Anda di halaman 1dari 39

MODUL KEPERAWATAN JIWA

DEFISIT PERAWATAN DIRI

Dosen Pengampu :

Disusun Oleh Kelompok 5 :


Tingkat 2A
1. Ayunda Intan Wahyuni (7120119014)
2. Desi Prihartini (7120119016)
3. Dian Setia Gusti (7120119020)
4. Dita Febriyanti (7120119021)
5. Dwi Indriani (7120119024)

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


D III KEPERAWATAN PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
terselesainya modul ini. Modul yang kami buat yakni tentang ” DEFISIT
PERWATAN DIRI ”. Modul ini memberi perhatian yang besar terhadap
mata kuliah Keperawatan Jiwa. Sesuai dengan judul modul ini, penguraian
yang disajikan dalam modul ini cukup jelas, singkat dan terutama menekan
yang berhubungan dengan judul modul tersebut.
Akhir kata kami ucapkan Terima Kasih terutama kepada dosen
pembimbing dan teman-teman sekalian. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan modul ini.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 1
C. Tujuan ................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 2
A. KONSEP DASAR.............................................................................................. 2
1. Definisi Defisit Perawatan Diri..................................................................... 2
2. Klasifikasi .................................................................................................... 2
3. Etiologi.......................................................................................................... 4
4. Tanda dan Gejala.......................................................................................... 5
5. Dampak......................................................................................................... 7
6. Rentang Respon ........................................................................................... 8
7. Diagnosa Keperawatan................................................................................. 8
8. Rencana Intervensi........................................................................................ 8
9. Rencana Asuhan Keperawatan..................................................................... 9
10. Pembagian Strategi Pelaksanaan .................................................................. 14
11. Evaluasi Strategi Pelaksanaan ...................................................................... 15
B. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS ............................................................. 16
1. Pengkajian..................................................................................................... 16
2. Analisa Data ................................................................................................. 24
3. Diagnosa ...................................................................................................... 25
4. Implementasi ................................................................................................ 26
BAB III PENUTUP....................................................................................................... 31
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 31
B. Saran................................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 32
SOAL.............................................................................................................................. 33

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami kelainan dalam
kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari secara
mandiri (Yusuf.2015). Defisit perawatan diri merupakan salah satu gejala yang sering
ditemukan pada pasien dengan gangguan jiwa, dimana halusinasi sering diidentikkan
dengan skizofrenia. Klien dengan Scizofrenia yang mengalami Defisit perawatan diri,
apabila tidak mendapatkan intervesi keperawatan seperti mandi, berdandan,
makan/minum, dan mengajarkan klien BAB/BAK dapat beresiko tinggi mengalami
isolasi sosial dan harga diri rendah (Novita 2016). Dengan kata lain defisit perawatan
merupakan ketidakmampuan klien dalam menyelesaikan kegiatan sehari-hari seperti
menjaga kebersihan diri, makan, berdandan, serta memenuhi kebutuhan eliminasinya
secara mandiri, bila tidak ditangani dengan baik, klien beresiko mengalami perilaku
isolasi sosial dan harga diri rendah yang berakibat memburuknya kondisi klien.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Konsep Dasar dan Asuhan Keperawatan Jiwa Kasus Defisit Perawatan
Diri.

C. Tujuan
1. Untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dan pembaca dalam memberikan
Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Defisit Perawatan Mandiri.
2. Mampu mengetahui konsep dasar kasus Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
Defisit Perawatan Mandiri.

1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR
1. Definisi Defisit Perawatan Diri
Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan
untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan
fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak
mampu melakukan perawatan diri. Defisit Perawatan Diri adalah suatu
kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam
melakukan/melewati aktivitas perawatan diri secara mandiri.
Defisit perawatan diri adalah keadaan individu mengalami kerusakan
fungsi motorik atau fungsi kognitif, yang menyebabkan penurunan
kemampuan untuk melakukan masing-masing dari kelima aktivitas perawatan
diri (makan, mandi atau higiene, berpakaian atau berhias, toileting,
instrumental) (Carpenito, 2007).
Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang
mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi
aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene),
berpakaian/berhias, makan dan BAB/BAK (toileting) (Fitria, 2009).
Defisit Perawatan Diri (Personal Hygiene) adalah suatu keadaan
dimana seseorang mengalami kerusakan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan (kegiatan hidup sendiri). Defisit Perawatan Diri merupakan
akibat dari ketidak mampuan seseorang dalam perawatan dirinya karena lupa
akan caranya maupun ketidak tahuan dalam perawatan diri. Kurang
perawatan diri tampak dari ketidak mampuan merawat kebersihan diri, makan
secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan toileting {Buang Air Besar
(BAB)/Buang Air Kecil(BAK)} secara mandiri.

2. Klasifikasi
Adapun jenis dan karakteristik kurang perawatan diri menurut Nanda
(2006) meliputi :

2
a. Kurang perawatan diri mandi atau hygiene
Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas mandi atau
kebersihan diri secara mandiri, dengan batasan karakteristik
ketidakmampuan klien dalam memperoleh atau mendapatkan sumber air,
mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi,
mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.
b. Kurang perawatan diri berpakaian atau berhias
Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas berpakaian dan
berhias untuk diri sendiri, dengan batasan karakteristik ketidakmampuan
klien dalam meletakkan atau mengambil pakaian, menukar pakaian,
mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat
tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian,
menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat yang
memuaskan, dan mengenakan sepatu.
c. Kurang perawatan diri makan
Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas makan, dengan
batasan karakteristik ketidakmampuan klien dalam mempersiapkan
makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat
tambahan, mendapatkan makanan, membuka container, memanipulasi
makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah lalu
memasukkannya ke mulut, melengkapi makan, mencerna makanan
menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas,
serta mencerna cukup makanan dengan aman.
d. Kurang perawatan diri toileting
Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas toileting, dengan
batasan karakteristik ketidakmampuan klien dalam pergi ke toilet atau
menggunakan pispot, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi
pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB atau BAK dengan
tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil.

3
3. Etiologi
Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut (Tarwoto dan
Wartonah, 2000; Depkes, 2000 dan Wartonah, 2006):
a. Kelelahan fisik
b. Penurunan kesadaran

Faktor Predisposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
d. Sosial :
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan
diri.

Faktor presipitasi
a. Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
terhadap kebersihannya.
b. Praktik sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan
akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status sosioekonomi

4
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita
diabetes mellitus dia harus menjaga kebersihan kakinya. Yang merupakan
faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi,
kerusakan kognisi atau perseptual, hambatan lingkungan, cemas, lelah atau
lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang
mampu melakukan perawatan diri (Nanda, 2006).
e. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan
diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan perlu bantuan untuk melakukannya.

4. Tanda dan Gejala


a. Mandi/Hygiene
 Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan
 Memperoleh/mendapatkan sumber air
 Mengatur suhu atau aliran air mandi
 Mendapatkan peralatan mandi
 Mengeringkan tubuh serta keluar masuk kamar mandi
b. Berpakaian / berhias
 Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil
potonggan pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau
menukar pakaian

5
 Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian
dalam, dan memilih pakaian, menggunakan alat tambahan,
mengenakan kancing tarik, menggunakan kaos kaki, melepas pakaian,
mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan.
c. Makan
 Klien mempunyai ketidak mampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan , menangani perkakas, mengunyah makanan,
menguunakan alat tambahan, medapatkan makanan, membuka
contrainer, memanipulasi makanna dalam mulut, mengambil makanan
dari wadah lalu memasukkan ke mulut, melengkapi makanan,
mencernamakanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil
cangkir atau gelas,serta mencerna makanan secara cukup aman.
d. BAB/BAK
 Klien memiliki keterbatasan / ketidakmampuan dalam mendapatkan
jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban,
memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB
dan BAK secara tepat, menyiram toilet atau kamar kecil.

Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit


perawatan diri adalah:
a. Fisik
 Badan bau, pakaian kotor
 Rambut dan kulit kotor
 Kuku panjang dan kotor
 Gigi kotor disertai mulut bau
 penampilan tidak rapi
b. Psikologis
 Malas, tidak ada inisiatif
 Menarik diri, isolasi diri
 Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina
c. Sosial
 Interaksi kurang

6
 Kegiatan kurang
 Tidak mampu berperilaku sesuai norma
 Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok
gigi dan mandi tidak mampu mandiri

Data yang biasa ditemukan dalam defisit perawatan diri adalah :


a. Data subyektif
1) Pasien merasa lemah
2) Malas untuk beraktivitas
3) Merasa tidak berdaya.
b. Data obyektif
1) Rambut kotor, acak – acakan
2) Badan dan pakaian kotor dan bau
3) Mulut dan gigi bau.
4) Kulit kusam dan kotor
5) Kuku panjang dan tidak terawatt

5. Dampak
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene menurut
Wartonah (2006) yaitu :
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang
sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan membran
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada
kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

7
6. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

Pola perawatan Kadang perawatan Tidak melakukan


diri seimbang diri kadang tidak perawatan saat stress
Keterangan :
 Pola perawatan diri seimbang, saat klien mendapatkan stressor dan mampu
berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang,
klien masih melakukan perawatan diri.
 Kadang perawatan diri kadang tidak, saat klien mendapatkan stressor
kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya.
 Tidak melakukan perawatan diri, klien menyatakan dia tidak peduli dan
tidak bias melakukan perawatan saat stressor.

7. Diagnosa Keperawatan
Defisit Perawatan Diri : - kebersihan diri/mandi
- berdandan/berhias
- makan
- BAB/BAK

8. Rencana Intervensi
Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat
merawat diri sendiri adalah :
a. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
1) Bina hubungan saling percaya.
2) Bicarakan tentang pentingnya kebersihan.
3) Kuatkan kemampuan klien merawat diri.

8
b. Membimbing dan menolong klien merawat diri.
1) Bantu klien merawat diri
2) Ajarkan ketrampilan secara bertahap
3) Buatkan jadwal kegiatan setiap hari
c. Ciptakan lingkungan yang mendukung
1) Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi.
2) Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien.
3) Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien misalnya,
kamar mandi yang dekat dan tertutup.

9. Asuhan Keperawatan
Berikut ini rencana asuhan keperawatan dari defisit perawatan diri
(Keliat, 2006) :
Diagnosa Perencanaan Intervensi
Tujuan Kriteria evaluasi
Keperawatan
Defisit TUM:
Perawatan klien dapat
Diri mandiri dalam
perawatan diri

TUK 1 :
Klien dapat Dalam berinteraksi a. Berikan salam setiap
membina klien menunjukan berinteraksi.
hubungan saling tanda-tanda percaya b. Perkenalkan nama, nama
percaya dengan pada perawat: panggilan perawat dan
perawat a. Wajah cerah, tujuan perawat berkenalan.
tersenyum c. Tanyakan nama dan
b. Mau berkenalan panggilan kesukaan klien.
c. Ada kontak mata d. Tunjukan sikap jujur dan
d. Menerima menepati janji setiap kali
kehadiran perawat berinteraksi.
e. Bersedia e. Tanyakan perasaan dan
menceritakan masalah yang dihadapi

9
perasaannya klien.
f. Buat kontrak interaksi
yang jelas.
g. Dengarkan ungkapan
perasaan klien dengan
empati.
h. Penuhi kebutuhan dasar
klien.
TUK 2 : 2.
Klien Dalam 2 kali a. Bina hubungan saling
mengetahui interaksi klien percaya dengan
pentingnya menyebutkan: menggunakan prinsip
perawatan diri a. Penyebab tidak komunikasi terapeutik.
merawat diri b. Dorong klien
b. Manfaat menjaga mengungkapkan perasaan
perawatan diri tentang keadaan dan
c. Tanda-tanda kebersihan dirinya.
bersih dan rapi c. Dengarkan ungkapan klien
d. Gangguan yang dengan empati.
dialami jika d. Diskusikan bersama klien
perawatan diri pentingnya kebersihan diri
tidak diperhatikan dengan cara menjelaskan
pengertian tentang arti
bersih dan tanda- tanda
bersih.
e. Diskusikan fungsi
kebersihan diri dengan
menggali pengetahuan
klien terhadap hal yang
berhubungan dengan
kebersihan diri.
f. Bantu klien
mengungkapkan arti

10
kebersihan diri dan tujuan
memelihara kebersihan
diri.
g. Beri reinforcement positif
setelah klien mampu
mengungkapkan arti
kebersihan diri.
TUK 3: Klien dapat a. Diskusikan dengan klien
Klien menyebutkan frekwensi memelihara
mengetahui cara frekwensi dan kebersihan diri seperti:
– cara melakukan menjelaskan cara mandi 2 kali pagi dan
perawatan diri menjaga perawatan sore, sikat gigi minimal 2
diri (mandi, gosok kali sehari (sesudah makan
gigi, keramas, ganti dan sebelum tidur),
pakaian, berhias, keramas dan menyisir
gunting kuku) rambut, gunting kuku jika
panjang
b. Diskusikan cara praktek
perawatan diri dengan
baik dan benar.
c. Berikan pujian untuk
setiap respon klien yang
positif.
TUK 4 : Klien berusaha untuk a. Motivasi klien untuk
Klien dapat memelihara mandi.
melakukan kebersihan diri b. Beri kesempatan untuk
kebersihan diri seperti: mandi, beri kesempatan
dengan bantuan a. mandi pakai klien untuk
perawat. sabun dan disiram mendemonstrasikan cara
pakai air sampai memelihara kebersihan
bersih diri yang benar.
b. mengganti c. Anjurkan klien untuk
pakaian bersih mengganti baju setiap hari.

11
sehari–hari d. Kaji keinginan klien untuk
c. merapikan memotong kuku dan
penampilan. merapikan rambut.
e. Kolaborasi dengan
perawat ruangan untuk
pengelolaan fasilitas
perawatan kebersihan diri,
seperti mandi dan
kebersihan kamar mandi.
f. Bekerjasama dengan
keluarga untuk
mengadakan fasilitas
kebersihan diri seperti
odol, sikat gigi, shampoo,
pakaian ganti, handuk dan
sandal.
g. Berikan pujian untuk
setiap respon klien yang
positif.
TUK 5 : Setelah satu minggu a. Monitor klien dalam
Klien dapat klien dapat melakukan kebersihan diri
melakukan melakukan perawatan secara teratur, ingatkan
kebersihan kebersihan diri secara untuk mandi, menggosok
perawatan diri rutin dan teratur gigi, mencuci rambut,
secara mandiri. tanpa anjuran, seperti menyisir, gosok gigi, ganti
mandi pagi dan sore, baju, menggunting kuku
gosok gigi setelah dan pakai sandal.
makan, keramas 2x b. Berikan pujian untuk
seminggu, ganti baju setiap respon klien yang
setiap hari, positif.
penampilan bersih
dan rapi,
menggunting kuku

12
jika sudah panjang.
TUK 6 : a. Keluarga selalu a. Jelaskan pada keluarga
Klien dapat mengingatkan tentang penyebab kurang
dukungan hal–hal yang minatnya klien menjaga
keluarga dalam berhubungan kebersihan diri.
meningkatkan dengan b. Diskusikan bersama
kebersihan diri. kebersihan diri keluarga tentang
Kriteria evaluasi b. keluarga tindakanyang telah
menyiapkan dilakukan klien selama di
sarana untuk RS dalam menjaga
membantu klien kebersihan dan kemajuan
dalam menjaga yang telah dialami di RS.
kebersihan diri c. Anjurkan keluarga untuk
c. keluarga memutuskan memberi
membantu dan stimulasi terhadap
membimbing kemajuan yang telah
klien dalam dialami di RS.
menjaga d. Jelaskan pada keluarga
kebersihan diri. tentang manfaat sarana
yang lengkap dalam
menjaga kebersihan diri
klien.
e. Anjurkan keluarga untuk
menyiapkan sarana dalam
menjaga kebersihan diri.
f. Diskusikan bersama
keluarga cara membantu
klien dalam menjaga
kebersihan diri.
g. Diskusikan dengan
keluarga mengenai hal
yang dilakukan misalnya:
mengingatkan pada waktu

13
mandi, sikat gigi, mandi,
keramas, dan lain-lain.

10. Pembagian Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Defisit


Perawatan Diri
Pembagian strategi pelaksanaan tindakan keperawatan defisit
perawatan diri menurut Purba (2009) adalah sebagai berikut:
Tindakan Keperawatan Untuk Tindakan Keperawatan untuk
Pasien keluarga
SP 1 SP 1
1. Menjelaskan pentingnya 1. Menjelaskan masalah yang
kebersihan diri dirasakan keluarga dalam
2. Menjelaskan cara menjaga merawat pasien
kebersihan diri 2. Menjelaskan pengertian, tanda
3. Membantu pasien mempraktekkan dan gejala defisit perawatan diri
cara menjaga kebersihan diri dan jenis defisit perawatan diri
4. Menganjurkan pasien memasukkan yang dialami pasien, serta proses
dalam jadwal kegiatan terjadinya
3. Menjelaskan cara merawat pasien
dengan defisit perawatan diri
SP 2 SP 2
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. Melatih keluarga mempraktekkan
harian pasien cara merawat pasien dengan
2. Menjelaskan cara makan yang baik defisit perawatan diri
3. Membantu pasien mempraktekkan 2. Melatih keluarga melakukan cara
cara makan yang baik merawat langsung kepada pasien
4. Menganjurkan pasien memasukkan defisit perawatan diri
dalam jadwal kegiatan harian
SP 3 SP 3
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. Membantu keluarga membuat
harian pasien jadwal aktivitas di rumah
2. Menjelaskan cara eliminasi yang termasuk minum obat (dischange
baik planning)

14
3. Membantu pasien mempraktekkan 2. Menjelaskan follow up pasien
cara eliminasi yang baik setelah pulang
4. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
SP 4
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
2. Menjelaskan cara berdandan
3. Membantu pasien mempraktekkan
cara berdandan
4. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian

11. Evaluasi Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri


Tanda- tanda strategi pelaksanaan komunikasi yang diberikan kepada
klien defisit perawatan diri berhasil menurut Purba (2009) adalah sebagai
berikut:
a. Klien dapat menyebutkan:
1) Penyebab tidak merawat diri
2) Manfaat menjaga perawatan diri
3) Tanda-tanda bersih dan rapi
4) Gangguan yang dialami jika perawatan diri tidak diperhatikan.
b. Klien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri dalam hal:
1) Kebersihan diri
2) Berdandan
3) Makan
4) BAB/BAK
c. Keluarga memberi dukungan dalam melakukan perawatan diri:
1) Keluarga menyediakan alat-alat untuk perawatan diri
2) Keluarga ikut seta mendampingi klien dalam perawatan diri

B. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

15
PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

1. PENGKAJIAN
Hari/Tanggal : Senin, 16 juni 2014
Oleh : RINI LINNAFIYAH
Ruang : Srikandi

A. Identitas

Identitas klien
Nama : Ny. N
Usia : 40 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : semarang
Tanggal Masuk : 16 mei 2014
No.RM : 06.40.56
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. B
Usia : 48
Alamat : semarang
Hubungan dengan klien : Kakak pasien

B. Alasan Masuk

Klien dibawa keluarga ke RSJD Amino Gonohutomo dengan keluhan


semenjak di tinggal bapak klien sering melamun, sulit tidur, klien bicara
sendiri, bicara tidak nyambung, suka keluyuran, tidak mau makan dan
mandi ± 6 bulan tidak minum obat.
Masalah keperawatn : Defisit perawatan diri

C. Faktor Predisposisi

16
Klien sebelumnya pernah dirawat di Rs Jiwa sampai 3 kali kurang lebih 6
bulan tidak pernah minum obat, dalam keluarga klien tidak ada yang
mengalami gangguan jiwa. Sejak Bapakya meniggal dunia pasien terlihat
sering melamun, murung, tidak mau makan dan mandi, mandi harus
disuruh. Pasien tidak pernah megalami aniaya fisik maupun kejadian yang
tidak menyenangkan.

D. Fisik

1. Tanda Vital

TD : 120/70 mmHg
N : 82x / menit
S : 36°C
RR : 20x/menit
2. Ukuran

TB : 156 cm BB : 50kg
3. Keluhan Fisik : klien tidak ada memiliki keluhsn fisik

E. Psikososial

1. Genogram

Keterangan :
: Laki-Laki
: Klien
: Perempuan
: Meninggal

17
2. Konsep Diri

a. Gambaran Diri

Klien megatakan meyukai anggota tubuh pada bagian hidung dan


tidak menyukai bagian anggota tubuhnya yaitu gigi karena giginya
ompong.
b. Identitas

Klien mengatakan puas menjadi anak perempua karena klien selalu


membantu ibunya membersihkan rumah dan bisa merawat ayahnya
yang sedang sakit.
c. Peran

Klien mengatakan puas menjadi anak ke-2 dari 4 bersaudara.


Karena klien merasa bisa membimbing adiknya untuk merawat
ayahya yang sedang sakit dan membantu ibunya untuk
menyelesaikan pekerjaan rumah.
d. Ideal Diri

Klien megatakan waktu kecil mempunyai cita-cita ingin mejadi


guru dan setelah besar klien ingin membahagiakan orang tuanya
dan berbakti kepada orang tuanya.
e. Harga Diri

Selama dirumah klien merasa minder, tidak percaya diri untuk


bergaul karena klien sering dihina oleh tetangganya dan klien
sering menyediri dirumah, tidak percaya diri dan merasa minder
karena klien merasa dirinya tidak berguna.
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah
3. Hubungan sosial

a. Orang dekat : orang yang dekat dengan klien yaitu Bapak dan
Ibunya.

18
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : klien
selama sakit tidak ikut kegiatan bermasyarakat.

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : di rumah


sakit klien jarang berkomunikasi dengan temanya dan perawat,
klien tidak koperatif klien suka diam dan menyediri

Masalah Keperawatan : isolasi sosial : menarik diri


4. Spiritual

a. Nilai dan keyakinan : klien berkeyakinan beragama islam.

b. Kegiatan ibadah : klien selam dirumah sakit jiwa tidak pernah


melakukan ibadah

5. Status Mental

a. Klien terlihat tidak rapi : klien tidak berhias, tidak memotong kuku,
dan jarang menggosok gigi harus disuruh, makan dan mandi harus
disuruh, pakaian kusut, rambut tidak disisir, rambut berketombe.

Masalah keperawatan : Defisit Keperawatan Diri


b. Pembicaraan

klien masih kacau dan kadang tidak nyambung, tidak fokus dan
pelan.
Menarik Diri : Menarik Diri
c. Aktivitas Motorik

Klien tampak lesu, dapat bergerak dan berjalan dengan bebas


namun gerakan pelan-pelan. Selama di Rumah Sakit klien untuk
melakukan aktivitas sehari-hari seperti mandi, menggosok gigi,
keramas, makan dan mengikuti senam namun harus di motivasi
oleh perawat.
d. Alam Perasaan

Klien mengatakan perasaannya pada hari ini senang

19
e. Afek

Afek Klien Datar saat diajak berbicara tentang sedih dan senang
tidak ada perubahan roman muka, ada respon saat diwawancara
pandangan tidak mau melihat yang mengajak berbicara, pandangan
kosong.
Masalah Keperawatan : Menarik Diri
f. Interaksi selama Wawancara

Saat wawancara klien mau diajak komunikasi, kontak mata kurang


fokus / tidak fokus pada lawan bicara, klien tidak mampu diajak
bicara terlalu lama dan biasanya klien minta untuk menghindar atau
megakhiri percakapan.
g. Persepsi

Tidak terdapat kelaianan dalam persepsi seperti hallusinasi dll

h. Proses pikir

Pada saat wawancara klien mampu menjawab apa yang ditanyakan


oleh perawat namun sesekali pertanyaan yang di berikan harus di
ulangi.
i. Isi Pikir

Tidak terjadi gangguan isi pikir seperti obsesi dan waham.


j. Tingkat Kesadaran

Klien terkadang tampak bingung, menjawab pertanyaan tidak


konsisten.
k. Memori

Klien mampu mengingat-ingat kegiatan-kegiatan yang dilakukan


dirumah, Orang-orang terdekat dan pada saat diantar ke RSJ Dr.
Amino GondoHutomo.
l. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung

20
Kemampuan berhitung klien cukup baik, klien dapat berkonsentrasi
dan mampu berhitung sederhana. Contoh menghitung 1 – 10
m. Kemampuan penilaian

Klien mampu mengambil keputusan diantara dua hal, yaitu saat


ditanya mau ibadah apa mandi dulu?.Klien mengatakan mandi dulu
agar ketika ibadah klien dalam keadaan bersih baru makan.
n. Daya tilik Diri

Klien mengingkari kalu dirinya sakit jiwa.

6. Kebutuhan Persiapan Pulang

a. Makan

Klien mengatakan makan 3x sehari sesuai porsi yang disediakan


RSJ. Nafsu makan kien baik, makan habis 1 porsi.
b. BAB / BAK

Klien mengatakan biasanya BAB 1x sehari, BAK kurang lebih 4 –


5x sehari. Klien mengatakan tidak ada keluhan dalam pola BAB
dan BAK.
c. Mandi

Klien mengatakan mandi 2x selama di RSJ, pagi puku 06.00 dan


sore pukul 16.00 WIB.
d. Bepakaian

Klien tampak bersih, klien menggunakan pakaian yang disediakan


oleh RSJ dan klien mampu berhias seperti bersisir dan memotong
kuku.
e. Kebersihan Diri

Klien tampak bersih dan berpenampilan rapi.


f. Istirahat dan Tidur

21
Klien mengatakan pada malam hari tidur 7-8 jam, siang hari sekitar
1-2 jam tidur nyenyak.
g. Penggunaan Obat

Klien minum obat 2x perhari.


h. Pemeliharaan Kesehatan

Klien mengatakan apabila keluar dari RSJ klien selalu kontrol dan
minum obat teratur agar penyakitnya tidak kambuh lagi, ingin
kembali berkumpul dengan orang tuanya
i. Kegiatan di dalam rumah

Klien mengatakan dirumah biasanya klien hanya meyapu rumah.

j. Kegiatan di luar rumah

Klien mengatakan bahwa jarang melakukan kegiatan diluar rumah.

7. Mekanisme Koping

a. Masalah dengan dukungan kelompok

Klie tidak dapat bersosialisasi dengan klien lain, keluarga


maupun perawat.
b. Masalah berhubungan dengan lingkungan

Klien jarang bergaul dan haya memiliki sedikit teman, klien


lebih suka berdiam di dalam rumah.
c. Masalah dengan pendidikan

Klien mengatakan bahwa dirinya kecewa hanya sempat sekolah


sampai SMP dan klien tidak dapat melanjutkan sekolah lagi
karena masalah biaya.
d. Masalah dengan pekerjan

22
Klien dulu pernah bekerja di toko tetapi klien keluar karena
tidak betah dengan tempat kerjanya dan suka dihina teman-
temanya.
e. Masalah dengan perumahan

Klien menganggap tetangganya tidak menyukainya dan


meyepelekan dirinya dan menghina klien jelek.
f. Masalah dengan ekonomi

Klien mengatakan dan meyadari bahwa keluarganya adalah


keluarga tidak mampu.
g. Masalah dengan pelayanan kesehatan.

Klien tidak mempunyai masalah dengan pelayanan kesehatan.

8. Pengetahuan

Klien tidak megetahui tentang cara mengatasi masalah yang dihadapi (


masalah defisit perawatan diri berhias memotong kuku) tidak
mengetahui bila setelah mandi akan terasa nyaman dan segar namun
klien merasa malas untuk melakuan perawatan diri.
#Masalah Keperawatan : Defisit Perawatan Diri

9. Aspek Medis

Diagnosa Medis : Skizofernia

Terapi medis
1. Trihaksiphenidil 3x 2 mg

2. Ziozapin 2x 12,5 mg

3. Kalxefin 1x 20 g

10. Masalah Keperawatan

1. Defisit perawatan diri

23
2. Harga diri rendah

3. Isolasi sosial

4. Koping individu tidak efektif

5.

11. Pohon Masalah

Isolasi Sosial

Defisit Perawatan Diri

Kurangnya Dukungan
Keluarga

2. ANALISA DATA

No Hari/Tanggal Data Fokus Masalah Paraf


.
1. Selasa,10jun DS : klien mengatakan Isolasi Sosial :
i 2014 dirumah sakit klien jarang Menarik Diri
berkomunikasi dengan
temanya dan perawat, klien
lebih suka diam dan
menyendiri dikamar
DO: afek klien datar saat
diajak bercerita tentang
sedih dan senang,
pandangan tidak fokus, tidak
mau melihat yang mengajak
berbicara klien tidak dapat
bersosialisasi dengan klien

24
yang lain
Selasa, 10 Defisit Perawatan
juni 2014 DS : klien megatakan jika Diri
mau mandi harus disuruh
oleh perawat, makan harus
disuruh, pakaian kusut,
rambut tidak disisir, kuku
panjang dan jarang berhias.

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Defisit Perawatan Diri

b. Harga Diri Rendah

Diagnosa Rencana tindakan


Tujuan Kriteria evaluasi
Defisit Perawatan Tujuan umum : Klien menunjukan
Diri Klien bisa mandi secara tanda-tanda
mandiri percaya kepada
Tujuan khusus : perawat :
Klien bisa membina Wajah cerah dan
hubungan saling percaya tersenyum, mau
dengan perawat berkenalan, ada
kontak mata,
menerima
kehadiran perawat
dan bersedia
bercerita
1.

4. IMPLEMENTASI
Nama : Ny. N

25
Umur : 40 Tahun
Ruang : Srikandi
No RM : 064056

Hari/Tanggal/Jam Diagnosa Tindakan Respon TTD

Selasa 10 juni I Ds : klien S : klien jarang


2014 mengatakan jarang berbicara dengan
10:15 berkomunikasi teman-temanya
dengan teman- klien lebih suka
temanya, klien suka menyendiri di
menyendiri di kamarnya.
kamarnya. O : klien tidak
Do : klien tidak kooperatif tidak
kooperatif tidak ada ada kontak mata
kontak mata pandangan tidak
pandangan tidak fokus jika di ajak
fokus jika di ajak berbicara, klien
berbicara, klien tidak tidak dapat
dapat bersosialisasi bersosialisasi
dengan teman, klien dengan teman,
mampu membina klien mampu
hubungan saling membina
percaya dengan hubungan saling
perawat dan teman- percaya dengan
temanya. perawat dan
Diagnosa teman-temanya.
Keperawatan : Defisit A : klien mampu
Keperawatan Diri membina
Tindakan Sp 1: hubungan saling
 Beri salam percaya dengan
setiap perawat dan

26
berinteraksi teman-temanya.
P : agar klien
 Perkenalkan
mampu berlatih
nama, nama
cara berkenalan
panggilan,
Rabu 11 juni dengan teman-
nama
2014 teman sesuai jawal
kesukaan
09:00 yaitu sering
 Tanya dilakukan berulang
masalah dan kali.
perasaan hari
ini

 Buat interaksi
yang jelas

 Dengar
Rabu 12 juni ungkapan
2014 perasaan klien

 Penuhi
kebutuhan
dasar pasien

S : klien
mengatakan jika
Ds: klien mengatakan mau mandi harus
jika mau mandi harus disuruh dulu oleh
disuruh dulu oleh perawat.
perawat, klien O : saat di rs
mengatakan makan pasien mampu
harus disuruh oleh melakukan cara-
perawat baru mau cara perawatan diri
makan, rambut jarang yang baik jika di

27
disisir. suruh oleh
Do : klien terlihat perawat.
jarang berhias, A : klien mampu
rambut kusut, baju melakukan
kusut, rambut perawatan diri
berketombe selama di P : klien mampu
RSJ menyebutkan cara-
cara mandi yang
Ds : klien benar
mengatakan sudah
mampu melakukan S : klien
perawatan diri mengatakan sudah
dengan cara mandi 1 mampu melakukan
hari 2 kali dilakukan perawatan diri
pada waktu pagi dan dengan baik tanpa
sore, mandi di kamar disuruh-suruh oleh
mandi, mandi perawat lagi.
menggunakan sabun O : klien kelihatan
mandi, gosok didi, rapi dan bersih,
ganti baju setelah mampu melakukan
selesai mandidan perawatan diri
keramas yaitu :
menggunakan  Mandi 2x
shampo. sehari
Do : klien terlihat menggunak
mampu melakukan an sabun
cara perawatn diri
 Gosok gigi
dengan baik dan
sehabis
benar.
makan
Diagnosa
Keperawatan :  Keramas 2
Defisit Perawatan hari sekali

28
Diri  Ganti
Tindakan Sp2 pakaian
 Menjelaskan setiap
manfaat dari selesai
perawatan diri mandi .

 Mengajarkan  Berhias
perawatan diri setelah
baik dan mandi
benar
A : klien tampak
bisa merawat
dirinya dengan
cara mandi, gosok
gigi, keramas 2
hari sekali, berhias
dan potong kuku 1
minggu sekali
P : agar klien
melakukan dengan
baik dan benar
maka sesual
jadwal yaitu di
lakukan 2x/hari
setiap pagi dan
sore

29
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan diri hendaknya
di berikan perhatian yang lebih dalam perawatan diri sehinngga peningkat
ankebersihan klien dapat lebih meningkat lebih baik. Klien yang
seringmenyendiri merupakan resiko menjadi isolasi sosial maka
komunikasiterapeutik yang di gunakan sebagai landasan untuk membina

30
saling percayasehingga dapat mengggali semua permasalahan.Klien
dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan diri harus selaludi libatkan
dalam kegiatan dan di temani setiap tindakan yang lebih.Identifikasi diri
mengenai penyebab awal terjadinya gangguan tersebut menjadifocus
perhatian pemberian pelayanan kesehatan. Klien dengan gangguan
jiwayaitu defisit perawatan diri membutuhkan dukungan dari keluarganya
sehinggadapat mempercepat proses penyembuhan klien.

B. SARAN
Klien diharapkan dalam mengikuti program penyembuhan
yangdirencanakan oleh dokter dan perawat mau dan mampu untuk
mengikuti gunakesembuhan klien. Keluarga nantinya mampu memberikan
motivasi dansemangat kepada klien untuk mengembalikan kepercayaan
diri baik di rumahmaupun di rumah sakit.

DAFTAR PUSTAKA

1. Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8.


Penerjemah Monica Ester. Jakarta : EGC.
2. Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan Jiwa.
3. Fitria, Nita. (2009).  Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan
Pendahuluan  Dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan
SP) Untuk 7  Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat Bagi Program S1
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

31
4. Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC.
5. Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
6. Nanda ( Budi Santosa : editor ). 2006. Panduan Diagnosa Nanda 2005 - 2006
; Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC.
7. Potter, P. A., & Perry, A. G. 2006. Buku Ajar Fundamental : konsep, proses,
dan praktik. Jakarta : EGC
8. Purba, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah
Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan : USU Press.
9. Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.
10. Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi
3. Jakarta : Salemba Medika.

SOAL

1. Seorang perawat di RSJ Manis mengkaji seorang pasien bernama Tn.D berusia
20 tahun. Saat melakukan pengkajian, didapatkan hasil bahwa pasien sudah 2 hari
tidak mandi, pasien mengatakan malas untuk mandi. Pasien tampak
berpenampilan tidak rapi, tidak mampu berpakaian dengan benar, serta tercium
bau yang tidak sedap dari tubuhnya. Apakah masalah psikososial pada kasus di
atas?
A. Harga diri rendah

32
B. Isolasi Sosial
C. Ketidakberdayaan
D. Defisit Perawatan Diri
E. Keputusasaan

2. Perempuan berusia 18 tahun dibawa ke IGD Rumah Sakit Jiwa. Keluarga


pasien mengatakan sudah 5 hari pasien diam sendiri di kamar dan tidak mau
mandi. Saat dikaji badan pasien lengket, kotor, mulut mau dan rambut acak-
acakan. Apakah tindakan keperawatan yang tepat pada kasus diatas?
a. Jelaskan pada pasien tentang pentingnya berdandan
b. Jelaskan pentingnya kebersihan diri
c. Identifikasi kebersihan diri, berdandan, makan dan BAB/BAK
d. Latih cara berdandan
e. Jelaskan cara dan alat makan yang benar

3. Laki-laki berusia 26 tahun dibawa ke IGD Rumah Sakit Jiwa X. Keluarga


pasien mengatakan sudah 3 hari pasien diam sendiri di kamar, tidak mau mandi,
dan tidak mau makan serta diam dengan tatapan mata yang kosong dan
mengatakan malu bahwa dirinya tidak berguna bagi keluarganya. Apakah
tindakan keperawatan yang tepat pada kasus diatas?
a. Melatih pasien untuk minum obat
b. Pilih kemampuan kedua yang dapat dilakukan
c. Mengorientasikan kembali ke realita
d. Memasukan kemampuan yang dimiliki ke dalam kegiatan
e. Mengidentifikasi kemampuan positif yang dimiliki

4. Klien terlihat tidak bersih, rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki. Pakaian
terlihat kotor, tidak rapi, makan berceceran dan tidak pada tempatnya. Klien suka
BAB/BAK tidak pada tempatnya dan juga tidak membersihkan diri dengan baik
setelah BAB/BAK
Bagaimanakah rencana tindakan pertama keperawatan pada kasus diatas?
a.Identifikasi kemampuan klien dalam melakukan kebersihan diri

33
b.Jelaskan pentingnya kebersihan diri dengan cara memberikan penjelasan terhdap
pentingnya kebersihan diri
c.Jelaskan peralatan yang dibutuhkan dan cara membersihkan diri
d.Minta klien memperagakan ulang alat dan cara kebersihan diri
e.Masukan dalam jadwal kegiatan klien

5. Seorang laki-laki, 30 tahun sering melamun, menyendiri, tidak mau makan dan
mandi, tidak peduli dengan lingkungan bahkan dia sering mengurung dikamar,
ketika di tanya oleh perawat alasan tidak bergabung dengan teman-temannya
karena malu dirinya jelek. Apakah terapi aktifitas yang tepat diberikan
berdasarkan kasus diatas ?
a.Terapi aktifitas sosialisasi
b.Terapi aktifitas stimulasi persepsi
c.Terapi aktifitas persepsi sensori
d.Terapi aktifitas orientasi realitas
e.Terapi aktifitas penyaluran energi

6. Tn. K usia 44 tahun sudah satu minggu dirawat di RSJ. Saat dilakukan
pengkajian, Tn. K tampak pucat, menolak berinteraksi, berpakaian lusuh &
tercium bau tidak sedap. Saat ditanya apakah sudah mandi, Tn. K menggeleng dan
menolak untuk mandi, Tn. K berkata “buat apa mandi”.
Apakah tindakan keperawatan yang harus dilakukan berdasarkan kasus diatas ?
A.Latih pasien cara-cara melakukan perawatan diri
B.Latih pasien berdandan/berhias
C.Jelaskan tentang pentingnya kebersihan diri
D.Latih pasien mempraktikan cara menjaga kebersihan diri
E.Jelakan alat-alat untuk perawatan diri

7. Seorang lelaki berusia 20 tahun dibawa ke RSJ karena sudah 6 hari mengurung
diri dan tidak mau beraktivitas. Hasil observasi : penampilan klien berantakan,
tercium bau pesing dan bau mulut, gigi kotor. Hasil pengkajian: klien mengatakan
“Saya malas melakukan kegiatan apapun!”

34
Apakah masalah keperawatan yang sesuai untuk kondisi klien tersebut ?
A.Defisit perawatan diri
B.Isolasi sosial
C.Intoleransi aktivitas
D.Gangguan persepsi sensori
E.Harga diri rendah

8. Seorang wanita, usia 26 tahun, dibawa keluarganya ke Poli klinik RS


jiwa karena sudah 1 minggu tidak mau mandi, badan kotor dan bau, tidak
mau makan bila makan berantakan, BAB dan BAK sembarangan,
pemeriksaan fisik dalam batas normal. Apakah diagnosa keperawatan utama
yang dapat saudara tegakkan pada kasus di atas?
A. Defisit perawatan diri
B. Gangguan citra tubuh
C. Harga diri rendah
D. Gangguan personal higiene
E. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi

9. Seorang perempuan (18 tahun) dibawa oleh keluarganya ke RSJ karena


mengurung diri dikamar dan tidak mau mandi sejak 1 minggu yang lalu.
Berdasarkan pengkajian : klien mengatakan malas mandi, tubuh kotor, bau badan,
rambut kusut, gigi dan kuku tampak kotor.

Saat ini perawat sudah mengajarkan klien cara perawatan diri : mandi.
Berdasarkan kasus diatas, apakah tindakan keperawatan selanjutnya ? A.
Menjelaskan manfaat perawatan diri
B. Membina hubungan saling percaya dengan klien
C. Mengajarkan klien cara BAB dan BAK yang baik
D. Mengajarkan klien cara makan dan minum yang baik
E. Mengajarkan klien cara berhias/berdandan yang baik

35
10. Klien terlihat tidak bersih, rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki. Pakaian
terlihat kotor, tidak rapi, makan berceceran dan tidak pada tempatnya. Klien suka
BAB/BAK tidak pada tempatnya dan juga tidak membersihkan diri dengan baik
setelah BAB/BAK
Bagaimanakah rencana tindakan pertama keperawatan pada kasus diatas?
A. Identifikasi kemampuan klien dalam melakukan kebersihan diri
B. Jelaskan pentingnya kebersihan diri dengan cara memberikan penjelasan
terhdap pentingnya kebersihan diri
c.Jelaskan peralatan yang dibutuhkan dan cara membersihkan diri
d.Minta klien memperagakan ulang alat dan cara kebersihan diri
e.Masukan dalam jadwal kegiatan klien

36

Anda mungkin juga menyukai