Anda di halaman 1dari 21

i

ASUHAN KEPERAWATAN DISSEMINATED


INTRAVASKULAR COAGULATION (DIC)

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas mata kuliah


Keperawatan Medikal Bedah 1
Yang dibina oleh Ibu Dr. Susi Milwati., S.Kp., M.Pd

II B
Oleh :

1. Mega Noor Ainie 1601100055


2. Adinda Eka Narariya 1601100075
3. Dewi Nofita 1601100077
4. Harits Arkan Gumelar 1601100085

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
AGUSTUS 2017
i

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat Nya penulis dapat menyusun makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Disseminated Intravaskular Coagulation (Dic)”.
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan
tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima
kasih kepada
1. Ibu Dr. Susi Milwati., S.Kp., M.Pd selaku dosen pembimbing mata
kuliah Keperawatan Maternitas.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
ada kekurangan baik dari segi penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh
karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-
lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami
sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.

Malang, 17 Agustus 2017

Penulis
ii

DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMA KASIH................................................................. i


DAFTAR ISI ....................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Disseminated Intravaskular Coagulation ......................... 3
2.2 Etiologi Disseminated Intravaskular Coagulation ............................ 3
2.3 Gejala Klinis Disseminated Intravaskular Coagulation .................. 4
2.4 Patofisiologi Disseminated Intravaskular Coagulation ..................... 5
2.5 Contoh Asuhan Keperawatan ........................................................... 6

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 17
3.1 Saran ................................................................................................... 17

DAFTAR RUJUKAN .................................................................................... 18


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Disseminated Intravaskular Coagulation (DIC) merupakan kelainan
perdarahan yang mengancam nyawa, terutama disebabkan oleh kelainan
obstetrik, keganasan metastasis, trauma masif, serta sepsis bakterial. Hal ini
dapat terjadi hampir pada semua orang tanpa membedakan jenis kelamin, dan
usia.
Gejala DIC umumnya sangat terkait dengan penyakit yang
mendasarinya, ditambah gejala tambahan akibat trombosis, emboli, disfungsi
organ, dan perdarahan. Koagulasi Intravaskular Diseminata atau lebih populer
dengan istilah aslinya, Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)
merupakan diagnosis kompleks yang melibatkan komponen pembekuan darah
akibat penyakit lain yang mendahuluinya.
Terjadinya DIC dipicu oleh trauma atau jaringan nekrotik yang akan
melepaskan faktor-faktor pembekuan darah. Endotoksin dari bakteri gram
negatif akan mengaktivasi beberapa langkah pembekuan darah. Endotoksin ini
pula yang akan memicu pelepasan faktor pembekuan darah dari sel-sel
mononuklear dan endotel. Sel yang teraktivasi ini akan memicu terjadinya
koagulasi yang berpotensi menimbulkan trombi dan emboli pada
mikrovaskular. Maka dari itu penulis mengambil judul “Asuhan Keperawatan
Disseminated Intravascular Coagulation”

1
2

1.2 Rumusan Masalah


Dari Rumusan Masalah Di Atas, Diperoleh Rumusan Masalah Sebagai
Berikut Yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan Disseminated Intravascular Coagulation?
2. Apa saja etiologi dari Disseminated Intravascular Coagulation?
3. Bagaimana gejala klinis dari Disseminated Intravascular Coagulation?
4. Bagaimana patofisiologi Disseminated Intravascular Coagulation?
5. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Disseminated Intravaskular
Coagulation?

1.3 Tujuan Penulisan


Dari Rumusan Masalah Di Atas, Didapat Tujuan Penulisan Sebagai Berikut
Yaitu:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Disseminated Intravaskular
Coagulation.
2. Untuk mengetahui etiologi dari Disseminated Intravaskular Coagulation.
3. Untuk mengetahui gejala klinis dari Disseminated Intravascular
Coagulation.
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari Disseminated Intravaskular
Coagulation.
5. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari Disseminated Intravaskular
Coagulation.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)


Koagulasi intravaskular diseminata (KID) atau disebut juga
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) adalah suatu sindrom yang
ditandai dengan adanya perdarahan akibat trombin bersirkulasi dalam darah
hanya pada daerah tertentu. Dasarnya ialah pembentukan bekuan darah dalam
pembuluh-pembuluh darah kapiler, diduga karena masuknya tromboplastin
jaringan ke dalam darah. Akibat pembekuan ini terjadi trombositopenia,
pemakaian faktor-faktor pembekuan darah, dan fibrinolisis.
Keadaan ini diawali dengan pembekuan darah yang berlebihan, yang
biasanya dirangsang oleh suatu zat racun di dalam darah. Pada saat yang
bersamaan, terjadi pemakaian trombosit dan protein dari faktor-faktor
pembekuan sehingga jumlah faktor pembekuan berkurang, maka terjadi
perdarahan yang berlebihan.

2.2 Etiologi Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)


Kondisi Klinis yang dapat menyebabkan terjadinya DIC:
1. Sepsis
2. Trauma:
- Cidera kepala
- Emboli lemak
- Penyakit hati akut
- Luka bakar
3. Infeksi:
- Septikemia
- Gram Negative
- Gram positif
- Virus HIV
- Hepatitis
- Dengue

3
4

- Parasit Malaria
4. Reaksi terhadap toksin
5. Kelainan Imunologik:
- Reaksi alergi yang berat
- Reaksi hemolitik pada transfuse
6. Hematologi:
- Reaksi transfusi
- Hemolisis berat
- Leukimia
7. Komplikasi obstetrik
- Emboli cairan amnion
- Kematian janin intra uteri
- Abortus
- Septik
- Solucio plasenta

 Orang-orang yang memiliki resiko paling tinggi untuk menderita DIC:


1. Wanita yang telah menjalani pembedahan kandungan atau persalinan
disertai komplikasi, dimana jaringan rahim masuk ke dalam aliran darah.
2. Penderita infeksi berat, dimana bakteri melepaskan endotoksin (suatu zat
yang menyebabkan terjadinya aktivasi pembekuan)
3. Penderita leukemia atau penderita kanker lambung, pankreas maupun
prostat.

2.3 Gejala Klinis Dari Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)


1. Pembekuan darah.
2. Berkurangnya tekanan darah.
3. Mudah memar.
4. Perdarahan pada rektum atau vagina.
5. Bintik-bintik merah pada permukaan kulit.
6. Perubahan tingkat kesadaran.
5

7. Sianosis dan takipnea (peningkatan ftekuensi pernapasan) akibat


buruknya perfusi dan oksigenasi jaringan umum terjadi.
8. Hematuria (darah dalam urine) akibat perdarahan atau oliguria
(penurunan pengeluaran urine) akibat perfusi yang buruk.

2.4 Patofisiologi Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)


Disseminated Intravaskular Coagulation ( DIC ) ditandai dengan aktivasi
sistemik dari system pembekuan darah, yang menyebabkan reaksi generasi
dan deposisi (pengendapan ) dari fibrin, menimbulkan thrombus
microvaskuler di organ-organ tubuh sehingga menyebabkan terjadinya multi
organ failure. ( Levi, 1999 )
Emboli cairan amnion yang disertai Disseminated Intravaskular
Coagulation ( DIC ) sering mengancam jiwa dan dapat menyebabkan
kematian. Gejala DIC, karena emboli cairan amnion yaitu gagal nafas akut,
dan renjatan. Pada sindrom mati janin dalam uterus yang lebih dari 5 minggu
yang ditemukan DIC pada 50% kasus. Biasanya pada permulaan hanya DIC.
derajat rendah dan kemudian dapat berkembang cepat menjadi DIC fulminan.
Dalam keadaan seperti ini nekrosis jaringan janin dan enzim jaringan nekrosis
tersebut akan masuk dalam sirkulasi ibu dan mengaktifkan sistem koagulasi
dan fibrinolisis sehingga terjadi DIC fulminan.
Hemolisis karena reaksi transfusi darah dapat memicu sistem koagulasi
sehingga terjadi DIC. Akibat hemolisis,sel darah merah (SDM) melepaskan
adenosine difosfat (ADP) atau membrane fosfolipid SDM yang mengaktifkan
sistem koagulasi baik sendiri maupun secara bersamaan dan menyebabkan
DIC. Pada septikimia DIC terjadi akibat endotoksin atau mantel polisakarida
bakteri memulai koagulasi dengan cara mengaktifkan factor F XII menjadi
FXIIa, menginduksi pelepasan reaksi trombosit,menyebabkan endotel
terkelupas yang dilanjutkan aktivasi F XII men F X-Xia dan pelepasan materi
prokoagulan dari granulosit dan semuanya ini dapat mencetuskan DIC.
6

2.5 Contoh Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
A. Identitas Klien
1.Nama
2.Umur
3.Agama
4.Jenis Kelamin
5.Pendidikan
6.Pekerjaan
7.Alamat
8.Status

B. Keluhan utama
C. Riwayat penyakit sekarang
D. Riwayat kesehatan lalu
E. Adanya faktor-faktor predisposisi seperti:
 Septicemia (penyebab  Luka bakar berat dan luas
paling umum)  Neoplasia
 Komplikasi obstetric  Gigitan ular
 SPSD (sindrom distress  Penyakit hepar
pernafasan dewasa)  Trauma
F. Pemeriksaan fisik:
1. TTV
2. Perdarahan abnormal pada semua system dan pada sisi prosedur
invatif
a. Kulit dan mukosa membrane
b. Perembesan difusi darah atau plasma
c. Purpura yang teraba pada awalnya di dada dan abdomen
d. Bula hemoragi
e. Hemoragi subkutan
f. Hematoma
7

g. Luka bakar karena plester sianosis akral ( estrimitas berwarna agak


kebiruan, abu –abu, atau ungu gelap
3. Sistem GI
a. Mual dan muntah c. Nasogastrik dan feses
b. Uji guayak positif pada d. Nyeri hebat pada abdomen
emesis atau aspirasi e. Peningkatan lingkar abdomen
4. Sistem ginjal
a. Hematuria
b. Oliguria
5. Sistem pernafasan
a. Dispnea
b. Takipnea
c. Sputum mengandung darah
6. Sistem kardiovaskuler
a. Hipotensi meningkat dan postural
b. Frekuensi jantung meningkat
c. Nadi perifer tidak teraba
7. Sistem saraf perifer
a. Perubahan tingkat kesadaran
b. Gelisah
c. Ketidaksadaran vasomotor
8. Sistem muskuloskeletal
a. Nyeri : kateter arteral dan selang
otot,sendi,punggung nasogastrik atau dada,
b. Perdarahan sampai dll.
hemoragi g. Kerusakan perfusi jaringan
c. Insisi operasi h. Serebral: perubahan pada
d. Uterus post partum sensorium, gelisah, kacau mental,
e. Fundus mata perubahan sakit kepala
visual i. Ginjal: penurunan pengeluaran
f. Pada sisi prosedur urin
invasif : suntikan, IV, j. Paru : dispnea dan orthopnea
8

k. Kulit: akrosianosis ( sianosis pada lengan perifer dan


ketidakteraturan bentuk bercak kaki )

2. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan
hemoragi sekunder.
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya tingkat
ansietas dan adanya pembekuan darah.
3) Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan
4) Defisit volume cairan yang berhubungan dengan hemoragi perebesan
darah dan tepat fungsi kongesti jaringan danperlambatan volume darah
bersirkulasi.
5) Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan
dengan keadaan syok, hemoragi, kongesti jaringan dan penurunan
perfusi jaringan.
6) Ansietas berhubungan dengan rasa takut mati karena perdarahan,
kehilangan beberapa aspek kemandirian karena penyakit kronis yang
diderita
7) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan minimnya informasi
8) Gangguan konsep diri berhubungan dengan kehilangan yang nyata akan
yang dirasakan.

3. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa keperawatan 1 :
- Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan
berhubungandengan hemoragi sekunder.
b. Hasil yang diharapkan:
1. Menunjukan tidak ada manifestasi syok
2. Menunjukan pasien tetap sadar dan berorientasi
3. Menunjukan tidak ada lagi perdarahan
4. Menunjukan nilai-nilai laboraturium normal
9

No Intervensi
Pantau hasil pemeriksaan koagulasi, tanda-tanda vital, dan
1
perubahan sisi baru dan potensial.
Mulai kewaspadaan pendarahan
a. Kewaspadaan apabila ada resiko terhadap perdarahan
(jumlah trobosit kurang dari 50.000/CU mm23)
1. Tempatkan tanda “kewaspadaan perdarahan” di atas
tempat tidur klien, sehingga petugas perawatan kesehatan
lainnya mengetahui adanya kewaspadaan terhadap
perdarahan.
2. Pertahanan semua sisi fungsi selama 5 menit.
3. Pantau hasil pemeriksaan koagulasi.
4. Berikan transfuse darah seperti yang diminta dan sesuai
dengan penatalaksanaan medis.
5. Instruksikan klien untuk menghindari aktivitas fisik
berlebih.
6. Tes gualak untuk semua feses dan muntahan terhadap
2 darah.
7. Inspeksi urine terhadap hematuria nyata.
8. Periksa warna dan konsistensi feses.
9. Inspeksi kulit, rongga oral dan konjungtiva setiap hari
dan catat luasnya ptekie dan memar bila ada.
10. Gunakan pencukur jenggot listrik sebagai pengganti
pisau cukur.
11. Gunakan sikat gigi berbulu halus untuk menyikat gigi
12. Hindari pengukuran suhu rektal dan tindakan enema.
13. Hindari aspirin dan berbagai produk yang mengandung
aspirin.
14. Instruksikan klien untuk berjalan dengan menggunakan
alas kaki.
15. Selama menstruasi, catat jumlah pembalut yang
digunakan.
10

b. Kewaspadaan bila ada resiko terhadap hemoragi spontan


(jumlah trombosit kurang dari 20.000/CU mm23).
1. Tempatkan tanda “kewaspadaan perdarahan” di atas
tempat tidur klien, sehingga petugas kesehatan lainnya
mengetahui adanya kewaspadaan terhadap perdarahan.
2. Berikan pelunak feses (bila tes Guaiak negative).
3. Instruksikan klien untuk menghindari meniup atau batuk
keras.
4. Pertahankan tirah baring klien untuk menghindari trauma
yang tidak diinginkan.
5. Pertahankan posisi kepala, tempat tidur ditinggikan untuk
mengurangi tekanan intrakranial dengan resiko terjadinya
hemoragi intrakranial.
6. Pantau tanda vital, warna kulit dan suhu, nadi pedalis,
status mental, dan bunyi paru setiap 4 jam.
7. Setiap 2-4 jam, anjurkan klien membalik badan, napas
dalam dan latihan gerak perlahan.
8. Gunakan kumur perawatan mulut, sebagai pengganti
sikat gigi.
9. Hindari penggunaan pencuci mulut komersial. Gunakan
larutan salin atau campuran natrium bikarbonat dan
hydrogen peroksida.
10. Pertahankan pelumas atau pelembab kulit dengan lotion.

a. Diagnosa keperawatan 2:
- Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya
tingkat ansietas dan adanya pembekuan darah.
b. Hasil yang diharapkan : Kebutuhan oksigen klien terpenuhi
No Intervensi
1 Posisikan klien agar ventilasi udara efektif.
2 Berikan oksigen dan pantau responnya.
3 Lakukan pengkajian pernapasan dengan sering.
11

Kurangi kebutuhan oksigen dengan mengurangi aktivitas


4
yang berlebih.
5 Kendalikan stimulus dari lingkungan.

a. Diagnosa keperawatan 3:
- Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan
b. Hasil yang diharapkan : Rasa nyeri yang dialami klien berkurang
No Intervensi
Kaji lokasi, kualitas dan intensitas nyeri, gunakan skala
1
tingkat nyeri.
Baringkan klien pada posisi yang nyaman, berikan
2 penyangga bantal untuk mencegah tekanan pada bagian-
bagian tubuh tertentu.
Bantu memberikan perawatan ketika klien mengalami
3
perdarahan hebat atau rasa tidak nyaman.
Pertahankan lingkungan yang
4
nyaman.
Berikan waktu istirahat yang cukup, buat jadwal aktivitas
5 dan pemeriksaan diagnostik, bila memungkinkan, sesuaikan
dengan toleransi klien.
Bantu klien dengan pilihan tindakan yang nyaman seperti
6
musik, imajinasi atau distraksi lainnya.
Berikan analgesik sesuai order dokter dan kaji
7
kefektifannya.

a. Diagnosa keperawatan 4:
- Defisit volume cairan yang berhubungan dengan hemoragi,
perembesan darah pada tempat puncti, kongesti jaringan dan
perlambatan sirkulasi volume darah.
b. Hasil yang diharapkan : Mempertahankan status hemodinamik yang
adekuat.
No Intervensi
12

1 Kaji tanda-tanda vital setiap 1 jam.


Kaji dan pantau jantung terhadap frekuensi dan irama
2
jantung.
Evaluasi pengeluaran urin setiap jam (jumlah dan berat
3
jenis).
4 Kaji bunyi napas setiap 1 jam.
5 Kaji kualitas dan keberadaan nadi perifer setiap 4 jam.
6 Pertahankan masukan dan pengeluaran yang akurat.
7 Berikan cairan IV, sesuai intruksi.
8 Berikan produk-produk darah sesuai intruksi.
Evaluasi nilai-nilai hasi laboraturium Hb, Ht, Na, K, Cl, PT,
9 PTT, jumlah platelet produk solit fibri, fibrinogen dan masa
pembekuan.
10 Pertahankan tirah baring.

a. Diagnosa keperawatan 5:
- Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan
dengan keadaan syok, hemoragi, kongesti jaringan dan penurunan
perfusi jaringan.
b. Hasil yang diharapkan : Kulit akan tetap utuh, tanpa ada bagian yang
mengalami memar atau lecet.
No Intervensi
1 Kaji semua permukaan kulit setiap 4 jam.
Angkat, periksa, dan gantikan semua balutan yang menekan,
2
setiap 4-8 jam sesuai intruksi.
3 Atur posisi pasien setiap 2 jam
4 Evaluasi semua keluhan.
Periksa jumlah SDP terhadap potensi infeksi.
5

6 Beri obat sesuai intruksi, untuk memberi rasa nyaman.


7 Hindari fungsi berlebihan untuk keperluan pemeriksaan
13

laboraturium, gunakan aliran arterial atau akses IV pada


pembuluh besar untuk pengambilan darah.
Gunakan bantalan restrain yang empuk jika diperlukan.
8

Untuk keamanan, bantu semua gerakan untuk turun dari


9
tempat tidur.
10 Lakukan hygiene oral tiap 4 jam.
Kaji semua orificium terhadap adanya hemoragi atau
11
memar.

a. Diagnosa keperawatan 6:
- Ansietas berhubungan dengan rasa takut mati karena perdarahan,
kehilangan beberapa aspek kemandirian karena penyakit kronis
yang diderita
b. Hasil yang diharapkan :
- Klien menunjukan rileks dan melaporkan penurunan ansietas
sampai tingkat dapat ditangani.
- Klien menyatakan kesadaran ansietas dan cara sehat menerimanya.
No Intervensi
Catat petunjuk perilaku, misalnya gelisah, peka rangsang,
1
kurang kontak mata, perilaku menarik perhatian.
2 Dorong menyatakan perasaan, beri umpan balik.
Akui bahwa masalah ansietas dan masalah mirip dengan
3 diekspresikan orang lain, tingkatkan perhatian
mendengarkan klien.
Berikan informasi yang adekuat dan nyata tentang apa
4 yang akan dilakukan, misalnya tirah baring, pembatasan
masukan per oral dan prosedur tindakan yang lain.
5 Berikan lingkungan yang tenang untuk istirahat.
Dorong klien atau orang terdekat untuk menyakan
6
perhatian.
7 Bantu klien untuk mengidentifikasi perilaku koping yang
14

dilakukan pada masa lalu.


Bantu klien belajar mekanisme koping paru, misalnya
8
teknik mengatasi stress dan keterampilan berorganisasi.
Kolaborasi
a. Berikan obat sesuai indikasi sedatif, misalnya
9 barbiturat, agen antiansientas dan diazepam.
b. Rujuk pada perawat spesialis, pelayanan sosial atau
penasehat agama.

a. Diagnosa keperawatan 7:
- Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan minimnya informasi
b. Hasil yang diharapkan :
1. Ekspresi wajah klien menunjukan rileks, perasaan gugup dan
cemas berkurang.
2. Menunjukan pemahaman tentang tentang rencana terapeutik.
No Intervensi
Gunakan pendekatan yang tenang dan dapat menenangkan
1 klien sewaktu memberi informasi. Beri dorongan untuk
bertanya.
Jelaskan mengenai gambaran singkat tes, tujuan tes,
2
persiapan tes, dan perawatan setelah tes.

a. Diagnosa keperawatan 8:
- Gangguan konsep diri berhubungan dengan kehilangan yang nyata
akan yang dirasakan
b. Hasil yang diharapkan :
1. Peningkatan partisipasi klien dalam perawatan dirinya.
2. Perubahan gaya hidup.
No Intervensi
Biarkan klien dan oreng terdekat mengungkapkan
1
perasaannya.
2 Hindari pemberian informasi yang bertubi-tubi selama fase
15

awal proses berduka.


Jawab pertanyaan khusus.
Masukan informasi saat klien menunjukan kesiapan belajar.
Beri nomor telepon orang yang bisa dimintai dukungan oleh
klien dan keluarga saat pulang. Ingatkan klien untuk melihat
3 dirinya dengan pandangan yang berbeda.
Katakan pada klien bahwa ia harus menerima keadaannya
sekarang.
Berikan penghargaan untuk mengekspresikan perasaan.
4 Arahkan klien pada kelompok pendukung komunitas sesuai
indikasi.
Pertahankan keluarga mendapatkan informasi tentang
5 kemajuan klien.
Libatkan keluarga secara sering dalam perawatan klien.
Bila memungkinkan, biarkan klien untuk menentukan
6
pilihan dalam penawaran diri atau perawatan higiene rutin.
Bantu klien memandang penyakit kronis atau perubahan
citra tubuh sebagai tantangan untuk pertumbuhan daripada
situasi yang tidak mungkin. Gunakan istilah tantangan
7 pertumbuhan sebagai
ganti kecacatan. Bila ada penyakit terminal,tekankan bahwa
penelitian untuk pengobatan masih terus berlanjut dan
hindari janji palsu.
8 Lakukan rujukan psikiatrik sesuai pelaksanaan bila perlu.
16

4. IMPLEMENTASI
Sesuai dengan intervensi yang telah dibuat
5. EVALUASI
a. Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana
evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan dengan terus menerus dengan
melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.
b. Tujuan evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan
pengkajian ulang.
c. Kriteria dalam menentukan tercapainya suatu tujuan, pasien:
1. Tidak ada manifestasi syok
2. Pasien tetap sadar dan berorirentasi
3. Tidak ada lagi perdarahan
4. Nilai-nilai laboraturium normal
5. Klien tidak merasa sesak lagi
6. Klien mengatakan rasa nyerinya berkurang
7. Kebutuhan volume cairan terpenuhi
8. Integritas kulit terjaga
9. Klien menunjukan rileks dan melaporkan penurunan ansietas sampai
tingkat dapat ditangani.
d. Klien menyatakan kesadaran ansietas dan cara sehat menerimanya.
e. Ekspresi wajah klien menunjukan rileks, perasaan gugup dan cemas
berkurang.
f. Menunjukan pemahaman tentang rencana terapeutik.
g. Klien ikut berpartisipasi dalam perawatan dirinya.
h. Gaya hidup klien berubah.
BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan
Koagulasi intravaskular diseminata (KID) atau disebut juga
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) adalah suatu sindrom yang
ditandai dengan adanya perdarahan akibat trombin bersirkulasi dalam darah
hanya pada daerah tertentu. Dasarnya ialah pembentukan bekuan darah dalam
pembuluh-pembuluh darah kapiler, diduga karena masuknya tromboplastin
jaringan ke dalam darah.
Kondisi Klinis yang dapat menyebabkan terjadinya DIC: Sepsis,
trauma Infeksi, Komplikasi obstetrik, Reaksi terhadap toksin Kelainan
Imunologik dan hematologik.

b. Saran
Disseminated Intravaskular Coagulation (DIC) merupakan kelainan
perdarahan yang mengancam nyawa, karena beragamnya penyebab dari penyakit
ini diharapkan masyarakat mengetahui dan melakukan pengelolaan penderita
berdasarkan penyakit yang mendasarinya dan keberhasilan mengatasi penyakit
dasarnya akan menentukan keberhasilan pengobatan.

17
18

DAFTAR RUJUKAN

ASKEP Disseminated Intravaskular Coagulation ( DIC ) Pharizt. T. 2012.


ASKEP Disseminated Intravaskular Coagulation ( DIC ) , online.
http://phariztt.blogspot.co.id/2012/01/askep-disseminated-intravaskular.html.
18 Agustus 2017
Gofir, a. 2003. Diagnosa dan Terapi Kedokteran. Salemba Medika: Jakarta
Kusuma, H. Huda, A. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Edisi Revisi Jilid 2.
Mediaction: Jokjakarta
Suyono Selamet. 2001. Ilmu Penyakit dalam Jilid II Edisi ketiga.Balai Penerbit
FKUI: Jakarta
Scribe.com._. DIC (Disseminated Intravascular Coagulation). Online.
https://www.scribe.com/doc/96470147. diakses pada 18 Agustus 2017

Anda mungkin juga menyukai