OLEH
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam
menanggapi stressor.
d. Rentang Respon Neurobiologis
Persepsi mengacu pada identifikasi dan interprestasi awaldari
suatu stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca
indra. Respon neurobiologis sepanjang rentang sehat sakit berkisar
dari adaptif pikiran logis, persepsi akurat, emosi konsisten, dan
perilaku sesuai sampai dengan respon maladaptif yangmeliputi
delusi, halusinasi, dan isolasi sosial.
a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-
norma sosial budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu
tersebut dalam batas normal jika menghadapi suatu masalah
akan dapat memecahkan masalah tersebut.Respon adaptif
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada
kenyataan.
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada
kenyataan
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang
timbul dari pengalaman ahli.
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih
dalam batas kewajaran.
5) Hubungan social adalah proses suatu interaksi dengan
orang lain dan lingkunganb.
b. Respon psikosossial Meliputi :
1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang
menimbulkan gangguan.
2) Ilusiadalah miss interprestasi atau penilaian yang salah
tentang penerapan yang benar-benar terjadi (objek nyata)
karena rangsangan panca indra.
3) Emosi berlebih atau berkurang.
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang
melebihi batas kewajaran.
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi
dengan orang lain.
c. Respon maladapttif
Respon maladaptive adalah respon individu dalam
menyelesaikan masalah yangmenyimpang dari norma-norma
sosial budaya dan lingkungan, ada pun respon maladaptive
antara lain :
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakinioleh orang lain dan
bertentangan dengan kenyataan sosial
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau
persepsi eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang
timbul dari hati.Perilaku tidak terorganisirmerupakan
sesuatu yang tidak teratur.
4) Isolasi sosisal adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh
individu dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain
dan sebagai suatu kecelakaan yang negative mengancam
(Damaiyanti,2012).
Rentang respon dapat digambarkan sebagai berikut: Rentang
respon neurobiologist Direj (2011):
d. Consquering
Terjadi pada panik Pengalaman sensori menjadi mengancam jika
klien mengikuti perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku
kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon terhadap
perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1
orang. Kondisi klien sangat membahayakan.
4. Manifestasi Klinis
Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering
didapatkan duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah
tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau
menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti sedang
menikmati sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri tentang
halusinasi yang dialaminya (apa yang dilihat, didengar atau dirasakan).
Tingkatan halusinasi, menurut Stuart (2010), terdiri dari 4 fase :
Fase I : Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas,
kesepian, rasa bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada
pikiran yang menyenangkan untuk meredakan ansietas. Di sini klien
tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa
suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik sendiri.
Fase II : Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien
mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak
dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan
tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan
tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah),
asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk
membedakan halusinasi dengan realita.
Fase III : Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi
dan menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar
berhubungan dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu
mematuhi perintah dari orang lain dan berada dalam kondisi yang
sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan orang
lain.
Fase IV : Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien
mengikuti perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan,
agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon terhadap perintah yang
kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang. Kondisi klien
sangat membahayakan
5. Klasifikasi / Jenis Halusinasi
a. Halusinasi Visual
Pengelihatan bisa berbentuk seperti orang, binatang, atau tidak
berbentuk sinar kilat, bisa berwarna atau tidak berwarna.
b. Halusinasi Dengar
Bisa berupa suara manusia, hewan, mesin music, ataun kejadian
alam lainnya.
c. Halusinasi Penciuman
Bisa mencium bau khusus dimana orang lain tidak mencium
d. Halusinasi Pengecapan
Bisa mengecap/merasakan sesuatu ada yang enak atau tidak
e. Halusinasi Perabaan
Bisa merasakan suatu perabaan, sentuhan tiupan disinari, dipanasi
f. Halusinasi Kinestetik
Anggota badannya bergerak dalam suatu ruangan atau anggota
badannya bisa merasakan suatu gerakan seperti pada pasien
ambulasi
g. Halusinasi Vesceral
Seperti ada rasa – rasa tertentu yang terjadi di dalam organ tubuh
h. Halusinasi Histerik
Timbul pada neurosa histerik karena adanya konflik emosional
i. Halusinasi Hipnogogik
Sensori persepsi yang muncul setelah bangun tidur
j. Halusinasi Hipnopompik
Seperti halusinasi hipnogogik tetapi terjadi tepat sebelum
terbangun . disamping itu adapula pengalaman halusinatorik dalam
impian normal.
k. Halusinasi Perintah
Isinya menyuruh klien untuk melakukan sesuatu seperti bunuh diri,
mencabut tanaman, dll.(sumber: Azizah, 2011).
l. Halusinasi Seksual
Halusinasi ini termask halusinasi raba, penderita merasa di raba
dan diperkosa, sering pada skizofrenia dengan waham kebesaran
terutama mengenai organ-organ. (sumber: Azizah, 2011).
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
a. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan
pasien akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di
lakukan secara individual dan usahakan agar terjadi knntak mata,
kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi
baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar
atau mendekati pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila
akan meninggalkannya hendaknya pasien di beritahu. Pasien di
beritahu tindakan yang akan di lakukan.Di ruangan itu hendaknya
di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan
mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya
jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan
b. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan
dengan rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan
sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati
agar obat yang di berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang
di berikan.
c. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah
yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat
menggali masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya
halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada.
Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga
pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien.
3. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan sensori persepsi halusinasi : pendengaran
b. Resiko perilaku kekerasan
c. Isolasi sosial
d. Harga diri rendah
4. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Hari/ Perencanaan
No. Diagnosa
Tgl / Intervensi Rasional
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi
Jam
1 2 3 4 5 6 7
Gangguan TUM : 1. Setelah …x 1. Bina hubungan saling percaya dengan Pembinaan hubungan saling percaya
Sensori Klien dapat interaksi klien menggunakan prinsip komunikasi merupakan dasar terjadinya komunikasi
Persepi : mengontrol menunjukkan tanda- terapeutik: terbuka sehingga mempermudah dalam
halusinasi halusinasi tanda percaya Sapa klien dengan ramah, baik menggali masalah klien.
(lihat/dengar/ yang terhadap perawat : verbal maupun non verbal.
penghidu/rab Dialaminya. Ekspresi wajah Perkenalkan nama, nama
a/kecap). bersahabat. panggilan, dan tujuan perawat
Menunjukkan berkenalan.
TUK 1 : rasa senang. Tanyakan nama lengkap dan nama
Klien dapat Ada kontak mata. panggilan kesukaan klien.
membina Mau berjabat Buat kontrak yang jelas.
hubungan tangan. Tunjukkan sikap jujur dan
saling percaya Mau menepati janji setiap kali interaksi.
dengan menyebutkan Tunjukkan sikap empati dan
perawat. nama. menerima klien apa adanya.
Mau menjawab Beri perhatian dan perhatikan
salam. kebutuhan dasar klien.
Klien mau duduk Tanyakan perasaan klien dan
berdampingan masalah yang dihadapi klien.
dengan perawat. Dengarkan dengan penuh perhatian
Bersedia ekspresi perasaan klien.
mengungkapkan
masalah yang
dihadapi.
TUK 2 : 2. Setelah …x interaksi 1. Adakan kontrak sering dan singkat Dengan kontak sering dan
Klien dapat klien menyebutkan : secara bertahap. singkatdiharapkan klien dapat
mengenal Isi. 2. Observasi tingkah laku klien terkait mengurangi halusinasinya.
halusinasinya. Waktu. dengan halusinasinya (halusinasi
Frekuensi. lihat/dengar/penghidu / raba/ kecap), Untuk mengetahui jenis halusinasi klien
Situasi dan jika menemukan klien yang sedang serta dapat untuk mengarahkan klien
Cemas. halusinasinya.
Jengkel.
TUK 3 : 3.1 Setelah … x 1. Identifikasi bersama klien cara atau Untuk mengetahui kemampuan klien
Klien dapat interaksi klien tindakan yang dilakukan jika terjadi dalam mengontrol halusinasinya
mengontrol menyebutkan halusinasi (tidur, marah, apakah sudah adaptif agar klien tidak
halusinasinya. tindakan yang menyibukkan diri, dll). terus larut dalam halusinasinya.
biasanya dilakukan 2. Diskusikan cara yang digunakan klien :
untuk Jika cara yang digunakan adaptif,
mengendalikan beri pujian.
halusinasinya. Jika cara yang digunakan
3.2 Setelah … x maladaptive, diskusikan kerugian Dengan memberikan dan
interaksi klien tersebut. mendemontrasikan cara-cara baru dalam
menyebutkan cara 3. Diskusikan cara baru untuk memutus / mengotrol halusinasinya diharapkan
baru mengontrol mengontrol timbulnya halusinasi. nantinya klien mampu untuk mengatasi
halusinasi. Katakan pada diri sendiri bahwa sendiri saat halusinasinya muncul
3.3 Setelah … x ini tidak nyata (“saya tidak mau kembali dan mengetahui apa yang harus
interaksi klien dengar/lihat/penghidu/raba/kecap dilakukan oleh klien untuk mengontrol
dapat memilih dan pada saat halusinasi terjadi). halusinasinya.
memperagakan cara Menemui orang lain (perawat/
mengatasi teman/anggota keluarga) untuk
halusinasi menceritakan tentang
(dengar,lihat, halusinasinya.
penghidu, raba, Membuat dan melaksanakan
kecap). jadwal kegiatan sehari-hari yang
3.4 Setelah … x telah disusun.
interaksi klien Meminta keluarga/teman/perawat
melaksanakan cara menyapa jika sedang
yang telah dipilih berhalusinasi.
untuk 4. Bantu klien memilih cara yang sudah
mengendalikan dianjurkan dan latih untuk Dengan melakukan kegiatan terapi
halusinasinya. mencobanya. aktivitas kelompok diharapkan klien
3.5 Setelah … x 5. Beri kesempatan untuk melakukan cara dapat mengungkapkan tentang
interaksi klien yang sudah dipilih atau dilatih. halusinasinya dan mempunyai kesibukan
mengikuti terapi 6. Pantau pelaksanaan yang sudah dipilih dan mengurangi munculnya halusinasi.
aktivitas kelompok. dan dilatih, jika berhasil beri pujian.
7. Anjurkan klien mengikuti terapi
aktivitas kelompok, orientasi realita,
stimulasi persepsi.
TUK 4 : 4.1 Setelah … x 1. Buat kontrak dengan keluarga untuk Melalui pendidikan kesehatan terhadap
Klien dapat pertemuan pertemuan. keluarga klien diharapkan nantinya
dukungan dari keluarga, keluarga 2. Diskusikan dengan keluarga (pada saat keluarga dapat mengetahui tentang
keluarga dalam menyatakan setuju pertemuan keluarga/ kunjungan halusinasi, tanda dan gejalanya serta
mengontrol untuk mengikuti rumah). cara-cara mengatasi halusinasinya
halusinasinya pertemuan dengan Pengertian halusinasi. dan pengobatannya sehingga
perawat Tanda dan gejala halusinasi. keluarga dapat merawat klien
4.2 Setelah … x Proses terjasinya halusinasi. dengan halusinasi di rumah dalam
interaksi keluarga Cara yang dapat dilakukan klien hal ini klien dapat dukungan
menyebutkan dan keluarga untuk memutuskan keluarga demi kesembuhan klien.
pengertian, tanda halusinasi.
dan gejala, proses Obat-obatan halusinasi.
terjadinya Cara merawat anggota keluarga
halusinasi, dan yang halusinasi dirumah (beri
tindakan untuk kegiatan, jangan biarkan sendiri,
mengendalikan makan bersama, bepergian
halusinasi. bersama, memantau obat-obatan
dan cara pemberiannya untuk
mengatasi halusinasi).
Beri informasi waktu kontrol ke
rumah sakit dan bagaimana cara
mencari bantuan jika halusinasi
tidak dapat diatasi dirumah.
TUK 5 : 5.1 Setelah … x 1. Diskusikan dengan klien tentang Diharapkan nantinya klien dapat
Klien dapat interaksi klien manfaat dan kerugian tidak minum merasakan pentingnya obat jiwa bagi
memanfaatkan menyebutkan : obat, nama, warna, dosis, cara, efek kesembuhan klien dalam mengontrol
obat dengan Manfaat minum terapi, dan efek samping penggunaan perasaannya dan berkeinginan untuk
baik. obat. obat. berobat secara kontinu serta klien
Kerugian tidak 2. Pantau klien saat penggunaan obat. sendiri dapat mengatur sendiri obat-
minum obat. 3. Beri pujian jika klien menggunakan obat yang harus diminum disamping
Nama, warna, obat dengan benar. diperlukan juga peran keluarga
dosis, efek terapi 4. Diskusikan akibat berhenti minum obat sebagai pendamping dalam minum
dan efek samping tanpa konsultasi dengan dokter. obat.
obat. 5. Anjurkan klien untuk konsultasi
5.2 Setelah … x kepada dokter/ perawat jika terjadi
interaksi klien hal-hal yang tidak diinginkan.
mendemonstrasikan
penggunaan obat
dengan benar.
5.3 Setelah … x
interaksi klien
menyebutkan akibat
berhenti minum
obat tanpa
konsultasi dokter.
5. Implementasi Berdasarkan SP
Pasien Keluarga
SP 1: SP 1:
1. Mengidentifikasi halusinasi 1. Mengidentifikasi masalah klg
meliputi jenis, isi, waktu dlm mearawat pasien
terjadi, frekuensi, respon, 2. Menjelaskan proses terjadinya hal
pencetus terjadinya halusinasi 3. Cara merawat
2. Mengajarkan cara 4. Bermai peran cara merawat
mengontrol dengan Jadwal kegiatan
menghardik
3. Membuat jadwal kegiatan
SP 2: SP 2:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. Evaluasi SP 1
2. Mengajarkan cara mengontrol
dengan minum obat sesuai 2. Latihan keluarga merawat pasien
prinsip 6 benar jadwal
3. Membuat ke dalam jadwal
kegiatan
SP 3: SP 3:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. Evaluasi sp 2
2. Mengajarkan cara 2. latih keluarga merawat pasien
mengontrol dengan 3. evaluasi kemampuan keluarga
bercakap-cakap 4. evaluasi kemampuan pasien
3. Membuat ke dalam jadwal 5. RTL keluarga (follow up, rujukan)
kegiatan
SP 4: SP 4:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
2. Mengaarkan cara
mengontrol dengan
melakukan kegiatan
3. Membuat ke dalam jadwal
kegiatan
6. Evalusasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dibagi dua yaitu, evaluasi
proses atau formatif yang dilakukan setiap selesai melakukan tindakan,
evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan
antara respon klien dan tujuan khsus serta umum yang telah ditentukan
(Direja, 2011).
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP
sebagai pola pikir:
S: Respon subyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Dapat dilakukan dengan menanyakan langsung
kepada klien tentang tindakan yang telah dilakukan.
O: Respon obyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan. Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku klien
pada saat tindakan dilakukan, atau menanyakan kembali apa yang
telah dilaksanakan atau memberi umpan balik sesuai dengan hasil
observasi.
A: Analisis ulang atas data subyektif dan obyektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masaah
baru atau ada data kontra indikasi dengan masalah yang ada,
dapat juga membandingkan hasil dengan tujuan.
P: Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada
respon klien yang terdiri dari tindak lanjut klien dan perawat.
Pada klien dengan gangguan persepsi sensori: Halusinasi, evaluasi
keperawatan yang diharapkan sebagai berikut:
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
2) Klien dapat mengenal halusinasinya
3) Klien dapat mengontrol halusinasinya
4) Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol
halusinasinya
5) Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
DAFTRAR PUSTAKA
Surya Direja, Ade Herman. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta : Nuha Medika.
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn. D
DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN GANGGUAN PERSEPSI
SENSORI HALUSINASI DI RUANG SANDAT RUMAH SAKIT JIWA
PROVINSI BALI TANGGAL 4-9 JANUARI 2021
Kasus
Seorang laki-laki usia 40 tahun dirawat di RSJ sejak seminggu yang lalu
karena sering berbicara sendiri sejak istrinya meninggal. Hasil pengkajian
didapatkan data bahwa klien tampak berbicara sendiri, senyum sendiri dan
sering memiringkan telinga kearah suara serta tidak mau berinteraksi dengan
orang lain.
IDENTITAS KLIEN
Pekerjaan : Wiraswasta
JenisKel. : Laki-Laki
No RM : 610492
ALASAN MASUK
a. Data Primer
Keluarga pasien mengatakan sebelum masuk RSJ, pasien sering berbicara
sendiri, tersenyum sendiri dan kerap kali memiringkan telinga ke arah
suara dan tidak mau berinteraksi.
b. Data Sekunder
Pasien terlihat tampak berbicara sendiri, kerap tersenyum sendiri dan
sering memiringkan telinga ke arah serta tidak mau di ajak berinteraksi.
b. Faktor presipitasi
FAKTOR PREDISPOSISI
Ya √ Tidak
2. a. Penah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang)
Ya √ Tidak
Penyalahgunaan psikotropika √
Tidak
c. Riwayat trauma
1. Aniaya fisik - - - -
2. Aniaya seksual - - - -
3. Penolakan - - - -
4. Kekerasan dalam - - - -
keluarga
5. Tindakan kriminal - - - -
Penjelasan: -
Masalah/Diagnosa keperawatan : -
Kalau ada :
Hubungan keluarga :-
Gejala :-
Riwayat pengobatan :-
PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal : 21 Oktober 2020
1. Keadaan umum : Composmentis
2. Tanda vital :
TD : 120/70 mmHg
N : 80x/m
S : 36,20 C
3. Ukur : BB: 70kg TB : 173 cm
(✓) Turun
( ) Naik
4. Keluhan Nyeri:
( ) Nyeri : Ringan (1,2,3),Sedang(4,5,6), Berat terkontrol (7 8 9),
Berat tidak terkontrol (10) (Standar JCI)
Ya :
P=
Q=
R=
S=
T=
Tidak
( ) Keluhan lain
( ) Tidak ada keluhan
Jelaskan:-
Masalah / DiagnosaKeperawatan : -
1. Genogram :
Keterangan gambar :
Laki-laki :
Perempuan :
Pasien :
Perkawinan :
Keturunan :
Meninggal dunia:
Tinggal serumah:
Penjelasan : Pasien tinggal terpisah dengan orang tua dan kakak pasien.
Pasien merupakan anak ke-2 dari 2 bersaudara. Pasien memiliki 2 anak
laki-laki, anak pertama berumur 20 tahun dan anak ke-2 berumur 18
tahun.
2. Konsep Diri
a. Citra Tubuh
Saat ditanya citra diri (persepsi klien terhadap tubuhnya adalah bagian
tubuh yang disukai dan tidak disukai), pasien mengatakan menyukai
seluruh anggota tubuhnya.
b. Identitas
c. Peran Diri
Saat ditanya mengenai peran diri (tugas dalam keluarga), pasien
mengatakan mempunyai tanggung jawab sebagai kepala keluarga.
d. Ideal Diri
e. Harga Diri
Saat ditanya mengenai harga diri (penilaian orang lain terhadap dirinya)
Pasien mengatakan merasa sedih karena tidak dapat menjalankan perannya
sebagai ayah dan seorang suami.
1. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti/terdekat:
Saat ditanya orang yang berarti (tempat mengadu, bercerita), pasien
mengatakan Orang yang berarti dan paling dekat dengan pasien adalah
istrinya, namun sekarang istrinya sudah meninggal
2. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan percaya dengan adanya Sang Hyang Widhi dan
agama yang dianut pasien adalah agama Hindu. Namu saat kehilangan
istrinya, pasien tidak percaya dengan adanya Sang Hyang Widhi.
b. Kegiatan ibadah
Pasien mengatakan sering sembahyang dan datang ke pura setiap ada
upacara agama. Namun sejak istri pasien meninggal pasien jarang
melakukan sembahyang.
STATUS MENTAL
1. Penampilan
Tidak rapi
Penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak sesuai fungsinya
2. Pembicaraan
Cepat
Keras
Gagap
Apatis
Lambat
Membisu
Tidak mampu memulai pembicaraan
Lain-lain
3. Aktifitas Motorik/Psikomotor
Kelambatan :
Hipokinesia, hipoaktifitas
Katalepsi
Sub stupor katatonik
Fleksibilitasserea
Jelaskan : -
Peningkatan :
Hiperkinesia, hiperaktifitas
Gagap
Stereotipi
Gaduh gelisah katatonik
Mannarism
Katapleksi
Tik
Ekhopraxia
Command automatism
Grimace
Otomatisma
Negativisme
Reaksikonversi
Tremor
Verbigerasi
Berjalan kaku/rigid
Kompulsif : sebutkan
Jelaskan: -
Masalah / Diagnosa Keperawatan : -
b. Emosi
Merasa Kesepian
Apatis
Marah
Anhedonia
Eforia
Cemas (ringan, sedang, berat, panic)
Sedih
Depresi
Keinginan Bunuh Diri
Jelaskan: Saat dilakukan pengkajian, pasien terlihat kesepian sejah
ditinggal istrinya
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah
6. Pesepsi – Sensorik
Pertanyaan pada pasien :
- Apakah ada sering mendengar suara saat tidak ada orang atau saat
tidak ada orang yang berbicara?
- ATAU : Apakah anda mendengar suara orang yang tidak dapat anda
lihat.
- Jika : ‘ya”
- Apakah itu benar suara yang datang dari luar kepala anda atau dalam
pikiran anda.
- Apa yang dikatakan oleh suara itu?
- Berikan contohnya, apa yang anda dengar hari ini atau kemarin
Halusinasi
Pendengaran
Penglihatan
Perabaan
Pengecapan
Penciuman
Kinestetik
Visceral
Histerik
Hipnogogik
Hipnopompik
Perintah
Seksual
Ilusi
Ada
Tidak ada
Depersonalisasi
Ada
Tidak ada
Derealisasi
Ada
Tidak ada
Jelaskan: -
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Halusinasi pendengaran
7. Proses Pikir
Pertanyaan :
a. Pernahkah anda percaya bahwa seseorang atau suatu kekuatan di luar
anda memasukkan buah pikiran yang bukan milik anda ke dalam
pikiran anda, atau menyebabkan anda bertindak tidak seperti biasanya
?
b. Pernahkah anda percaya bahwa anda sedang dikirimi pesan khusus
melalui TV, radio atau Koran, atau bahwa ada seseorang yang tidak
anda kenal secara pribadi tertarik pada anda ?
c. Pernahkah anda percaya bahwa seseorang sedang membaca pikiran
anda atau bisa mendengar pikiran anda atau bahkan anda bisa
membaca dan mendengar yang sedang dipikirkan oleh orang lain ?
d. Pernahkah anda percaya bahwa seseorang sedang memata matai anda,
atau seseorang telah berkomplot melawan anda atau mencederai anda ?
e. Apakah keluarga atau teman anda pernah menganggap keyakinan anda
aneh atau tidak lazim ?
Arus Pikir
Koheren
Inkoheren
Sirkumtansial
Neologisme
Tangensial
Logorea
Kehilangan asosiasi
Bicara lambat
Flight of idea
Bicara cepat
Irrelevansi
Min kata – kata
Blocking
Pengulangan Pembicaraan/perseverasi
Afasia
Asosiasi bunyi
Jelaskan: Pasien berbicara cepat
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah
Isi Pikir
Obsesif
Ekstasi
Fantasi
Alienasi
Pikiran Bunuh Diri
Preokupasi
Pikiran Isolasi Sosial
Ide yang terkait
Pikiran Rendah diri
Pesimisme
Pikiran magis
Pikiran curiga
Fobia, sebutkan
Waham:
Agama
Somatik/hipokondria
Kebesaran
Kejar/curiga
Nihilistik
Dosa
Sisip pikir
Siar pikir
Kontrol pikir
Jelaskan: Pasien tidak mau berinteraksi dengan orang lain
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah
Gangguan proses pikir :
Lain-lain, jelaskan
8. Kesadaran
Menurun :
Composmentis
Sopor
Apatis/sedasi
Subkoma
Somnolensia
Koma
Meninggi
Hipnosa
Disosiasi
Gangguan perhatian
Jelaskan: -
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah
9. Orientasi
Waktu
Tempat
Orang
Jelaskan: Pasien menyadari bahwa dirinya berada di RSJ, pasien
mampu menginggat nama temennya di RSJ yang sudah di ajak
berkenalan.
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah
10. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang ( > 1 bulan )
Gangguan daya ingat jangka pendek ( 1 hari - 1 bulan )
Gangguan daya ingat saat ini ( < 24 jam )
Amnesia
Paramnesia
Konfabulasi
Dejavu
Jamaisvu
Fause reconnaissance
Hiperamnesia
Jelaskan: Pasien mengatakan memori ingatannya masih baik tidak ada
gangguan ingatan dalam jangka panjang dan pendek untuk saat ini.
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah
11. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Mudah beralih
Tidak mampu berkonsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan: Pasien tidak mampu berkonsentrasi saat berhitung maupun
berinteraksi.
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah
2. BAB/BAK
Mandiri
Bantuan Minimal
Bantuan total
Jelaskan: Pasien BAB 1x/hr, BAK 5x/hr, secara mandiri.
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah.
3. Mandi
Mandiri
Bantuan Minimal
Bantuan total
4. Sikat gigi
Mandiri
Bantuan Minimal
Bantuan total
5. Keramas
Mandiri
Bantuan Minimal
Bantuan total
Jelaskan: Pasien mampu melakukan mandi, sikat gigi, dan keramas secara
mandiri tanpa bantuan perawat.
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah.
6. Berpakaian/berhias
Mandiri
Bantuan Minimal
Bantuan total
Jelaskan: Pasien tidak mampu berpakaian/berias secara mandiri tanpa
bantuan perawat
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah.
8. Penggunaan obat
Bantuan Minimal
Bantuan total
Jelaskan: Bantuan obat minimal untuk membantu pasien mengontrol
halusinasi pasien.
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah.
9. Pemeliharaan kesehatan
Ya Tidak
Perawatan Lanjutan
✓
Sistem pendukung ✓
Keluarga ✓
Terapis ✓
Teman sejawat
✓
Kelompok sosial
✓
Ya Tidak
✓
Mempersiapkan makanan
Mencuci pakaian
✓
Pengaturan keuangan
✓
11. Aktifitas di luar rumah
Ya Tidak
Belanja ✓
Transportasi ✓
Lain-lain - -
MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alkhohol
Mampu menyelesaikan Reaksi lambat/berlebihan
masalah Bekerja berlebihan
Teknik relaksasi ✓ Menghindar
✓ Aktifitas konstruktif Menciderai diri
Olah raga Lain-lain
Lain-lain
ASPEK PENGETAHUAN
✓ Penyakit/gangguan jiwa
Sistem pendukung
Faktor presipitasi
Mekanisme koping
Penyakit fisik
Obat-obatan
Lain-lain, jelaskan
Jelaskan: Pasien mengatakan dia tidak mengerti tentang penyakitnya dan
tidak tahu bahwa dirinya sedang mengalami gangguan jiawa halusinasi.
ASPEK MEDIS
Diagnosis medik : Skizofrenia
Terapi medik :
Phenytoin 2 x 100 mg
Clorilrx 2/3 x 100 mg
Asam folat 1 x 1 mg
Haldol ½ x 5 mg
ANALISA DATA
POHON MASALAH
JIWA
Ruangan : Sandat
RM No : 610492
Cemas. tersebut.
06/01/21 1 Gangguan persepsi Klien : Melakukan SP1P Gangguan persepsi sensori; S : klien belum mampu mengontrol
sensori; halusinasi halusinasi pendengaran halusinasinya.
09.00 SP1P Gangguan
pendengaran
persepsi sensori; 1. Mengidentifikasi jenis halusinasi O:
halusinasi pendengaran 2. Mengidentifikasi isi halusinasi
Klien mampu menyebutkan
3. Mengidentifikasi waktu
apa yang di alami
halusinasi klien
4. Mengidentifikasi frekuensi Kontak mata kurang
halusinasi klein Kooperatif
5. Mengidentifikasi situasi yang
Klien dapat elakukan cara
dapat menimbulkan halusinasi
klien mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik
6. Mengidentifikasi respon klien
terhadapat halusinasi Klien dapat memasukkan
7. Mengajarkan klien menghardik latihan menghardi kedalam
halusinasi jadwal harian yaitu pada
8. Menganjurkan klien
memasukkan kedalam kegiatan pukul 11.00 dan 15.00
harian
A : SP1P tercapai
P:
Perawat:
Klien :
07/01/21 1 Klien : Melakukan SP2P Gangguan persepsi sensori; S : klien mengatakan masi
halusinasi pendengaran mendegar suara-suara aneh, namun
SP2P Gangguan
11.00 persepsi sensori; 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien mencoba untuk mengontrol
halusinasi pendengaran klien halusinasinya
2. Melatih klien mengendalikan halusinasi
O:
dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain Klien mampu menyebutkan
Klien kooperatif
A : SP2P tercapai
P:
Perawat :
Klien :
08/01/21 1 Klien : Melakukan SP3P Gangguan persepsi sensori; S : Klien mengatakan sudah
halusinasi pendengaran Mengevaluasi jadwal mampu melakukan kegiatan sesuai
09.00 SP3P Gangguan
kegiatan jadwal harian.
persepsi sensori;
halusinasi pendengaran 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan O:
harian klien.
Klien mampu menyebutkan
2. Melatih klien mengontrol halusinasi
kegiatan harian yaitu
dengan cara melakukan kegiatan.
mencuci tempat makan
3. Menganjurkan klien memasukkan
ke dalam jadwal kegiatan harian. Klien memasukan kegiatan
menyuci tempat makan
dalam jadwal harian klien
pada pukul 8.30
Bicara ngelantur
A : SP3P tercapai
P:
Perawat:
Klien:
09/01/21 1 Klien : Melakukan SP4P Gangguan persepsi sensori; S : Klien mengatakan sudah
halusinasi pendengaran Mengevaluasi jadwal melakukan kegiatan sesuai jadwal
11.00 SP4P Gangguan
kegiatan harian dan sudah mampu
persepsi sensori;
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan menunjukan dan menjelaskan jenis
halusinasi pendengaran
harian klien. obat yang diminumnya.
2. Memberikan pendidikan kesehatan
O:
tentang penggunaan obat secara
teratur. Klien mampu melakukan
jadwal harian yang sudah
3. Menganjurkan klen memasukkan dibuat
ke dalam jadwal kegiatan harian.
Klien memasukkan jadwal
kedalam jadwal harian
klien pada pukul 08.00,
12.00 dan 18.00
Afek sesuai
Klien kooperatif
A : SP4P tercapai
P:
Perawat :
Klien :
HALUSINASI PENDENGARAN
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
Data subjektif :
Keluarga pasien mengatakan pasien sering berbicara sendiri, tersenyum sendiri, kerap kali
memiringkan telinga kearah suara dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain.
Data objektif :
Pasien tampak berbica sendiri, tertawa sendiri tanpa sebab, memiringkan telinga ke arah
sumber suara dan pasien tidak mau berinteraksi.
2. Diagnosis Keperawatan
3. Tujuan umum :
Klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya
4. Tujuan khusus :
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
5. Tindakan Keperawatan
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi, Boleh Saya kenalan dengan Bapak? Nama Saya Ratna, Saya mahasiswa
keperawatan Stukes Wira Medika Bali. Saya sedang praktik di sini dari pukul 08.00
sampai dengan pukul 13.00 siang. Kalau boleh Saya tahu nama Bapak siapa dan senang
dipanggil dengan sebutan apa?”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Bagaimana tidurnya tadi malam? Ada keluhan
tidak?”
c. Kontrak
1) Topik
“Apakah Bapak tidak keberatan untuk ngobrol dengan saya? Menurut Bapak
sebaiknya kita ngobrol apa ya? Bagaimana kalau kita ngobrol tentang suara dan
sesuatu yang selama ini Bapak dengar dan lihat tetapi tidak tampak wujudnya?”
2) Waktu
“Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Bapak maunya berapa menit? Bagaimana
kalau 10 menit? Bisa?”
3) Tempat
“Di mana kita akan bincang-bincang ???
2. Fase Kerja
“Apakah Bapak mendengar suara tanpa ada wujudnya?”
“Apa yang dikatakan suara itu?”
“Apakah Bapak melihat sesuatu atau orang atau bayangan atau mahluk?”
“Seperti apa yang kelihatan?”
“Apakah terus-menerus terlihat dan terdengar, atau hanya sewaktu-waktu saja?”
“Kapan paling sering Bapak melihat sesuatu atau mendengar suara tersebut?”
“Berapa kali sehari Bapak mengalaminya?”
“Pada keadaan apa, apakah pada waktu sendiri?”
“Apa yang Bapak rasakan pada saat melihat sesuatu?”
“Apa yang Bapak lakukan saat melihat sesuatu?”
“Apa yang Bapak lakukan saat mendengar suara tersebut?”
“Apakah dengan cara itu suara dan bayangan tersebut hilang?”
“Bagaimana kalau kita belajar cara untuk mencegah suara-suara atau bayangan agar tidak
muncul?”
“Bapak ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul.”
“Pertama, dengan menghardik suara tersebut.”
“Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.”
“Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal.”
“Keempat, minum obat dengan teratur.”
“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik.”
“Caranya seperti ini:
a. Saat suara-suara itu muncul, langsung Bapak bilang dalam hati, “Pergi Saya tidak
mau dengar … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang
sampai suara itu tidak terdengar lagi. Coba Bapak peragakan! Nah begitu…………..
bagus! Coba lagi! Ya bagus kakak sudah bisa.”
b. Saat melihat bayangan itu muncul, langsung Bapak bilang, pergi Saya tidak mau
lihat………………. Saya tidak mau lihat. Kamu palsu. Begitu diulang-ulang sampai
bayangan itu tak terlihat lagi. Coba Bapak peragakan! Nah begitu……….. bagus!
Coba lagi! Ya bagus Bapak sudah bisa.”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan Bapak dengan obrolan kita tadi? Bapak merasa senang tidak
dengan latihan tadi?”
b. Evaluasi objektif
“Setelah kita ngobrol tadi, panjang lebar, sekarang coba Bapak simpulkan pembicaraan
kita tadi.”
“Coba sebutkan cara untuk mencegah suara dan atau bayangan itu agar tidak muncul
lagi.”
c. Rencana tindak lanjut
“Kalau bayangan dan suara-suara itu muncul lagi, silakan Bapak coba cara tersebut!
Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja latihannya?”
(Masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian klien,
Jika Bapak melakukanya secara mandiri maka Bapak menuliskan M, jika Bapak
melakukannya dibantu atau diingatkan oleh keluarga atau teman maka Bapak buat B, Jika
Bapak tidak melakukanya maka Bapak tulis T. apakah Bapak mengerti?).
d. Kontrak yang akan datang
1) Topik
“Pak, bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang caranya berbicara dengan orang
lain saat bayangan dan suara-suara itu muncul?”
2) Waktu
“Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok jam 09.30, bisa?”
3) Tempat
“Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok di mana ya? Sampai jumpa
besok.
Riset Informasi Kesehatan, Vol. 6, No. 2
Desember 2017
Pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi terhadap kemampuan mengontrol
halusinasi pada pasien skizofrenia di ruang rawat inap arjuna rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi
Abstrak
Latar Belakang: Skizofrenia adalah suatu gangguan jiwa berat yang ditandai dengan penurunan atau
ketidakmampuan berkomunikasi, gangguan realitas (halusinasi dan waham) afek tidak wajar atau tumpul,
gangguan kognitif (tidak mampu berfikir abstrak) serta mengalami kesukaran melakukan aktivitas sehari-hari.
Tujuan: penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah ada pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi
halusinasi terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien skizofrenia di ruang rawat inap Arjuna
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuntitatif dengan metode penelitian pre eksperimen dengan desain
berupa one group pre test dan post test. Sampel dipilih secara purposive sampling sebanyak 10 responden.
Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 28 Juli sampai 10 Agustus 2017. Data dikumpulkan dengan
menggunakan instrument berupa lembar wawancara dan observasi. Data dianalisis menggunakan uji statistik t-
test.
Hasil: penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata kemampuan pasien mengontrol halusinasi
sebelum dan sesudah diberikan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi dengan nilai rata-rata
(14,30) menjadi (16,30) setelah diberikan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi. Terdapat
pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi terhadap kemampuan mengontrol halusinasi
pada pasien skizofrenia di ruang rawat inap Arjuna Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi dengan p-
value=0,001 < 0,05.
Kesimpulan: ada pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi terhadap kemampuan
mengontrol halusinasi pada pasien skizofrenia.
Kata kunci : Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Halusinasi dan Kemampuan Mengontrol
Halusinasi Abstract
Background:Schizophrenia is a severe mental disorder characterized by a decrease or inability to communicate,
disruption of reality (hallucinations and abstractly) and have difficulty doing everyday activities.
Aim: This study aimed to determine is there any the effect of group activity therapy stimulation of hallucinatory
perception toward the ability to control hallucinations in schizophrenic patiens in Arjuna room psychistric
hospital Jambi province.
Method: This is a quantitative research by using pre experiment method and one group pre test and post test desaign. Samples were
10 respondents, it used purposive sampling. This study was conducted on July 28 th – August 10th 2017. The data collecting used
instrument through interview and observation. Data analyzed used t-test.
Result: The findings indicated that there is an increase in the average ability of patients to control hallucinations
before and after given group activity therapy stimulation of hallucinatory perception with average value (14,30)
become (16,30) after given group activity therapy stimulation of hallucinatory perception. There is the effect of
group activity therapy stimulation of hallucinatory perception toward the ability to control hallucinations in
schizophrenic patients in Arjuna room psychiatric hospital Jambi Province with p-value 0,001 < 0,05.
Conclusion: It cocluded there is the effect of group activity therapy stimulation of hallucinatory perception
toward the ability to control hallucibations in schizophrenic patients
Keywords : Activity Therapy Stimulation of Hallucinatory Perception and the Ability to Control Hallucinations
174
Riset Informasi Kesehatan, Vol. 6, No. 2
Desember 2017
berat dan pernah dipasung mencapai
18,2% di daerah pedesaan. Sementara
di perkotaan, proporsinya mencapai
PENDAHULUAN 10,7%. Sedangkan angka prevelensi
ketidakmampuan berkomunikasi,
gangguan realitas (halusinasi dan waham),
afek tidak wajar atau tumpul, gangguan
kognitif (tidak mampu berfikir abstrak)
serta mengalami kesukaran melakukan
aktivitas sehari-hari. Gejala-gejala
skizofrenia adalah sebagai berikut: gejala
positif (waham, halusinasi, perubahan arus
pikir, perubahan perilaku) dan gejala
negatif
(sikap masa bodoh (apatis),
Jiwa Daerah Provinsi Jambi, Stuart & Laraia dalam Yosep &
Sutini (2016) menyatakan bahwa pasien
didapatkan jumlah penderita skizofrenia di ruang dengan diagnosis medis skizofrenia
rawat inap pada Tahun 2015 sebanyak 393 sebanyak 20% mengalami
pasien, dan untuk jumlah pasien skizofrenia pada
tahun 2016 mengalami penurunan yaitu 374 halusinasi pendengaran dan penglihatan
pasien, sedangkan pada bulan Januari sampai secara bersamaan, 70% mengalami
Maret Tahun 2017 penderita skizofrenia halusinasi pendengaran,
sebanyak 133 pasien.
20% mengalami halusinasi penglihatan,
Menurut Yosep & Sutini (2016) pada dan 10% mengalami halusinasi lainnya.
pasien skizofrenia, 90 % pasien mengalami
halusinasi. Halusinasi Data pasien halusinasi yang
didapat di sebelas ruang rawat inap
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi
didapatkan bahwa pasien
175
Riset Informasi Kesehatan, Vol. 6, No. 2
Desember 2017
Menurut Stuart, Laraia
(2005) dalam Muhith (2015),
penatalaksanaan klien skizofrenia
yang mengalami halusinasi adalah
dengan pemberian obat-obatan dan
tindakan lainnya seperti terapi kejang
halusinasi pada bulan Januari – Maret listrik dan terapi aktivitas kelompok.
2017 sebanyak 950 pasien. Terapi aktivitas
176
Riset Informasi Kesehatan, Vol. 6, No. 2
Desember 2017
Peran perawat dalam
menangani halusinasi di Rumah
Sakit Jiwa antara lain melakukan
penerapan standar asuhan
keperawatan, terapi aktivitas
kelompok dan melatih
dibagi dalam beberapa sesi yang tidak
dapat dipisahkan yaitu, terapi aktivitas
kelompok stimulasi persepsi mengenal
halusinasi, terapi aktivitas kelompok
stimulasi persepsi halusinasi mengusir
atau menghardik halusinasi, terapi
aktivitas kelompok stimulasi persepsi
177
Riset Informasi Kesehatan, Vol. 6, No. 2
Desember 2017
aktivitas kelompok stimulasi persepsi
halusinasi terhadap kemampuan
mengontrol halusinasi pada pasien
skizofrenia di
178
Riset Informasi Kesehatan, Vol. 6, No. 2
Desember 2017
Halusinasi Terhadap
Kemampuan Mengontrol
179
Riset Informasi Kesehatan, Vol. 6, No. 2
Desember 2017
180
Riset Informasi Kesehatan, Vol. 6, No. 2
Desember 2017
persepsi yaitu merasakan sensasi
palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan atau
penghiduan. Menurut Yosep & Sutini
halusinasi adalah
PEMBAHASAN
terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana perawat, tampak tremor dan berkeringat,
tidak terdapat stimulus. Tipe halusinasi yang perilaku panik, agitasi dan kataton.
paling sering adalah halusinasi pendengaran,
Dampak yang dapat ditimbulkan
penglihatan, penciuman dan pengecapan. oleh pasien halusinasi adalah meniderai diri
sendiri, orang lain bahkan merusak
Menurut Damaiyanti (2014), perilaku lingkungan, hal ini dikarenakan pasien
yang terkait dengan halusinasi adalah bicara berada dibawah halusinasinya yang meminta
sendiri, senyum sendiri, menggerakkan bibir tanpa pasien melakukan hal diluar kendalinya.
suara, pergerakan mata yang cepat, respon verbal Cara
yang lambat, menarik diri dari orang lain dan
berusaha untuk menghindari orang lain. Selain itu untuk mengontrol halusinasi dinataranya
k,ien tidak dapat membedakan antara kenyataan adalah terapi aktivitas kelompok stimulasi
dan keadaan yang tidak nyata, terjadinya persepsi yang terdiri dari lima sesi yaitu
peningkatan denyut jantung, pernafasan dan mengenal halusinasi, menghardik,
tekanan darah. Perhatian dengan lingkungan yang melakukan kegiatan sehari-hari, bercakap-
kurang atau hanya beberapa detik dan cakap dan patuh minum obat.
berkonsentrasi dengan sensorinya. Curiga
bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan
181
Riset Informasi Kesehatan, Vol. 6, No. 2
Desember 2017
upaya untuk
meningkatkan
NuhaMedika.Yogyakarta.
KESIMPULAN
Halawa. (2014). Pengaruh Terapi
penelitian ini memuat kesimpulan yaitu ada Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi
pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi Sesi 1-2 Terhadap
persepsi halusinasi terhadap kemampuan
mengontrol halusinasi pada pasien skizofrenia di
ruang rawat inap Arjuna Rumah Sakit Jiwa Daerah
Provinsi Jambi dengan p-value 0,001.
182
Riset Informasi Kesehatan, Vol. 6, No. 2
Desember 2017
Kedokteran EGC.
Keliat&Akemat. (2014).
ModelPraktekKeperawatanProfes
ionalJiwa. EGC.Jakarta.
Muhith, A. (2015).
PendidikanKeperawatanJiwa. CV
PerilakuKesehatan.
RinekaCipta.Jakarta.
RekamMedikRumahSakitJiwaDaerah
Provinsi Jambi Tahun. (2017).
JumlahPenyakitSkizofrenia Di
Ruang Rawat Inap RSJD Provinsi
Jambi.
RisetKesehatanDasar. (2013).
BadanPenelitian
DanPengembanganKesehatan.