Anda di halaman 1dari 8

Asuhan Keperawatan Sirosis Hepatis

A. Pengertian
Sirosis Hepatis adalah penyakit kronis hati akibat tersumbat saluran empedu serta pus
sehingga timbul jaringan baru yang berlebihan yang tidak berhubungan yang dikelilingi oleh
jaringan parut ( Brunner and Suddarth ).

Sirosis Hepatis adalah Ditandai dengan adanya lokus peradangan ,daerah –daerah yang
beregenerasi dan penumpukan jaringan ikat yang di fus. (www.google.co.id ) tanggal 15 Juli
2007.

Sirosis Hepatis adalah Penyakit hati yang di karakteriskan oleh gangguan struktur dan
perubahan degenerasi gangguan fungsi selular dan selanjutnya aliran darah ke hati.
( Marillyn E. Doengoes 1999 )

Sirosis Hepatis adalah Penyakit menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan
jaringan ikat disertai nodul. ( Soeparman 1996 )

Dari beberapa pengertian diatas penulis menarik kesimpulan bahwa Sirosis Hepatis adalah
Penyakit kronis menahun ditandai dengan adanya gangguan struktur hati yaitu timbulnya
jaringan baru yang berlebihan dan tidak saling berhubungan yang dikelilingi oleh jaringan
parut serta gangguan aliran darah ke hati.

B. Patofisiologi
Etiologi timbulnya Sirosis Hepatis melibatkan beberapa faktor penyebab yaitu konsumen
minuman alkohol,defisiensi gizi dengan penurunan asupan protein ,Riwayat penyakit
Hepatitis dan peradangan pada saluran empedu, cholestasis kronik intra, obstruksi aliran vena
hepatic ( gagal jantung kanan ), kelainan metabolisme dan DM. Awal penyakit sirosis hepatis
adalah timbul peradangan hati , hati cenderung membesar menjadi keras dan timbul nyeri di
abdomen. Jika hal ini berlangung terus menerus ukuran hati akan berkurang akibatnya timbul
jaringan parut atau nekrosis hati. Dengan adanya nekrosis hati akan terjadi peningkatan
tekanan vena vortal yang menimbulkan dilatasi pada vena tubuh bagian atas dan ekstremitas
bawah seperti vena esopage, vena para umbilikalis, vena hemoroidalis sehingga darah akan
mengalir dan berkumpul pada vena – vena tersebut. Jika hal ini terus berlanjut maka vena-
vena tersebut akan pecah dan terjadi pendarahan atau varises esofagus, hemoroid, Kaput
modusa atau penonjolon umbilikalis. Adanya gangguan aliran darah balik vena tersebut maka
dapat timbul tanda & gejala yaitu 1). Secara manifestasi dini seperti demam,nyeri timbul atau
perasaan berat pada kuadran kanan atas ( 50 % penderita ), hati keras dan mudah teraba,
mual, muntah dan tidak nafsu makan, penurunnan berat badan, kelemahan, diare, konstipasi.
2 ) Manifestasi lanjut seperti kegagalan sel hati dan hpertensi vorta. Serta terjadi
penurunan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak di hati yang dapat menimbulkan
ascites, splenomegali, hidrothork, edema, ikterus, anemia serta feces berwarna pecat,
perdarahan,impotensi, spide naevi, eritema palmalis,ginekomastia. Jika penyakit ini terus
berlanjutakan menimbulkan komplikasi seperti Perdarahan gastrointestinal, hipertensi portal
meimbulkan varises oesopagus, koma hepatikum, ulkus peptikum, karsinoma hepatosellural,
infeksi, ensephalopati hepatika, ascites dan kematian.
C. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada klien Sirosis Hepatis didasarkan pada gejala yang ada . (
Menurut Brunner and Suddarth 1999 dan Soeparman 1996 ).
1. Medis
a. Antasid : Untuk mengurangi distres lambung dan meminimalkan perdarahan gastroentestinal.
b. Vitamin & Suplemen nutrisi : Akan meningkatkan kesembuhan pada sel-sel hati yang rusak
dan memperbaiki status gizi klien.
c. Preparat diuretik : Mempertahankan kalium (spironolaktum) untuk mengurangi ascites.
d. Preparat anti inflemasi ( Colchicine ) : Untuk mengobati gejala out.
e. Untuk pendarahan esofagus pemberian cairan dekstrose atau salin.Bila Hb dibawah 9 gr %
dan transfusi darah secukupnya. Vasopresin 2 amp 0.1 gr dalam D5 % selama 4 jam.
f. Pada klien esophalopati koreksi faktor pencetus seperti pemberian KCL pada hipokalemia,
mengurangi protein berikan DH I. Aspirasi cairan pada lambung yang mengalami pendarahan
pada varises esopagus, dilakukan klisma untuik mengurangi absorpsi bahan nitrogen dan
pemberian dhipalae 2x2 sendok makan. Pemberian neomisin peroral dan untuk sterilisasi
usus dan pemberian antibiotik (Ampisilin atau Sefalosporin ).

Paracentesis : tergantung kondisi klien ( sesak nafas ) karena cairan asites mengandung
albumin.
Diuretik : aldosteron, lasix.

2. Keperawatan
a. Mendukung istirahat dan kenyamanan
b. Mendukung asupan nutrisi dengan pemasangan NGT
c. Mencegah infeksi
d. Mencegah perdarahan
e. Menganjurkan klien untuk menghentikan penggunaan alkohol, obat-obatan dan merokok.

3. Diit
a. Diit asupan protein, kalori dan lemak ( DH II-IV ) bila ensephalopati protein dikurangi (DH I
) natrium.
b. Diit rendah garam 0,5 /hari dan total cairan 1.5 1/hari.

Ada beberapa macam tipe Sirosis Hepatis atau pembentukan jaringan parut dalam hati
1. Sirosis portal laenac ( Alkoholik,Nutrisional ) dimana jaringan parut secara khas mengelilingi
daerah portal .
2. Sirosis pasca nekrotik, terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat lanjut dari
hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.
3. Sirosis billier, Adanya jaringan parut pada hati di sekitar saluran empedu Sirosis billier terjadi
akibat obstruksi billier yang kronis dan infeksi.

D. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan sirosis hepatis menurut doengoes 1999.
1. Aktifitas / latihan
Kelemahan, kelelahan, terlalu lelah, letergi, penurunan masa otot / tonus.

2. Sirkulasi
Riwayat gagal ginjal kronik, perikarditis, penyakit jantung reumatik kanker (Malfungsi hati
menimbulkan gagal hati )Disritmia,distensi vena abdomen.
3. Eliminasi
Flatus, distensi abdomen (Hepatomegali, splenomegali, asites, Penurunan bising usus feces
warna tanah liat, melena, urine gelap, pekat.

4. Makanan / cairan
Anorexia,tidak toleran terhadap makanan / tak dapat mencerna, mual / muntah penurunan
berat badan atau peningkatan cairan, edema, kulit kering, turgor buruk, ikterik, nafas berbau
keton / Feor hepatikus.

5. Neurosensori
Orang terdekat dapat melaporkan perubahan kepribadian,, penurunan mental, perubahan
mental, halusinasi, lambat bicara, asterik.

6. Nyeri / kenyamanan
Nyeri tekan abdomen / nyeri kuadran kanan atas, pruritus, neuritis perifer, perilaku hati-hati,
pokus pada diri sendiri.

7. Pernafasan
Dispnea, takipnea, pernafasan dangkal, bunyi nafas tambahan, ekspansi paru
terbatas,hipoksia

8. Keamanan
Pruritus, demam (Lebih umum pada Sirosis alkoholik) ikterik, ikimosis petikie,angioma
spider .

9. Seksualitas
Gangguan menstruasi, impoten, altrofi, testis, ginekosmatia, kehilangan rambut (dada bawah
lengan, pubis ).

10. Penyuluhan / pembelajaran


Riwayat penggunaan alkohol jangka panjang / empedu, hepatitis terpajan pada toksin ,trauma
hati, perdrahan GI atas, episode perdarahan varises esopagus, penggunaan obat yang
mempengaruhi fungsi hati.

Pemeriksaan diagnostik
a. Skan / biopsi hati : Mendeteksi infiltrat lemak, fibrosis, kerusakan, jaringan hati.
b. Kolesisitografi/ kolongiorafi : Memperlihatkan penyakit ductus empedu yang mungkin
sebagai faktor predisposisi.
c. Eofagoscofi : Dapat menunjukan varises esofagus
d. Portografi transhepatitis perkutaneus : Memperlihatkan struktur sistem vena portal.
e. Billirubin serum : Meningkat karena gangguan seluler, ketidakmampuan hati untuk
mengkonjugasi / obstruksi bilier.
f. AST ( SGOT ) / ALT ( SGPT ) LDH : Menigkat karena seluler dan mengeluarkan enzim.
g. Alkalin fosfatase : Meningkat karena penurunan ekskresi
h. Albumin serum : Menurun karena penekanan sintesis
i. Darah lengkap : Hb / Ht dan SD mungkin menurun karena pendarahan kerusakan SDM dan
anemia terlihat dengan hipersplenisme dan defisiensi besi leukopenia mungkin ada sebagai
akibat hipersplenisme.
k. Masa protrombin / PTT : Memanjang ( Penurunan sintesis protrombin )
l. Anemia serum : Meningkat karena ketidakmampuan untuk berubah dari amonia.
m. BUN : Meningkat menunjukan kerusakan darah / protein menjadi urea.
n. Fibrinogen : Menurun.
o. Glukosa serum : Hipokalemia diduga mengganggu glikogenesis
p. Elektrolit : Hipokalemia menunjukan peningkatan aldosteron, meskipun berbagai
ketidakseimbangan dapat terjadi.
q. Kalsium : Mungkin menurun sehubungan dengan gangguan absorpsi vitamin D.
r. Pemberian nutrien : Defisiensi vit A, B12, C, K , asam folat dan besi.
s. Urobilinogene urine : Ada / tidak ada. Bertindak sebagai penunjuk untuk membedakan
penyakit hati, penyakit hemolitik dan obstruksi bilier.
t. Urobilinogene fekal : Menurunkan ekskresi
u. Foto sinar X pada abdomen
Untuk mengetahui ukuran hati, udara dan kista pada hati dan traktus billier, kalsifikasi hati
dan aktifitas massif.
v. Radioisotop hati : Menunjukan guratan pada hati yang abnormal dan mengidentifikasi adanya
massa pada hati.
w. Pemriksaan angiografi : Untuk mengidentifikasi tempat perdarahan.

E. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan berdasarkan analisa data menurut Doengoes 1999, Brunner and
Suddarth 2001 ditemukan diagnosa keperawatan sebagai berikut :

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat sekunder terhadap anorexia.
2. Kelebihan volume cairan tubuh berhubungan dengan hipertensi portal sekunder terhadap
Sirosis Hepatis
3. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilitas sekunder terhadap
kelemahan.
4. Resiko tinggi terhadap take efektif pola pernafasan berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru.
5. Resiko tinggi terhadap proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologi sekunder
terhadap peningkatan kadar amonia serum.
6. Resiko tinggi terhadap (hemoragi) cedera berhungan dengan hipertensi portal
7. Gangguan harga diri / citra tubuh berhubungan dengan perubahan peran fungsi
8. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan
9. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurangnya informasi.
10. Resiko tinggi terhadap perdarahan berhubungan dengan hipertensi portal.

F. Perencanaan
Setelah diagnosa keperawatan ditemukan, dilanjutkan dengan perencanaan dan evaluasi
untuk setiap diagnosa keperawatan :
DX 1: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat sekunder terhadap Anorexia
Tujuan : kebutuhan nutri si terpenuhi
Kriteria evaluasi : 1) Bertambah berat badan, 2) Melaporkan peningkatan selera makan
3) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi lebih lanjut, 4) Turut serta dalam upaya memelihara oral
hygiene, 5) Nilai laboratorium dalam batas normal.
Perencanaan : 1) Timbang berat badan, 2) Berikan makan sedikit tapi sering, 3) Berikan
perawatan mulut sering dan sebelum makan, 4) Awasi periksaan
laboratorium,
5) Konsul ahli diet, 6) Berikan obat sesuai indikasi, 7) Berikan makanan halus,hindari
makanan kasar sesuai indikasi.

DX 2 : Kelebihan volume cairan berhubungan dengan intake cairan yang berlebihan


Tujuan : Menunjukan volume cairan yang stabil.
Kriteria evaluasi : 1) Memperlihatkan peningkatan haluaran urine, (2 Memperlihatkan
pengecilan lingkar perut, (3 Tanda –tanda vital dalam batas normal, 4) Tidak ada edema
5) Mengikuti diit rendah natrium dan pembatasan cairan, (6 Hasil laboratorium dalam batas
normal.
Perencanaan: 1) Awasi tanda tanda vital, 2) Ukur lingkar abdomen, 3) Dorong untuk tirah
baring bila ada asites, 4) Awasi albumin serum dan elektrolit, 5) Timbang berat badan, 6)
Batasi asupan natrium dan cairan, 7) Berikan diuretik, 8) Ukur masukan dan haluaran, 9)
Berikan albumin sesuai indikasi.

DX 3 : Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan asites


Tujuan : Mempertahankan integritas kulit.
Kriteria evaluasi : 1) Memperlihatkan turgor kulit normal pada ekstremitas, 2) Tidak ada
luka dikulit, 3) Tidak ada edema dan tidak ada perubahan warna kulit, 4) Menunjukan prilaku
/ tehnik untuk merncegah kerusakan kulit, Perencanaan : 1) Ubah
posisi dengan sering dan latihan rentang gerak pasif / aktif, 2) Tinggikan ekstremitas, 3)
Pertahankan sprei kering dan bebas lipatan, 4) Berikan perawatan kulit dengan lotion.

DX 4 : Resiko tinggi terhadap take efektif pola pernafasan berhubungan dengan


penurunan ekspansi paru.
Tujuan : Pola pernafasan efektif
Kriteria evaluasi : 1) Tidak edema, 2) nilai GDA dalam batas normal, 3) Tanda-tanda vital
dalam batas normal, 4) Tidak ada sianosis.
Perencanaan : ) Pertahankan kepala tempat tidur tinggi, 2) Ubah posisi dengan sering
3) Selidiki perubahan tingkat kesadaran, 4) Berikan oksigen tambahan, 5) Siapkan untuk
prosedur parasintetis / pirauperitoneovena, 6)Auskultasi suara nafas, catat crakles,wheezing /
ronchi.

DX 5 : Resiko tinggi terhadap hemoragi cedera berhubungan dengan hipertensi


portal
Tujuan : Tidak terjadi perdarahan
Kriteria evaluasi : 1) Tidak menunjukan adanya perdarahan, 2) Nilai laboratorium dalam
batas normal (Hb,Ht ), 3) Tanda tanda vital dalam batas normal, 4) Haluaran urine dalam
batas normal, 5) Tidak ada memar dan hematom
Perencanaan : 1) Observasi warna dan konsistensi feces, 2) Awasi tanda – tanda vital
3) Observasi adanya pechie,perdarahan dan ekimosis, 4) Awasi nilai laboratorium (Hb,Ht ),
5) Berikan obat sesuai indikasi, 6 ) catat adanya perubahan mental / tingkat kesdaran, 7)
Sarankan untuk memakai sikat gigi yang lembut. 8) Hindarkan pengguanaan obat yang
mengandung aspirin.

DX 6 : Resiko tinggi terhadap perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan


fisiologis sekunder terhadap penigkatan kadar amonia serum
Tujuan : Perebaikan status mental / orientasi dengan kenyataan.
Kriteria evaluasi : 1) Kadar amonia dalam batas normal, 2) Orientasi terhadap
waktu,tempat dan orang, 3) Pola tidur normal, 4) Mempertahankan / menunjukan perhatian
terhadap aktivitas di lingkungan
Perencanaan : 1) Observasi perubahan perilaku dan mental, 2) Catat adanya ikterik, 3)
Orientasikan kembali pada tempat,waktu dan orang, 4) Pertahankan kenyamanan , berikan
lingkungan yang tenang, 5) Pertahankan tirah baring, 6) Awasi laboratorium seperti
amonia,PH,BUN,GDS,DL, 7) Berikan oksigen tambahan dan obat sesuai indikasi

DX 7 : Gangguan harga diri / citra tubuh berhubungan dengan perubahan peran fungsi
Tujuan : Mempertahankan citra tubuh
Kriteria evaluasi : 1) Menyatakan akan perubahan dan penerimaan diri pada situasi yang
ada, 2) Mengidentifikasi perasaan dan metoda koping terhadap persepsi diri negatif
Perencanaan : 1) Diskusikan situasi / dorong pernyataan takut, 2) Dukung / berikan
perawatan dengan positif, 3) Dorong keluarga untuk berpartisifasi pada perawatan, 4)
Rujuk ke pelanyanan konselor, 5) Kaji koping klien dan keluaraganya terhadap perubahan
penamplan.

DX 8 : Kurang pengetahuan (Kebutuhan belajar )tentang kondisi, prognosis dan


kebutuhan pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
Tujuan : Klien dan keluarga klien memahami melalui diskusi yang interaktif.
Kriteria evaluasi : 1) Menyatakan pemahaman proses penyakit, 2) Menghubungkan dengan
gejala dengan factor penyebab, 3) Melakukan perubahan pola hidup dan partisifasi dalam
perawatan.
Perencanaan : 1) Diskusikan pembahasan natrium, 2) Tekankan pentingnya nutrisi yang
baik, 3.) Berikan diit tertulis, 4) Instruksikan orang terdekat untuk memberitahu pemberi
perawatan akan adanya bingung, tidak rapi, tidur berjalan, 5) Tekankan pentingnya
menghindari alkohol.

Penatalaksanaan
Pelakasanaan menurut Patricia A.Potter ( 2005 ) adalah sebagai berikut:
1. Pengertian
Implementesi adalah Kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan
untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan
disesuaikan ( Patricia A. Potter 2005 )
2. Langkah-langkah yang diperlukan dalam pelaksanaan menurut Patricia A.Potter (2005)adalah
sebagai berikut :
a. Mengkaji ulang klien
Fase pengkajian ulang terhadap komponen implementesi memberikan mekanisme bagi
perawat untuk menentukan apakah tindakan keperawataan yang diusulkan masih sesuai.

b. Menelah dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan yang ada sebelum memulai
perawatan. Perawat menelah rencana asuhan dan membandingkannya dengan data pengkajian
untuk memvalidasi diagnosa keperawatan yang dinyatakan dan menentukan apakah
intervensi keperawatan yang paling sesuai untuk situasi klinis saat itu. Jika status klien telah
berubah dan diagnosa keperawtan dan intervensi keperawatan harus
dimodifikasi.

Modifikasi rencana asuhan keperawatan yang telah ada mencakup beberapa langkah
1. Data dan kolom pengkajian direvisi sehingga mencerminkan status kesehatan
terbaru klien
2. Diagnosa keperawatan direvisi diagnosa keperawtan yang tidak relevan dihapuskan dan
diagnosa keperawatn yang baru ditambahkan dan dibri tanggal.
3. Metode implementasi spesifik direvisi untuk menghubungkan dengan diagnosa
keperawatan yang baru dan tuuan klien yang baru.
4. Perawat mengevaluasirespon klien terhadap tindakan keperawatn jika respon klien tidak
konsisten dengan hasil yang diharapkan diperlukan revisi lebih lanjut terhadap rencana
asuhan .

c. Mengidentifikasi bidang bantuan


Benerapa situasi keperawatan mengharuskan perawat untuk mencari bantuan seperti
tambahan tenaga,pengetahuan atau ketrampilan keperawatan.

d. Mengimplementasikan intervensi keperawatan


Metoda untuk mencapai tujuan asuhan keperawatn yang terdiri dari :
1. Membantu dalam melakukan aktivatas kehidupan sehari-hari
2. Mengkonsulkan dan menyuluh klien dan keluarganya
3. Memberi asuhan keperawatan langsung
4. Mengawasi dan mengevaluasi

e. Mengkomunikasikan intervensi keperawatan


Intervensi keperawatandikomunikasikan secara verbal ketika dituliskan ,intervensi
keperawatan dipadukan kedalam rencanaasuhan keperawatan dan catatan medis klien.
Sete;lah intervensi diterapkan respon klien terhadap pengobatan dixcatatkan pada lembar
catatan yang sesuai . Informasi ini biasanya mencakup diskripsi singkat tentang pengkajian
kepearwatan ,prosedur spesifik dan respon klien.

Evaluasi
Evaluasi menurut Patricia A. Potter (2005 )
Evaluasi adalah membandingkan data subjek dan objek yang dikumpulkan dari klien,perawat
lain,dan keluarga untukmenentukan tingkat keberhasilan dalam memenuhi hasil yang
diharapkan yang ditetapkan selama perencanaan.

Langkah-langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respon klien terhadap tindakan
keperawatn dan kemajuan klien kearah tujuan . Tujuan asuhan keperawatan untuk membantu
klien menyelesaikan masalah kesehatan aktual,mencegah kekambuhan darimaslah
potensialdan mempertahankan status sehat.Evaluasiterhadap asuhan menetukan apakah
tujuan ini telah terlaksana.

Aspek lain darievaluasi mencakuppengukuran kwalitas asuhan keperawatan yang diberikan


dalam lingkungan perawatan kesehatan. Ada tiga tipe indikatorkwalitas yaitu Struktu , proses
dan hasil. Evaluasi kapan saja perawat berhubungan dengan klienpenekananya kepada hasil
klien.

Jenis-jenis evaluasi
1. Evaluasi perawatan
Pemantauan indikatorkwalitas mengevaluasi apakah proses yang secara spesifikditetapkan
mencapai hasilyang di inginkan

2. Pemecahan masalah
Setelah mengevaluasi factor-factor pemberat pada masalah kwalitas staf mengembangkan
rencana tindakan untukmemperbaiki proses dan hasil yang diharapkan.
3. Evaluasi perbaikan
Setelah menerapkan suatu rencan tindakan untuk meningkatkan kwalitas keperawatanstaf
harus mengevaluasi keberhasilan rencana.
4. Komunikasi hasil
Hasil dari aktivitas Q1 harus di komunikasikan pada staf disemua bagian organisasi yang
sesuai.

Dokumentasi didefenisikan sebagai salah satu yang tertulis/teratur untuk diandalkan sebagai
catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang.Catatan medis harus mendiskripsikan
tentang status dan kebutuhan klien yang komfrehensif juga diberikan untuk perawatan klien.

Beberapa tipe pencatatan yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi tentang


klien. Catatan mendasar mengandung informasi berikut identifikasikan klien dan data
demografi klien , surat izin untuk pengobatan dan prosedur,riwayat keperawatan saat masuk,
diagnosa keperawatan , rencana asuhan keperawatan, Catatan tentang tindakan asuhan
keperawatan,dan evaluasi keperawatan, riwayat medis,diagnosa medis,pesanan theraupetik ,
catatan perkembangan medis dan disiplin kesehatan , laporan tentang pemeriksaan
fisik,laporan tentang diagnostik,ringkasan tentang proseduroperatif,rencana pemulangan dan
ringkasan pemulangan.

Anda mungkin juga menyukai