Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN GOUT ARTRHITIS PADA Tn. M. B.

DI UPT
KESEJAHTERAAN SOSIAL
LANJUT USIA BUDI AGUNG KUPANG

TANGGAL 06 MEI S/D 25 MEI 2019

HERLINA BAREK KELEN


NIM: 390 02818

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA


KUPANG
PROGRAM STUDI NERS
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lansia adalah proses menjadi lebih tua dengan umur mencapai 55 tahun ke atas. Pada
lansia akan mengalami kemunduran fisik, mental, dan sosial. Salah satu contoh kemunduran
fisik pada lansia adalah rentannya lansia terhadap penyakit, khususnya penyakit
degeneratif.Penyakit degeneratif yang umum di derita lansia salah satunya adalah Artritis
Gout (Nugroho, 2008).
Gout merupakan penyakit yang diderita oleh banyak orang. Gout sering dikaitkan
dengan masyarakat yang memiliki gaya hidup berlebihan. Insiden dan prevalensi gout terus
meningkat setiap tahunnya. Gout adalah salah satu tipe dari arthritis yang disebabkan karena
terlalu banyak atau tidak normalnya kadar asam urat didalam tubuh karena tubuh tidak bisa
mensekresikan asam urat secara normal. Kadar asam urat yang normal pada pria adalah 7
mg/dl sedangkan pada wanita dibawah 6 mg/dl (Dipiro, 2009).
Asam urat merupakan sisa metabolisme zat purin yang berasal dari makanan yang
dikonsumsi. Purin adalah zat yang terdapat dalam setiap bahan makanan yang berasal dari
tubuh makhluk hidup. Purin juga dihasilkan dari perusakan sel-sel tubuh yang terjadi secara
normal (Hidayat, 2009).
Arthritis gout juga adalah suatu proses inflamasi/pembengkakan yang terjadi karena
deposisi, deposit/timbunan kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi atau tofi. Masalah
akan timbul bila terbentuk kristal-kristal dari monosodium urat monohidrat pada sendi-sendi
dan jaringan sekitarnya. Kristal-kristal berbentuk jarum inilah yang mengakibatkan reaksi
peradangan atau inflamasi yang bila berlanjut akan mengakibatkan nyeri hebat. Jika tidak
diobati, maka endapan kristal ini akan menyebabkan kerusakan hebat pada sendi dan
jaringan lunak (Misnadiarly, 2007).

Gout umumnya dialami oleh laki – laki berusia lebih dari 30 tahun. Penyakit gout dapat
dikelompokkan menjadi gout primer dan sekunder. Sebagian besar penyebabnya
diperkirakan akibat kelainan proses metabolisme dalam tubuh dan 10% kasus dialami oleh
wanita setelah menopause karena gangguan hormon (Diantari dan Candra, 2013). Gout
biasanya terjadi secara mendadak. Kebanyakan orang mengalami serangan gout awal pada
sendi dari ibu jari kaki. Bagian lain yang dapat terserang diantaranya adalah pergelangan
kaki, tumit, pergelangan tangan, jari, dan siku. Sendi yang terserang tampak merah,
mengikat, bengkak, kulit terasa panas disertai nyeri yang hebat, dan persendian akan sulit
digerakkan. (Depkes, 2009).
Terapi arthritis gout terdapat dua pilihan yaitu terapi non farmakologis dan terapi
farmakologis. Terapi non farmakologis dapat dilakukan dengan memodifikasi gaya hidup
yang dapat menurunkan asam urat (Depkes, 2009). Pencegahan dapat dilakukan dengan cara
perbanyak minum air putih, makan makanan yang mengandung potasium tinggi, buah kaya
vitamin C, dan lain-lain (Ahmad, 2011). Terapi farmakologisnya dengan menggunakan obat
yang sesuai dengan gout yang diderita seperti arthritis gout akut (NSAID, Kolkhisin, dan
Kortikosteroid), gout kronis (urikostatik, urikosurik, urikolitik) dan arthritis gout
interkritikal (Profilaksis kolkhisin dosis rendah atau NSAID minimal 3 bulan) (Depkes,
2009).

1.2.Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan pengalaman belajar klinik di harapkan mampu menerapkan asuhan
keperawatan pada lansia yang mengalami masalah kesehatan.
1.2.2 Tujuan khusus
Setelah menyelesaikan pengalaman belajar klinik mahasiswa diharapkan mampu:
a. Mengidentifikasi data yang sesuai dengan masalah kesehatan yang di hadapi oleh lanisa.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan masalah kesehatan yang di hadapi
oleh lansia.
c. Menyusun rencana tindakan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang muncul.
d. Melaksanakan rencana keperawatan yang telah di susun.
Memodifikasi rencana yang telah di susun agar dapat di laksanakan oleh lansia sesuai
dengan kemampuan lansia.
e. Mengevaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan.
f. Mendokumentasikan asuhan yang telah di berikan secara benar.
BAB II
KONSEP TEORI
2.1.Konsep Lansia
2.1.1 Pengertian Lansia
Lansia adalah proses menjadi lebih tua dengan umur mencapai 55 tahun ke atas. Pada
lansia akan mengalami kemunduran fisik, mental, dan sosial. Salah satu contoh
kemunduran fisik pada lansia adalah rentannya lansia terhadap penyakit, khususnya
penyakit degeneratif.Penyakit degeneratif yang umum di derita lansia salah satunya
adalah Artritis Gout (Nugroho, 2008).

2.1.2 Batasan Lansia


Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.

2.1.3 Proses Menua


Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua (Nugroho,
1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis.Memasuki masa
tua berarti mengalami kemuduran secara fisik maupun psikis.Kemunduran fisik ditandai
dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan
memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional
meningkat dan kurang gairah.
Meskipun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi tidak harus
menimbulkan penyakit oleh karenanya usia lanjut harus sehat. Sehat dalam hal ini
diartikan:
1) Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial,
2) Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari,
3) Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat (Rahardjo, 1996)
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan – perubahan yang
menuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus – menerus. Apabila proses
penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah berbagai
masalah. Hurlock (2010) seperti dikutip oleh MunandarAshar Sunyoto (2011)
menyebutkan masalah – masalah yang menyertai lansia yaitu:
1) Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain,
2) Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola hidupnya,
3) Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal atau
pindah,
4) Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah banyak
dan
5) Belajar memperlakukan anak – anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan dengan
perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang mendasar adalah
perubahan gerak.
Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap diri
makin bertambah.Kedua minat terhadap penampilan semakin berkurang.Ketiga minat
terhadap uang semakin meningkat, terakhir minta terhadap kegiatan – kegiatan rekreasi
tak berubah hanya cenderung menyempit. Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi pada
diri usia lanjut untuk selalu menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara fisik.
Motivasi tersebut diperlukan untuk melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk
meningkatkan kebugaran fisiknya.
Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa perubahan
yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap perubahan tersebut
dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap yang ditunjukkan apakah
memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh perubahan terhadap
peran dan pengalaman pribadinya. Perubahan ynag diminati oleh para lanjut usia adalah
perubahan yang berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan, ekonomi/pendapatan
dan peran sosial (Goldstein, 2004)
Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri – ciri penyesuaian
yang tidak baik dari lansia (Hurlock, Munandar, 2007) adalah:
1) Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya.
2) Penarikan diri ke dalam dunia fantasi
3) Selalu mengingat kembali masa lalu
4) Selalu khawatir karena pengangguran,
5) Kurang ada motivasi,
6) Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan
7) Tempat tinggal yang tidak diinginkan.
Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah: minat yang
kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas, menikmati kerja dan hasil
kerja, menikmati kegiatan yang dilakukan saat ini dan memiliki kekhawatiran minimal
trehadap diri dan orang lain.

2.1.4 Permasalahan yang terjadi pada lansia


Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut usia, antara
lain: (Setiabudhi, T. 1999 : 40-42)
1. Permasalahan umum
a) Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.
b) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut
kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati.
c) Lahirnya kelompok masyarakat industri.
d) Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia.
e) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.
2. Permasalahan khusus :
a) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik, mental
maupun sosial.
b) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.
c) Rendahnya produktifitas kerja lansia.
d) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.
e) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat
individualistik.
f) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan
fisik lansia.
2.2. KONSEP ATRITIS GOUT.
2.2.1. PENGERTIAN

Menurut Revves (2004) Gout Artritis adalah asymmetrik (monoarticular) yang


berhubungan dengan hyperurisemia, peradangan ini biasanya mempengaruhi persendian
perifer, yang disebabkan oleh deposisi crystal urate monosodium.
Artritis gout merupakan penyakit heterogen sebagai akibat deposisi kristal
monosodium urat pada jaringan atau supersaturasi asam urat didalam cairan ekstarseluler
(Muhamad, 2011).
Artritis gout merupakan penyakit radang pada sendi yang me-nimbulkan rasa nyeri
sangat hebat, bengkak, hangat, kadang keme-rahan dan sulit untuk digerakkan.
Diakibatkan oleh deposisi kristal monosodium urat (MSU) di dalam sendi yang memicu
peradangan(Herlambang, 2013)

2.2.2. ETIOLOGI

Etiologi dari artritis gout meliputi usia, jenis kelamin, riwayat medikasi, obesitas,
konsumsi purin dan alkohol. Pria memiliki tingkat serum asam urat lebih tinggi dari pada
wanita, yang meningkatkan resiko mereka terserang artritis gout. Perkembangan artritis
gout sebelum usia 30 tahun lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita. Namun
angka kejadian artritis gout menjadi sama antara kedua jenis kelamin setelah usia 60 tahun.
Menurut Malya (2003), faktor – faktor yang berperan dalamper kembangan gout adalah
faktor yang menyebabkan terjadinya hiperurisemia diantaranya adalah :
1. Gangguan konsentrasi pembentukan asam urat yang berlebih :
A. Gout primer : akibat pembentukan langsung asam urat yang Berlebih.
B. Gout sekunder : ekskresi asam urat berkurang akibat proses penyakit atau pemakaian
obat-obatan.
2. Menurut Carter (dalam Arina Malya, 2003) penyebab dari gout :
A. Diit tinggi purin.
B. Konsumsi minumam beralkohol.
C. Pengaruh obat-obatan terhadap kadar asam urat dengan efek yang ditimbulkanya
dapatmenghambat ekskresi asam urat dalam ginjal (seperti : aspirin, diuretik).
2.2.3. PATOFISIOLOGI

Kristal natrium urat yang berlebihan dari asam urat yang tidak dikeluarkan akan
membentuk batu ginjal dan dapat meningkat dalam tubuh. Dengan adanya endapan serum
asam urat dalam jaringan tubuh maka dapat menurunkan konsentrasinya dalam darah.
Jaringan yang menjadi endapan kristal asam urat yaitu : tulang sendi, tulang kartilago
seperti pada telinga dan ginjal. Endapan kristal asam urat yang berlebihan pada jaringan
disebut tophi. Endapannya didalam ginjal menyebabkan batu asam urat/batu ginjal. Kristal
asam urat biasanya mengendap pada bagian perifer tubuh dan akibat kelebihan dapat
menyebabkan inflamasi yaitu inflamasi pada metacarpal dan pergelangan tangan. Apabila
frekuensi endapan kristal asam urat yang banyak menyebabkan cacat, inflamasi, odem,
panas, kemerahan dan nyeri sendi. Gout juga menjadi penyebab sekunder terjadi kerusakan
sel akibat terapi obat-obatan pada penyakit leukemia dan penyakit berbahaya
lainnya(Herlambang,2013).
2.2.4. Pathway

Penyebab primer Penyebab sekunder


 Diet tinggi purin  Penggunaan obat-obatan pada penyakit
 Kelainan herediter leukaemia dan penyakit berbahaya lainnya
 Genetic

Endapan asam urat pada jaringan (tophi)

Ginjal Bagian perifer tubuh Tulang kartilago

Batu ginjal Metacarpal, pergelangan tangan Telinga

Cacat, inflamasi, odem, panas


Kemerahan, nyei hebat

Hambatan mobilisasi fisik Nyeri Akut

Perubahan nutrisi : lebih


dari kebutuhan tubuh
2.2.5. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala arthritis gout secara umum adalah sebagai berikut:
A. Nyeri hebat yang tiba-tiba menyerang sendi pada saat tengah malam, biasanya pada
ibu jari kaki ( sendi metatarsofalangeal pertama ) atau jari kaki ( sendi tarsal )
B. Jumlah sendi yang meradang kurang dari empat ( oligoartritis ) dan serangannya pada
satu sisi ( unilateral ).
C. Kulit berwarna kemerahan, terasa panas, bengkak, dan sangat nyeri.
D. Pembengkakan sendi umumnya terjadi secara asimetris ( satu sisi tubuh ).
E. Demam, dengan suhu tubuh 38,30C atau lebih, tidak menurun lebih dari tiga hari
walau telah dilakukan perawatan.
F. Ruam kulit, sakit tenggorokan, lidah berwarna merah atau gusi berdarah.
G. Bengkak pada kaki dan peningkatan berat badan yang tiba-tiba. ( Ketia, 2009 ).

2.2.6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan yang dilakukan mencakup evaluasi manifestasi lokal seperti rasa sakit,
eritema, tenderness, pembengkakan dan pembatasan gerak dan juga memeriksa setiap
manifestasi sistemik, penyebab percepatan penyakit tersebut, serangan sebelumnya, dan
riwayat keluarga mengenai gout (encok).
Studi diagnostik mencakup peningkatan kadar asam urat serum (lebih besar dari 7,0
mg/dl), analisa cairan sendi yaitu adanya kristal urat monosodium dan ESR serta WBC
selama serangan. Pemeriksaan radiologi dapat dilakukan untuk mengetahui kondisi lain
dan dapat menunjukkan adanya edema jaringan lunak dan tofus.
Pemeriksaan diagnostic dibagi dalam dua bagian yaitu :
A. Pemeriksaan Laboratorium
a) Serum asam urat

Umumnya meningkat, diatas 7,5 mg/dl. Pemeriksaan ini mengindikasikan


hiperuricemia, akibat peningkatan produksi asam urat atau gangguan ekskresi.
b) Angka leukosit

Menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai 20.000/mm3 selama serangan


akut. Selama periode asimtomatik angka leukosit masih dalam batas normal yaitu
5000 - 10.000/mm3.
c) Eusinofil Sedimen rate (ESR)

Meningkat selama serangan akut. Peningkatan kecepatan sedimen rate


mengindikasikan proses inflamasi akut, sebagai akibat deposit asam urat di
persendian.
d) Urin spesimen 24 jam

Urin dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan produksi dan ekskresi dan asam
urat. Jumlah normal seorang mengekskresikan 250 - 750 mg/24 jam asam urat di
dalam urin. Ketika produksi asam urat meningkat maka level asam urat urin
meningkat. Kadar kurang dari 800 mg/24 jam mengindikasikan gangguan ekskresi
pada pasien dengan peningkatan serum asam urat.Instruksikan pasien untuk
menampung semua urin dengan peses atau tisu toilet selama waktu pengumpulan.
Biasanya diet purin normal direkomendasikan selama pengumpulan urin meskipun
diet bebas purin pada waktu itu diindikasikan.
e) Analisis cairan aspires

Dari sendi yang mengalami inflamasi akut atau material aspirasi dari sebuah tofi
menggunakan jarum kristal urat yang tajam, memberikan diagnosis definitif
gout(Herlambang, 2013).

B. pemeriksaan menggunakan alat


a). Pemeriksaan radiografi
Dilakukan pada sendi yang terserang, hasil pemeriksaan akan menunjukkan tidak
terdapat perubahan pada awal penyakit, tetapi setelah penyakit berkembang progresif
maka akan terlihat jelas/area terpukul pada tulang yang berada di bawah sinavial
sendi(Herlambang, 2013).
2.2.7. PENATALAKSANAAN
1. FARMOKOLOGIS
a. Pyroxicam 20 mg
indikasinya,terapi simtomatik rheumatoid arthritis,osteoarthritis dan
spondiltisankioma,gangguan musculoskeletal akut.Dosis,GOUT akut dosis awal
40mg dosis tunggal atau terbagi selama 4 – 6 hari berikutnya.
b. Fenilbutazon
Fenilbutazon, suatu agen anti radang, dapat juga digunakan unluk mengobati artritis
gout akut.Tetapi, karena fenilbutazon menimbulkan efek samping, maka kolkisin
digunakan sebagai terapi pencegahan. Indometasin juga cukup efektif.

2. NONFARMAKOLOGI
a. Diet rendah purin.
b. .Hindarkan alkohol dan makanan tinggi purin (hati, ginjal, ikan sarden, daging
kambing) serta banyak minum.
c. Tirah baring. Merupakan suatu keharusan dan di teruskan sampai 24 jam setelah
serangan menghilang. Gout dapat kambuh bila terlalu cepat bergerak(Budiyanto,
2011).

2.2.8. KOMPLIKASI

Menurut Rotschild (2013), komplikasi dari artritis gout meliputi severe degenerative
arthritis, infeksi sekunder, batu ginjal dan fraktur pada sendi. Sitokin, kemokin, protease,
dan oksidan yang berperan dalam proses inflamasi akut juga berperan pada proses
inflamasi kronis sehingga menyebabkan sinovitis kronis, dekstruksi kartilago, dan erosi
tulang. Kristal monosodium urat dapat mengaktifkan kondrosit untuk mengeluarkan IL-1,
merangsang sintesis nitric oxide dan matriks metaloproteinase yang nantinya menyebabkan
dekstruksi kartilago. Kristal monosodium urat mengaktivasi osteoblas sehingga
mengeluarkan sitokin dan menurunkan fungsi anabolik yang nantinya berkontribusi
terhadap kerusakan juxta artikular tulang (Choi et al, 2005).
Artritis gout telah lama diasosiasikan dengan peningkatan resiko terjadinya batu ginjal.
Penderita dengan artritis gout membentuk batu ginjal karena urin memilki pH rendah yang
mendukung terjadinya asam urat yang tidak terlarut (Liebman et al, 2007). Terdapat tiga
hal yang signifikan kelainan pada urin yang digambarkan pada penderita dengan uric acid
nephrolithiasis yaitu hiperurikosuria (disebabkan karena peningkatan kandungan asam urat
dalam urin), rendahnya pH (yang mana menurunkan kelarutan asam urat), dan rendahnya
volume urin (menyebabkan peningkatan konsentrasi asam urat pada urin) (Sakhaee dan
Maalouf, 2008).

2.2.9. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
pengumpulan data klien baik subjektif maupun objektif melalui anamnesis riwayat
penyakit penyakit, pengkjian psikososial, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
diagnostik.
a. Anamnesis :
Identitas ( meluputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang
digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi kesehatan,tanggal
masuk, diagnosa medis )
b. Riwayat penyakit sekarang
pengumpulan data dilakukan sejak munculnya keluhan dan secara umum mencakup
awal gejala dan bagaimana gejala tersebut berkembang, penting ditanyakan berapa
lama pemakain obat analgesik, allopurinol.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab yang mendukung terjadinya
gout (misalnya penyakit gagal ginjal kronis, leukemia, hiperparatiroidisme). Maslah
lain yang perlu ditanyakan adalah pernahkah klien dirawat dengan maslah yang
sama. Kaji adanya pemakaian alkohol yang berlebihan, penggunaan obat diuretic.
d. Riwayat penyakit keluarga
Kaji adanya keluarga dari generasi terdahulu yang mempunyai keluhan yang sama
dengan klien karena klien gout dipengaruhi oleh faktor genetic. ada produksi/sekresi
asam urat yang berlebihan dan tidak diketahui penyebabnya.
e. Riwayat Psikososial
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam
keluarga dan masyarakat. Respon disapat meliputi adanya kecemasan yang berbeda
dan berhubungan erat dengan adanya sensasi nyeri, hambatan mobilitas fisik akibat
respon nyeri dan ketidaktahuan akan program pengobatan dan prognosis penyakit
dan peningkatan peningkatan asam urat pada sirkulasi. adanya perubahan peran
dalam keluarga akibat adanya nyeri dan hambatan mobilitas fisik memberikan respon
terhadap konsep diri yang maladaptif.
f. Pemeriksaan Diagnostik
Gambaran radiologis pada stadium dini terlihat perubahan yang berarti dan mungkin
terlihat ostoeporosis yang ringan. pada kasus lebih lanjut, terlihat erosi tulang seperti
lubang-lubang kecil.

2. Diagnosa Yang Mungkin Muncul


a. Nyeri sendi b.d peradangan sendi, penimbunan kristal pada membran sinovia, tulang
rawan artikular, erosi tulang rawan, prolifera sinovia dan pembentukan panus.
b. Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan rentang gerak, kelamahan otot pada rentang
gerakan dan kekakuan pada sendi kaki sekunder akibat erosi tulang rawan dan
pembentukan panus.
c. Gangguan citra diri b.d perubahan bentuk kaki danterbentuknya tofus.

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa I : Nyeri sendi b.d peradangan sendi, penimbunan kristal pada membran
sinovia, tulang rawan artikular, erosi tulang rawan, prolifera sinovia dan
pembentukan panus.
Tujuan Keperawatan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam,
nyeri yang dirasakan klien berkurang
Dengan Kriteria Hasil :
 Klien melaporkan penelusuran nyeri
 Menunjukkan perilaku yang lebih rileks
 Skala nyeri berkurang dari 0 – 1 atau teratasi
Intervensi :
a. Kaji lokasi, intensitas dan tipe nyeri. Observasi kemajuan nyeri kedaerah yang
baru. Kaji nyeri dengan skala 0 – 4
b. Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor pencetus
c. Jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan pereda nyeri non farmakologi
dan non invasive
d. Ajarkan relaksasi : Teknik terkait ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi
intensitas nyeri
e. Ajarkan teknik distraksi selama nyeri akut
f. Tingkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri dan hubungan dengan berapa
lama nyeri akan berlangsung
g. Hindarkan klien meminum alkohol, kafein dan diuretic
h. kolaborasi dengan dokter pemberian allopurinol
Diagnosa II : Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan rentang gerak, kelamahan otot
pada rentang gerakan dan kekakuan pada sendi kaki sekunder akibat erosi
tulang rawan dan pembentukan panus.
Tujuan Keperawatan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien mampu
melaksanakan aktivitas sesuai dengan kemampuannya.
Kriteria Hasil :
 Klien ikut dalam program latihan
 Tidak mengalami kontraktur sendi
 Kekuatan otot bertambah
 Klien menunjukan tindakan untuk meningkatkan mobilitas dan mempertahankan
koordinasi optimal
Intervensi
a. Kaji mobilitas yang ada dan observasi adanya peningkatan kerusakan
b. Ajarkan klien melakukan latihan room dan perawatan diri sesuai toleransi
c. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien
Diagnosa III : Gangguan citra diri b.d perubahan bentuk kaki danterbentuknya tofus.
Tujuan Keperawatan : Citra diri meningkat
Kriteria Hasil :
 Klien mampu mengatakan dan mengkomunikasikan dengan orang terdekat
tentang situasi dan perubahan yang terjadi
 Mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi
 Mengakui dan menggabungkan dalam konsep diri
Intervensi
a. Kaji persepsi dan hubungan denga derajat ketidakmampuan
b. Tingkatkan kembali realitas bahwa masih dapat menggunakan sisi yang sakit dan
belajar mengontrol sisi yang sehat
c. Bantu dan anjurkan perawatan yang baik dan memperbaiki kebiasaan
d. Anjurkan orang terdekat untuk mengijinkan klien melakukan sebanyak mungkin hal
untuk dirinya
e. Bersama klien mencari alternative koping yang ositif
f. Dukung perilaku atau usaha peningkatan minat atau partisipasi dalam aktivitas
rehabilitas
g. Kolaborasi dengan ahli neuropsikologi dan konseling bila ada indikasi
BAB III
PENGKAJIAN
3.1.Pengkajian Keperawatan

Nama Mahasiswa : Herlina Barek Kelen


Tempat Praktek : Wisma Cemara, Panti Sosial Budi Agung Kupang
Tanggal : 06-25 Mei 2019

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN GOUT

Data Umum Pasien

Nama : PM. M.B


No RM : …………………………………

Umur : 76 Tahun
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Ds.Kuanheum.Kec.Amabi Oefeto,.Kab.kupang
Pendidikan terakhir : SMP
Tanggal masuk : 07/11/2011
Pekerjaan terakhir : Tentara

GENOGRAM

X X

X X

Keterangan :

X : Laki – laki Meninggal

: PM
 Alasan utama datang ke Panti Sosial:
PM.M.B mengatakan selama di rumah tidak ada yang mau mengurusnya,sehingga ia
memutuskan untuk masuk ke panti asuhan.
 Keluhan utama saat ini:
PM.M.B mengatakan merasa nyeri pada lutut bagian kiri dan bengkak
 Riwayat kesehatan keluarga:
PM.M.B mengatakan tidak ada riwayat penyakit seperti dirinya dalam keluarga.
 Riwayat Alergi
PM. M.B mengatakan ada riwayat alergi terhadap mie,telur, dan ikan asin
 Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum
Nyeri : Skala nyeri (comparative pain scale) 4 (0-10)
Status gizi : BB saat ini : 53 kg TB: cm BMI:
Gizi cukup Gizi lebih Gizi kurang
Personal Hygine: Baik
2. Sistem persepsi sensori
Pendengaran : Tidak baik karena saat berbicara dengan PM:M.B suara harus
keras dan jarak bicaranya harus dekat
Penglihatan :Tidak baik karena pandangan tampak kabur
Pengecap : Baik
Peraba : Baik
3. Sistem pernafasan
Frekwensi : 18 x/mnt
Suara nafas : Vesikuler
4. Sistem kardiovaskular
Tekanan darah : 140/80 mmHg Nadi: 75 x/menit Capillary Refill: < 3 detik.
5. Sistem saraf pusat
Kesadaran : Composmentis
Orientasi waktu : Baik
Orientasi orang : Baik
6. Sistem gastrointestinal
Nafsu makan : Baik
Pola makan : Baik, 3 x/hari
Abdomen : Supel, simetris
BAB : 1x/ Hari
7. Sistem musculoskeletal
Rentang gerak : Bebas
Kemampuan ADL : Mandiri
8. Sistem integument
PM.M.B
9. Sistem reproduksi:
Tidak dilakukan pemeriksaan.
10. Sistem perkemihan
Pola : Teratur
Frekuensi : 3 – 5 x/hari
Inkontinensia : Tidak
 Data Penunjang

Tidak ada data penunjang


 Terapi obat yang diberikan
1. piroxicam 10mg
2. dexametasone 0,75mg
3. captopril 25mg

 PSIKOSOSIOBUDAYA DAN SPIRITUAL


 Psikologis
Perasaan saat ini dalam menghadapi masalah :
PM. M. B tidak merasa khawatir saat menghadapi masalah
Cara mengatasi perasaan tersebut :
Saat menghadapi masalah PM. M. B selalu berdoa dan meluapkan emosi dengan berteriak
Rencana klien setelah masalahnya terselesaikan :
Tidak mengulangi kesalahan yang dilakukan
Pengetahuan klien tentang masalah / penyakit yang ada :
PM. M. B tidak banyak mengerti tentang penyakit yang dialaminya dan percaya sulit
sembuh karena dia memandang bahwa ini salah satu penyakit saat menua.
 Sosial
Aktivitas atau peran di masyarakat PM. M. B bersosialisasi baik dengan penghuni panti
lainnya
Kebiasaan di lingkungan yang tidak disukai : Suasana ribut
Cara mengatasinya : Menegur
 Budaya
Budaya yang diikuti klien adalah budaya : PM. M. B mengatakan menyesuaikan diri dengan
budaya di Nusa Tenggara Timur
Keberatan /tidak terhadap budaya yang diikuti : PM. M. B mengatatakan tidak keberatan
dengan dengan budaya di Nusa Tenggara Timur
Cara mengatasi (jika keberatan) : -
 Spiritual
Aktivitas ibadah yang sehari-hari dilakukan : Membaca kitab suci dan berdoa
Kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan : Kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan
adalah bimbingan rohani di panti.
Kegiatan ibadah yang saat ini tidak bisa dilakukan :-
Perasaan klien akibat tidak dapat melaksanakan ibadah tersebut :-
Upaya klien mengatasi perasaan tersebut : -
Apa keyakinan klien tentang peristiwa /masalah kesehatan yang sekarang sedang dialami :
PM. M. B mengatakan bersyukur kepada Tuhan karena masih diberi kesempatan sampai saat
ini.
Format Pemeriksaan MMSE (Mini-Mental State Examination)
Nama Pasien : PM.M.B Nama pemeriksa : Herlina Barek Kelen
Usia pasien : 76 Tahun Tanggal : 07/05/2019
Pendidikan : SMP Waktu : Pukul 10.30 Wita

Skor
Orientasi Tertinggi Dicapai
1. Sekarang ini (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), (hari), apa? 5 5
2. Kita berada di mana ? (negara), (propinsi), (kota), (panti wredha), 5 5
(Wisma)
Registrasi Memori
3. Sebut 3 obyek. 3 3
Tiap obyek 1 detik, kemudian lansia diminta mengulangi 3 nama 2x
obyek tadi. Nilai 1 untuk setiap nama obyek yang benar. Ulangi
sampai lansia dapat menyebutkan dengan benar. Catat jumlah
pengulangannya.
Atensi dan Kalkulasi
4. Kurangkan 100 dengan 5, kemudian hasilnya berturut-turut 5 4
kurangkan dengan 5 sampai pengurangan kelima (100 ; 95 ; 90 ; 85 ;
80 ; 75). Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar. Hentikan setelah 5
jawaban. Atau
Eja secara terbalik kata ”WAHYU”. Nilai diberikan pada huruf yang
benar sebelum kesalahan, missal ”UYAHW”
Pengenalan Kembali (recalling)
5. Lansia diminta menyebut lagi 3 obyek di atas 3 3
(pertanyaan ke-3)
Bahasa
6. Lansia diminta menyebut 2 benda yang ditunjukkan perawat, 2 2
misal : pensil, buku
7. Lansia diminta mengulangi ucapan perawat : 1 1
namun, tanpa, apabila
8. Lansia mengikuti 3 perintah : ambil kertas itu dengan tangan kanan 3 3
Anda, lipatlah menjadi dua, dan letakkan di lantai
9. Lansia diminta membaca dan melakukan perintah : 1 1
Pejamkan mata Anda
10. Lansia diminta menulis kalimat singkat tentang pikiran / perasaan 1 1
secara spontan di bawah ini. Kalimat terdiri dari 2 kata (subyek dan
predikat) : …………………………………………………….
11. Lansia diminta menggambar bentuk di bawah ini: 1 1
S
30 29
Skor Total

Interpretasi :
Jumlah respon dijumlahkan dan dikategorikan menjadi :
(1) Skor ≤ 16 : Terdapat gangguan kognitif.
(2) Skor 17-23 : Kemungkinan terdapat gangguan kognitif.
(3) Skor 24-30 : Tak ada gangguan kognitif.

keterangan
PM : M.B tidak memiliki gangguan kognitif
Orientasi Opa sekarang tahun berapa, Tahun 2019, bulan mei,
bulan berapa, tanggal berapa, tanggal 7, hari selasa.
hari apa? trus kalo tahun ini sekarang ini musim kemarau
biasanya musim apa?

Opa sekarang kita berada di Indonesia,propinsi nusa


negara mana? propinsi apa, tenggara tumur, kota kupang,
kota apa dan sekarang ini panti Budi agung, wisma
tinggal di panti apa, kalau Cemara
boleh tahu nama wismanya
apa opa?
Registrasi memori Opa coba sebutkan nama dari Meja, kursi,bulpen
3 benda yang akan saya
tunjuk
Atensi dan kulkulasi Opa sekarang kita akan 95, 90, 85, 80, 70
belajar menghitung dimulai
dengan pengurangan 100- 5,
95-5, 90-5, 85-5, 80-5 =
Pengenalan kembali Opa coba sebutkan kembali 3 Meja, bulpen, kursi
benda yang tadi sudah
ditunjuk?
Bahasa Opa coba sebutkan nama dari Pensil, buku
2 benda yang akan saya
tunjuk
Opa saya akan menyebutkan Namun, tanpa, apabila
tiga kata setelah itu opa coba
ulangi ya, namun, tanpa,
apabila
Opa coba ikuti instruksi Opa mengukuti instruksi
/perintah yang saya ucapkan, /perintah yang diucapakan
ambil kertas dengan tangan yaitu : ambil kertas dengan
kanan, lipat menjadi 2 bagian tangan kanan, lipat menjadi 2
kemudian letakkan di lantai bagian kemudian letakkan di
lantai
Opa saya akan menuliskan “OPA MARKUS”
dua kata, sambil opa menutup
kedua mata saat saya
mengatakan buka mata opa
langsung membuka mata dan
membaca dengan keras kata
yang sudah saya tulis “Opa
markus”
Coba opa tuliskan 2 kata apa “SAYA SENANG”
yang sedang opa pikirkan atau
opa rasakan sekarang
Coba opa gambarkan seperti
gambar di bawah ini
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONAIRE (SPMSQ)
(Penilaian ini untuk mengetahui fungsi intelektual lansia)
Skore
No Pertanyaan Jawaban
1 1. Tanggal berapa hari ini? 07
1 2. Hari apa sekarang ini? Selasa
1 3. Apa nama tempat ini? Wisma Cemara
1 4. Berapa nomor telepon Anda? Ds.Kuanheum.Kec.Amabi
Di mana alamat Anda? (Tanyakan Oefeto,.Kab.kupang
bila tidak memiliki telepon)
1 5. Berapa umur Anda? 76 tahun
1 6. Kapan Anda lahir? 17 Agustus 1942
1 7. Siapa Presiden Indonesia sekarang? Jokowi
1 8. Siapa Presiden sebelumnya SBY
1 9. Siapa nama kecil ibu Anda? Yakoba
1 10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap 17, 14, 11,8,5,2
pengurangan 3 dari setiap angka
baru semua secara menurun
10 Jumlah Kesalahan Total 0
Penilaian SPMSQ :
Pengisisan Benar 1, salah 0
Kesalahan 0-2 : Fungsi intelektual utuh
Kesalahan 3-4 : Gangguan fungsi intelektual ringan
Kesalahan 5-7 : Gangguan fungsi intelektual sedang
Kesalahan 8-10 : Gangguan fungsi intelektual berat

Keterangan : PM: M.B memiliki fungsi intelektual utuh


Indeks Katz Kemandirian dalam Aktivitas Hidup Sehari-Hari
(Katz Index of Independence in Activities of Daily Living)
Aktivitas Mandiri (nilai 1) Tergantung (nilai 0)
(Nilai 1 atau
0)
Mandi (Nilai 1) Mandi sendiri atau dibantu hanya (Nilai 0) Membutuhkan bantuan
Nilai__1 _ pada satu bagian tubuh seperti bagian sepenuhnya saat mandi atau dibantu
punggung, area genital, atau ekstremitas lebih dari satu bagian tubuh
yang tidak bisa digerakkan
Berpakaian (Nilai 1) Mengambil pakaian dari lemari (Nilai 0) Membutuhkan bantuan
Nilai__1__ dan laci dan memakainya sendiri tanpa untuk memakai pakaian sendiri
dibantu. Tali sepatu mungkin dibantu
Ke toilet (Nilai 1) Pergi ke toilet, membuka dan (Nilai 0) membutuhkan bantuan ke
Nilai__1__ menutup pintunya, membuka pakaian dan toilet
membersihkan area genital tanpa bantuan
Berpindah (Nilai 1) Bangun dari tempat tidur tanpa (Nilai 0) Membutuhkan bantuan
Nilai__1__ bantuan atau tanpa berpegangan pada untuk berpindah dari tempat tidur ke
kursi. kursi
Kontinen (Nilai 1)mampu mengontrol BAB dan (Nilai 0)(0 POINTS) Inkontinensia
(continence) BAK secara mandiri urine dan alvi, parsial atau total
Nilai__1__
Makan (Nilai 1) Mengambil makanan dari piring (Nilai 0) Membutuhkan bantuan
Nilai__1__ dan memasukkannya ke mulut tanpa untuk makan baik sebagiak maupun
bantuan. Penyiapan makan mungkin total atau membutuhkan parenteral
dilakukan oleh orang lain

TOTAL NILAI = ___6___ 6 = Tinggi (Pasien mandiri) 0 = Rendah (Pasien sangat tergantung
Sumber: Katz, Down, Cash, & Grotz (1970); Wallace, (2007)

keterangan :
PM: M.B mandiri dalam aktivitas hidup sehari – hari
SKALA DEPRESI GERIATRI
(Geriatric Depression Scale 15-Item / GDS-15)

No. Nilai Respon


KEADAAN YANG DIRASAKAN SELAMA SEMINGGU
TERAKHIR YA TIDAK
1. Apakah Anda sebenarnya puas dengan kehidupan Anda? 0 1
2. Apakah Anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan minat 1 0
atau kesenangan Anda?
3. Apakah Anda merasa kehidupan Anda kosong atau merasa 1 0
kesepian?
4. Apakah Anda sering merasa bosan? 1 0
5. Apakah Anda memiliki semangat yang bagus dalam sebagian 0 1
besar hidup anda?
6. Apakah Anda takut khawatir bahwa sesuatu yang buruk akan 1 0
terjadi pada Anda?
7. Apakah Anda merasa bahagia dalam sebagian besar hidup 0 1
Anda?
8. Apakah Anda sering merasa tidak berdaya? 1 0
9. Apakah Anda lebih suka tinggal di wisma atau di rumah 1 0
daripada pergi keluar untuk mengerjakan sesuatu yang baru?
10. Apakah Anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya 1 0
ingat Anda dibanding kebanyakan orang?
11. Apakah Anda pikir bahwa hidup Anda sekarang ini 0 1
menyenangkan?
12. Apakah Anda merasa tidak berharga? 1 0
13. Apakah Anda merasa penuh dengan energi/kekuatan? 0 1
14. Apakah Anda merasa apa yang anda alami sekarang ini/keadaan 1 0
anda saat ini tidak ada harapan?
15. Apakah Anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya 1 0
daripada Anda?
Interpretasi :
Jumlah respon dijumlahkan dan dikategorikan menjadi : 6 (Depresi Sedang)
(1) Skor 10 – 15 = Depresi berat
(2) Skor 5 – 9 = Depresi sedang
(3)Skor 0 - 4 = Normal
keterangan :
PM: M.B memiliki skala depresi geriatri sedang
Lembar observasi risiko jatuh
“The timed up and go (tug) test”
Nama : PM.M.B
Usia : 76 Tahun
Peralatan :
1. Sebuah stopwatch
2. Sebuah kursi
3. Meteran

Arahan:
Lansia memakai alas kaki yang biasa mereka gunakan sehari-hari.Lansia duduk dengan tenang
pada sebuah kursi yang memiliki sandaran.Buat sebuah garis yang berjarak 3 meter dari tempat
duduk lansia.
Instruksi kepada lansia:
Ketika saya mengatakan “mulai”Bapak/Ibu Harus :
1. Berdiri dari tempat duduk
2. Berjalan menuju garis yang sudah ditandai
3. Setelah tiba di garis tersebut maka
4. Bapak/Ibu harus berbalik
5. Berjalan kembali ke tempat duduk semula
6. Lalu duduk kembali
Waktu mulai dihitung saat pemeriksa mengucapkan “Mulai” dan berhenti ketika lansia duduk
kembali.
Hasil observasi: ____20_____Detik
Risiko rendah : bila <12 detik
Risiko Tinggi : bila ≥ 12 detik
Sumber: Center for disease control and prevention (2014, telah dimodifikasi sesuai penelitian
Kiik, 2015).

keterangan :
PM: M.B pada saat observasi resiko jatuh termasuk dalam resiko tinggi
Lembar observasi lingkungan tempat tinggal Lansia (Panti/ rumah)

Pertanyaan Ya Tidak
Apakah lampu yang digunakan adalah lampu pijar? √

Apakah ketinggian kasur dari lantai lebih dari 20 cm?


Apakah kamar mandi/WC memiliki pegangan?


Apakah jenis jamban yang digunakan adalah tipe jongkok?


Apakah terdapat kursi mandi?


Apakah lantai licin? √

Adakah undakan di rumah? √

Apakah ada tangga di rumah?


Apakah anda menggunakan karpet atau tikar di rumah?


Apakah barang-barang berserakan di lantai?


Total 1 9

Hasil observasi: Resiko rendah (3)

Risiko rendah : bila < nilai mean (6,33)

1= Risiko Tinggi : bila ≥ nilai mean (6,33)

(Sumber: Minesotta Home assesment, Dimodifikasi oleh Stefanus Mendes Kiik, Junaiti Sahar
dan Heni Permatasari, 2015)
3.2.1 Analisis Data

Data Etiologi
Masalah
Kode Diagnosa
DS: Agen cedera 00132 Domain 12 :
- PM. M.B mengatakan merasa nyeri pada lutut biologis Kenyamanan
kiri sampai ke kaki.
- Pengkajian nyeri Kelas 1 :
P : PM. M.B merasa nyeri jika baru bangun dari Kenyaman fisik
kursi atau tempat tidur
Q : Nyeri terasa seperti ditekan Diagnosa :
R :Nyeri pada lutut bagian kiri sampai ke kaki Nyeri Kronik
S : skala 4
T : Nyeri jika pasien bangun dan berjalan

DO:
- Tampak menahan nyeri dan memegang lutut
- TTV
TD : 140/80 mmHg
Nadi : 75 x/mnt
RR : 19 x/mnt
S : Skala nyeri 4 (1-10)

DS : Penurunan 00155 Domain 11:


- PM. M.B mengatakan susah berjalan kadang kekuatan Keamanan
capek karena kaki dan pinggul mudah lelah ekstremitas /perlindungan
bawah
DO : Kelas 2 :
- Kamar mandi dan WC tidak memiliki pegangan Cedera fisik
- Terdapat undakan dan tangga diwisma
- Lantai wisma dari tehel dan tidak terpasang Diagnosa :
karpet Resiko Jatuh
- Hasil lembar observasi lingkungan tempat tinggal
lansia (Wisma) 5 (Resiko tinggi)
- Hasil pengkajian TUGT 20 detik
a. Intervensi Keperawatan
Kode Dx Dx. Keperawatan Kode NOC (wajib menggunakan buku NOC) Kode NIC (wajib menggunakan buku NIC)
00132 Nyeri Kronik Domain 12 : 1400 Pain management (manajeman nyeri)
Kenyamanan 1. Lakukan pengkajian nyeri
komperhensif termasuk lokasi
Kelas 1 : karakteristik, durasi, ferkuensi,
Kenyaman fisik kualitas, dan faktor presipitasi
2. Observasi reaksi non verbal dari
1605 Outcomes : Kontrol nyeri ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi
Batasan karakteristik : terapuetik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
- Mengenali kapan nyeri terjadi (5)
4. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
- Menggambarkan factor penyebab
menentukan intervensi
(5)
5. Control lingkungan yang dapat
- Menggunakan tindakan
mempengaruhi nyeri
pencegahan (5)
6. Ajarkan pasein untuk memonitor
- Menggunakan tindakan
nyeri
pengurangan (nyeri) tanpa
7. Tingkatkan istirahat
analgetik (5)
8. Berikan analgetik untuk
- Melaporkan nyeri yang terkontrol
mengurangi nyeri
(5)
9. Kolaborasi dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
00155 Resiko jatuh Domain 11 : Keamanan/perlindungan Fall prevention
1. Identifikasi gangguan kognitif dan
gangguan fisik yang dapat
Kelas 2 : Cedera fisik meningkatkan potensi jatuh
2. Identifikasi karakteristik lingkungan
Batasan karakteristik : yang dapat meningkatkan potensi
Setelah di lakukan tindakan keperawatan jatuh sepeti lantai yang licin dan
selama 1x6 hari di hadapakan resiko jatuh jalan tangga tanpa pengaman dan
berkurang dengan kriteria hasil ruang yang gelap
3. Monitor langkah, keseimbangan,
Fall Risk dan level kelemahan dengan
No Indikator Awal Tujuan ambulasi/pergerakan
1. Menggunakan 4 5 4. Instruksikan untuk meminta
pelindung bantuan pengasuh/teman lansia
untuk pada saat berpindah atau berjalan
mencagah 5. Gunakan alat-alat pelindung jatuh
jatuh seperti sepatu yang alasnya tidak
2. Menghindari 3 5 licin dan tongkat
lantai yang 6. Hindari permukaan yang tidak rata
tidak rata dan pada saat berpindah/ berjalan
licin 7. Berikan penerangan yang adekuat
3. Menggunakan 3 5 terutam di dalam hari untuk
alas kaki yang meningkatkan
baik untuk ketajamanpenglihatan
mencegah
jatuh

Keterangan :
1. Tidak pernah menunjukan
2. Kadang menunjukan
3. Jarang menujukan
4. Sering menunjukan
5. Selalu menunjukan
b. Implementasi Keperawatan dan Evaluasi Keperawatan

Diagnosa Hari/Tanggal Jam Implementasi Evaluasi


Nyeri Rabu 10:00 1. Melakukan pengkajian nyeri komperhensif termasuk S:
Kronik 08/05/2019 lokasi karakteristik, durasi, ferkuensi, kualitas, dan - PM:.M.B mengatakan
faktor presipitasi masih merasa nyeri pada
10:10 2. Mengobservasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan lutut bagian kiri sampai
10:15 3. Mengunakan teknik komunikasi terapuetik untuk kaki
mengetahui pengalaman nyeri pasien O:
10:20 4. Mengkaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan - Tampak memegang area
intervensi nyeri saat berjalan
10:25 5. Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri - Kaki tampak susah
10:30 6. Mengajarkan teknik relaksasi non farmakologi untuk digerakan saat berjalan
mengatasi nyeri - Wajah tampak meringis
10:35 7. Mengajarkan pasein untuk memonitor nyeri - Skala nyeri 4 (1-10)
10:45 8. Meningkatkan istirahat - TTV :
11:00 9. Melakukan Terapi Rendam kaki. Dan kompres hangat TD : 140/80 mmHg
N : 75 x/mnt
RR : 19 x/mnt

A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
diagnosa nyeri akut
Resiko Selasa kamis 11:00 1. Mengidentifikasi gangguan kognitif dan gangguan S:
jatuh 09/05/2019 fisik yang dapat meningkatkan potensi jatuh - PM:.M.B mengatakan
11:05 2. Mengidentifikasi karakteristik lingkungan yang dapat susah berjalan karena
meningkatkan potensi jatuh sepeti lantai yang licin kaki cepat merasa lelah
dan jalan tangga tanpa pengaman dan ruang yang O:
gelap - Tampak susah berjalan
11:10 3. Memonitor langkah, keseimbangan, dan level - Lantai licin tanpa karpet
kelemahan dengan ambulasi/pergerakan - Kamar mandi dan toilet
11:15 4. Menginstruksikan untuk meminta bantuan tidak memiliki pegangan
pengasuh/teman lansia pada saat berpindah atau - Penerangan adekuat
berjalan (lampu pijar pada malam
11:20 5. Menggunakan alat-alat pelindung jatuh seperti sepatu hari dan ruangan yang
yang alasnya tidak licin dan tongkat gelap)
11:25 6. Menghindari permukaan yang tidak rata pada saat A:
berpindah/ berjalan Masalah teratasi sebagian
11:30 7. Memberikan penerangan yang adekuat terutam di P:
malam hari untuk meningkatkan Lanjutkan intervensi
ketajamanpenglihatan diagnosa resiko jatuh

Nyeri Rabu 10:00 4. Melakukan pengkajian nyeri komperhensif termasuk S:


Kronik 03/04/2019 lokasi karakteristik, durasi, ferkuensi, kualitas, dan - PM:.M.B mengatakan
faktor presipitasi masih merasa nyeri dan
10:10 5. Mengobservasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan cepat lelah jika sudah
10:15 6. Mengunakan teknik komunikasi terapuetik untuk lama berjalan.
mengetahui pengalaman nyeri pasien O:
10:20 7. Mengkaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan - Tampak memegang area
intervensi lutu saat berjalan
10:25 8. Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri - Kaki tampak susah
10:30 9. Mengajarkan teknik relaksasi non farmakologi untuk digerakan saat berjalan
mengatasi nyeri - Wajah tampak meringis
10:35 10. Mengajarkan pasein untuk memonitor nyeri - Skala nyeri 3 (1-10)
10:45 11. Meningkatkan istirahat. - TTV :
12. Melakukan Terapi Rendam kaki dan kompres hangat TD : 140/80 mmHg
N : 80 x/mnt
RR : 20 x/mnt

A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi nyeri
akut
Resiko Kamis, 10:00 1. Mengidentifikasi gangguan kognitif dan gangguan S:
jatuh 10/05/2019 fisik yang dapat meningkatkan potensi jatuh - PM:.M.B mengatakan
2. Mengidentifikasi karakteristik lingkungan yang dapat susah berjalan karena
10:10 meningkatkan potensi jatuh sepeti lantai yang licin kaki cepat merasa lelah
10:15 dan jalan tangga tanpa pengaman dan ruang yang O:
gelap - Tampak susah berjalan
10:20 3. Memonitor langkah, keseimbangan, dan level - Lantai licin tanpa karpet
kelemahan dengan ambulasi/pergerakan - Kamar mandi dan toilet
10:25 4. Menginstruksikan untuk meminta bantuan tidak memiliki pegangan
10:30 pengasuh/teman lansia pada saat berpindah atau - Penerangan adekuat
berjalan (lampu pijar pada malam
10:35 5. Menggunakan alat-alat pelindung jatuh seperti sepatu hari dan ruangan yang
yang alasnya tidak licin dan tongkat gelap)
10:45 6. Menghindari permukaan yang tidak rata pada saat A:
berpindah/ berjalan Masalah teratasi sebagian
7. Memberikan penerangan yang adekuat terutam di P:
malam hari untuk meningkatkan Lanjutkan intervensi resiko
ketajamanpenglihatan jatuh

Nyeri Kamis, 11:00 13. Melakukan pengkajian nyeri komperhensif termasuk S:


Kronik 10/05/2019 lokasi karakteristik, durasi, ferkuensi, kualitas, dan - PM:.M.B mengatakan
11:05 faktor presipitasi masih merasa nyeri dan
14. Mengobservasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan cepat lelah jika sudah
15. Mengunakan teknik komunikasi terapuetik untuk lama berjalan.
mengetahui pengalaman nyeri pasien O:
11:10 16. Mengkaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan - Tampak memegang area
intervensi lutu saat berjalan
11:15 17. Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri - Kaki tampak susah
18. Mengajarkan teknik relaksasi non farmakologi untuk digerakan saat berjalan
mengatasi nyeri
11:20 19. Mengajarkan pasein untuk memonitor nyeri - Wajah tampak meringis
20. Meningkatkan istirahat. - Skala nyeri 5 (1-10)
11:25 21. Melakukan Terapi Rendam kaki kompres hangat - TTV :
TD : 130/80 mmHg
N : 78 x/mnt
RR : 18 x/mnt

A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi nyeri
akut
BAB IV
PEMBAHASAN

a. Pengkajian
Pada saat pengkajian di dapatkan data PM: M dapat melaksanakan ADL secara
mandiri namun terhambat oleh rasa nyeri pada kedua kaki . Riwayat status kesehatan satu
tahun terakhir PM: M mengeluh sering merassa nyeri pada Lutut jika sudah lama bergerak,
nyeri terasa seperti tertusuk dan diremas-remas.
Aktivitas PM: M selama di UPT Kesejahteraan Lanjut Usia Sosial Budi Agung
Kupang dapat dilakukan secara mandiri baik Kemandirian dalam hal makan, kontinen,
berpindah, ke kamar kecil, berpakaian dan mandi sehingga dalam penilaian indeks kats
dapat skore A. saat terjadi serangan aktivitas PM: M seperti mengikuti kegiatan di AULA,
mencuci pakaian, mencuci piring menjadi terhambat. Pengkajian Status kognitif danafektif
: fungsi intelektual PM: M masih utuh atau baik, PM: M mampu menjawab semua
pertanyaan dengan benar.

Penanganan yang tepat pada pasien dengan Artritis Gout adalah: makanan Diet
rendah purin..Hindarkan alkohol dan makanan tinggi purin (ikan sarden, daging
kambing), Tirah baring Merupakan suatu keharusan dan di teruskan sampai 24 jam
setelah serangan menghilang. Gout dapat kambuh bila terlalu cepat bergerak.

b. Diagnose keperawatan
1. Nyeri Kronik
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat
adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dengan istilah
seperti (International Association for the study of paint); awitan yang tiba-tiba atau
perlahan dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi
atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan.
Batasan karakteristik dari nyeri adalah mengungkapkan secara verbal atau
melaporkan nyeri, perubahan selera makan, perubahan tonus otot (dengan rentang
lemas tidak bertenaga sampai kaku), perilaku distraksi (mondar-mandir, mencari orang
atau aktivitas lain atau berulang), perilaku ekspresif (gelisah, merintih, menangis,
kewaspadaan berlebihan), perilaku menjaga atau sikap melindungi, gangguan tidur
(Wilkinson & Ahern 2012, h. 530)
Dari data yang diperoleh dari hasil pengkajian pada tanggal 07 mei 2019
didapatkan data subjektif :PM: M mengatakan merasa nyeri pada lutut kaki bagian kiri
sedangkan data objektifnya adalah hasil TTV, TD : 140/80 mmHg, Nadi : 75 x/mnt,
RR : 19 x/mnt, hasil pengkajian nyeri, P : PM: M merasa nyeri jika saat beraktivitas , Q
: Nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk , R : Nyeri terasa di lutut kaki bagian kiri, S : Skala
nyeri 4 (1-10), T : Nyeri hilang jika pasien duduk atau tidur dan kompres hangat
Nyeri menjadi diagnosa prioritas karena pada saat pengkajian nyeri berskala 4 dan
karena tidak ditangani sehinggaakan memunculkan diagnose resiko jatuh karena
mengganggu aktivitas. Nyeri akan berlangsung terus menerus dan ditandai dengan
spasme yang mengakibatkan otot-otot sekitar tegang, mengganggu seseorang untuk
istirahat, konsentrasi dan kegiatan-kegiatan atau aktivitas yang biasa dilakuakan serta
dapat mengakibatkan perasaan tidak berdaya atau depresi.

2. Resiko Jatuh
Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang
melihat kejadian mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk
dilantai/tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka
(Darmojo, 2004).
Jatuh merupakan suatu kejadian yang menyebabkan subyek yang sadar menjadi
berada di permukaan tanah tanpa disengaja.Dan tidak termasuk jatuh akibat pukulan
keras, kehilangan kesadaran, atau kejang. Kejadian jatuh tersebut adalah dari penyebab
spesifik yang jenis dan konsekuensinya berbeda dari mereka yang dalam keadaan sadar
mengalami jatuh (Stanley, 2006)
Faktor Resiko pada orang dewasa yang dapat meyebabkan seseorang bisa jatuh
adalah Usia 65 tahun atau lebih, riwayat jatuh, tinggal sendiri, prosthesis eksremitas
bawah, penggunaan alat bantu (mis, walker, tongkat), penggunaan kursi roda, dan
penurunan status mental. Lingkungan juga dapat menjadi salah satu factor seseorang
mengalami jatuh misalnya lingkungan yang tidak terorganisasi, ruang yang memiliki
pencahayaan yang redup, tidak ada meteri yang antislip dikamar mandi, tidak ada
materi yang antislip ditempat mandi pancuran, karpet yang tidak rata/terlipat, ruang
yang tidak dikenal, kondisi cuaca (mis, lanta basah, es). Penyakit yang menjadi factor
resiko jatuh misalnya, anemia, rthritis, penurunan kekuatan ekstremitas bawah,
kesulitan gaya berjalan, masalah kaki, gangguan keseimbangan, gangguan mobilitas
fisik dan beberapa penyakit musculoskeletal lainnya.
Dari data yang diperoleh dari hasil pengkajian pada tanggal 07 mei 2019
didapatkan data subjektif : PM. M mengatakan susah berjalan karena nyeri pada kedua
lutut kaki dan mudah lelah. Sedangkan data objektif yang didapat adalah kamar mandi
dan WC tidak memiliki pegangan, terdapat undakan dan tangga diwisma, lantai wisma
dari tehel dan tidak terpasang karpet, hasil lembar observasi lingkungan tempat tinggal
lansia (Wisma) > 6,33 (Resiko rendah), hasil pengkajian TUGT 20 detik.
Resiko jatuh menjadi diagnose kedua karena salah satu penyebab munculnya
diagnose ini adalah nyeri pada lutut PM. M sehingga menyulitkannya untuk
beraktifitas.

c. Intervensi keperawatan
1. Nyeri Kronik
Perencanaan keperawatan untuk mengatasi masalah nyeri yang sesuai dengan
kebutuhan klien dengan tujuan Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam dengan tujuan : PM: M mengatakan nyeri berkurang setelah
dilakukan tindakan keperawatan.kriteria hasi: Skala nyeri menjadi 2/1, rileks dan lebih
nyaman, tetapi muncul lagi setelah berjalan beberapa menit.
Intervensi pada diagnosa keperawatan Nyeri akut adalah :
1. Lakukan pengkajian nyeri komperhensif termasuk lokasi karakteristik, durasi,
ferkuensi, kualitas, dan faktor presipitasi
2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi terapuetik untuk mengetahui pengalaman nyeri
pasien
4. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
5. Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
6. Ajarkan pasein untuk memonitor nyeri
7. Tingkatkan istirahat
8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
9. Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

2. Resiko Jatuh
Perencanaan keperawatan untuk meminimalkan resiko jatuh yang sesuai dengan
kebutuhan pasien dan keadaan di wisma dengan criteria hasilnya yaitu PM: M dapat
menggunakan pelindung untuk mencagahjatuh, menghindari lantai yang tidak rata dan
licin, menggunakan alas kaki yang baik untuk mencegah jatuh.
Intervensi pada diagnose keperawatan resiko jatuh adalah :
1. Identifikasi gangguan kognitif dan gangguan fisik yang dapat meningkatkan
potensi jatuh
2. Identifikasi karakteristik lingkungan yang dapat meningkatkan potensi jatuh
sepeti lantai yang licin dan jalan tangga tanpa pengaman dan ruang yang gelap
3. Monitor langkah, keseimbangan, dan level kelemahan dengan
ambulasi/pergerakan
4. Instruksikan untuk meminta bantuan pengasuh/teman lansia pada saat berpindah
atau berjalan
5. Gunakan alat-alat pelindung jatuh seperti sepatu yang alasnya tidak licin dan
tongkat
6. Hindari permukaan yang tidak rata pada saat berpindah/ berjalan
7. Berikan penerangan yang adekuat terutam di dalam hari untuk meningkatkan
ketajamanpenglihatan.
d. Implementasi
1. Nyeri Kronik
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada PM : M untuk mengatasi masalah nyeri
yaitu:
a. Mengkaji nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik dan durasi. Dalam
mengkaji nyeri menggunakan Palliative (apa yang memperberat dan meringankan
nyeri), Quality (rasanyeri seperti apa), Region bagian yang nyeri), Scale (skala dari
nyeri), dan Timing (kapan waktu nyeri itu muncul) menyatakan bahwa nyeri
merupakan pengalaman subjektif klien dan harus dijelaskan dengan menggunakan
respon klien sendiri yaitu DS: PM. M mengatakan kedua lutut terasa sakit. P: Nyeri
timbul saat beraktivitas , Q: Nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk, R: Nyeri terasa di
bagian lutu kiit, S: skala 4, T: Nyeri hilang dengan istirahat. sedangkan DO : pasien
tampak meringis, tampak menahan nyeri, memegang area nyeri, TD : 140/80 mmHg.
b. Memberikan lingkungan yang nyaman pada klien, lingkungan yang nyaman akan
memberikan respon yang baik terhadap berkurangnya nyeri, jika lingkungan di
sekitar gaduh/ramai maka akan meningkatkan stress yang mengkibatkan nyeri juga
akan bertambah. Respon klien terhadap tindakan adalah PM: M mengatakan lebih
nyaman dengan lingkungan yang nyaman dan tidak berisik Objektifnya PM: M
tidur setelah lingkungan tenang
c. Mengajarkan teknik nonfarmakologi yaitu relaksasi nafas dalam, dan relaksasi
progresif. teknik relaksasi nafas dalam dan relaksasi progresif akan membuat rileks
sehingga tingkat stres yang berakibat pada nyeri akan berkurang. Respon klien
setelah dilakukan tindakan PM mengatakan pusing berkurang, lebih nyaman setelah
mempraktekan nafas dalam dan relaksasi progresif, Objektifnya PM: M tampak
lebih rileks dan tenang .
d. Membantu PM: M ambulasi sesuai kebuthan, nyeri akan membuat aktivitas klien
terganggu sehingga perlu dilakukan bantuan ambulasi dalam aktivitas. respon dari
tindakan adalah PM : M mengatakan pusing jika beraktifitas terlalu berat, dengan
objektifnya PM: M merasa rileks dan tenang
2. Resiko Jatuh
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada PM : M untuk mengatasi masalah resiko
jatuh yaitu :
a. Mengidentifikasi gangguan kognitif dan gangguan fisik yang dapat meningkatkan
potensi jatuh. Gangguan kognitif dapat menyebabkan seorang lansia mengalami
jatuh seperti penurunan status mental.
b. Mengidentifikasi karakteristik lingkungan yang dapat meningkatkan potensi jatuh
sepeti lantai yang licin dan jalan tangga tanpa pengaman dan ruang yang gelap.
Pencahayaan pada kamar baik (lampu pijar pada malam hari dan pada ruangan
yang gelap), alas kaki tidak licin, lantai kamar mandi tidak licin tetapi kamar
mandi dan WC masih belum memiliki pegangan, lantai licin tanpa karpet serta
ruangan bersih dan rapi, tidak ada barang-barang yang berserakan
c. Memonitor langkah, keseimbangan, dan level kelemahan dengan
ambulasi/pergerakan. Hasil TUGT lebih dari 20 detik.
d. Menginstruksikan untuk meminta bantuan pengasuh/teman lansia pada saat
berpindah atau berjalan
e. Menggunakan alat-alat pelindung jatuh seperti sepatu yang alasnya tidak licin dan
tongkat. Alas kaki tersedia dan tidak licin tetapi tidak tersedia tongkat
f. Menghindari permukaan yang tidak rata pada saat berpindah/berjalan
g. Memberikan penerangan yang adekuat terutam di malam hari untuk meningkatkan
ketajamanpenglihatan

e. Evaluasi
1. Nyeri Kronik
Evaluasi dilakukan pada tanggal 10 mei 2019 pada jam 13.00 yaitu PM : S mengatakan
nyeri berkurang, P: nyeri timbul akibat terlalu lama berjalan, Q: seperti tertusuk dan
diremas-remas, R: kedua lutut kaki, S: skala 3, T: Nyeri hilang dengan istirahat, O:
rileks dan tidak gugup, sering mempraktekkan nafas dalam, A: Masalah teratasi P:
pertahankan intervensi lakukan relaksasi nafas dalam.
2. Resiko Jatuh
Evaluasi dilakukan pada tanggal 10 mei 2019 pada jam 14:00 yaitu PM: S Mengatakan
nyeri saat berjalan berkurang, rutin menggunakan alas kaki saat berjalan, pencahayaan
pada ruangan baik, tersedia kursi di kamar mandi, belum tersedia pegangan di kamar
mandi atau WC. A: Masalah teratasi sebagian. P : Lanjutkan intervensi.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Selama implementasi, perawat mengajarkan teknik relaksasi Napas dalam,
melakukan terapi rendam kaki, mengajurkan PM untuk perbanyak istirahat. Pada
implementasi hari ketiga, PM : M mengatakan terapi kompres hangat yang diberikan
menurunkan rasa nyeri pada PM : M.

Implementasi selanjutnya yang diberikan adalah memberikan pendidikan


kesehatan kepada klien agar makan makanan Diet rendah purin..Hindarkan alkohol dan
makanan tinggi purin (ikan sarden, daging kambing), Tirah baring Merupakan suatu
keharusan dan di teruskan sampai 24 jam setelah serangan menghilang. Gout dapat
kambuh bila terlalu cepat bergerak.
.Tindakan kolaborasi dilakukan bersama dokter pemberian anti Inflamasi Piroxicam
2 x 20 mg. Dari kasus ini, dapat disimpulkan bahwa sangat penting untuk mengetahui
penyebab Artritis Gout sehingga memudahkan dalam penangannya.

B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil implementasi ini diharapkan dapat menjadi tambahan wawasan ilmu
pengetahuan tentang keperawatan gerontik khususnya tentang perawatan Artritis
Gout pada lanjut usia.
2. Bagi Lahan Praktek
Hasil implementasi ini diharapkan dapat memberi suatu masukan dan evaluasi dalam
pelaksanaan pelayanan di lingkup UPT Kesejahteraan Sosisal Lanjut Usia Di Budi
Agung Kupang.
3. Bagi Lansia
Hasil implementasi ini diharapkan dapat memberikan informasi agar lansia mendapat
pengetahuan baru dan dapat mengatasi masalah kesehatan dan dapat memenuhi
kualitas hidup dari lansia.
DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto, dr. Hasan. (2011). Mengenal Penyakit Asam Urat. Jakarta: Pustaka Jaya.

Depkes RI (2009). Kegiatan kesehatan di kelompok usialanjut.Edisi 2. Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.

Dipiro, B. ed. 2009. Nursing. Indeks: Jakarta.

Kertia, dr. Nyoman. (2009). Asam Urat: Benarkah Hanya Menyerang Laki-Laki?. Yogyakarta: B
Frirs.

Hidayat. (2009). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: Nuha Medika.

Herlambang,I. (2013). Asuhan keperawatan keluarga tn.b dengan Masalah utama gout
artritis (asam urat) pada Tn.b di jamur rt 02 rw vii, trangsan, di wilayah Puskesmas
gatak, sukoharjo. Surakarta .Program Studi Diploma Iii Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Malya, Arina. (2003). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal.
Surakarta: Buku Ajar
Misnadiarly, E, (2007), Hubungan Antara Fungsi Keluarga Dengan Kualitas Hidup Lansia ,
Jurnal Kedokteran Indonesia ; vol.2.
Muhammad, As’Adi. (2011). Waspadai Asam Urat. Yogyakarta: Diva Press.

Nugroho. (2008), Keperawatan Komunitas. Penerbit Nuha medika

Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius: Jakarta

Nurarif. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA NIC-NOC. Med Action: Yogyakarta

Reeves, Charlene J., Gayle, Roux., & Lockhart, Robin. (2004). Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai