Dosen Pengampu :
Ns. Tiara, S.Kep,.MNS
Alhamdulillah, puji dan syukur senantiasa Kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusun mendapatkan kemudahan
dalam menyelesaikan tugas Asuhan Keperawatan Kritis ini tepat pada waktunya.
Kami sangat menyadari keterbatasan dan ilmu pengetahuan yang ada, sehingga hasil
tugas ini perlu adanya pengkajian dan pengembangan lagi. Maka kami harapkan kritik dan
sarannya.
Kami berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menambah
wawasan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER................................................................................................ i
KATA PENGANTAR........................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 1
B. Tujuan............................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi DIC................................................................................... 3
B. Etiologi DIC................................................................................... 3
C. Patofisiologi DIC........................................................................... 4
D. Manisfestasi Klinis DIC................................................................. 4
E. Pemeriksaan Penunjang DIC......................................................... 4
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 18
B. Saran............................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
DIC terjadi pada pasien dengan kondisi buruk yang bermanisfestasi sebagai
perdarahan yang terjadi pada kulit (purpura) dan jaringan lainnya. 30-50% pasien dengan
sepsis akan menderita DIC (Yamamuto, 2014). Begitu pula pernyataan dari levi, (2016)
yang menyatakan bahwa diperkirakan sebanyak 1% pasien yang dirawat di rumah
sakitakan mengalami DIC. Hal tersebut timbul sebagai komplikasi dan berbagai
penyakitserius yang bahkan mengancam nyawa. DIC ini merupakan kelanjutan dari
peristiwa yang terjadi pada jalur koagulasi. Pada permulaannya terdapat aktivasi yang
tidak terkontrol dari faktor pembekuan pada pembuluh darah, yang menyebabkan
pembekuan darah pada seluruh tubuh. Penurunan jumlah trombosit tubuh dan faktor
koagulasi meningkatkan terjadinya resiko perdarahan. DIC bukan merupakan suau
diagnosa yang spesifik, tappi biasanya merupakan indikasi adanya penyakit yang
mendasari.
DIC ini paling sering ditemukan pada pasien dengan sepsis berat (severe sepsis)
dan syok septik, begitu pula dengan bakteremia, termasuk kedua organisme gram positif
dan gram negatif paling sering dikaitkan dengan DIC, organisme lain (misalnya, virus,
jamur, dan parasit) juga dapat menyebabkan DIC. Perkembangan dan keparahan dari DIC
akibat sepsis berat dapat mengakibatkan kematian karena DIC ini dapat mengancam
nyawa sehingga harus diterapi secara tepat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi DIC?
2. Bagaimana etiologi DIC?
3. Bagaimana patofisiologi DIC?
4. Apa manisfestasi klinis DIC?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang DIC?
6. Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan DIC?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui DIC
2. Untuk mengetahui etiologi DIC
3. Untuk mengetahui patofisiologi DIC
4. Untuk mengetahui manisfestasi klinis DIC
1
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang DIC
6. Untuk mengetahui konsep Asuhan Keperawatan DIC
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi DIC
Disseminated Intravaskuler Coagulation (DIC) adalah suatu keadaan dimana
bekuan-bekuan darah kecil tersebar di seluruh aliaran darah, menyebabkan penyumbatan
pada pembuluh darah, menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah kecil dan
berkurangnya faktor pembekuan yang diperlukan untuk mengendalikan perdarahan.
Disseminated Intravascular Coagulation adalah suatu sindrom yang ditandai
dengan adanya perdarahan/kelainan pembekuan darah yang disebabkan oleh karena
terbentuknya plasmin yakni suatu spesifik plasma protein yang aktif sebagai fibrinolitik
yang di dapatkan dalam sirkulasi (Healthy Cau’s)
Disseminated Intravascular Coagulation adalah gangguan dimana terjadi
koagulasi atau fibrinolisis (destruksi bekuan). DIC dapat terjadi pada sembarang
malignansi, tetapi yang paling umum berkaitan dengan malignansi hematologi seperti
leukemia dan kanker prostat, traktus GI dn paru-paru. Proses penyakit tertentu yang
umumnya tampak pada pasien kanker dapat juga mencetuskan DIC termasuk sepsis,
gagal hepar dan anfilaksis.
B. Etiologi DIC
Perdarahan dapat terjadi karena :
1. Hipofibrinogemia
2. Trombositopenia
3. Beredarnya antikoagulan dalam sirkulasi darah (hasil perombakan fibrinogen)
4. Fibrinolisis berlebihan
1. Infeksi (DHF, sepsis, meningitis, pneumonia berat, malaria tropika, infeksi oleh
beberapa jenis riketsia)
2. Komplikasi kehamilan (solusio plasenta, kematian janin intrauterin, emboli cairan
amnion)
3. Setelah operasi (operasi baru, by pass cardiopulmonal, lobektomi, gastrektomi,
splenektomi)
4. Keganasan (karsinoma prostat, karsinoma paru, leukimia akut)
3
C. Patofisiologi
Koagulasi intravaskular diseminata (disseminated intravascular coagulation, DIC)
adalah efek dalam koagulasi yang ditandai dengan perdarahan dan koagulasi simultan.
DIC adalah hasil stimulasi abnormal dari proses koagulasi normal sehingga selanjutnya
terbentuk trombi mikrovaskular yang tersebuar luas dan kehabisan faktor pembekuan.
Sindrom ini dipicu oleh berbagai penyakit seperti sepsis, trauma multipel, luka bakar, dan
neoplasma. DIC dapat dijelaskan sebagai dua proses koagulasi yang terkendali dengan
tepat yang menjadi terakselerasi dan tidak terkendali. Pada mulanya, cedera pada jaringan
yang disebabkan oleh penyakit primer (mis, infeksi atau trauma) mengaktifkan
mekanisme yang membebaskan trombin, yang diperlukan untuk pembentukan fibrin
pembekuan, ke dalam sirkulasi. Trombin juga mengaktifkan proses yang diperlukan
untuk perombakan fibrin dan fibrinogen sehingga terbentuk fibrin dan prduk degradasi
fibrinogen (fibrinogen degradation products, FDP). FDP dalam sirkulasi bekerja sebagai
antikoagulan. Prognosis bergantung pada berbagai faktor yang mencakup beratnya
kondisi primer dan sekunder. ( Farid 2007 )
D. Manisfestasi Klinis
1. Perdarahan spontan
2. Hipoksia
3. Rembesan pada kulit
4. Petekie
5. Ekimosis
6. Nyeri
7. Gejala berdasarkan berat dan luasnya keterlibatan organ
a. Ginjal, Oliguria, anuria
b. Sistem saraf pusat : perubahan status mental
c. Kulit : berbintik, lesi nekrotik ; sianosis.
E. Pemeriksaan Penunjang
DIC adalah suatu kondisi yang sangat kompleks dan sangat sulit untuk didiagnosa. Tidak
ada single test yang digunakan untuk mendiagnosa DIC. Dalam beberapa kasus, beberapa
tes yang berbeda digunakan untuk diagnose yang akurat.
Tes yang dapat digunakan untul mendiagnosa DIC termasuk:
1. D-dimer
4
Tes darah ini membantu menentukan proses pembekuan darah dengan mengukur
fibrin yang dilepaskan. D-dimer pada orang yang mempunyai kelainan biasanya lebih
tinggi dibanding dengan keadaan normal.
2. Prothrimbin Time (PTT)
Tes darah ini digunakan untuk mengukur berapa lama waktu yang diperlukan dalam
proses pembekuan darah. Sedikitnya ada belasan protein darah, atau factor
pembekuan yang diperlukan untuk membekukan darah dan menghentikan
pendarahan. Prothrombin atau factor II adalah salah satu dari factor pembekuan yang
dihasilkan oleh hati. PTT yang memanjang dapat digunakan sebagai tanda dari DIC.
3. Fibrinogen
Tes darah ini digunakan untuk mengukur berapa banyak fibrinogen dalam darah.
Fibrinogen adalah protein yang mempunyai peran dalam proses pemnekuan darah.
Tingkant fibrinogen yang rendah dapat menjadi tanda DIC. Hal ini terjadi ketika
tubuh menggunakan fibrinogen lebih cepat dari yang diproduksi.
4. Complete Blood Count (CBC)
CBC merupakan pengambilan sampel darah dan menghitung jumlah sel darah merah
dan sel darah putih. Hasil pemeriksaan CBC tidak dapat digunakan untuk
mendiagnosa DIC, namun dapat memberikan informasi seorang tenaga medis untuk
menegakkan diagnose.
5. Hapusan Darah
Pada tes ini, tetes darah adalah di oleskan pada slide dan diwarnai dengan pewarna
khusus. Slide ini kemudian diperiksa dibawah mikroskop jumlah, ukuran dan bentuk
sel darah merah, sel darah putih,dan platelet dapat di identifikasi. Sel darah sering
terlihat rusak dan tidak normal pada pasien dengan DIC. (Bare, Brenda G dan
Smelttzer, Susanne G. 2002)
5
BAB III
A. Pengkajian
1. Adanya faktor-faktor presdisposisi :
a. Septicemia (penyebab paling umum)
Septicemia adalah suatu keadaan dimana terdapatnya multiplikasi bakteri dalam
darah (bakteremia). Idtilah lain untuk septicemia adalah blood poisoning atau
bakteremia dengan sepsis. Sepsis adalah istilah klinis yang dipakai untuk suatu
bakteremia yang bergejala.
Septicemia merupakan suatu kondisi infeksi serius yang mengancam jiwa, dan
cepat memburuk. Sumber infeksinya berasal dari paru-paru, saluran kencing,
tulang radang otak dll. Gejalanya dimulai dengan demam tinggi, menggigil, nafas
cepat dan denyut jantung cepat. Penderita kelihatan sangat sakit. Gejala
berkembang menjadi syok, dengan penurunan suhu (hypothermi), penurunan
tekanan darah, perubahan mental (bengong), gangguan bekuan darah sehinngga
timbul bercak perdarahan di kulit (petechiae dan ecchymosis). Bisa ditemukan
penurunan jumlah urin. Penderita biasanya diinfus guna menjaga cairan
tubuh/tekanan darah, oksigen dan antiobiok diberikan.
b. Komplikasi obstretic
c. SPSD (sindrom distress pemafasan dewasa)
Sindrom Distes Pemafasan Dewasa (Adult Respiratory Distress Syndrome/ARDS)
Adalah kegagalan pernafasan mendadak yang ditandai dengan kebocoran plasma
ke dalam paru-paru melalui kapiler-kapiler yang rusak, menyebabkan akumulasi
cairan paru-paru yang mengurangi kemampuannya untuk mengembang. Kondisi
ini adalah kejadian darurat medis.
d. Luka bakar berat dan luas
e. Neoplasia
f. Gigitan ular
g. Penyakit hepar
h. Beda kardiopulmonal
6
i. Trauma
2. Pemeriksaan Fisik
Perdarahan abnormal pada semua system dan pada sisi prosedur invatif
a. Kulit dan mukosa membrane
1. Perembesan difusi darah atau plasma
2. Pupura yang teraba pada awalnya di dada dan abdomen
3. Bula hemoragi
4. Hemoragi subkutan
5. Hematoma
6. Luka bakar karena plester sianosis akral ( estrimitas berwarna agak kebiruan,
abu-abu, atau ungu gelap )
b. System GI
1. Mual dan muntah
2. Uji guanyak positif pada emesis atau aspirasi
3. Nasogastrik dan feses
4. Nyeri hebat pada abdomen
5. Peningkatan lingkar pada abdomen
c. System ginjal
1. Hematuria
Hematuria yang berarti didapatkannya sel darah merah pada urin, pada
umumnya dikategorikan baik gross maupum mikroskopik. Untuk mikroskopik
dikatakan hematuria apabila didapatkan lebih dari 3-5 sel adrah merah/lapang
pandang.
2. Oliguria
Produksi urin sedikit, biasanya kurang dari 400 ml/ hari pada orang dewasa,
dan dapat menjadi salah satu tanda awal dari gagal ginjal dan masalah urologi
lainnya atau peyumbatan di dalam saluran kemih.
d. System pernafasan
1. Dispnea (sesak nafas)
2. Takipnea ( frekuensi pernafasan cepat )
3. Sputum mengandung darah
7
e. System kardiovaskuler
1. Hipotensi
2. Frekuensi jantung meninngkat
3. Nadi perifer tidak teraba
f. System saraf perifer
1. Perubahan tingkat kesadaran
2. Gelisah
3. Ketidaksadaran vasomotor
g. System musculoskeletal
Nyeri : otot, sendi, punggung
h. Perdarahan sampai hemoragi
1. Insisi operasi
2. Uterus post partum
3. Fundus mata perubahan visual
4. Pada sisi prosedur invasive : suntikan, IV, kateter arteral dan selang
nasogastrik atau pada dada.
i. Kerusakan perfusi jaringan
1. Serebral : perubahan pada sensorium, gelisah, kacau mental, sakit kepala
2. Ginjal : penurunan pengeluaran urin
3. Paru : dispnea dan orthopnea
4. Kulit : akrosianosis ( ketidakteraturan bentuk bercak sianosis pada lengan
perifer dan kaki ).
B. Diagnose Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap perfusi jaringan berhubungan dengan hemoragi sekunder .
2. Gangguaan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya tingkat ansietas dan
adanya pembekuan darah.
3. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan
4. Devisit volume cairan berhubungan dengan hemoragi perembesan darah dan tepat
fungsi kongesti jaringan dan perlambatan volume darah bersirkulasi
8
5. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan keadaan
syok, hemoragi, kongesti jaringan dan penurunan perfusi jaringan.
6. Ansietas berhubungan dengan rasa takut mati karena perdarahan, kehilangan
beberapa aspek kemandirian karena penyakit kronis yang diderita
7. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan minimnya informasi
8. Gangguan konsep diri berhubungan dengan kehilangan yang nyata akan yang
dirasakan.
C. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan : Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan
berhubungan dengan hcmoragi sekunder.
Hasil yang diharapkan:
a. Menunjukan tidak ada manifestasi syok
b. Menunjukan pasien tclap sadar dan berorientasi C.Mcnunjukan tidak ada
lagi perdarahan
c. Menunjukan nilai-nilai laboraturium normal
No Intervensi Rasional
9
5. Instruksikan klien untuk menhindari aktivitas fisik
berlebih.
10
batuk keras.
Intervensi Rasional
11
Kendalikan stimulus dari lingkungan.
No Intervensi Rasional
1. Kaji lokasi. kualitas dan intensitas nyeri, gunakan skala Mengetahui tingkat nyeri klien
tingkat nyeri. untuk mengetahui tindakan
selanjutan.
Baringkan klien pada posisi yang nyaman. berikan
2. penyangga bantal untuk mencegah tekanan pada bagian-
bagian tubuh tertentu.
12
4. Diagnosa keperawatan Deflsit volume cairan yang berhubungan dengan hemoragi
perebesan darah dan tepat fungsi kongesti jaringan dan perlambatan volume darah
bersirkulasi.
Kriteria Hasil Intervensi keperawatan
9. Evaluasi nilai nilai hasil laboraturium Hb, Ht, Na, K Cl, PT, PTT.
Jumlah platelet produk solit fibri. fibrinmen dan masa pembekuan.
5. Diagnosa Keperawatan
Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan syok,
hemoragi, kongesti jaringan dan penurunan perfusi jaringan.
Kulit kan tetap utuh, Kaji semua permuaan kuliat setiap 4 jam.
tanpa ada bagian yang Angkat, periksa, dan gantikan semua balitan yang menekan, setiap 4-8
mengalami memar atau jam sesuai intruksi.
lecet. Atur posisi pasien setia 2 jam.
Evaluasi semua keluhan-keluhan.
Periksa jumlah SDP terhadap potensi infeksi.
Beri obat sesuai intruksi, untuk memberi rasa aman.
Hundari fungsi berlebihan untuk keperluan pemeriksaan laboraturium,
gunakan aliran alterial atau akses IV pada pembuluhan besar untuk
pengambilan darah.
Gunakan bantalan restrain yang empuk jika diperlukan.
Untuk keamanan, bantu semua gerakan untuk turun dari tempat tidur.
Lakukan hygiene oral setiap 4 jam.
Kaj semua orifieium terhadap adanya hemoragi atau memar.
13
6. Diagnosa Keperawatan
Ansietas berhubngan dengan rasa takut mati karena pendarahan, kehilangan beberapa
aspek kamandirian karena penyakit kronis yang diderita, hasil yang dilakukakn:
a. Klien menunjukan rileks dan melaporkan penurunan ansietas sampai tingkat dpat
ditangani.
b. Klien mengatakan kesadaran ansietas dan cara sehat menerimaknya.
Akui bahwa masalah Validasi bahwa perasaan ormal dapat mambantu menurunkan stress.
ansientas dan masalah
mirip dengan
diekpresikan dengan
orang lain, tingkatan
perhatian
mendengarkan klien.
Berikan lingkungan Memindahkan klien dari stress luar, meningkatkan relaksi, dan
yang tenang untuk membantu menurunkan ansietas.
istirahat.
Dorang klien atau Tindakan dukungan dapat membantu klien untuk meringankan energi
orang terdekat untuk untuk dituangkan pada penyembuhan.
14
menyatakan perhatian.
Bantu klien untuk Perilaku yang berhasil dapat dilakukan pada penerimaan masalah atau
mengidentifikasi stress saat ini, meningkankan rasa kontrol diri klien.
perilaku koping yang
dilakukan masa lalu.
Bantu klien belajar Belajar cara untuk mengatasi masalah dapat membantu dalam
mekanisme koping penurunan stress, meningkatkan kontrol penykait.
paru, misalnya teknik
mengtasi stress dan
keterampilan
berorganisai.
Rujuk pada perawat Dibutuhkan bantuan untuk meningkatkan kontrol dan eksaserbasi.
spesialis, pelayanan
sosial atau penasehat
agama.
7. Diagnosa keperawatan.
Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan minimnya informasi
Hasil yang dilakukan:
a. Ekspresi klien menunjukan rileks, perasaan gugup dan cemas berkurang.
b. Menunjukan pemahaman tentang rencana terapeutik.
Gunakan pendekatan Penjelasan yang jelas dan sederhana dan menggunakan istilah-istilah
yang tenang dan dapat non-medis atau umum dapat mengurangi tingkat kecemasan dan rasa
menenangkan klien bingung klien. Rasa ansietas tersebut dapat mengganggu kegiatan
sewaktu memberi belajar dari presepsi klien.
informasi. Beri
dorongan untuk
bertanya.
15
tes, dan perawatan
setela strss.
8. Diagnosa keperawatan
Gangguan konsep dir berhubungan dengan kehilangan yang nyata akan yang
dirasakan
Hasil yang dilakukan:
a. Peningkatan presepsi klien dalam peningkatan dirinya.
b. Perubahan gaya hidup.
Beri klien dan orang terdekat Mempermudah penyelesaian masalah dan menginginkan
mengungkapkan perasaannya. perawat menidentifikasi fase kesedihan klien.
Hindari pemberian informasi yang Interasi terapi dapat membantu perubahan individu untuk
bertubi-tubi selama proses awal dapat menerima informasi yang berlebihan.
berduka. Jawab pertanyan khusus.
Masukan informasi klien saat
menunjukan kesiapan mempelajari
perawatan diri.
Beri nomor telefon orang yang bisa Sistem pendukung kuat dapat sepeti keluarga penting
dimintai dukungan oleh klie dan untuk kemanjuan klien dalam proses berduka.
keluarga saat pulang. Ingatkan klien
untuk mengingat dirinya dengan
pandangan yang berbeda. Katakan
pada klien bahwa ia harus menerima
keadaannya sekarang.
Pertahankan keluarga mendapatkan Mambantu klien menyatukan kembali citra tubuh yang
informasi tentang kemajuan kline. baru.
Libatkan keluarga secara sering
dalam perawatan klien.
16
Bantu klien memandang penyakit Janji palsu menghambat kebutuhan individu untuk
kronis atau perubahab citra tubuh mengungkapkan perawasan.
sebagai tantangan untuk
pertumbuhan dari pada situasi yang
tidak mungkin. Gunakan istilah
tangtangan pertumbuhan sebagai
ganti kecacatan. Bila ada penyakit
terminal, tekankan bahwa penelitian
untuk pengobatan masih berlanjut
dan hindari janji palsu.
Lakukan rujukan psikiatrik sesuai Bantuan profesional mungkin perlu untuk membantu
pelaksanaan bila perlu. klien yang maladaptive, misalnya menyangkal jangka
panjang, menarik diri dari sosial dan regresi.
BAB IV
PENUTUP
17
A. Kesimpulan
DIC adalah suatu sindrom ditandai dengan adanya perdarahan atau kelainan pembekuan
darah sehingga terjadi gangguan aliran darah yang menyebabkan kerusakan pada
berbagai organ. Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan salah satunya adalah
resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hemoragi
sekunder. Dari diagnosa tersebut, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah
memantau hasil pemeriksaan koagulasi, tanda-tanda vital, dan perubahan sisi baru dan
potensial.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami dan
mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan DIC dengan tepat sehingga
dapat mencegah terjadinya komplikasi yang tidak diinginkan.
18
DAFTAR PUSTAKA
(Baek 2016)
Baek, R. A. (2016). Konsep asuhan Keperawatan & Umum. Asuhan Keperawatan Desseminated
Intravascular Coagulan (DIC).
(Wibowo)
19