Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN


DEFISIT PERAWATAN DIRI

Oleh :

NI LUH CINTYA ANGGRENI


NIM. 219012707

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI

1. Konsep Dasar Penyakit


a. Definisi
Perawatan diri merupakan salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhnnya guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya (Sulastri, 2015). Menurut
Herdman (2015), defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktifitas perawatan diri untuk diri sendiri;
mandi; berpakaian dan berhias untuk diri sendiri aktifitas makan sendiri; dan
aktifitas eliminasi sendiri.
Defist perawatan diri merupakan salah satu masalah yang timbul pada
pasien gangguan jiwa berupa keadaan seseorang mengalami kelainan dalam
kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan
sehari-hari secara mandiri, tidak ada keinginan Pasien untuk mandi secara
teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan
penampilan tidak rapi (Sutejo, 2017). Berdasarkan beberapa definisi di atas
dapat disimpulkan bahwa defisit merupakan kondisi ketidakmampuan
seseorang dalam melakukan aktivitas perawatan diri seperti mandi,
eliminasi, berpakaian dan berhias secara mandiri.

b. Etiologi
1) Faktor predisposisi
a) Biologis: penyakit fisik dan mental yang menyebabkan pasien tidak
mampu melakukan perawatan diri dan faktor herediter.
b) Psikologis: faktor perkembangan dimana keluarga terlalu
melindungi dan memanjakan pasien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu. Kemampuan realitas turun, pasien gangguan
jiwa yang kemampuan realitas kurang menyebabkan
ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
c) Sosial: kurang dukungan dan situasi lingkungan mempengaruhi
kemampuan dalam perawatan diri
2) Faktor presipitasi
Faktor presipitasi yang dapat menimbulkan defisit perawatan diri adalah
penurunan motivasi, kerusakan kognitif atau persepsi, cemas, lelah,
yang di alami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri. Potter dan Perry (di dalam buku Sutejo
2017) menjelaskan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi personal
hygiene yaitu:
1. Citra tubuh
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersiahan diri. Perubaha fisik akibat operasi bedah, misalnya,
dapat memicu individu untuk tidak peduli terhadap kebersihannya.
2. Status sosial ekonomi
Sumber penghasilan atau sumber ekonomi mempengaruhi jenis dan
tingkat praktik keperawatan diri yang dilakukan. Perawat harus
menentukan apakah pasien dapat mencukupi perlengkapan
keperawatan diri yang penting seperti, sabun, pasta gigi, sikat gigi,
sampo. Selain itu, hal yang perlu diperhatikan adalah apakah
penggunaan perlengkapan tersebut sesuai dengan kebiasaan sosial
yang diperaktikan oleh kelompok sosial pasien.
3. Pengetahuan
Pengetahuan tentang perawatan diri sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Kurangnya
pengetahuan tentang pentingnya perawatan diri dan implikasinya
bagi kesehatan dapat mempengaruhi praktik keperawatan diri.
4. Variabel kebudayaan
Kepercayaan akan nilai kebudayaan dan nilai diri mempengaruhi
perawatan diri. Orang dari latar belakang kebudayaan yang berbeda
mengikuti praktik keperawatan yang berbeda pula.
5. Kondisi fisik
Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan memperlukan bantuan. Biasanya Pasien dengan
keadaan fisik yang tidak sehat lebih memilih untuk tidak melakukan
perawatan diri.
c. Proses terjadinya masalah (respon adaptif dan maladaptif)
Dermawan (2013) menyatakan bahwa rentang respon defisit perawatan
diri sebagai berikut:

Adaptif Maladaptif

Pola perawatan Kadang perawatan Tidak melakukan


diri seimbang diri kadang tidak perawatan diri pada
saat stres
Skema Rentang respons neurobiologis defisit perawatn diri

1) Pola perawatan diri seimbang: saat klien mendapatkan stresor dan


mampu untuk berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan
klien seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
2) Kadang perawatan diri kadang tidak: saat klien mendapatkan stresor
kadang – kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya
3) Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli
dan tidak bisa melakukan perawatan saat stresor.

d. Klasifikasi
Menurut Herdman (2015) jenis perawatan diri terdiri dari:
1) Defisit perawatan diri: Mandi; Hambatan kemampuan untuk melakukan
atau menyelesaikan mandi/beraktifitas perawatan diri untuk diri sendiri.
2) Defisit perawatan diri: Berpakaian; Hambatan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas berpakaian dan berias untuk
diri sendiri.
3) Defisit perawatan diri: Makan; Hambatan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas sendiri.
4) Defisit perawatan diri: Eliminasi; Hambatan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan eliminasi sendiri.

e. Manifestasi klinis/ tanda dan gejala


Menurut Sulastri (2016), tanda dan gejala defisit perawatan diri dapat
dinilai dari pertanyaan pasien tentang kebersihan diri, berdandan dan
berpakaian, makan dan minum, BAB dan BAK dan didukung dengan data
hasil observasi seperti:
1) Data subjektif
Pasien mengatakan tentang malas mandi, tidak mau menyisir rambut,
tidak mau menggosok gigi, tidak mau memotong kuku, tidak mau
berhias/berdandan, tidak bisa/tidak mau menggunakan alat
mandi/kebersihan diri, tidak menggunakan alat makan dan minum saat
makan dan minum, BAB dan BAK sembarangan, tidak membersihkan
diri dan tempat BAB dan BAK setelah BAB dan BAK, tidak
mengetahui cara perawatan diri yang benar
2) Data objektif
a) Badan bau, kotor, berdaki, rambut rontok, gigi rontok, kuku panjang,
tidak menggunakan alat-alat mandi, tidak mandi dengan benar. b)
Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, tidak mampu
berdandan memilih, mengambil dan memakai pakaian, memakai sendal,
sepatu, tidak pandai memakai resleting, memakai barang-barang yang
perlu dalam berpakaian, melepas barang-barang yang perlu dalam
berpakaian, akan dan minum sembarangan, berceceran, tidak
menggunakan alat makan, tidak mampu(menyiapkan makanan,
memindahkan makanan ke alat makan, memegang alat makan,
membawa makanan dari piring ke mulut, mengunyah, menelan
makanan secara aman, menyelesaikan makanan), BAB dan BAK tidak
ada tempatnya, tidak membersihkan diri setelah BAB dan BAK, tidak
mampu (menjaga kebersihan toilet, menyiran toilet).

f. Pohon masalah
Berikut ini pohon masalah pada pasien dengan perawatan diri rendah
(Ruswadi, 2021)

Effect Isolasi Sosial

Core Problem Defisit Perawatan diri

Causa Harga Diri Rendah

g. Penatalaksanaan (terapi psikofarmaka dan terapi keperawatan)


Klien dengan gangguan defisit perawatan diri tidak membutuhkan
perawatan medis, karena hanya mengalami gangguan jiwa, pasien lebih
membutuhkan terapi kejiwaan melalui komunikasi terapeutik (Maulana,
2018).

2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Jiwa


a. Pengkajian
1) Identitas
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin Pendidikan agama,
pekerjaan, suku/bangsa, alamat, nomer medik, ruang rawat, tanggal
masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnose medis dan identitas
penanggung jawab.
2) Data primer (Subjektif)
a) Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnya dingin, atau
di RS tidak tersedia alat mandi.
b) Klien mengatakan dirinya malas berdandan.
c) Klien mengatakan ingin disuapin makanan.
d) Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah
BAK/BAB.

3) Data Sekunder (Objektif)


a) Ketidakmampuan mandi/membersihkan diri ditandai dengan
rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan berbau,serta kuku
panajng dan kotor.
b) Ketidakmampuan berpakaian/berhias ditandai dengan rambut
acak-acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai
tidak bercukur (laki-laki), atau tidak berdandan (perempuan)
c) Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil makanan sendiri, makan berceceran,
dan makan tidak pada tempatnya.
d) Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri ditandai dengan
BAB/BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan
baik setelah BAB/BAK.
4) Genogram Buatlah genogram minimal tiga generasi yang dapat
menggambarkan hubungan pasien dan keluarga. Jelaskan pasien tinggal
dengan siapa dan apa hubunganya, jelaskan masalah yang terkait dengan
pola asuh keluarga terhadap pasien dan anggota keluarga lainya, pola
komunikasi, pola pengambilan keputusan (Nyumirah, 2013).

b. Diagnosa keperawatan
Defisit perawatan diri
c. Rencana tindakan keperawatan (strategi pelaksanaan)

Diagnosa
No. Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Defisit perawatan TUM : Setelah …x interaksi diharapkan Bina hubungan saling percaya Hubungan saling
diri Klien dapat berhubunganTUM dan TUK dapat tercapai dengan mengungkapkan prinsip percaya
dengan orang lain secaradengan kriteria hasil: komunikasi therapeutic : merupakan dasar
optimal. 1. Ekspresi wajah bersahabat 1. Sapa klien dengan ramah dan untuk kelancaran
2. Menunjukan rasasenang baik secara verbal dan hubungan
TUK 1 : 3. Ada kontak mata nonverbal. interaksi
Klien dapat membina 4. Mau berjabat tangan, mau 2. Perkenalkan diri dengan selanjutnya
hubungan saling percaya menyebut nama, mau sopan.
menjawab salam 3. Tanyakan nama lengkap
5. Mau duduk berdampingan klien dan nama panggilan
dengan perawat yang disukai klien.
6. Mau mengutarakan masalah 4. Jelaskan tujuan pertemuan
yang dihadapi. 5. Jujur dan menepati janji.
6. Tunjukkan sikap empati
dan menerima klien apa
adanya.
7. Beri perhatian pada klien
dan perhatikan kebutuhan
dasar klien
TUK 2 : Setelah …x interaksi diharapkan 1. Melatih pasien cara- cara Dengan
Pasien mampu TUM dan TUK dapat tercapai perawatan kebersihan diri memperhatikan
melakukan kebersihan dengan kriteria hasil: 2. Menjelasan pentingnya kebutuhan dari
diri secara mandiri 1. Mampu melakukan aktivitas menjaga kebersihan diri. klien perawat
perawatan fisik dan pribadi 3. Menjelaskan alat-alat untuk mengetahui apa
secara mandiri atau dengan alat menjaga kebersihan diri saja yg akan
bantu 4. Menjelaskan cara-cara diberikan pada
2. Mampu mempertahankan melakukan kebersihan tindakan
kebersihan dan penampilan 5. Melatih pasien selanjutnya
yang rapi secara mandiri mempraktekkan cara menjaga
3. Mampu melakukan aktivitas kebersihan diri
eliminasi secara mandiri
4. Mengenali dan mengetahui
kebutuhan bantuan untuk
eliminasi

TUK 3 : Setelah …x interaksi diharapkan 1. Bantu pasien dalam memilih Membantu


Pasien mampu TUM dan TUK dapat tercapai pakaian yang mudah dan memilihkan
melakukan berhias/ dengan kriteria hasil: dilepas sesuatu yang
berdandan secara baik 1. Mampu untuk mengenakan 2. Sediakan pakaian pasien dibutuhkan oleh
pakaian dan berhias secara pada tempat yang mudah di klien membuat
mandiri jangkau (di samping tempat klien lebih mudah
2. Mampu mempertahan kan tidur) dalam melakukan
kebersihan pribadi dan 3. Dukung kemandir ian pasien perawatan diri
penampilan yang rapi secara dalam berpakaian dan serta membuat
mandiri berhias pasien merasa
3. Mengungkap kan kepuasan
dalam berpakaian dan 4. Bantu pasien menaikan, dihargai
menata rambut mengancingkan dan merisleting
4. Menunjukan rambut yang pakaian, jika diperlukan
bersih dan rapi 5. Beri pujian atas usaha untuk
berpakaian sendiri
TUK 4 : Setelah …x interaksi diharapkan 1. Melatih pasien makan Setelah banyak
Pasien mampu melakukan TUM dan TUK dapat tercapai secara mandiri diberikan
makan dengan baik dengan kriteria hasil : 2. Menjelaskan cara pelatihan dan
1. Klien mempersiapkan makan bantuan bina klien
mampu secara mandiri 3. Menjelaskan cara makan yang melakukan
2. Mengungkp kan kepusan tertib sesuatu hal baru
makan 4. Menjelaskan cara merapihkan secara mandiri
3. Mampu menyiapkan dan peralatan makan setelah untuk membangun
memakan makanan secara makan rasa percaya diri
mandiri 5. Praktek makan sesuai dengan yang dimiliki oleh
tahapan makan yang baik klien

TUK 5 : Setelah …x interaksi diharapkan 1. Mengajarkan pasien Masalah pasien


Pasien mampu TUM dan TUK dapat tercapai melakukan BAB/BAK secara untuk melakukan
melakukan BAB/BAK dengan kriteria hasil: mandiri sesuatu secara
secara mandiri 1. Klien mampu 2. Menjelaskan tempat mandiri walaupun
mempertahankan kebersihan BAB/BAK yangsesuai beberapa kegiatan
danpenampilan yang rapi 3. Menjelaskan cara masih dibantu
secara mandiri membersihkan diri setelah oleh perawat
2. Mampu melakukan aktivitas BAB dan BAK
eliminasi BAB dan BAK 4. Menjelaskan cara
secara mandiri membersihkan tempat BAB
3. Mengenali dan mengetahui dan BAK
kebutuhan bantuan untuk
eliminasi BAB dan BAK
4. Mampu membersihkan diri
setalah BAB dan BAK
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Masalah Tindakan keperawatan untuk Tindakan keperawatan untuk


keperawatan pasien keluarga pasien
Defisit perawatan Pasien Keluarga
diri SP I SP I
1. Menjelaskan pentingnya 1. Mendiskusikan masalah yang
kebersihan diri dirasakan keluarga dalam
2. Menjaga cara menjaga merawat pasien
kebersihan diri 2. Menjelaskan pengertian tanda
3. Membantu pasien dan gejala defisit perawatan diri
mempraktekkan cara dan jenis defisit perawatan diri
menjaga kebersihan diri yang dialami pasien beserta
4. Menganjurkan pasien proses terjadinya
memasukkan jadwal 3. Menjelaskan cara-cara merawat
kegiatan harian pasien defisit perawatan diri

SP II SP II
1. Mengevaluasi jadwal 1. Melatih keluarga
kegiatan harian pasien mempraktekkan cara merawat
2. Menjelaskan cara makan pasien dengan defisit perawatan
yang baik diri
3. Membantu pasien 2. Melatih keluarga melakukan
mempraktekkan cara cara merawat langsung kepada
makan yang baik pasien defisit perawatan diri
4. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian

SP III SP III
1. Mengevaluasi jadwal 1. Membantu keluarga membuat
kegiatan harian pasien jadwal aktivitas di rumah
2. Menjelaskan cara termasuk minum obat
eliminasi yang baik 2. Menjelaskan follow up pasien
3. Membantu pasien setelah pulang
mempraktekkan cara
eliminasi yang baik dan
memasukkan dalam
jadwal
4. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
SP IV
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
2. Menjelaskan cara
berdandan
3. Membantu pasien
mempraktekkan cara
berdandan
4. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian

d. Evaluasi
Hasil yang diharapkan pada klien dengan deficit perawatan diri adalah:
(Handayani, Wahyudi, Damayanti, 2021)
1) Klien mampu melakukan mandi/membersihkan diri.
2) Klien mampu makan dengan benar dan secara mandiri.
3) Klien mampu berpakaian/berhias dengan baik dan benar secara mandiri.
4) Klien mampu memasukan jadwal kegiatan harian secara teratur
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T . H., & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis KeperawatanDefinisi &


Klasifikasi2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC.

Keliat, C. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Yogyakarta: EGC.

Mukhripah & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Pt Refika.


Aditama

Nyumirah, S. (2013). Peningkatan Kemampuan Interaksi Sosial (Kognitif, Afektif Dan


Perilaku) Melalui Penerapan Terapi Perilaku Kognitif di RSJ Dr Amino
Gondohutomo Semarang. Keperawatan Jiwa, 2, 121–128.

Prabowo, E. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika

Rahayu, S., Mustikasari, M., & Daulima, N. H. (2019). Perubahan Tanda Gejala Dan
Kemampuan Pasien Harga Diri Rendah Kronis Setelah Latihan Terapi Kognitif
Dan Psikoedukasi Keluarga. Journal Educational Of Nursing (Jen), 2(1), 39-51.

Ruswadi, I. (2021). Keperawatan Jiwa Panduan Praktis Untuk Mahasiswa


Keperawatan. Indramayu: Penerbit Adab.

Sulastri. 2015. Modul Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa (Tuntunan Perencanaan Dan
Dokumentasi Asuhan Keperawatan), Bandar Lampung.

Sutejo. 2017. Keperawatan Kesehatan Jiwa (Prinsip Dan Praktik Asuhan Keperawatan
Jiwa), Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

Wuryaningsih, E.M., Windarwati, H.D,M Dewi, E., Hadi, E. (2020). Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa 1. Jember: Upt Percetakan & Penerbitan
Universitas Jember

Anda mungkin juga menyukai