Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

DISUSUNOLEH:
FATIMAH NUR FADILLAH
P07220420013

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. MASALAH UTAMA
Defisit perawatan diri

B. PROSES TERJADINYA
1. Definisi
Perawatan diri merupakan salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhnnya guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya ( Sulastri, 2012). Menurut
Herdman (2012), Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktifitas perawatan diri untuk diri sendiri; mandi;
berpakaian dan berhias untuk diri sendiri aktifitas makan sendiri; dan aktifitas
eliminasi sendiri. Herdman (2012) membagi Defisit perawatan diri menjadi 4
kegiatan; mandi, berpakaian/berhias, makan, dan toileting.
Menurut Sutejo, (2016) Defisit perawatan diri adalah keadaan seseorang
mengalami kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri. Tidak ada keinginan Pasien untuk
mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas,
dan penampilan tidak rapi. Defist Perawatan Diri merupakan salah satu masalah
yang timbul pada Pasien gangguan jiwa.
Jenis-jenis defisit perawatan diri
Menurut Nanda (2012), jenis perawatan diri terdiri dari:
a. Defisit perawatan diri: mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/beraktivitas
perawatan diri untuk diri sendiri.
b. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas berpakaian dan berhias untuk diri sendiri
c. Defisit perawatan diri : makan

3
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas makan
secara mandiri
d. Defisit perawatan diri : eliminasi/toileting
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas eliminasi
sendiri.

2. Tanda dan Gejala


Menurut Fitria di dalam buku Mukhripah & Iskandar 2012 defisi perawatan
diri memiliki tanda dan gejala sebagai berikut:
a. Mandi/Hygiene
Pasien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan, memperoleh
atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi,
mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan
keluar kamar mandi.
b. Berpakaian/ Berhias
Pasien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan
pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian.
Pasien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam,
memilih pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing tarik,
melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan
pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian dan mengenakan sepatu.
c. Makan
Pasien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan,
mendapatkan makanan, mengambil makanan dan memasukkan kedalam
mulut, menggambil cangkir atau gelas, serta mencerna makanan dengan aman.
d. Eliminasi
Pasien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan
kamar kecil, duduk ata bangkit dari closet, memanipulasi pakaian untuk
toileting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram
toilet atau kamar kecil.

4
Menurut Depkes 2012, tanda dan gejala Pasien dengan Defisit perawatan diri
adalah:

a. Fisik
1) Badan bau, pakaian kotor
2) Rambut dan kulit kotor
3) Kuku panjang dan kotor
4) Gigi kotor disertai mulut bau
5) Penampilan tidak rapi
b. Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif
2) Menarik diri
3) Merasa tidak berdaya, rendah diri dan merasa hina
c. Sosial
1) Interaksi kurang
2) Kegiatan kurang
3) Tidak mampu berprilaku sesuai norma
4) Cara makan tidak teratur, BAB dan BAK di sembarang tempat, gosok gigi
dan mandi tidak mampu mandiri

Menurut Sulastri (2016) Tanda dan Gejala Defisit perawatan diri dapat
dinilai dari pertanyaan pasien tentang kebersihan diri, berdandan dan berpakaian,
makan dan minum, BAB dan BAK dan didukung dengan data hasil observasi

a. Data subjektif
Pasien mengatakan tentang :
1) Malas mandi
2) Tidak mau menyisir rambut
3) Tidak mau menggosok gigi
4) Tidak mau memotong kuku
5) Tidak mau berhias/berdandan
6) Tidak bisa/tidak mau menggunakan alat mandi/kebersihan diri
7) Tidak menggunakan alat makan dan minum saat makan dan minum
8) BAB dan BAK sembarangan
9) Tidak membersihkan diri dan tempat BAB dan BAK setelah BAB dan BAK

5
10) Tidak mengetahui cara perawatan diri yang benar

b. Data objektif
1) Badan bau, kotor, berdaki, rambut rontok, gigi rontok, kuku panjang, tidak
menggunakan alat-alat mandi, tidak mandi dengan benar.
2) Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, tidak mampu
berdandan memilih, mengambil dan memakai pakaian, memakai sendal,
sepatu, tidak pandai memakai resleting, memakai barang-barang yang perlu
dalam berpakaian, melepas barang-barang yang perlu dalam berpakaian.
3) Makan dan minum sembarangan, berceceran, tidak menggunakan alat
makan, tidak mampu(menyiapkan makanan, memindahkan makanan ke alat
makan, memegang alat makan, membawa makanan dari piring ke mulut,
mengunyah, menelan makanan secara aman, menyelesaikan makanan).
4) BAB dan BAK tidak ada tempatnya, tidak membersihkan diri setelah BAB
dan BAK, Tidak mampu (menjaga kebersihan toilet, menyiran toilet).


3. Rentang Respon

Respon Adaptif ResponMaladaptif

Pola perawatan Kadang perawatan diri Tidak melakukan


diri seimbang tidak seimbang perawatan diri

Macam-macam respon Defisit perawatan diri:


a. Pola perawatan diri seimbang : saat Pasien mendapatkan stresor dan mampu
untuk berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan Pasien
seimbang, Pasien masih melakukan perawatan diri .
b. Kadang perawatan diri kadang tidak: saat Pasien mendapatkan stresor
kadang-kadang Pasien tidak memperhatikan perawatan diri nya .
c. Tidak melakukan perawatan diri: Pasien mengatakan dia tidak peduli dan
tidak bisa melakukan perawatan saat stresor

4. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
1) Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien
sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
2) Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.

6
3) Kemampuan realitas turun Klien gangguan jiwa dengan kemampuan
realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri
4) Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yang dapat menimbulkan Defisit perawatan diri
adalah penurunan motivasi, kerusakan kognitif atau persepsi, cemas, lelah,
yang di alami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri.Sedangkan menurut Potter dan Perry (di dalam
buku Sutejo 2016), terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi personal
hygiene yaitu:
1) Citra tubuh
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersiahan diri.
Perubaha fisik akibat operasi bedah, misalnya, dapat memicu individu
untuk tidak peduli terhadap kebersihannya.
2) Status sosial ekonomi
Sumber penghasilan atau sumber ekonomi mempengaruhi jenis dan tingkat
praktik keperawatan diri yang dilakukan. Perawat harus menentukan apakah
pasien dapat mencukupi perlengkapan keperawatan diri yang penting
seperti, sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo. Selain itu, hal yang perlu
diperhatikan adalah apakah penggunaan perlengkapan tersebut sesuai
dengan kebiasaan sosial yang diperaktikan oleh kelompok sosial pasien.
3) Pengetahuan
Pengetahuan tentang perawatan diri sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Kurangnya pengetahuan tentang
pentingnya perawatan diri dan implikasinya bagi kesehatan dapat
mempengaruhi praktik keperawatan diri.
4) Variabel kebudayaan
Kepercayaan akan nilai kebudayaan dan nilai diri mempengaruhi perawatan
diri. Orang dari latar belakang kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik
keperawatan yang berbeda pula.
5) Kondisi fisik

7
Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan memperlukan bantuan. Biasanya Pasien dengan keadaan fisik yang
tidak sehat lebih memilih untuk tidak melakukan perawatan diri.

5. Sumber Koping
Stuart (2016) menjelaskan gangguan jiwa adalah penyakit menakutkan dan
sangat menjengkelkan yang membutuhkan penyesuaian oleh pasien dan keluarga.
Sumber daya keluarga, seperti pemahaman orang tua tentang penyakit,
ketersediaan keuangan, ketersediaan waktu dan tenaga, dan kemampuan untuk
memberikan dukungan yang berkelanjutan, memengaruhi jalan nya penyesuaian
setelah gangguan jiwa terjadi. Proses penyesuaian setelah gangguan jiwa terjadi
terdiri dari 4 tahap dan dapat berlangsung mungkin selama 3 sampai 6 tahun:
a. Disonansi kognitif
Disonansi kognitif melibatkan pencapaian keberhasilan farmakologi untuk
menurunkan gejala dan menstabilkan gangguan jiwa aktif dengan memilih
kenyataan dari ketidaknyataan setelah episode pertama.
b. Pencapaian wawasan
Permulaan wawasan terjadi dengan kemampuan melakukan pemeriksaan
terhadap kenyataan yang dapat dipercaya.
c. Kognitif yang konstan
Kogniktif konstan termasuk melanjutkan hubungan interpersonal yang normal
dan kembali terlibat dalam kegiatan yang sesuai dengan usia yang berkaitan
dengan sekolah dan bekerja.
d. Bergerak menuju prestasi kerja atau tujuan pendidikan
Tahap ini termasuk kemampuan untuk secara konsisten terlibat dalam kegiatan
harian yang sesuai dengan usia hidup yang merefleksikan tujuan sebelum
gangguan jiwa.
6. Mekanisme Koping
Stuart (2016) mengungkapkan pada fase gangguan jiwa aktif, pasien
menggunakan beberapa mekanisme pertahanan yang tidak didasari sebagai upaya
untuk melindungi diri dari pengalaman menakutkan yang disebabkan oleh
penyakit mereka.

8
a. Regresi : berhubungan dengan masalah dalam proses informasi dan
pengeluaran sejumlah besar tenaga dalam upaya untuk mengelola ansietas,
menyisakan sedikit tenaga untuk aktivitas sehar-hari.
b. proyeksi: upaya untuk menjelaskan persepsi yang membingungkan dengan
menetapkan tanggung jawab kepada orang lain atau sesuatu.
c. Menarik diri: berkaitan dengan masalah membangun kepercayaan dan
keasyikan dengan pengalaman internal.
d. Pengingkaran: sering digunakan oleh klien dan keluarga. Mekanisme koping
ini adalah sama dengan penolakan yang terjadi setiap kali seorang menerima
informasi yang menyebabkan rasa takut dan ansietas.

C. POHON MASALAH

Resiko Tinggi Isolasi Sosial Effect

Defisit Perawatan Diri Core Problem

Harga Diri Rendah Causa

Pohon Masalah Defisit perawatan Diri ( Fitria.2009 ).

D. MASALAH KEPERAWATAN
1. Harga diri rendah kronik
2. Koping Individu tidak efektif
3. Isolasi sosial
4. Defisit Perawatan Diri

E. DATA YANG PERLU DIKAJI


Untuk mengetahui apakah pasien mengalami masalah kurang perawatan diri maka tanda
dan gejala dapat diperoleh melalui observasi pada pasien yaitu sebagai berikut.
1. Gangguan kebersihan diri ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan
bau, serta kuku panjang dan kotor.

9
2. Ketidakmampuan berhias/berdandan ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian
kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak bercukur, serta
pada pasien wanita tidak berdandan.
3. Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan ketidakmampuan
mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada tempatnya.
4. Ketidakmampuan BAB atau BAK secara mandiri ditandai dengan BAB atau BAK
tidak pada tempatnya, serta tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK.

F. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Defisit perawatan diri kebersihan diri, makan, berdandan, dan BAK/BAB.(D.0109)

G. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


SLKI
Perawatan Diri (L.11103)
1. Kemampuan mandi meningkat
2. Kemampuan mengenakan pakaian meningkat
3. Kemampuan makan meningkat
4. Kemampuan ke tolet meningkat
5. Vebalisasi keinginan melakukan perawatan diri meningkat
6. Minat melakuka perawatan diri meningkat

SIKI

Dukungan Perawatan Diri (I.11348)

Observasi

1. Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri


2. Monitor tingkat kemandirian

Terapeutik

3. Sediakan lingunan terapeutik


4. Sediakan keperluan pribadi
5. Dampiiggi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri
6. Jadwalkan rutinitas perawatan diri

10
Edukasi

7. Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan

11
STRATEGI PELAKSANAAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI

SP-1 Pasien: Defisit Perawatan DiriPertemuan Ke-1

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien 
Ny. H terlihat duduk di salah satu sudut ruangan sambil menggaruk-garuk kepala yang
terlihat kotor, rambut sebahu dan tidak tertata rapi. Pakaian yang digunakan Ny. H
tidak terpasang dengan benar dan terlihat banyak robekan.Kuku jari tangan terlihat
hitam dan panjang. Gigi Ny.H terlihat kotor dan mulut Ny. H mengeluarkan bau.
2. Diagnosa Keperawatan: Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan Khusus :
a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri 
b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
c. Pasien mampu melakukan makan dengan baik
d. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
4. Tindakan Keperawatan
a. Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
b. Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri
c. Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
d. Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
e. Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri

B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi, perkenalkan nama saya perawat Sinta.Saya adalah Mahasiswa
Keperawatan UPH yang sedang praktek disini.Saya praktek disini selama 4
hari.Nama kamu siapa ya? Senangnya dipanggil apa? Oh jadi anda senangnya
dipanggil Ny. M saja”.
b. Evaluasi/Validasi
“Saya lihat dari tadi Ny.M menggaruk-garuk kepala, gatal ya?”

12
c. Kontrak
Topik: “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang kebersihan diri?”
Waktu:“Mau berapa lama kira-kira kita ngobrolnya? Oke, jadi Ny. M maunya
kita ngobrol-ngobrolnya selama 20 menit ya”.
Tempat:“Baiklah mau dimana kita ngobrolnya Ny. M? Oh jadi kita ngobrolnya
diruang ini saja ya”.
2. Kerja (langkah- langkah tindakan keperawatan)
a. “Berapa kali Ny. M mandi dalam sehari? Apakah Ny. M sudah mandi hariini?
Menurut Ny. M apa kegunaannya mandi?Apa alasan Ny. M sehinggatidak bisa
merawat diri? Menurut Ny. Mapa manfaatnya kalau kitamenjaga
kebersihan diri? Kira-kira tanda-tanda orang yang tidak merawatdiri dengan
baik seperti apa ya? badan gatal, mulut bau, apa lagi? Kalau kita tidak teratur
menjaga kebersihan diri masalah apa menurut Ny. M yang bisa muncul ? Betul
ada kudis, kutu, dsb”
b. “Menurut Ny. M mandi itu seperti apa? Sebelum mandi apa yang
biasanya Ny. M persiapkan? Benar sekali, Ny. M perlu menyiapkan pakaian
ganti yang bersih, handuk kering, sikat gigi, odol, shampo dan sabun mandi”
c. “Menurut Ny. M tempat mandi dimana? Benar sekali kita mandi di
kamarmandi, bagaimana kalau kita ke kamar mandi sekarang?Sayaakan
bantumelakukannya. Pertama kita gosok gigi dulu dengan sikat gigi, ambil
sikatgigi yang sudah di kasih odol kemudian sikat gigi dengan gerakanmemutar
dari atas ke bawah kemudian Ny. M berkumur-kumur dengan
air bersih. Bagus sekali, sekarang Ny. M buka pakaian, siram seluruhtubuh Ny.
M dengan air termasuk rambut dan kepala lalu ambil shampoo sedikit dan
gosokkan ke atas kepala Ny. M sampai berbusa lalu bilassampai bersih. Bagus
sekali Ny. M, sekarang ambil sabun dan gosokan keseluruh tubuh Ny. M secara
merata dan di mulai dari bagian sebelah kananlalu siram dengan air sampai
bersih, pastikan bersih tidak ada sisa sabunyang menempel. Setelah selesai di
siram dengan air sampai bersih, keringkan tubuh Ny. M dengan handuk kering
yang sudah disiapkan.Bagus sekali Ny. M melakukannya. Selanjutnya Ny. M
menggunakan pakaian bersih yang sudah di siapkan”.

13
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1. Evaluasi klien/subjektif
“Bagaimana perasaan Ny.M setelah mandi dan mengganti pakaian?Coba Ny.
M sebutkan lagi apa saja cara-cara mandi yang baik yangsudah Ny. M
lakukan tadi? Bagus sekali sekarang Ny. M sudah tahumanfaat dan cara
mandi yang baik”.
2. Evaluasi perawat/ objektif
“Ternyata Ny. M masih memiliki kemampuan yang baik dalam menjaga
kebersihan diri. Nah, kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumahsetelah
pulang ya Ny. M”.
a. Rencana lanjut klien
“Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian.Ny. M Mau berapakali
sehari mandi dan sikat gigi? Bagus, dua kali yaitu pagi dan sore. Kalau
pagi jam berapa? kalau sore jam berapa? Beri tanda M (mandiri)
kalaudilakukan tanpa disuruh, B (bantuan) kalau diingatkan baru
dilakukan danT (tidak) tidak melakukan”
b. Kontrak yang akan datang
Topik: “Baik besok kita akan bertemu kembali untuk latihan berdandan”
Waktu: “Kalau begitu kita akan latihan berdandan besok jam 9
pagisetelah Ny. M melakukan kegiatan mandi”
Tempat : “Ny. M mau kita ketemu dimana? Kita ketemu di dalam
kamar Ny. M besok bagaimana?”

SP-2 Pasien : Defisit Perawatan Diri Pertemuan Ke-2

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Ny. M terlihat duduk disalah satu sudut ruangan sambil memegang rambut yang
basah.Klien terlihat menggunakan pakaian dengan kancing baju yang tidak terpasang.
Klien mengatakan merasa segar setelah mendi.
2. Diagnosa Keperawatan: Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan Khusus:
a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri

14
b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
c. Pasien mampu melakukan makan dengan baik
d. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
4. Tindakan Keperawatan
Membantu klien latihan berhias
a. Berpakaian
b. Menyisir rambut
c. Berhias

B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“ Selamat pagi, masih ingat dengan saya Ny. M?
b. Evaluasi/Validasi
“Saya lihat dari tadi Ny. M memegang kepala, kenapa Ny. M? Bagaimana perasaan
Ny. M setelah melakukan kegiatan mandi?”
c. Kontrak
Topik: “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang berhias diri?”
Waktu: “Mau berapa lama kira-kira kita ngobrolnya? Oke, jadi Ny. M mau kita
ngobrolnya 20 menit saja ya”.
Tempat: “Baiklah mau dimana kita ngobrolnya Ny. M? Oh jadi kita ngobrolnya
diruang ini saja ya”.
2. Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)
a. “Bagaimana perasaan Ny. M setelah mandi? Apa yang Ny. M lakukan setelah
mandi? Baiklah sekarang kita akan melakukan latihan berdandan”
b. “Apa Ny. M sudah mengganti baju? Untuk pakaian pilihlah yang bersih dan
kering. Berganti pakaian yang bersih 2 kali sehari. Sekarang coba Ny. M lakukan
menggangti pakaian. Bagus sekali Ny. M kerja yang bagus. Sekarang setelah
menggunakan pakaian yang baik kita akan latihan berdandan supaya Ny. M
tampak rapi dan cantik”
c. “Kira-kira apa alat yang Ny. M butuhkan untuk berdandan? Bagus sekali Ny. M
alat yang digunakan adalah sisir, bedak dan kaca”

15
d. “Setelah Ny. M memasang pakaian dengan baik sekarang sisir rambut yang rapi.
Bagus Ny. M, sekarang ambil bedak dan bedaki muka Ny. M rata dan tipis. Bagus
sekali Ny. M bisa melakukan nya dengan baik”.
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1. Evaluasi klien/subjektif
“Bagaimana perasaan Ny.M setelah latihan berdandan?”
2. Evaluasi perawat/objektif
“Ny. M terlihat segar dan cantik”
b. Tindakan lanjut klien
“Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian.Ny. M sehabis Ny. M
melakukan kegiatan mandi kemudian melakukan cara berdandan yang baik dan
benar sesuai dengan latihan kita hari ini. Beri tanda M (Mandiri) kalau dilakukan
tanpa disuruh, B (Bantuan) kalau diingatkan dan T (Tidak) tidak melakukan”.
c. Kontrak yang akan datang
Topik: “Baik nanti siang kita akan bertemu kembali untuk latihan cara makan yang
baik dan benar”
Waktu: “Kalau begitu kita akan latihan cara makan nanti siang atau sesuai jadwal
makan Ny. M”
Tempat: “Siang nanti kita latihan makan yang baik diruang makan, bagaimana
menurut Ny. M?”

SP-3 Pasien : Defisit Perawatan DiriPertemuan Ke-3

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Ny. M terlihat duduk disalah satu kursi di dekat meja makan.Ny. M terlihat rapi
dengan rambut yang disisir.
2. Diagnosis Keperawatan: Defisit Keperawatan Diri
3. Tujuan Khusus:
a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
c. Pasien mampu melakukan makan dengan baik

16
d. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
4. Tindakan Keperawatan
a. Menjelaskan cara persiapkan makanan
b. Menjelaskan cara makan yang tertib
c. Menjelaskan cara merapikan peralatam makan setelah makan

B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat siang Ny. M? bagus sekali Ny. M terlihat rapi siang ini”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan Ny.M siang hari ini?”
c. Kontrak
Topik: “Bagaimana kalau kita latihan cara makan yang baik?”
Waktu: “Mau berapa lama kira-kira kita ngobrolnya? Oke, jadi kita ngobrolnya 25
menit saja ya”
Tempat: “kita akan latihan cara makan yang baik langsung diruang makan saja ya,
bagaiman menurut Ny. M?”
2. Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)
a. “Bagaimana menurut Ny. M cara makan yang baik? Bagus Ny. M sebelum kita
makan, kita cuci tangan dengan air sabun dulu ya”
b. “Sebelum mencuci tangan dengan air dan sabun, Ny. M bisa mengambil makanan
di atas meja dengan menggunakan piring”
c. “Sebelum makan Ny. M dapat berdoa. Bagus sekarang, Ny. M bisa berdoa sebelum
makan. Suap makanan dengan pelan-pelan, ya bagus Ny. M sekarang sudah bisa
melakukan menyuap makanan dengan abik dan benar”
d. “Setelah makan Ny. M harus membereskan piring dan gelas yang kotor, setelah
dibereskan sekarang Ny. M dapat mencuci tangan dengan sapu tangan yang bersih”

3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1) Evaluasi klien/subjektif
“Bagaimana perasaan Ny. M setelah latihan cara makan yang baik?”
2) Evaluasi perawat/objektif

17
“Ny. M terlihat rapid an bersih”
b. Rencana tindak lanjut klien
“Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian.Ny. M sehabis melakukan
mandi kemudian melakukan cara berdandan dan makan yang baik dan benar sesuai
dengan latihan kita hari ini. Beri tanda M (Mandiri) kalau dilakukan tanpa disuruh,
B (Bantuan) kalau diingatkan dan T (Tidak) tidak melakukan”.
c. Kontrak yang akan datang
Topik: “Baik besok kita akan bertemu kembali untuk latihan cara BAK/BAB yang
baik ya Ny. M?”
Waktu: “Kalau begitu kita akan latihan cara BAK/BAB besok jam 10 pagi atau
sesuai jadwal kapan Ny. M merasa ingin BAB/BAK”
Tempat: “Besok kita latihan cara BAB/BAK dengan baik diruangan ini ya Ny. M?”

SP-4 Pasien : Defisit Perawatan DiriPertemuan Ke-4

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Ny. M terlihat duduk di salah satu sisi kamar.Ny. M terlihat rapi dengan rambut yang di
sisir.
2. Diagnosis Keperawatan: Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan Khusus:
a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
c. Pasien mampu melakukan makan dengan baik
d. Pasien mampu melakukan membersihkan tempat BAB/BAK

B. Strategi Komunikas dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat siang Ny. M? Sudah dilakukan jadwal harian yang telah kita lakukan
kemarin? Bagus sekali Ny. M dapat melakukan secara mandiri semua latihan yang
telah kita lakukan”
b. Evaluasi/Validasi

18
“Bagaimana perasaan Ny.M siang hari ini?”
c. Kontrak
Topik: “Bagaimana kalau kita latihan cara BAK/BAB yang baik?”
Waktu: “Kita akan membutuhkan waktu sekitar 30 menit, bagaimana menurut Ny.
M?”
Tempat: “Kita akan latihan cara BAB/BAK yang baik jadi kita latihan langsung di
tempat BAB/BAK”
2. Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)
a. “Menurut Ny. M dimana kita BAB/BAB yang benar? Benar Ny. M kita BAB/BAK
di ruang tertutup dan ada saluran pembuangan kotoran. Jadi kita tidak boleh
BAB/BAK di sembarang tempat”
b. “Sekarang coba Ny. M sebutkan bagaimana cara membersihkan/cebok? Bagus Ny.
M cebok itu adalah cara membersihkan bokong atau tempat keluar BAB/BAK
dengan air yang bersih dan jernih. Setelah Ny. M cebok pastikan juga tidak ada
BAB/BAK yang tersisa di WC dengan cara menyirami WC dengan air bersih.
Setelah di pastikan bokong dan WC bersih baru Ny. M mencuci tangan dengan air
bersih dan sabun”
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1. Evaluasi klien/subjektif
“Bagaimana perasaan Ny. M setelah cara BAB/BAK yang baik”
2. Evaluasi perawat/objektif
“Ny. M terlihat tersenyum dan wajah yang segar”
b. Tindak lanjut klien
“Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian.Ny. M sehabis Ny. M
melakukan mandi kemudian melakukan cara berdandan dan cara makan yang baik
dan benar. Jika Ny. M merasakan keinginan BAB/BAK Ny.M dapat melakukan
latihan yang telah kita lakukan.Beri tanda M (Mandiri) kalau dilakukan tanpa
disuruh, B (Bantuan) kalau diingatkan dan T (Tidak) tidak melakukan”.
c. Kontrak yang akan datang
Topik: “Baiklah Ny. M sekarang kita akhiri pertemuan ini, kalau Ny. M masih ada
yang ingin ditanyakan atau ada masalah yang ingin dibicarakan boleh kepada
perawat lain yang dinas diruangan ini. Saya permisi dulu ya Ny. M. Selamat
siang”.

19
DAFTAR PUSTAKA

Stuart, W. Gail.(2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa.Singapore: Elsevier


Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN(Basic
Course). Jakarta: EGC
Fitria Nita.2009.Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
Dan Srategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan(LP dan SP).Jakarta:Salemba
Medika.
Damaiyanti Mukhripah,dkk.2012.Asuhan Keperawatan Jiwa.Bandung: PT Refika
Aditama
Hoesny, Rezkiyah,.2011. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Defisit
Perawatan Diri diakses dari http://repositori.uin-alauddin.ac.id/3358/1/Rezkiyah
%20Hoesny.pdf pada 14 Februari 2021

Neri, Silvia,.2018. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan diakses dari


https://www.academia.edu/6822348/STRATEGI_PELAKSANAAN_TINDAKA
N_KEPERAWATAN_SP-1_Pasien_Defisit_Perawatan_Diri_Pertemuan_Ke-1
pada 14 Februari 2021

Shinzu, Bekti,.2018. Defisit Perawatan Diri LP SP diakses dari


https://www.academia.edu/35135428/Defisit_Perawatan_Diri_LP_SP pada 14
Februari 2021

20

Anda mungkin juga menyukai