Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN JIWA PADA NY. W DENGAN DEFISIT


PERAWATAN DIRI DI RSJ GRHASIA DINAS
KESEHATAN PROVINSI DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA

Stase Keperawatan Jiwa

DISUSUN OLEH:
MUSTIKA NUR ROHMAH
1910206051

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2020
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam pelayanan kesehatan yang profesional yang mana didasarkan pada
ilmu tentang perilaku manusia yang secara lahiriah. Ilmu keperawatan jiwa pada
manusia sepanjang siklus kehidupan dengan respons psiko-sosial yang maladaptif
yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial pendekatan proses keperawatan
sangat penting untuk mengetahui masalah klien dengan gangguan jiwa
(Kurniawan, 2015).
WHO (Word Health Organization) menyebutkan bahwa sekitar 450 juta
orang mengalami masalah gangguan jiwa. Sepertiga diantaranya terjadi pada
negara berkembang. Penelitian di Harvard University dan University College
London, menyatakan bahwa penyakit kejiwaan pada tahun 2016 meliputi 32%
dari semua jenis kecacatan diseluruh dunia, angka tersebut meningkat dari tahun
sebelumnya (Sarfika, 2017).
Jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia mencapai 236 juta orang,
dengan kategori gangguan jiwa ringan 6% dari populasi dan 0,17% mengalami
gangguan jiwa berat, 14,3% diantaranya mengalami pasung. Tercatat sebanyak
6% penduduk berusia 15-24 tahun mengalami gangguan jiwa. Peningkatan
gangguan jiwa akan mengakibatkan masalah baru yang disebabkan oleh
ketidakmampuan dan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penderita (Kemenkes,
2013).
Perubahan proses pikir pada pasien dengan gangguan jiwa mengakibatkan
kemampuan dalam melakukan aktifitas perawatan diri menurun. Pemeliharaan
hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan
kesehatan. Cara perawatan diri menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau
keadaan emosional klien, selain itu faktir pribadi dan social budaya
mempengaruhi praktik perawatan diri klien (Kurniawan, 2015).
Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien dengan
gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan
untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri terlihat
dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri antaranya mandi, makan minum
secara mandiri, berhias secara mandiri, toileting (BAK/BAB) (Damaiyanti, 2012).
Klien dengan gangguan jiwa hampir semuanya mengalami defisit perawatan
diri. Hal ini disebabkan karena ketidaktahuan dan ketidakberdayaan yang
berhubungan dengan keadaannya sehingga terjadilah defisit perawatan diri.
Sehingga penulis tertarik untuk membahas mengenai defisit perawatan diri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan defisit perawatan diri?
2. Apa penyebab dari defisit perawatan diri?
3. Apa jenis-jenis dari perawatan diri?
4. Bagaimana penatalaksanaan dari defisit perawatan diri?
5. Bagaimana pohon masalah dari defisit perawatan diri?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui mengenai defisit perawatan diri dan cara untuk menangani defisit
perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi dari defisit perawatan diri
b. Mengetahui mengenai penyebab defisit perawatan diri
c. Mengetahui jenis-jenis perawatan diri
d. Mengetahui akibat yang ditimbulkan dari defisit perawatan diri
e. Mengetahui penetalaksanaan dari defisit perawatan diri
f. Mengetahui pohon masalah defisit perawatan diri
BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien dengan
gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan
untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri terlihat
dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri antaranya mandi, makan minum
secara mandiri, berhias secara mandiri, toileting (BAK/BAB) (Damaiyanti, 2012)
Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah timbul pada pasien
gangguan jiwa. Pasien gangguan iwa kronis sering mengalami ketidakpedulian
merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan
pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun masyarakat (Yusuf, Rizky & Hanik,
2015).
Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya, kesehatannya dan
kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya. Klien dinyatakan terganggu
perawatan dirinya ika tidak dapat melakukan perawatan dirinya (Mukhripah &
Iskandar, 2012).
Disimpulkan bahwa defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang
mengalami kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas kehidupan sehari hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk
mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau
napas, dan penampilan tidak rapi.
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Faktor predisposisi
Menurut Mukhripah & Iskandar (2012) faktor predisposisi dari defisit
perawatan diri yaitu:
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan
diri.
2. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri (Mukhripah & Iskandar, 2012). Menurut Mukhripah
dan Iskandar (2012), faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene
adalah:
a. Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
dengan kebersihan dirinya
b. Praktik social
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan
akan terjadi peruabahan personal hygiene.
c. Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat
gigi, shampoo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting akrena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan. Misanya, pada pasien penderita
diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
f. Kebiasaan orang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan
diri seperti penggunaan sabun, shampoo dan lain – lain.
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
perlu bantuan untuk melakukannya.
C. Jenis-Jenis Perawatan Diri
Menurut Pradhitama (2015), jenis perawatan diri terdiri dari :
1. Defisit perawatan diri: mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/beraktivitas
perawatan diri untuk diri sendiri.
2. Defisit perawatan diri: berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
berpakaian dan berhias untuk diri sendiri
3. Defisit perawatan diri: makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas makan
secara mandiri
4. Defisit perawatan diri: eliminasi/toileting
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas eliminasi
sendiri.
D. Tanda dan Gejala
Menurut Damaiyanti (2012) tanda dan gejala tampak pada pasien yang
mengalami defisit perawatan diri adalah sebagai berikut :
1. Mandi/Hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi,
mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar
kamar mandi.
2. Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan
pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian.
Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam,
memilih pakaian, mengambil pakaian dan mengenakan sepatu.
3. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, melengkapi makanan, mencerna makanan menurut
cara yang diterima masyarakat, serta mencerna cukup makanan dengan aman
4. Eliminasi
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan
jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi
pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat,dan
menyiram toilet atau kamar kecil.
Apabila kondisi ini dibiarkan berlanjut, maka akhirnya dapat juga
menimbulkan penyakit fisik seperti kelaparan dan kurang gizi, sakit infeksi saluran
pencernaan dan pernafasan serta adanya penyakit kulit, atau timbul penyakit yang
lainnya (Hoesny, 2011).
Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Damaiyanti (2012)
adalah sebagai berikut :
1. Fisik
a. Bau badan, pakaian kotor
b. Rambut dan kulit kotor
c. Kuku panjang dan kotor
d. Gigi kotor disertai bau mulut
e. Penampilan tidak rapi
2. Psikologi
a. Malas, tidak inisiatif
b. Menarik diri, isolasi diri
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina
3. Sosial
a. Interaksi kurang
b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma
d. Cara makan tidak teratur
e. Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) disembarang tempat
f. Gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri
E. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pola perawatan Kadang perawatan Tidak melakukan


diri seimbang diri tidak seimbang perawatan diri

Gambar 2.1 Rentang Respon Defisit Perawatan Diri


Sumber : Mukhripah & Iskandar (2012)
Keterangan :
1. Pola perawatan diri seimbang: saat klien mendapatkan stresor dan mampu
untuk berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien
seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
2. Kadang perawatan diri kadang tidak : saat klien mendapatkan stresor
kadang kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya.
3. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan
tidak bisa melakukan perawatan saat stresor.
F. Mekanisme Koping
a. Regresi
b. Penyangkalan
c. Isolasi sosial, menarik diri, intelektualisasi (Mukhripah & Iskandar, 2012).
Sedangkan menurut Damaiyanti (2012), mekanisme koping menurut
penggolongannya dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukund fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar
mencapai tujuan. Kategorinya adalah klien bisa memenuhi kebutuhan
perawatan diri secara mandiri.
b. Mekanisme koping maladaptif
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan,
menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya
adalah tidak mau merawat diri.
G. Akibat
Menurut Iqbal, dkk (2015) akibat dari defisit perawatan diri adalah gangguan
pemeliharaan kesehatan. Gangguan pemeliharaan kesehatan ini bentuknya bisa
bermacam-macam. Akibat dari defisit perawat diri adalah sebagai berikut :
1. Kulit yang kurang bersih merupakan penyebab berbagai gangguan macam
penyakit kulit (kadas, kurap, kudis, panu, bisul, kusta, patek atau frambosa, dan
borok).
2. Kuku yang kurang terawat dan kotor sebagai tempat bibit penyakit yang masuk
ke dalam tubuh. Terutama penyakit alat-alat pernapasan. Disamping itu kuku
yang kotor sebagai tempat bertelur cacing, dan sebagai penyakit cacing pita,
cacing tambang, dan penyakit perut.
3. Gigi dan mulut yang kurang terawat akan berakibat pada gigi berlubang, bau
mulut, dan penyakit gusi.
4. Gangguan lain yang mungkin muncul seperti gastritis kronis (karenan
kegagalan dalam makan), penyebaran penyakit dari orofecal (karena hygiene
BAB/BAK sembarangan).
Sedangkan menurut Tarwoto dan Wartonah (2010) akibatnya yaitu:
1. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering
terjadi adalah : gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut,
infeksi pada mata dan telinga, gangguan fisik pada kuku.
2. Dampak psikososial
Masalah yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga
diri, aktualisasi diri, dan gangguan interaksi sosial.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dengan defisit perawatan diri menurut Ade (2011), adalah
sebagai berikut :
1. Meningkatan kesadaran dan kepercayaan diri
2. Membimbing dan menolong klien perawatan diri
3. Ciptakan lingkungan yang mendukung
4. BHSP (bina hubungan saling percaya)
I. Pohon Masalah
Effect Gangguan pemeliharaan kesehatan
(BAB/BAK, mandi, makan, minum)

Core problem Defisit perawatan diri

Causa Menurunnya motivasi dalam perawatan diri

Isolasi sosial : menarik diri

Gambar 2.2 Pohon Masalah Defisit Perawatan Diri


Sumber : Keliat B. A, dkk (2011)
J. Pathway
Stress (internal dan eksternal)

Merasa tidak adekuat (Koping


tidak efektif)

Menarik diri

Perilaku Agresif
Mengingkari marah
Isolasi sosial

Mudah tersinggung, marah


Marah tidak terungkapkan

Marah pada diri sendiri


Risiko perilaku kekerasan

Depresi prikosomatik

Tidak fokus pada diri sendiri

Menurunnya motivasi
Sumber : Mukhripah & Iskandar (2012) perawatan diri

Defisit perawatan diri


K. Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu dikaji
Masalah yang ditemukan adalah (Kurniawan, 2015):
1. Defisit Perawatan Diri (SP 1 Kebersihan Diri, SP 1 Makan, SP 1 Toileting
(BAB / BAK), SP 1 Berhias)
Contoh data yang biasa ditemukan dalam Defisit Perawatan Diri: Kebersihan
Diri adalah :
a. Data Subjektif:
Pasien merasa lemah, malas untuk beraktivitas,dan merasa tidak berdaya
b. Data Objektif:
Rambut kotor acak-acakan,badan dan pakaian kotor serta bau, mulut dan
gigi bau,kulit kusam dan kotor,kuku panjang dan tidak terawat.
c. Mekanisme Koping:
Regresi, penyangkalan, isolasi sosial menarik diri, intelektualisasi.
Defisit perawatan diri bukan merupakan bagian dari komponen pohon
masalah (causa,core problem,effect) tetapi sebagai masalah pendukung.
1) Effect
2) Core Problem
3) Causa
4) Defisit Perawatan Diri
2. Menurunnya motivasi perawatan diri
a. Data Subjektif
Mengatakan tidak mau mandi, tidak mau menyisir rambut, tidak mau ganti
baju, tidak mau memotong kuku
b. Data objektif
Apatis, ekspresi sedih, selalu menyendiri, komunikasi kurang, tidak ada
kontak mata, berdiam diri dikamar, menolak berhubungan dengan orang
lain
3. Isolasi social
a. Data subjektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri
b. Data objektif
Klien terlihat suka menyendiri, bingung bila disuruh memilih, alternative
tindakan, ingin menciderai diri sendiri, apatis, ekspresi sedih, komunikasi
verbal kurang, aktivitas menurun, kurang memperhatikan kebersihan.
L. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit Perawatan Diri: Ketidakmampuan merawat kebersihan diri
2. Menurunnya motivasi dalam merawat diri
3. Isolasi social: menarik diri
M. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan: Defisit perawatan diri
TUM: Pasien dapat memelihara kesehatan diri secara mandiri
TUK :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
NOC :
a. Ekspresi wajah bersahabat
b. Menunjukkan rasa senang
c. Klien bersedia berjabat tangan
d. Klien bersedia menyebutkan nama,
e. Terdapat kontak mata
f. Klien bersedia duduk berdampingan dengan perawat
g. Klien bersedia mengutarakan masalah yang dihadapinya
NIC :
Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Beri perhatian pada pemenuhan kebutuhan dasar klien
2. Mengidentifikasi kebersihan diri klien.
NOC : Klien dapat menyebutkan dirinya
NIC :
a. Kaji pengetahuan klien tentang kebersihan diri dan tandanya
b. Beri kesempatan klien untuk menjawab pertanyan
c. Berikan pujian terhadap kemampuan klien menawab pertanyaan
3. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
NOC : Klien dapat memahami pentingnya kebersihan diri
NIC :
a. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
b. Meminta klien menjelaskan kembali pentingnya kebersihan diri
c. Diskusikan dengan klien tentang tentang kebersihan diri
d. Beri penguatan positif atas jawabannya
4. Menjelaskan peralatan yang digunakan untuk menjaga kebersihan diri dan cara
melakukan kebersihan diri
NOC :Klien dapat menyebutkan dan dapat mendemonstrasikan dengan alat
kebersihan
NIC :
a. Menjelaskan alat yang dibutuhkan dan cara membersihkan diri
b. Memperagakan cara membrsihkan diri dan mempergunakan alat untuk
membersihkan diri
c. Meminta klien untuk memperagakan ulang alat dan cara kebersihan diri
d. Beri pujian positif terhadap klien
5. Menjelaskan cara makan yang benar
NOC : Klien dapat mengerti cara makan yang benar
NIC :
a. Menjelaskan cara makan yang benar
b. Beri kesempatan klien untuk bertanya dan mendemonstrasi kan cara benar
c. Memberikan pujian positif terhadap klien
6. Menjelasakan cara mandi yang benar
NOC : Klien dapat mengerti cara mandi yang benar
NIC :
a. Menjelaskan cara mandi yang benar
b. Beri kesempatan klien untuk bertanya dan mendemonstrasi kan cara yang
benar
c. Memberi pujian positif terhdap klien
7. Menjelaskan cara berdandan yang benar
NOC : Klien dapat mengerti cara berdandan yang benar
NIC :
a. Menejelaskan cara berdandan yang benar
b. Beri kesempatan klien untuk bertanya dan mendemonstrasi kan cara yang
benar
c. Memberi pujian positif terhdap klien
8. Menjelaskan cara toileting yang benar
NOC : Klien dapat mengerti cara toileting yang benar
NIC :
a. Menejelaskan cara toileting yang benar
b. Beri kesempatan klien untuk bertanya dan mendemonstrasi kan cara yang
benar
c. Memberi pujian positif terhdap klien
9. Mendiskusikan masalah yang dirasakan
NOC : Keluarga dapat mengerti tentang merawat klien
NIC : Menjelaskan kepada keluarga tentang pengertian tanda dan gejala defisit
perawatan diri, dan jenis perawatan diri
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN
DIRI
1. SP-1: Defisit perawatan diri pertemuan ke-1
a. Orientasi
Salam terapeutik
“Assalamualaikum ibu, selamat pagi, perkenalkan nama saya Mustika. Saya
adalah mahasiswa ptaktek dari UNISA. Hari ini saya dinas pagi dari pukul
07.30 pagi sampai jam 14.00 (jam 2 siang). Saya akan merawat Ibu selama di
rumah sakit ini. Nama Ibu Wiapa ya? Senangnya dipanggil apa? Baiklah Ibu W,
bagaimana keadaan Ibu W hari ini?”.
Evaluasi/Validasi
“Saya lihat dari tadi Ibu W menggaruk-garuk kepala, gatal ya?”
Kontrak
Topik: “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang kebersihan diri?
Apakah Ibu W bersedia?”
Waktu:“Mau berapa lama kira-kira kita ngobrolnya? Oke, jadi Ibu W maunya
kita ngobrol-ngobrolnya selama 20 menit ya”.
Tempat:“Baiklah mau dimana kita ngobrolnya Ibu W? Oh jadi kita ngobrolnya
diruang ini saja ya”.
b. Fase Kerja
“Berapa kali Ibu W mandi dalam sehari? Apakah Ibu W sudah mandi hari ini?
Menurut Ibu W apa kegunaannya mandi? Apa alasan Ibu W sehingga tidak bisa
merawat diri? Menurut Ibu W apa manfaatnya kalau kita menjaga
kebersihan diri? Kira-kira tanda-tanda orang yang tidak merawat diri dengan
baik seperti apa ya? badan gatal, mulut bau, apa lagi?
Kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri masalah apa menurut Ibu W
yang bisa muncul? Betul ada kudis, kutu, dsb”
“Menurut Ibu W mandi itu seperti apa? Sebelum mandi apa yang biasanya Ibu
W persiapkan? Benar sekali, Ibu W perlu menyiapkan pakaian ganti yang
bersih, handuk kering, sikat gigi, odol, shampo dan sabun mandi”
“Menurut Ibu W tempat mandi dimana? Benar sekali kita mandi di kamar
mandi, bagaimana kalau kita ke kamar mandi sekarang? Saya akan bantu
melakukannya. Pertama kita gosok gigi dulu dengan sikat gigi, ambil sikat gigi
yang sudah di kasih odol kemudian sikat gigi dengan gerakan memutar dari atas
kebawah kemudian Ibu W berkumur-kumur dengan air bersih.
Bagus sekali, sekarang Ibu W buka pakaian, siram seluruh tubuh Ibu W dengan
air termasuk rambut dan kepala lalu ambil shampo sedikit dan gosokkan ke atas
kepala Ibu W sampai berbusa lalu bilas sampai bersih. Bagus sekali Ibu W,
sekarang ambil sabun dan gosokan keseluruh tubuh Ibu W secara merata dan di
mulai dari bagian sebelah kanan lalu siram dengan air sampai bersih, pastikan
bersih tidak ada sisa sabun yang menempel.
Setelah selesai di siram dengan air sampai bersih, keringkan tubuh Ibu W
dengan handuk kering yang sudah disiapkan. Bagus sekali Ibu W
melakukannya. Selanjutnya Ibu W menggunakan pakaian bersih yang sudah di
siapkan”.
c. Terminasi
Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi klien/subjektif
“Bagaimana perasaan Ibu W setelah mandi dan mengganti pakaian? Coba Ibu
W sebutkan lagi apa saja cara-cara mandi yang baik yang sudah Ibu W lakukan
tadi? Bagus sekali sekarang Ibu W sudah tahu manfaat dan cara mandi yang
baik”.
Evaluasi perawat/ objektif
“Ternyata Ibu W masih memiliki kemampuan yang baik dalam menjaga
kebersihan diri. Nah, kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah
pulang ya Ibu W”.
Rencana lanjut klien
“Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ibu W, mau berapa kali
sehari mandi dan sikat gigi? Bagus, dua kali yaitu pagi dan sore. Kalau pagi jam
berapa? kalau sore jam berapa? Beri tanda M (mandiri) kalau dilakukan tanpa
disuruh, B (bantuan) kalau diingatkan baru dilakukan dan T (tidak) tidak
melakukan”
Kontrak yang akan datang
Topik: “Baik, bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang cara
makan yang benar”
Waktu: “Ibu W, maunya jam berapa? Kalau begitu kita akan latihan cara makan
nanti ya bu”
Tempat : “Ibu W mau kita ketemu dimana? Kita ketemu di dalam kamar Ibu W
besok bagaimana?”
“Saya permisi dulu ya Ibu W, Assalamualaikum.”
2. SP-2 : defisit perawatan diri pertemuan ke-2
a. Orientasi
Salam Terapeutik
“ Assalamualaikum, selamat siang, masih ingat dengan saya Ibu W? bagus
sekali Ibu W terlihat rapi siang ini”
Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan Ibu W siang hari ini?”
Kontrak
Topik: “Sesuai dengan janji kita tadi pagi bahwa kita akan latihan cara makan
yang baik? Apakah Ibu W bersedia?”
Waktu: “Mau berapa lama kira-kira kita ngobrolnya? Oke, jadi Ibu W mau kita
ngobrolnya 25 menit saja ya”.
Tempat: “Baiklah mau dimana kita ngobrolnya Ibu W? Kita akan latihan cara
makan yang baik langsung diruang makan saja ya, bagaimana?”.
b. Fase Kerja
“Bagaimana menurut Ibu W cara makan yang baik? Bagus Ibu W sebelum kita
makan, kita cuci tangan dengan air sabun dulu ya”
“Sebelum mencuci tangan dengan air dan sabun, Ibu W bisa mengambil
makanan di atas meja dengan menggunakan piring”
“Sebelum makan Ibu W dapat berdoa. Bagus sekarang, Ibu W bisa berdoa
sebelum makan. Suap makanan dengan pelan-pelan, ya bagus Ibu W sekarang
sudah bisa melakukan menyuap makanan dengan baik dan benar”
“Setelah makan Ibu W harus membereskan piring dan gelas yang kotor, setelah
dibereskan sekarang Ibu W dapat mencuci tangan dengan sapu tangan yang
bersih”
c. Terminasi
Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi klien/subjektif
“Bagaimana perasaan Ibu W setelah latihan latihan cara makan yang baik?”
Evaluasi perawat/objektif
“Ibu W terlihat rapih dan bersih”
Tindakan lanjut klien
“Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ibu W sehabis Ibu W
melakukan kegiatan mandi kemudian melakukan cara berdandan yang baik dan
makan yang baik dan benar sesuai dengan latihan kita hari ini. Beri tanda M
(Mandiri) kalau dilakukan tanpa disuruh, B (Bantuan) kalau diingatkan dan T
(Tidak) tidak melakukan”.
Kontrak yang akan datang
Topik: “Baik, bagaimana kalau besok kita akan bertemu kembali untuk latihan
cara BAK/BAB yang baik ya Ibu W?”
Waktu: “Kira-kira mau jam berapa? Baik, kalau begitu kita akan latihan cara
BAK/BAB yang baik jam 9 pagi atau sesuai jadwal kapan Ibu W merasa ingin
BAB/BAK, seperti itu ya Ibu W”
Tempat: “Besok kita latihan cara BAB/BAK dengan baik dimana? Baik,
diruangan ini ya?”
“Saya permisi dulu ya Ibu W, Assalamualaikum.”
3. SP-3 : defisit perawatan diri pertemuan ke-3
a. Orientasi
Salam Terapeutik
“Assalamualaikum, selamat siang Ibu W? Sudah dilakukan jadwal harian yang
telah kita lakukan kemarin? Bagus sekali Ibu W dapat melakukan secara mandiri
semua latihan yang telah kita lakukan”
Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan Ibu W pagi hari ini?”
Kontrak
Topik: “Sesuai dengan janji kita kemarin bahwa kita akan latihan cara
BAK/BAB yang baik? Apakah setuju Ibu W?”
Waktu: “Kita akan membutuhkan waktu sekitar 30 menit, bagaimana menurut
Ibu W?”
Tempat: “Kita akan latihan cara BAB/BAK yang baik jadi kita latihan langsung
di tempat BAB/BAK”
b. Fase Kerja
“Menurut Ibu W dimana kita BAB/BAB yang benar? Benar Ibu W kita
BAB/BAK di ruang tertutup dan ada saluran pembuangan kotoran. Jadi kita
tidak boleh BAB/BAK di sembarang tempat”
“Sekarang coba Ibu W sebutkan bagaimana cara membersihkan/cebok? Bagus
Ibu W cebok itu adalah cara membersihkan bokong atau tempat keluar
BAB/BAK dengan air yang bersih dan jernih. Setelah Ibu W cebok pastikan
juga tidak ada BAB/BAK yang tersisa di WC dengan cara menyirami WC
dengan air bersih. Setelah di pastikan bokong dan WC bersih baru Ibu W
mencuci tangan dengan air bersih dan sabun”
c. Terminasi
Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi klien/subjektif
“Bagaimana perasaan Ibu W setelah cara BAB/BAK yang baik”
Evaluasi perawat/objektif
“Ibu W terlihat tersenyum dan wajah yang segar”
Tindak lanjut klien
“Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ibu W sehabis Ibu W
melakukan mandi kemudian melakukan cara berdandan dan cara makan yang
baik dan benar. Jika Ibu W merasakan keinginan BAB/BAK Ibu W dapat
melakukan latihan yang telah kita lakukan. Beri tanda M (Mandiri) kalau
dilakukan tanpa disuruh, B (Bantuan) kalau diingatkan dan T (Tidak) tidak
melakukan”.
Kontrak yang akan datang
Topik: “Baiklah Ibu W, besok kita akan bertemu untuk mengevaluasi jadwal
kegiatan harian Ibu W dan cara berdandan ya”.
Waktu: “besuk mau jam berapa? Baik Ibu W, besok kita akan bertemu jam 10
pagi ya. Sekarang kita akhiri pertemuan ini, kalau Ibu W masih ada yang ingin
ditanyakan atau ada masalah yang ingin dibicarakan boleh kepada perawat lain
yang dinas diruangan ini. Saya permisi dulu ya Ibu W. Selamat siang.
Assalamualaikum”.
4. SP-4 : defisit perawatan diri pertemuan ke-4
a. Orientasi
Salam Terapeutik
“ Assalamualaikum, selamat pagi, masih ingat dengan saya Ibu W? bagaimana
perasaan Ibu W hari ini?”
Evaluasi/Validasi
“Apakah Ibu W telah melakukan kegiatan mandi hari ini? Bagaimana perasaan
Ibu W setelah melakukan kegiatan mandi? Boleh saya lihat jadwal kegiatan hari
ini Ibu W?”
Kontrak
Topik: “Sesuai dengan janji kita kemarin bahwa hari ini kita akan berbincang-
bincang tentang berhias diri? Apakah Ibu W bersedia?”
Waktu: “Mau berapa lama kira-kira kita ngobrolnya? Oke, jadi Ibu W mau kita
ngobrolnya 20 menit saja ya”.
Tempat: “Baiklah mau dimana kita ngobrolnya Ibu W? Oh jadi kita ngobrolnya
diruang ini saja ya”.
b. Fase Kerja
“Bagaimana perasaan Ibu W setelah mandi? Apa yang Ibu W lakukan setelah
mandi? Baiklah sekarang kita akan melakukan latihan berdandan”
“Apa Ibu W sudah mengganti baju? Untuk pakaian pilihlah yang bersih dan
kering. Berganti pakaian yang bersih 2 kali sehari. Sekarang coba Ibu W
lakukan menggangti pakaian. Bagus sekali Ibu W kerja yang bagus. Sekarang
setelah menggunakan pakaian yang baik kita akan latihan berdandan supaya Ibu
W tampak rapi dan cantik”
“Kira-kira apa alat yang Ibu W butuhkan untuk berdandan? Bagus sekali Ibu W
alat yang digunakan adalah sisir, bedak dan kaca”
“Setelah Ibu W memasang pakaian dengan baik sekarang sisir rambut yang
rapi. Bagus Ibu W, sekarang ambil bedak dan bedaki muka Ibu W rata dan tipis.
Bagus sekali Ibu W bisa melakukan nya dengan baik”.
c. Terminasi
Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi klien/subjektif
“Bagaimana perasaan Ibu W setelah latihan berdandan?”
Evaluasi perawat/objektif
“Ibu W terlihat segar dan cantik”
Tindakan lanjut klien
“Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ibu W sehabis Ibu W
melakukan kegiatan mandi kemudian melakukan cara berdandan yang baik dan
benar sesuai dengan latihan kita hari ini. Beri tanda M (Mandiri) kalau
dilakukan tanpa disuruh, B (Bantuan) kalau diingatkan dan T (Tidak) tidak
melakukan”.
Kontrak yang akan datang
Topik: “Baik, bagaimana kalau nanti siang kita akan bertemu kembali untuk
mengevaluasi kegiatan yang sudah dilakukan?”
Waktu: “Kalau begitu kita akan mengevaluasi kegiatan yang sudah dilakukan
ya bu nanti jam 13.00”
Tempat: “Siang nanti kita latihan di kamar ibu, bagaimana menurut Ibu W?”
“Saya permisi dulu ya Ibu W, Assalamualaikum.”
DAFTAR PUSTAKA
Ade, Herdman. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Nuha Medika.
Damaiyanti. (2012). Asuhan keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.
Hoesny, Rezkiyah. (2011). Faktor-faktor yang berhubungan dengan Defisit Perawatan
Diri diakses dari http://repositori.uin-alauddin.ac.id/3358/1/Rezkiyah
%20Hoesny.pdf
Iqbal, dkk. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba Medika.
Keliat, Budi Anna. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic
Course). Jakarta: EGC
Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Kemenkes RI.
Kurniawan, Lilik. (2015). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn.P dengan Gangguan
Defisit Perawatan Diri: Kebersihan Diri Berpakaian/Berhias di Ruang Arjuna
RSJD Surakarta. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta
Mukhripah & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika
Aditama.
Sarfika, Rika. (2017). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stigma Sosial
Terhadap Pasien Gangguan Jiwa Pada Remaja di Sumatera Barat. Padang:
Universitas Andalas
Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan
Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Medika.
Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
Pradhitama, Nanda B. (2015). Asuhan Keperawatan Pada Tn. A dengan Gangguan
Defisit Perawatan Diri: Kebersihan Diri/Mandi, Berhias dan Berpakaian di
Ruang Sadewa Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
MIND MAP

PENGERTIAN: RENTANG RESPON


Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan
TANDA DAN GEJALA
diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi 1. Fisik: bau badan, pakaian kotor, rambut
akibat adanya perubahan proses pikir sehingga dan kulit kotor, kuku panjang dan
kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan kotor, gigi kotor disertai bau mulut,
diri menurun. Kurang perawatan diri terlihat dari Respon Adaptif Respon Maladaptif
ketidakmampuan merawat kebersihan diri penampilan tidak rapi
antaranya mandi, makan minum secara mandiri, 2. Psikologi: malas, tidak inisiatif,
berhias secara mandiri, toileting (BAK/BAB) menarik diri, isolasi diri, merasa tak
(Damaiyanti, 2012) berdaya, rendah diri dan merasa hina Pola perawatan Kadang Tidak
3. Sosial: interaksi kurang, kegiatan diri seimbang perawatan diri melakukan
kurang, tidak mampu berperilaku sesuai tidak seimbang perawatan diri
norma, cara makan tidak teratur, buang
Sumber : Mukhripah & Iskandar (2012)
PROSES TERJADINYA MASALAH air besar (BAB) dan buang air kecil
1. Predisposisi (BAK) disembarang tempat, gosok gigi
a. Perkembangan: keluarga dan mandi tidak mampu mandiri
melindungi dan memanjakan (Damaiyanti, 2012) PENATALAKSANAAN
sehingga perkembangan inisiatif 1. Meningkatkan kesadaran diri dan kepercayaan diri
terganggu 2. Membimbing dan menolong klien perawatan diri
b. Biologis: penyakit kronis
3. Ciptakan lingkungan yang mendukung
c. Kemampuan realitas turun
4. BHSP (Ade, 2011)
d. Social: kurang dukungan DEFISIT PERAWATAN
2. Presipitasi
a. Body image DIRI
b. Praktik sosial : selalu dimanja AKIBAT
c. Status social ekonomi 1. Kulit kurang bersih
d. Pengetahuan 2. Kuku kurang terawat dan kotor
e. Budaya KLASIFIKASI: 3. Gigi dan mulut kurang terawatt
f. Kebiasaan
4. Gangguan lain seperti gastritis kronis (karenan
g. Kondisi fisik atau psikis 1. Defisit perawatan diri makan kegagalan dalam makan), penyebaran penyakit
Sumber : Mukhripah & Iskandar (2012) 2. Defisit perawatan diri dari orofecal (karena hygiene BAB/BAK
berpakaian sembarangan) (Iqbal, dkk, 2015)
3. Defisit perawatan diri mandi
MEKANISME KOPING
4. Defisit perawatan diri eliminasi/
toileting (Pradhitama, 2015)
- Mekanisme koping adaptif
- Mekanisme koping maladaptif
(Damaiyanti, 2012)
PENGKAJIAN RENCANA ASUHAN Ajarkan :
1. Identitas klien KEPERAWATAN
2. Alas an masuk DEFISIT PERAWATAN 1. SP 1: Mengidentifikasi kebersihan diri
3. Riwayat kesehatan sekarang DIRI klien, menjelaskan pentingnya kebersihan
4. Factor pencetus dan pendukung diri, menjelaskan peralatan yang digunakan
5. Riwayat kesehatan sebelumnya untuk menjaga kebersihan diri, dan cara
6. Riwayat kesehatan keluarga NIC: melakukan kebersihan diri, menjelaskan
7. Penilaian terhadap stressor Dukung perawatan diri cara makan yang benar
8. Sumber koping Observasi 2. SP 2: Menjelaskan cara makan yang benar
9. Mekanisme koping 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan 3. SP 3: Menjelaskan cara eliminasi yang
10. Pengkajian fisik sesuai usia benar
11. Pengkajian psikososial 2. Monitor tingkat kemandirian 4. SP 4: Menjelaskan cara berdandan yang
12. Pengkajian status mental 3. Identifikasi kebutuhan alat bantu benar
13. Kebutuhan persiapan pulang kebersihan diri, berpakaian, berhias, dan
14. Pengetahuan kurang tentang : makan
NOC
15. Pemeriksaan penunjang Terapeutik
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
16. Terapi medis 1. Sediakan lingkungan yang terapeutik
2 hari/ 8 jam diharapkan pasien dapat
17. Penilaian skor kategori pasien (suasana hangat, rileks, privasi)
meningkatkan perawatan diri dengan kriteria
2. Sediakan keperluan pribadi (sabun mandi,
hasil :
sikat gigi, sisir, parfum)
1. Kemampuan mandi meningkat
3. Dampingi dalam melakukan perawatan
2. Kemampuan mengenakan pakaian
diri sampai mandiri
meningkat
4. Bantu dalam melakukan perawatan diri
3. Kemampuan makan meningkat
5. Fasilitasi untuk menerima keadaan
4. Kemampuan toileting (BAB/BAK)
ketergantungan
meningkat
6. Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak
5. Verbalisasi keinginan melakukan perawatan
mampu melakukan perawatan diri
diri meningkat
7. Jadwalkan rutinitas perawatan diri
6. Kebersihan diri meningkat
7. Kemampuan berhias meningkat

Anda mungkin juga menyukai