
baru lahir (Kemenkes RI, 2012).

1.2 Tujuan Penulisan


Untuk mengetahui hubungan faktor resiko dan asuhan keperawatan ibu
hamil dengan kejadian hemorrhagic postpartum

4
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 KONSEP MEDIS
2.1.1 Definisi
Perdarahan postpartum adalah perdarahan pervaginam 500 cc atau
lebih setelah kala III selesai setelah plasenta lahir). Fase dalam persalinan
dimulai dari kala I yaitu serviks membuka kurang dari 4 cm sampai
penurunan kepala dimulai, kemudian kala II dimana serviks sudah
membuka lengkap sampai 10 cm atau kepala janin sudah tampak, kemudian
dilanjutkan dengan kala III persalinan yang dimulai dengan lahirnya bayi
dan berakhir dengan pengeluaran plasenta. Perdarahan postpartum terjadi
setelah kala III persalinan selesai.
Perdarahan postpartum ada kalanya merupakan perdarahan yang hebat
dan menakutkan sehingga dalam waktu singkat wanita jatuh ke dalam syok,
ataupun merupakan perdarahan yang menetes perlahan-lahan tetapi terus
menerus dan ini juga berbahaya karena akhirnya jumlah perdarahan menjadi
banyak yang mengakibatkan wanita menjadi lemas dan juga jatuh dalam
syok.
2.1.2 Etiologi
Perdarahan postpartum disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa
faktor predisposisi adalah anemia, yang berdasarkan prevalensi di negara
berkembang merupakan penyebab yang paling bermakna. Penyebab
perdarahan postpartum paling sering adalah atonia uteri serta retensio
plasenta, penyebab lain kadang-kadang adalah laserasi serviks atau vagina,
ruptur uteri, dan inversi uteri.
Sebab-sebab perdarahan postpartum primer dibagi menjadi empat
kelompok utama:
1) Tone (Atonia Uteri)
Atonia uteri menjadi penyebab pertama perdarahan postpartum.
Perdarahan postpartum bisa dikendalikan melalui kontraksi dan retraksi
serat-serat miometrium. Kontraksi dan retraksi ini menyebabkan terlipatnya
pembuluh-pembuluh darah sehingga aliran darah ke tempat plasenta

5
menjadi terhenti. Kegagalan mekanisme akibat gangguan fungsi
miometrium dinamakan atonia uteri (Oxorn, 2010).Diagnosis ditegakkan
bila setelah bayi dan plasenta lahir perdarahan masih ada dan mencapai 500-
1000 cc, tinggi fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih dengan
kontraksi yang lembek (Saifuddin, 2014).Pencegahan atonia uteri adalah
dengan melakukan manajemen aktif kala III dengan sebenar-benarnya dan
memberikan misoprostol peroral 2-3 tablet (400-600 mcg) segera setelah
bayi lahir.
2) Trauma dan Laserasi
Perdarahan yang cukup banyak dapat terjadi karena robekan pada saat
proses persalinan baik normal maupun dengan tindakan, sehingga inspeksi
harus selalu dilakukan sesudah proses persalinan selesai sehingga sumber
perdarahan dapat dikendalikan. Tempat-tempat perdarahan dapat terjadi di
vulva, vagina, servik, porsio dan uterus (Oxorn, 2010).
3) Tissue (Retensio Plasenta)
Retensio sebagian atau seluruh plasenta dalam rahim akan
mengganggu kontraksi dan retraksi, sinus-sinus darah tetap terbuka,
sehingga menimbulkan perdarahan postpartum. Perdarahan terjadi pada
bagian plasenta yang terlepas dari dinding uterus. Bagian plasenta yang
masih melekat merintangi retraksi miometrium dan perdarahan berlangsung
terus sampai sisa organ tersebut terlepas serta dikeluarkan (Oxorn,
2010).Retensio plasenta, seluruh atau sebagian, lobus succenturiata, sebuah
kotiledon, atau suatu fragmen plasenta dapat menyebabkan perdarahan
plasenta akpostpartum. Retensio plasenta dapat disebabkan adanya plasenta
akreta, perkreta dan inkreta. Faktor predisposisi terjadinya plasenta akreta
adalah plasenta previa, bekas seksio sesarea, pernah kuret berulang, dan
multiparitas (Saifuddin, 2014).
4) Thrombophilia (Kelainan Perdarahan)
Afibrinogenemia atau hipofibrinogenemia dapat terjadi setelah
abruption placenta, retensio janin-mati yang lama di dalam rahim, dan pada
emboli cairan ketuban. Kegagalan mekanisme pembekuan darah
menyebabkan perdarahan yang tidak dapat dihentikan dengan tindakan yang

6
biasanya dipakai untuk mengendalikan perdarahan. Secara etiologi bahan
thromboplastik yang timbul dari degenerasi dan autolisis decidua serta
placenta dapat memasuki sirkulasi maternal dan menimbulkan koagulasi
intravaskuler serta penurunan fibrinogen yang beredar.
2.1.3 Patofisiologi Dan Phatway
Setelah bayi lahir ibu akan mengalami ansietas yang dimana terdapat
anggota baru, pada saat post partum ibu akan involusi uteri yaitu
kembalinya rahim kesemula yang mengakibatkan kontraksi uterus lambat
sehingga terjadi atonia uteri setelah bayi dan plasenta lahir akan mengalami
robekan pada jalan lahir yang dapat menyebabkan perdarahan dan nyeri
yang timbul akan menyebabkan volume cairan turun sehingga
ketidakefektifan perfusi perifer.
Volume cairan turun mentebabkan anemia yang dimana oksigen dan
hb menurun yang dapat timbul hipoksia dimana keadaan kelemahan umum
yang dapat menyebabkan defisit perawatan diri yang berhubungan dengan
intoleransi aktifitas. Hiposia yang mengakibatkan penurunan nadi dan
tekanan darah menyebakan kekurangan volume cairan dan risiko syok yang
diakibatkan hipovolemia. Pada masa post partum ibu akan mengalami
perdarahan, jika serviks dan vagina tidak mendapatkan perawatan maka post
de entry kuman dimana kuman dapat masuk sehingga timbul risiko infeksi
maka perlu perawatab perineum secara teratus.

7
Post partum/masa Kehadiran anggota Asnsietas
nifas baru

Involusi uterus Kontraksi uterus Laserisasi jalan lahir

Kontraksi uterus Pelepasan jaringan Serviks dan vagina


lambat endometrium

Atonia uteri Lokhea keluar Port de entry kuman

Robekan jalan lahir Kurang perawatan Risiko infeksi

Inveksi bakteri

Pendarahan Nyeri

Ketidakefektifan
Volume cairan turun perfusi anggota
perifer

Anemia akut

Kuman mudah
Daya tahan tubuh masuk
Hb, O2 turun
menurun

Hipoksia Risiko infeksi

Kelemahan umum Penurunan nadi, Risiko syok


tekanan darah hipovolemik

Deficit perawatan
diri intoleransi Kekurangan volume
aktivitas cairan

8
2.1.4 Manifestasi Klinik
Pada keadaan yang normal darah yang keluar segera setelah
melahirkan kurang dari 500cc. Namun, pada keadaan ketika perdarahan
postpartum merupakan sebuah kelainan, darah yang muncul lebih dari
500cc. Keadaan tersebut disertai gejala lain: 
a. Terjadi perdarahan rembes atau mengucur
b. Saat kontraksi uterus keras
c. Darah berwarna merah muda
d. Bila perdarahan hebat timbul syok
e. Pada pemeriksaan inspekulo terdapat ronekan pada vagina
f. Serviks atau varises pecah dan sisa plasenta tertinggal
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada perdarahan postpartum tidak selalu
dilakukan, karena disesuaikan dengan jenis perdarahan serta onset kejadian.
Namun berikut ini adalah pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
(terutama pada asuhan antenatal) untuk membantu dokter dalam mencari
faktor risiko, mendiagnosis, serta menentukan penyebab perdarahan
postpartum.
Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah rutin, utamanya pemeriksaan Hemoglobin.
Umumnya jika terjadi perdarahan masif dapat ditemukan hasil Hb
kurang dari 8 g/dL. selain itu apabila pada saat asuhan antenatal
ditemukan bahwa ibu mengalami anemia, maka keadaan ini dapat
segera dikoreksi.
b. Pemeriksaan golongan darah juga dilakukan untuk kepentingan
tatalaksana bila pasien membutuhkan tranfusi darah. Transfusi
sebaiknya tidak ditunda dan tidak diputuskan berdasarkan kadar
hemoglobin semata, tetapi sebaiknya dilakukan berdasarkan kondisi
klinis pasien.
c. Pemeriksaan waktu perdarahan atau waktu pembekuan, trombosit,
protrombin dan partial prothrombin time / PTT, untuk menyingkirkan
kemungkinan gangguan faktor pembekuan darah.

9
d. Pemeriksaan fibrinogen atau D-dimer dapat digunakan untuk
membantu penegakan diagnosis disseminated intravascular
coagulation (DIC).
Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG dilakukan untuk melihat apakah terdapat sisa
plasenta ataupun gumpalan darah. Kemudian apabila dilakukan pada saat
antenatal dapat membantu dokter mendeteksi plasenta previa dan plasenta
akreta.
2.1.6 Penatalaksanaan Medis
Tatalaksana Umum
a. Penilaian kegawatdaruratan, tanda-tanda syok, dan pemberian oksigen
b. Memasang jalur intravena dengan menggunakan jarum besar (ukuran
16 G atau 18 G) untuk resusitasi
c. Pemberian cairan kristaloid atau normal saline. Dapat diberikan secara
bolus jika terdapat syok hipovolemik
d. Pada pasien PPH primer dengan perdarahan aktif yang masif atau
gejala hipovolemia pada PPH primer dan sekunder, dilakukan
pemeriksaan golongan darah, crossmatch dan darah lengkap, serta
transfusi sesuai protokol
e. Memasang kateter urin untuk memantau urine output
f. Pada PPH sekunder, persiapkan transfusi darah apabila Hb <8g/dL
atau secara klinis menunjukkan tanda-tanda anemia berat
g. Pantau terus tanda-tanda vital pasien
h. Menentukan penyebab atau sumber perdarahan dan mulai dilakukan
tatalaksana khusus
Tatalaksana Khusus
a. Tonus
Pada keadaan gangguan tonus, pemijatan uterus dapat dilakukan untuk
membantu memperbaiki tonus dan menghentikan perdarahan. Selain
itu, obat-obat uterotonika yang merangsang kontraksi uterus juga
dapat digunakan, seperti :

10
 Oksitosin: Berfungsi untuk menstimulasi segmen atas dari
miometrium agar dapat berkontraksi dengan teratur dan dapat
mengkonstriksi arteri-arteri spiral serta menurunkan aliran darah ke
uterus. Dosis yang direkomendasikan 20 – 40 IU dalam 1 liter
normal saline, berikan secara intravena sebanyak 500 mL dalam 10
menit, kemudian selanjutnya 250 mL setiap jam.
 Misoprostol: Bekerja dengan menginduksi kontraksi uterus secara
menyeluruh. Dosis yang direkomendasikan adalah 800 – 1000 mcg
diberikan per rektal atau 600 – 800 mcg diberikan per sublingual
atau per oral. Misoprostol digunakan hanya jika tidak tersedia
oksitosin.
b. Trauma
Pada keadaan trauma misalnya pada laserasi jalan lahir dapat
dilakukan penjahitan laserasi secara kontinu. Sedangkan pada inversio
uteri dapat dilakukan reposisi uterus.
c. Tissue
Pada keadaan sisa plasenta dapat dilakukan manual plasenta dengan
hati-hati. Sedangkan pada sisa bekuan darah, dapat dilakukan
eksplorasi digital atau aspirasi vakum manual dan mengeluarkan
bekuan darah atau jaringan sisa.
d. Thrombin
Pada keadaan dengan gangguan faktor pembekuan darah dapat
diberikan transfusi darah lengkap untuk menggantikan faktor
pembekuan darah dan sel darah merah.

11
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.2.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawattan dan
merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai
sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
Pengkajian merupakan proses yang kontinu dilakukan setiap tahap proses
keperawatan. Semua tahap proses keperawatan tergantung pada
pengumpulan data informasi yang lengkap dan akurat.
1. Identitas umum
Identitas umum meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa,
alamat, tanggal dan jam masuk rumah sakit, sumber informasi, diterima
dari, dan cara datang.
2. Riwayat Perawatan
a. Alasan dan keluhan pertama masuk Rumah Sakit
Apa yang dirasakan saat itu ditujukan untuj mengenali tanda atau
gajala yng berkaitan dengan perdarahan post portum misalnya antonio
uteri, retensio plasenta robekan jalan lahir, vagina, perineum, adanya
sisa selaput plsenta dan biasanya ibu nampak perdarahan banyak >
500 CC
b. Riwayat kesehatan sekarang
Dikaji untuk mengetahui apakah seorang ibu menderita penyakit yang
bisa menyebabkan perdarahan post portum seperti aspek fisiologis dan
psikososialnya.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Dikaji untuk mengrtahui apakah seorang ibu perah menderita penyakit
yang lain yang menyertai dan bisa memperburuk keadaan atau
mempersulit penyambuhan. Seperti penyakit diabetus melitus dan
jantung
d. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien
ada yang mempunyai riwayat yang sama
3. Pengkajian Dasar Data Klien

12
a. Sirkulasi: Rembesan kontinu atau perdarahan tiba-tiba, tampak pucat,
anemik.
b. Ketidaknyamanan : Nyeri tekan uterus (fragmen-fragmen
plasenta tertahan) Ketidaknyamanan vagina/pelvis, sakit punggung
(hematoma)
c. Keamanan : Pecah ketuban dini
d. Seksuaitas : Tinggi fundus atau baan uterus gagal kembali pada
ukuran dan fungsi kehamilan (Subinvorusi) Leukorea mungkin ada
terus terlepasnya jaringan
4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Golongan darah : Menentukan Rh, golongan ABO dan pencocokan
silang jumlah darah lengkap
b. Kultur uterus dan vaginal: Mengesampingkan infeksi pasca partum
c. Urinalisis : Memastikan kerusakan kandung kemih
d. Profil koagulasi : Peningkatan degeradasi kadar produk fibrin/
produk spilit fibrin (SDP/FSP)
e. Sonografi : Menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler
berlebihan.
Intervensi :
a. Tinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan/kelahiran.
b. Kaji lokasi uterus dan derajat kontraktilitas uterus.
c. Perhatikan hipotensi/takikardia perlambatan pengisian kapiler,
sinopsis dasar kuku membran mukosa dan bibir.
d. Lakukan tirah baring dengan kaki di tinggikan 20 0-300 dan tubuh
horisontal.
e. Kolaborasi : Pemberian infus, pemberian darah lengkap/produk
darah, pemberian obat sesuai indikasi
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia
Intervensi :
a. Perhatikan Hb/Ht sebelum dan setelah kehilangan darah

13
b. Pantau tanda vital; catat derajat dan durasi episode hipovolemik
c. Perhatikan tingkat kesadaran dan adanya perubahn perilaku
d. Kaji payudara setiap hari, perhtikan ada atau tidaknya laktasi dan
perubahan pada ukuran payudara
e. Kolaborasi : Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan, pantau GDA
dan Kadar pH
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman perubahan pada status
kesehatan atau kematian.
Intervensi :
a. Evaluasi respon psikologis serta persepsi klien terhadap kejadian
hemoragi pasca partum
b. Sampaikan sikap tenang, empati dan mendukung
c. Berikan informasi tentang modalitas tindakan dan keefektifan
intervensi
d. Bantu klien dalam mengidentifikasi perasaan ansietas; berikan
kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan.
e. Rujuk klien/pasang untuk konseling atau ke kelompok pendukung
komunitas.

14
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kematian ibu terjadi sebagai akibat dari komplikasi selama dan setelah
kehamilan dan persalinan. Sebanyak 80% kematian ibu di dunia disebabkan
perdarahan berat (paling sering perdarahan setelah persalinan), infeksi, tekanan
darah tinggi selama kehamilan (pre-eklampsia dan eklampsia) serta aborsi yang
tidak aman.2,4 Perdarahan postpartum adalah penyebab utama kematian ibu di
negara berkembang dan penyebab primer dari hampir seperempat dari seluruh
kematian ibu secara global. Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi
setelah partus (persalinan), sebanyak 500 ml pada persalinan per vaginam atau
lebih dari 1000 ml pada seksio sesarea.

Persalinan terbagi dalam tiga tahap/kala. Kala 1 dimulai dari awal kontraksi
uterus hingga pembukaan serviks penuh (10 cm) sehingga memungkinkan kepala
janin lewat. Kemudian pada kala 2 terjadi kelahiran bayi lengkap dengan usaha
dorongan secara aktif dari ibu, dilanjutkan dengan kala 3 yang berakhir dengan
pengeluaran plasenta. Perdarahan postpartum biasanya terjadi setelah kala 3
persalinan. Perdarahan postpartum primer disebabkan oleh 4T, yaitu atonia uteri
(Tonus), retensio plasenta dan bekuan darah (Tissue), lesi/robekan jalan lahir
(Trauma), dan gangguan pembekuan darah (Thrombin).

3.2 Saran
Diharapkan bagi perawat-perawat yang melakukan tindakan keperawatan
maternitas pada pasien dengan perdarahan post partum, bisa lebih memperhatikan
dan menekankan perawatan secara tepat dan cepat.

15
DAFTAR PUSTAKA

16

Anda mungkin juga menyukai