Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan karunia-Nya yang selalu menyertai penulis dalam
menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI”. Makalah ini penulis
buat berdasarkan tugas yang diberikan oleh Ibu Ns. Nurbani, M. Kep. selaku
dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I. Penulis sadar dalam
pembuatan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif guna
pembuatan makalah yang lebih baik lagi dimasa yang akan datang. Harapan
penulis semoga makalah yang sederhana ini dapat memberikan wawasan dan
pengetahuan yang luas bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Singkawang, Juli 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................

A. Latar Belakang.......................................................................................................
B. Tujuan....................................................................................................................

BAB II KONSEP TEORI................................................................................................

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri.........................................................................


B. Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri..............................................................
C. Jenis-Jenis Perawatan Diri.....................................................................................
D. Faktor Predisposisi................................................................................................
E. Faktor Presipitasi...................................................................................................
F. Dampak yang Sering Timbul pada Masalah Personal Hygiene............................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DEFISIT


PERAWATAN DIRI.......................................................................................................

A. Pengkajian.............................................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan........................................................................................
C. Intervensi Keperawatan.......................................................................................
D. Implementasi Keperawatan.................................................................................
E. Evaluasi...............................................................................................................

BAB IV PENUTUP........................................................................................................

A. Kesimpulan..........................................................................................................
B. Saran....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa


merupakan tantangan yang unik karena masalah keperawatan jiwa
mungkin tidak dapat dilihat langsung, seperti pada masalah kesehatan fisik
yang memerlihatkan berbagai macam gejala dan disebabkan oleh berbagai
hal (Erlinafsiah, 2010). Menurut WHO (World Health Organization)
memerkirakan 450 juta orang di seluruh dunia mengalami gangguan
mental. Sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini dan
25% penduduk diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia
tertentu selama hidupnya. Penderita gangguan jiwa berat dengan usia
diatas 15 tahun di Indonesia mencapai 0,46%. Hal ini berarti terdapat lebih
dari 1 juta jiwa di Indonesia yang menderita gangguan jiwa berat.
Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa 11,6% dari 19 juta penduduk
Indonesia mengalami masalah gangguan mental emosional (Riset
Kesehatan Dasar, 2010). Sedangkan pada tahun 2013 jumlah penderita
gangguan jiwa mencapai 1,7 juta per 1000 penduduk atau sekitar 400.000
orang (Riset Kesehatan Dasar, 2015).

Menurut Stuart (2009), bahwa aspek intelektual merupakan salah


satu faktor penyebab terjadinya gangguan jiwa karena berhubungan
dengan kemampuan seseorang dalam menyampaikan ide atau pendapatnya
dan selanjutnya akan berpengaruh pada kemampuan seseorang untuk
memenuhi harapan dan keinginan yang ingin dicapai dalam hidupnya
sehingga akan lebih minimal untuk terjadinya defisit perawatan diri.
Potter & Perry (2005), mengatakan bahwa defisit perawatan diri biasanya
banyak terjadi pada klien yang mempunyai latar belakang pendidikan
rendah.

1
2

Defist perawatan diri dalam keadaan individu mengalami


kerusakan fungsi motorik atau fungsi kognitif yang menyebabkan
penurunan kemampuan untuk melakukan masing-masing dari kelima
aktivitas perawatan diri (makan, mandi atau higiene, berpakaian atau
berhias, toileting, instrumental) (Lynda, 2007). Defisit perawatan diri,
yaitu gangguan kemampuan melakukan aktivitas yang terdiri dari mandi,
berpakaian, berhias, makan, toileting atau kebersihan diri secara mandiri
(Nanda, 2006).

Berdasarkan hal tersebut, penulis merasa tertarik untuk membahas


tentang defisit perawatan diri dengan harapan dapat memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensif dan profesional sehingga angka
kesembuhan dapat ditingkatkan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum

Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah memberikan


gambaran nyata tentang asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan defisit perawatan diri.

2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan defisit
perawatan diri,
b. Mampu menerapkan diagnosa keperawatan pada klien dengan
gangguan defisit perawatan diri,
c. Mampu membuat intervensi keperawatan pada klien dengan
gangguan defisit perawatan diri,
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada klien dengan
gangguan defisit perawatan diri,
e. Mampu membuat evaluasi keperawatan pada klien dengan
gangguan defisit perawatan diri.
BAB II

KONSEP TEORI

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri

Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang


yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau
melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri, seperti mandi
(hygiene), berpakaian/berhias, makan dan BAB/BAK (toileting) (Fitria,
2009).

B. Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri

Menurut Fitria (2009), tanda dan gejala defisit perawatan diri


adalah sebagai berikut:

1. Mandi (Hygiene)

Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan


badan, memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau
aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan
tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.

2. Berpakaian/Berhias

Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau


mengambil potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta
memperoleh atau menukar pakaian. Klien juga memiliki
ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian.

3. Makan

Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,


mempersiapkan makanan, mengunyah makanan, menggunakan alat
tambahan, mendapatkan makanan, membuka container, memanipulasi
makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah lalu
memasukkannya ke mulut, melengkapi makan, mencerna makanan

3
4

menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas,


serta mencerna cukup makanan dengan aman.

4. BAB/BAK

Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam


mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari
jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri
setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil.

C. Jenis-Jenis Perawatan Diri


1. Defisit Perawatan Diri: Mandi

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan


mandi atau beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri.

2. Defisit Perawatan Diri: Berpakaian

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan


aktivitas berpakaian dan berhias untuk diri sendiri.

3. Defisit Perawatan Diri: Makan

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan


aktivitas makan secara mandiri.

4. Defisit Perawatan Diri: Eliminasi

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan


aktivitas eliminasi sendiri (Nanda, 2012).

D. Faktor Predisposisi

Menurut Depkes (2006:20), penyebab kurang perawatan diri


adalah sebagai berikut:

1. Perkembangan

Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga


perkembangan inisiatif terganggu.
5

2. Biologis

Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu


melakukan perawatan diri.

3. Kemampuan Realistis Turun

Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang


kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.

4. Sosial

Kurang dukungan dari situasi lingkungan memengaruhi latihan


kemampuan dalam perawatan diri.

E. Faktor Presipitasi

Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah


kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang
mampu melakukan perawatan diri.

Faktor-faktor yang memengaruhi perawatan diri adalah sebagai


berikut:

1. Body Image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat memengaruhi


kebersihan diri, misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga
individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.

2. Praktik Sosial

Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka


kemungkinan akan terjadi perubahan pada personal hygiene.

3. Status Sosial Ekonomi


6

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan, seperti sabun,


pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan
uang untuk menyediakannya.

4. Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena


pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.

5. Budaya

Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh


dimandikan.

6. Kebiasaan Seseorang

Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam


perawatan diri, seperti penggunaan sabun, shampo, dan lain-lain.

7. Kondisi Fisik atau Psikis

Pada keadaan tertentu atau sakit, maka kemampuan untuk


merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

F. Dampak yang Sering Timbul pada Masalah Personal Hygiene


1. Dampak Fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena


tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, yaitu
gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi
pada mata dan telinga, serta gangguan fisik pada kuku.

2. Dampak Psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene


adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan rasa dicintai dan
mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan
interaksi sosial. Mekanisme diri yang tidak efektif menyebabkan
7

individu menarik diri dari lingkungan sehingga klien sering mengeluh


masalah kebutuhan tidur atau istirahatnya terganggu dikarenakan
perubahan sensorik halusinasi lihat dan dengar, panik, penekanan rasa
takut dan pikiran delusi.

3. Kebutuhan Eliminasi
a) Pola BAK

Individu dengan defisit perawatan diri kadang lupa


terhadap kebutuhan eliminasi, sehingga BAK tidak terkontrol dan
klien tanpa disadari BAK bukan pada tempatnya. Gangguan psiko
dan fisiologik terhadap sistem perkemihan, yaitu akan menjadi
sering kencing dan anuresis (Maramis, 2005: 121).

b) Pola BAB

Manifestasi terhadap sistem pencernaan yang biasanya


terjadi adalah mengalami konstipasi karena makanan sangat lambat
dan resapan air yang banyak. Sedangkan diare terjadi karena
jalannya makanan terlalu cepat dan resapan air kuning (Maramis,
2005: 365).

4. Kebutuhan Nutrisi

Dampak terhadap kebutuhan nutrisi klien adalah adanya


gangguan saluran pencernaan sebagai manifestasi paling sering pada
klien defisit perawatan diri, yaitu peningkatan asam lambung,
anorexia, nausea, mual muntah, peningakatan salifa, dan juga dapat
mengalami peningkatan nafsu makan (Maramis, 2005: 364).

5. Kebutuhan Aktivitas

Klien dengan gangguan jiwa sering mondar-mandir, berbicara


sendiri, gelisah, marah-marah, dan kadang klien tidak mau bicara.
Akibat dari hiperaktivitasnya sehingga klien tampak lelah, lesu,
8

keletihan, dan mengalami penurunan minat untuk memenuhi


kebutuhan perawatan diri.

6. Kebutuhan Keperawatan Diri

Ini merupakan masalah utama karena klien dengan defisit


perawatan diri adalah individu yang mengalami suatu kerusakan
perawatan diri, yaitu individu yang mengalami suatu kerusakan fungsi
motorik atau fungsi kognitif yang menyebabkan penurunan
kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri (Carpenito,
2007: 330).

7. Kebutuhan Rasa Aman

Berbagai stressor yang melatarbelakangi klien jika tidak dapat


dipecahkan atau mengatasinya, maka akan berdampak stress.
Manifestasi terhadap tubuh akan terjadi psikomatis sehingga
mengakibatkan pandangan kabur, pusing, dan sakit kepala.

8. Kebutuhan Mencintai, Memiliki dan Dimiliki

Klien biasanya merasa kehilangan orang yang dicintainya,


tidak ada orang lain yang menjadi teman dekat, dan merasa asing
dengan orang lain. Ia menganggap semua orang memusuhi dan
mencelanya sehingga akan mengalami berduka disfungsional karena
respon kehilangan.

9. Kebutuhan Harga Diri

Klien merasa harga dirinya sangat rendah terkait kehilangan


kasih sayang dan penghargaan orang lain. Perilaku yang sering
tampak, yaitu klien sering mengkritik diri sendiri, produktivitas
menurun, gangguan berhubungan, rasa bermasalah, sikap negatif
terhadap diri sendiri.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

KASUS

1. Tuan B (35 tahun) adalah seorang duda dan saat ini klien tidak
bekerja. Klien tinggal dirumah hanya dengan pembantu dan klien
dirawat di RS Jiwa untuk ketiga kalinya dengan alasan jika dalam
keadaan marah akan merusak lingkungan dan tidak mengurus diri.
Pada saat pengkajian diperoleh data bahwa klien mengatakan malas
mandi dan keramas, jarang menyisir rambut dan memotong kukunya,
tidak pernah mencuci tangan saat makan, sulit menggerakan anggota
tubuhnya. Penampilan klien tidak terawat, rambut klien terlihat kotor
dan tercium bau kurang enak, kuku klien masih panjang, dan klien
tampak lemas. Klien mengatakan bahwa sering mendengar suara-
suara yang ingin membunuh dirinya dan suara itu menakutkan
sehingga klien kesal dan ingin memukul serta melempar barang agar
suara tersebut hilang. Selama di RS Jiwa, klien selalu menyendiri,
duduk dipojok atau tiduran ditempat tidur, kadang-kadang klien
berjalan mondar-mandir, dan klien sering berbicara sendiri serta
tertawa sendiri. Menurut perawat ruangan bahwa klien tersebut bila
diajak berbicara, klien mengatakan malas beraktivitas dan tidak
mengurus diri.
A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada


subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan
dalam suatu penelitian. Data yang dikumpulkan bisa berupa data
objektif, yaitu data yang diperoleh secara nyata melalui observasi atau
pemeriksaan langsung oleh perawat. Sedangkan data subjektif, yaitu

9
10

yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarganya serta data ini
diperoleh melalui wawancara perawat kepada klien dan keluarganya.

Untuk dapat menyaring data yang diperlukan, umumnya yang


dikembangkan formulir pengkajian dan petunjuk teknis pengkajian
agar memudahkan dalam pengkajian. Sistematika pengkajian adalah
sebagai berikut:

a) Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, alamat,
tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, nomor rekam medik,
diagnosa medis, dan identitas penanggungjawab.
b) Keluhan Utama dan Alasan Masuk RS
Tanyakan pada klien atau keluarga apa yang menyebabkan klien
datang ke RS saat ini serta bagaimana hasil dari tindakan orang
tersebut.
c) Faktor Predisposisi
Menanyakan kepada klien atau keluarganya
1. Apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa atau tidak
2. Jika ya, bagaimana hasil pengobatan sebelumnya.
3. Klien pernah melakukan, mengalami atau menyaksikan
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan,
kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
4. Apakah anggota keluarga ada yang mengalami gangguan jiwa.
5. Pengalaman klien yang tidak menyenangkan (kegagalan yang
terulang lagi, penolakan orang tua, harapan orangtua yang tidak
realitas) atau faktor lain, misalnya kurang mempunyai
tanggungjawab personal.
d) Aspek Fisik atau Biologis

Observasi tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan


klien), ukur tinggi badan dan berat badan klien.
11

e) Psikososial
Membuat genogram minimal tiga generasi yang dapat
menggambarkan hubungan klien dengan keluraga serta masalah
yang terkait dengan komunikasi pengambilan keputusan dan pola
asuh.
f) Status Mental
Meliputi pembicaraan, penampilan, aktivitas motorik, alam
perasaan, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir,
tingkat kesadaran, emosi, dan tingkat konsentrasi.
g) Kebutuhan Persiapan Pulang

Kemampuan klien dalam makan, BAB/BAK, mandi, berpakaian,


istirahat, tidur, penggunaan obat, pemeliharaan kesehatan, aktivitas
didalam rumah dan diluar rumah.

h) Mekanisme Koping
Diperoleh melalui wawancara pada klien atau keluarga baik adaptif
maupun maladaptif.
i) Masalah Psikososial dan Lingkungan
Diperoleh dari klien atau keluarga tentang bagaimana keadaan
lingkungan klien, masalah pendidikan, dan masalah pekerjaan.
j) Pengetahuan
Apakah klien mengetahui tentang kesehatan jiwa.
k) Aspek Medis
Obat-obatan klien saat ini baik obat fisik, psikofarmako dan terapi
lainnya.
l) Masalah Keperawatan
Perawat dapat menyimpulkan kebutuhan atau masalah klien dari
kelompok data yang dikumpulkan, kemungkinan kesimpulan
adalah sebagai berikut:
1. Tidak ada masalah tetapi ada kebutuhan
12

Klien tidak memerlukan peningkatan kesehatan, tetapi klien


hanya memerlukan pemeliharaan kesehatan secara periodik
karena tidak ada masalah.
2. Ada masalah dengan kemungkinan sebagai berikut:
a. Resiko terjadi masalah karena ada faktor yang dapat
menimbulkan masalah.
b. Aktual terjadinya masalah disertai data pendukung.
B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan


respon manusia dari individu atau kelompok dimana perawat secara
akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara
pasti untuk menjaga status kesehatan. Diagnosa keperawatan aktual adalah
menyajikan keadaan secara klinis yang telah di validasikan melalui
batasan karakteristik mayor yang di identifikasikan (Hidayat, 2008: 106).
Daignosa keperawatan aktual penulisannya adalah adanya pernyataan
masalah (P) dan adanya pernyataan tanda dan gejala (S).

1. Menentukan Problem (P)


Dalam menentukan pernyataan problem atau masalah keperawatan
dapat ditentukan dari data yang terkumpul yang telah divalidasi.
2. Menentukan Simptom (S)
Diperoleh dari hasil pengumpulan data, yaitu data subjektif dan data
objektif dengan memerhatikan batasan karakteristik dari pernyataan
masalah.
C. Intervensi Keperawatan

Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk


mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang
diidentifikasi pada diagnosa keperawatan. Tahapan ini dimulai setelah
menentukan diagnosa keperawatan dan menyimpulkan rencana
dokumentasi (Iyer, Taptich & Bernocchi-Losey, 2009).
13

DIAGNOSA
TANGGAL NOC NIC
KEPERAWATAN
Defisit perawatan Setelah dilakukan a. Bina hubungan saling
diri pertemuan, klien percaya
mampu: R/: Menumbuhkan ikatan
a. Membina kepercayaan dalam
hubungan komunikasi terpeutik agar
saling klien dapat
percaya mengungkapkan
b. Menjelaskan masalahnya dan
pentingnya merupakan dasar
kebersihan hubungan saling percaya
diri, b. Identifikasi kebersihan
berdandan/ diri, berdandan, makan,
berhias, BAB/BAK
makan, dan R/: Dengan klien
BAB/BAK mengetahui pentingnya
c. Mampu kebersihan diri diharapkan
melakukan klien dapat melakukan
cara merawat perawatan diri secara
diri mandiri tanpa harus
diperhatikan oleh orang
lain
c. Jelaskan pentingnya
kebersihan diri
R/: Dengan menjelaskan
pentingnya kebersihan diri
diharapkan klien dapat
meningkatkan perawatan
diri
d. Jelaskan alat dan cara
14

kebersihan diri
R/: Dengan klien
mengetahui alat dan cara
kebersihan diri diharapkan
klien bisa merawat dirinya
secara baik
e. Masukkan dalam jadwal
kegiatan klien
R/: Dengan memasukkan
dalam jadwal kegiatan
diharapkan dapat melatih
klien agar bisa melakukan
perawatan diri secara
mandiri
Setelah dilakukan a. Bina hubungan saling
pertemuan, percaya
diharapkan keluarga R/: Diharapkan pihak
mampu: keluarga tidak merasa
a. Membina asing dengan kehadiran
hubungan perawat dan keluarga
saling dapat membantu dalam
percaya memberikan informasi
b. Merawat tentang klien.
anggota b. Identifikasi masalah dalam
keluarga merawat klien dengan
yang maslah kebersihan diri,
mengalami berdandan, makan,
masalah BAB/BAK
defisit R/: Dengan
perawatan mengidentifikasi masalah
diri dalam merawat klien
15

diharapkan keluarga
mengetahui permasalahan
klien dan mampu merawat
klien
c. Jelaskan difisit perawatan
diri
R/: Dengan menjelaskan
defisit perawatan diri
diharapkan keluarga
mengetahui pengertian
defisit perawatan diri
secara realitas
d. Jelaskan cara merawat
kebersihan diri, berdandan,
makan, BAB/BAK
R/: Dengan menjelaskan
cara merawat diharapkan
keluarga mengetahui cara-
cara merawat klien dengan
defisit perawatan diri
e. Bermain peran cara
merawat
R/: Dengan bermain peran
diharapkan keluarga
mampu menjelaskan dan
merawat pasien seperti
yang telah perawat ajarkan
f. Rencana tindak lanjut
keluarga untuk merawat
R/: Dengan melakukan
rencana tindak lanjut
16

keluarga dapat
mempermudah keluarga
dalam merawat klien

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana


tindakan keperawatan sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang
sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah
rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan klien dengan prinsip
ketidaktahuan, ketidakmauan, dan ketidakmampuan sesuai kondisi saat ini.

Implementasi pada Klien


ORIENTASI
“Selamat pagi, perkenalkan saya perawat X?”
“Namanya siapa, senang dipanggil siapa?”
“Saya dinas pada pagi hari ini pukul 07.00-14.00 WIB. Selama di RS ini
saya yang akan merawat Bapak?”
“Dari tadi saya lihat Bapak menggaruk-garuk badannya, gatal ya?”
“Bagaimana kalau kita bicara tentang kebersihan diri?”
“Berapa lama kita berbicara? 20 menit ya Pak? Mau dimana? Disini saja
ya?”

KERJA
“Berapa kali mandi dalam sehari? Apakah Bapak sudah mandi hari ini?
Menurut Bapak apa manfaat dari mandi? Apa alasan Bapak sehingga
tidak bisa merawat diri? Menurut Bapak apa manfaatnya kalau kita
menjaga kebersihan diri? Kira-kira tanda-tanda orang yang tidak
merawat diri dengan baik seperti apa ya Pak? Badan gatal, mulut bau,
apa
Lagi Pak? Kalau tidak teratur menjaga kebersihan diri masalah apa
17

menurut Bapak yang bisa muncul?


“Betul ada kudis, kutu, dan sebagainya?”
“Berapa kali Bapak cukuran dalam seminggu? Kapan Bapak cukuran
terakhir? Apa gunanya cukuran? Apa alat-alat yang diperlukan?
“Iya Pak sebaiknya cukuran 2x seminggu dan ada alat cukurannya?
Nanti bisa minta ke perawat ya Pak”
“Berapa kali Bapak makan dalam sehari?”
“Apa yang Bapak lakukan setelah makan?”
“Betul Pak, kita harus sikat gigi setelah makan”
“Dimana biasanya Bapak BAB/BAK? Bagaimana membersihkannya?”
“Iya Pak, kita BAB dan BAK harus di WC, Nah, itu WC diruangan ini
Pak dan jangan lupa membersihkan pakai air dan sabun”
“Menurut Bapak kalau mandi itu kita harus bagaimana? Sebelum mandi
apa yang perlu kita persiapkan?
“Benar sekali Pak, kita perlu menyiapkan pakaian ganti, handuk, sikat
gigi, shampo dan sabun, serta sisir?”
“Bagaimana kalau sekarang kita ke kamar mandi dan saya akan
membimbing Bapak melakukannya.
“Sekarang Bapak siram seluruh tubuh termasuk rambut lalu ambil
shampo dan gosokkan pada kepala Bapak sampai berbusa dan bilas
sampai bersih.
“Bagus sekali Pak. Selanjutnya ambil sabun, gosokkan diseluruh tubuh
lalu siram dengan air bersih dan jangan lupa sikat gigi pakai odol dan
giginya disikat mulai dari arah atas kebawah. Gosok seluruh gigi dari
mulai depan sampai belakang
“Bagus Pak, setelah itu kumur-kumur sampai bersih dan terakhir siram
lagi seluruh tubuh sampai bersih lalu keringkan dengan handuk
“Selanjutnya Bapak pakai baju dan sisir rambutnya dengan rapi”

TERMINASI
18

“Bagaimana perasaan Bapak setelah mandi dan mengganti pakaian?


Coba Bapak sebutkan lagi bagaimana cara-cara mandi yang baik yang
sudah Bapak lakukan tadi?”
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita mendiskusikan tentang
pentingnya kebersihan diri tadi?”
“Sekarang coba ulangi lagi tanda-tanda bersih dan rapi”
“Bagus sekali Pak, sekarang Bapak mau berapa kali mandi dan sikat
gigi? Dua kali pagi dan sore ya Pak”
“Mari kita masukkan dalam jadwal aktivitas harian Bapak. Nah,
sekarang lakukan ya Pak dan beri tanda kalau sudah dilakukan, seperti
M (mandiri) kalau dilakukan tanpa disuruh, B (bantuan) kalau
diingatkan baru dilakukan dan T (tidak) tidak melakukan?”
“Baik Pak, besok lagi kita latihan berdandan. Oke?”

Implementasi pada Keluarga


ORIENTASI
“Selamat pagi Bu, saya perawat yang merawat Bapak”
“Apa pendapat Ibu tentang Bapak”
“Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang dialami Bapak
dan bantuan apa yang diberikan”
“Berapa lama waktu Ibu yang tersedia? Bagaimana kalau 20 menit?
Mari kita duduk di ruangan perawat?”

KERJA
“Apa saja masalah yang Ibu rasakan dalam merawat Bapak?”
“Perawatan diri yang utama adalah kebersihan diri, berdandan, makan
dan BAB/BAK”
“Perilaku yang ditunjukkan oleh Bapak itu dikarenakan gangguan
jiwanya yang membuat pasien tidak mempunyai keinginan untuk
mengurus diri sendiri. Baik akan saya jelaskan untuk kebersihan diri”
“Kami telah melatih Bapak untuk mandi, keramas, gosok gigi, cukuran,
19

ganti baju, dan potong kuku. Kami harapkan Ibu dapat menyediakan
alat-alatnya”
“Untuk makan, sebaiknya makan bersama keluarga dirumah, Bapak
telah mengetahui langkah-langkah cuci tangan, mengambil makanan,
berdoa, makan yang rapi, cuci piring dan gelas, lalu cuci tangannya.
Sebaiknya makan pas jam minum obat agar setelah makan langsung
minum obat”
“Untuk BAB/BAK, di rumah ada WC Bu?”
“Iya, Bapak juga sudah belajar BAB/BAK yang bersih. Kalau Bapak
kurang motivasi dalam merawat diri apa yang Ibu lakukan?”
“Ibu juga perlu mendampinginya pada saat merawat diri sehingga dapat
diketahui apakah Bapak sudah bisa mandiri atau mengalami hambatan
dalam melakukannya”
“Apakah ada yang ingin Ibu tanyakan?”

TERMINASI
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berbincang-bincang?”
“Coba Ibu sebutkan lagi apa saja yang harus diperhatikan untuk
membantu Bapak dalam merawat diri”
“Baik nanti kalau Ibu menjenguk bisa ditanyakan pada perawat lagi”
“Dan di rumah nanti, cobalah Ibu mendampingi dan membantu Bapak”

E. Evaluasi

Evaluasi proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari


tindakan keperawatan klien. Evaluasi dilakukan terus-menerus pada
respon klien tehadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Evaluasi dapat dibagi dua, yaitu evaluasi proses atau formatif dilakukan
setiap selesai melaksanakan tindakan dan evaluasi hasil atau sumatif yang
dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan
umum yang telah ditentukan.
20

S Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah


dilaksanakan.
O Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.

A Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah


dilaksanakan.

P Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada


respons klien.

Klien dan keluarga perlu dilibatkan dalam evaluasi agar dapat


melihat perubahan dan berupaya mempertahankan dan memelihara. Pada
evaluasi sangat diperlukan reinforcement untuk menguatkan perubahan
yang positif. Klien dan keluarga juga dimotivasi untuk melakukan self
reinforcement.

Rencana tindak lanjut dapat berupa:

1) Rencana dilanjutkan jika masalah tidak berubah


2) Rencana dimodifikasi jika masalah tetap dan semua tindakan sudah
dilaksanakan tetapi hasil belum memuaskan
3) Rencana dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak
belakang dengan masalah yang ada serta diagnosa lama dibatalkan
4) Rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan klien
sudah memelihara dan mempertahankan kondisi yang baru
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn. B dengan


gangguan defisit perawatan diri, maka dapat disimpulkan:

1) Pengkajian yang kepada klien dengan diagnosa keperawatan defisit


perawatan diri diperoleh data subjektif klien mengatakan malas mandi
dan keramas, jarang menyisir rambut dan memotong kukunya, tidak
pernah mencuci tangan saat makan, sulit menggerakan anggota
tubuhnya. Data obyektifnya, yaitu penampilan klien tidak terawat,
rambut klien terlihat kotor dan tercium bau kurang enak, kuku klien
masih panjang, dan klien tampak lemas.
2) Diagnosa keperawatan yang penulis temukan pada klien adalah defisit
perawatan diri.
3) Rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi diagnosa pada klien
dengan defisit perawatan diri adalah membina hubungan saling
percaya dengan tujuan klien mampu menjelaskan pentingnya
perawatan diri, klien dapat melaksanakan cara makan, mandi, berhias,
toileting dengan benar, mandiri dan memasukkan dalam kegiatan
harian klien.
4) Implementasi pada klien dengan defisit perawatan diri, yaitu dengan
mendiskusikan pentingnya perawatan diri, mengajarkan klien makan,
mandi, berhias, toileting dengan benar dan mandiri, mengajarkan klien
untuk memasukan ke jadwal kegiatan harian.
5) Evaluasi pada klien dengan defisit perawatan diri adalah masalah
teratasi sebagian karena klien masih belum mampu untuk melakukan
perawatan diri secara mandiri dan teratur.
6) Faktor penghambat yang dialami penulis selama proses keperawatan,
yaitu klien kurang kooperatif, klien lebih terlihat banyak diam, kontak

21
22

mata dengan perawat kurang, dan verbal klien ketika dilakukan


pengkajian tampak kacau, serta klien suka mengalihkan pembicaraan.
7) Faktor pendukung bagi penulis saat proses keperawatan, yaitu klien
terkadang bisa kooperatif terhadap penulis. Selain itu, pasien juga
mempunyai kemauan untuk sembuh dan berharap segera pulang.
B. Saran
1) Bagi Pasien

Hendaknya klien sering berlatih untuk meningkatkan


perawatan diri dan melakukan perawatan diri secara mandiri dan
teratur.

2) Bagi Institusi Pendidikan


a. Penyediaan lahan praktek yang memudahkan penulis untuk
mendapatkan data secara akurat serta pemahaman persepsi yang
tepat sehingga ketika penulis melaporkan hasil pengkajian tidak
terjadi kerancuan.
b. Hendaknya dapat meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan jiwa
diberbagai institusi pendidikan.
3) Bagi Rumah Sakit

Hendaknya meningkatkan komunikasi terapeutik terhadap


klien sehingga asuhan keperawatan dapat tercapai. Selain itu, juga
ditingkatkan hubungan kerjasama antara pihak RS dan keluarga dalam
perawatan baik di RS maupun sesudah pasien pulang ke rumah.

4) Bagi Keluarga

Hendaknya sering mengunjungi klien di RS, sehingga keluarga


dapat mengetahui perkembangan kondisi klien dan dapat membantu
perawat dalam pemberian asuhan keperawatan bagi klien.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta:
EGC.

Departemen Kesehatan RI. 2014. Standar Pedoman Perawatan Jiwa. Jakarta.

Keliat, dkk. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC.

Maramis. 2015. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Lembaga

Stuart and Sundeen. 2013. Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Townsend, Marry C. 2015. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Psikiatri


Edisi 3. Jakarta: EGC.

Undang-Undang Kesehatan RI No. 23 Tahun 1992.

Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi). Bandung: Refika Aditama.

23

Anda mungkin juga menyukai