Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS

“Asuhan Keperawatan Penyakit Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) ”

Dosen Pengampu :
Ns. Tiara, S.Kep,.MNS

Disusun Oleh: Kelompok 2

ADI KUSWANTO 142012017001


AFRIDA LUFOCHA 142012017002
ANDIKA RAMADHANI 142012017005
NURBAITI 142012017032

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU (UMPRI)
LAMPUNG
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur senantiasa Kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusun mendapatkan kemudahan
dalam menyelesaikan tugas Asuhan Keperawatan Kritis ini tepat pada waktunya.
Kami sangat menyadari keterbatasan dan ilmu pengetahuan yang ada, sehingga hasil
tugas ini perlu adanya pengkajian dan pengembangan lagi. Maka kami harapkan kritik dan
sarannya.
Kami berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menambah
wawasan.

Pringsewu, 6 Oktober 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER................................................................................................ i
KATA PENGANTAR........................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 1
B. Tujuan............................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi DIC................................................................................... 3
B. Etiologi DIC................................................................................... 3
C. Patofisiologi DIC........................................................................... 4
D. Manisfestasi Klinis DIC................................................................. 4
E. Pemeriksaan Penunjang DIC......................................................... 4

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DIC.................... 6

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 18
B. Saran............................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
DIC terjadi pada pasien dengan kondisi buruk yang bermanisfestasi sebagai
perdarahan yang terjadi pada kulit (purpura) dan jaringan lainnya. 30-50% pasien dengan
sepsis akan menderita DIC (Yamamuto, 2014). Begitu pula pernyataan dari levi, (2016)
yang menyatakan bahwa diperkirakan sebanyak 1% pasien yang dirawat di rumah
sakitakan mengalami DIC. Hal tersebut timbul sebagai komplikasi dan berbagai
penyakitserius yang bahkan mengancam nyawa. DIC ini merupakan kelanjutan dari
peristiwa yang terjadi pada jalur koagulasi. Pada permulaannya terdapat aktivasi yang
tidak terkontrol dari faktor pembekuan pada pembuluh darah, yang menyebabkan
pembekuan darah pada seluruh tubuh. Penurunan jumlah trombosit tubuh dan faktor
koagulasi meningkatkan terjadinya resiko perdarahan. DIC bukan merupakan suau
diagnosa yang spesifik, tappi biasanya merupakan indikasi adanya penyakit yang
mendasari.
DIC ini paling sering ditemukan pada pasien dengan sepsis berat (severe sepsis)
dan syok septik, begitu pula dengan bakteremia, termasuk kedua organisme gram positif
dan gram negatif paling sering dikaitkan dengan DIC, organisme lain (misalnya, virus,
jamur, dan parasit) juga dapat menyebabkan DIC. Perkembangan dan keparahan dari DIC
akibat sepsis berat dapat mengakibatkan kematian karena DIC ini dapat mengancam
nyawa sehingga harus diterapi secara tepat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi DIC?
2. Bagaimana etiologi DIC?
3. Bagaimana patofisiologi DIC?
4. Apa manisfestasi klinis DIC?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang DIC?
6. Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan DIC?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui DIC
2. Untuk mengetahui etiologi DIC
3. Untuk mengetahui patofisiologi DIC
4. Untuk mengetahui manisfestasi klinis DIC

1
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang DIC
6. Untuk mengetahui konsep Asuhan Keperawatan DIC

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi DIC
Disseminated Intravaskuler Coagulation (DIC) adalah suatu keadaan dimana
bekuan-bekuan darah kecil tersebar di seluruh aliaran darah, menyebabkan penyumbatan
pada pembuluh darah, menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah kecil dan
berkurangnya faktor pembekuan yang diperlukan untuk mengendalikan perdarahan.
Disseminated Intravascular Coagulation adalah suatu sindrom yang ditandai
dengan adanya perdarahan/kelainan pembekuan darah yang disebabkan oleh karena
terbentuknya plasmin yakni suatu spesifik plasma protein yang aktif sebagai fibrinolitik
yang di dapatkan dalam sirkulasi (Healthy Cau’s)
Disseminated Intravascular Coagulation adalah gangguan dimana terjadi
koagulasi atau fibrinolisis (destruksi bekuan). DIC dapat terjadi pada sembarang
malignansi, tetapi yang paling umum berkaitan dengan malignansi hematologi seperti
leukemia dan kanker prostat, traktus GI dn paru-paru. Proses penyakit tertentu yang
umumnya tampak pada pasien kanker dapat juga mencetuskan DIC termasuk sepsis,
gagal hepar dan anfilaksis.

B. Etiologi DIC
Perdarahan dapat terjadi karena :
1. Hipofibrinogemia
2. Trombositopenia
3. Beredarnya antikoagulan dalam sirkulasi darah (hasil perombakan fibrinogen)
4. Fibrinolisis berlebihan

DIC dapat terjadi pada penyakit-penyakit :

1. Infeksi (DHF, sepsis, meningitis, pneumonia berat, malaria tropika, infeksi oleh
beberapa jenis riketsia)
2. Komplikasi kehamilan (solusio plasenta, kematian janin intrauterin, emboli cairan
amnion)
3. Setelah operasi (operasi baru, by pass cardiopulmonal, lobektomi, gastrektomi,
splenektomi)
4. Keganasan (karsinoma prostat, karsinoma paru, leukimia akut)

3
C. Patofisiologi
Koagulasi intravaskular diseminata (disseminated intravascular coagulation, DIC)
adalah efek dalam koagulasi yang ditandai dengan perdarahan dan koagulasi simultan.
DIC adalah hasil stimulasi abnormal dari proses koagulasi normal sehingga selanjutnya
terbentuk trombi mikrovaskular yang tersebuar luas dan kehabisan faktor pembekuan.
Sindrom ini dipicu oleh berbagai penyakit seperti sepsis, trauma multipel, luka bakar, dan
neoplasma. DIC dapat dijelaskan sebagai dua proses koagulasi yang terkendali dengan
tepat yang menjadi terakselerasi dan tidak terkendali. Pada mulanya, cedera pada jaringan
yang disebabkan oleh penyakit primer (mis, infeksi atau trauma) mengaktifkan
mekanisme yang membebaskan trombin, yang diperlukan untuk pembentukan fibrin
pembekuan, ke dalam sirkulasi. Trombin juga mengaktifkan proses yang diperlukan
untuk perombakan fibrin dan fibrinogen sehingga terbentuk fibrin dan prduk degradasi
fibrinogen (fibrinogen degradation products, FDP). FDP dalam sirkulasi bekerja sebagai
antikoagulan. Prognosis bergantung pada berbagai faktor yang mencakup beratnya
kondisi primer dan sekunder. ( Farid 2007 )

D. Manisfestasi Klinis
1. Perdarahan spontan
2. Hipoksia
3. Rembesan pada kulit
4. Petekie
5. Ekimosis
6. Nyeri
7. Gejala berdasarkan berat dan luasnya keterlibatan organ
a. Ginjal, Oliguria, anuria
b. Sistem saraf pusat : perubahan status mental
c. Kulit : berbintik, lesi nekrotik ; sianosis.

E. Pemeriksaan Penunjang
DIC adalah suatu kondisi yang sangat kompleks dan sangat sulit untuk didiagnosa. Tidak
ada single test yang digunakan untuk mendiagnosa DIC. Dalam beberapa kasus, beberapa
tes yang berbeda digunakan untuk diagnose yang akurat.
Tes yang dapat digunakan untul mendiagnosa DIC termasuk:
1. D-dimer

4
Tes darah ini membantu menentukan proses pembekuan darah dengan mengukur
fibrin yang dilepaskan. D-dimer pada orang yang mempunyai kelainan biasanya lebih
tinggi dibanding dengan keadaan normal.
2. Prothrimbin Time (PTT)
Tes darah ini digunakan untuk mengukur berapa lama waktu yang diperlukan dalam
proses pembekuan darah. Sedikitnya ada belasan protein darah, atau factor
pembekuan yang diperlukan untuk membekukan darah dan menghentikan
pendarahan. Prothrombin atau factor II adalah salah satu dari factor pembekuan yang
dihasilkan oleh hati. PTT yang memanjang dapat digunakan sebagai tanda dari DIC.
3. Fibrinogen
Tes darah ini digunakan untuk mengukur berapa banyak fibrinogen dalam darah.
Fibrinogen adalah protein yang mempunyai peran dalam proses pemnekuan darah.
Tingkant fibrinogen yang rendah dapat menjadi tanda DIC. Hal ini terjadi ketika
tubuh menggunakan fibrinogen lebih cepat dari yang diproduksi.
4. Complete Blood Count (CBC)
CBC merupakan pengambilan sampel darah dan menghitung jumlah sel darah merah
dan sel darah putih. Hasil pemeriksaan CBC tidak dapat digunakan untuk
mendiagnosa DIC, namun dapat memberikan informasi seorang tenaga medis untuk
menegakkan diagnose.
5. Hapusan Darah
Pada tes ini, tetes darah adalah di oleskan pada slide dan diwarnai dengan pewarna
khusus. Slide ini kemudian diperiksa dibawah mikroskop jumlah, ukuran dan bentuk
sel darah merah, sel darah putih,dan platelet dapat di identifikasi. Sel darah sering
terlihat rusak dan tidak normal pada pasien dengan DIC. (Bare, Brenda G dan
Smelttzer, Susanne G. 2002)

5
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DIC

A. Pengkajian
1. Adanya faktor-faktor presdisposisi :
a. Septicemia (penyebab paling umum)
Septicemia adalah suatu keadaan dimana terdapatnya multiplikasi bakteri dalam
darah (bakteremia). Idtilah lain untuk septicemia adalah blood poisoning atau
bakteremia dengan sepsis. Sepsis adalah istilah klinis yang dipakai untuk suatu
bakteremia yang bergejala.
Septicemia merupakan suatu kondisi infeksi serius yang mengancam jiwa, dan
cepat memburuk. Sumber infeksinya berasal dari paru-paru, saluran kencing,
tulang radang otak dll. Gejalanya dimulai dengan demam tinggi, menggigil, nafas
cepat dan denyut jantung cepat. Penderita kelihatan sangat sakit. Gejala
berkembang menjadi syok, dengan penurunan suhu (hypothermi), penurunan
tekanan darah, perubahan mental (bengong), gangguan bekuan darah sehinngga
timbul bercak perdarahan di kulit (petechiae dan ecchymosis). Bisa ditemukan
penurunan jumlah urin. Penderita biasanya diinfus guna menjaga cairan
tubuh/tekanan darah, oksigen dan antiobiok diberikan.
b. Komplikasi obstretic
c. SPSD (sindrom distress pemafasan dewasa)
Sindrom Distes Pemafasan Dewasa (Adult Respiratory Distress Syndrome/ARDS)
Adalah kegagalan pernafasan mendadak yang ditandai dengan kebocoran plasma
ke dalam paru-paru melalui kapiler-kapiler yang rusak, menyebabkan akumulasi
cairan paru-paru yang mengurangi kemampuannya untuk mengembang. Kondisi
ini adalah kejadian darurat medis.
d. Luka bakar berat dan luas
e. Neoplasia
f. Gigitan ular
g. Penyakit hepar
h. Beda kardiopulmonal

6
i. Trauma
2. Pemeriksaan Fisik
Perdarahan abnormal pada semua system dan pada sisi prosedur invatif
a. Kulit dan mukosa membrane
1. Perembesan difusi darah atau plasma
2. Pupura yang teraba pada awalnya di dada dan abdomen
3. Bula hemoragi
4. Hemoragi subkutan
5. Hematoma
6. Luka bakar karena plester sianosis akral ( estrimitas berwarna agak kebiruan,
abu-abu, atau ungu gelap )
b. System GI
1. Mual dan muntah
2. Uji guanyak positif pada emesis atau aspirasi
3. Nasogastrik dan feses
4. Nyeri hebat pada abdomen
5. Peningkatan lingkar pada abdomen
c. System ginjal
1. Hematuria
Hematuria yang berarti didapatkannya sel darah merah pada urin, pada
umumnya dikategorikan baik gross maupum mikroskopik. Untuk mikroskopik
dikatakan hematuria apabila didapatkan lebih dari 3-5 sel adrah merah/lapang
pandang.
2. Oliguria
Produksi urin sedikit, biasanya kurang dari 400 ml/ hari pada orang dewasa,
dan dapat menjadi salah satu tanda awal dari gagal ginjal dan masalah urologi
lainnya atau peyumbatan di dalam saluran kemih.
d. System pernafasan
1. Dispnea (sesak nafas)
2. Takipnea ( frekuensi pernafasan cepat )
3. Sputum mengandung darah

7
e. System kardiovaskuler
1. Hipotensi
2. Frekuensi jantung meninngkat
3. Nadi perifer tidak teraba
f. System saraf perifer
1. Perubahan tingkat kesadaran
2. Gelisah
3. Ketidaksadaran vasomotor
g. System musculoskeletal
Nyeri : otot, sendi, punggung
h. Perdarahan sampai hemoragi
1. Insisi operasi
2. Uterus post partum
3. Fundus mata perubahan visual
4. Pada sisi prosedur invasive : suntikan, IV, kateter arteral dan selang
nasogastrik atau pada dada.
i. Kerusakan perfusi jaringan
1. Serebral : perubahan pada sensorium, gelisah, kacau mental, sakit kepala
2. Ginjal : penurunan pengeluaran urin
3. Paru : dispnea dan orthopnea
4. Kulit : akrosianosis ( ketidakteraturan bentuk bercak sianosis pada lengan
perifer dan kaki ).

B. Diagnose Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap perfusi jaringan berhubungan dengan hemoragi sekunder .
2. Gangguaan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya tingkat ansietas dan
adanya pembekuan darah.
3. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan
4. Devisit volume cairan berhubungan dengan hemoragi perembesan darah dan tepat
fungsi kongesti jaringan dan perlambatan volume darah bersirkulasi

8
5. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan keadaan
syok, hemoragi, kongesti jaringan dan penurunan perfusi jaringan.
6. Ansietas berhubungan dengan rasa takut mati karena perdarahan, kehilangan
beberapa aspek kemandirian karena penyakit kronis yang diderita
7. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan minimnya informasi
8. Gangguan konsep diri berhubungan dengan kehilangan yang nyata akan yang
dirasakan.

C. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan : Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan
berhubungan dengan hcmoragi sekunder.
Hasil yang diharapkan:
a. Menunjukan tidak ada manifestasi syok
b. Menunjukan pasien tclap sadar dan berorientasi C.Mcnunjukan tidak ada
lagi perdarahan
c. Menunjukan nilai-nilai laboraturium normal

No Intervensi Rasional

1 Pantau hasil pemeriksaan koagulasi, tanda tanda vital, Untuk mengidentifikasi


dan perubahan sisi baru dan potensial. indikasi-indikasi kemajuan
atau penyimpangan

2 Mulai monitoring Kewaspadaan apabila ada resiko Untuk meminimalkan


terhadap perdarahan (jumlah trobosit kurang dari potensial perdarahan lebih
50.000/CU mm23) lanjut.

1. Tempatkan tanda “kewaspadaan perdarahan“ di atas


tempat tidur klien. sehingga petugas perawatan kesehatan
lainnya mengetahui adanya kewaspadaan terhadap
perdarahan.

2. Pertahanan semua sisi fungsi selama 5 menit.

3. Pantau hasil pemeriksaan koagulasi.

4. Berikan transfuse darah seperti yang diminta dan


sesuai dengan penatalaksanaan medis.

9
5. Instruksikan klien untuk menhindari aktivitas fisik
berlebih.

6. Tas gualak untuk semua feses dan muntahan terhadap


darah.

7. Inspeksi urine terhadap heaturia nyata.

8. Periksa warna dan konsistensi feses. Feses hitam


seperti menunjukkan perdarahan GIT.

9. Inspeksi kulit, rongga oral dan konjungtiva setiap hari


dan catat luasnya ptekiacdan memar bila ada.

10. Gunakan pencukurjenggot listrik sebagai pengganti


pisau cukur.

11. Gunakan sikat gigi berbulu halus untuk menyikat


gigi.

12. Hindari pengukuran suhu rekta] dan tindakan enema.

13. Hindari aspirin dan berbagai produk yang


mengandung aspirin.

14. Instruksikan klien untuk berjalan dengan


menggunakan alas kaki.

15. Selama menstruasi, catat jumlah pembalut yang


digunakan. Kewaspadaan bila ada resiko terhadap
hemoragi spontan (jumlah trombosit kurang dari
20.000/CU mm23).

15. Selama menstruasi, catat jumlah pembalut yang


digunakan. Kewaspadaan bila ada resiko terhadap
hemoragi spontan (jumlah trombosit kurang dari
20.000/CU mm23).

3.1.1. Tempatkan tanda “kewaspadaan perdarahan” di


atas tempat tidur klien, sehingga petugas perawatan
kesehatan lainnya mengetahui adanya kewaspadaan
terhadap perdarahan.

3.1.2. Berikan pelunak feses (bila tes Guaiak negative).

3.1.3. Instruksikan klien untuk menghindari meniup tau

10
batuk keras.

3.1.4. Pertahankan tirah baring klien untuk menghindari


trauma yang tidak diinginkan.

3.1.5. Pertahankan posisi kepala, tempat tidur ditinggikan


untuk mengurangi tekanan intrakranial dengan resiko
terjadinya hemoragi intrakranial.

3.1.6. Pantau tanda vital, warna laJlit dan suhu, nadi


pedalis, status mental, dan bunyi paru setiap 4 jam.

3.1.7. Setiap 2-4 jam, anjurkan klien membalik badan,


napas dalam dan latihan gerak perlahan.

3.1.8. kumur perawatan mulut, sebagai pengganti sikat


gigi.

3.1.9. Hindari penggunaan pencuci mulut komersial.


Gunakan larutan salin atau campuran natrium bikarbonat
dan hydrogen peroksida.

3.1.10. Pertahankan pelumas atau pelembab kulit dengan


lotion.

2. Diagnosa keperawatan: Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya


tingkat ansietas dan adanya pembekuan darah.
Hasil yang diharapkan :

Oksigen klien terpenuhi.

Intervensi Rasional

Posisikan klien agar ventilasi udara efektif. Untuk meningkatkan oksigenasi


yang adekuat antara kebutuhan dan
Berikan oksigen dan pantau respon suplai
Lakukan pengecekan pernafasan dengan sering.

Kurangi kebutuhan oksigen dengan mengurangi aktivitas


yang berlebih.

11
Kendalikan stimulus dari lingkungan.

3. Diagnosa keperawatan Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan . Hasil yang


diharapkan :
Rasa nyeri yang dialami klien berkurang

No Intervensi Rasional

1. Kaji lokasi. kualitas dan intensitas nyeri, gunakan skala Mengetahui tingkat nyeri klien
tingkat nyeri. untuk mengetahui tindakan
selanjutan.
Baringkan klien pada posisi yang nyaman. berikan
2. penyangga bantal untuk mencegah tekanan pada bagian-
bagian tubuh tertentu.

3. Bantu memberikan perawatan ketika klien mengalami


perdarahan hebat atau rasa tidak nyaman.
4.
Pertahankan lingkungan yang nyaman.
5.
Berikan waktu istirahat yang cukup, buat jadwal aktivitas
dan pemeriksaan diagnostik, bila memungkinkan,
sesuaikan dengan toleransi klien.
6.
Bantu klien dengan pilihan tindakan yang nyaman seperti
musik, imajinasi atau distraksi lainnya
7.
Berikan analgesik sesuai order dokter dan kaji
ketidakefektifan nya.

12
4. Diagnosa keperawatan Deflsit volume cairan yang berhubungan dengan hemoragi
perebesan darah dan tepat fungsi kongesti jaringan dan perlambatan volume darah
bersirkulasi.
Kriteria Hasil Intervensi keperawatan

Mempertahankan 1. Kaji tanda tanda vital setiap 1 jam.


status nemodinamik
yang adekuat. 2. Kaji dan pantau jantung terhadap frekuensi dan irama jantung.

3. Evaluasi pengeluaran urin setiap jam (jumlah dan berat jenis).

4. Kaji bunyi napas setiap 1 jam.

5. Kaji kualitas dan keberadaan nadi perifer setiap 4 jam.

6. Pertahankan masukan dan pengeluaran yang akurat.

7. Berikan cairan IV. sesuai intruksil

8. Berikan produk produk darah sesuai intruksi.

9. Evaluasi nilai nilai hasil laboraturium Hb, Ht, Na, K Cl, PT, PTT.
Jumlah platelet produk solit fibri. fibrinmen dan masa pembekuan.

10. Pertahankan tirah baring.

5. Diagnosa Keperawatan
Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan syok,
hemoragi, kongesti jaringan dan penurunan perfusi jaringan.

Kriteria hasil Interfensi keperawatan

Kulit kan tetap utuh, Kaji semua permuaan kuliat setiap 4 jam.
tanpa ada bagian yang Angkat, periksa, dan gantikan semua balitan yang menekan, setiap 4-8
mengalami memar atau jam sesuai intruksi.
lecet. Atur posisi pasien setia 2 jam.
Evaluasi semua keluhan-keluhan.
Periksa jumlah SDP terhadap potensi infeksi.
Beri obat sesuai intruksi, untuk memberi rasa aman.
Hundari fungsi berlebihan untuk keperluan pemeriksaan laboraturium,
gunakan aliran alterial atau akses IV pada pembuluhan besar untuk
pengambilan darah.
Gunakan bantalan restrain yang empuk jika diperlukan.
Untuk keamanan, bantu semua gerakan untuk turun dari tempat tidur.
Lakukan hygiene oral setiap 4 jam.
Kaj semua orifieium terhadap adanya hemoragi atau memar.

13
6. Diagnosa Keperawatan
Ansietas berhubngan dengan rasa takut mati karena pendarahan, kehilangan beberapa
aspek kamandirian karena penyakit kronis yang diderita, hasil yang dilakukakn:
a. Klien menunjukan rileks dan melaporkan penurunan ansietas sampai tingkat dpat
ditangani.
b. Klien mengatakan kesadaran ansietas dan cara sehat menerimaknya.

Interfensi kepeawatan Rasional

Mandiri Indikatir drajat ansietas/stress misalnya pasien merasa tidak dapat


Catat petunjuk terkontrol di rumah, kerja atau masalah. Stress dapat gangguan fisik
perilaku, misalnya juga reasi lain.
gelisah, peka
rangsangan, kurang
kontak mata, perilaku
menarik perhatian.

Dorongan mengatakan Membuat hubungan terapeutik, membantu klien mengidentifikasi


perasaan, beri umpan penyabab stress.
balik.

Akui bahwa masalah Validasi bahwa perasaan ormal dapat mambantu menurunkan stress.
ansientas dan masalah
mirip dengan
diekpresikan dengan
orang lain, tingkatan
perhatian
mendengarkan klien.

Berikan informasi Keterlibatan klien dalam perencanaan keperawatan memberikan rasa


adekut dan nyata kontrol dan membantu menurunkan ansietas.
tentang apa yang akan
dilakukan, misalnya
tirah baring,
pembatasan masukan
per oral dan prosedur
tingkatan yang lain.

Berikan lingkungan Memindahkan klien dari stress luar, meningkatkan relaksi, dan
yang tenang untuk membantu menurunkan ansietas.
istirahat.

Dorang klien atau Tindakan dukungan dapat membantu klien untuk meringankan energi
orang terdekat untuk untuk dituangkan pada penyembuhan.

14
menyatakan perhatian.

Bantu klien untuk Perilaku yang berhasil dapat dilakukan pada penerimaan masalah atau
mengidentifikasi stress saat ini, meningkankan rasa kontrol diri klien.
perilaku koping yang
dilakukan masa lalu.

Bantu klien belajar Belajar cara untuk mengatasi masalah dapat membantu dalam
mekanisme koping penurunan stress, meningkatkan kontrol penykait.
paru, misalnya teknik
mengtasi stress dan
keterampilan
berorganisai.

Kolaborsi Dapat digunakan untuk menurunkan ansietas dan menudahkan


Berikan obat sesuai istirahat.
indikasi sedaktif,
misalnya berbiturat,
agen antiansietas dan
diazepam.

Rujuk pada perawat Dibutuhkan bantuan untuk meningkatkan kontrol dan eksaserbasi.
spesialis, pelayanan
sosial atau penasehat
agama.

7. Diagnosa keperawatan.
Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan minimnya informasi
Hasil yang dilakukan:
a. Ekspresi klien menunjukan rileks, perasaan gugup dan cemas berkurang.
b. Menunjukan pemahaman tentang rencana terapeutik.

Intervesi keperawatan Rasional

Gunakan pendekatan Penjelasan yang jelas dan sederhana dan menggunakan istilah-istilah
yang tenang dan dapat non-medis atau umum dapat mengurangi tingkat kecemasan dan rasa
menenangkan klien bingung klien. Rasa ansietas tersebut dapat mengganggu kegiatan
sewaktu memberi belajar dari presepsi klien.
informasi. Beri
dorongan untuk
bertanya.

Jelaskan mengenai Penjelasan tentang apa yang diharapkan membantu mengurangi


gambaran singkat tes, ansietas.
tujuan tes, persiapan

15
tes, dan perawatan
setela strss.

8. Diagnosa keperawatan
Gangguan konsep dir berhubungan dengan kehilangan yang nyata akan yang
dirasakan
Hasil yang dilakukan:
a. Peningkatan presepsi klien dalam peningkatan dirinya.
b. Perubahan gaya hidup.

Intervensi keperawatan Rasional

Beri klien dan orang terdekat Mempermudah penyelesaian masalah dan menginginkan
mengungkapkan perasaannya. perawat menidentifikasi fase kesedihan klien.

Hindari pemberian informasi yang Interasi terapi dapat membantu perubahan individu untuk
bertubi-tubi selama proses awal dapat menerima informasi yang berlebihan.
berduka. Jawab pertanyan khusus.
Masukan informasi klien saat
menunjukan kesiapan mempelajari
perawatan diri.

Beri nomor telefon orang yang bisa Sistem pendukung kuat dapat sepeti keluarga penting
dimintai dukungan oleh klie dan untuk kemanjuan klien dalam proses berduka.
keluarga saat pulang. Ingatkan klien
untuk mengingat dirinya dengan
pandangan yang berbeda. Katakan
pada klien bahwa ia harus menerima
keadaannya sekarang.

Berikan penghargaan untuk Dukung komunitas penting untuk meningkatkan


mengekspresikan perasaan. Aahkan kemajuan kearah penerimaan.
klien pada kelompok pendukung
komunitas sesuai indikasi.

Pertahankan keluarga mendapatkan Mambantu klien menyatukan kembali citra tubuh yang
informasi tentang kemajuan kline. baru.
Libatkan keluarga secara sering
dalam perawatan klien.

Bila memungkinkan, biarkan klien Meningkatkan kontrol diri.


untuk menuntukan pilihan dalam
penawaran diri atau perawatan
higiene rutin.

16
Bantu klien memandang penyakit Janji palsu menghambat kebutuhan individu untuk
kronis atau perubahab citra tubuh mengungkapkan perawasan.
sebagai tantangan untuk
pertumbuhan dari pada situasi yang
tidak mungkin. Gunakan istilah
tangtangan pertumbuhan sebagai
ganti kecacatan. Bila ada penyakit
terminal, tekankan bahwa penelitian
untuk pengobatan masih berlanjut
dan hindari janji palsu.

Lakukan rujukan psikiatrik sesuai Bantuan profesional mungkin perlu untuk membantu
pelaksanaan bila perlu. klien yang maladaptive, misalnya menyangkal jangka
panjang, menarik diri dari sosial dan regresi.

BAB IV
PENUTUP

17
A. Kesimpulan
DIC adalah suatu sindrom ditandai dengan adanya perdarahan atau kelainan pembekuan
darah sehingga terjadi gangguan aliran darah yang menyebabkan kerusakan pada
berbagai organ. Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan  salah satunya adalah
resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hemoragi
sekunder. Dari diagnosa tersebut, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah
memantau hasil pemeriksaan koagulasi, tanda-tanda vital, dan perubahan sisi baru dan
potensial.

B. Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami dan
mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan DIC dengan tepat sehingga
dapat mencegah terjadinya komplikasi yang tidak diinginkan.

18
DAFTAR PUSTAKA

(Baek 2016)

. Retrieved 31 Oktober, 2014, from https://fdokumen.com/document/askep-dic.html.

Baek, R. A. (2016). Konsep asuhan Keperawatan & Umum. Asuhan Keperawatan Desseminated
Intravascular Coagulan (DIC).

Wibowo, B. T. Retrieved 13 April, 2016, from https://www.scribd.com/doc/308295349/DIC-Askep-


Klmk2.

(Wibowo)

19

Anda mungkin juga menyukai