Anda di halaman 1dari 11

BAB III

ANALISA KASUS

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

STIKes PATRIA HUSADA BLITAR

1.1 PENGKAJIAN

LAPANGAN TEORI
JUG 1.Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas 1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan
Pengkajian : Napas
 Batuk Pengkajian :
 Kelainan Suara napas - Dispneu, Penurunan suara nafas
 Produksi sputum - Orthopneu
 Perubahan frekuensi dan irama napas. - Cyanosis
- Kelainan suara nafas (rales,
 Dispneu, Penurunan suara nafas
wheezing)
 Gelisah
- Kesulitan berbicara
 Orthopneu
- Batuk, tidak efekotif atau tidak ada
- Produksi sputum
- Gelisah
- Perubahan frekuensi dan irama
nafas.

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan hasil

pengkajian dilapangan dan teori. Pengkajian pada diagnosa ketidakefektifan

bersihan jalan napas dilapangan tidak didapatkan cyanosis pada pasien di UGD

RS Syuhada Haji dikarenakan kondisi pasien yang dijumpai belum mengalami

bronkitis kronis dimana terjadi peningkatan produksi sputum mukiod

menyebabkan ketidakcocokan ventilasi perfusi sehingga mengakibatkan

terjadinya sianosis. Hasil pengkajian yang didapatkan dilapangan adalah

berdasarkan hasil pengkajian ynag dilakukan sesuai kondisi pasien.

1
LAPANGAN TEORI
2.Ketidakefektifan Pola Napas 2.Ketidakefektifan Pola Napas

Pengkajian : Pengkajian :

 Dyspnea  Penurunan tekanan


 Menggunakan otot bantu inspirasi/ekspirasi
pernapasan  Penurunan pertukaran udara per
 Pernapasan pursed-lip menit
 Pernafasan rata-rata/minimal  Menggunakan otot pernafasan
 Orthopnea tambahan

 Nasal flaring  Nasal flaring

 Penurunan tekanan inpirasi/ekspirasi  Dyspnea

 Penurunan pertukaran udara  Orthopnea

permenit  Pernafasan pursed-lip


 Pernapasan rata-rata/ minimal  Tahap ekspirasi berlangsung
 Bayi : < 25 atau > 60 sangat lama
 Usia 1-4 : < 20 atau > 30  Pernafasan rata-rata/minimal
 Usia 5-14 : < 14 atau > 25 Bayi : < 25 atau > 60
 Usia > 14 : < 11 atau > 24 Usia 1-4 : < 20 atau > 30
Usia 5-14 : < 14 atau > 25
Usia > 14 : < 11 atau > 24

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pengkajian pada diagnosa

ketidakefektifan pola napas saat di lapangan juga sama seperti yang terdapat pada

teori.

2
3.2 DIAGNOSA

LAPANGAN TEORI
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan 1.Ketidakefektifan Bersihan Jalan
Napas. Napas.
Data subjektif : Data subyektif :
 Batuk  Dispneu
 Sesak Data Objektif :
Data objektif - Dispneu, Penurunan suara nafas
 Batuk - Orthopneu

 Gelisah - Cyanosis

 Orthopneu - Kelainan suara nafas (rales,


wheezing)
 Kelainan Suara napas
- Kesulitan berbicara
 Produksi sputum
- Batuk, tidak efekotif atau tidak ada
 Perubahan frekuensi dan
- Produksi sputum
irama napas.
- Gelisah
- Perubahan frekuensi dan irama
nafas.

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa untuk menetapkan

sebuah diagnosa maka harus dilakukan pengkajian pada pasien. Pengkajian yang

dilakukan menghasilkan data dan informasi dari pasien dan data harus memenuhi

kriteria mayor (80 %-100 %).

LAPANGAN TEORI

3
2. Ketidakefektifan Pola Napas 2.Ketidakefektifan Pola Napas
Data Subjektif Data Subjektif
 Sesak  Dyspnea
 Batuk  Napas Pendek
Data Objektif Data Objektif
 Dyspne  Penurunan tekanan
 Menggunakan otot bantu inspirasi/ekspirasi
pernapasan  Penurunan pertukaran udara
 Pernapasan pursed-lip per menit
 Menggunakan otot
 Nasal flaring
pernafasan tambahan
 Orthopnea
 Nasal flaring
 Pernafasan rata-rata/minimal
 Dyspnea
 Bayi : < 25 atau
> 60  Orthopnea
 Usia 1-4 : < 20  Perubahan penyimpangan
atau > 30 dada
 Usia 5-14 : < 14  Nafas pendek
atau > 25  Pernafasan pursed-lip
 Usia > 14 : < 11  Tahap ekspirasi berlangsung
atau > 24 sangat lama
 Peningkatan diameter
anterior-posterior
 Pernafasan rata-rata/minimal
 Bayi : < 25 atau > 60
 Usia 1-4 : < 20 atau > 30
 Usia 5-14 : < 14 atau > 25
 Usia > 14 : < 11 atau > 24

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa untuk menetapkan

sebuah diagnosa maka harus dilakukan pengkajian pada pasien. Pengkajian yang

dilakukan menghasilkan data dan informasi dari pasien dan data harus memenuhi

kriteria mayor (80 %-100 %).

LAPANGAN TEORI
3. - 3.Gangguan Pertukaran Gas

4
Data Subjektif
 Dyspnoe
 Sakit kepala ketika bagun
 Gangguan penglihatan

Data Objektif
- Gangguan penglihatan
- Penurunan CO2
- Takikardi
- Hiperkapnia
- Keletihan
- Somnolen
- Iritabilitas
- Hypoxia
- Kebingungan
- Dyspnoe
- nasal faring
- AGD Normal
- Sianosis
- warna kulit abnormal (pucat,
kehitaman)
- Hipoksemia
- Hiperkarbia
- sakit kepala ketika bangun
- frekuensi dan kedalaman nafas
abnormal

Berdasarkan tabel 3.1 menunjukan bahwa diaognosa gangguan pertukaran gas

tidak ditemukan di lapangan karena untuk menetukan diagnosa tersebut harus

dilakukan pemeriksaan analisa gas darah (AGD ), sedangkan di UGD RS Syuhada

Haji tidak dilakukan pemeriksaan tersebut.

3.3 INTERVENSI

5
LAPANGAN TEORI

1.Ketidakefektifan Bersihan Jalan 1.Ketidakefektifan Bersihan Jalan


Napas. Napas.
Intervensi : Intervensi :
Airway Management Airway Management
 Posisikan pasien untuk  Buka jalan napas dengan chin lift/
memaksimalkan ventilasi jaw thrust
 Auskultasi pernapasan, catat  Posisikan pasien untuk
adanya suara napas tambahan memaksimalkan ventilasi
 Ajarkan dan bantu batuk efektif  Identifikasi pasien perlunya
 Monitor respirasi dan status O2 pemasangan alat jalan napas buatan
 Monitor suara napas tambahan  Lakukan fisio terapi dada jika perlu
 Anjurkan bernapas pelan/ relaksasi  Auskultasi pernapasan, catat adanya
 Berikan terapi O2 suara tambahan.
 Monitor vital sign  Ajarkan dan bantu batuk efektif
 Berikan Bronkodilar, bila perlu.  Anjurkan bernapas pelan/ relaksasi
 Monitor respirasi dan status O2
 Monitor saturasi O2 pasien
 Monitor suara napas tabahan
 Monitor vital sign
 Berikan terapi O2
 Berikan bronkodilator bila perlu
 Berikan pelembab udara Kassa
basah NaCl Lembab.

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa terdapat berbedaan

intervensi di lapangan dengan teori. Intervensi yang dilakukan di lapangan tidak

semua dilakukan seperti yang terdapat pada teori karna intervensi yang diberikan

sesuai dengan kebutuhan pasien yang datang di UGD RS Syuhada Haji.

LAPANGAN TEORI
2. Ketidakefektifan Pola Napas. 2. Ketidakefektifan Pola Napas

Intervensi Intervensi

6
Monitor Respirasi Airway Management
 Monitor jumlah, ritme , kedalaman  Buka jalan nafas, guanakan teknik
dan usaha pernapasan chin lift atau jaw thrust bila perlu
 Monitor pola napas  Posisikan pasien untuk
 Dorong pasien untuk bernapas pelan, memaksimalkan ventilasi
naps dalam  Identifikasi pasien perlunya
 Berikan terapi oksigen tambahan pemasangan alat jalan nafas buatan
 Edukasikan kepada pasien cara  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
melakukan tehnik menggunakan  Keluarkan sekret dengan batuk atau
bibir suction
 Lakukan fisioterapi dada jika perlu  Auskultasi suara nafas, catat adanya
 Keluarkan sekret dengan batuk atau suara tambahan
suction  Catat kapan terjadinya, karakteristik
 Auskultasi suara nafas, catat adanya dan durasi batuk/ sesak
suara tambahan  Ajari dan bantu pasien untuk batuk
 Ajari dan bantu pasien untuk batuk efektif
efektif  Anjurkan minum air hangat
 Jelaskan kepada pasien untuk nafas  Jelaskan kepada pasien untuk nafas
dalam dalam
 Monitor respirasi dan status O2  Monitor respirasi dan status O2
 Monitor keadaan pasien  Monitor keadaan pasien
 Monitor vital sign  Monitor vital sign
 Berikan bronkodilator bila perlu  Berikan bronkodilator bila perlu
 Berikan pelembab udara Kassa
basah NaCl

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa terdapat berbedaan intervensi di

lapangan dengan teori. Intervensi yang dilakukan di lapangan tidak semua

dilakukan seperti yang terdapat pada teori karna intervensi yang diberikan sesuai

dengan kondisi atau keadaan pasien yang datang di UGD RS Syuhada Haji.

7
LAPANGAN TEORI
3.- 3.GANGGUAN PERTUKARAN
GAS.
Intervensi
 Bantuan Ventilasi
 Pertahankan kepatenan jalan nafas
 Bantu dalam hal perubahan posisi
dengan sering dan tepat
 Ajarkan teknik pernafasan dengan
tepat
 beri obat (bronkodilator, inhaler)
yang meningkatkan patensi jalan
dan pertukaran gas
 monitor pernafasan dan status
oksigenasi
 monitor kelelahan otot pernafasan
 auskultasi suara nafas, catat area
penurunan atau tidak adanya
ventilasi, dan adanya suara
tambahan

 Respiratory Monitoring

 Tentukan kebutuhan suction


dengan mengauskultasi crakles dan
ronkhi pada jalan napas utama
 Buka jalan nafas dengan
menggunakan manuver chinlift
atau jaw trust
 Berikan bantuan resusitasi bila
diperlukan
 Posisikan pasien miring, sesuai
indikasi untuk mencegah aspirasi
 Beri bantuan terapi nafas jika
diperlukan seperti nebules
 Monitor rata – rata, kedalaman,
irama dan usaha respirasi
 Catat pergerakan dada,amati
kesimetrisan, penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
 Monitor suara nafas, seperti
dengkur
 Monitor pola nafas : bradipena,
takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
 Monitor kelelahan otot diagfragma

8
(gerakan paradoksis)
 Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan / tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan
 auskultasi suara paru setelah
tindakan untuk mengetahui
hasilnya.

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa terdapat berbedaan

intervensi di lapangan dengan teori. Intervensi yang dilakukan di lapangan tidak

semua dilakukan seperti yang terdapat pada teori karna intervensi yang diberikan

sesuai dengan kondisi atau keadaan pasien yang datang di UGD RS Syuhada Haji.

1.4 IMPLEMENTASI

LAPANGAN TEORI

9
1. Ketiakefektifan Bersihan Jalan 1. Ketiakefektifan Bersihan Jalan
Napas. Napas.
Implementasi : Implementasi :
Airway Management Airway Management
 Memposisikan pasien untuk ventilasi  Membuka jalan napas dengan chin
maksimal lift/ jaw thrust
 Mendengarkan pernapasan, catat bila  Memposisikan pasien untuk
ada suara napas tambahan memaksimalkan ventilasi
 Mengajarkan dan bantu batuk efektif  Mengidentifikasi pasien perlunya
 Memonitor respirasi dan status O2 pemasangan alat jalan napas buatan
 Memonitor vital sign  Melakukan fisio terapi dada jika
 Menganjurkan bernapas pelan/ perlu
relaksasi  Mengauskultasi pernapasan, catat
 Memberikan terapi adanya suara tambahan.
 Ajarkan dan bantu batuk efektif
 Menganjurkan bernapas pelan/
relaksasi
 Memonitor respirasi dan status O2
 Memonitor saturasi O2 pasien
 Memonitor suara napas tabahan
 Memonitor vital sign
 Memberikan terapi O2
 Memberikan bronkodilator bila perlu
 Memberikan pelembab udara Kassa
basah NaCl Lembab.

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan


implementasi di lapangan dengan teori. Implementasi yang dilakukan di lapangan
tidak semua dilakukan karena disesuaikan dengan kondisi pasien, seperti tindakan
membuka jalan napas dengan chin lift/ jaw thrust tidak dilakukan pada semua
kondisi pasien karena tindakan tersebut lebih tepat pada pasien yang mengalami
fraktur servikal. Adapun keterbatasan waktu pasien di UGD RS Syuhada Haji
menyebabkan tidak semua implementasi dilakukan kepada pasien.
LAPANGAN TEORI

10
2.Ketidakefektian Pola Napas. 2. Ketidakefektian Pola Napas.
Implementasi : Implementasi :
ventilasi Management ventilasi Management
 Memonitor jumlah, ritme, Airway Management
kedalaman dan usaha pernapasan.  Buka jalan nafas, guanakan teknik
 Memonitor pola napas chin lift atau jaw thrust bila perlu
 Memposisiskan pasien untuk  Posisikan pasien untuk
ventilasi maksimal memaksimalkan ventilasi
 Berikan terapi O2  Identifikasi pasien perlunya
 Mengajarkan atau mengedukasi pemasangan alat jalan nafas buatan
cara melakukan teknik pernapasan  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
mengunakan bibir pada pasien  Keluarkan sekret dengan batuk
 Monitor vital sign atau suction
 Monitor keadaan pasien  Auskultasi suara nafas, catat
 Memberikan terapi adanya suara tambahan
 Berikan bronkodilator bila perlu  Catat kapan terjadinya,
karakteristik dan durasi batuk/
sesak
 Ajari dan bantu pasien untuk batuk
efektif
 Anjurkan minum air hangat
 Jelaskan kepada pasien untuk nafas
dalam
 Monitor respirasi dan status O2
 Monitor keadaan pasien
 Monitor vital sign
 Berikan bronkodilator bila perlu
 Berikan pelembab udara Kassa
basah NaCl

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan

implementasi di lapangan dengan teori. Implementasi yang dilakukan di lapangan

tidak semua dilakukan karna disesuaikan dengan kondisi dan keterbatasan waktu

pasien yang tersedia di UGD RS Syuhada Haji.

11

Anda mungkin juga menyukai