ABSTRAK
Defisit perawatan diri banyak terjadi pada pasien dengan gangguan jiwa.
Penderita gangguan jiwa dengan defisit perawatan diri di Rumah Sakit Jiwa Prof.
HB. Saanin Padang sebanyak 2.956 jiwa (28,5 %) pada tahun 2016. Tujuan
penelitian ini adalah menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan defisit perawatan diri diruangan dahlia Rumah Sakit Jiwa Prof. HB.
Saanin Padang 2017.
Desain penelitian yaitu studi kasus dalam bentuk deskriptif. Waktu penelitian
tanggal 17-26 Mei 2017 di Ruangan Dahlia RSJ Prof HB Saanin Padang. Populasi
adalah 21 orang pasien gangguan jiwa yang mengalami defisit perawatan diri dan
sampel yang diambil adalah 2 (dua) orang pasien defisit perawatan diri yang
berada di Ruang Dahlia RSJ Prof HB Saanin Padang dengan cara simple random
sampling. Instrumen yang digunakan adalah format pengkajian sampai evaluasi
keperawatan jiwa. Cara pengumpulan data dimulai dari wawancara, pengukuran,
observasi dan studi dokumentasi. Analisa yang dilakukan meliputi menganalisis
semua tahapan proses keperawatan jiwa dibandingkan dengan dan teori.
HALAMAN JUDUL
DAFTAR RIWAYAT HIDUP..........................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................iii
LEMBAR ORISINALITAS..............................................................................v
LEMBAR PERSETUJUAN..............................................................................vi
ABSTRAK..........................................................................................................vii
DAFTAR ISI.......................................................................................................viii
DAFTAR TABEL..............................................................................................x
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................6
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................7
D. Manfaat Penelitian...................................................................................8
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................60
B. Saran........................................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Lampiran 6. Surat izin penelitian di Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang
Lampiran 7. Surat telah selesai melakukan penelitian di Rumah Sakit Jiwa Prof.
HB. Saanin Padang
Lampiran 8. Daftar nama pasien Defisit Perawatan Diri di Ruang Dahlia Rumah
Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang
A. Latar Belakang
mental, spiritual, tapi tidak dapat mengendalikan stres dan tidak ingin
jiwa.
Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir, kehendak, emosi dan
tindakan, di mana individu tidak dapat menyesuaikan diri dengan orang lain
juta orang mengalami depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta orang
maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah serta memberikan dampak
pada penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia untuk
jiwa berat nasional sebesar 1,7 jiwa per mil.Sedangkan di Provinsi Sumatera
Padang, jumlah kunjungan rawat jalan, rawat inap dan kunjungan gangguan
kunjungan gangguan jiwa di RSJ Prof HB Saanin Padang dengan klien rawat
jalan laki-laki dan perempuan sebanyak 24.548 orang, kunjungan rawat inap
Data dari Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit Jiwa Prof HB Saanin Padang
pada tahun 2016, pasien dengan gangguan jiwa sebanyak 10.365 jiwa dengan
pasien rawat inap baru sebanyak 1.106 jiwa dan pasien lama sebanyak 1.174
jiwa, sedangkan pasien rawat jalan baru sebanyak 4.478 jiwa dan pasien lama
gangguan jiwa dengan defisit perawatan diri sebanyak 2.956 jiwa (28,5 %)
dan terbanyak pada tahun 2016 adalah di ruang Gelatik sebanyak 534 jiwa.
Sedangkan Maret 2017 didapatkan data pasien dengan gangguan jiwa di 6
Gangguan jiwa terbagi kedalam dua jenis yaitu gangguan jiwa ringan dan
gangguan jiwa berat. Skizofrenia merupakan salah suatu gangguan jiwa berat
keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor,
Tanda dan gejala pada pasien yang mengalami defisit perawatan diri biasanya
tampak seperti rambut kotor, gigi kotor, badan berdaki dan bau, kuku panjang
dan kotor, rambut acak-acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak
sesuai, pada pasien laki-laki tidak bercukur, pada pasien perempuan tidak
berceceran dan tidak pada tempatnya, buang air besar atau buang air kecil
tidak pada tempatnya dan tidak membersihkan diri dengan baik setelah buang
air besar atau buang air kecil (Keliat dan Akemat, 2014)
Dampak apabila defisit perawatan diri tidak ditangani, maka akan berakibat
Dampak fisik bagi dirinya sediri yaitu banyaknya gangguan kesehatan yang
pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku. Sedangkan untuk
interaksi sosial (Dermawan, 2013). Sedangkan dampak bagi orang lain dan
masyarakat.
perawat dalam penanganan masalah defisit perawatan diri di rumah sakit jiwa
diri/mandi, melatih pasien berdandan atau berhias, melatih pasien makan dan
minum secara mandiri dan mengajarkan pasien melakukan buang air besar
dan buang air kecil secara mandiri (Fitria, 2012). Untuk mengoptimalkan
pada 50 orang klien defisit perawatan diri yang diberikan strategi pelaksanaan
Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang merupakan rumah sakit tipe A
yang ada di kota padang dan merupakan salah satu Rumah Sakit Jiwa terbesar
yang ada di Sumatera Barat. Menurut pengalaman peneliti saat praktek klinik
keperawatan Jiwa II di Ruangan Dahlia Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin
diri. Hasil wawancara dengan salah satu petugas didapatkan sekitar 65%
pasien yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang
pada pasien di ruangan tersebut yaitu badan klien bau, pakaian yang tidak
rapi, makan berceceran, dan kadang buang air besar dan buang air kecil tidak
orang pasien pada bulan Maret dengan 21 orang mengalami gangguan defisit
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas maka peneliti tertarik
dengan defisit perawatan diri di Ruang Dahlia Rumah Sakit Jiwa Prof. HB.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan oleh peneliti diatas, maka
Dahlia Rumah Sakit Jiwa Prof. HB Saanin Provinsi Sumatera Barat Padang
2017 ?
C. Tujuan
Penelitian
1. Tujuan Umum
defisit perawatan diri di Ruang Dahlia Rumah Sakit Jiwa Prof. HB Saanin
2. Tujuan Khusus
1. Aplikatif
b. Peneliti
2. Pengembangan Keilmuan
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Pewatan diri adalah salah satu kemampuan manusia dalam memenuhi
2005 dalam Direja, 2011). Tarwoto dan Wartonah (2000, dalam Direja,
secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas
dan penampilan tidak rapi. Defisit perawatan diri merupakan salah satu
masalah yang timbul pada pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa
2. Rentang Respon
Menurut Dermawan (2013), adapun rentang respon defisit perawatan diri
sebagai berikut :
Adaptif Maladaptif
a. Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan mampu
untuk berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien
seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
b. Kadang perawatan diri kadang tidak: saat klien mendapatkan stresor
kadang – kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya,
c. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan
tidak bisa melakukan perawatan saat stresor.
b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah
kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual,
cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan
individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000, dalam Dermawan, 2013), faktor-faktor yang
mempengaruhi personal hygiene adalah:
1) Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik
sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
2) Praktik sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun,
pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk menyediakannya.
4) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya
pada pasien menderita diabetes melitus ia harus menjaga
kebersihan kakinya.
5) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
6) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-lain.
7) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Trauma situasional
Perasaan negatif
- Kecelakaan Perasan tidak mampu
terhadap diri
- Perceraian
sendiri
- Korban perkosaan
- Putus sekolah
Harga Diri Rendah
Faktor Predisposisi
Kemampuan Faktor Presipitasi
- Perkembangan : keluarga
melakukan aktivitas
terlalu memanjakan klien - Kurang penurunan motivasi
- Biologis : penyakit kronis menurun
- Kerusakan kognisi atau
- Kemampuan realitas menurun :
perceptual
ketidakpedulian dirinya
- Lelah/lemah yang dialami
- Sosial : kurang dukungan dan
latihan individu
Data Subyektif
Data Obyektif
Pasien mersa lemah
Malas untuk beraktivitas Rambut kotor, acak-acakan
Merasa tidak berdaya Badan dan pakaian kotor dan bau
Mulut dan gigi bau
Kulit kusam dan kotor
Kuku panjang dan tidak terawat
stress
Menghindari interaksi dengan orang lain
kesepian
8. Mekanisme Koping
Mekanisme koping pada pasien dengan defisit perawatan diri adalah
sebagai berikut:
a. Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku
kembali, seperti pada perilaku perkembangan anak atau berhubungan
dengan masalah proses informasi dan upaya untuk mengulangi ansietas
(Dermawan, 2013).
b. Penyangkalan ( Denial ), melindungi diri terhadap kenyataan yang tak
menyenangkan dengan menolak menghadapi hal itu, yang sering
dilakukan dengan cara melarikan diri seperti menjadi “sakit” atau
kesibukan lain serta tidak berani melihat dan mengakui kenyataan yang
menakutkan (Yusuf dkk, 2015).
c. Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun
psikologis, reaksi fisk yaitu individu pergi atau lari menghindar sumber
stresor, misalnya: menjauhi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain.
Reaksi psikologis individu menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi
diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan
(Dermawan, 2013).
d. Intelektualisasi, suatu bentuk penyekatan emosional karena beban
emosi dalam suatu keadaan yang menyakitkan, diputuskan, atau diubah
(distorsi) misalnya rasa sedih karena kematian orang dekat, maka
mengatakan “sudah nasibnya” atau “sekarang ia sudah tidak menderita
lagi” (Yusuf dkk, 2015)
2) Kegiatan ibadah
Biasanya kegiatan ibadah pasien tidak dilakukan
ketika pasien menglami gangguan jiwa.
h) Status mental
1) Penampilan
Biasanya penampilan pasien sangat tidak rapi, tidak
tahu cara berpakaian, dan penggunaan pakaian tidak
sesuai.
2) Cara bicara/ pembicaraan
Biasanya cara bicara pasien lambat, gagap, sering
terhenti/bloking, apatisserta tidak mampu memulai
pembicaraan.
3) Aktivitas motorik
Biasanya klien tampak lesu, gelisah, tremor dan
kompulsif.
4) Alam perasaan
Biasanya keadaan pasien tampak sedih, putus asa,
merasa tidak berdaya, rendah diri dan merasa dihina.
5) Afek
Biasanya afek pasien tampak datar, tumpul, emosi
pasien berubah-ubah, kesepian, apatis, depresi/sedih
dan cemas.
6) Interaksi selama wawancara
Biasanya respon pasien saat wawancara tidak
kooperatif, mudah tersinggung, kontak kurang serta
curiga yang menunjukan sikap atau peran tidak
percaya kepada pewawancara atau orang lain.
7) Persepsi
Biasanya pasien berhalusinasi tentang ketakutan
terhadap hal-hal kebersihan diri baik halusinasi
pendengaran, penglihatan serta halusinasi perabaan
yang membuat pasien tidak mau membersihkan diri
dan pasien mengalami depersonalisasi.
8) Proses pikir
Biasanya bentuk pikir pasien otistik, dereistik,
sirkumtansial, kadang tangensial, kehilangan asosiasi,
pembicaraan meloncat dari topik satu ke topik lainnya
dan kadang pembicaraan berhenti tiba-tiba.
i) Kebutuhan pasien pulang
1) Makan
Biasanya pasien kurang makan, cara makan pasien
terganggu serta pasien tidak memiliki kemampuan
menyiapkan dan membersihkan alat makan.
2) Berpakaian
Biasanya pasien tidak mau mengganti pakaian, tidak
bisa menggunakan pakaian yang sesuai dan tidak bisa
berdandan.
3) Mandi
Biasanya pasien jarang mandi, tidak tahu cara mandi,
tidak gosok gigi, tidak mencuci rambut, tidak
menggunting kuku, tubuh pasien tampak kusam dan
bdan pasien mengeluarkan aroma bau.
4) BAB/BAK
Biasanya pasien BAB/BAK tidak pada tempatnya
seperti di tempat tidur dan pasien tidak bisa
membersihkan WC setelah BAB/BAK.
5) Istirahat
Biasanya istirahat pasien terganggu dan tidak
melakukan aktivitas apapun setelah bangun tidur.
6) Penggunaan obat
Apabila pasien mendapat obat, biasanya pasien minum
obat tidak teratur.
3. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien
dengan defisit perawatan diri menurut Fitria (2012), adalah sebagai
berikut:
a. Defisit perawatan diri
b. Harga diri rendah
c. Isolasi sosial
4. Intervensi Keperawatan
Berdasarkan Nursing Intervention Classification & Nursing Outcome
Clsasification (2016) :
Tabel 2.1
MASALAH
NOC NIC
KEPERWATAN
Defist perawatan diri Perawatan diri : mandi Bantuan perawatan
: mandi Kriteria hasil : diri :
- Masuk dan keluar mandi/berpakaian
dari kamar mandi Definisi : membantu
- Mengambil pasien melakukan
alat/bahan mandi kebersihan diri.
- Mendapat air Aktivitaas-aktivitas :
mandi 1. Pertimbangkan
- Menyalakan keran budaya pasien saat
- Mengatur air mempromosikan
- Mengatur aliran aktivitas perawatan
air diri
- Mandi di bak cuci 2. Pertimbangkan usia
- Mandi di bak pasien saat
mandi mempromosikan
- Mandi dengan aktivitas perawatan
bersiram diri
- Mencuci wajah 3. Tentukan jumlah dan
- Mencuci badan tipe terkait bantuan
bagian atas yang diperlukan
- Mandi badan 4. Letakkan handuk,
bagian bawah sabun, deodoran, alat
- Membersihkan bercukur, dan
area perineum asesoris lain yang
- Mengeringkan diperlukan di tepi
badan tempat tidur atau
kamar mandi
5. Sediakan lingkungan
yang terapeutik
dengan memastikan
kehangatan, suasana
rileks, privasi dan
pengalaman pribadi
6. Fasilitsi pasien untuk
menggosok gigi
dengan tepat
7. Fasilitasi pasien
untuk mandi sendiri
dengan tepat
8. Monitor kebersihan
kuku, sesuai dengan
kemampuan merawat
diri pasien
9. Monitor integritas
kulit pasien
10.Jaga ritual kebersihan
11.Fasilitasi untuk
mempertahankan
rutunitas waktu tidur
pasien yang biasanya,
tanda sebelun tidur,
dan obyek yang
familiar untuk pasien
12.Dukung orangtua
atau keluarga
berpartisipasi dalam
ritual menjelang tidur
yang biasa dilakukan,
dengan tepat
13.Berikan bantuan
sampai pasien benar-
benar mampu
merawat diri secara
mandiri
Memandikan
Aktivitas-aktivitas :
- Bantu memandikan
pasien dengan
menggunakan kursi
untuk mandi, bak
tempat mandi, mandi
dengan mandiri,
dengan menggunakan
cara yang tepat atau
sesuai keinginan
pasien
- Cuci rambut sesuai
dengan kebutuhan
atau keinginan
- Mandi dengan air
yang mempunyai
suhu yang nyaman
- Bantu dalam hal
perawatan perineal
jika memang
diperlukan
- Bantu dalam hal
kebersihan
- Cukur pasien sesuai
dengan indikasi
- Tawarkan mencuci
tangan setelah
eliminasi dan sebelum
makan
- Monitor kondisi kulit
saat mandi
- Monitor fungsi
kemampuan saat
mandi
Manajemen
lingkungan
Aktivitas-aktivits :
1. Ciptakan lingkungan
yang aman bagi
pasien
2. Lindungi pasien
dengan pegangan
pada sisi/bantalan
disisi ruangan yang
sesuai
3. Dampingi pasien
selama tidak ada
perawatan bangsal
4. Sediakan tempat tidur
dengan ketinggian
yang rendah
5. Letakkan benda yang
sering digunakan
dalam jangkauan
pasien
6. Sediakan tempat tidur
dan lingkungan yang
bersih dan nyaman
7. Sediakan linen dan
pakaian dalam dengan
kondisi baik
8. Singkirkan bahan-
bahan yang
dipergunakan selama
penggantian pakaian
dan eliminasi, serta
bau apapun yang
tersisa, sebelum
kunjungan dan waktu
makan
SP 1 pasien :
1) Identifikasi masalah perawatan diri : kebersihan diri, berdandan,
makan/minum, BAB/BAK.
2) Jelaskan pentingnya kebersihan diri.
3) Jelaskan cara dan alat kebersihan diri.
4) Latih cara menjaga kebersihan diri : mandi dan ganti pakaian, sikat
gigi, cuci rambut, potong kuku.
5) Masukkan pada jadwal kegiatan harian untuk latihan mandi, sikat
gigi (2 kali per hari), cuci rambut ( 2 kali per minggu), potong kuku
(satu kali per minggu).
SP 2 pasien :
1) Evaluasi kegiatan kebersihan diri. Beri pujian.
2) Jelaskan cara dan alat untuk berdandan.
3) Latih cara berdandan setelah kebersihan diri : sisiran, rias muka untuk
perempuan; sisiran, cukuran untuk pria.
4) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan diri dan berdandan.
SP 3 pasien :
1) Evaluasi kegiatan kebersihan diri dan berdandan. Beri pujian.
2) Jelaskan cara dan alat makan dan minum.
3) Latih cara dan alat makan dan minum.
4) Latih cara makan dan minum yang baik.
5) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan kebersihan diri,
berdandan, makan dan minum yang baik.
SP 4 pasien :
1) Evaluasi kegiatan kebersihan diri, berdandan, makan dan minum.
Beri pujian.
2) Jelaskan cara buang air besar dan buang air kecil yang baik.
3) Latih buang air besar dan buang air kecil yang baik.
4) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan kebersihan diri,
berdandan, makan dan minum serta buang air besar dan buang air
kecil.
B. Tindakan keperawatan pada keluarga
SP 1 keluarga :
1) Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien.
2) Jelaskan pengertian, tanda dan gejala dan proses terjadinya defisit
perawatan diri (gunakan booklet).
3) Jelaskan cara merawat defisit perawatan diri.
4) Latih cara merawat : kebersihan diri.
5) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan pujian.
SP 2 keluarga :
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih pasien
kebersihan diri. Beri pujian.
2) Bimbing keluarga membantu pasien berdandan.
3) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian.
SP 3 keluarga :
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih pasien
kebersihan diri dan berdandan. Beri pujian.
2) Bimbing keluarga membantu makan dan minum pasien.
3) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan berikan pujian.
SP 4 keluarga :
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih pasien
kebersihan diri, berdandan, makan dan minum. Beri pujian.
2) Bimbing keluarga merawat buang air besar dan buang air kecil
pasien.
3) Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh, rujukan.
5. Implementasi
Implementasi tindakan keoerawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan,
perawat perlu memvalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan
masih sesuai dan dibutuhkan oleh pasien saat ini. Semua tindakan yang
telah dilaksanakan beserta respons pasien didokumentasikan (Prabowo,
2014).
6. Evaluasi
Menurut Direja (2011), evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk
menilai efek dari tindakan keperawatan kepada pasien. Evaluasi dapat
dibagi dua yaitu: Evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap
selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil tau sumatif yang dilakukan
dengan membandingkan antara respons pasien dan tujuan khusus serta
umum yang telah ditentukan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP,
sebagai berikut
a. S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan dapat di ukur dengan menanyakan kepada pasien
langsung.
b. O : Respon objektif pasien terhadap tinddakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku pasien
pada saat tindakan dilakukan.
c. A : Analisis ulang atas data subjektif data subjektif dan objektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru
atau ada data yang kontradiksi dengan masalah yang ada .
d. P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada
respon pasien yang terdiri dari tindakan lanjut pasien dan tindakan
lanjut oleh perawat.
Rencana tindakan lanjut dapat berupa:
a. Rencana diteruskan jika masalah tidak berubah
b. Rencana dimodifikasi jika masalah tetap, semua tindakan sudah
dijalankan tetapi hasil belum memuaskan
c. Rencanakan dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak
belakang dengan masalah yang ad serta diagnosa lama dibatalkan
d. Rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan yang
diperlukan adalah memelihara dan mempertahankan kondisi yang
baru.
Pasien dan keluarga perlu dilibatkan dalam evaluasi aga dapat melihat
perubahan berusaha mempertahankan dan memelihara. Pada evaluasi
sangat diperlukan reinforment untuk menguatkan perubahan yang
positif. Pasien dan keluarga juga dimotivasi untuk melakukan self-
reinforcement (Prabowo, 2014).
9. Dokumentasi
Dokumentasi implementasi dan evaluasi tindakan keperawatan
hendaknya tidak dianggap hal yang sepele oleh perawat maupun
peserta didik keperawatan, dan hal ini dianjurkan menggunakan
formulir yang sama seperti dokumentasi proses keperawatan di unit
rawat jalan. Gawat darurat, rehabilitasi (Direja, 2011).
Dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan setiap tahap proses
keperawatan, karenanya dokumentasi asuhan dalam keperawatan jiwa
berupa dokumentasi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,
implementasi dan evaluasi (Dermawan, 2013).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang bertujuan
untuk menerangkan atau menggambarkan masalah penelitian yang terjadi
berdasarkan karakteristik tempat, waktu, umur, jenis kelamin, sosial,
ekonomi, pekerjaan, status perkawinan, cara hidup (pola hidup), dan lain-lain
(Hidayat, 2012).
2. Sampel
Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan
sebagai subjek penelitian melalui sampling. Sedangkan sampling adalah
proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi yang
ada (Nursalam 2015). Sampel dalam penelitian ini adalah pasien defisit
perawatan diri yang berda di Ruang Dahlia RSJ Prof HB Saanin Padang
tahun 2017. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengumpulkan
seluruh pasien gangguan defisit perawatan diri di Ruangan Dahlia yang
sudah di observasi yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh
peneliti. Setelah diobservasi didapatkan 21 orang klien yang memenuhi
kriteria, maka dilakukan cara simple random sampling atau acak sederhana
yaitu dengan menggunakan cara pengambilan lot nama-nama pasien atau
pengundian. Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah 2 (dua)
orang pasien defisit perawatan diri yang berada di Ruang Dahlia Rumah
Sakit Jiwa Prof HB Saanin Padang. Sample yang dipilih berdasarkan
kriteria sampel.
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah :
Kriteria Inklusi :
3) Klien gangguan jiwa berat yang sudah kooperatif dan sudah bisa
berkomunikasi verbal dengan cukup baik
Kriteria ekslusi :
1) Pasien yang mengalami cacat fisik yang dapat mengganggu proses
penelitian.
1. Observasi
Dalam observasi ini, peneliti mengobservasi atau melihat kondisi dari
pasien seperti keadaan umum pasien, ekspresi pasien saat berkomunikasi
dan kegiatan pasien di ruangan
2. Pengukuran
Pengukuran yaitu melakukan pemantauan kondisi pasien dengan metoda
mengukur dengan menggunakan alat ukur pemeriksaan, seperti melakukan
pengukuran tanda-tanda vital.
3. Wawancara
Peneliti melakukan wawancara dengan kedua partisipan menggunakan
format pengkajian yang telah disediakan mulai dari pengkajian identitas
sampai kepada aspek medik.
4. Dokumentasi
Peneliti melakukan pendokumentasian tindakan yang telah dilakukan.
1. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari pasien
seperti pengkajian kepada pasien, meliputi: Identitas pasien, riwayat
kesehatan pasien, pola aktifitas sehari-hari dirumah dan pemeriksaan
fisik terhadap pasien.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
langsung dari keluarga, perawat, rekam medis, dan data penunjang
(hasil labor dan diagnostik) yang ada di Ruang Dahlia Rumah Sakit
Jiwa Prof HB Saanin Padang. Data sekunder umumnya berupa bukti,
catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang
tidak dipublikasikan.
G. Rencana Analisis
Data yang ditemukan saat pengkajian dikelompokan dan dianalisis
berdasarkan data subjektif dan objektif, sehingga dapat dirumuskan diagnosa
keperawatan, kemudian menyusun rencana keperawatan dan melakukan
implementasi serta evaluasi keperawatan dengan cara dinarasikan. Analisis
selanjutnya membandingkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada
pasien 1 dan 2 dengan teori dan penelitian terdahulu (Nursalam, 2015).
BAB IV
A. Deskripsi Kasus
Tabel 4.1
Asuhan
Keperawatan Partisipan 1 Partisipan 2
Identitas Klien Pengkajian dilakukan oleh Pengkajian dilakukan oleh
peneliti pada tanggal 17 Mei peneliti pada tanggal 17 Mei
2017 pada pukul 11:00 WIB 2017 pada pukul 14:00 WIB
dan didapatkan identitas klien dan didapatkan identitas klien
yaitu jenis kelamin laki-laki yaitu jenis kelamin laki-laki
dengan inisial Tn. N. Partisipan dengan inisial Tn. M berusia
1 berusia 47 tahun, agama 45 tahun, agama islam dan
islam dan bertempat tinggal di bertempat tinggal di Jl.
Komp. Villa Anggrek Blok 2 Sudirman no. 125 Jawi-Jawi,
no. 26 RT. 04 RW. 13 Balai Pariaman Tangah. Klien
Gadang, Koto Tangah, Padang. dirawat sejak tanggal 2 februari
Klien dirawat sejak tanggal 24 2017.
april 2017.
Alasan Masuk Partisipan 1 masuk Rumah Partisipan 2 masuk Rumah
Sakit Jiwa karena klien gelisah, Sakit Jiwa karena klien
marah-marah tanpa sebab, mengamuk di RSM Regina
emosi labil, mudah Eye Center, memecah kaca,
tersinggung, meninju-ninju melempar mobil, marah-marah
dinding dan adanya perasaan tanpa sebab, emosi labil,
curiga. Klien mengatakan bicara-bicara sendiri, baju
bertengkar dengan kakaknya. barlapis-lapis, bau dan kumal.
Keluhan Pada saat dilakukan pengkajian Pada saat dilakukan pengkajian
Utama pada tanggal 17 Mei 2017, tanggal 17 Mei 2017,
partisipan 1 mengatakan lebih partisipan 2 mengatakan ada
suka sendiri dan tidur-tiduran suara-suara yang menyuruhnya
di kamar. Partisipan 1 untuk tidak melakukan
mengatakan malu, dan tidak aktivitas, merasa tidak mampu
memiliki kemampuan untuk melakukan aktivitas. Partisipan
melakukan aktivitas. Tatapan 2 tampak mondar-mandir dan
masih tajam, sering bicara sendiri, menundukkan
mengepalkan tangannya, masih kepala. Mulut bau, pakaian
mencurigai orang lain. tidak rapi, terdapat penyakit
Penampilan partisipan 1 kulit di seluruh tubuhnya,
tampak tidak rapi, kuku pendek tampak menggaruk-garuk
tapi kotor, sesekali tampak tubuhnya. Pada saat makan
menggaruk-garuk kaki dan tampak masih berserakan.
tangannya, dan saat makan
masih berserakan dan mulut
bau.
Faktor Partisipan 1 mengatakan sudah Partisipan 2 mengatakan
Predisposisi mengalami sakit sejak tahun sebelumnya belum pernah
2004 dan sekarang dirawat dirawat. Klien menderita
untuk yang ketiga kalinya, penyakit ini sejak tahun 2012.
dirawat terakhir kali pada Partisipan 2 tidak pernah
tahun 2006. Partisipan 1 mengalami aniaya fisik,
menggelandang ± 3 bulan kekerasan seksual, tindakan
ini dan kadang pulang ke kriminal serta penolakan baik
rumah kakaknya. dalam keluarga maupun
Partisipan 1 sebelumnya sudah lingkungan sekitar.
pernah dirawat di Rumah Sakit Partisipan 2 mengatakan tidak
Jiwa Prof. HB. Saanin Padang. ada anggota keluarga yang
Namun sejak pulang dari menderita gangguan jiwa dan
rawatan partisipan 1 tidak tidak ada keluarga yang
pernah minum obat. memiliki riwayat gangguan
Partisipan 1 mengatakan tidak jiwa serta tidak ada memiliki
ada anggota keluarga yang pengalaman masa lalu yang
menderita gangguan jiwa dan tidak menyenangkan.
tidak ada keluarga yang
memiliki riwayat gangguan
jiwa. Partisipan 1 pernah
sebelumnya melakukan
kekerasan kepada anggota
keluarganya yaitu bertengkar
dengan kakaknya. Tidak
pernah mengalami aniaya fisik,
seksual, penolakan serta
tindakan kriminal baik dalam
keluarga maupun lingkungan
sekitar. Partisipan 1
mengatakan tidak pernah
memiliki pengalaman masa
lalu yang tidak menyenangkan.
Pemeriksaan Pada saat dilakukan Pada saat dilakukan
Fisik pemeriksaan fisik pada pemeriksaan fisik pada
partisipan 1 didapatkan TD : partisipan 2 didapatkan data
120/80 mmHg, Nadi : 84 x/i, TD : 130/70 mmHg, Nadi : 89
Pernafasan : 21 x/i, Suhu : 36,7 x/i, Pernafasan : 19 x/i, Suhu :
o
C. Partisipan 1 mengatakan 37 oC. Partisipan 2 mengatakan
tidak ada mengalami keluhan badan terasa lemah, mengeluh
fisik pada tubuhnya. Tampak kulitnya gatal-gatal, menderita
klien menggaruk tangan dan penyakit kulit pada kepala,
kakinya. Gigi klien terlihat tangan, kaki dan badan.
kotor.
Psikososial
a. Genogram Pada pengkajian psikososial, Pengkajian psikososial
partisipan 1 mengatakan partisipan 2 didapatkan
orangtuanya sudah meninggal partisipan 2 merupakan anak
dunia dan dia tinggal dengan ke 2 dari 3 bersaudara dan
kakaknya. Tn. N merupakan mengatakan dirinya belum
anak kelima dari 5 bersaudara. menikah. Partisipan 2
Terkadang Tn. N sering mengatakan tidak memiliki
bertengkar dengan kakaknya, tempat tinggal dikarenakan
b. Konsep diri mengambil keputusan sendiri kedua orantuanya telah
dan kabur dari rumah meninggal dunia. Didalam
kakaknya. keluarga yang sering
mengambil keputusan adalah
ayahnya sebelum ayahnya
Pengkajian kensep diri pada meninggal.
partisipan 1 didapatkan Pada pengkajian pola konsep
c. Hubungan partisipan 1 mengatakan diri didapatkan Partisipan 2
Sosial dirinya seorang laki-laki dan mengatakan tidak ada anggota
menyukai seluruh bagian tubuh yang partisipan 2 tidak
tubuhnya serta menyadari sukai. Partisipan 2 menyadari
perannya sebagai seorang ayah dirinya sebagai seorang laki-
dari anak-anaknya dan suami laki, tinggal di jalanan dan
dari istrinya serta mengatakan tidak punya keluarga.
d. Spiritual dirinya dihargai keluarganya, Partisipan 2 tidak ada berperan
pada saat ini partisipan 1 ingin di masyarakat. Partisipan 2
cepat sembuh dan ingin ingin sembuh dan pulang
pulang. kerumah sendiri. Partisipan 2
Partisipan 1 mengatakan mengatakan masih bisa
biasanya dekat dengan anak- melakukan kegiatan-kegiatan
anak, istri, kakak dan dan mencari pekerjaan.
orangtuanya. Partisipan 1 Pada pengkajian pola
tinggal dengan kakaknya. hubungan sosial, Partisipan 2
Tidak ada hambatan dalam mengatakan tidak memiliki
berhubungan dengan orang lain orang terdekat, tidak memiliki
disekitarnya. Partisipan 1 tidak peran di dalam masyarakat.
ada berperan serta dalam Partisipan 2 mengatakan tidak
kegiatan kelompok atau ada orang-orang yang mau
masyarakat sejak sakit. menerima keberadaannya.
Semenjak dirawat partisipan 1
mengatakan jarang melakukan Pada pengkajian pola spiritual
ibadah seperti shalat dan didapatkan partisipan 2
berzikir namun Tn. N mengatakan beragama islam.
menjunjung tinggi dan Tapi partisipan 2 mengatakan
mengatakan beragama islam tidak perlu beribadah karena
tidak akan diterima.
Status Mental
a. Penampilan Pada saat dilakukan pengkajian Saat dilakukan pengkajian
partisipan 1 berpenampilan partisipan 2 tampak
tidak rapi, kuku pendek tapi berpenampilan tidak rapi, kuku
kotor dan badan bau. agak panjang dan kotor, badan
b. Pembicaraa bau dan terdapat penyakit kulit
n Pada saat wawancara pada kaki, tangan, badan dan
partisipan 1 tidak mampu kepala.
memulai pembicaraan dengan Pada saat wawancara
lawan bicara. Partisipan 1 partisipan 2 cukup kooperatf
c. Aktivitas cukup kooperatif namun nada namun tidak mampu memulai
Motorik bicara lambat dan pelan. pembicaraan. Nada bicara
Partisipan 1 tampak gelisah, lambat dan pelan. Tampak
d. Alam sering terlihat mondar-mandir jarang berbicara dengan pasien
Perasaan di ruangan. lain.
Partisipan 1 mengatakan sedih Partisipan 2 tampak tegang,
karena jauh dari keluarganya jalan mondar-mandir dan
dan khawatir terhadap apabila sering berdiam diri di tempat
e. Afek terjadi sesuatu pada dirinya tidurnya.
namun kekhawatirannya masih Partisipan 2 mengatakan
f. Interaksi bisa dikontrol. perasaannya biasa-biasa saja,
selama Pada saat dilakukan tidak ada yang perlu
wawancara wawancara partisipan 1 tampak dikhawatirkan.
labil.
Pada saat dilakukan
g. Persepsi wawancara dan interaksi Pada saat dilakukan
partisipan 1 sering diam dan wawancara partisipan 2
mudah tersinggung. Partisipan afeknya labil, kadang tampak
menyuruh untuk wawancara tenang.
h. Proses Pikir dengan pasien lain. Selama poses interaksi
Partisipan 1 mengatakan tidak partisipan 2 menjawab
ada melihat atau mendengar pertanyaan dengan suara yang
bayangan atau yang tidak pelan serta kontak mata yang
i. Isi Pikir nyata. kurang. Namun partisipan 2
tidak menunjukan sikap tidak
percaya pada orang.
j. Tingkat Ketika diajak wawancara Partisipan 2 bingung, bicara
Kesadaran partisipan 1 menjawab ngawur, bicara-bicara sendiri,
pertanyaan dengan berbelit- mondar-mandir di ruangan.
belit dan terkadang tidak Saat ditanya halusinasinya
nyambung dengan pertanyaan partisipan 2 membantahnya
k. Memori tapi bisa sampai pada tujuan dan mengatakan tidak ada
bahasan. mendengar suara-suara.
Partisipan 1 terus bertanya Ketika dilakukan wawancara
l. Tingkat kapan dia akan pulang. partisipan 2 menjawab
konsentrasi Partisipan 1 tidak mengalami pertanyaan dengan berbelit-
dan dipersonalisasi pikiran magis belit tapi bisa sampai pada
berhitung ataupun waham. tujuan pembicaraan
m. Partisipan 1 mengetahui
n. Kemampua namanya, waktu dan tempat Partisipan 2 terus bertanya
n Penilaian tetapi tampak sering bingung kapan pulang, partisipan 2 juga
saat wawancara. terus mengatakan ia ingin
bekerja dan meiliki banyak
o. Daya tarik uang.
diri Pada saat pengkajian partisipan Partisipan 2 mengetahui nama,
1 mengatakan tidak ingat tempat dan waktu pada saat
kejadian lebih dari 1 tahun dilakukan wawancara, namun
yang lalu. sesekali tampak bingung
dengan pertanyaan yang baru
Partisipan 1 tidak mampu pertama kali didengarnya.
berkonsentrasi pada saat Pengkajian memori, partisipan
wawancara sering mengalihkan 2 mengatakan tidak mampu
pembicaraan. menceritakan tentang
pengalaman-pengalaman masa
lalunya.
Partisipan 1 mampu memilih Pada saat dilakukan
dan mengambil keputusan wawancara partisipan 2 tidak
yang sederhana ketika mampu berkonsentrasi, asik
diberikan sedikit bantuan dengan kesibukannya dan
misalnya partisipan 1 mampu cenderung meninggalkan
memilih akan mandi dahulu perawat saat berinteraksi.
baru makan. Partisipan 2 mampu memilih
Partisipan 1 mengatakan salah satu dari dua pilihan yang
kurang menyadari tentang diajukan. Partisipan 2 memilih
perubahan fisik pada dirinya untuk keluar dari proses
namun tidak menyalahkan bercakap-cakap.
orang lain atas apa yang terjadi
pada dirinya. Partisipan 2 mengatakan
menerima bahwa dirinya
sedang sakit dan butuh
perawatan.
Kebutuhan
Pasien Pulang
a. Makan Partisipan 1 makan 3x sehari Partisipan 2 makan 3x sehari
dengan nasi, lauk pauk dan dengan nasi, lauk pauk dan
sayuran tanpa ada pantangan sayuran dan ada pantangan
b. BAB/BAK atau alergi. Setelah makan Tn. atau alergi yaitu ikan tongkol
N membereskan alat dan kacang tanah/kedelai.
makannya. Partisipan 2 BAB/BAK secara
c. Mandi Partisipan 1 mampu mandiri pada tempatnya dan
BAB/BAK pada tempatnya membersihkan kamar mandi
dan selalu disiram sampai (wc) setelah menggunakannya.
d. Berpakaian/ bersih. Partisipan 2 mandi 2x sehari
berhias dan harus disuruh petugas,
Partisipan 1 mandi 2x sehari sikat gigi kadang ada kadang
tanpa disuruh tapi jarang tidak.
e. Istirahat/tid menggosok gigi
ur Partisipan 2 sudah bisa
Partisipan 1 sudah bisa berpakaian dengan benar tapi
berpakaian dengan benar mengganti pakaian harus
f. Pemelihara namun belum bisa disuruh petugas. Tidak bisa
an berhias/bercukur sendiri. berhias/bercukur sendiri.
kesehatan Partisipan 2 tidur siang selama
Partisipan 1 tidur dengan 1-2 jam sehari, pada malam
nyenyak di malam hari, jarang hari partisipan 2 tidur dengan
g. Kegiatan di tidur siang, sebelum tidur tidak cukup.
dalan mencuci kaki, tangan dan
rumah gosok gigi Partisipan 2 tidak pernah
h. Kegiatan/ak Partisipan 1 minum obat melakukan pengobatan baik di
tivitas di teratur dan mengatakan akan puskesmas maupun rumah
luar rumah selalu minum obat sampai sakit sebelumnya. Sekarang
dirinya sembuh. partisipan 2 mengatakan akan
minum obat secara teratur
karena ingin sembuh.
Partisipan 1 mandiri di rumah Partisipan 2 mandiri dirumah
tanpa dibantu oleh orang lain. tanpa bantuan orang lain.
Partisipan 1 tidak memiliki Partisipan 2 tidak memiliki
pekerjaan, sering berjalan pekerjaan. Partisipan 2
keluar rumah dan pulang pada menggelandang di jalanan.
malam hari.
Mekanisme Partisipan 1 mampu berbicara Partisipan 2 mengatakan tidak
Koping dan berkomunikasi dengan terbuka dengan masalah yang
orang lain, bisa menyelesaikan dimilikinya kepada orang lain
masalah sederana dengan karena tidak memiliki orang
bantuan orang lain. Tapi jika terdekat.
pusing, sering marah tanpa
sebab.
Masalah Partisipan 1 mengatakan Partisipan 2 mengatakan tidak
Psikososial didalam kelompok bisa didukung oleh kelompok, tidak
dan diterima dan tidak diasingkan, ada lingkungan yang
Lingkungan tidak ada masalah, merasa mempesulikan keberadaan
tidak pernah melakukan hal partisipan 2. Partisipan 2
yang meresahkan masyarakat, bersekolah tidak sampai tamat
hanya saja kelompok memiliki SD, tidak memiliki pekerjaan,
penilaian berbeda terhadap tidak memiliki rumah dan tidak
dirinya. Partisipan 1 hanya mampu berobat sendiri karena
bersekolah sampai SMP dan tidak ada keluarga yang
tidak melanjutkan ke jenjang mendukung dalam program
berikutnya. Partisipan 1 tidak pengobatan.
memiliki pekerjaan, tinggal
dengan kakaknya dan tidak ada
masalah dengan pelayanan
kesehatan.
Pengetahuan Partisipan 1 mengatakan tahu Partisipan 2 mengatakan
kondisinya saat ini dan klien kurang mengetahui tentang
belum bisa benar-benar penyakitnya tetapi dia berharap
mengontrol emosinya. dapat sembuh dari proses
pengobatannya dan dapat
mencari pekerjaan.
Aspek Medik Partisipan 1 didiagnosa Partisipan 2 didiagnosa
Skizofrenia dengan terapi skizofrenia ytt dengan terapi
medik Risperidon : 2x1 mg, medik risperidon 2 mg,
Lorazepam : 1x2 mg, Fe lorazepam 1x2 mg dan
: 2x1 mg, As. Folat : 2x1 mg. ketokonazole 1x200 mg.
Perumusan Dari data hasil pengkajian dan Dari data hasil pengkajian dan
masalah observasi diatas ditemukan observasi diatas ditemukan
keperawatan diagnosa keperawatan yang diagnosa keperawatan yang
muncul sesuai dengan prioritas muncul sesuai dengan prioritas
yaitu defisit perawatan diri, yaitu defisit perawatan diri,
harga diri rendah dan resiko harga diri rendah dan
perilaku kekerasan. halusinasi.
Intervensi Diagnosa keperawatan prioritas Diagnosa keperawatan prioritas
Keperawaan pertama yang diambil adalah pertama yang diambil adalah
defisit perawatan diri. Strategi defisit perawatan diri. Strategi
pelaksanaan tindakan pelaksanaan tindakan
keperawatan yang akan keperawatan yang akan
dilakukan pada pasien yaitu dilakukan pada pasien yaitu
sebagai berikut : sebagai berikut :
1. Mengajarkan pasien 1. Mengajarkan pasien
tentang membersihkan tentang membersihkan
diri dengan cara mandi diri dengan cara mandi
dengan benar. dengan benar
2. Mengajarkan pasien 2. Mengajarkan pasien
cara berhias dan cara berhias dan
berdandan/bercukur. berdandan/bercukur.
3. Mengajarkan pasien 3. Mengajarkan pasien
cara makan dan minum cara makan dan minum
dengan baik. dengan baik.
4. Mengajarkan pasien 4. Mengajarkan pasien
melakukan BAB dan melakukan BAB dan
BAK dengan baik dan BAK dengan baik dan
benar. benar.
Diagnosa keperawatan prioritas Diagnosa keperawatan prioritas
kedua adalah harga diri rendah. kedua adalah harga diri rendah.
Strategi pelaksanaan tindakan Strategi pelaksanaan tindakan
keperawatan yang akan keperawatan yang akan
dilakukan pada pasien yaitu dilakukan pada pasien yaitu
sebagai berikut : sebagai berikut :
1. Membantu pasien 1. Membantu pasien
memilih beberapa memilih beberapa
kegiatan yang dapat kegiatan yang dapat
dilakukannya, pilih dilakukannya, pilih
salah satu kegiatan salah satu kegiatan
yang dapat dilatih saat yang dapat dilatih saat
ini. ini.
2. Membantu pasien 2. Membantu pasien
memilih kegiatan memilih kegiatan
kedua, latih kegiatan kedua, latih kegiatan
kedua. kedua.
3. Membantu pasien 3. Membantu pasien
memilih kegiatan memilih kegiatan
ketiga, latih kegiatan ketiga, latih kegiatan
ketiga. ketiga.
4. Membantu pasien 4. Membantu pasien
memilih kegiatan memilih kegiatan
keempat, latih kegiatan keempat, latih kegiatan
keempat. keempat.
Diagnosa keperawatan prioritas Diagnosa keperawatan prioritas
ketiga adalah resiko perilaku ketiga adalah gangguan
kekerasan. Strategi persepsi sensori : halusinasi.
pelaksanaan yang akan Strategi pelaksanaan tindakan
dilakukan yaitu sebagai berikut keperawatan yang akan
: dilakukan pada pasien yaitu
1. Melatih pasien cara sebagai berikut :
mengontrol marah 1. Mengontrol halusinasi
dengan latihan nafas dengan cara
dalam dan pukul bantal. menghardik halusinasi.
2. Melatih pasien 6 cara 2. Mengajarkan pasien
minum obat yang cara 6 benar minum
benar. obat.
3. Mengontrol marah 3. Mengontrol halusinasi
secara verbal yaitu dengan cara bercakap-
meminta dan menolak cakap dengan orang
dengan baik. lain.
4. Mengontrol marah 4. Mengontrol halusinsi
dengan cara spiritual. dengan cara
mengajarkan pasien
melakukan kegiatan /
aktivitas sehari-hari.
Tindakan Implementasi keperawatan Implementasi keperawatan
Keperawatan disesuaikan dengan rencana disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan. tindakan keperawatan.
Implementasi tindakan Implementasi tindakan
keperawatan yang telah keperawatan yang telah
dilakukan oleh peneliti sesuai dilakukan oleh peneliti sesuai
dengan kriteria yang telah dengan kriteria yang telah
ditetapkan dengan membuat ditetapkan dengan membuat
strategi pelaksanaan tindakan strategi pelaksanaan tindakan
keperawatan pada pasien. keperawatan pada pasien.
Implementasi pada diagnosa Implementasi pada diagnosa
keperawatan defisit perawatan keperawatan defisit perawatan
diri dilakukan dari tanggal 17 diri dilakukan dari tanggal 17
Mei-20 Mei 2017. Mei-20 Mei 2017.
1. Pada pertemuan 1. Pada pertemuan
pertama sekali yang pertama sekali yang
dilakukan peneliti yaitu dilakukan peneliti yaitu
membina hubungan membina hubungan
saling percaya dan saling percaya dan
melatih partisipan 1 melatih partisipan 1
tentang membersihkan tentang membersihkan
diri dengan cara mandi diri dengan cara mandi
dengan benar. dengan benar.
2. Kedua peneliti melatih 2. Kedua peneliti melatih
pasien cara berhias dan pasien cara berhias dan
berdandan. berdandan.
3. Ketiga peneliti melatih 3. Ketiga peneliti melatih
pasien cara makan dan pasien cara makan dan
minum dengan baik. minum dengan baik.
4. Terakhir peneliti 4. Terakhir peneliti
melatih pasien cara melatih pasien cara
melakukan BAB dan melakukan BAB dan
BAK dengan baik dan BAK dengan baik dan
benar. benar.
Implementasi pada diagnosa Implementasi pada diagnosa
keperawatan prioritas kedua keperawatan prioritas kedua
yaitu harga diri rendah yang yaitu harga diri rendah yang
dilakukan dari tanggal 20 Mei- dilakukan dari tanggal 20 Mei-
23 Mei 2017 dengan 23 Mei 2017 dengan
implementasi sebagai berikut : implementasi sebagai berikut :
1. Pertama peneliti 1. Pertama peneliti lakukan
lakukan adalah adalah membina
membina hubungan hubungan saling
saling percaya. percaya. Selanjutnya
Selanjutnya membantu
membantu mengarahkan pasien
mengarahkan pasien untuk
untuk mengidentifikasikan
mengidentifikasikan aspek positif yang
aspek positif yang pasien miliki, lalu
pasien miliki, lalu menolong pasien untuk
menolong pasien menilai kegiatan yang
untuk menilai dapat pasien lakukan
kegiatan yang dapat yaitu mencuci piring.
pasien lakukan yaitu 2. Melatih kegiatan
mencuci piring. kedua yaitu
2. Melatih kegiatan merapikan tempat
kedua yaitu tidur.
merapikan tempat 3. Melatih kegiatan
tidur. ketiga yaitu menyapu
3. Melatih kegiatan ruangan.
ketiga yaitu menyapu 4. Melatih pasien
ruangan. kegitan keempat yaitu
4. Melatih pasien melipat pakaian.
kegitan keempat yaitu Peneliti juga melakukan
melipat pakaian. implementasi pada diagnosa
Peneliti juga melakukan keperawatan prioritas ketiga
implementasi pada diagnosa yaitu halusinasi yang dilakukan
keperawatan prioritas ketiga dari tanggal 23 Mei-26 Mei
yaitu resiko perilaku kekerasan 2017 dengan implementasi
yang dilakukan dari tanggal 23 sebagai berikut :
Mei-26 Mei 2017 adalah : 1. Pada pertemuan
1. Pada pertemuan pertama yang perawat
pertama peneliti lakukan yaitu membina
langsung membina hubungan saling
hubungan saling percaya dan melatih
percaya dengan pasien pasien cara menghardik
dan melatih pasien cara halusinasi.
mengontrol marah 2. Peneliti melatih pasien
dengan latihan nafas dengan cara patuh
dalam dan pukul bantal. minum obat.
2. Kedua peneliti melatih 3. Peneliti melatih pasien
pasien 6 cara minum cara mengontrol
obat yang benar. halusinasi dengan
3. Ketiga peneliti melatih bercakap-cakap dengan
pasien cara mengontrol orang lain.
marah secara verbal 4. Peneliti melatih pasien
yaitu meminta dan cara mengontrol
menolak dengan baik. halusinasi dengan
4. Dan yang terakhir melakukan aktivitas
peneliti melatih pasien sehari-hari.
cara mengontrol marah
dengan cara spiritual.
B. Pembahasan Kasus
Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan jiwa yang di lakukan pada partisipan
1 dan partisipan 2 dengan masalah defisit perawatan diri yang dilakukan sejak
tanggal 17 Mei – 26 Mei 2017 di ruangan Dahlia Rumah Sakit Jiwa Prof. HB
Saanin Padang, maka dalam bab ini penulis akan membahas kesenjangan antara
teori dan kenyataan yang diperoleh sebagai hasil pelaksanaan studi kasus. Penulis
juga akan membahas kesulitan yang di temukan dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap partisipan 1 dan partisipan 2 dengan defisit perawatan diri.
Dalam penyusunan asuhan keperawatan penulis melakukan suatu proses yang
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi
dengan uraian sebagai berikut:
1. Pengkajian Keperawatan
a. Keluhan utama
Asumsi peneliti tidak terdapat perbedaan antara teori dan praktek yang
di temukan dilapangan. Disini sudah didapatkan kesesuaian antara
kasus dengan konsep teori bahwa tanda dan gejala yang muncul atau
yang dialami oleh kedua partisipan terdapat dalam teori.
b. Faktor Predisposisi
Asumsi peneliti tidak terdapat perbedaan antara teori dan kasus yang di
temukan dilapangan. Kedua partisipan sama-sama memiliki faktor
predisposisi. Hanya saja peneliti mengemukakan bahwa terdapat
perbedaan faktor penyebab terjadinya gangguan jiwa (defisit
perawatan diri) antara partisipan 1 dan partisipan 2. Penyebab
gangguan jiwa pada partisipan 1 yaitu faktor kemampuan realitas yang
menurun dan pada partisipan 2 yaitu faktor soaial, merupakan faktor
yang memperberat gangguan jiwa pada klien terutama perawatan diri.
c. Hubungan Sosial
Penelitian yang dilakukan pada partisipan 1 didapatkan data klien
mengatakan biasanya dekat dengan anak-anak, istri, orangtua dan
kakaknya. Partisipan 1 tinggal dengan kakaknya, tidak ada hambatan
dalam berhubungan dengan orang lain disekitarnya dan klien tidak ada
berperan serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat sedangkan
pada partisipan 2 mengatakan tidak memiliki orang terdekat , tidak
memiliki peran dalam masyarakat, tidak ada orang-orang yang mau
menerima keberadaanya.
d. Status Mental
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada partisipan 1 yaitu
gangguan defisit perawatan diri, harga diri rendah dan resiko perilaku
kekerasan sedangkan pada partisipan 2 yaitu gangguan defisit perawatan
diri, harga diri rendah dan halusinasi, perawat membuat rencana
keperawatan yang terstandar dengan membuat strategi pelaksanaan
tindakan keperawatan terhadap pasien.
4. Pelaksanaan keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
Pada partisipan 1 ditemukan klien lebih suka sendiri, malu, tidak
memiliki kemampuan untuk melakukan aktivitas, tatapan tajam,
curuga terhadap orang lain, penampilan tidak rapi dan kuku kotor.
Peneliti berpendapat factor predisposisi yang menyebabkan terjadinya
gangguan jiwa (defisit perawatan diri) pada partisipan 1 karena
kemampuan realitas klien menurun dimana klien tidak mempedulikan
keadaan dirinya dan kadang klien berkeliaran dijalanan..
Pada partisipan 2 ditemukan klien sering mondar-mandir, tampak
bicara sendiri, klien mendengar suara-suara yang tak berwujud yang
mengatakan dirinya untuk tidak melakukan aktivitas, mulut bau, tidak
rapi, terdpat penyakit kulit diseluruh tubuh. Peneliti berpendapat
bahwa faktor predisposisi yang memperberat terjadinya gangguan jiwa
pada partisipan 2 adalah faktor sosial dimana tidak adanya dukungan
keluarga serta lingkungan sekitarnya untuk melakukan kebersihan diri.
3. Intervensi keperawatan
Pada perencanaan peneliti menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
yang ditemukan untuk diagnosa keperawatan jiwa hanya saja terdapat
intervensi untuk diagnosa kerusakan integritas kulit. Dalam menyusun
perencanaan keperawatan, peneliti telah membuat perencanaan sesuai
teoritis yang ada dan diharapkan dapat mengatasi masalah pasien.
Disini peneliti berusaha memprioritaskan masalah sesuai dengan
pohon masalah yang telah ada baik itu dari penyebab maupun akibat
yang muncul.
4. Implementasi keperawatan
Tahap ini tindakan keperawatan disesuaikan dengan perencanaan yang
telah peneliti susun yang didapat dari teoritis. Pelaksanaan tindakan
keperawatan yang dilakukan adalah diagnosa gangguan defisit
perawatan diri, harga diri rendah, resiko perilaku kekerasan dan
gangguan persepsi sensori : halusinasi yang dilaksanakan sampai
strategi pelaksanaan 4 sesuai dengan pelaksanaan yang telah
direncanakan serta diagnosa kerusakan integritas kulit.
5. Evaluasi
Pada evaluasi untuk masalah keperawatan, setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 10 hari, kedua partisipan mampu menjaga
kebersihan diri, melakukan kegiatan yang telah dipilih, mengontrol
marah dan mengntrol halusinasi serta peneliti telah menyampaikan
kepada perawat ruangan agar melakukan intervensi terhadap kerusakan
integritas kulit pada partisipan 2. Faktor pendukung bagi penulis dalam
mengumpulkan data dimana kedua partisipan cukup kooperatif dalam
member informasi yang dibutuhkan untuk kelengkapan data. Untuk
pendokumentasian asuhan keperawatan pada kedua partisipan, maka
penulis dapat melakukannya sesuai dengan tindakan keperawatan yang
dilakukan dan dibantu oleh perawat ruangan.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Agar dapat menambah wawasan mahasiswa dan pengalaman
mahasiswa dalam melakukan asuhan keperawatan jiwa dengan
mengaplikasikan ilmu dan teori yang diperoleh dibangku perkuliahan
khususnya pada pasien dengan gangguan defisit perawatan diri.
3. Rumah Sakit
Sebagai gambaran dalam pemberian asuhan keperawatan khususnya
pada pasien dengan gangguan defisit perawatan diri bahwa perawat
tidak hanya terfokus melakukan implementasi pada diagnosa defisit
perawatan diri saja tetapi harus memperhatikan diagnosa penyerta
seperti kerusakan integritas kulit.
DAFTAR PUSTAKA
Direja, Ade Herman surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa,
Yogyakarta : Nuha Medika.
Fitria, Nita. 2012. Prinsip dasar dan aplikasi penulisan laporan pendahuluan dan
strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (LP dan SP) untuk 7 diagnosis
keperawatan jiwa berat, Jakarta : Salemba Medika.
Hidayat, Aziz Alimul. 2012. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah Ed.
2. Jakarta : Salemba Medika.
Prabowo, Eko. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta
: Nuha Medika.
Profil Kesehatan Kota Padang 2014. Dinas Kesehatan Kota Padang edisi 2015.
RSJ Prof HB Saanin Padang. 2016. Laporan Rekam Medik Defisit Perawatan
Diri. Padang : Instalasi Rekam Medik.
Yusuf, AH, dkk. 2015. Buku Ajar Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika.