DISUSUN OLEH:
MUSTIKA NUR ROHMAH
1910206051
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam pelayanan kesehatan yang profesional yang mana didasarkan pada
ilmu tentang perilaku manusia yang secara lahiriah. Ilmu keperawatan jiwa pada
manusia sepanjang siklus kehidupan dengan respons psiko-sosial yang maladaptif
yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial pendekatan proses keperawatan
sangat penting untuk mengetahui masalah klien dengan gangguan jiwa
(Kurniawan, 2015).
WHO (Word Health Organization) menyebutkan bahwa sekitar 450 juta
orang mengalami masalah gangguan jiwa. Sepertiga diantaranya terjadi pada
negara berkembang. Penelitian di Harvard University dan University College
London, menyatakan bahwa penyakit kejiwaan pada tahun 2016 meliputi 32%
dari semua jenis kecacatan diseluruh dunia, angka tersebut meningkat dari tahun
sebelumnya (Sarfika, 2017).
Jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia mencapai 236 juta orang,
dengan kategori gangguan jiwa ringan 6% dari populasi dan 0,17% mengalami
gangguan jiwa berat, 14,3% diantaranya mengalami pasung. Tercatat sebanyak
6% penduduk berusia 15-24 tahun mengalami gangguan jiwa. Peningkatan
gangguan jiwa akan mengakibatkan masalah baru yang disebabkan oleh
ketidakmampuan dan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penderita (Kemenkes,
2013).
Perubahan proses pikir pada pasien dengan gangguan jiwa mengakibatkan
kemampuan dalam melakukan aktifitas perawatan diri menurun. Pemeliharaan
hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan
kesehatan. Cara perawatan diri menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau
keadaan emosional klien, selain itu faktir pribadi dan social budaya
mempengaruhi praktik perawatan diri klien (Kurniawan, 2015).
Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien dengan
gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan
untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri terlihat
dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri antaranya mandi, makan minum
secara mandiri, berhias secara mandiri, toileting (BAK/BAB) (Damaiyanti, 2012).
Klien dengan gangguan jiwa hampir semuanya mengalami defisit perawatan
diri. Hal ini disebabkan karena ketidaktahuan dan ketidakberdayaan yang
berhubungan dengan keadaannya sehingga terjadilah defisit perawatan diri.
Sehingga penulis tertarik untuk membahas mengenai defisit perawatan diri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan defisit perawatan diri?
2. Apa penyebab dari defisit perawatan diri?
3. Apa jenis-jenis dari perawatan diri?
4. Bagaimana penatalaksanaan dari defisit perawatan diri?
5. Bagaimana pohon masalah dari defisit perawatan diri?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui mengenai defisit perawatan diri dan cara untuk menangani defisit
perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi dari defisit perawatan diri
b. Mengetahui mengenai penyebab defisit perawatan diri
c. Mengetahui jenis-jenis perawatan diri
d. Mengetahui akibat yang ditimbulkan dari defisit perawatan diri
e. Mengetahui penetalaksanaan dari defisit perawatan diri
f. Mengetahui pohon masalah defisit perawatan diri
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien dengan
gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan
untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri terlihat
dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri antaranya mandi, makan minum
secara mandiri, berhias secara mandiri, toileting (BAK/BAB) (Damaiyanti, 2012)
Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah timbul pada pasien
gangguan jiwa. Pasien gangguan iwa kronis sering mengalami ketidakpedulian
merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan
pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun masyarakat (Yusuf, Rizky & Hanik,
2015).
Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya, kesehatannya dan
kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya. Klien dinyatakan terganggu
perawatan dirinya ika tidak dapat melakukan perawatan dirinya (Mukhripah &
Iskandar, 2012).
Disimpulkan bahwa defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang
mengalami kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas kehidupan sehari hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk
mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau
napas, dan penampilan tidak rapi.
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Faktor predisposisi
Menurut Mukhripah & Iskandar (2012) faktor predisposisi dari defisit
perawatan diri yaitu:
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan
diri.
2. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri (Mukhripah & Iskandar, 2012). Menurut Mukhripah
dan Iskandar (2012), faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene
adalah:
a. Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
dengan kebersihan dirinya
b. Praktik social
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan
akan terjadi peruabahan personal hygiene.
c. Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat
gigi, shampoo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting akrena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan. Misanya, pada pasien penderita
diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
f. Kebiasaan orang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan
diri seperti penggunaan sabun, shampoo dan lain – lain.
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
perlu bantuan untuk melakukannya.
C. Jenis-Jenis Perawatan Diri
Menurut Pradhitama (2015), jenis perawatan diri terdiri dari :
1. Defisit perawatan diri: mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/beraktivitas
perawatan diri untuk diri sendiri.
2. Defisit perawatan diri: berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
berpakaian dan berhias untuk diri sendiri
3. Defisit perawatan diri: makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas makan
secara mandiri
4. Defisit perawatan diri: eliminasi/toileting
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas eliminasi
sendiri.
D. Tanda dan Gejala
Menurut Damaiyanti (2012) tanda dan gejala tampak pada pasien yang
mengalami defisit perawatan diri adalah sebagai berikut :
1. Mandi/Hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi,
mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar
kamar mandi.
2. Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan
pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian.
Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam,
memilih pakaian, mengambil pakaian dan mengenakan sepatu.
3. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, melengkapi makanan, mencerna makanan menurut
cara yang diterima masyarakat, serta mencerna cukup makanan dengan aman
4. Eliminasi
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan
jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi
pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat,dan
menyiram toilet atau kamar kecil.
Apabila kondisi ini dibiarkan berlanjut, maka akhirnya dapat juga
menimbulkan penyakit fisik seperti kelaparan dan kurang gizi, sakit infeksi saluran
pencernaan dan pernafasan serta adanya penyakit kulit, atau timbul penyakit yang
lainnya (Hoesny, 2011).
Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Damaiyanti (2012)
adalah sebagai berikut :
1. Fisik
a. Bau badan, pakaian kotor
b. Rambut dan kulit kotor
c. Kuku panjang dan kotor
d. Gigi kotor disertai bau mulut
e. Penampilan tidak rapi
2. Psikologi
a. Malas, tidak inisiatif
b. Menarik diri, isolasi diri
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina
3. Sosial
a. Interaksi kurang
b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma
d. Cara makan tidak teratur
e. Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) disembarang tempat
f. Gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri
E. Rentang Respon
Menarik diri
Perilaku Agresif
Mengingkari marah
Isolasi sosial
Depresi prikosomatik
Menurunnya motivasi
Sumber : Mukhripah & Iskandar (2012) perawatan diri