Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN GERONTIK

OSTEOARTRITIS

Oleh:

DEWI NOFITA

NIM 1601100077

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

D-III KEPERAWATAN MALANG

Februari 2019
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN GERONTIK
DENGAN OSTEOARTRITIS

A. Konsep Lansia
1.1 Pengertian Lansia
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari
suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua
merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua (Nugroho, 2008).
Penuaan adalah suatu proses yang alamiah yang tidak dapat dihindari,
berjalan secara terus-manerus, dan berkesinambungan (Depkes RI, 2001). Penuaan
adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan dan
terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan
kronologis tertentu (Stanley, 2006).

1.2 Klasifikasi Lansia


Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
 Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
 Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun.
 Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun.
 Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.

1.3 Proses Menua


Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa
dan masa tua. Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun
psikologis.Memasuki masa tua berarti mengalami kemuduran secara fisik maupun
psikis.Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih,
penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan
berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah.
Meskipun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi
tidak harus menimbulkan penyakit oleh karenanya usia lanjut harus sehat. Sehat
dalam hal ini diartikan:
1) Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial,
2) Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari,
3) Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan – perubahan
yang menuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus – menerus. Apabila
proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah
berbagai masalah.
Masalah – masalah yang menyertai lansia yaitu:
1) Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain,
2) Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola
hidupnya,
3) Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal
atau pindah,
4) Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah
banyak dan
5) Belajar memperlakukan anak – anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan
dengan perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang
mendasar adalah perubahan gerak.
Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap
diri makin bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin
berkurang.Ketiga minat terhadap uang semakin meningkat, terakhir minta
terhadap kegiatan – kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung menyempit.
Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi pada diri usia lanjut untuk selalu
menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi tersebut
diperlukan untuk melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk
meningkatkan kebugaran fisiknya.
Berkaitan dengan perubahan, perubahan yang dialami oleh setiap orang akan
mempengaruhi minatnya terhadap perubahan tersebut dan akhirnya
mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap yang ditunjukkan apakah
memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh perubahan
terhadap peran dan pengalaman pribadinya. Perubahan ynag diminati oleh para
lanjut usia adalah perubahan yang berkaitan dengan masalah peningkatan
kesehatan, ekonomi/pendapatan dan peran sosial.

1.4 Permasalahan yang Sering Terjadi pada Lansia


Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut
usia, antara lain:
1. Permasalahan umum
a) Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.
b) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang
berusia lanjut kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati.
c) Lahirnya kelompok masyarakat industri.
d) Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional pelayanan
lanjut usia.
e) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan
kesejahteraan lansia.
2. Permasalahan khusus :
a) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik
fisik, mental maupun sosial.
b) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.
c) Rendahnya produktifitas kerja lansia.
d) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.
e) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan
masyarakat individualistik.
Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu
kesehatan fisik lansia

1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Menua


a) Hereditas atau ketuaan genetik
b) Nutrisi atau makanan
c) Status kesehatan
d) Pengalaman hidup
e) Lingkungan
f) Stres

1.6 Perubahan yang Terjadi pada Lansia


1) Perubahan fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistim organ tubuh,
diantaranya sistim pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler,
sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastro intestinal, genito urinaria,
endokrin dan integumen.
2) Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
a) Pertama-tama perubahan fisik, khsusnya organ perasa.
b) Kesehatan umum
c) Tingkat pendidikan
d) Keturunan (hereditas)
e) Lingkungan
f) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
g) Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
h) Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman
dan famili.
i) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran
diri, perubahan konsep diri.
3) Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. Lansia makin
matur dalam kehidupan keagamaanya, hal ini terlihat dalam berfikir dan
bertindak dalam sehari-hari.

1.7 Tugas Perkembangan Lansia


Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri
terhadap tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang
pada tahap sebelumnya. Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai
berikut:
1) Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun.
2) Mempersiapkan diri untuk pensiun.
3) Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya.
4) Mempersiapkan kehidupan baru.
5) Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara santai.
6) Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan (Maryam,
2008).

B. Konsep Osteoartritis
2.1 Pengertian Osteoartritis
Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini
bersifat kronik, berjalan progresif lambat, dan abrasi rawan sendi dan adanya
gangguan pembentukan tulang baru pada permukaan persendian. Osteoartritis
adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul pada usia lanjut. Jarang
dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai pada usia diatas
60 tahun.
Osteoartritis juga dikenal dengan nama osteoartrosis, yaitu melemahnya
tulang rawan pada engsel yang dapat terjadi di engsel manapun di sekujur tubuh.
Tapi umumnya, penyakit ini terjadi pada siku tangan, lutut, pinggang dan
pinggul.

2.2 Klasifikasi
Osteoartritis dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu, OA Primer dan
OA sekunder. OA primer disebut idiopatik, disebabkan karena adanya faktor
genetik yaitu adanya abnormalitas kolagen sehingga mudah rusak. Sedangkan
OA sekunder adalah OA yang didasari oleh kelainan seperti kelainan endokrin,
trauma, kegemukan, dan inflamasi.

2.3 Faktor Penyebab


Beberapa faktor penyebab timbunya osteoartritis adalah sebagi berikut:
a) Usia
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoarthritis faktor ketuaan
adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat
dengan bertambahnya umur.
b) Jenis Kelamin
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih
sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keseluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada
laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak
pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada
patogenesis osteoartritis.
c) Riwayat Penyakit Sebelumnya
Trauma pada suatu sendi yang terjadi sebelumnya, biasa mengakibatkan
malformasi sendi yang akan meningkatkan resiko terjadinya osteoartritis.
trauma berpengaruh terhadap kartilago artikuler, ligamen ataupun menikus
yang menyebabkan biomekanika sendi menjadi abnormal dan memicu
terjadinya degenerasi premature. (Shiddiqui, 2008).
d) Pekerjaan
Osteoartritis lebih sering terjadi pada mereka yang pekerjaannnya sering
memberikan tekananan pada sendi-sendi tertentu. Jenis pekerjaan juga
mempengaruhi sendi mana yang cenderung terkena osteoartritis. sebagai
contoh, pada tukang jahit, osteoartritis lebih sering terjadi di daerah lutut,
sedangkan pada buruh bangunan sering terjadi pada daerah pinggang.
e) Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya
resiko untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria.
Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi
yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan
atau sternoklavikula). Pada kondisi ini terjadi peningkatan beban mekanis
pada tulang dan sendi.
f) Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada
ibu dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang
distal terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut,
dan anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering
dari pada ibu dan anak perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis.

2.4 Manifestasi Klinis


Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama
waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku,
kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan
pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan
gaya berjalan. Nyeri merupakan keluhan utama tersering dari pasien-pasien
dengan OA yang ditimbulkan oleh keainan seperti tulang, membran sinovial,
kapsul fibrosa, dan spasme otot-otot di sekeliling sendi.
Karakteristik pada osteoartritis dibedakan menjadi dua, sebagi berikut:
1. Nyeri Akut
Nyeri awalnya tumpul, kemudian semakin berat, hilang tibul, dan
diperberat oleh aktivitas gerak sendi. Nyeri biasanya menghilang dengan
istirahat.
2. Nyeri Kronis
Kekakuan pada kapsul sendi dapat menyebabkan kontraktur
(tertariknya) sendi dan menyebabkan terbatasnya gerakan. Penderita akan
merasakan gerakan sendi tidak licin disertai bunyi gemeretak (Krepitus).
Sendi terasa lebih kaku setelah istrahat. Perlahan-lahan sendi akan
bertambah kaku.
(Gambar : Perbandingan sendi sehat dan sendi yang terkena Osteosrtritis)
Secara Spesifikasi Manifestasi Klinis yang sering ditimbulkan adalah
sebagai berikut:
a) Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya bertambah
dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan
dan tertentu terkadang dapat menimbulkan rasa nyeri yang melebihi gerakan
lain. Kartilago tidak mengandung serabut saraf dan kehilangan kartilago
pada sendi tidak diikuti dengan timbulnya nyeri. Sehingga dapat
diasumsikan bahwa nyeri yang timbul pada OA berasal dari luar kartilago.
Pada penelitian dengan menggunakan MRI, didapat bahwa sumber dari nyeri
yang timbul diduga berasal dari peradangan sendi ( sinovitis ), efusi sendi,
dan edema sumsum. Osteofit merupakan salah satu penyebab timbulnya
nyeri. Ketika osteofit tumbuh, inervasi neurovaskular menembusi bagian
dasar tulang hingga ke kartilago dan menuju ke osteofit yang sedang
berkembang Hal ini menimbulkan nyeri. Nyeri dapat timbul dari bagian di
luar sendi, termasuk bursae di dekat sendi. Sumber nyeri yang umum di lutut
adalah aakibat dari anserine bursitis dan sindrom iliotibial band.
b) Habatan gerak sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan sejalan
dengan pertambahan rasa nyeri.
c) Kaku pagi
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau tidak
melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu
yang cukup lama, bahkan setelah bangun tidur di pagi hari.
d) Krepitasi
Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit. Gejala ini
umum dijumpai pada pasien OA lutut. Pada awalnya hanya berupa perasaan
akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang
memeriksa. Seiring dengan perkembangan penyakit, krepitasi dapat
terdengar hingga jarak tertentu.
e) Pemebengkakan sendi
Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada sendi yang
biasanya tidak banyak ( < 100 cc ) atau karena adanya osteofit, sehingga
bentuk permukaan sendi berubah.
f) Adanya Peradangan
Tanda – tanda adanya peradangan pada sendi ( nyeri tekan, gangguan gerak,
rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan ) dapat dijumpai pada OA
karena adanya synovitis. Biasanya tanda – tanda ini tidak menonjol dan
timbul pada perkembangan penyakit yang lebih jauh. Gejala ini sering
dijumpai pada OA lutut.
g) Perubahan Gaya berjalan
Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien dan merupakan
ancaman yang besar untuk kemandirian pasien OA, terlebih pada pasien
lanjut usia. Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri kastrena menjadi
tumpuan berat badan terutama pada OA lutut.

2.5 Pencegahan
Untuk mencegah osteoarthritis, lakukan hal-hal berikut:
a) Konsumsi makanan sehat seperti buah-buahan, sayur dan kacang-kacangan
b) Minum obat yang direkomendasikan dokter.
c) Pertimbangkan untuk menggunakan alat bantu saat beraktivitas untuk
mengurangi bahaya.
d) Jaga gerakan yang dapat menyebabkan cidera tulang.
e) Jika mengangkat benda, usahakan beban terbagi merata pada seluruh
sambungan tulang.
f) Pilih sepatu yang tepat.
g) Ketahui batas kemampuan gerakan dan kemampuan mengangkat beban.
h) Teknik relaksasi juga dapat membantu, seperti mengambil napas dalam dan
hipnosis.
2.6 Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak
meradang dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan,
rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan
tulang baru pada bagian tepi sendi.Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses
pemecahan kondrosit yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan
tersebut diduga diawali oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim
lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks
di sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi
yang paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan,
seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan
proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya
gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan
penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut. Perubahan-
perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu
misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit
peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat
intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya
perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan
mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan
ronggasendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya
hipertropi atau nodulus
2.7 Pathway Osteoartritis
Trauma
Proses Penuaan
- Intrinsik
- Ekstrinsik
Pemecahan Perubahan
kondrosit Komponen sendi

- Kolagen Perubahan
- Progteogtikasi metabolisme sendi
Proses penyakit
- Jaringan sub
degeneratif kondrial
yang panjang

MK:Kerusakan Pengeluaran
Penatalaksanaan
enzim lisosom
lingkungan

Kerusakan matrik
- Kurang
kemampuan kartilago
mengingat
- Kesalahan
Penebalan Perubahan
interpretasi
tulang sendi fungsi sendi

Penyempitan Deformitas
Kurang rongga sendi sendi
pengetahuan Kontraktur
- Penurunan Kerusakan
Kekuatan mobilitas fisik
- nyeri

Gangguan Hipertrofi
Kurang perawatan Citra tubuh
diri

Distensi Cairan

Nyeri Akut
2.8 Pemeriksaan Diagnostik
Terdapat beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk lebih
mendukung adanya Osteoartritis, antara lain sebagai berikut :
1) Foto polos sendi (Rontgent) menunjukkan penurunan progresif massa kartilago
sendi sebagai penyempitan rongga sendi, destruksi tulang, pembentukan osteofit
(tonjolan-tonjolan kecil pada tulang), perubahan bentuk sendi, dan destruksi
tulang.
2) Pemeriksaan cairan sendi dapat dijumpai peningkatan kekentalan cairan sendi.
3) Pemeriksa artroskopi dapat memperlihatkan destruksi tulang rawan sebelum
tampak di foto polos.
4) Pemeriksaan Laboratorium: Osteoatritis adalah gangguan atritis local, sehingga
tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk menegakkan diagnosis. Uji
laboratorium adakalanya dipakai untuk menyingkirkan bentuk-bentuk atritis
lainnya. Faktor rheumatoid bisa ditemukan dalam serum, karena factor ini
meningkat secara normal paa peningkatan usia. Laju endap darah eritrosit
mungkin akan meningkat apabila ada sinovitis yang luas.

2.8 Penatalaksanaan Keperawatan


a. Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis,
oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan
untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak
mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan
sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau
menghentikan proses patologis osteoartritis.
b. Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang
kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit.
Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga
perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk
(pronatio).
c. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus
menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan
seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
d. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya
yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak
pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang
lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan
untuk memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.
e. Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada
tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari
dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.
f. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang
meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian
panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan
kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat
gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai
seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin
dan mandi dari pancuran panas.
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat
otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometric lebih
baik dari pada isotonic karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan
sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena
berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot
periartikular memegang peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari
beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting.
g. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan
sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan
yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau
ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan
sendi, pebersihan osteofit (Ismayadi, 2004).

C. Konsep Keperawatan
3.1 Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan, yang memburuk dengan
stress pada sendi, kekakuan sendi pada pagi hari.
Tanda : malaise, keterbatasan ruang gerak, atrofi otot, kulit kontraktur atau
kelainan pada sendi dan otot.
b. Kardiovaskular
Gejala : fenomena Raynaud jari tangan/kaki, missal pucat intermitten,
sianotik kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.
c. Integritas ego
Gejala : factor-faktor stress akut/kronis missal finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, factor-faktor hubungan social, keputusasaan dan
ketidakberdayaan. Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas diri
missal ketergantungan pada orang lain, dan perubahan bentuk anggota
tubuh.
d. Makanan / cairan
Gejala : ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengonsumsi makanan
atau cairan adekuat, anoreksia, dan kesulitan untuk mengunyah.
Tanda : penurunan berat badan, dan membrane mukosa kering.
e. Hygiene
Gejala : berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi
secara mandiri, ketergantungan pada orang lain.
f. Neurosensory
Gejala : kebas/ kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan.
Tanda : pembengkakan sendi asimetri
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : fase akut dari nyeri ( disertai/ tidak disertai pembengkakan jaringan
lunak pada sendi ), rasa nyeri kronis dan kekakuan ( terutama pada pagi hari)
h. Keamanan
Gejala : kulit mengkilat, tegang, nodus subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki,
kesulitan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga, demam
ringan menetap, kekeringan pada mata, dan membrane mukosa.
i. Interaksi social
Gejala : kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain, perubahan peran,
isolasi.

3.2 Diagnosa Keperawtan


 Nyeri akut berhubungan dengan hipertrofi pada sendi.
 Hambatan Mobiltas Fisik berhubungan dengan deformitas pada sendi.
 Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi pada.
3.3 Rencana Keperawatan
No Dx Dx. Keperwatan Nursing Outcome Classification Nursing Intervention Classification
( NOC ) ( NIC )
1. Nyeri kronis berhubungan Tujuan: 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
dengan hipertrofi pada Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 komperhensif, termsuk lokasi,
sendi jam diharapkan nyeri dapat terkontrol dan karakteristik, durasi, frekuensi,
nyeri berkurang. kualitas, dan faktor presipitasi.
Kriteria Hasil: 2. Kaji tipe dan sumber nyeri.
 Klien mengetahui faktor penyebab 3. Ajarkan tekni non-farmakologi.
nyeri. 4. Kolaborasi pemeberian analgesik.
 Klien mampu menggunakan metode 5. Berikan terapi kompres hangat pada
non-analgesik untuk mengurangi nyeri. area nyeri.
 Skala nyeri berkurang menjadi 0-1. 6. Observasi reaksi non verbal .
7. Kolaborasi dengan dokter jika nyeri
tidak berkurang.
2. Hambatan Mobiltas Fisik Tujuan: 1. Monitoring vital sign sebelum dan
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 sesudah latihan dan lihat respon klien
deformitas pada sendi jam klien mampu berjalan dengan langkah saat latihan.
efektif.
Kriteria Hasil: 2. Konsultasi dengan terapi fisik
 Klien mampu berjalan dengan tentang rencana ambulansi sesuai
seimbang. kebutuhan.
 Klien mampu berjalan tanpa adanya 3. Bantu klien untuk menggunakan
rasa nyeri. tongkat saat berjalan dan cegah
terhadap cedra.
4. Kaji kemampuan klien dalam
mobilisasi.
5. Dampingi dan bantu klien saat
mobilisasi.
3. Gangguan Citra Tubuh Tujuan: 1. Kaji secara non-verbal respon klien
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x 24 terhadap tubuhnya.
perubahan fungsi pada jam klien mampu menerima mengenai 2. Monitoring frekuensi mengkritik
perubahan pada fungsi tubuhnya. dirinya.
Kriteria Hasil: 3. Dorong klien mengungkapkan
 Kilen menerima dengan perubahan perasaannya.
pada fungsi tubuh. 4. Identifikasi arti pengurangan melalui
 Klien dapat mempertahankan interaksi pemakaian alat bantu.
sosial.
 Klien mampu berpikir positif terhadap 5. Fasilitasi kontak dengan individu
diriya sendiri. lain dalamc kelompok kecil.
DAFTAR PUSTAKA

Price A, Sylvia, dkk, 2005. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-Proses Penyakit,
Edisi 6. Jakarta : EGC
Pearce, Evelin C. 2011. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Rezki, W. 2016. Laporan Pendahuluan Osteoarthritis. (Online).
(https://www.academia.edu/35378589/LAPORAN_PENDAHULUAN_OSTEO
ARTHRITIS), diakses pada tanggal 11 Februari 2019.
Yovie, P. 2019. Laporan Pendahuluan Osteoartritis. (Online).
(https://id.scribd.com/doc/145145228/LP-Osteoartritis), diakses pada tanggal 11
Februari 2019.

Anda mungkin juga menyukai