Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

RESPIRATORI: PPOK

KELOMPOK 2 :
1. Anang Maulana Y (16030
2. Cicha Wahyu Nur L (1603017)
3. Lidya Febrianti (16030
4. Wahyu Amar M (160379)
5. Wanda Ardila (1603081)

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA

SEMARANG
2019

BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada usia lanjut terjadi perubahan anatomik-fisiologik dan dapat
timbul pula penyakit-penyakit pada sistem pernafasan. Usia harapan hidup
lansia di Indonesia semakin meningkat karena pengaruh status kesehatan,
status gizi, tingkat pendidikan, ilmu pengetahuan dan sosial ekonomi yang
semakin meningkat sehingga populasi lansia pun meningkat. Menurut
ilmu demografi Indonesia dalam masa transisi demografi yaitu perubahan
pola penduduk berusia muda ke usia tua. Infeksi saluran nafas bagian
bawah akut dan tuberkulosis paru menduduki 5 penyakit terbanyak yang
diderita oleh masyarakat. Belum banyak dijumpai laporan para ahli
tentang insidens PPOK orang tua usia lanjut.
Penyakit paru-paru obstruksi kronis (PPOK) merupakan suatu
istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang
berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran
udara. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan yang ditandai
dengan sebutan PPOK adalah : Bronkhitis, Emifisema paru-paru dan
Asma bronkial. Perjalanan PPOK yang khas adalah panjang dimulai pada
usia 20-30 tahun dengan “batuk merokok” atau batuk pagi disertai
pembentukan sedikit sputum mukoid. Mungkin terdapat penurunan
toleransi terhadap kerja fisik, tetapi biasanya keadaan ini tidak diketahui
karena berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Akhirnya serangan
brokhitis akut makin sering timbul, terutama pada musim dingin dan
kemampuan kerja penderita berkurang, sehingga pada waktu mencapai
usia 50-60 an penderita mungkin harus mengurangi aktifitas. Penderita
dengan tipe emfisematosa yang mencolok, perjalanan penyakit tampaknya
tidak dalam jangka panjang, yaitu tanpa riwayat batuk produktif dan dalam
beberapa tahun timbul dispnea yang membuat penderita menjadi sangat
lemah. Bila timbul hiperkopnea, hipoksemia dan kor pulmonale, maka
prognosis adalah buruk dan kematian biasanya terjadi beberapa tahun
sesudah timbulnya penyakit.

B. TUJUAN
1. Menumbuhkan cara berpikir secara kritis.
2. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal
dari masalah klien.
3. Meningkatkan validitas data klien.
4. Menilai kemampuan justivikasi.
5. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
6. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan
C. MANFAAT
1. Bagi Rumah Sakit
Laporan khusus ini dapat menjadi masukan dalam melakukan
pelayanan peningkatan asuhan keperawatan pada pasien dengan PPOK
2. Bagi Institusi Pendidikan
Laporan khusus ini diharapkan dapat menjadi bahan pustaka yang
dapat memberikan gambaran pengetahuan mengenai PPOK.
3. Bagi Perawat
Laporan khusus ini diharapkan dapat dijadikan bahan acuan bagi
tenaga kesehatan untuk mengadakan penyuluhan tentang kesehatan
mengenai PPOK dan bahasanya.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Penyakit paru obsruksi kronis (PPOK) adalah sekelompok penyakit paru
yang menghambat aliran udara pada pernapasan saat menarik napas atau
menghembuskan napas. Udara harus dapat masuk dan keluar dari paru-
paru untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Ketika aliran udara ke arah luar
paru-paru terhambat, udara akan terperangkap di dalam paru-paru. Hal ini
akan mempersulit paru- paru mendapatkan oksigen yang cukup bagi
bagian tubuh yang lainnya. Emfisema dan bronkitis kronis menyebabkan
proses inflamasi yang berlebihan dan pada akhirnya menimbulkan
kelainan di dalam struktur paru-paru, sehingga aliran udara terhambat
secara permanen(itulah sebabnya disebut “obstruktif kronis”).
Klasifikasi dari penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) yaitu:

a. Bronkitis kronis
Bronkitis akut adalah radang mendadak pada bronkus yang biasanya
mengenai trakea dan laring, sehingga sering disebut juga dengan
laringotrakeobronkitis. Radang ini dapat timbul sebagai kelainan jalan
napas tersendiri atau sebagai bagian dari penyakit sistemik, misalnya
morbili, pertusis, difteri, dan tipus abdominalis. Istilah bronkitis kronis
menunjukan kelainan pada bronkus yang sifatnya
menahun(berlangsung lama) dan disebabkan berabagai faktor, baik
yang berasal dari luar bronkus maupun dari bronkus itu sendiri.
Bronkitis kronis merupakan keadaan yang berkaitan dengan produksi
mukus trakeobronkial yang berlebihan, sehingga cukup untuk
menimbulkan batuk dan ekspektorasi sedikitnya 3 bulan dalam setahun
dan paling sedikit 2 tahun secara berturut-turut.
b. Emfisema Paru
Menurut WHO, emfisema merupakan gangguan pengembangan paru
yang ditandai dengan pelebaran ruang di dalam paru-paru disertai
destruktif jaringan. Sesuai dengan definisi tersebut, jika ditemukan
kelainan berupa pelebaran ruang udara(alveolus) tanpa disertai adanya
destruktif jaringan maka keadaan ini sebenarnya tidak termasuk
emfisema, melainkan hanya sebagai overinflation. Sebagai salah satu
bentuk penyakit paru obstruktif menahun, emfisema merupakan
pelebaran asinus yang abnormal, permanen, dan disertai destruktif
dinding alveoli paru. Obstruktif pada emfisema lebih disebabkan oleh
perubahan jaringan daripada produksi mukus, seperti yang terjadi pada
asma bronkitis kronis.
c. Asma bronkial
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkial yang mempunyai
ciri bronkospasme periodik(kontraksi spasme pasa saluran napas)
terutama pada percabangan trakeonronkial yang dapat diakibatkan oleh
berbagai stimulus seperti oleh faktor biokemial, endokrin, infeksi,
otonomik, dan psikologi. Asma didefinisakn sebagai suatu penyakit
inflamasi kronis di saluran pernapasan, dimana terdapat banyak sel-sel
induk, eosinofil, T-limfosit, neutrofil, dan sel-sel epitel. Pada individu
rentan, inflamasi ini menyebabkan episode wheezing, sulit bernapas,
dada sesak, dan batuk secara berulang, khususnya pada malam hari dan
di pagi hari.
B. Etiologi
 Etiologi penyakit ini yang sering ditemukan meliputi:
a. Kebiasaan merokok
merokok
Hampir semua perokok menyadari bahwa merokok merupakan
kebiasaan yang salah. Namun sebagaian besar perokok tidak
mampu menghilangkan kebiasaan ini. Resiko mengalami serangan
jantung 2 kali lebih besar bagi prokok berat atau yang merokok 20
batang atau lebih dalam sehari. Bahkan, resiko menghadapi
kematian mendadak 5 kali lebih besar dari pada orang yang tidak
merokok sama sekali. Namun bagi mereka yang dapat berhenti
merokok sama sekali, resiko ini dapat berkurang hampir sama yang
tidak merokok. Sejumlah kecil nikotin dalam rokok adalah racun
bagi tubuh. Nikotin yang terserap dalam setiap hisapan rokok
memang tidak mematikan, tetapi tetap membahayakan jantung.
Terjadi pengerasan pembuluh nadi serta mengacaukan irama
jantung.
b. Infeksi saluran napas atas yang kambuh atau kronis
ISPA
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Penyebab penyakit ini
dapat berupa bakteri, virus dan berbagai mikroba lain. Gejala utama
dapat berupa batuk dan demam, kalau berat, dapat disertai sesak napas
dan nyeri dada. Penanganan penyakit ini dapat dilakukan dengan
istirahat, pengobatan simtomatis sesuai gejala atau pengobatan kausal
untuk mengatasi penyebab, peningkatan daya tahan tubuh dan
pencegahan penularan kepada orang sekitar, antara lain dengan
menutup mulut ketika batuk, tidak meludah sembarang. Faktor
berkumpulnya banyak orang misalnya di tempat pengungsian tempat
korban banjir, juga berperan dalam penularan ISPA.
c. Polusi udara
Emisi kendaraan bermontor
Selama ini orang banyak menduga bahwa andil terbesar dari
pencemaran udara kota berasal dari industri. Jarang di sadari, bahwa
justru yang mempunyai andil sangat besar adalah gas dan partikel yang
di emifisikan ( dikeluarkan ) oleh kendaraan bermontor. Padahal
kendaraan bermontor jumlahnya semakin bertambah besar.
Di kota-kota besar, konstrikbusi gas buang kendaraan bermontor
sebagai sumber pencemaran udara mencapai 60 – 70%. Padahal,
konstribusi gas buah dari cerobong asap industri hanya berpisah 10-
15%, sedangkan sisannya dari sumber pembakaran lain, misalnya dari
rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran hutan, dll
Sebenarnya banyak polutan udara yang perlu di waspadai, tetapi
WHO ( word helalth organization) menetapkan beberapa jenis polutan
yang di anggap serius. Polutan udara yang berbahaya bagi kesehatan
manusia, hewan, serta mudah merusak harta benda adalah partikulat
yang mengandung partikel ( asap dan jelaga ), hidrokarbon, sulfur di
oksida, dan nitrogen oksida. Kesemuanya di emisikan oleh kendaraan
bermontor.
Tingkatan keparahan penyakit PPOK :

Tingkat Nilai FEV1 dan gejala


0 Memiliki satu atau lebih gejala batuk kronis, produksi sputum dan
Beresiko dispnea.
Ada paparan terhadap faktor resiko (rokok, polusi),spirometri
normal.
I FEV1/FVC < 70%, FEV1≥ 80%, dan umumnya, tapi tidak selalu
Ringan ada gejala batuk kronis dan produksi sputum. Pada tahap ini,
pasien biasanya bahkan belum berasa paru-parunya bermasalah.
II FEV1/FVC < 70%, 50% < FEV1 < 80%, gejalamya biasanya
Sedang mulai progresif/memburuk, dengan nafas pendek-pendek.
III FEV1/FVC < 70%, 30% < FEV1 < 50%. Terjadi eksaserbasi
Berat berulang yang mulai mempengaruhi kualitas hidup pasien. Pada
tahap ini pasien mulai mencari pengobatan karena mulai dirasakan
sesak nafas atau serangan penyakit.
IV FEV1/FVC < 70%, FVE1 < 30% atau < 50% plus kegagalan
Sangat berat respirasi kronis. Pasien bisa digolongkan masuk tahap IV jika
walaupun FEV1 > 30%, tapi pasien mengalami kegagalan
pernafaasan atau gagal jantung kanan/cor pulmonary. Pada tahap
ini, kualitas hidup sangat terganggu dan serangan mungkin
mengancam jiwa.
C. Komplikasi
1. Hipoksemia
Hipoksemia didefinisikan sebagai penurunan nialai Pa02 < 55 mmHg,
dengan nilai saturasi oksigen < 85%. Pada awalnya klien akan
mengalmi perubahan mood, penurunan konsentrasi, dan menjadi
pelupa. Pada tahap lajut akan timbul sianosis
2. Asidosis Respiratori
Rimbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2(hiperkapnea). Tanda yang
muncul antara lain nyeri kepala,fatigue,letargi,dizzines,dan takipnea.
3. Infeksi Respirator
Infeksi pernapasan akut disebabkan karena peningkatan produksi
mukus dan rangsangan otot polos bronkial serta edema mukosa.
Terbatasnya aliran udara akan menyebabkan peningkatan kerja napas
dan timbulnya dispnea.
4. Gagal Jantung
Terutama kor pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru),
harus diobservasi terutama pada klien dengan dispnea berat.
Komplikasi ini sering kali berhubungan dengan bronkitis kronis, tetapi
klien dengan emfisema berat juga dapat mengalami masalah ini.
5. Kardiak Disritmia
Timbul karena hipoksemia, penyakit jantung lain, efek obat atau
asidosis respirator
6. Status Asmatikus
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asma
bronkial. Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan,
dan sering kali tidak berespons terhadap terapi yang biasa diberikan.
Penggunan otot bantu pernapasan dan distensi vena leher sering kali
terlihat pada klien dengan asma.

D. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala PPOK dapat mencakup:
1. Penurunan kemampuan melakukan aktivitas fisik atau pekerjaan yang
cukup berat dan keadaan ini terjadi Karena penurunan cadangan paru
2. Batuk produktif akibat stimulasi reflex batuk oleh mucus
3. Dispenea pada aktivitas fisik ringan
4. Infeksi saluran nafas yang sering terjadi
5. Hipoksemia intermiten atau kontinu
6. Hasil tes faal paru yang menunjukkan kelainan yang nyata
7. Deformitas toraks
E. Patofisiologi
Asap rokok, polusi udara dan terpapar alergen masuk ke jalan
nafas dan mengiritasi saluran nafas. Karena iritasi yang konstan ini ,
kelenjar-kelenjar yang mensekresi lendir dan sel-sel goblet meningkat
jumlahnya, fungsi silia menurun, dan lebih banyak lendir yang dihasilkan
serta terjadi batuk, batuk dapat menetap selama kurang lebih 3 bulan
berturut-turut. Sebagai akibatnya bronkhiolus menjadi menyempit,
berkelok-kelok dan berobliterasi serta tersumbat karena metaplasia sel
goblet dan berkurangnya elastisitas paru. Alveoli yang berdekatan dengan
bronkhiolus dapat menjadi rusak dan membentuk fibrosis mengakibatkan
fungsi makrofag alveolar yang berperan penting dalam menghancurkan
partikel asing termasuk bakteri, pasien kemudian menjadi rentan terkena
infeksi.
Infeksi merusak dinding bronchial menyebabkan kehilangan
struktur pendukungnya dan menghasilkan sputum kental yang akhirnya
dapat menyumbat bronki. Dinding bronkhial menjadi teregang secara
permanen akibat batuk hebat. Sumbatan pada bronkhi atau obstruksi
tersebut menyebabkan alveoli yang ada di sebelah distal menjadi kolaps.
Pada waktunya pasien mengalami insufisiensi pernafasan dengan
penurunan kapasitas vital, penurunan ventilasi, dan peningkatan rasio
volume residual terhadap kapasitas total paru sehingga terjadi kerusakan
campuran gas yang diinspirasi atau ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
Pertukaran gas yang terhalang biasanya terjadi sebagai akibat dari
berkurangnya permukaan alveoli bagi pertukaran udara.
Ketidakseimbangan ventilasi–perfusi ini menyebabkan hipoksemia atau
menurunnya oksigenasi dalam darah. Keseimbangan normal antara
ventilasi alveolar dan perfusi aliran darah kapiler pulmo menjadi
terganggu. Dalam kondisi seperti ini, perfusi menurun dan ventilasi tetap
sama. Saluran pernafasan yang terhalang mukus kental atau bronkospasma
menyebabkan penurunan ventilasi, akan tetapi perfusi akan tetap sama
atau berkurang sedikit.
Berkurangnya permukaan alveoli bagi pertukaran udara
menyebabkan perubahan pada pertukaran oksigen dan karbondioksida.
Obstruksi jalan nafas yang diakibatkan oleh semua perubahan patologis
yang meningkatkan resisten jalan nafas dapat merusak kemampuan paru-
paru untuk melakukan pertukaran oksigen atau karbondioksida. Akibatnya
kadar oksigen menurun dan kadar karbondioksida meningkat.
Metabolisme menjadi terhambat karena kurangnya pasokan oksigen ke
jaringan tubuh, tubuh melakukan metabolisme anaerob yang
mengakibatkan produksi ATP menurun dan menyebabkan defisit energi.
Akibatnya pasien lemah dan energi yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi juga menjadi berkurang yang dapat menyebabkan
anoreksia.
Selain itu, jalan nafas yang terhambat dapat mengurangi daerah
permukaan yang tersedia untuk pernafasan, akibat dari perubahan
patologis ini adalah hiperkapnia, hipoksemia dan asidosis respiratori.
Hiperkapnia dan hipoksemia menyebabkan vasokontriksi vaskular
pulmonari, peningkatan resistensi vaskular pulmonary mengakibatkan
hipertensi pembuluh pulmonary yang meningkatkan tekanan vascular
ventrikel kanan atau dekompensasi ventrikel kanan.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk penderita PPOK usia lanjut, sebagai berikut :
1. Meniadakan faktor etiologik atau presipifasi
2. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.
3. Memberantas infeksi dengan antimikrobia. Apabila tidak ada infeksi
anti mikrobia tidak perlu diberikan.
4. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator
( Aminophillin dan Adrenalin ).
5. Pengobatan simtomatik ( lihat tanda dan gejala yang muncul )
- Batuk produktif beri obat mukolitik / ekspektoran
- Sesak nafas beri posisi yang nyaman (fowler) , beri O2
- Dehidrasi beri minum yang cukup bila perlu pasang infuse
6. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
7. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan, O2 harus diberikan
dengan aliran lambat : 1-2 liter/menit.
8. Mengatur posisi dan pola bernafas untuk mengurangi jumlah udara
yang terperangkap.
9. Memberi pengajaran mengenai tehnik-tehnik relaksasi dan cara-cara
untuk menyimpan energy
10. Tindakan “Rehabilitasi”
- Fisioterapi, terutama ditujukan untuk membantu pengeluaran sekret
bronku
- Latihan pernafasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan
pernafasan yang paling efektif baginya.
- Latihan, dengan beban olah raga tertentu, dengan tujuan untuk
memulihkan kesegaran jasmaninya.
- Vocational Suidance : Usaha yang dilakukan terhadap penderita agar
sedapat-dapat kembali mampu mengerjakan pekerjaan semula.
Pengelolaan Psikososial : terutama ditujukan untuk penyesuaian diri
penderita dengan penyakit yang dideritanya.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan radiologi
a) Foto thoraks pada bronkitis kronik memperlihatkan tubular shadow
berupa bayangan garis-garisyang pararel keluar dari hilus menuju
ke apeks paru dan corakan paru yang bertambah.
b) Pada emfisema paru, foto thoraks menunjukkan adanya overinflasi
dengan gambaran diafragma yang rendah yang rendah dan datar,
penciutan pembuluh darah pulmonal, dan penambahan corakan
kedistal.
c) Pada asma bronkhial, foto thoraks menunjukkan kesan
emphysematous, pembesaran jantung serta diafragma mendatar
atau menurun.
2) Test fungsi paru :
a) Spirometri (VEP1, VEP1 prediksi, KVP, VEP1/KVP)
Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi (%) dan atau
VEP1/KVP (%). Obstruksi : % VEP1 (VEP1/VEP1 pred) < 80%
VEP1% (VEP1/KVP) < 75 % - VEP1 merupakan parameter yang
paling umum dipakai untuk menilai beratnya PPOK dan memantau
perjalanan penyakit. Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak
mungkin dilakukan, APE meter walaupun kurang tepat, dapat
dipakai sebagai alternatif dengan memantau variabiliti harian pagi
dan sore, tidak lebih dari 20% • Uji bronkodilator - Dilakukan
dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada gunakan APE
meter. Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8
hisapan, 15 – 20 menit kemudian dilihat perubahan nilai VEP1
atau APE, perubahan VEP1 atau APE < 20% nilai awal dan < 200
ml – Uji bronkodilator dilakukan pada PPOK stabil
b) Pemeriksaan gas darah.
c) Pemeriksaan EKG
d) Pemeriksaan Laboratorium darah
e) Uji provokasi bronkus
f) Pemeriksaan sputum
g) Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum
BAB 3

TINJAUAN KASUS

Asuhan Keperawatan pada klien PPOK

Study kasus

Tn.R, 68 thn, dating ke IGD dengan keluhan pusing, sesk napas dan batuk
riwayat penyakit sekarang: 1 bulan terakhir tiap pagi batuk-batuk sampai dahak
keluar semua. Sesak napas bila menaiki tangga. 2 hari terakhir, pasien mengeluh
demam, batuk, pilek, pusing, dan sesak napas. Berdasarkan anamnesia dan
pemeriksaan spirometri dan foto thoraks, diagnose yang di tegakkan klinis/ dokter
adalah PPOK st III.

Terapi yang diberikan:

Oksigen, setelah stabil, terapi yang di berikan adalah: codein 10 mg po 3x1 dan
seretide MDI tiap 6 jam tanda-tanda vital saat pasien MRS: suhu 38,5 oC, TD
140/90 mmHg, Nadi 100/menit,RR 25x/menit

A. Pengkajian
1. IDENTITAS
Identitas Pasien
Nama : Tn. R
Usia : 60 Th
Jenis kelamin : laki-laki
Status Pernikahan : kawin
Agama : islam
Alamat : semarang
Pekerjaan :-
Dx. Medis : PPOK
No RM :-
Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. S
Usia : 30 Th
Alamat : Semarang
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan pasien : Anak

2. KELUHAN UTAMA
Pasien mengalami pusing sesak nafas dan batuk
3. RIWAYAT KESEHATAN
A. Riwayat Kesehatan Sekarang
2 hari terakhir pasien mengeluh demam, batuk pilek, pusing ,sesak nafas
B. Riwayat Kesehatan Dahulu
1 bulan terakhir tiap pagi batuk-batuk sampai dahak keluar semua, sesak
nafas bila menaiki tangga
C. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat penyakit menurun
4. POLA PENGKAJIAN FUNGSIONAL
A. Pola Persepsi-Managemen Kesehatan
Klien mengatakan bahwa kesehatan itu sangat penting dan berarti dalam
kehidupan. Maka dari itu keluarga Tn.R selalu membawa keluarga yang
sakit berobat ke Rs
B. Pola Nurtisi –Metabolik
Sebelum sakit 1 porsi selalu habis dan selama dirumah sakit makan masih
sama 1 porsi.
C. Pola Eliminasi
Klien mengatakan BAB dan BAK lancar tidak ada masalah. Saat sakit
klien BAB lancar tidak ada masalah.

D. Pola Latihan-Aktivitas
Penilaian Aktifitas
INDEKS KATZ
NO Macam ADL SKORE
0 1 2 3 4
1 Makan V
2 Kontinen ( BAB/BAK ) V
3 Berpindah V
4 Mandi V
5 Ke kamar kecil V
6 Berpakaian V
Keterangan :
1 : Mandiri
2 : Dengan alat bantu
3 : Dibantu orang lain
4 : Dibantu orang lain dan alat
5 : Semua dengan bantuan
Tahapan aktivitas diatas kemudian disebut dengan Indeks Katz secara
beru-rutan, sebagai berikut :
a. Indeks Katz A : mandiri untuk aktivitas 6
b. Indeks Katz B : mandiri untuk aktivitas 5
c. Indeks Katz C : mandiri, kecuali bathing dan 1 fungsi lain
d. Indeks Katz D : mandiri, kecuali bathing, dreesing dan fungsi lain
e. Indeks Katz E : mandiri, kecuali bathing, dreesing, toileting, dan 1
fungsi lain
f. Indeks Katz F : mandiri, kecuali bathing, dreesing, toileting, transfer-
ring, dan 1 fungsi 1 fungsi lain
g. Indeks Katz G : tergantung pada orang lain untuk 6 aktivitas
Dari hasil pengkajian indeks katz dikategorikan klien masuk dalam indeks
katz A

E. Pola Kognitif Perseptual


Pengkajian Fungsi Kongnitif
NO ITEM PERTANYAAN BENAR SALAH
1 Jam berapa sekarang ? V
Jawaban : 09.00 wib
2 Tahun berapa sekarang ? V
Jawaban : 2019
3 Kapan bapak/ibu lahri ? v
Jawaban : 1959
4 Berapa umur bapak/ibu sekarang ? v
Jawaban : 60 tahun
5 Di mana alamat bapak/ibu sekarang ? V
Jawaban : semarang
6 Berapa jumalah anggota keluarga yang tinggal bersama V
bapak/ibu sekarang ?
Jawaban : 5
7 Berapa jumalah anggota keluarga yang tinggal bersama V
bapak/ibu sekarang?
Jawaban :5
8 Tahun berapa hari kemerdekaan indonesia ? v
Jawaban :1945
9 Siapa nama Presiden RI sekarang? v
Jawaban : Joko Widodo
10 Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 1? V
Jawaban :20 19 18 17 16 15 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2
1
JUMLAH BENAR 8 2

Salah 0-3 : Fungsi intelektual utuh

F. Pola Istirahat-Tidur
Sebelum sakit klien mengatakan tidur kurang lebih 7-8 jam dalam sehari
tidur siang 1 jam tidak ada gangguan dalam pola istirahat tidur.
Saat sakit pasien mengatakan tidur kurang nyenyak karena sering batuk
G. Pola Konsep Diri-persepsi Diri
Klien mengatakan tidak malu dengan keadaannya saat ini pasien yakin
akan bisa melakukan aktivitas sehari- hari.
H. Pola Peran dan Hubungan
Klien dapaat berkomunikasi dengan baik pada keluarga perawat dan
dokter.
I. Pola Reproduksi/Seksual
-
J. Pola Pertahanan Diri (Coping-Toleransi Stres )
1. Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda ? Ya TIDAK
2. Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan minat atau
kesenangan anda? YATidak
3. Apakah anda merasa kehidupan anda kosong? YA Tidak
4. Apakah anda sering merasa bosan? YA Tidak
5. Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat? Ya TIDAK
6. Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada
anda? YA Tidak
7. Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda?
Ya TIDAK
8. Apakah anda sering merasa tidak berdaya? YA Tidak
9. Apakah anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar dan
mengerjakan sesuatu yang baru? YA Tidak
10. Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat
anda dibanding kebanyakan orang? YA Tidak 
11. Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini menyenangkan?
Ya TIDAK
12. Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat
ini? YA Tidak
13. Apakah anda merasa anda penuh semangat? Ya TIDAK
14. Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada
harapan? YA Tidak
15. Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya daripada
anda? YA Tidak 
Skor 0 – 5 : Normal
K. Pola Keyakinan Dan Nilai
Klien beragama Islam dan melaksanakan ibadah 5 waktu, tapi selama sakit
pasien melakukan ibadah dan berdoa diatas tempat tidurnya selama sakit.
5. PEMERIKSAAN FISIK
A. Tanda – Tanda Vital
NO TANGGAL TANDA – TANDA VITAL
TD NADI RR SUHU
1 2 4 - 0 9 - 2 0 1 9 140/90 100 25 38,5
2 2 5 - 0 9 - 2 0 1 9 120/80 104 24 37,5
3 2 6 - 0 9 - 2 0 1 9 140/90 90 23 37,0

B. Pemeriksaan Head To Toe


1. Kepala
Mesochepal, rambut putih bersih, tidak ada ketombe
2. Mata
Kedua mata sembab, kedua kelopak mata bawah terlihat hitam, kedua
mata simetris, sclera tidak ikterik, tidak menggunakan alat bantu
penglihatan.
3. Hidung
Lubang hidung simetris, tidak ada polip, bersih, tidak ada secret, dan
dapat mencium bau dengan baik.
4. Mulut dan tenggorokan
 Warna bibir coklat pucat
 Mukosa bibir lembab
 Mukosa mulut merah muda
 Gusi normal/perdarahan (-)
 Lidah merah muda
 Pembengkakan tonsil (-)
 Gangguan bicara (-)
- Palpasi :
 Nyeri tekan (-)
 Massa (-)
5. Telinga
Simetris, bersih, tidak ada serumen, tidak menggunakan alat bantu
pendengaran.
6. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
7. Dada
 Thorak :
Inspiksi : simetris, adanya bentuk dada seperti tong, terlihat
meninggikan bahu untuk bernafas, pengembangan dada kiri dan
kanan sama.
Palpasi : vocal fremitus sama kanan dan kiri
Perkusi : bunyi pekak
Auskultasi : bunyi nafas mengi, rokhi pada paru bagian kanan dan
wheezing pada paru bagian kiri
 Jantung :
Inspiksi : simetris, ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba, teraturdan tidak terlalu kuat
Perkusi : bunyi pekak, tidak ada pelebaran
Auskultasi : bunyi jantung murni. Tidak ada suara tambahan
8. Abdomen :
Inspiksi : simetris, tidak ada luka operasi
Auskultasi : peristaltic usus 8 x/menit
Perkusi : timpani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
9. Genetalia
Bersih,tidak terpasang kateter
10. Integmumen
Tidak ada lesi, kulit terlihat keriput
11. Ekstermitas
 Pemeriksaan kekuatan otot
5 5
5 5
Skala aktivitas mandiri
 Ekstermitas atas : ekstermitas kanan atas dapat bergerak bebas,
sedangkan kiri terpasang infuse RL 20tpm.
 Ekstermitas bawah : tidak ada udema, pasien dapat bergerak bebas
C. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan spirometri dan foto thorax (+) PPOK ST III
Terapi yang di dapat
Oksigen, setelah stabil, terapi yang diberikan codein 10 mg po 3x1 dan
seretide MDI tiap 6 jam

B. Diagnosa
I. Analisis data

No Data Etiologi Problem


1. Ds : Klien mengatakan Peningkatan Bersihan jalan
pusing, sesak nafas, produksi sputum. napas tidak
batuk. efektif.

Do: 1 bulan terakhir tiap


pagi batuk- sampai
dahak keluar semua,
RR
25 x/menit.
2. Ds : 2 hari terakhir pasien Penyakit kronis Resiko tinggi
mengeluh demam, batuk, penyebaran infeksi
pilek, pusing, dan sesak
nafas.

Do : pemeriksaan
spirometri dan foto
thorax diagnosa
PPOK St III suhu :
38,5 °C, TD : 140/ 90
mmHg, nadi : 100
x/menit
3. Ds : pasien mengeluh Penyakit Hipertemia
demam
Do : suhu 38,50C , RR 25
x/menit , nadi 100
x/menit, TD 140/ 90
mmHg

4. Ds : sesak nafas bila Ketidakseimbangan Intoleransi


menaiki tangga. antara suplai dan aktivitas
Do : Nadi 100x/m, RR kebutuhan oksigen
25x/m,
5. Ds : 2 hari terakhir pasien Hiperventilasi Ketidakefektifan
mengeluh sesak nafas. pola nafas
Do : Nadi 100x/m, RR
25x/m,

Berdasarkan analisa data tersebut, dapat disimpulkan di

agnosa keperawatan diantaranya:

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d peningkatan produksi sputum


2. Ketidakefektifan pola napas b.d hiperventilasi
3. Hipertermia b.d penyakit
4. Intoleransi aktivitas b.d Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
5. Resiko tinggi penyebaran inferksi b.d penyakit kronis.

C. Intervensi dan implementasi


No Diagnosa Intervensi Implementasi
1. Bersihan jalan napas tidak  Posisikan pasien  Memberikan posisi
efektif b.d peningkatan untuk fowler atau semi
produksi sputum memaksimalkan fowler
ventilasi.  Menghitung respirasi
Kriteria hasil :  Monitor respirasi setiap 3 jam sekali
 Secara verbal tidak ada dan status O2.  Memberikan obat
keluhan sesak  Kolaborasi dalam ipratropium
 tidak ada batuk dan pemberian bromida dg dosis
jumlah sputum normal pengobatan atas 20mcg 2 hirup 3-4
 jumlah pernafasan dalam indikasi. kali per hari.
batas normal sesuai usia bronkodilator  Mengajarkan klien
 Demonstrasikan menahan dada dan
atau bantu klien batuk efektif dalam
melakukan posisi tegak lurus.
latihan napas
dalam.

2. Ketidak efektifan pola napas  Posisikan pasien  Memberikan posisi


b.d hiperventilasi. untuk fowler atau semi
memaksimalkan fowler
Kriteria hasil : ventilasi.  Menghitung
 Mampu batuk efektif.  Identifikasi pasien frekuensi nafas.
 Mampu bernafas perlunya  Memberikan terapi
dengan mudah. pemasangan alat ogsigenasi dengan
 Frekuensi pernafasan nafas buatan. menggunakan nasal
dalam rentang normal.  Monitor respirasi kanul.
 TTV dalam rentang dan status O2.
normal.

3. Hipertermia b.d penyakit.  Kompres pasien  Memberikan kompres


Kriteria hasil: pada lipat paha dan dengan handuk di
 Suhu tubuh aksila bagian lipat paha dan
rentang normal  Monitor suhu aksila
 Nadi dan RR sesering mungkin.  Menghitung suhu
dalam rentang  Monitor tekanan setiap 2 jam sekali
normal darah, nadi dan RR  Menghitung tekanan
 Tidak ada  Kolaborasi darah, nadi dan RR
pusing pemberian cairan setiap 2 jam sekali.
intravena.  Memberikan cairan
intravena sesuai
anjuran dokter.
4. Intoleransi aktivitas b.d.  Kolaborasi  Memberikan terapi
ketidakseimbangan antara dengan tenaga Oksigen dengan
suplay dan kebutuhan oksigen rehabilitasi medik kecepatan aliran 1
Kriteria hasil: dalam atau 2 ltr/mnt.
 Mampu mealkukan merencanakan  Melakukan
aktivitas sehari-hari progam terapi komunikasi
secara mandiri yang tepat. terapeutik.
 Tanda-tanda vital normal  Bantu pasien  Menghitung tanda
 Sirkulasi status baik untuk tanda vital 3 jam
 Status respirasi : mengembangkan sekali.
pertukaran gas dan motivasi diri dan  Menjelaskan perlunya
ventilasi adekuat penguatan. keseimbangan
 Monitor aktivitas dan istirahat.
perubahan tanda
tanda vital.
 Memberikan
edukasi untuk
memenuhi
kebutuhan secara
mandiri.
5. Resiko tinggi penyebaran  Ajarkan keluarga  Menjelaskan kepada
infeksi b.d Penyakit kronis. dan pasien tanda keluarga pasien tanda
dan gejala infeksi. dan gejala infeksi
Kriteria hasil :  Monitor tanda dan  Memberikan edukasi
 Klien bebas dari tanda gejala infeksi kepada pasien berseta
dan gejala infeksi. sistemik dan lokal keluarga tentang
 Tidak munculnya  Kolaborasi dengan penyakit infeksi.
tanda-tanda infeksi dokter pemberian  memberikan
sekunder. obat anti mikroba. antibiotik.
 Klien dapat  menghitung TTV
mendemonstrasikan setiap 3 jam sekali.
kegiatan untuk
menghindarkan infeksi.

D. Evaluasi

Dx Keperawatan Tgl/jam Tindakan TTD Catatan TTD


Peraw perkembang Peraw
at an at
Bersihan jalan 26  Memberikan S : klien
napas tidak Septemb posisi fowler mengatakan
efektif b.d er 2019 atau semi batuk secara
peningkatan fowler efektif
produksi sputum  Melakukan O: RR
suction 18x/menit
 Menghitung A: masalah
respirasi teratasi
setiap 3 jam P: intervensi
sekali dihentikan
Ketidak 26  Memberikan S : klien
efektifan pola septemb posisi fowler mengatakan
napas b.d er 2019 atau semi mampu
hiperventilasi. fowler batuk efektif
 Menghitung dan bernafas
frekuensi dengan
nafas. mudah.
 Memberikan O:
terapi RR
ogsigenasi 19x/mnt.
dengan N : 80x/
menggunakan mnt
nasal kanul. TD : 110/90
S : 37,5 C
A : masalah
teratasi
P: itervensi
dihentikan
Hipertermi b.d 2  Memberika S:klien
penyakit n kompres mengatakan
dengan demam
handuk di menurun
bagian O: hasil suhu
lipat paha 37oC , RR
dan aksila 20x/menit,
 Menghitun TD 120/90
g suhu mmHg
setiap 2 A: masalah
jam sekali teratasi
 Menghitun P : intervensi
g tekanan dihentikan
darah, nadi
dan RR
setiap 2
jam sekali
Intoleransi 26  Memberika S : klien
aktivitas b.d. septemb n terapi mampu
ketidakseimbang er 2019 Oksigen melakukan
an antara suplay dengan aktivitas
dan kebutuhan kecepatan secara
oksigen aliran 1 atau mandiri
2 ltr/mnt. O:
 Melakukan RR 19x/mnt.
komunikasi N : 80x/
terapeutik. mnt
 Menghitung TD : 110/90
tanda tanda S : 37,5 C
vital 3 jam A : masalah
sekali. teratasi

 Menjelaskan P : intervensi

perlunya dihentikan

keseimbang
an aktivitas
dan
istirahat.

Resiko tinggi 26  Menjelask S: klien


penyebaran septemb an mengatakan
infeksi b.d er 2019 kepada tidak
Penyakit kronis keluarga demam,pusin
pasien g, batuk.,
tanda dan sesak napas,
gejala pilek.
infeksi
 Memberik O : suhu
an 37ºC
edukasi TD
kepada 120/80mmH
pasien g
berseta A: masalah
keluarga teratasi
tentang P:
penyakit Intervensi
infeksi dihentikan
BAB 4
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Penyakit paru obsruksi kronis (PPOK) adalah sekelompok penyakit paru
yang menghambat aliran udara pada pernapasan saat menarik napas atau
menghembuskan napas. Udara harus dapat masuk dan keluar dari paru-
paru untuk memenuhi kebutuhan tubuh.PPOK terdiri dari kumpulan tiga
penyakit yaitu Bronkitis kronik, Emfisema paru dan Asma.
2. Faktor resiko dari PPOK adalah Merokok sigaret yang berlangsung lama,
Polusi udara, Infeksi paru berulang, Umur, Jenis kelamin, Ras, Defisiensi
alfa-1 antitripsin, Defisiensi anti oksidan
3. Manifestasi klinik PPOK adalah pada Lansia, antara lain : Batuk yang
sangat produktif, purulent, dan mudah memburuk oleh iritan-iritan
inhalen, Sesak nafas, Hipoksia dan hiperkapnea, Takipnea, Dispnea yang
menetap.
4. Penatalaksanaan pada penderita PPOK : Meniadakan faktor etiologi dan
presipitasi, Membersihkan sekresi Sputum, Memberantas infeksi,
Mengatasi Bronkospasme, Pengobatan Simtomatik, Penanganan terhadap
komplikasi yang timbul, Pengobatan oksigen, Tindakan ”Rehabilitasi”.
B. SARAN
1. Bagi Lansia
Anjurkan klien untuk tidak merokok,cukup istirahat, menghindari
allergen, mengurangi aktifitas, mendapatkan asupan gizi yang cukup.
2. Bagi Perawat
Sebagai perawat diharapkan mampu membuat asuhan keperawatan
dengan baik terhadap penderita penyakit saluran pernapasan terutama
PPOK. Oleh karena itu, perawat juga harus mampu berperan sebagai
pendidik dalam hal ini melakukan penyuluhan ataupun memberikan
edukasi kepada pasien maupun keluarga pasien terutama mengenai
tanda-tanda, penanganan dan penceganhanya.
DAFTAR PUSTAKA

Kuwalak, Jennifer.P.2011.PATOHFISIOLOGI,Jakarta:EGC

Somantri,Irwan.2009.Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem


pernapasan.Jakarta:Salemba Medika

Syamsudin,Sesilia Andriani keban.2013.Buku ajar Farmakotrapi gangguan


saluran pernapasan.Jakarta:Salemba Medika

Anies.2015.penyakit berbasis lingkungan.Yogyakarta:Ar-Ruzz Media


Herdman,T. Heather.2012.diagnosis keperawatan.Jakarta:EGC

Huda Nurarif,Amin dan Hardi kusuma.2015.Aplikasi asuhan keperawatan


berdasarkan diagnosa medis dan Nanda Nic-Noc.Yogyakarta:mediaction

Anda mungkin juga menyukai