Anda di halaman 1dari 12

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gangguan Pernapasan


2.1.1 Definisi Gangguan Pernapasan
Gangguan pada sistem pernapasan adalah terganggunya pengangkutan O2 ke
sel-sel atau jaringan tubuh; disebut asfiksi. Asfiksi ada bermacam-macam misalnya
terisinya alveolus dengan cairan limfa karena infeksi Diplokokus pneumonia atau
Pneumokokus yang menyebabkan penyakit pneumonia. Keracunan asam sianida,
debu, batu bara dan racun lain dapat pula menyebabkan terganggunya pengikatan O2
oleh hemoglobin dalam pembuluh darah, karena daya afinitas hemoglobin juga lebih
besar terhadap racun dibanding terhadap O2. Asfiksi dapat pula disebabkan karena
penyumbatan saluran pernapasan oleh kelenjar limfa, misalnya polip, amandel, dan
adenoid. Gangguan pernapasan yang sering terjadi adalah emfisema berupa penyakit
yang terjadi karena susunan dan fungsi alveolus yang abnormal.

2.1.2 Klasifikasi
Beberapa gangguan pada sistem pernapasan adalah sebagai berikut.
a. Asma
Penyakit asma adalah suatu jenis penyakit gangguan pernapasan
khususnya pada paru-paru. Asma merupakan suatu penyakit yang dikenal
dengan penyakit sesak napas yang dikarenakan adanya penyempitan pada
saluran pernapasan karena adanya aktivitas berlebih yang mengakibatkan
terhadap suatu rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan dan
penyempitan pada pembuluh darah dan udara yang mengalirkan oksigen ke
paru-paru dan rongga dada. Umumnya seseorang yang menderita sesak
napas atau asma bersifat sementara dan dapat sembuh seperti sedia kala
dengan atau tanpa bantuan obat.
Gejala awal dari timbulnya penyakit asma adalah adanya gejala sesak
napas, batuk dan suara mengi (bengek) yang dikarenakan adanya
penyempitan dan sumbatan pada pembuluh darah yang mengalirkan
oksigen ke paru-paru dan rongga dada yang membuat saluran udara
menjadi terhambat.
b. Emfisema
Emfisema Paru-paru adalah penyakit saluran pernafasan yang berciri sesak
napas terus menerus yang menghebat pada waktu mengeluarkan tenaga
dan sering kali dengan perasaan letih dan tidak bergairah atau kalau bahasa
awamnya disebut Paru-Paru Basah. Emfisema Paru-paru adalah penyakit
paru obstruktif kronik. Emfisema paru-paru merupakan penyakit yang gejala
utamanya adalah penyempitan (obstruksi) saluran napas, karena kantung
udara di paru menggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan
yang luas.
c. Kanker Paru-Paru
Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali
dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen
lingkungan, terutama asap rokok. Sebagian besar kanker paru-paru berasal
dari sel-sel di dalam paru-paru tetapi kanker paru-paru bisa juga berasal dari
kanker di bagian tubuh lainnya yang menyebar ke paru-paru.
Merokok merupakan penyebab utama dari sekitar 90% kasus kanker paru-
paru pada pria dan sekitar 70% pada wanita. Semakin banyak rokok yang
dihisap, semakin besar resiko untuk menderita kanker paru-paru.
Hanya sebagian kecil kanker paru-paru (sekitar 10%-15% pada pria dan 5%
pada wanita) yang disebabkan oleh zat yang ditemui atau terhirup di tempat
bekerja. Bekerja dengan asbes, radiasi, arsen, kromat, nikel, klorometil eter,
gas mustard dan pancaran oven arang bisa menyebabkan kanker paru-paru,
meskipun biasanya hanya terjadi pada pekerja yang juga merokok. Peranan
polusi udara sebagai penyebab kanker paru-paru masih belum jelas.
Beberapa kasus terjadi karena adanya pemaparan oleh gas radon di rumah
tangga.
Kadang kanker paru (terutama adenokarsinoma dan karsinoma sel alveolar)
terjadi pada orang yang paru-parunya telah memiliki jaringan parut karena
penyakit paru-paru lainnya, seperti tuberkulosis dan fibrosis.
d. Tuberkulosis (TBC)
Penyakit TBC merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
Mikobakterium Tuberklosa, bakteri ini menyerang siapa saja pria maupun
wanita tanpa memandang usia. Dan biasanya penyakit TBC sering
menyerang pada usia rata-rata 15-35 tahun, boleh dibilang usia masih
produktif.
Pada umumnya penyakit TBC menular melalui udara, dan biasanya bakteri
mikobakterium tuberklosa terbawa pada saat seseorang batuk lalu
mengeluarkan dahak. Bahayanya jika bakteri selalu masuk dan terkumpul
dalam paru-paru, maka bakteri ini akan berkembang biak dengan cepat
apalagi yang mempunyai daya tahan tubuh yang rendah.
Apabila sudah terjadi infeksi maka dengan mudahnya akan menyebar
melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Terjadinya infeksi TBC
dapat mempengaruhi organ tubuh lainnya seperti otak, ginjal, saluran
pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan biasanya yang paling sering
terserang yaitu paru-paru.
Bakteri mikobakterium tuberklosa mempunyai bentuk seperti batang dan
bersifat seperti tahan asam sehingga dikenal sebagai BTA (Batang Tahan
Asam) yang merupakan faktor utama penyakit TBC. Selain dari bakteri
tersebut, faktor yang lain yang menjadi penyebab penyakit TBC adalah
lingkungan yang lembab, kurangnya sirkulasi udara, dan kurangnya sinar
matahari dalam ruang sangat berperan terjadinya penyebaran bakteri
mikobakterium tuberklosa ini. Dengan demikian sangat mudah menyerang
orang-orang disekitar dalam kondisi lingkungan yang kurang sehat
e. Bronkitis
Bronkitis adalah peradangan pada selaput lendir bronkus, saluran udara
yang membawa aliran udara dari trakea ke dalam paru-paru. Bronkitis dapat
diklasifikasikan ke dalam dua kategori, akut dan kronis, masing-masing
memiliki etiologi yang unik, patologi, dan terapi.
Bronkitis akut ditandai oleh perkembangan batuk, dengan atau tanpa
produksi sputum, lendir yang ekspektorasi (batuk) dari saluran pernapasan.
Bronkitis akut sering terjadi selama penyakit virus akut seperti pilek atau
influenza. Virus menyebabkan sekitar 90% kasus bronkitis akut sementara
bakteri mencapai kurang dari 10%.
Bronkitis kronis, jenis penyakit paru obstruktif kronik, ditandai dengan
adanya batuk produktif yang berlangsung selama 3 bulan atau lebih per
tahun untuk minimal 2 tahun. Bronkitis kronis paling sering berkembang
karena cedera berulang pada saluran udara yang disebabkan oleh iritasi
dihirup. Merokok adalah penyebab paling umum, diikuti oleh polusi udara
dan pajanan iritasi, dan udara dingin.
f. Faringitis
Faringitis adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan peradangan dari
faring (terletak di bagian belakang dari tenggorokan), yang biasanya
menyebabkan rasa sakit ketika menelan. Ini adalah hal yang sangat sering
terjadi dan seringkali menunjukkan gejala sakit tenggorokan. Faringitis
umumnya disebabkan oleh infeksi virus, seperti influenza (flu). Infeksi bakteri
seperti radang tenggorokan, suatu reaksi alergi, atau refluks asam lambung
juga dapat menyebabkan faringitis. Contohnya bakteri yang termasuk dalam
Streptococcus Grup A dan bakteri lain yang lebih jarang seperti
corynebacterium dan arcanobacterium. Kebanyakan kasus faringitis terjadi
pada musim yang lebih dingin. Penyakit ini seringkali menyebar di antara
anggota keluarga. Faringitis biasanya sembuh sendiri tanpa komplikasi.
g. Pneumonia
Pneumonia adalah suatu infeksi dari satu atau dua paru-paru yang biasanya
disebabkan oleh bakteri-bakteri, virus-virus, atau jamur. Sebelum penemuan
dari antibiotik-antibiotik, satu per tiga dari semua orang-orang yang telah
mengembangkan pneumonia sesudah itu meninggal dari infeksi. Saat ini,
lebih dari 3 juta orang-orang mengembangkan pneumonia setiap tahun di
Amerika. Lebih dari setengah juta dari orang-orag ini diopname di sebuah
rumah sakit untuk perawatan. Meskipun kebanyakan dari orang-orang ini
sembuh, kira-kira 5% akan meninggal dari pneumonia. Pneumonia adalah
pemimpin ke enam penyebab kematian di Amerika.
Pneumonia dapat disebabkan oleh mikroorganisme, iritasi dan penyebab
yang tidak diketahui. Ketika pneumonia dikelompokkan dengan cara ini,
menyebabkan infeksi adalah jenis yang paling umum. Gejala pneumonia
menular disebabkan oleh invasi paru-paru oleh mikroorganisme dan respon
sistem kekebalan tubuh untuk infeksi. Meskipun lebih dari seratus jenis
mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, hanya sedikit yang
bertanggung jawab untuk kebanyakan kasus. Penyebab paling umum
pneumonia adalah virus dan bakteri.

2.1.3 Etiologi dan Faktor Risiko Gangguan Pernapasan


Penyebab utama penyakit pernapasan, yaitu:
a. Mikroorganisme patogen yang mampu bertahan terhadap fagositosis
b. Partikel-partikel mineral yang menyebabkan kerusakan atau kematian
makrofag yang menelannya, sehingga menghambat pembersihan dan
merangsang reaksi jaringan
c. Partikel-partikel organik yang merespons imun
d. Kelebihan beban sistem akibat paparan terus-menerus terhadap debu
berkadar tinggi yang menumpuk disekitar saluran napas terminal.

Faktor lain yang menyebabkan terjadinya gangguan pernapasan adalah


kebiasaan merokok, keturunan, perokok pasif, polusi udara dan riwayat infeksi
pernapasan sewaktu kecil.

2.1.4 Tanda dan Gejala Gangguan Pernapasan


Yang termasuk tanda dan gejala gangguan pernapasan adalah batuk, sputum
(dahak), dispnea, nyeri dada.
a. Batuk
Batuk merupakan gejala paling umum dari penyakit pernapasan.
Rangsangan yang biasanya menimbulkan batuk adalah rangsangan
mekanik, kimia dan peradangan. Inhalasi debu, asap dan benda asing kecil
sering merupakan penyebab paling sering dari batuk.
b. Sputum (dahak)
Orang dewasa membentuk sputum sekitar 100 ml dalam saluran napas
setiap hari, sedangkan dalam keadaan saluran napas terganggu biasanya
sputum yang dihasilkan melebihi 100 ml per hari.
c. Hemoptisis
Istilah yang digunakan untuk menyatakan batuk darah atau sputum
berdarah.
d. Dispnea
Dispnea sering juga disebut dengan sesak napas, perasaan sulit bernapas
dan merupakan gejala utama penyakit kardiovaskuler.
e. Nyeri dada
Nyeri dada terjadi dari berbagai penyebab, tetapi yang paling khas dari
penyakit paru-paru adalah akibat radang pleura.

2.2 Terapi Oksigen


2.2.1 Pengertian
Oksigenasi adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme, untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara
normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam setiap kali
bernafas (Harahap, 2004).
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar yang
digunakabn untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup dan
aktivitas berbagai organ dan sel tubuh. Keberadaan oksigenasi merupakan salah satu
komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme dan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan
cara menghirup O2 setiap kali bernapas dari atmosfer. Oksegen (O2) untuk kemudian
diedarkan ke seluruh jaringan tubuh. (Andarmayo, 2012)
Oksigen adalah salah satu kebutuhan yang paling vital bagi tubuh. Otak masih
mampu mentoleransi kekurangan oksigen antara 3-5 menit. Apabila kekurangan
oksigen berlangsung lebih dari 5 menit, maka terjadi kerusakan sel otak secara
permanen Selain itu oksigen digunakan oleh sel tubuh untuk mempertahankan
kelangsungan metabolisme sel. Oksigen akan digunakan dalam metabolisme sel
membentuk ATP (Adenosin Trifosfat) yang merupakan sumber energi bagi sel tubuh
agar berfungsi secara optimal. (Allen, 2013).
Oksigenasi adalah memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh dengan cara
melancarkan saluran masuknya oksigen atau memberikan aliran gas oksigen (O2)
sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh. (Tarwonto, 2010).

2.2.2 Indikasi pemberian oksigen


Terapi oksigen merupakan terapi pernafasan dalam mempertahankan
oksigenasi jaringan yang adekuat. Secara klinis tujuan utama pemberian O 2
adalah untuk mengatasi keadaan hipoksemia, menurunkan kerja nafas dan
menurunkan kerja miocard (Harahap, 20004).
Indikasi pemberian O2 berdasarkan tujuan terapi pemberian O2 adalah :
a. Pasien dengan kadar O2 rendah
b. Pasien dengan peningkatan kerja nafas, dimana tubuh berespon terhadap
keadaan hipoksemia melalui peningkatan laju dan dalamnya pernafasan
serta adanya kerja otot-otot tambahan pernafasan.
c. Pasien dengan peningkatan kerja miocard, dimana jantung berusaha untuk
mengatasi gangguan O2 melalui peningkatan laju pompa jantung yang
adekuat.
2.2.1 Metode pemberian O2 dapat dibagi atas 2 teknik yaitu :
a. Sistem aliran rendah
Diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan. Contoh sistem aliran
rendah adalah :
1) Kateter nasal
Alat sederhana yang dapat memberikan O2 secara continue dengan
aliran 1-6 L/menit dengan konsentrasi 24 %-44%.
2) Nasal canul
Alat sederhana yang dapat memberikan O2 secara continue dengan
aliran 1-6 L/menit dengan konsentrasi 24 %-44%.
3) Sungkup muka sederhana
Alat pemberian O2 kontinue atau selang seling 5-8 L/menit dengan
konsentrasi 40-60%
4) Sungkup muka dengan kantong rebreathing
Teknik pemberian O2 dengan konsentrasi tinggi yaitu 60-80% dengan
aliran 8-12 L/menit.
5) Sungkup muka dengan kantong non rebreathing
Teknik pemberian O2 dengan konsentrasi mencapai 99% dengan aliran
8-12 L/menit dimana udara inspirasi tidak bercampur dengan udara
ekspirasi.
b. Sistem aliran tinggi
Teknik pemberian O2 dengan konsentrasi yang lebih tepat dan teratur.
Contoh teknik sistem aliran tinggi yaitu sungkup muka dengan ventury.
Prinsip pemberian O2 dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan dari tabung
akan menuju ke sungkup yang kemudian akan dihimpit untuk mengatur
suplai O2 sehingga tercipta tekanan negatif, akibatnya udara luar dapat
dihisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih banyak. Aliran udara pada alat
ini sekitar 4-14 L/menit dengan konsentrasi 30-55%.

2.3 Nasal canul


Nasal canul adalah pemberian oksigen pada klien yang memerlukan oksigen
secara kontinyu dengan kecepatan aliran 1-6 liter/menit serta konsentrasi 20-40%, dengan
cara memasukan selang yang terbuat dari plastik ke dalam hidung dan mengaitkannya di
belakang telinga. Panjang selang yang dimasukan ke dalam lubang dihidung hanya berkisar
0,6 – 1,3 cm. Pemasangan nasal kanula merupakan cara yang paling mudah, sederhana,
murah, relatif nyaman, mudah digunakan cocok untuk segala umur, cocok untuk
pemasangan jangka pendek dan jangka panjang, dan efektif dalam mengirimkan  oksigen.
Pemakaian nasal kanul juga tidak mengganggu  klien untuk melakukan aktivitas, seperti
berbicara atau makan. (Aryani, 2009:54)

2.3.1 Tujuan
a. Memberikan oksigen dengan konsentrasi relatif rendah saat kebutuhan oksigen
minimal.
b. Memberikan oksigen yang tidak terputus saat klien makan atau minum. (Aryani,
2009:54)

2.3.2 Indikasi
Klien yang bernapas spontan tetapi membutuhkan alat bantu nasal kanula untuk
memenuhi kebutuhan oksigen (keadaan sesak atau tidak sesak). (Suparmi, 2008:67)

 2.3.3 Prinsip
a) Nasal kanula untuk mengalirkan oksigen dengan aliran ringan atau rendah, biasanya
hanya 2-3 L/menit.
b) Membutuhkan pernapasan hidung
c) Tidak dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi >40 %. (Suparmi, 2008:67)

2.3.4 Mekanisme pemberian O2 nasal kanul


Dalam jurnal Roca, et al (2010: 408-413) yang berjudul High Flow Oxygen Therapy
in Acute Respiratory Failure menyebutkan bahwa tujuan dari terapi ini adalah untuk
membandingkan kenyamanan terapi oksigen aliran tinggi melalui nasal kanul (HFNC)
dengan masker wajah pada pasien dengan kegagalan pernafasan akut. Kegagalan nafas
didefinisikan sebagai saturasi oksigen darah <96% saat menerima sebagian kecil dari
oksigen.
Selama memberikan oksigen dengan nasal kanul pada aliran rendah diberikan
oksigen 1-6L/menit, sedangkan pada aliran tinggi diberikan oksigen 6-15L/menit. Oksigen
pertama kali dilembabkan dengan gelembung humidifier dan digunakan melaluimasker
wajah selama 30 menit, dan kemudian melalui nasal kanul dengan humidifier dipanaskan
selama 30 menit. Pada setiap akhir periode 30 menit pasien di evaluasi adanya dispnea,
mulut kering, dan keseluruhan kenyamanan.

2.4 Pemberian Oksigen Melalui Masker Oksigen


2.4.1 Pengertian 
Pemberian oksigen kepada klien dengan menggunakan masker yang dialiri oksigen
dengan posisi menutupi hidung dan mulut klien. Masker oksigen umumnya berwarna bening
dan mempunyai tali sehingga dapat mengikat kuat mengelilingi wajah klien. Bentuk dari face
mask bermacam-macam. Perbedaan antara rebreathing dan non-rebreathing mask terletak
pada adanya vulve yang mencegah udara ekspirasi terinhalasi kembali. (Aryani, 2009:54)
2.4.2 Macam Bentuk Masker :
a) Simple face mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 40-60% dengan
kecepatan aliran 5-8 liter/menit. 
b) Rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 60-80% dengan
kecepatan aliran 8-12 liter/menit. Memiliki kantong yang terus mengembang baik,
saat inspirasi maupun ekspirasi. Pada saat inspirasi, oksigen masuk dari sungkup
melalui lubang antara sungkup dan kantung reservoir, ditambah oksigen dari kamar
yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong. Udara inspirasi sebagian
tercampur dengan udara ekspirasi sehingga konsentrasi CO 2lebih tinggi daripada
simple face mask. (Tarwoto&Wartonah, 2010:37)
Indikasi : klien dengan kadar tekanan CO2 yang rendah. (Asmadi, 2009:33)
c) Non rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen sampai 80-100%
dengan kecepatan aliran 10-12 liter/menit. Pada prinsipnya, udara inspirasi tidak
bercampur dengan udara ekspirasi karena mempunyai 2 katup, 1 katup terbuka pada
saat inspirasi dan tertutup saat pada saat ekspirasi, dan 1 katup yang fungsinya
mencegah udara kamar masuk pada saat inspirasi dan akan membuka pada saat
ekspirasi. (Tarwoto&Wartonah, 2010:37). Indikasi : klien dengan kadar tekanan
CO2  yang tinggi. (Asmadi, 2009:34)

2.5 Saturasi oksigen


Saturasi oksigen adalah presentasi hemoglobin yang berikatan dengan oksigen
dalam arteri, saturasi oksigen normal adalah antara 95 – 100 %. Dalam kedokteran ,
oksigen saturasi (S O2), sering disebut sebagai "SATS", untuk mengukur persentase
oksigen yang diikat oleh hemoglobin di dalam aliran darah. Pada tekanan parsial oksigen
yang rendah, sebagian besar hemoglobin terdeoksigenasi, maksudnya adalah proses
pendistribusian darah beroksigen dari arteri ke jaringan tubuh. Pada sekitar 90% (nilai
bervariasi sesuai dengan konteks klinis) saturasi oksigen meningkat menurut kurva disosiasi
hemoglobin-oksigen dan pendekatan 100% pada tekanan parsial oksigen> 10 kPa. Sebuah
oksimeter pulsa bergantung pada karakteristik penyerapan cahaya hemoglobin jenuh untuk
memberikan indikasi kejenuhan oksigen. Saturasi oksigen atau oksigen terlarut (DO) adalah
ukuran relatif dari jumlah oksigen yang terlarut atau dibawa dalam media tertentu. Hal ini
dapat diukur dengan probe oksigen terlarut seperti sensor oksigen atau optode dalam media
cair.
a. Pengukuran Saturasi Oksigen :
Pengukuran saturasi oksigen dapat dilakukan dengan beberapa tehnik. Penggunaan
oksimetri nadi merupakan tehnik yang efektif untuk memantau pasien terhadap
perubahan saturasi oksigen yang kecil atau mendadak (Brunner, Suddart, 2002).
Adapun cara pengukuran saturasi oksigen antara lain :
1) Saturasi oksigen arteri (Sa O2) nilai di bawah 90% menunjukan keadaan
hipoksemia (yang juga dapat disebabkan oleh anemia ). Hipoksemia karena SaO2
rendah ditandai dengan sianosis . Oksimetri nadi adalah metode pemantauan non
invasif secara kontinyu terhadap saturasi oksigen hemoglobin (SaO2). Meski
oksemetri oksigen tidak bisa menggantikan gas-gas darah arteri, okksimetri oksigen
merupakan salah satu cara efektif untuk memantau pasien terhadap perubahan
saturasi oksigen yang kecil dan mendadak. Oksimetri nadi digunakan dalam
banyak lingkungan, termasuk unit perawatan kritis, unit keperawatan umum, dan
pada area diagnostik dan pengobatan ketika diperlukan pemantauan saturasi
oksigen selama prosedur.
2) Saturasi oksigen vena (Sv O2) diukur untuk melihat berapa banyak mengkonsumsi
oksigen tubuh. Dalam perawatan klinis, Sv O2 di bawah 60%, menunjukkan bahwa
tubuh adalah dalam kekurangan oksigen, dan iskemik penyakit terjadi. Pengukuran
ini sering digunakan pengobatan dengan mesin jantung-paru
(ExtracorporealSirkulasi), dan dapat memberikan gambaran tentang berapa banyak
aliran darah pasien yang diperlukan agar tetap sehat.
3) Tissue oksigen saturasi (St O2) dapat diukur dengan spektroskopi inframerah dekat
. Tissue oksigen saturasi memberikan gambaran tentang oksigenasi jaringan dalam
berbagai kondisi.
4) Saturasi oksigen perifer (Sp O2) adalah estimasi dari tingkat kejenuhan oksigen
yang biasanya diukur dengan oksimeter pulsa perangkat. Pemantauan saturasi O2
yang sering adalah dengan menggunakan Oksimetri nadi yang secara luas dinilai
sebagai salah satu kemajuan terbesar dalam pemantauan klinis (Giuliano &
Higgins, 2005).Untuk pemantauan saturasi O2 yang dilakukan di ICU ( Intensive
Care Unit ) Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang juga dengan
menggunakan Oksimetri nadi. Alat ini merupakan metode langsung yang dapat
dilakukan di sisi tempat tidur, bersifat sederhana dan non invasive untuk mengukur
saturasi O2 arterial (Leah, 2004 ; Higgins, 2005).

2.6 Bahaya Bahaya Pemberian Oksigen


Pemberian O2 bukan hanya memberiakan efek terapi tetapi juga dapat menimbulkan

efek merugikan, antara lain :


1) Kebakaran
O2 bukan zat pembakar tetapi O2 dapat memudahkan terjadinya kebakaran, oleh

karena itu klein dengan terapi pemberian O2 harus menghindari : Merokok,


membuka alat listrik dalam area sumber O 2, menghindari penggunaan listrik

tanpa “Ground”.

2) Depresi Ventilasi
Pemberian O2 yang tidak dimonitor dengan konsentrasi dan aliran yang tepat

pada klien dengan retensi CO2 dapat menekan ventilasi

3) Keracunan O2

Dapat terjadi bila terapi O2 yang diberikan dengan konsentrasi tinggi dalam waktu

relatif lama. Keadaan ini dapat merusak struktur jaringan paru seperti atelektasi
dan kerusakan surfaktan. Akibatnya proses difusi di paru akan terganggu

2.7 Perbedaan pemberian oksigen melalui nasal kanul dan simple mask pada pasien
gangguan pernapasan
Oksigen merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar yang
digunakabn untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup dan
aktivitas berbagai organ dan sel tubuh. Keberadaan oksigenasi merupakan salah satu
komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme dan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara
menghirup O2 setiap kali bernapas dari atmosfer. Oksegen (O2) untuk kemudian diedarkan
ke seluruh jaringan tubuh. (Andarmayo, 2012).
Terapi oksigen merupakan terapi pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi
jaringan yang adekuat. Secara klinis tujuan utama pemberian O 2 adalah untuk mengatasi
keadaan hipoksemia, menurunkan kerja nafas dan menurunkan kerja miocard (Harahap,
2004).
Nasal kanul merupakan Alat sederhana yang dapat memberikan O2 secara continue
dengan aliran 1-6 L/menit dengan konsentrasi 24 %-44%.
Simple mask adalah Alat pemberian O 2 kontinue atau selang seling 5-8 L/menit
dengan konsentrasi 40-60%.
Indikasi pemberian O2 berdasarkan tujuan terapi pemberian O2 adalah :
a. Pasien dengan kadar O2 rendah
b. Pasien dengan peningkatan kerja nafas, dimana tubuh berespon terhadap keadaan
hipoksemia melalui peningkatan laju dan dalamnya pernafasan serta adanya kerja
otot-otot tambahan pernafasan.
c. Pasien dengan peningkatan kerja miocard, dimana jantung berusaha untuk
mengatasi gangguan O2 melalui peningkatan laju pompa jantung yang adekuat.
Berdasarkan jurnal Roca, et al (2010: 408-413) yang berjudul High Flow Oxygen
Therapy in Acute Respiratory Failure pemberian terapi oksigen dengan nasal kanul lebih
nyaman dibandingkan dengan menggunakan simple mask. Hal ini dikarenakan nasal kanul
lebih memudahkan pasien dalam beraktivitas seperti makan, berbicara. Berbeda dengan
simple mask sehingga kami ingin mengetahui perbedaan penggunaan terapi oksigen
dengan nasal kanul dan simple mask diruang cempaka RST.

Anda mungkin juga menyukai