Berisi Kumpulan Askep, Askeb, Laporan Pendahuluan, KTI, Makalah, dan Masih Banyak Lagi!
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Apabila taraf hidup masyarakat meningkat, ditambah dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran, maka dapat memberikan dampak yang sangat luas bagi masyarakat. Dampak yang
timbul antara lain angka kejangkitan dan kematian penyakit-penyakit infeksi menurun, sedangkan
insidensi penyakit lain (misalnya kardiovaskuler) meningkat. Dampak lainnya ialah usaha harapan hidup
menjadi lebih meninggi dan jumlah anggota masyarakat yang berusia lanjut lebih banyak
(Mangunegoro, 1992).
Dengan pertambahan umur, ditambah dengan adanya faktor-faktor lingkungan yang lain, terjadilah
perubahan anatomik-fisiologik tubuh. Pada tingkat awal perubahan itu mungkin merupakan
homeostasis normal, kemudian bisa timbul homeostasis abnormal atau reaksi adaptasi yang paling akhir
terjadi kematian sel (Kumar et al, 1992).
Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua (menjadi tua) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memeperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Constantindes, 1994).
Salah satu organ tubuh yang mengalami perubahan anatomik-fisiologik dapat timbul pula penyakit-
penyakit pada sistem pernapasan. Umumnya penyakit-penyakit yang diderita kelompok usia lanjut
merupakan: (1) kelanjutan penyakit yang diderita sejak umur muda; (2) akibat gejala sisa penyakit yang
pernah diderita sebelumnya; (3) penyakit akibat kebiasaan-kebiasaan tertentu dimasa lalu (misalnya
kebiasaaan merokok, minum alkohol, dsb); (4) penyakit-penyakit yang mudah terjadi akibat usia lanjut.
Penyakit-penyakit paru yang diderita kelompok usia lanjut juga mengikuti pola penyebab atau kejadian
tersebut (Mangunegoro, 1992).
Menurut data yang ada, infeksi saluran napas bagian bawah akut dan tuberkulosis paru masih
menduduki lima penyakit terbanyak yang diderita oleh masyarakat (Boedhi-Darmojo, 1992; DepKes
RI/SKRT tahun 1980, 1986, 1992). Beberapa peniliti lain menemukan data sebagai berikut:
1. Roesdi tahun 1980 meneliti secara retrospektif terhadap 31.275 orang penderita yang dirawat di
RS Dr. Kariadi selama satu tahun (1980), ditemukn 226 orang penderita usia lanjut. Di antara 226 orang
penderita tersebut 67 orang (29,4%) menderita penyakit paru dalam berbagai jenis.
2. Pranarka tahun 1981, mengadakan survey kesehatan kelompok usia lanjut di daerah pegunungan
di Jawa Tengah (berpenduduk 3.247 jiwa) menemukan sebanyak 274 orang (8,4%) penduduk usia diatas
50 tahun, sebanyak 56 orang (1,7%) menderita penyakit paru, dan 29 orang (0,9%) diantaranya
menderita tuberkulosis paru.
3. Sutanegara di Bali (1987) memeriksa sebanyak 196 orang kelompok pensiunan (usia lanjut) dikota
Denpasar Bali, menemukan 24,5% diantaranya dengan kelainan/penyakit paru.
5. Rahmatullah pada tahun 1993 mengadakan studi retospektif terhadap 55.655 orang penderita
yang dirawat di RS Dr. Kariadi menemukan sebanyak 522 orang usia lanjut menderita penyakit paru
dengan rincian ISPA/pneumoni 16,6%, tuberkulosis paru 25,2%, PPOM 5,6% dan karsinoma paru 4,5%.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
2.5 Untuk mengetahui perubahan anatomik fisiologi sistem pernafasan pada lansia
2.6 Untuk mengetahui faktor-faktor yang memperburuk fungsi paru pada lansia
2.7 Untuk mengetahui penyakit sistem pernafasan yang timbul pada lansia
2.9 Untuk mengetahui dampak dari perubahan sistem pernafasan pada lansia
C. Manfaat
1. Bagi penyusun
2. Bagi pembaca
Diharapkan dapat menjadi salah satu contoh pembuatan makalah pada mata ajar keperawatan gerontik.
Menjadi bahan bacaan untuk menambah wawasan bagi mahasiswa prodi keperawatn tanjungkarang
tentang asuhan keperawatn gerontik pada lansia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
· Sirkulasi paru
Pembuluh darah arteri menuju paru, sedangkan pembuluh darah vena meninggalkan paru.
b. Alveoli
c. Sirkulasi paru
· Rongga Pleura Terbentuk dari dua selaput serosa, yang meluputi dinding dalam rongga dada yang
disebut pleura parietalis, dan yang meliputi paru atau pleura veseralis
· Rongga dan dinding dada Merupakan pompa muskuloskeletal yang mengatur pertukaran gas
dalam proses respirasi
a. Rongga hidung
- Dihangatkan
- Disaring
- Dan dilembabkan
Yang merupakan fungsi utama dari selaput lendir respirasi ( terdiri dari : Psedostrafied ciliated columnar
epitelium yang berfungsi menggerakkan partikel partikel halus kearah faring sedangkan partikel yang
besar akan disaring oleh bulu hidung, sel golbet dan kelenjar serous yang berfungsi melembabkan udara
yang masuk, pembuluh darah yang berfungsi menghangatkan udara). Ketiga hal tersebut dibantu
dengan concha. Kemudian udara akan diteruskan ke
a. Laring
- Selaput/pita suara
- Epilotis
- Glotis
b Trakhea
Merupakan pipa silider dengan panjang ± 11 cm, berbentuk ¾ cincin tulang rawan seperti huruf C.
Bagian belakang dihubungkan oleh membran fibroelastic menempel pada dinding depan usofagus.
c Bronkhi
Merupakan percabangan trakhea kanan dan kiri. Tempat percabangan ini disebut carina. Brochus kanan
lebih pendek, lebar dan lebih dekat dengan trachea. Bronchus kanan bercabang menjadi : lobus superior,
medius, inferior. Brochus kiri terdiri dari : lobus superior dan inferior
4. Alveoli
Membran alveolar :
3. Keseimbangan cairan
6. Endokrin : keseimbangan bahan vaso aktif, histamine, serotonin, ECF dan angiotensin
c. Saluran nafas : akibat kelemahan otot berkurangnya jaringan elastis bronkus dan alveoli
menyebabkan lumen bronkus mengecil, cincin-cincin tulang rawan bronkus mengalami pengapuran
(Widjayakusumah,1992;Bahar, 1990)
d. Struktur jaringan parenkim paru: bronkiolus, duktus alveolaris dan alveolus membesar secara
progeseif terjadi emfisema senilis
a. Gerak pernafasan: adanya perubahan bentuk, ukuran dada, maupun rongga dada akan merubah
mekanika pernafasan amplitudo pernafasan menjadi dangkal timbul keluhan sesak bernafas
b. Distribusi gas: perubahan struktur anatomik saluran gas akan menimbulkan penumpukan udara
dalam alveolus (air traping) ataupun gangguan pendistribusian oksigen
d. Gangguan transport gas: pada usia lanjut terjadi penurunan PaO2 secara bertahap, yang
penyebabnya terutama disebabkan oleh adanya tidakkeseimbangan ventilasi-perfusi,Selain itu diketahui
bahwa pengambilan O2 dalam darah dari alveoli (difusi) dan transport O2 kejaringan –jaringan
berkurang, terutama saat melakukan olahraga
e. Gangguan perubahan ventilasi paru : akibat adanya penurunan kepekaan komoreseptor perifer,
komoreseptor sentral ataupun pusat-pusat pernafasan pada medula oblongata dan pons
C. Pengertian Lansia
1. Kelompok usia lanjut dalam masa prasenium ( 55-64 tahun ) dalam keluarga, organisasi masyarakat
usia lanjut dan masyarakat pada umumnya.
3. Usia lanjut dengan resiko tinggi ( > 70 tahun ) hidup sendiri, terencil, hidup dalam panti, penderita
penyakit berat, cacat dan lain-lain.
Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua (menjadi tua) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memeperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Constantindes, 1994).
Untuk dapat mengatakan bahwa suatu kemunduran fungsi tubuh adalah disebabkan oleh proses menua
dan bukan disebabkan oleh penyakit yang menyertai proses menua , ada 4 kriteria yang harus dipenuhi
(Widjayakusumah, 1992):
1. Kemunduran fungsi dan kemampuan tubuh tadi harus bersifta universal, artinya umum dialami pada
setiap orang
2. Proses menua disebabkan oleh faktor intristik, yang berarti perubahan fungsi sel dan jaringan
disebabkan oleh penyimpangan yang tejadi didalam sel dan bukan oleh faktor luar
3. Proses menua terjadi secara progesif, berkelanjutan, berangsur lambat dan tidak dapat beralik lagi
· Hereditas = keturunan/genetik
· Nutrisi = makanan
· Status kesehatan
· Pengalaman hidup
· Lingkungan
· Stres
1. Otot pernafasan kaku dan kahilangan kekuatan, sehingga volume udara inspirasi berkurang,
sehingga pernafasan cepat dangkal
2. Penurunan aktifitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga potensial terjadi
penumpukan sekret
6. CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga rangmenurun yang kelamaan
menjadi racun bagi tubuh sendiri
7. Kemampualuran nari san batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret dan corpus alium dari
saluran nafas bekurang sehingga potensial terjadinya obstruksi
8. Kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiiringnya dengan
bertambahnya usia
(Constantindes, 1994).
G. Faktor Faktor yang memperburuk fungsi paru
Selain penurunan funsi paru akibat proses penuaan terdapat beberapa faktor yang memperburuk fungsi
paru yaitu antara lain:
1. Faktor merokok
Merokok akan memperburuk fungsi paru yaitu penyempitan saluran nafas.Pada tingkat awal saluran
nafas mengalami penurunan nilai VEP1 yang besarnya tergantung pada beratnya penyakit paru tadi.
2. Obesitas
Pada obesitas, biasanya terjadi penimbunan lemak pada leher, dada dan dinding perut, akan dapat
mengganggu compliance dinding dada.
3. Immobilitas
Immobilitas akan menimbulkan kekakuan atau keterbatasan gerak saat otot-otot berkontraksi, sehingga
kapasitas vital paksa atau volume paru akan relatif berkurang
4. Operasi
Dari pengalaman para ahli diketahui bahwa yang pasti memberikan faal paru adalah: (1) pembedahan
toraks (dada dan jantung);(2) pembedahan abdomen bagian atas;(3)anastesi atau jenis obat anastesi
tertentu
H. Aspek Klinik
Ada beberapa penyakit paru yang menyertai usia lanjut, yang penting ada 4 macam: Pnemoni,
Tuberkulosis paru, Penyakit Paru Obstruksi Menahun (PPOM) dan Karsinoma Paru.
1. Pnemonia
Kejadian Pnemonia pada usia lanjut tergantung pada tiga hal yaitu
Pnemoni pada usia lanjut mempunyai angka kematian yang tinggi kira-kira 40%. Penyebabnya ada tiga
hal
· Pada penderita yang sering disertai berbagai kondisi atau penyakit penyerta.
Penyebab Pnemonia pada usia lanjut dapat bermacam-macam, yang paling sering penyebabnya adalah
kombinasi berbagai kuman. Pada usia lanjut, pnemoni kiomunitas yang disebabkan oleh bakteri gram
positif, sebgaian besar adalah kuman Strep. Pnemoniae.
Gambaran klinik penderita pnemoni pada usia lanjut sering-sering tidak menunjukkan gambaran yang
nyata. Dilaporkan terdapat penurunan kesadaran pada 20% kasus, distensi abdomen pada 5% kasus
tanda dehidrasi 50% pada kasus.
2. Tuberkolosis Paru
Tuberkolosis pada usia lanjut sering dilupakan, karena beberapa hal antara lain keluhan, gejala klinik
maupun gambaran radiologik tidak khas.Seperti lazimnya, penyebab infeksi adalah kuman tahan asam,
M.tuberculosis.
Gejala tersering yang dikeluhkan oleh para penderita tuberkulosis usia lanjut adalah: sesak nafas,
penurunan berat badan dan gangguan mental. Bila tuberkulois reaktivitas dari fokus infeksi
sebelumnya, daerah paru yang sering terserang adalah bagian daerah apeks paru dengan atau
penyebaran kedaerah-daerah lain.
PPOM adalah kelainan paru yang ditandai dengan gangguan fungsi paru berupa memanjangnya periode
ekspirasi yang disebabkan oleh adanya penyempitan saluran nafas dan tidak banyak mengalami banyak
perubahan dalam masa observasi beberapa waktu. Yang termasuk PPOM adalah Bronkitis kronis,
emfisema paru dan penyakit saluran nafas perifer.
Timbulnya penyakit ini dikaitkan dengan faktor-faktor resiko yang terdapat pada penderita, antara lain
merokok sigaret yang berlangsung lama, polusi udara, infeksi paru, berulang, umur, jenis kelamin, ras,
difiensi alfa-1 antitripsin, difiensi antioksidan.Gambaran klinik yang ditemukan adalah gambaran
penyakit paru yang mendasari di tambah tanda-tanda klinik akibat terjadinya obstruksi bronkus.
4. Karsinoma Paru
Beberapa faktor yang telah diketahui berpengaruh terhadap timbulnya karsinoma paru antara
lain,merokok, polusi udara dan bahan industri yang bersifat karsinogenik.Perkiraan penyebabnya adalah
irtasi bahan-bahan yang bersifat karsinogenik dan berlangsung kronis.
Biasanya karsinoma paru tidak tidak memberikan keluhan-keluhan, dan penyakit ditemukan secara
kebetulan saat pemeriksaan umum (general chek up). Karsinoma paru akan memberikan gejala klinik
biasanya kalau sudah lanjut, menimbulkan komplikasi, misalnya menberikan tekanan pada organ di
sekitarnya, metastasis jauh dan sebagainya, sehingga mengganggu fungsi organ lain. Kadang-kadang
gejala yang mencolok yaitu munculnya rasa nyeri pada daerah dada, sesak nafas, hemotisis, timbul
benjolan didada.
Proses penuaan pada seseorang tidak bisa dihindari. Perubahan struktur anatomik maupun fisiologik
alami juga tidak apat dihindari. Pencegahan terhadap timbulnya penyakit-penyakit paru pada usia lanjut
dilakukan pdaa prinsipnya dengan meningkatkan daya tahan tubuhnya dengan memperbaiki keaadan
gizi, menghilangkan hal-hal yang dapat menurunkan daya tahan tubuh misalnya merokok, minum
alkohol dan sebagainya.
Pencegahan terhadap timbulnya beberapa macam penyakit dilakukan dengan ucara yang lazim.
Usaha untuk mencegahnya dilakukan dengan jalan menghambat mengurangi atau meniadakan faktor-
faktor yang mempenaruhi timbulnya infeksi.
Yang bisa dilakukan adalah menghindari kontak person dengan penderitaTB paru atau menghindari
cara-cara penularan lainnya
Sejak usia muda bagi orang-orang yang beresiko tinggi terhadap timbulnya kelainan paru (PPOM dan
karsinoma paru), perlu dilakukan pemantauan secara berkala:
3) Saat dianjurkan bagi mereka yang beresiko tinggi tadi (perokok berat dan laki-laki) menghindari
atau segera berhenti
Ø Bronkitis Kronis
Ø Emfisema Paru
Ø PPOM
Ø TB paru
Ø Kanker paru
2. Sulitnya pendiagnosisan karena gejala-gejala klasik penyakit paru seperti batuk,nyeri dada,
pembentukan sputum, dan demam sering tidak tampak pada pasien lansia.
3. Dengan adanya perubahan sistem pernafasn pada usia lanjut, dapat menjadi kontraindikasi
Tindakan Intervensi Bedah
K. Gangguan
· Pneumonia
1. Definisi
Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru-paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi.
(Price, 1995)
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang
mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat. (Zul, 2001)
2. Etiologi
a. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif seperti : Steptococcus
pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus
influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
b. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini
dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara yang
mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.
d. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya menjangkiti pasien yang
mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001)
F Nyeri pleuritik
F Takipnea
e. Diafoesis
f. Anoreksia
g. Malaise
i. Gelisah
j. Sianosis
F Area sirkumoral
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologis
Pola radiologis dapat berupa pneumonia alveolar dengan gambaran air bronchogram (airspace disease),
misalnya oleh streptococcus pneumonia; bronchopneumonia (segmental disease) oleh karena
staphylococcus, virus atau mikroplasma.
Bentuk lesi bisa berupa kavitas dengan air-fluid level sugestif untuk
b. Pemeriksaan laboratorium
Leukositosis umumnya menandai infeksi bakteri, lekosit normal/rendah dapat disebabkan oleh infeksi
virus/mikoplasma atau pada infeksi yang berata sehingga tidak terjadi respon lekosit. Leukopeni
menunjukkan adanya depresi imunitas.
c. Pemeriksaan bakteriologis
Pemeriksaan yang predominan pada sputum adalah yang disertai PMN yang kemungkinan merupakan
penyebab infeksi.
d. Pemeriksaan khusus
Titer antibodi terhadap virus, legionela dan mikoplasma dapat dilakukan. Nilai diagnostik
didapatkan bila titer tinggi atau ada kenaikan 4x.
Analisa gas darah dilakukan untuk menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan oksigen.
5. Penatalaksanaan
a. Antibiotik
Antibiotik yang sering digunakan adalah penicillin G. Mediaksi efektif lainnya termasuk
eritromisin, klindamisin dan sefalosporin generasi pertama.
b. Kortikosteroid
c. Inotropik
Pemberian obat inotropik seperti dobutamin atau dopamine kadang-kadang diperlukan bila
terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal pre renal.
d. Terapi oksigen
Terapi oksigen diberikan dengan tujuan untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 %
berdasarkan pemeriksaan analisa gas darah.
e. Nebulizer
Nebulizer digunakan untuk mengencerkan dahak yang kental. Dapat disertai nebulizer untuk
pemberian bronchodilator bila terdapat bronchospasme.
f. Ventilasi mekanis
¨ Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan oksigen 100 % dengan menggunakan masker
¨ Gagal nafas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress, dengan atau didapat asidosis
respiratorik.
¨ Respiratory arrest
§ Nyeri pleuritik
§ Dispnea, sianosis
Kriteria Hasil :
§ Menunjukkan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tak ada dispnea atau sianosis
Intervensi :
Mandiri
§ Auskultasi paru catat area penurunan / tak ada aliran udara dan bunyi nafas tambahan (krakles,
mengi)
Kolaborasi
§ Dispnea, sianosis
§ Takikandi
§ Hipoksia
Kriteria Hasil :
§ Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal dan tak
ada gejala distress pernafasan
Intervensi :
Mandiri
§ Awasi suhu tubuh, sesui indikasi. Bantu tindakan kenyamanan untuk menurunkan demam dan
menggigil
§ Pertahankan istirahat tidur
§ Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam dan batuk efektif
Kolaborasi
§ Awasi GDA
3. Pola nafas tidak efektif
§ Proses inflamasi
§ Nyeri
§ Dispnea, takipnea
§ GDA abnormal
Kriteria Hasil :
§ Menunjukkan pola pernafasan normal / efektif dengan GDA dalam rentang normal
Intervensi :
Mandiri
§ Dorong / bantu pasien dalam nafas dalam dan latihan batuk efektif
Kolaborasi
§ Awasi GDA
§ Menggigil, takikandi
Kriteria Hasil :
§ Pasien tidak memperlihatkan tanda peningkatan suhu tubuh
§ Tidak menggigil
§ Nadi normal
Intervensi :
Mandiri
Kolaborasi
§ Awasi kultur darah dan kultur sputum, pantau hasilnya setiap hari
Kriteria Hasil :
Intervensi :
Mandiri
§ Pantau TTV
§ Anjurkan klien memperhatikan pengeluaran sekret dan melaporkan perubahan warna jumlah dan bau
sekret
Kolaborasi
6. Intoleran aktivitas
§ Kelemahan, kelelahan
§ Dispnea, takipnea
§ Takikandi
§ Pucat / sianosis
Kriteria Hasil :
§ Melaporkan / menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur dengan tak
adanya dispnea, kelemahan berlebihan dan TTV dalam rentang normal
Intervensi :
Mandiri
§ Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan
istirahat
7. Nyeri
§ Batuk menetap
§ Nyeri dada
Kriteria Hasil :
Intervensi :
Mandiri
§ Pantau TTV
§ Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.
Kriteria Hasil :
Intervensi :
Mandiri
Faktor resiko :
Kriteria Hasil :
Intervensi :
Mandiri
Kolaborasi
§ Kurang mengingat
§ Kesalahan interpretasi
§ Permintaan informasi
Kriteria Hasil :
Intervensi
Mandiri
§ Diskusikan aspek ketidakmampuan dari penyakit, lamanya penyembuhan dan harapan kesembuhan
· Tuberkulosis Paru
1. Definsi
Paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikobakterium tuberkulosa tipe humanus (
jarang oleh tipe M. Bovinus). TB paru merupakan penyakit infeksi penting saluran napas bagian bawah.
Basil mikobakterium tuberculosa tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran napas (droplet
infeksion) sampai alveoli, terjadilah infeksi primer (ghon). Selanjutnya menyebar ke kelenjar getah
bening setempat dan terbentuklah primer kompleks (ranke). (ilmu penyakit paru, muhammad Amin). Tb
paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang
sangat bervariasi.
2. Etiologi
Penyebabnya adalah kuman mycobacterium tuberculosa. Sejenis kuman yang berbentuk batang denagn
ukuran panjang 1-4 /mm dan tebal 0,3-0,6 /mm. sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid).
Lipid ini adalah yang membuat kuman lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Kuman ini tahan
hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat bertahan-tahan dalam lemari es).
3. Tanda dan Gejala
· Berkeringat pada malam hari walau tanpa kegiatan berat badan menurun (Penyakit infeksi TB
paru dan ekstra paru, Misnadiarly)
4. Pemeriksaan Diagnostik
Ø Kultur Sputum adalah Mikobakterium Tuberkulosis Positif pada tahap akhir penyakit
Ø Tes Tuberkalin adalah Mantolix test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi 48-72 jam)
Ø Poto Thorak adalah Infiltrasi lesi awal pada area paru atas : pada tahap dini tampak gambaran bercak-
bercak seperti awan dengan batas tidak jelas : pada kavitas bayangan, berupa cincin : pada klasifikasi
tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
Ø Bronchografi adalah untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan paru karena Tb paru
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu : Fase Intensif (2-3 bulan) dan Fase Lanjutan (4-7
bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang
digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisin dan
Etambutol. Sedangkan jenis obat tambahan adalah Kanamisin, Kulnolon, Makvolide, dan Amoksilin
ditambah dengan asam klavulanat, derivat rifampisin / INH.
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau sekret darah.
Kriteria hasil :
Intervensi :
· Kaji fungsi pernapasan contoh : Bunyi nafas, kecepatan, irama, kedalaman dan penggunaan otot
aksesori
· Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif : catat karakter, jumlah sputum,
adanya emoptisis
· Berikan pasien posisi semi atau fowler tinggi. Bantu pasien untuk batuk dan latihan napas dalam
Rasionalisasi :
· Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal. Sputum berdarah kental atau darah cerah diakibatkan
oleh kerusakan paru atau luka bronkal dan dapat memerlukan evaluasi
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan sering batuk atau produksi sputum
meningkat.
Kriteria hasil :
· BB meningkat
Intervensi :
· Anjurkan keluarga klien untuk membawa makanan dari rumah dan berikan pada klien kecuali
kontra indikasi
Rasionalisasi :
· Berguna dalam mendefinisikan derajat / luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat
c. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan berhubungan dengan
tidak akurat dan tidak lengkap informasi yang ada.
Kriteria hasil :
Intervensi :
Rasionalisasi :
· Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada tahapan individu
· Dapat menunjukkan kemajuan atu pengaktifan ulang penyakit atau efek obat yang memerlukan
evaluasi lanjut
· Infomasi tertulis menurunkan hambatan pasien untuk mengingat sejumlah besar informasi
· Meskipun merokok tidak merangsang berulangnya TB tetapi meningkatkan disfungsi
pernapasan
d. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan untuk menghindari
pemajanan patogen.
Kriteria hasil :
Intervensi :
· Anjurkan pasien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan pada tisu dan menghindari meludah
Rasionalisasi :
· Orang-orang yang terpajan ini perlu program terapi obat untuk mencegah penyebaran /
terjadinya infeksi
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Pada usia lanjut terjadi perubahan anatomik fisiologik paru dan saluran nafas, antara lain berupa
pengurangan elastic recoil paru, kecepatan arus ekspirasi, tekanan oksigen arteri serta respons pusat
reflek pernafasan terhadap rangasangan oksigen arteri atau hiperkapnia. Hal-hal itu berpengaruh
terhadap mekanisme pertahanan tubuh pada timbulnya penyakit paru.
Penyakit paru yang sering timbul pada usia lanjut adalah infeksi saluran nafas akut bagian bawah
(khususnya pnemoni) tuberkulosis paru, PPPOM dan karsinoma paru.
Untuk mencegah melanjutnya penurunan fungsi paru, antara lain dapat diatasi dengan melakukan olah
raga atau latihan fisik yang teratur, selain meningkatkan taraf kesehatan usia lanjut. Laju penurunan
fungsi paru dapat diketahui dengan pemeriksaan faal paru secara berkala.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan bagi masyarakat pada umumnya dan pembaca pada
khususnya adalah sebagai berikut :
1. Diharapkan masyarakat ataupun pembaca dapat lebih memperhatikan kebersihan para lansia yang
berada disekitar kita terkait kondisi penurunan sistem pernapasan pada usia lansia.
2. Diharapkan masyarakat atau pembaca dapat merawat dengan baik para lansia dan tidak
mengucilkannya akibat kondisinya.
DAFTAR PUSTAKA
Bruner and Sudarth, 2001, Keperawatan Medikal Bedah edisi 8, Vol.1, Jakarta : EGC.
Darmojo, R. Boedhie & H. Hadi Martono, 2000, Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), Jakarta :
Balai Penerbit FKUI.
StanlEy, Mickey & Patricia Gauntlett Beare, 2007, Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2, Jakarta : EGC.
PENUTUP
Atas berkat rahmat Tuhan Y.M.E, kelompok telah menyelesaikan tugas Mata Kuliah Keperawatan
Gerontik, sebagai penilaian tugas kelompok semester 6 ini .Makalah ini disusun, dengan harapan dapat
bermanfaat dan dapat dipahami bagi semua kalangan pendidik (dosen) dan terdidik (seluruh mahasiswa
Jurusan Keperawatan Tanjung Karang, khususnya bagi teman teman kelas Ekstensi 1).
Kelompok menyadari, dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan , maka
kelompok mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai tambahan / perbaikan bagi
makalah yang kelompok 2 buat ini.
Selain itu, kelompok memohon maaf apabila dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kepada Allah SWT. mohon ampun.
Lampiran
Alamat : Jl.
Soekarno-Hatta no.01 Hajimena Bandar Lampung (0721703580)
PENILAIAN MAKALAH
Kelompok : 2 (Dua)
Penilai
Sulastri, M.Kep.,Sp.Jiwa
Alamat : Jl.
Soekarno-Hatta no.01 Hajimena Bandar Lampung (0721703580)
FORMAT PENILAIAN
PRESENTASI KASUS
Kelompok : 2 (Dua)
1 Persiapan 30
Sistematika penulisan
Penggunaan bahasa
Teknik penulisan
Persiapan Ppt
2 Penalaksanaan 30
Waktu penyajian
sesuai
Pembukaan
Sistematika penjelasan
Penguasaan materi
Tanggapan reaksi
Cara bicara
3 Cara penyampaian 30
Sistematis
Rasional
4 Evaluasi 10
Tanggapan terhadap
pertanyaan
Kesimpulan
Keterangan
Pembimbing,
Sulastri, M.Kep.,Sp.Jiwa
1 komentar:
08:32
Posting Komentar
Silahkan Dipilih
Askeb
Askep
Pulsa Termurah
satpel
Satuan Pemyuluhan