Anda di halaman 1dari 4

PELAYANAN KESEHATAN

DI DAERAH TERTINGGAL,
PERBATASAN, DAN
Vol.V, No. 12/II/P3DI/Juni/2013
KEPULAUAN
Tri Rini Puji Lestari*)
KESEJAHTERAAN SOSIAL

Abstrak

Akses pelayanan kesehatan di wilayah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan terbentur


pada situasi dan kondisi geografis yang sulit terjangkau, terbatasnya sarana dan prasarana
kesehatan, serta ketersediaan dan kualitas SDM kesehatan yang rendah. Perlu dilakukan
upaya mendasar guna meningkatkan akses pelayanan kesehatan, sehingga masyarakat
mendapatkan pelayaan kesehatan dengan mutu yang dapat dipertanggungjawabkan.
Untuk itu diperlukan komitmen dan kerja sama dari berbagai pihak terkait.

A. Pendahuluan kesehatan khususnya di DTPK sehingga akses


masyarakat ke sarana pelayanan kesehatan
Kesehatan merupakan hak asasi manusia rendah. Di sisi lain, kurangnya minat tenaga
dan salah satu unsur kesejahteraan yang kesehatan yang bersedia ditempatkan di
harus diwujudkan sesuai cita-cita bangsa wilayah DTPK turut menyumbang status
Indonesia. Sesuai amanat Pasal 14 UU No. 36 kesehatan masyarakat yang tergolong rendah.
Tahun 2009 tentang Kesehatan, “Pemerintah Permasalahan ketidakmerataan upaya kesehatan
bertanggung jawab merencanakan, mengatur, ini juga disebabkan permasalahan sosial yaitu
menyelenggarakan membina, dan mengawasi tingkat kemiskinan masyarakat setempat
penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata sehingga tidak dapat menjangkau pelayanan
dan terjangkau oleh masyarakat.” Namun, kesehatan.
pemerataan upaya kesehatan di Indonesia Terkait hal tersebut, Kementerian
belum dapat dilaksanakan secara optimal Kesehatan telah mengeluarkan kebijakan
karena kendala geografis dan sosial, yaitu kesehatan di DTPK yang merupakan bagian
mereka yang tinggal di Daerah Tertinggal, tak terpisahkan dari kebijakan Rencana
Perbatasan, dan Kepulauan (DTPK). Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia
Di satu sisi, sebagai negara kepulauan Sehat. Beberapa program khusus yang
dengan wilayah yang luas masih ditemukan dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan
keterbatasan sarana prasarana pelayanan dalam mendukung pelayanan kesehatan di
*)
Peneliti bidang Kebijakan dan Manajemen Kesehatan pada Pusat Pengkajian,
Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Setjen DPR RI, e-mail: tririni74@yahoo.com

Info Singkat
© 2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351

-9-
DTPK, antara lain: a. pendayagunaan tenaga kesehatan terhadap masyarakat yang kesulitan
kesehatan berupa peningkatan ketersediaan, untuk pergi ke puskesmas di ibukota distrik.
pemerataan, dan kualitas SDM; b. peningkatan Sedangkan untuk rumah sakit, baru dimiliki
sarana dan prasarana pelayanan kesehatan sebuah Rumah Sakit bergerak (Tipe D) di
di DTPK misal: rumah sakit bergerak, Waisai.
pelayanan dokter terbang, pelayanan perairan; Keberadaan dokter umum juga masih
c. dukungan pembiayaan kesehatan seperti jauh dari yang diharapkan (pada tahun 2009
Jamkesmas, Bantuan Operasional Kesehatan rasio dokter per 100.000 penduduk adalah
(BOK), Dana Alokasi Khusus (DAK), 0,03 yang idealnya 40) dan sebagian besar
Jampersal, dan bantuan sosial; d. dukungan yang bekerja di puskesmas adalah dokter
peningkatan akses pelayanan berupa pengadaan PTT, sedangkan dokter gigi dan dokter
perbekalan, obat dan alat kesehatan; e. spesialis belum ada. Jumlah bidan yang ada
pemberdayaan masyarakat di DTPK melalui di Puskesmas, RS, dan Sarana Kesehatan
kegiatan Posyandu, Desa Siaga, Tanaman sangat terbatas dengan tingkat pendidikan
Obat Keluarga serta kegiatan Perilaku Hidup D3 Kebidanan dan lulusan D1 Kebidanan.
Bersih dan Sehat (PHBS); f. Kerja sama antar- Sedangkan Jumlah tenaga perawat kesehatan
Kementerian Kesehatan dengan kementerian baik di Puskesmas, RS, dan Sarana Kesehatan
lainnya; g. dan berbagai program lainnya. Lain sebanyak 85 orang yang terdiri dari D3
Upaya mengimplementasikan kebijakan keperawatan sejumlah 63 dan SPK sejumlah 22
tersebut secara khusus akan menjadikan orang. Padahal, idealnya di setiap Puskesmas
kawasan perbatasan sebagai kawasan beranda tersedia dokter dan di setiap kampung tersedia
depan yang berinteraksi positif dengan negara bidan.
tetangga dan secara umum meningkatkan Keterbatasan sarana dan fasilitas
akses pelayanan kesehatan di DTPK. Untuk pelayanan kesehatan tersebut menyebabkan
itu diperlukan upaya dan komitmen seluruh kualitas kesehatan masyarakat di wilayah
komponen bangsa, mulai dari pemerintah pusat perbatasan masih tergolong rendah, selain
dan daerah, legislatif, dunia usaha, masyarakat dikarenakan kondisi lingkungan permukiman
adat, dan sebagainya. dan cara hidup masyarakat yang kurang
sehat. Contoh, penyakit yang umum diderita
penduduk Raja Ampat adalah malaria klinis,
B. Kondisi Pelayanan Kesehatan infeksi saluran pernapasan akut, dan penyakit
kulit. Selain itu, juga masih ditemukan kasus
Isu prioritas yang harus segera ditangani kematian ibu waktu melahirkan, dan kematian
di DTPK di antaranya adalah masalah akses neonatal. Pada tahun 2009 jumlah kematian
terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu, ibu waktu melahirkan sebanyak 4 per 100.000
pemenuhan SDM Kesehatan yang diikuti kelahiran hidup. Kasus kematian bayi waktu
dengan distribusi SDM tersebut secara merata, dan pasca dilahirkan tercatat 33,8 per 1000
serta sistem rujukan di instalasi kesehatan. kelahiran hidup. Kematian bayi di bawah 1
Permasalahan utama sistem rujukan terletak bulan ini masih didominasi oleh berat bayi
pada pelayanan kesehatan tambahan seperti yang lahir rendah (< 2500 gram), keadaan
puskesmas pembantu (pustu) dan puskesmas bayi yang sesak nafas (aspeksia), dan infeksi
dengan rumah sakit terdekat seperti yang akibat pemotongan tali pusar bayi dengan
ditemui di salah satu Kabupaten, yaitu menggunakan peralatan yang tidak bersih.
Kabupaten Raja Ampat, sebagai salah satu
daerah tertinggal dan minim fasilitas kesehatan.
Kondisi sarana pelayanan kesehatan C. Upaya yang Perlu Dilakukan
masih terbatas pada puskesmas (ada di setiap
distrik), pustu, poliklinik desa/kampung Arah kebijakan Pembangunan Kesehatan
(polindes), pos malaria desa (posmaldes) dan tahun 2010-2014 adalah peningkatan
puskesmas keliling (baru dimiliki 4 unit) akses dan kualitas pelayanan kesehatan bagi
yang berfungsi untuk memberikan pelayanan kelompok miskin dan daerah tertinggal.

- 10 -
Ada 8 fokus prioritas reformasi kesehatan di di antaranya melalui peningkatan ketersediaan
daerah perbatasan yaitu Jaminan Kesehatan kualitas serta pemerataan tenaga kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas), Pelayanan Kesehatan, di DTPK, peningkatan sarana dan prasarana
Ketersediaan Obat, Saintifikasi Jamu, kesehatan di Puskesmas dan rumah sakit di
Reformasi Birokrasi, Bantuan Operasional DTPK, peningkatan pembiayaan kesehatan,
Kesehatan (BOK), Penanganan Daerah pengadaan perbekalan, obat dan alkes. Selain
Bermasalah Kesehatan (PDBK), dan Rumah itu, dilakukan pula upaya inovatif lewat
Sakit Indonesia Kelas Dunia (World Class penyediaan Rumah Sakit bergerak, pelayanan
Hospital). Tahun 2014, kebijakan ini berakhir dokter terbang, penyediaan puskesmas keliling
dan diharapkan sudah membuahkan hasil yang untuk wilayah daratan dan perairan, serta
positif. pengembangan dokter dengan kewenangan
Upaya peningkatan pelayanan tambahan. Serta anggaran bidang kesehatan
kesehatan di wilayah perbatasan intinya yang dialokasikan minimal sebesar 10% dari
meliputi: a. Perencanaan yang difokuskan APBD diluar gaji dan 50% di antaranya untuk
untuk menciptakan pelayanan kesehatan program promotif dan preventif.
yang mampu berperan sebagai “gate keeper”. Untuk mengatasi disparitas tenaga
Rujukan kesehatan dan show window pelayanan kesehatan yang lebih terkonsentrasi di
kesehatan dengan pembangunan unit pelayanan perkotaan, sehingga masih ada daerah-daerah
kesehatan yang responsif dan kompetitif yang kekurangan tenaga kesehatan, terutama di
terhadap pelayanan kesehatan di wilayah Daerah Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan
perbatasan; b. Membangun kerja sama dengan terluar (DTPK), Dewan pada saat Rapat
negara tetangga dalam rujukan gawat darurat; Dengar Pendapat Umum (RDPU) Panja Uji
c. Adanya koordinasi peayanan kesehatan Kompetensi dan Penempatan Tenaga Dokter
antara Pemda/Dinas Kesehatan dengan Kantor tanggal 17 Januari 2011, telah meminta
Kesehatan Pelabuhan; d. Tersedia radio medik. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk
Selain itu juga ada kebijakan khusus membuat program terobosan guna pemerataan
di DTPK, yaitu menggerakkan dan dokter, tenaga kesehatan (bidan dan perawat),
memberdayakan masyarakat; meningkatkan sarana pelayanan kesehatan di DTPK. Selain
akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan itu pada saat Rapat Kerja (Raker) dengan
yang berkualitas; meningkatkan pembiayaan Kemenkes pada tanggal 18 Januari 2012,
pelayanan kesehatan; meningkatkan Dewan juga telah mendorong Kemenkes
pemberdayaan SDM Kesehatan; meningkatkan RI agar melakukan upaya terobosan guna
ketersediaan obat dan alkes; meningkatkan meningkatkan jumlah, mutu, distribusi, retensi
sistem survailance, monev dan Sistem dan pendayagunaan SDM Kesehatan untuk
Informasi Kesehatan (SIK); dan meningkatkan mendukung pelayanan kesehatan di DTPK.
manajemen kesehatan. Terkait kebijakan tersebut, kini banyak
Dalam pelaksanaan manajemen pemerintah daerah dengan DTPK berupaya
kesehatan masyarakat ke depan, perlu meningkatkan pelayanan kesehatan. Misal,
diawali dengan pemetaan masalah dan kebijakan kesehatan di Kabupaten Sorong dan
potensi kesehatan yang tersedia. Selain itu, Raja Ampat pada tahun terakhir difokuskan
keberpihakan pemerintah kabupaten melalui dalam rangka pengembangan sarana dan
penyelenggaraan pembangunan daerah yang prasarana kesehatan yaitu peningkatan
berorientasi pada kesehatan dan peningkatan status rumah sakit, dan pelayanan kesehatan
dukungan biaya dari pemerintah pusat yang masyarakat terpadu. Selain pengadaan
lebih berorientasi pada kebutuhan dan kondisi tenaga kesehatan, pemerintah daerah juga
khusus daerah (tidak bersifat top down) juga menyediakan insentif bagi dokter dan
sangat diperlukan. paramedis serta pemberian pelatihan bagi
Melalui program-program kerjanya, tenaga kesehatan.
Kementerian Kesehatan sejak tahun 2011 Bentuk dukungan lain dari Pemerintah
telah melakukan beberapa upaya untuk Daerah Raja Ampat adalah program pengadaan,
meningkatkan pelayanan kesehatan di DTPK, peningkatan dan perbaikan sarana dan

- 11 -
prasarana puskesmas/pustu dan jaringannya. D. Penutup
Untuk memenuhi kebutuhan bidan desa,
Pemerintah Daerah Morotai Maluku Utara Upaya pelayanan kesehatan di DTPK
juga memberikan beasiswa bagi 15 orang putra perlu mendapat perhatian khusus guna
daerah berjenis kelamin perempuan lulusan meningkatkan akses masyarakat terhadap
SMA/SLTA yang sudah menikah, berumur layanan kesehatan yang bermutu. Selain itu,
tidak lebih dari 30 tahun, mendapat restu dari terpenuhinya pelayanan kesehatan di DTPK
keluarga dan suaminya, bersedia mengabdikan akan turut mengkonsolidasi persatuan nasional
diri di desa sebagai bidan desa (tiap desa dan menjaga keutuhan NKRI.
2 orang), dan lulus seleksi. Dalam hal ini, Terkait dengan hak tersebut, Kementerian
Pemerintah daerah bekerja sama dengan salah Kesehatan telah melakukan beberapa upaya
satu akademi kebidanan swasta di Tobelo. untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
Para peserta didik D3 Kebidanan tersebut di DTPK, meskipun tidak dapat dipungkiri
mendapatkan beasiswa penuh dari APBD. bahwa disparitas pelayanan kesehatan dan
Selain pemberian beasiswa, pemeritah tenaga kesehatan di DTPK masih ada.
daerah juga bekerja sama dengan Fakultas DPR RI perlu terus mendorong
Kesehatan Masyarakat Universitas Pemerintah untuk terus mengevaluasi dan
Muhammadiyah Ternate, membuka kelas meningkatkan keberhasilan capaian, serta
khusus (Sabtu–Minggu) yang diselenggarakan melakukan upaya terobosan Pelayanan
di Universitas Muhammadiyah Ternate. Kesehatan di DTPK, sehingga peningkatan
Program pendidikan ini ditujukan untuk akses pelayanan kesehatan yang bermutu dan
karyawan tetap maupun honorer yang bekerja bertanggung jawab di DTPK dapat segera
di sarana kesehatan (baik lulusan SMA, SPK, terwujud.
atau D3) yang ingin melanjutkan pendidikan
ke jenjang D3 atau S1 dan biaya selama
pendidikan ditanggung sendiri dan mereka Rujukan:
hanya mendapatkan ijin belajar, namun setelah 1. Kemenkes. 2012. Pedoman Peningkatan
lulus harus kembali mengabdikan dirinya di Akses Pelayanan Kesehatan di DTPK. Jakarta:
Morotai. Dirjen Bina Upaya Kesehatan.
Contoh lain, Pemerintah Kalimantan 2. Hadi Suprayoga. 2009. Program
Timur mengarahkan lembaga-lembaga Pembangunan Kawasan Perbatasan. Jakarta:
kesehatan yang ada di Kaltim untuk Bappenas.
menempatkan tenaga medisnya di daerah 3. Manurung Kisman, “Stategi Pembangunan
perbatasan, pedalaman dan daerah terluar Kawasan Perbatasan,” Tabloid Demokrasi,
Kaltim sehingga menyentuh ke masyarakat 16 Oktober 2011.
yang terisolasi. Dalam hal ini, pemerintah 4. Nainggolan Poltak Partogi. Ed. 2012.
menyediakan anggaran pemberian insentif Potensi dan Masalah Pulau Perbatasan,
kepada para tenaga medis, dan juga anggaran Kabupaten Pulau Morotai dan Kabupaten
subsidi obat-obatan, perbaikan atau melengkapi Pulau Raja Ampat. Jakarta: P3DI Setjen
fasilitas seperti puskesmas dengan layanan DPR Republik Indonesia dan Azza Grafika.
rawat inap yang perlu ditingkatkan. 5. “Pelayanan Kesehatan di DTPK Perlu
Terkait upaya peningkatan akses dan Perhatian Khusus,” Kompas, 25 Oktober
kualitas pelayanan kesehatan di DTPK guna 2011.
meningkatkan status kesehatan masyarakat, 6. “Komisi IX Minta Kemenkes Buat Program
Pemerintah daerah Nusa Tenggara Timur Terobosan Pemerataan Dokter,” http://
melalui Dinas Kesehatan (Diskes) Provinsi www.dpr.go.id, diakses 23 Juni 2013.
pada 10–14 Juni 2013 mengadakan kunjungan 7. “Komisi IX Sekjen DPR RI, Laporan
ke Diskes Kalimantan Barat untuk melihat singkat Rapat kerja (Raker) dengan
perbandingan antara pelayanan kesehatan Kemenkes, tanggal 18 Januari 2012,” http://
di perbatasan Indonesia dengan pelayanan www.dpr.go.id, diakses 23 Juni 2013.
kesehatan perbatasan Malaysia.

- 12 -

Anda mungkin juga menyukai