KEPERAWATAN GERONTIK
OSTEOARTRITIS
Oleh:
B. Patofisiologis
Etiologi
Osteoartritis terjadi karena tulang rawan yang menjadi ujung dari tulang
yang bersambung dengan tulang lain menurun fungsinya. Permukaan halus
tulang rawan ini menjadi kasar dan menyebabkan iritasi. Jika tulang rawan
ini sudah kasar seluruhnya, akhirnya tulang akan bertemu tulang yang
menyebabkan pangkal tulang menjadi rusak dan gerakan pada sambungan
akan menyebabkan nyeri dan ngilu.
Klasifikasi
Osteoartritis dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu, OA Primer dan
OA sekunder. OA primer disebut idiopatik, disebabkan karena adanya faktor
genetik yaitu adanya abnormalitas kolagen sehingga mudah rusak.
Sedangkan OA sekunder adalah OA yang didasari oleh kelainan seperti
kelainan endokrin, trauma, kegemukan, dan inflamasi.
1
Faktor Penyebab
Beberapa faktor penyebab timbunya osteoartritis adalah sebagi berikut:
a) Usia
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoarthritis faktor
ketuaan adalah yang terkuat (Soeroso, 2007). Prevalensi dan beratnya
orteoartritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur.
b) Jenis Kelamin
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki
lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher.
Secara keseluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang
lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi
oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini
menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis. (
Soeroso, 2006 ).
c) Riwayat Penyakit Sebelumnya
Trauma pada suatu sendi yang terjadi sebelumnya, biasa
mengakibatkan malformasi sendi yang akan meningkatkan resiko
terjadinya osteoartritis. trauma berpengaruh terhadap kartilago artikuler,
ligamen ataupun menikus yang menyebabkan biomekanika sendi
menjadi abnormal dan memicu terjadinya degenerasi premature.
(Shiddiqui, 2008).
d) Pekerjaan
Osteoartritis lebih sering terjadi pada mereka yang pekerjaannnya
sering memberikan tekananan pada sendi-sendi tertentu. Jenis pekerjaan
juga mempengaruhi sendi mana yang cenderung terkena osteoartritis.
sebagai contoh, pada tukang jahit, osteoartritis lebih sering terjadi di
daerah lutut, sedangkan pada buruh bangunan sering terjadi pada daerah
pinggang. (Dewi SK. 2009).
e) Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya
resiko untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria.
Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi
2
yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain
(tangan atau sternoklavikula). Pada kondisi ini terjadi peningkatan
beban mekanis pada tulang dan sendi (Soeroso, 2007).
f) Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal,
pada ibu dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter
falang distal terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi
tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali
lebih sering dari pada ibu dan anak perempuan dari wanita tanpa
osteoarthritis. (Soeroso, 2007).
g) Suku
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya
terdapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya
osteoartritis paha lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan Asia
dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih sering dijumpai pada orang –
orang Amerika asli (Indian) dari pada orang kulit putih. Hal ini
mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan
pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan. (Soeroso J. et all,
2007).
C. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena,
terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-
mula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang saat istirahat.
Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran
sendi, dan perubahan gaya berjalan. (Soeroso J. Et all, 2007). Nyeri
merupakan keluhan utama tersering dari pasien-pasien dengan OA yang
ditimbulkan oleh keainan seperti tulang, membran sinovial, kapsul fibrosa,
dan spasme otot-otot di sekeliling sendi.
Karakteristik pada osteoartritis dibedakan menjadi dua, sebagi berikut:
1. Nyeri Akut
3
Nyeri awalnya tumpul, kemudian semakin berat, hilang tibul, dan
diperberat oleh aktivitas gerak sendi. Nyeri biasanya menghilang dengan
istirahat.
2. Nyeri Kronis
Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya
bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa
gerakan dan tertentu terkadang dapat menimbulkan rasa nyeri yang melebihi
gerakan lain. ( Soeroso, 2006 )
Perubahan ini dapat ditemukan meski OA masih tergolong dini ( secara
radiologis ). Umumnya bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit
sampai sendi hanya bias digoyangkan dan menjadi kontraktur, Hambatan
4
gerak dapat konsentris ( seluruh arah gerakan ) maupun eksentris ( salah satu
arah gerakan saja ) ( Soeroso, 2006 ).
5
Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada sendi
yang biasanya tidak banyak ( < 100 cc ) atau karena adanya osteofit,
sehingga bentuk permukaan sendi berubah ( Soeroso, 2006 ).
Adanya Peradangan
Tanda – tanda adanya peradangan pada sendi ( nyeri tekan, gangguan
gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan ) dapat dijumpai pada
OA karena adanya synovitis. Biasanya tanda – tanda ini tidak menonjol dan
timbul pada perkembangan penyakit yang lebih jauh. Gejala ini sering
dijumpai pada OA lutut ( Soeroso, 2006 ).
D. Pemeriksaan Diagnostik
6
serum, karena factor ini meningkat secara normal paa peningkatan usia.
Laju endap darah eritrosit mungkin akan meningkat apabila ada sinovitis
yang luas
E. Pathway Osteoartritis
Proses Penuaan
Trauma
- Intrinsik
- Ekstrinsik
Pemecahan Perubahan
kondrosit Komponen sendi
- Kolagen
Perubahan
- Progteogtikasi
Proses - Jaringan sub metabolisme sendi
A.penyakit
degeneratif yang kondrial
B.
panjang
MK:Kerusakan Pengeluaran
C.
Penatalaksanaan
enzim lisosom
lingkungan
D.
Kerusakan matrik
- Kurang
kartilago
kemampuan
E.
mengingat
- Kesalahan
F.
interpretasi Penebalan Perubahan
G. tulang sendi fungsi sendi
Penyempitan Deformitas
Kurang rongga sendi sendi
pengetahuan
H. Kontraktur
- Penurunan Kerusakan
Kekuatan mobilitas fisik
- nyeri
Gangguan Hipertrofi
Kurang Citra tubuh
perawatan diri
Distensi Cairan
7
A. Penatalaksanaan Medis
a. Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk
osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang
diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas
dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid
bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak
dapat memperbaiki atau menghentikan proses patologis osteoartritis.
b. Perlindungan sendi
c. Diet
d. Dukungan psikososial
e. Persoalan Seksual
8
f. Fisioterapi
g. Operasi
KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan, yang memburuk dengan
stress pada sendi, kekakuan sendi pada pagi hari.
9
Tanda : malaise, keterbatasan ruang gerak, atrofi otot, kulit kontraktur atau
kelainan pada sendi dan otot.
b. Kardiovaskular
Gejala : fenomena Raynaud jari tangan/kaki, missal pucat intermitten,
sianotik kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.
c. Integritas ego
Gejala : factor-faktor stress akut/kronis missal finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, factor-faktor hubungan social, keputusasaan dan
ketidakberdayaan. Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas diri
missal ketergantungan pada orang lain, dan perubahan bentuk anggota
tubuh.
d. Makanan / cairan
Gejala : ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengonsumsi makanan
atau cairan adekuat, anoreksia, dan kesulitan untuk mengunyah.
e. Hygiene
Gejala : berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi
secara mandiri, ketergantungan pada orang lain.
f. Neurosensory
Gejala : kebas/ kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : fase akut dari nyeri ( disertai/ tidak disertai pembengkakan jaringan
lunak pada sendi ), rasa nyeri kronis dan kekakuan ( terutama pada pagi
hari)
h. Keamanan
10
Gejala : kulit mengkilat, tegang, nodus subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki,
kesulitan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga, demam
ringan menetap, kekeringan pada mata, dan membrane mukosa.
i. Interaksi social
Gejala : kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain, perubahan peran,
isolasi.
2. Diagnosa Keperawtan
11
3. Rencana Keperawatan
No Dx Dx. Keperwatan Nursing Outcome Classification Nursing Intervention Classification
( NOC ) ( NIC )
1. Nyeri kronis berhubungan Tujuan: 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
dengan hipertrofi pada Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 komperhensif, termsuk lokasi,
sendi jam diharapkan nyeri dapat terkontrol dan karakteristik, durasi, frekuensi,
nyeri berkurang. kualitas, dan faktor presipitasi.
Kriteria Hasil: 2. Kaji tipe dan sumber nyeri.
Klien mengetahui faktor penyebab 3. Ajarkan tekni non-farmakologi.
nyeri. 4. Kolaborasi pemeberian analgesik.
Klien mampu menggunakan metode 5. Berikan terapi kompres hangat pada
non-analgesik untuk mengurangi area nyeri.
nyeri. 6. Observasi reaksi non verbal .
Skala nyeri berkurang menjadi 0-1. 7. Kolaborasi dengan dokter jika nyeri
tidak berkurang.
2. Hambatan Mobiltas Fisik Tujuan: 1. Monitoring vital sign sebelum dan
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 sesudah latihan dan lihat respon
deformitas pada sendi jam klien mampu berjalan dengan langkah klien saat latihan.
efektif. 2. Konsultasi dengan terapi fisik
12
Kriteria Hasil: tentang rencana ambulansi sesuai
Klien mampu berjalan dengan kebutuhan.
seimbang. 3. Bantu klien untuk menggunakan
Klien mampu berjalan tanpa adanya tongkat saat berjalan dan cegah
rasa nyeri. terhadap cedra.
4. Kaji kemampuan klien dalam
mobilisasi.
5. Dampingi dan bantu klien saat
mobilisasi.
3. Resiko cedera berhubungan Tujuan: 1. Ciptakan lingkungan yang nyaman
dengan kelemahan fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 dan aman bagi klien.
jam diharapkan klien tidak mengalami cedera. 2. Identifikasi faktor lingkungan yang
Kroteria Hasil: dapat menyebabkna klien cedera.
Kejadian cedera (jatuh) tidak ada. 3. Ajarkan perubahan gaya berjalan
Klien mengerti cara pencegahan pada klien agar tidak mgalamai
cedera. cedera.
4. Menganjurkan klien menggunakan
alat bantu saat berjalan.
5. Berikan edukasi tentang strategi dan
13
tindakan untuk mencegah ceder
pada klien.
4. Gg. Citra Tubuh Tujuan: 1. Kaji secara non-verbal respon klien
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x terhadap tubuhnya.
perubahan fungsi pada 24 jam klien mampu menerima mengenai 2. Monitoring frekuensi mengkritik
perubahan pada fungsi tubuhnya. dirinya.
Kriteria Hasil: 3. Dorong klien mengungkapkan
Kilen menerima dengan perubahan perasaannya.
pada fungsi tubuh. 4. Identifikasi arti pengurangan
Klien dapat mempertahankan interaksi melalui pemakaian alat bantu.
sosial. 5. Fasilitasi kontak dengan individu
Klien mampu berpikir positif terhadap lain dalamc kelompok kecil.
diriya sendiri.
5. Defisit Perawatan Diri Tjuan: 1. Pantau kebersihan diri klien sesuai
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 denhgan kemampuannya.
kelemahan fisik jam diharapkan klien mampu memenuhi 2. Berikan dukungan pada klien dalam
perawatan diri sehari-hari. malakukan perawtan dirinya.
Kriteria hasil: 3. Berikan bantuan keapada klien
14
Klien mampu melakukan perawatan dalam perawatan diri dampai klien
dri secara mandiri dengan atau tanpa mandiri.
alat bantu. 4. Berikan fasilitas yang menunjang
klien dalam perawatan diri.
5. Ajarkan klien dan keluarga
menegenati caar persinal hygine.
15
DAFTAR PUSTAKA
Pearce, Evelin C. 2011. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
16