PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada usia lanjut terjadi perubahan anatomik-fisiologik dan dapat timbul pula
penyakit-penyakit pada sistem pernafasan. Usia harapan hidup lansia di Indonesia
semakin meningkat karena pengaruh status kesehatan, status gizi, tingkat pendidikan,
ilmu pengetahuan dan sosial ekonomi yang semakin meningkat sehingga populasi
lansia pun meningkat. Menurut ilmu demografi Indonesia dalam masa transisi
demografi yaitu perubahan pola penduduk berusia muda ke usia tua. Infeksi saluran
nafas bagian bawah akut dan tuberkulosis paru menduduki 5 penyakit terbanyak yang
diderita oleh masyarakat salah satunya adalah PPOK (Penyakit paru obstruksi
Kronis).
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah gejala bronkitis dengan
kategori yang lebih berat, PPOK ditandai dengan gejala sesak nafas, batuk berdahak
yang berulang , dahak yang berwarna kuning kehijauan, demam dan riwayat perokok.
PPOK juga bisa disebabkan oleh kurangnya enzim alpha-1 antitrypsin. Enzim ini
berfungsi untuk menetralkan tripsin yang berasal dari rokok. Jika enzim ini rendah
dan asupan rokok tinggi maka akan mengganggu sistem kerja enzim tersebut yang
bisa mengakibatkan infeksi saluran pernafasan. Pada tahap-tahap awal, PPOK jarang
menunjukkan gejala atau tanda khusus. Gejala penyakit ini baru muncul ketika sudah
terjadi kerusakan yang signifikan pada paru-paru, umumnya dalam waktu bertahun-
tahun.
B. TUJUAN
1. Mampu menumbuhkan cara berpikir secara kritis.
2. Mampu memberikan tindakan keperawatan yang berasal dari masalah klien.
3. Meningkatkan validitas dataklien.
4. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Penyakit paru obsruksi kronis (PPOK) adalah sekelompok penyakit paru yang
menghambat aliran udara pada pernapasan saat menarik napas atau menghembuskan napas.
Hal ini akan mempersulit paru- paru mendapatkan oksigen yang cukup bagi bagian tubuh
yang lainnya. Emfisema dan bronkitis kronis menyebabkan proses inflamasi yang berlebihan
dan pada akhirnya menimbulkan kelainan di dalam struktur paru-paru, sehingga aliran udara
terhambat secara permanen. Klasifikasi dari penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) yaitu:
a. Bronkitis kronis
Bronkitis akut adalah radang mendadak pada bronkus yang biasanya mengenai
trakea dan laring, sehingga sering disebut juga dengan laringotrakeobronkitis.
Radang ini dapat timbul sebagai kelainan jalan napas tersendiri atau sebagai
bagian dari penyakit sistemik, misalnya morbili, pertusis, difteri, dan tipus
abdominalis. Istilah bronkitis kronis menunjukan kelainan pada bronkus yang
sifatnya menahun(berlangsung lama). Bronkitis kronis merupakan keadaan yang
berkaitan dengan produksi mukus trakeobronkial yang berlebihan, sehingga cukup
untuk menimbulkan batuk dan ekspektorasi sedikitnya 3 bulan dalam setahun dan
paling sedikit 2 tahun secara berturut-turut.
b. Emfisema Paru
Emfisema merupakan pelebaran asinus yang abnormal, permanen, dan disertai
destruktif dinding alveoli paru. Menurut WHO, emfisema merupakan gangguan
pengembangan paru yang ditandai dengan pelebaran ruang di dalam paru-paru
disertai destruktif jaringan. Sesuai dengan definisi tersebut, jika ditemukan
kelainan berupa pelebaran ruang udara(alveolus) tanpa disertai adanya destruktif
jaringan maka keadaan ini sebenarnya tidak termasuk emfisema, melainkan hanya
sebagai overinflation. Obstruktif pada emfisema lebih disebabkan oleh perubahan
jaringan daripada produksi mukus, seperti yang terjadi pada asma bronkitis kronis.
c. Asma bronkial
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkial yang mempunyai ciri
bronkospasme periodik(kontraksi spasme pasa saluran napas) terutama pada
percabangan trakeonronkial yang dapat diakibatkan oleh berbagai stimulus seperti
oleh faktor biokemial, endokrin, infeksi, otonomik, dan psikologi. Asma
didefinisakn sebagai suatu penyakit inflamasi kronis di saluran pernapasan,
dimana terdapat banyak sel-sel induk, eosinofil, T-limfosit, neutrofil, dan sel-sel
epitel. Pada individu rentan, inflamasi ini menyebabkan episode wheezing, sulit
bernapas, dada sesak, dan batuk secara berulang, khususnya pada malam hari dan
di pagi hari.
B. Etiologi
a. Kebiasaan merokok
Merokok dapat beresiko mengalami serangan jantung 2 kali lebih besar bagi
prokok berat atau yang merokok 20 batang atau lebih dalam sehari. Bahkan,
resiko menghadapi kematian mendadak 5 kali lebih besar dari pada orang yang
tidak merokok sama sekali. Namun bagi mereka yang dapat berhenti merokok
sama sekali, resiko ini dapat berkurang hampir sama yang tidak merokok.
Sejumlah kecil nikotin dalam rokok adalah racun bagi tubuh. Nikotin yang
terserap dalam setiap hisapan rokok memang tidak mematikan, tetapi tetap
membahayakan jantung. Terjadi pengerasan pembuluh nadi serta mengacaukan
irama jantung.
b. Infeksi saluran napas atas yang kambuh atau kronis
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Penyebab penyakit ini dapat berupa
bakteri, virus dan berbagai mikroba lain. Gejala utama dapat berupa batuk dan
demam, kalau berat, dapat disertai sesak napas dan nyeri dada. Penanganan
penyakit ini dapat dilakukan dengan istirahat, pengobatan simtomatis sesuai gejala
atau pengobatan kausal untuk mengatasi penyebab, peningkatan daya tahan tubuh
dan pencegahan penularan kepada orang sekitar, antara lain dengan menutup
mulut ketika batuk, tidak meludah sembarang. Faktor berkumpulnya banyak orang
misalnya di tempat pengungsian tempat korban banjir, juga berperan dalam
penularan ISPA.
c. Polusi udara
Di kota-kota besar, konstrikbusi gas buang kendaraan bermontor sebagai
sumber pencemaran udara mencapai 60 – 70%. Padahal, konstribusi gas buah dari
cerobong asap industri hanya berpisah 10-15%, sedangkan sisannya dari sumber
pembakaran lain, misalnya dari rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran
hutan, dll
Sebenarnya banyak polutan udara yang perlu di waspadai, tetapi WHO ( word
helalth organization) menetapkan beberapa jenis polutan yang di anggap serius.
Polutan udara yang berbahaya bagi kesehatan manusia, hewan, serta mudah
merusak harta benda adalah partikulat yang mengandung partikel ( asap dan jelaga
), hidrokarbon, sulfur di oksida, dan nitrogen oksida. Kesemuanya di emisikan
oleh kendaraan bermontor.
C. Komplikasi
PPOK adalah salah satu penyakit yang berisiko menimbulkan komplikasi.
Terdapat beberapa komplikasi yang mungkin saja berisiko Anda dapatkan jika
memiliki PPOK, antara lain:
1. Masalah jantung: PPOK dapat menyebabkan detak jantung tidak teratur dan
mengalami perubahan. Kondisi ini disebut dengan aritmia. Masalah jantung lain yang
juga mungkin berisiko pada orang dengan PPOK adalah gagal jantung.
2. Tekanan darah tinggi: PPOK dapat menyebabkan tekanan darah tinggi pada pembuluh
darah yang memasok darah ke paru-paru. Kondisi ini disebut dengan hipertensi paru.
3. Infeksi pernapasan: Ketika memiliki PPOK, Anda mungkin akan lebih sering untuk
terkena pilek, flu, atau bahkan pneumonia (infeksi paru serius yang disebabkan oleh
virus atau jamur). Infeksi ini dapat membuat gejala Anda memburuk atau
menyebabkan kerusakan paru lebih lanjut. Itu sebabnya, penting bagi penderita PPOK
untuk menerima vaksin flu setiap tahunnya. Konsultasikan pula kepada dokter
mengenai kebutuhan untuk mendapatkan vaksin pneumonia. Kemungkinan Anda
untuk terkena flu atau pneumonia akan berkurang jika Anda mendapatkan vaksinasi
ini.
D. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala PPOK dapat mencakup:
1. Penurunan kemampuan melakukan aktivitas fisik atau pekerjaan yang cukup berat
dan keadaan ini terjadi Karena penurunan cadangan paru
2. Batuk produktif akibat stimulasi reflex batuk oleh mucus
3. Dispenea pada aktivitas fisik ringan
4. Infeksi saluran nafas yang sering terjadi
5. Hipoksemia intermiten atau kontinu
6. Hasil tes faal paru yang menunjukkan kelainan yang nyata
7. Deformitas toraks
E. Patofisiologi
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk penderita PPOK usia lanjut, sebagai berikut :
1. Meniadakan faktor etiologik atau presipifasi
2. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.
3. Memberantas infeksi dengan antimikrobia. Apabila tidak ada infeksi anti
mikrobia tidak perlu diberikan.
4. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator ( Aminophillin
danAdrenalin ).
5. Pengobatan simtomatik ( lihat tanda dan gejala yang muncul )
- Batuk produktif beri obat mukolitik / ekspektoran
- Sesak nafas beri posisi yang nyaman (fowler) , beri O2
- Dehidrasi beri minum yang cukup bila perlu pasang infuse
6. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
7. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan, O2 harus diberikan dengan aliran
lambat : 1-2 liter/menit.
8. Mengatur posisi dan pola bernafas untuk mengurangi jumlah udara yang
terperangkap.
9. Memberi pengajaran mengenai tehnik-tehnik relaksasi dan cara-cara untuk
menyimpan energy
10. Tindakan “Rehabilitasi”
- Fisioterapi, terutama ditujukan untuk membantu pengeluaran sekret bronku
- Latihan pernafasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan pernafasan
yang paling efektif baginya.
- Latihan, dengan beban olah raga tertentu, dengan tujuan untuk memulihkan
kesegaran jasmaninya.
- Vocational Suidance : Usaha yang dilakukan terhadap penderita agar sedapat-
dapat kembali mampu mengerjakan pekerjaan semula.
Pengelolaan Psikososial : terutama ditujukan untuk penyesuaian diri penderita
dengan penyakit yang dideritanya.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan radiologi
a) Foto thoraks pada bronkitis kronik memperlihatkan tubular shadow berupa
bayangan garis-garisyang pararel keluar dari hilus menuju ke apeks paru dan
corakan paru yang bertambah.
b) Pada emfisema paru, foto thoraks menunjukkan adanya overinflasi dengan
gambaran diafragma yang rendah yang rendah dan datar, penciutan pembuluh
darah pulmonal, dan penambahan corakan kedistal.
c) Pada asma bronkhial, foto thoraks menunjukkan kesan emphysematous,
pembesaran jantung serta diafragma mendatar atau menurun.
2) Test fungsi paru :
a) Spirometri (VEP1, VEP1 prediksi, KVP, VEP1/KVP)
Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi (%) dan atau VEP1/KVP
(%). Obstruksi : % VEP1 (VEP1/VEP1 pred) < 80% VEP1% (VEP1/KVP) <
75 % - VEP1 merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai
beratnya PPOK dan memantau perjalanan penyakit. Apabila spirometri tidak
tersedia atau tidak mungkin dilakukan, APE meter walaupun kurang tepat,
dapat dipakai sebagai alternatif dengan memantau variabiliti harian pagi dan
sore, tidak lebih dari 20% • Uji bronkodilator - Dilakukan dengan
menggunakan spirometri, bila tidak ada gunakan APE meter. Setelah
pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15 – 20 menit kemudian
dilihat perubahan nilai VEP1 atau APE, perubahan VEP1 atau APE < 20%
nilai awal dan < 200 ml – Uji bronkodilator dilakukan pada PPOK stabil
b) Pemeriksaan gas darah.
c) Pemeriksaan EKG
d) Pemeriksaan Laboratorium darah
e) Uji provokasi bronkus
f) Pemeriksaan sputum
g) Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum
BAB III
1. IDENTITAS
Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Usia : Perempuan
Jenis kelamin : 66 Tahun
Status Pernikahan : cerai meninggal
Agama : Islam
Alamat : Semarang
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Dx. Medis : PPOK
No RM : 02.03.85
2. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan sesak nafas
3. RIWAYAT KESEHATAN
A. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit mengeluh sesak nafas selama 2 jam,
batuk selama 3 hari, nyeri perut. karena sesak napas bertambah terus menerus
kemudian pasien dibawa kerumah sakit, sampai UGD pasien mendapat penanganan,
kemudian dipindahkan keruang keperawatan Dahlia untuk mendapatkan perawatan
lebih lanjut.
B. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan sebelumnya klien pernah mengalami penyakit seperti ini dan sudah
4x ini d rawat di RST.
C. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak tahu ada atau tidak anggota keluarga yang mempunyai riwayat
penyakit sistem pernapasan (seperti : tb paru, asma, bronkitis, dll.)
D. Genogram
Keterangan :
: laki – laki
: perempuan
: perempuan meninggal
: sakit
: tinggal serumah
Klien adalah seorang ibu dan nenek, beliau memiliki kakak laki – laki namun sudah
dan adik laki – laki. Beliau adalah anak ke tiga dari 4 bersaudara. Dan beliau menikah
dengan suaminya tersebut dan memiliki anak 8 terdiri dari 5 laki – laki dan 3
perempuan. dari silsilah tersebut kakaknya memiliki hipertensi namun tidak memiliki
sakit seperti yang Ny. S alami.
C. Pola Eliminasi
Klien mengatakan tidak ada gangguan dalam BAB dan BAK. BAB klien setiap hari
dan setiap pagi hari. Untuk BAK sehari 6 – 7 x/hari.
D. Pola Latihan-Aktivitas
Klien mengatakan saat sebelum sakit bisa beraktivitas sendiri dan pada saat di rawat
klien juga dapat beraktifitas sendiri namun terbatas karena jika beraktivitas sering
sesak nafas dan tidak menggunakan alat bantu berjalan, merasa lemas saat
beraktivitas.
Penilaian Aktifitas
INDEKS KATZ
NO Macam ADL SKORE
0 1 2 3 4
1 Makan
2 Kontinen ( BAB/BAK )
3 Berpindah
4 Mandi
5 Ke kamar kecil
6 Berpakaian
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Dengan alat bantu
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu orang lain dan alat
4 : Semua dengan bantuan
Keterangan :
Indeks Katz G : tergantung pada orang lain untuk 6 aktivitas
F. Pola Istirahat-Tidur
Klien mengatakan susah tidur / memejamkan mata untuk tidur karena batuk berdahak.
Selama sakit pada saat siang hari tidur selama 30 menit. Pada malam hari 5 jam
namun sering kebangun karena batuk..
I. Pola Reproduksi/Seksual
Klien mengatakan bahwa dia adalah seorang ibu dari 3 orang 11utrid an 5 orang putra,
dan seorang nenek bagi 14 cucu nya. Hubungan keluarga terjalin dengan harmonis.
Klien sudah mengalami menoupause.
Keterangan :
Skor: Hitung jumlah jawaban yang bercetak tebal dan huruf besar Setiap jawaban
bercetak tebal dan berhuruf besar mempunyai nilai 1
Skor 5 – 9 : Depresi Ringan sampai sedang
Skor 10 – 15 : Depresi Berat
Skor 0 – 5 : Normal
5. PEMERIKSAAN FISIK
A. Tanda – Tanda Vital
NO TANGGAL TANDA – TANDA VITAL
TD NADI RR SUHU
1 29 Januari 2018 90/60 61 25 36,8
2 30 Januari 2918 100/60 76 20 36,3
3 31 Januari 2018 100/70 80 20 36,5
B. Pemeriksaan Head To Toe
1. Kepala
Rambut memutih / beruban, rambut bersih, tidak ada kutu / ketombe, Rambut
sedikit rontok, kulit kepala lembab.
2. Mata
Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, penglihatan agak kabur, katarak
tidak ditemukan, alis simetris
3. Hidung
Simetris, bersih, tidak ada rinorea, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, tidak
ada terpasang alat bantu nafas
4. Mulut dan tenggorokan
Gigi depan tidak utuh, beberapa gigi garaham atas dan bawah ompong, bibir agak
kering kurang dapat mengunyah makan yang keras. Tidak ada pembesaran tyroid.
5. Telinga
Kedua telinga simetris, tidak ada serumen, fungsi pendengaran menurun
6. Leher
Tidak ada pembesaran tyroid.
7. Dada
Thorak :
Inspiksi : dada seperti tong,
Palpasi : sela iga melebar,
Perkusi : hipersonor,
Auskultasi : suara nafas vesikuler normal, ekspirasi memanjang, terdapat ronchi.
Jantung :
Inspiksi : Ictus Cordis tidak tampak,
Palpasi : tidak ada nyeri tekan,
Perkusi : Bunyi sonor,
Auskultasi : Bunyi Jantung I-II normal,
8. Abdomen :
Inspiksi : perut cekung,
Palpasi : nyeri tekan,,
Perkusi : peka hati 4 – 8 cm,
Auskultasi : bising usus normal tiap 5 – 10 detik
9. Genetalia
Pasien mengatakan sudah menaupose sejak usia 55 tahun, sebelum menaopuse
pasien tidak mengalami keputihan dan tidak ada hemoroid atau benjolan pada anus
10. Integumen
Tidak ada lesi, akral hangat,
11. Ekstermitas
Pemeriksaan kekuatan otot
4 3
4 3
Ekstermitas atas :
turgor baik, kulit bersih, tidak terdapat tanda-tanda sianosis, tidak ada edema,
tidak ada keluhan nyeri, tidak ada masalah pergerakan, capillary refill < 3 detik.
Sebelah kanan terpasang selang infus.
Ekstermitas bawah :
Bawah : kulit bersih, turgor tidak elastic, tidak terdapat edema / tidak bengkak
pada kaki, kaki tidak kaku, capillary refill 3 detik.
BRADEN SCALE
Derajat Kulit
kelembaban Keadaan kulit Kulit sering lembap, tapi Kulit kadang lembap, biasanya
kulit selalu basah oleh tidak selalu. Linen harus linen seharusnya diganti kering linen
keringat, urine, diganti setidaknya 1x/shift setiap hari diganti sesuai
dll. Hal ini tindakan
diketahui saat rutin
pasien bergerak
atau berbalik
Pola makan Tidak pernah Jarang makan, hanya ½ Memakan separuh lebih
makan habis, porsi. Mengkonsumsi porsi, 4 porsi protein
hanya 1/3 porsi. supplement atau menerima atau menggunakan NGT
Kurang makan kurang dari jumlah optimal atau mendapat TPN
protein/hari, dat=ri makanan cair per- yang memenuhi nutrisi
kuran minum NGT yang dibutuhkan
atau
(1 poin) (0 poin)
Masuk dan bangun dari tempat tidur / kursi Butuh bantuan dalam
tanpa bantuan. Alat bantu berpindah posisi berpindah dari tempat tidur
Poin : 1 bisa diterima ke kursi, atau dibantu total
TOTAL POIN : 5 =Tinggi (Mandiri); 4 = Sedang; <2 = Ganggaun fungsi berat; 0 = Rendah
(Sangat tergantung) Total Poin : 6 →Klien mandiri
0
Tirulah gambar di bawah ini . . . . .(1 poin)
30 – 37 : rentang “Normal”
20 – 26 : Demensia ringan
10 – 19 :Demensia sedang
< 10 : Demensia berat
Berdasarkan hasil pengkajian/pemeriksaan MMSE diatas, klien termasuk dalam rentang
Demensia sedang.
THE SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIR(SPMSQ)
Total kesalahan: 3
DO :
Dibawah mata klien tampak terdapat
kantung mata kehitaman
DO :
4 3
4 3
Penilaian Aktifitas
INDEKS KATZ
3. DS : Ketidakefektifan Kurang
klien belum tahu cara mengatasi dan Manajemen Pengetahuan
penanggulangan sesak nafas. Kesehatan 00078 Tentang Program
Terapeutik
DO :
Klien tampak bingung saat di tanya cara
mengatasi sesak nafas dan pengobatan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
9. Terapkan langkah –
langkah kenyamanan
seperti pijat, pemberian
posisi
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
HARU,
NO
TANGAL, IMPLEMENTASI RESPON TTD
DP
WAKTU
II Senin, 29 Januari Mendorong untuk duduk di S : klien mengatakan
2018 samping tempat tidur atau di bersedia untuk latihan
kursi. duduk di samping
11.00
tempat tidur.
O : Klien tampak
semangat, karena ingin
O : klien tampak
semangat dan merangkul
perawat. Klien tampak
Membantu pasien berpindah
duduk di samping
sesuai dengan kebutuhan
tempat tidur.
14.00
I
S : klien mengatakan
Menganjurkan pasien untuk
susah untuk tidur dan
tidur di siang hari sering terbangun kalau
malam hari
O : klien tampak
mendengarkan
penjelasan dari perawat
tentang pentingnya tifur
Memonitor tidur pasien dan untutk kesehatan.
jumlah jam tidur
S : klien mengatakan
I 14.10
mau untuk tidur siang
O : klien tampak
merapikan selimut dan
tidur
14.30
I S:-
O : klien tampak
bingung, dan klien
keluarga tampak
kooperatif dalam
mendiskusikan
mengenai teknik tidur.
Dan keluarga tampak
memahami yang telah di
diskusikan
10.30
I Berikan phamflet dengan
S : Klien dan keluarga
informasi mengenai tidur
mengatakan terimakasih
atas informasi yang telah
diberikan
S : klien mengatakan
11.00 Membantu pasien untuk
bersedia untuk memakai
memakai alas kaki dan
II alas kaki dan meminta
berjalan
untuk diantar ke kamar
mandi
S : klien mengatakan
siap laksanakan
11.45
Menganjurkan klien untuk
O : klien tampak tidak
I menghindari makan dan
meminum teh
minum sebelum tidur yang
manis.karena klien
mengganggu tidur
beranggapan teh manis
pemicu batuk.
S:-
O : klien tampak
tersenyum dan
memahami informasi
yang telah diberikan
O : pasien tampak
sumringah dan bertanya
obat saat pulang. Dan
klien dan keluarga
paham
EVALUASI KEPERAWATAN
HARU,
NO
NO TANGAL, IMPLEMENTASI TT
DP
WAKTU
1. Senin, 29 S:
Januari 2018 Klien mengatakan susah untuk tidur dan sering
terbangun kalau malam hari
O:
klien tampak mendengarkan penjelasan dari
perawat tentang pentingnya tidur untutk kesehatan.
klien tampak merapikan selimut dan tidur,
klien tampak tertidur selama 30 menit namun
terbangun karena batuk, kemudian tidur kembali
A:
Masalah gangguan pola tidur belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi 1- 12
S:
Klien mengatakan bersedia untuk latihan duduk di
samping tempat tidur.dan mengatkan pelan - pelan
O:
Klien tampak semangat dan merangkul perawat.
Klien tampak duduk di samping tempat tidur.
klien tampak turun dari tempat tidur dan berpindah
ke kursi roda dengan memegangi perawat.
A:
Masalah hambatan mobilitas fisik teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi 1- 7
2. Selasa, 30 S:
Januari 2018
Klien mengatakan belum tau tentang teknik untuk
meningkatkan tidur,
O:
S:
Klien mengatakan bersedia untuk memakai alas
kaki dan meminta untuk diantar ke kamar mandi
O:
Klien tampak tampak mamakai alas kaki dan
berpegangan perawat dan berjalan perlahan menuju
kamar mandi.
Mampu berjalang dengan langkah yang efektif,
Mampu berjalan dengan pelan dan dengan jarak
dekat.
A:
Maslaah hambatan mobilitas fisik sudah tertasi
P:
Hentikan Intervesi
S:
Klien mengatakan bersedia diberkan informasi
tentang penyakitnya.
O:
Klien dan keluarga tampak bersungguh – sungguh
dalam menerima informasi, dan bertanya kepada
perawat jika terdapat kalimat yang tidak dipahami.
A:
Masalah ketidakefektifan manajemen kesehatan
sudah teratasi
P:
Hentikan intervensi
3. I Rabu, 29 S:
Januari 2018 Klien mengatakan paham dan bertrimaksih atas
lembaran yang sangat bermanfaat.
O:
Klien tampak tersenyum dan memahami informasi
yang telah diberikan
A:
Masalah gangguan pola tidur sudah teratasi
P:
Hentikan intervensi
BAB IV
PENUTUP
A.Kesimpulan
Penyakit paru obsruksi kronis (PPOK) adalah sekelompok penyakit paru yang
menghambat aliran udara pada pernapasan saat menarik napas atau menghembuskan
napas. Hal ini akan mempersulit paru- paru mendapatkan oksigen yang cukup bagi
bagian tubuh yang lainnya. PPOK ditandai dengan gejala sesak nafas, batuk berdahak
yang berulang , dahak yang berwarna kuning kehijauan, demam dan riwayat perokok.
Gejala penyakit ini baru muncul ketika sudah terjadi kerusakan yang signifikan pada
paru-paru, umumnya dalam waktu bertahun-tahun.
B.Saran
DAFTAR PUSTAKA