Anda di halaman 1dari 44

RESUME ASKEP MATERNITAS

PADA Ny. P DENGAN KETIDAKEFEKTIVAN POLA MENYUSUI


DI KELURAHAN GEMAH SEMARANG

DISUSUN OLEH
SANTI WIDIYANTI RAMADANI
2008076

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN PROFESI NERS
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
PENGKAJIAN POST NATAL PADA Ny. N

Tanggal masuk : - Jam masuk :-


Pengkajian : Selasa, 15/03/2021Jam : 11.00 WIB
Ruang/ Kelas : Daring Nama mahasiswa :Santi
Widiyanti

A. IDENTITAS
Nama pasien : Ny. P Nama suami :Tn. D
Umur : 29 Tahun Umur :28 Tahun
Suku/Bangsa : Jawa Suku/Bangsa : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Pegawai Swasta
Alamat : Gemah Alamat : Gemah

B. RIWAYAT KESEHATAN
1) Keluhan utama : ASI klien belum keluar
dengan lancar
2) Status obstetric : Nifas hari ke-25 P1A0
No Tipe BB Keadaan Umur Komplikasi
persalinan lahir bayi anak nifas
waktu
lahir
1 SC 2800gr Normal - -
3) Masalah kehamilan sekarang :-
4) Riwayat persalinan sekarang : SC
5) Riwayat KB :-
6) Rencana KB :-
C. KEBUTUHAN DASAR KHUSUS
1. Pola nutrisi
Frekwensi makan: 3 x/ hari
Nafsu makan: baik, klien mengatakan selalu merasa lapar
Jenis makanan rumah: sayuran dan ikan
Makanan yang tidak disukai/alergi/pantangan: klien, alergi telur rebus
2. Pola eliminasi
BAK
Frekwensi: 6x sehari Warna : kuning jernih
Keluhan yang berhubungan dengan BAK: tidak ada
BAB
Frekwensi : 1x sehari Warna :kuning
Konsistensi : lembek Keluhan : tidak ada
3. Pola personal Hygiene
Klien mengatakan selalu menjaga kebersihan daerah kewanitannya
4. Pola istirahat dan tidur
•Sebelum sakit: Pasien mengatakan dapat tertidur lelap selama kurang
lebih 6-8 jam dalam sehari dan pasien memiliki kebiasaan tidur siang
•Setelah sakit : Saat pengkajian pasien mengatakan pada malam sering
terbangun karena anaknya menangis.
5. Pola aktivitas dan latihan
•Sebelum sakit: Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan
beraktivitas, semua kegiatan dilakukan secara mandiri
•Setelah sakit : Pasien mengatakan terkadang belum bisa melakukan
beberapa aktivitas sendiri, butuh bantuan keluarga
6. Aspek Psikologis Ibu
•Sebelum sakit: Pasien mengatakan takut jika melahirkan
•Setelah sakit : Pasien mengatakan akan berusaha menjadi ibu yang baik,
dan bahagia memiliki anak
D. PEMERIKSAAN FISIK
1) Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis
2) Tekanan darah : 120/90 mmHg Nadi : 88x/menit
3) Respirasi : 22x/menit Suhu : 36,7˚C
4) Mata
a) Konjungtiva: () Normal/merah ( ) Anemis ( ) sangat merah
b) Sklera : ( ) Ikterik () Anikterik
5) Mulut
a) Gigi : ( ) Carries (  ) Tidak
b) Memakai gigi palsu: ( ) Ya () Tidak
6) Dada
a) Mammae: membesar () Ya ( ) Tidak
b) Arreolla mammae: Berwarna hitam, tidak terdapat benjolan
c) Papila mammae: Menonjol () Datar ( ) Kedalam ( )
d) Colostrum: Keluar () Ya ( ) Belum
7) Paru (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)
Inspeksi : Bentuk dada simetris
Palpasi :Tidak teraba nyeri tekan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler
8) Jantung (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)
Inspeksi : Simetris, ictus cordis tidak Nampak
Palpasi : Tidak teraba nyeri tekan
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Bunyi jantung Lup Dup
9) Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
a) Keadaan: lembek
b) Striae: Albicans
c) Luka bekas operasi: tidak ada
Palpasi
a) TFU : -
b) Kontraksi: -
c) Kondisi vesika urinaria : -
d) Distensi: -
10) Perineum:
a) Utuh/ laserasi: ya/ tidak
b) Episiotomi: tidak
c) Jenis episiotomy: ( ) Medialis ( ) Lateralis ( ) Medialateralis
d) Tanda-tanda infeksi -
e) Lokhea: - Warna: - Banyaknya: - Bau: -
f) Oedem/ Hematom: -
11) Anus: tidak hemoroid
12) Ekstremitas
Edema: tidak, Varices: tidak, Tanda Hoffman: tidak
13) Sistem Integumen
a) Turgor kulit: Baik dan cepat kembali ke bentuk semula
b) Warna kulit: sawo matang
ANALISA DATA
NO DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI TTD
1. DS: pasien Menyusui Ketidakadekuatan santi
mengatakan ASI tidak efektif suplai ASI
tidak bisa keluar (D.0029)
dengan lancar
DO:
- Ibu terlihat
cemas
- ASI tidak
menetes/me
mancar
- Intake bayi
tidak adekuat

2. DS: ibu Ansietas Kurang terpapar santi


mengatakan (D.0080) informasi
khawatir jika ASI
tidak keluar maka
bayi akan kelaparan
DO:
- Ibu terlihat
bingung
- Ibu tampak
gelisah

DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO TGL DX KEP TTD
1. 16/03/2021 Menyusui tidak efektif santi
Jam 09.25 berhubungan dengan
ketidakadekuatan suplai ASI
dibuktikan dengan ibu
mengeluhkan ASI tidak mau
keluar, itu tampak cemas, ASI
tidak menetes atau memancar
dan intake bayi tidak adekuat
2. Ansietas Ansietas berhubungan dengan santi
Jam 09.25 kurang terpaparnya informasi
dibuktikan dengan ibu
mengeluhkan bingung dan
khawatir jika ASI tidak keluar,
ibu terlihat gelisah

INTERVENSI KEPERAWATAN
N D TUJUAN &
INTERVENSI RASIONALISASI TTD
O P KRITERIA
1. 1 Setelah dilakukan Edukasi menyusui
tindakan (I.12393)
keperawatan Observasi Untuk mengetahui
selama 1x24 jam, - Identifikasi sejauh mana ibu
maka status kesiapan dan siap dan mampu
menyusui kemampuan dalam menerima
dikatakan menerima informasi terkait
meningkat informasi dengan edukasi
apabila menyusui
KH:
- Tetesan Terapeutik Supaya ibu
atau - Dukung ibu memiliki motivasi
pancaran meningkatkan sehingga
ASI kepercayaan mengurangi stress
meningkat diri dalam pada ibu
- Suplai ASI menyusui
adekuat Supaya ibu
meningkat - Libatkan mendapatkan
- Payudara sistem dukungan dan ibu
ibu kosong pendukung: bisa lebih rileks
setelah suami, saat menyusui
menyusui keluarga, bayi
meningkat tenaga
- Kecemasa kesehatan dan
n maternal masyarakat
menurun Edukasi Supaya ibu
- Bayi rewel - Berikan memiliki
menurun konseling pengetahuan
menyusui tentang menyusui

Supaya ibu
- Jelaskan mengerti manfaat
manfaat menyusui bagi ibu
menyusui bagi dan bayi
ibu dan bayi
Supaya ibu dapat
- Ajarkan posisi memberikan ASI
menyusui dan secara maksimal
perlekatan atau adekuat
dengan benar
Untuk
- Ajarkan meningkatkan
perawatan produksi ASI
payudara
postpartum
(pijat
oksitosin)
2. 2 Setelah dilakukan Reduksi Ansietas
tindakan (I.09314)
keperawatan Observasi Untuk
selama 1x24 jam, 1. Identifikasi saat mempermudah
maka tingkat ansietas berubah perawat dalam
ansietas mengidentifikasi
dikatakan perubahan ansietas
menurun apabila yang dialami oleh
KH: ibu
- Verbalisasi
kebingung 2. Monitor tanda- Untuk mengetahui
an tanda ansietas (verbal tanda-tanda
menurun dan non verbal) ansietas yang
- Verbalisasi disampaikan oleh
khawatir ibu
akibat Terapeutik
kondisi 1. Ciptakan suasana Untuk
yang terapeutik untuk mempermudah
dihadapi menumbuhkan melakukan
menurun kepercayaan tindakan
- Perilaku keperawatan
gelisah selanjutnya
menurun
- 2. Temani pasien Agar pasien tidak
untuk mengurangi merasa kesepian
Kecemasan

3. Pahami situasi Untuk dapat


yang membuat langsung
Ansietas meminimalkan
situasi yang dapat
membuat ansietas

4. Dengarkan dengan Supaya pasien


penuh perhatian dapat lebih tenang
dan mau
menceritakan
semua yang
dirasakannya
Edukasi
1. Anjurkan keluarga Supaya pasien
untuk tetap tidak merasa
bersama pasien sendirian

2. Anjurkan Supaya perawat


mengungkapkan mengetahui apa
perasaan yang sedang
dan persepsi dirasakan oleh
pasien

IMPLEMENTASI
TGL D IMPLEMENTASI RESPON PASIEN TTD
P
16/03/202 1 1. Kaji kesiapan DS: ibu mengatakan santi
1 dan kemampuan bersedia
Jam 09.00 menerima DO: ibu tampak siap
informasi dalam menerima
informasi

1 2. Memberi DS: ibu santi


Jam 09.05 dukung pada ibu berterimakasih
untuk kepada perawat
meningkatkan karena telah
kepercayaan diri diberikan dukungan
dalam menyusui DO: ibu tampak
senang

1 3. Memberikan DS: ibu mengatakan santi


Jam 09.10 konseling bersedia diberikan
menyusui untuk konseling tentang
ibu menyusui
DO: ibu tampak
menyimak konseling
yang diberikan oleh
perawat

1 4. Memberitahu DS: ibu mengatakan santi


Jam 09.15 ibu tentang sudah mengetahui
manfaat menyusui manfaat dari
bagi ibu dan bayi menyusui
DO: ibu dapat
menyebutkan
kembali manfaat
yang telah
disampaikan oleh
perawat dengan
benar

1 5. Mengajarkan DS: ibu mengatakan santi


Jam 09.20 ibu tentang posisi mengerti dan akan
menyusui dan mem praktikannya
perlekatan yang saat menyusui
benar DO: posisi menyusui
ibu sudah benar

1 6. Mengajarkan DS: ibu mengatakan santi


Jam 09.30 ibu untuk sudah paham dan
melakukan akan melakukannya
perawatan DO: ibu melakukan
payudara pijat oksitosin secara
postpartum (pijat benar dan tepat
oksitosin)
17/03/202 2 1. Kaji pasien saat DS:ibu kooperatif
1 ansietas berubah dalam memberitahu
Jam 09.35 perubahan ansietas
yang dirasakan
DO: ibu terlihat tidak
ada yang
disembunyikan

2 2. Kaji tanda- DS:ibu mengatakan santi


Jam 09.40 tanda ansietas masih sedikit cemas
pasien (verbal jika ASI tidak keluar
dan non verbal) DO: ibu masih
tampak cemas

2 3. Ciptakan DS: - santi


Jam 09.45 suasana terapeutik DO: ibu tampak
untuk percaya dengan
menumbuhkan perawat
kepercayaan

2 4. Temani pasien DS: ibu mengatakan santi


Jam 09.50 untuk mengurangi lebih senang saat
Kecemasan ditemani
DO: ibu terlihat
sedikit tenang

2 5. Mendengarkan DS: pasien santi


Jam 09.55 keluh kesah mengatakan masih
pasien dengan sedikit khawatir jika
penuh perhatian ASInya tidak keluar
DO: ibu leluasa
dalam menceritakan
kekhawatirannyapad
EVALUASI
TGL DP IMPLEMENTASI SOAP TTD
16/03/202 1 1. Kaji kesiapan dan S: ibu mengatakan santi
1 kemampuan menerima ASI sudah mau
informasi menetes atau
Jam 10.00 2. Memberi dukung pada memancar, ibu
ibu untuk meningkatkan mengatakan sudah
kepercayaan diri dalam tidak cemas lagi
menyusui
3. Melibatkan sistem O:
pendukung: suami - Suplai ASI
4. Memberikan konseling sudah
menyusui untuk ibu adekuat
5. Memberitahu ibu - Payudara ibu
tentang manfaat sudah tidak
menyusui bagi ibu dan membesar
bayi karena
6. Mengajarkan ibu payudara
tentang posisi menyusui telah kosong
dan perlekatan yang setelah
benar menyusui
7. Mengajarkan ibu meningkat
untuk melakukan - Bayi sudah
perawatan payudara tidak rewel
postpartum (pijat karena telah
oksitosin) diberi ASI
yang cukup
A: masalah teratasi
P: hentikan
intervensi
17/03/202 2 1. Kaji pasien saat S: ibu mengatakan
1 ansietas berubah sudah tidak
Jam 10.30 2. Kaji tanda-tanda bingung dan tidak
ansietas pasien (verbal khawatir lagi
dan non verbal) karena ASI sudah
3. Ciptakan suasana mau keluar
terapeutik untuk
menumbuhkan O: pasien sudah
kepercayaan tidak tampak
4. Temani pasien untuk gelisah
mengurangi
Kecemasan A: masalah teratasi
5. Mendengarkan keluh P: hentikan
kesah pasien dengan intervensi
penuh perhatian
6. Menganjurkan
keluarga untuk tetap
bersama pasien
7. Menganjurkan pasien
untuk mengungkapkan
perasaannya
PEMBAHASAN

Pada tinjauan teori ditemukan diagnosis ketidakadekuatan suplai ASI dan


ansietas dengan intervensi pada diagnosa ketidakadekuatan suplai ASI yaitu
Edukasi menyusui dengan Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi, Dukung ibu meningkatkan kepercayaan diri dalam menyusui,
Berikan konseling menyusui, Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi,
Ajarkan posisi menyusui dan perlekatan dengan benar, Ajarkan perawatan
payudara postpartum (pijat oksitosin), kemudian untuk diagnosa kedua yaitu
mengatasi ancietas dengan edukasi.
Pada asuhan keperawatan yang saya lakukan mengacu diagnosa pada
tinjauan teori yaitu nyeri dan ansietas dengan intervensi sesuai dengan SDKI
SLKI dan SIKI. Intervensi yang dilakukan pada diagnosa pertama yaitu ajarkan
terapi pijat oksitosin. Pada diagnosa kedua intervensi yang dilakukan yaitu
edukasi untuk mengurangi kecemasan. Kemudian implementasi yang saya
lakukan yaitu memeriksa TTV, memberikan penkes tentang pijat oksitosin dan
edukasi untuk mengurangi ansietas pada lien dan keluarga klien.
Hal ini sesuai dengan jurnal yang dilakukan oleh Ridawati, 2016 Dengan Judul
Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Pengeluaran Asi Pada Ibu Postpartum Primipara
Berdasarkan hasil penelitian ini, hasil uji statistik yang telah di lakukan oleh peneliti dapat
diketahui bahwa pijat oksitosin memiliki pengaruh terhadap pengeluaran ASI pada ibu post
partum primipara. Pijat oksitosin ini merupakan salah satu cara dari beberapa tindakan
nonfarmakologis lainnya yang dapat membatu merangsang hormone oksitosin sehingga dapat
membuat ibu merasa nyaman dan dapat mengeluarkan ASI.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yusari Asih di tahun 2017, dari
penelitian ini penulis Berdasarkan kesimpulan tersebut penulis menyarankan kepada BPM
Lia Maria untuk melakukan pijat oksitosin setelah 3 jam postpartum dan mengajarkan ibu
nifas cara melakukan pijat oksitosin, melakukan penyuluhan mengenai pijat oksitosin di kelas
ibu dan dapat memotivasi ibu dan keluarga untuk melakukan pijat oksitosin selama masa
nifas, dan menyediakan leaflet atau brosur mengenai pijat oksitosin sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan ibu nifas akan pijat oksitosin.

DOKUMENTASI
Melakukan Pijat Oksitosin Kepada Klien
PENGARUH PIJAT OKSITOSIN
TERHADAP PRODUKSI ASI

Liva Maita
(Program Studi D III Kebidanan
STIKes Hang Tuah Pekanbaru)
PENDAHULUAN

Latar Belakang
ABSTRAK

Pijat oksitosin adalah tindakan


Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk
yang dilakukan oleh keluarga
mengatasi ketidaklancaran produksi ASI.Pijat terutama adalah suami pada ibu
oksitosin ini dilakukan untuk merangsang reflek menyusui yang berupa back massage
oksitosin atau reflek let- down. Permasalahan
ASI yang tidak keluar pada hari-hari pertama pada punggung ibu untuk
kehidupan bayi seharusnya bisa di meningkatkan hormon oksitosin.
antisipasi.Salah satu upaya yang bisa dilakukan
untuk memperlancar pengeluaran ASI adalah Hormon oksitosin juga disebut
dengan melakukan pijat oksitosin. Penelitian ini “hormon kasih sayang” karena
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pijat
oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu nifas di
hampir 80% hormon ini dipengaruhi
BPM Ernita, A.Md.Keb. Jenis penelitian ini oleh pikiran ibu (positif atau
adalah quasy experimental. Populasi dalam negative) (Widuri, 2013). Pijat
penelitian ini adalah seluruh ibu nifas hari
pertama yang ada di BPM Ernita, A.Md.Keb oksitosin ini dilakukan untuk
pada bulan Februari sampai dengan Maret 2016. merangsang refleks oksitosin atau
Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer yang dianalisa menggunakan
refleks let down. Selain untuk
uji statistic T test Dependent dengan Wilcoxon merangsang refleks let down,
Signed Ranks Test. Hasil analisis data manfaat pijat oksitosin yaitu
menunjukkan bahwa ada pengaruh yang
signifikan antara pijat oksitosin terhadap memberikan kenyamanan pada ibu,
produksi ASI dimana p value = 0,000 (p<0,05). mengurangi bengkak pada payudara
Kesimpulan penelitian ini adalah ada pengaruh
pijat oksitosin terhadap produksi ASI ibu nifas di (engorgement), mengurangi
BPM Ernita, Amd.Keb Pekanbaru tahun 2016. sumbatan ASI, merangsang
pelepasan hormon oksitosin, dan
Kata kunci: mempertahankan produksi ASI
Pijat Oksitosin, Produksi ASI
ketika ibu dan bayi sakit.
Permasalahan ASI yang tidak keluar
pada hari- hari pertama kehidupan
bayi seharusnya bisa di antisipasi
sejak kehamilan melalui konseling
laktasi. Hanya sekitar 60%
masyarakat tahu informasi tentang
ASI dan baru ada sekitar 40% tenaga
kesehatan terlatih yang bisa
memberikan konseling menyusui.
Sehingga perlu adanya solusi untuk
ibu yang terlanjur khawatir dan
mencegah pemberian susu formula
karena masalah pemberian ASI dini
yang disebabkan ASI tidak keluar di
hari pertama (Ulfah, 2013).
Di Indonesia bayi yang mendapat ASI eksklusif pada tahun 2014 sebesar
45,55%. Kementrian Kesehatan (KemKes) sendiri telah menetapkan target
cakupan pemberian ASI eksklusif per 2014 sebesar 80%. Kenyataannya, baru
27,5% ibu di Indonesia yang berhasil memberi ASI eksklusif (BkkbN, 2014). Di
Propinsi Riau pada tahun 2013 bayi yang mendapat ASI eksklusif sebesar 51,2%
(Profil Kesehatan Riau, 2013). Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan
oleh peneliti di BPM Ernita, Amd.Keb pada bulan Desember didapatkan 35
orang ibu nifas yang terdiri dari primipara
16 orang dan multipara 19 orang dengan keluhan ASI tidak keluar

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah “quasy experiment“ dengan rancangan penelitian


“pre and post test design” yaitu untuk melihat pengaruh pijat oksitosin terhadap
produksi ASI. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari – Maret 2016.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas hari pertama yang ada di
BPM Ernita, Amd.Keb sebanyak 37 orang.Analisis data yang digunakan adalah
analisis bivariat T test Dependent yang diuji dengan Wilcoxon Signed Ranks
Test.

HASIL PENELITIAN

Beradasrkan anailsi data Univariat di dapatkan, Distribusi data produksi asi pada
ibu nifas pada ibu nifas sebelum dilakukan pijat oksitosin menunjukkan produksi ASI
lancar sebanyak 8 orang (21,6%) dan produksi ASI tidak lancar sebanyak 29 orang
(78,4%). Rata- rata nilai produksi ASI pada ibu nifas sebelum dilakukan pijat oksitosin
adalah 0,22 dengan standar deviasi 0,417. Distribusi Frekuensi dari 37 orang ibu nifas
yang melakukan pijat oksitosin, 31 orang (83,8%) mengalami i perubahan dalam
pemberian ASI dimana pengeluaran ASI sebelum dilakukan pijat oksitosin meningkat
setelah dilakukan pijat oksitosin, sedangkan 6 orang (16,2%) mengeluh pengeluaran
ASI tidak lancar sebelum dan sesudah dilakukan pijat oksitosin. Berdasarkan analisis
data Bivariat didapatkan hasil uji statistiknya didapatkan bahwa p value untuk
distribusi rata- rata produksi ASI pada ibu nifas dengan metode pijat oksitosin adalah
0,000, dengan p value< alpha (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa metode pijat
oksitosin mempunyai pengaruh terhadap produksi ASI pada ibu nifas.
PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu nifas
di BPM Ernita, Amd.Keb Pekanbaru tahun 2016 yang dilakukan pada bulan Februari –
Maret 2016 dapat diketahui bahwa dari 37 orang ibu nifas yang dilakukan pijat
oksitosin mayoritas mengalami perubahan peningkatan produksi ASI sebanyak 31
orang (83,8%), dan 6 orang (16,2%) diantaranya tidak mengalami perubahan
peningkatan produksi ASI. Dan setelah dilakukan uji statistik maka diperoleh nilai p
value adalah 0,000 (p<0,05) yang berarti bahwa ada pengaruh pijat oksitosin terhadap
produksi ASI. Pijat oksitosin dilakukan pada tulang belakang mulai dari costa ke 5-6
sampai scapula, neurotransmitter akan merangsang medulla oblongata langsung
mengirim pesan ke hypothalamus di hypofise posterior untuk mengeluarkan oksitosin
sehingga menyebabkan buah dada mengeluarkan air susu nya (Gustriani, 2015).Secara
fisiologis pijat oksitosin merangsang refleks oksitosin atau let-down untuk
mensekresi hormon oksitosin ke dalam darah. Oksitosin ini menyebabkan sel- sel
miopitelium disekitar alveoli berkontraksi dan membuat ASI mengalir dari alveoli ke
duktuli menuju sinus dan putting kemudian dihisap oleh bayi.Semakin lancar
pengeluaran ASI semakin banyak pula produksi ASI (Wijayanti, 2014). Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Mardiyaningsih (2010) bahwa produksi ASI sangat
dipengaruhi oleh hormon prolaktin yang akan memproduksi ASI, dan hormon
oksitosin yang berpengaruh pada kelancaran pengeluaran ASI, karena semakin ASI
keluar produksi ASI akan semakin meningkat.
Teori di atas didukung oleh penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Suryani (2013) dengan judul penelitian
“Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI Ibu Postpartum Di BPM
Wilayah Kabupaten Klaten”, bahwasanya dari hasil penelitian ada pengaruh
pijat oksitosin terhadap produksi ASI ibu postpartum dengan p value
= 0,001 (<0,05). Selanjutnya dari hasil penelitian Wijayanti (2014) yang
berjudul Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI Pada Ibu Postpartum
Di Puskesmas Mergangsan Yogyakarta Tahun 2014” menunjukkan bahwa ibu
nifas mengalami peningkatan produksi ASI setelah dilakukan pijat oksitosin
terlihat dari p value = 0,032 (<0,05) yang berarti ada pengaruh pijat oksitosin
terhadap produksi ASI pada ibu nifas.
Dari uraian di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa sebagian besar
ibu nifas merasakan manfaat pijat oksitosin dimana produksi ASI sebelum
dilakukan pijat oksitosin menjadi lancar setelah dilakukan pijat oksitosin.Hal ini
juga membuat ibu merasa rileks, lebih nyaman, dan kelelahan setelah
melahirkan juga berkurang.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan penelitian Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pijat
oksitosin terhadap produksi ASI. Selanjutnya diajukan beberapa saran yaitu:
1. Perlu dilakukannya sosialisasi pijat oksitosin di setiap RB/BPM pada ibu-ibu
hamil trimester 2 agar Program ASI dapat berjalan denga lancar.
2. Perlu dilakukannya pelatihan untuk bidan-bidan mengenai pijat oksitosin.

DAFTAR PUSTAKA
Gustriani, Nia. (2015). Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Pengeluaran ASI
Pada Pasien Post Seksio Sesarea Di Ruangan Nifas Rumah Sakit Wilayah
Makassar.Tesis. Universitas Hasanuddin.
http://www.google.co.id/url?
q=http://repos
itory.unhas.ac.id:4001/digilib/files/d
iskl/37 7/-niagustria-18842-1-15-
niag-).pdf.
Diakses 22 April 2016.
Mardiyaningsih, Eko.
(2010). Efektifitas Kombinasi
Teknik Marmet Dan Pijat
Oksitosin Terhadap Produksi ASI
Ibu Postpartum Di Rumah Sakit
Wilayah Jawa

Tengah.Tesis.Universitas
Indonesia.http://www.google.co.id
/url?q=
http://perpusnwu.web.id/karyailmia
h/docu ments/3685.pdf. Diakses 3
Februari 2016.
Profil Kesehatan Riau. (2013). Profil
Kesehatan Provinsi Riau Tahun
2013.file:///C:/Users/user/Download
s/Prof il%20Kesehatan
%20Provinsi%20Riau%2 0Tahun
%202013%20(1).pdf. Diakses 20
Februari 2016.
Saryono, Ari Setiawan. (2010).
Metodologi Penelitian Kebidanan.
Yogyakarta: Nuha Medika. (Hal
88)
Suryani, Emy & Astuti, Endah
Widhi.(2013). Pengaruh Pijat
Oksitosin Terhadap Produksi ASI
Ibu Postpartum Di BPM Wilayah
Kabupaten Klaten.Jurnal.Volume
2.Nomor 2.
http://www.google.co.id/url?
q=http://www. docs-
engine.com/pdf/1/oksitosin.html.
Diakses 17 Februari 2016.
Ulfah, Raden Roro Maria. (2013).
Efektivitas Pemberian Teknik
Marmet Terhadap Pengeluaran
ASI Pada Ibu Menyusui 0 – 6
Bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Arjasa Kabupaten
Jember.Skripsi.
Universitas Jember.
http://www.google.co.id/url?
q=http://repos
itory.unej.ac.id/bitsream/handle/12
34567 89/9987/Raden%2520Roro
%2520Maria
%2520Ulfah%2520-
%2520072310101007_1.pdf. Diakses 9
November 2015.
Widuri, Hesti. (2013). Cara
Mengelola ASI Eksklusif Bagi Ibu
Bekerja.Yogyakarta : Gosyen
Publishing. (Hal 20, 176, 179,
180)
Wijayanti, Lilis. (2014). Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI Pada Ibu
Postpartum Di Puskesmas Mergangsan Yogyakarta
Tahun 2014.Skripsi. STIKes ‘Aisyiyah
Yogyakarta. https://www.google.co.id/ url?q=http://opac.say.ac.id/1076/1/Naska h
%2520Publikasi.pdf. Diakses 2 April

PENELITIAN
PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU NIFAS

Yusari Asih*
*Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes
Tanjungkarang e-mail: yusariasih@gmail.com

ASI tidak keluar adalah kondisi tidak diproduksinya ASI atau sedikitnya produksi ASI. Hal ini
disebabkan pengaruh hormon oksitosin yang kurang bekerja sebab kurangnya rangsangan isapan bayi
yang mengaktifkan kerja hormon oksitosin. Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk
mengatasi ketidaklancaran produksi ASI. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi perbedaan
produksi ASI pada ibu nifas yang diberi perlakuan pijat oksitosin dan tanpa perlakuan di BPM Lia
Maria Kecamatan Sukarame Bandar Lampung tahun 2017. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah eksperimental dengan desain rancangan posttest dengan kelompok kontrol.
Populasi pada penelitian ini adalah ibu nifas 3 jam postpartum di BPM Lia Maria berjumlah 80 orang.
Sampel dalam penelitian ini diambil melalui cara purposive sampling. Sampel berjumlah 32 orang
yang terdiri dari 16 orang sebagai responden yang di intervensi dan 16 orang sebagai variabel kontrol.
Instrumen penelitian yang digunakan berupa lembar observasi untuk mengamati produksi ASI pada
hari ke 6 dan timbangan. Hasil Uji statistik menggunakan chi-square (x 2) diperoleh p-value= 0,037 (p-
value ≤0,05) yang berarti ada pengaruh signifikan antara pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada
ibu post partum di BPM Lia Maria Sukarame Bandar Lampung Tahun 2017. Diharapkan hasil
penelitian ini dapat meningkatkan kualitas pelayanan bagi tenaga kesehatan terutama bidan sebagai
pelaksana sehingga dapat meningkatkan pengetahuan ibu akan pijat oksitosin dan dapat memotivasi
ibu dan keluarga untuk melakukan pijat oksitosin dan memberikan bimbingan serta penyuluhan
kepada ibu nifas tentang manfaat pijat oksitosin.

Kata kunci: Pijat oksitosin, Produksi ASI

LATAR BELAKANG Hubungan antara perkembangan


bayi dan pemberian ASI telah banyak
diteliti. Meta-analisis yang dilakukan
Di Indonesia hampir 9 dari 10 ibu Anderson et al. (1999) menyimpulkan
pernah memberikan ASI, namun penelitian bahwa bayi yang diberikan ASI memiliki
IDAI (Yohmi dkk, 2015) menemukan tingkat perkembangan kognitif yang lebih
hanya 49,8% yang memberikan ASI tinggi dibandingkan bayi yang diberilan
secara eksklusif selama 6 bulan sesuai susu formula. Salah satu penjelasan dari
rekomendasi WHO. Rendahnya cakupan hasil penelitian tersebut adalah 60% dari
pemberian ASI ekslusif ini dapat otak bayi tersusun dari lemak, terutama
berdampak pada kualitas hidup generasi DHA dan asam arachidonat (AA), dan ASI
penerus bangsa dan juga pada mengandung asam lemak tak jenuh rantai
perekonomian nasional. (IDAI, 2016) panjang (LCPUFAs) seperti DHA dan AA
Dalam Riskesdas 2013 yang menjadi yang merupakan zat gizi ideal untuk
salah satu indikator yang dapat digunakan pertumbuhan otak bayi yang belum
untuk PHBS sesuai dengan kriteria PHBS matang (Fikawati dkk, 2015)
yang ditetapkan oleh Pusat Promkes pada Kekurangan gizi yang terjadi pada
tahun 2011, yaitu memberi ASI eksklusif. awal kehidupan dapat mengakibatkan
Proses mulai menyusui terbanyak terjadi terjadinya growth faltering (gagal tumbuh)
pada 1-6 jam setelah kelahiran (35,2%) sehingga bayi akan tumbuh menjadi anak
dan kurang dari 1 jam (inisiasi menyusui yang lebih pendek dari normal. Selain itu,
dini) sebesar 34,5%. Sedangkan proses kekurangan gizi juga dapat berpengaruh
mulai menyusui terendah terjadi pada 7-23 terhadap perkembangan kognitif,
jam setelah kelahiran yaitu sebesar 3,7% morbiditas dan mortalitas bayi. Gizi yang
(Kemenkes RI, 2015) baik akan mempercepat pemulihan dan
mengurangi intensitas (kegawatan) Kasus kematian bayi di Kota Bandar
penyakit infeksi pada bayi. Kejadian Lampung selama tahun 2009-2014
infeksi pada bayi tidak dapat disepelekan, fluktuatif. Kematian bayi tersebut tahun
mengingat infeksi merupakan penyebab 2009 menjadi 127 kasus, dalam kurun
utama kematian bayi di negara waktu 2 tahun berikutnya, AKB di Kota
berkembang( Fikawati dkk, 2015) Bandar Lampung dalam dua tahun terakhir
meningkat. Tahun 2010 tercatat AKB ASI tidak keluar adalah kondisi
menjadi 195 kasus. Tahun 2011 menurun tidak diproduksinya ASI atau sedikitnya
menjadi 167 kasus, namun pada tahun produksi ASI. Hal ini disebabkan
2012 ini meningkat kembali menjadi 204 pengaruh hormon oksitosin yang kurang
kasus, tahun 2013 menurun 168 kasus dan bekerja sebab kurangnya rangsangan
tahun 2014 meningkat menjadi 169 kasus. isapan bayi yang mengaktifkan kerja
Dari 169 kasus kematian bayi, bila dilihat hormon oksitosin.( Fikawati dkk, 2015:
berdasarkan kelompok umur maka 83) Hormon oksitosin bekerja merangsang
kematian neonatal (0-28 hari) otot polos untuk meremas ASI yang ada
menyumbang angka tertinggi dari pada alveoli, lobus serta duktus yang berisi
kematian bayi yang ada, kematian neonatal ASI yang dikeluarkan melalui putting
tahun ini sebanyak 135 kasus dan susu. (Walyani dan Purwoastuti, 2015)
kematian bayi 34 kasus. Beberapa
penelitian diperoleh bahwa salah satu Menurut Fikawati, dkk (2015)
faktor-faktor yang turut mempengaruhi menyebutkan bahwa salah satu tindakan
kematian bayi adalah masih rendahnya yang perlu dilakukan untuk
pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif. memaksimalkan kualitas dan kuantitas
(Profil Kesehatan Lampung 2014, hal. 82) ASI, yaitu pemijatan punggung. Pemijatan
punggung ini berguna untuk merangsang
Kasus kematian bayi tahun 2014 pengeluaran hormon oksitosin menjadi
sebanyak 168 kasus tersebar di 30 lebih optimal dan pengeluaran ASI
puskesmas, dengan kasus tertinggi berada menjadi lancar. Menurut Lowdermik,
di Puskesmas Kemiling 14 kasus dan yang Perry & Bobak (2000), pijat oksitosin
tidak memiliki kasus terdapat di merupakan salah satu solusi untuk
Puskesmas Permata Sukarame, Korpri, mengatasi ketidaklancaran produksi ASI.
dan Way Laga. Kematian bayi ini meliputi Pijat Oksitosin adalah pemijatan pada
kematian neonatal 135 kasus dan kematian sepanjang tulang belakang (vertebrae)
bayi 34 kasus. Data jumlah kelahiran sampai tulang costae kelima-keenam dan
hidup pada tahun 2014 sebanyak 20.427 merupakan usaha untuk merangsang
bayi. Melihat target nasional sebanyak 23 hormon prolaktin dan oksitosin setelah
per 1000 KH, maka kematian bayi yang melahirkan.
tercatat di Bandar Lampung 169 per
Dari hasil pre survey yang dilakukan
20.427 KH (0,0082) masih jauh di bawah oleh peneliti di BPM Lia Maria Kec.
angka nasional (0,023). Walaupun Sukarame Bandar Lampung belum
demikian masih diperlukan peningkatan melakukan pijat oksitosin pada saat
pelayanan kesehatan ibu dan bayi guna memberikan asuhan kebidanan pada ibu
lebih menekan angka kematian bayi post partum baik untuk merangsang
melalui berbagai kegiatan baik promotif, keluarnya ASI maupun untuk involusi
preventif maupun kuratif, dan uterus dan BPM Lia Maria yang
meningkatkan peran serta masyarakat serta merupakan BPM yang berada di wilayah
lintas sektor tentunya. kerja Puskesmas Permata Sukarame yang
tidak terdapat jumlah kasus kematian bayi.
METODE nifas di BPM Lia Maria. Metode
penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah eksperimental dengan
Penelitian ini dilakukan bertujuan desain rancangan posttest dengan
untuk mengetahui pengaruh pijat kelompok kontrol.
oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu
Populasi pada penelitian ini adalah ibu Tabel 3: Distribusi Frekuensi Responden
nifas 3 jam postpartum di BPM Lia Berdasarkan Pekerjaan
Maria
berjumlah 80 orang. Sampel dalam
penelitian ini diambil melalui cara Pekerjaan f
purposive sampling. Sampel berjumlah 32 %
orang yang terdiri dari 16 orang sebagai Bekerja 2
responden yang di intervensi dan 16 orang 6,2
sebagai variabel kontrol.
Tidak bekerja 30 93,8
Data penelitian dikumpulkan dengan
melakukan pemijatan oksitosin setelah 3 Jumlah 32 100
jam postpartum dan selama 5 hari tiap pagi
dan sore hari selanjutnya dilakukan
observasi pada hari ke-6. Data yang
Berdasarkan tabel 3 diketahui dari
terkumpul selanjutnya diproses dan
32 responden sebagian besar responden
dianalisis secara univariat dan bivariat
tidak bekerja yaitu 30 responden (93,8%).
menggunakan uji chi-square dengan
bantuan perangkat lunak komputer.
Tabel 4: Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Paritas

HASIL
Paritas f %
Primigravida 9 28,1
Analisis Univariat Multigravida 23 71,9
Jumlah 32 100
Tabel 1: Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Usia Berdasarkan tabel 4 diketahui dari
32 responden sebagian besar responden
multigravida yaitu 23 responden (71,9%).
Usia f %
<20 1 3,1
20-30 21 65,6 Analisis Bivariat
>30 10 31,2
Jumlah 32 100
Tabel 5: Distribusi Pengaruh Pijat
Oksitosin terhadap Produksi ASI
pada Ibu Post Partum
Produksi ASI p
Pijat OR
Cukup value
Oksitosi
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui n Kurang f %
f %
dari 32 responden sebagian 11,667
Pijat 15 93,75 1 6,25 (1,227-
besar mempunyai usia 20-30 tahun 0,037
Tidak Pijat 9 56,2 7 43,8 110,953)
yaitu 21 Total 24 75 8 25
responden (65,6%).

Tabel 2: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan analisis pengaruh pijat


Berdasarkan Pendidikan oksitosin terhadap produksi ASI diketahui
bahwa dari 16 responden yang melakukan
pijat oksitosin terdapat 15 orang
Pendidikan f mengalami produksi ASI yang cukup,
% SD 2 sedangkan dari 16 responden yang tidak
6,2 melakukan pijat oksitosin terdapat 9 orang
SMP 11 34,4 mengalami produksi ASI yang cukup.
Hasil Uji statistik menggunakan chi-
SMA 14 43,8 square (x2) diperoleh p-value= 0,037
(p-value
PT 5 15,6 ≤0,05) yang berarti ada pengaruh
signifikan antara pijat oksitosin terhadap
Jumlah 32 100 produksi ASI pada ibu post partum di
BPM Lia Maria Sukarame Bandar
Lampung Tahun 2017. Dari hasil
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui analisis
dari 32 responden sebagian besar
mempunyai pendidikan SMA yaitu 14
responden (43,8%).
diperoleh pula nilai OR =11,667 (1,227- Berdasarkan hasil penelitian diketahui
110,953), yang artinya ibu post partum bahwa dari 16 responden yang melakukan
yang melaksanakan pijat oksitosin pijat oksitosin terdapat 15 orang memiliki
mempunyai peluang 11,667 kali produksi ASI yang cukup dan 1 responden
mengalami produksi ASI cukup yang memiliki produksi ASI yang kurang.
dibandingkan dengann ibu yang tidak Hal ini sejalan dengan teori yang ada
melakukan pijat oksitosin. bahwa pijat stimulasi oksitosin untuk ibu
menyusui berfungsi untuk merangsang
hormon oksitosin agar dapat memperlancar
ASI dan meningkatkan kenyamanan ibu.
PEMBAHASAN
Pijat oksitosin merupakan salah satu
solusi untuk mengatasi ketidaklancaran
Produksi ASI pada Ibu Nifas yang produksi ASI. Pijat oksitosin adalah
Melakukan Pijat Oksitosin pemijatan pada sepanjang tulang belakang
(vertebrae) sampai tulang costae kelima-
keenam dan merupakan usaha untuk
merangsang hormon prolaktin dan frekuensi bayi BAK dan lama bayi tidur
oksitosin setelah melahirkan. (Rahayu, setelah menyusu.
2016) Pijat ini dilakukan untuk
merangsang refleks oksitosin atau refleks Menurut analisa peneliti kecukupan
pengeluaran ASI. Ibu yang menerima pijat produksi ASI pada ibu nifas di BPM Lia
oksitosin akan merasa lebih rileks. Maria Kecamatan Sukarame Bandar
(Monika, F.B. Monika, 2014). Lampung adalah baik. Pijat oksitosin yang
dilakukan pada ibu nifas dapat membuat
Hasil penelitian yang dilakukan oleh rileks dan nyaman, sehingga dapat
Emy Suryani dan Kh Endah Widhi Astuti mengurangi rasa lelah setelah melahirkan
di BPM wilayah kabupaten Klaten terutama pijat yang dilakukan setelah 3
didapatkan Hasil Analisa bivariat jam postpartum. Ibu nifas yang dilakukan
menunjukan adanya perbedaan rata rata pijat oksitosin mengatakan bahwa selama
berat badan bayi dengan p value : dilakukannya pijat oksitosin ibu merasa
0.001 nyaman dan rileks sehingga selama
,ada perbedaan frekuensi BAK yang pemijatan ibu merasakan adanya aliran
bermakna dengan p value=0,001 dan ada ASI yang menetes keluar.
perbedaan frekuensi menyusu yang Pijat oksitosin juga mudah dilakukan
bermakna dengan p value=0,001 serta ada dengan gerakan yang tidak terlalu banyak
perbedaan lama tidur yang bermakna sehingga dapat diingat oleh keluarga untuk
dengan p value=0,001. Dapat disimpulkan dilakukan dan tak membutuhkan waktu
bahwa ada pengaruh pijat oksitosin yang lama. Dukungan dari suami dan
terhadap produksi ASI dengan indikasi keluarga juga berperan penting dalam
berat badan bayi, frekuensi bayi menyusui. Salah satu wujud dukungan
menyusu, tersebut dapat dilihat dari suami dan
keluarga menyetujui untuk melakukan
pijat oksitosin sehingga ibu dapat
termotivasi untuk menyusui bayinya serta
adanya anggota keluarga yang bersedia
membantu melakukan pekerjaan rumah
yang biasa dilakukan ibu.

Produksi ASI pada Ibu Nifas yang


Tidak Melakukan Pijat Oksitosin
Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa dari 16 responden yang
tidak melakukan pijat oksitosin terdapat 9
orang memiliki produksi ASI yang cukup
dan 7 orang memiliki produksi ASI yang
kurang.
Beberapa faktor yang diidentifikasi
dapat mempengaruhi laktasi di antaranya
adalah Faktor Biologis (Nutrisi, kondisi
payudara, sistem endokrin, paritas, umur
kehamilan, kebiasaan, istirahat), faktor Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap
psikologis, faktor sosial (sosio-
produksi ASI pada Ibu Nifas
emosional, sosio-ekonomi, tingkat
pendidikan, faktor lainnya (perawatan Berdasarkan analisis pengaruh pijat
payudara, pijat oksitosin, teknik marmet) oksitosin terhadap kecukupan produksi ASI
pada ibu nifas diketahui bahwa dari 16
Hasil penelitian yang dilakukan Siti Nur
responden yang melakukan pijat oksitosin
Endah dan Imas Masdinarsah di Ruang
terdapat 15 orang yang memiliki produksi
Kebidanan Rumah Sakit Muhammadiyah
ASI cukup, sedangkan dari 15 responden
Bandung Tahun 2011. yaitu, waktu
yang tidak melakukan pijat oksitosin
pengeluaran kolostrum kelompok
terdapat 9 orang memiliki produksi ASI
perlakuan rata – rata 5,8 jam, sedangkan
cukup.
lama waktu kelompok kontrol adalah rata
– rata 5,89 jam . Jumlah kolostrum yang Hasil Uji statistik menggunakan Chi
dikeluarkan kelompok perlakuan rata – Square (x2) diperoleh p-value= 0,037 (p-
rata 5,333 cc sedangkan kelompok kontrol value ≤ 0,05) yang berarti bahwa ada
adalah rata – rata 0,0289 cc . Pijat pengaruh signifikan antara pijat oksitosin
oksitosin berpengaruh terhadap jumlah terhadap produksi ASI di BPM Lia Maria
produksi kolostrum dengan P-value Sukarame Bandar Lampung Tahun 2017.
0,009 ,dan pijat oksitosin tidak Dari hasil analisis diperoleh pula nilai
berpengaruh terhadap lama waktu OR= OR =11,667 (1,227-110,953) yang
pengeluaran kolostrum ibu post partum artinya ibu post partum yang melakukan
dengan P-value 0,939. pijat oksitosin mempunyai peluang 11,667
Menurut analisa peneliti kecukupan kali memiliki peluang produksi ASI yang
produksi ASI baik karena pada umumnya cukup dibandingkan dengan ibu yang tidak
produksi ASI yang tidak melakukan pijat melakukan pijat oksitosin.
oksitosin cukup karena sebagian besar Produksi ASI sangat dipengaruhi
paritas responden adalah multipara oleh kondisi psikologis ibu menyusui. Saat
sehingga kehamilan atau persalinan yang ibu menyusui merasa nyaman dan rileks
ke-2 memiliki kecenderungan lebih baik pengeluaran oksitosin dapat berlangsung
daripada yang pertama dalam hal dengan baik. Terdapat titik-titik yang
laktogenesis dan galaktopoesis serta dapat memperlancar ASI di antaranya, tiga
memiliki pengalaman dalam menyusui. titik di payudara yakni titik di atas puting,
Selain itu, ibu nifas yang menjadi titik tepat pada puting dan titik dibawah
responden tidak memiliki pantangan puting, serta titik di punggung yang
dalam makanan sehingga pola nutrisi baik segaris dengan payudara. Pijat stimulasi
protein dari ikan, kacang-kacangan yang oksitosin untuk ibu menyusui berfungsi
dapat meningkatkan produksi ASI dapat untuk merangsang hormon oksitosin agar
terpenuhi. Mayoritas pekerjaan ibu adalah dapat memperlancar ASI dan
ibu rumah tangga sehingga saat siang hari meningkatkan kenyamanan ibu. Pijatan di
ibu memiliki waktu untuk beristirahat. bagian punggung ibu yang membuat ibu
Dimana ibu menyusui sangat memerlukan rileks juga dapat merangsang pengeluaran
tidur yang cukup dan efektif agar oksitosin.
metabolisme dalam tubuhnya berjalan
lancar. Hormon oksitosin merangsang
kontraksi lapisan miometrium uteri dalam
proses persalinan. Hormon ini juga
menghasilkan pengeluaran air susu sehari yaitu pagi dan sore. Hal ini juga
melalui pengadaan kontraksi sel-sel didukung oleh Biancuzzo (2003) bahwa
mioepitel di kelenjar payudara sebagai pijat oksitosin dilakukan dua kali dalam
respons terhadap pengisapan putting susu sehari dapat memperngaruhi produksi ASI
yang dilakukan si bayi, yang kemudian ibu postpartum.
terjadilah refleks neurogenik (aliran Pijat oksitosin adalah suatu tindakan
listrik saraf) yang dihantarkan ke pemijatan tulang belakang mulai dari
hipotalamus melalui serabut-serabut saraf nervus ke 5 - 6 sampai scapula yang akan
di medula spinalis (daerah tulang mempercepat kerja saraf parasimpatis
belakang) (Hendrik H., 2006) untuk menyampaikan perintah ke otak
Menurut Hockenberry (2002) bagian belakang sehingga oksitosin keluar
menuliskan bahwa pijat oksitosin lebih (Suherni, 2008 Suradi, 2006; Hamranani
efektif diberikan sebanyak dua kali dalam
2010) ( Dalam Fakultas Ilmu Keperawatan KESIMPULAN
Universitas Padjadjaran. Leli Khairani
dkk, 2012)
Berdasarkan hasil analisis data dan
Hasil penelitian yang dilakukan Leli
pembahasan penelitian dapat disimpulkan
Khairani, Maria Komariah, dan Wiwi
ada pengaruh pijat oksitosin terhadap
Mardiah mengenai pengaruh pijat
produksi ASI pada ibu nifas di BPM Lia
oksitosin terhadap involusi uterus pada ibu
Maria Kecamatan Sukarame Tahun 2017
post partum di ruang post partum kelas III
yaitu 93,8% ibu nifas yang melakukan pijat
RSHS Bandung yaitu teridentifikasi
oksitosin sebagian besar memiliki produksi
pengaruh oksitosin terhadap involusi
ASI yang cukup, 56,2% ibu nifas yang
uterus pada ibu post partum di Ruang Post
tidak melakukan pijat oksitosin terdapat 9
Partum Kelas III RSHS Bandung, melalui
orang yang memiliki produksi ASI yang
uji statistik Chi-square dengan nilai p <
cukup.
0.05.
Hasil analisis statistik lebih lanjut
Berdasarkan teori dan hasil
menyimpulkan bahwa ada pengaruh yang
penelitian di atas menurut peneliti adanya
signifikan antara pijat oksitosin terhadap
pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi
produksi ASI pada ibu nifas dengan p-
ASI di BPM Lia Maria Kecamatan
value 0,037.
Sukarame Bandar Lampung Tahun 2017
karena dengan melakukan pijat oksitosin Berdasarkan kesimpulan tersebut
dapat merangsang hormon oksitosin yang penulis menyarankan kepada BPM Lia
berfungsi dalam pengeluaran ASI. Dilihat Maria untuk melakukan pijat oksitosin
dari segi pekerjaan, sebagian besar setelah 3 jam postpartum dan mengajarkan
responden tidak bekerja, seharusnya
memungkinkan untuk melaksanakan pijat
oksitosin baik oleh suami di pagi dan sore
hari ataupun dilakukan oleh keluarga.
ibu nifas cara melakukan pijat oksitosin, Hendrik, H. 2006. Problema Haid. Solo:
melakukan penyuluhan mengenai pijat PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
oksitosin di kelas ibu dan dapat Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan
memotivasi ibu dan keluarga untuk Indonesia 2014. BandarLampung:
melakukan pijat oksitosin selama masa Dinas Kesehatan Kota Bandar
nifas, dan menyediakan leaflet atau Lampung
brosur mengenai pijat oksitosin sehingga Khairani, Maria dkk. 2012. Pengaruh
dapat meningkatkan pengetahuan ibu Pijat Oksitosin Terhadap Involusi
nifas akan pijat oksitosin. Uterus pada Ibu Post Partum Di
Ruang Post Partum Kelas III RSHS
Bandung. Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas
DAFTAR PUSTAKA Padjadjaran
Rahayu, Anik Puji. 2016. Panduan
Endah, Siti Nur dan Imas Masdinarsah. Praktikum Keperawatan
2011. Pengaruh Pijat Oksitosin Maternitas.
terhadap Pengeluaran Kolostrum Yogyakarta:DeepublishRamadhy,
pada Ibu Post Partum di Ruang Suryani, Emy & Kh Endah Widhi Astuti.
Kebidanan di Rumah Sakit 2013. Pengaruh Pijat Oksitosin
Muhammadiyah Bandung Tahun Terhadap Produksi Asi Ibu
2011. Stikes Jendral A. Yani Postpartum Di BPM Wilayah
Cimahi Kabupaten Klaten. Jurusan
F.B. Monika. 2014. Buku Pintar ASI Kebidanan Poltekkes Surakarta.
dan Menyusui. Jakarta: Noura Walyani, Elisabeth Siwi dan Endang
Books Purwoastuti. 2015. Asuhan
Fikawati, Sandra; dkk. 2015. Gizi Ibu Kebidanan Masa Nifas dan
dan Bayi. Jakarta: PT Menyusui. Yogyakarta: PT. Pustaka
Rajagrafindo Persada Baru.

PENGAR Ridawati Sulaeman1, Putu


UH PIJAT Lina2, Masadah3, Dewi
OKSITOSIN
Purnamawati4
TERHADAP 1-4
Jurusan Keperawatan , Poltekkes
PENGELUARA Kemenkes Mataram, Indonesia

N ASI PADA ridasulaeman@gmail.com, Tlp: +287864508983

IBU
POSTPARTUM Genesis Naskah:
PRIMIPARA Diterima 19 Oktober 2018; Disetujui 10 Desember
2018; Di Publikasi 1 Februari 2019
Abstrak THE EFFECT OF
Pijat oksitosin merupakan stimulasi yang OXYTOCINES MASSAGE ON
dapat diberikan untuk merangsang BREAST MILK IN PRIMIPARA
pengeluaran ASI. Pijatan ini memberikan
rasa nyaman pada ibu setelah mengalami Abstract
proses persalinan. Tujuan : Mengetahui The massage of oxytocin is a stimulation
pengaruh pijat oksitosin terhadap that can be give to stimulate production of
pengeluaran ASI pada ibu post partum breast milk. This massage gives a
primipara. Metode.Desain penelitian yang comfortable to the post partum’s women.
digunakan Quasi Eksperimen dengan This is to know the effect of oxytocin
rancangan one group pre and post test massage on production of breast milk on
design. Sampling yang digunakan primiparous postpartum’s women. The
proportional random sampling. Jumlah research design using quasi experiment
responden penelitian sebanyak 30 with one group pre and post test design.
responden. Hasil. Rata rata pengeluaran The sampling method using proportional
ASI 5.37 kali lebih besar dibandingkan random sampling. The sample is 30
rata rata sebelum dilakukan intervensi samples. The average of 30 breast milk
dengan rata rata 0.97. Hasil uji statistik production of women 5.37 more greater
menggunakan Wilcoxon Match Pairs Test than result before the intervention with
diperoleh p value = 0,000 atau p < α=0,05 average of 0.97. Statistical test results using
yang berarti H0 ditolak H1 diterima atau Wilcoxon Match Pairs Test is p value =
ada pengaruh yang signifikan pijat 0.000 or p <α = 0.05 which means H0
oksitosin pada ibu post partum primipara rejected, H1 accepted or there is significant
di wilayah kerja Puskesmas se - Kota effect of Oksitosin Massage in Primiparous
Mataram. Kesimpulan. Pijat oksitosin Post Partum’s women Over Puskesmas in
berpengaruh terhadap pengeluaran ASI Mataram City. There are effects of
pada ibu post partum primipara. Saran. Massage of oxytocin affects breastfeeding
Diharapkan sebagai masukan ilmu untuk in primiparous postpartum’s women. It is
dapat diterapkan menjadi bagian dari can be applied for paramedice and public
intervensi pijat oksitosin bagi petugas specially post partum’s women to raises
kesehatan maupun masyarakat untuk production of breast milk with oxytocin
pengeluaran ASI. massage.

Kata Kunci : Pijat oksitosin,


Pengeluaran ASI, Post partum, Keywords: Oxytocines massage,
Primipara Breast milk, Primipara

Pendahuluan
Ibu post partum dengan persalinan
normal terutama pada ibu primipara,
persalinan merupakan pengalaman yang
pertama sehingga dapat menyebabkan stres
saat persalinan maupun setelah persalinan. seluruh puskesmas Kota Mataram pada
Stres yang dialami ibu primipara dapat tahun 2017 yaitu 8.860 jiwa. Data ibu
meningkatkan kadar hormon kortisol yang melahirkan di puskesmas pagesangan
menyebabkan menurunnya kadar hormon sebanyak 1820 jiwa, puskesmas Dasan
oksitosin sehingga mengakibatkan Agung sebanyak 325 jiwa, Puskesmas
keterlambatan onset laktasi (Astutik, 2015). Ampenan tahun 2017 sebanyak 370 jiwa,
Puskesmas Pajeruk sebanyak 449 jiwa,
Kesehatan ibu baik fisik maupun
puskesmas Karang Pule sebanyak 1250 jiwa,
psikis serta keadaan payudara ibu juga
Puskesmas Mataram 1176 jiwa, Puskesmas
mempengaruhi proses laktasi merupakan
Selaparang 723 jiwa, Puskesmas Tanjung
hasil interaksi kompleks antara status
Karang 520 jiwa, Puskesmas Karang
nutrisi, keadaan kesehatan serta keadaan
Taliwang 620 jiwa,
payudara ibu yang nantinya akan
berpengaruh pada produksi dan
pengeluaran ASI.(Carpenito, 2009).

Pijat oksitosin merupakan pemijatan


pada tulang belakang yang di mulai pada
tulang belakang sampai tulang costae
kelima – keenam dan merupakan usaha
untuk merangsang homon usaha untuk
merangsang hormon prolaktin dan
oksitosin setelah melahirkan sehingga pijat
oksitosin merupakan salah satu solusi untuk
mengatasi ketidaklancaran produksi ASI.
(Depkes RI, 2007). Jumlah kelahiran atau
ibu melahirkan pada tahun 2016 di provinsi
NTB sebanyak 100.642 jiwa. (Dinas
Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat
Tahun 2016)

Dari hasil survey atau pengambilan


data dari masing masing puskesmas di Kota
Mataram didapatkan data ibu melahirkan di
Puskesmas Cakranegara 1018 jiwa, dan sebenarnya dimulai. Dalam beberapa hari
Puskesmas Dasan Cermen 589 jiwa. Data pertama payudara mengeluarkan kolostrum
kunjungan ibu hamil trimester tiga pada yang sangat penting bagi kesehatan bayi.
bulan maret 2018 di Puskesmas se Payudara menghasilkan ASI dimulai ketika
bayi mulai menyusu pada puting susu dan
– Kota Mataram yaitu 685 jiwa. Data dari
hasil rangsangan fisik menyebabkan impuls
masing masing puskesmas yaitu
pada ujung saraf yang selanjutnya dikirim
Puskesmas Dasan Cermen sebanyak 147
ke hypothalamus di otak yang secara
jiwa, Puskesmas Karang Taliwang
bergantian memberitahu kelenjar pituitary
sebanyak 26 Jiwa. Data kunjungan ibu
di otak untuk menghasilkan hormon
trimester tiga yaitu di Puskesmas
oksitosin dan prolaktin. Prolaktin
Ampenan pada bulan maret tahun 2018
menyebabkan air susu diproduksi dan
sebanyak 73 jiwa, Puskesmas Pajeruk
oksitosin menyebabkan serat otot yang
sebanyak
mengelilingi kelenjar alveoli mengerut
48 jiwa, Puskesmas Mataram 61 jiwa,
seperti pada otot rahim. Saat serat otot di
Puskesmas Tanjung Karang 53 jiwa,
sekeliling kelenjar alveoli mengkerut
Puskesmas Cakranegara 103 jiwa.
menyebabkan air susu keluar yang disebut
Persiapan payudara untuk aliran, kejadian ini dapat menimbulkan
menyusui dimulai sejak kehamilan yang sensasi pada payudara dan menyemprotkan
ditandai dengan payudara menjadi lebih susu dari puting susu. (Astutik, 2015).
besar seiring dengan meningkatnya Penurunan produksi dan pengeluaran ASI
jumlah dan ukuran kelenjar alveoli pada hari-hari pertama setelah melahirkan
sebagai hasil dari peningkatan kadar dapat disebabkan oleh kurangnya
hormon estrogen. Hal ini terjadi sampai rangsangan hormon prolaktin dan oksitosin
seorang bayi telah disusui untuk beberapa yang sangat berperan dalam kelancaran
hari dimana produksi susu yang produksi dan pengeluaran ASI.

Ada beberapa faktor yang dapat rokok atau alkohol, pil kontrasepsi, asupan
mempengaruhi kelancaran produksi dan nutrisi (Bobak, 2005). Perawatan payudara
pengeluaran ASI yaitu perawatan payudara sebaiknya dilakukan segera setelah
frekuensi penyusuan, paritas, stress, persalinan (1-2 hari), dan harus dilakukan
penyakit atau kesehatan ibu, konsumsi ibu secara rutin. Dengan pemberian
rangsangan pada otot-otot payudara akan menjadi sampel; lbu postpartum hari
membantu merangsang hormon prolaktin pertama yang berdomisili di kota Mataram;
untuk membantu produksi air susu (Bobak, lbu Postpartum normal primipara; adanya
2005). Pijat oksitosin juga merupakan suami atau tinggal bersama suami. Kriteria
stimulasi yang dapat diberikan untuk eksklusi pada penelitian ini, yaitu : Ibu
merangsang pengeluaran ASI. Pijatan ini postpartum yang bayinya meninggal; lbu
memberikan rasa nyaman pada ibu setelah postpartum yang memiliki kelainan pada
mengalami proses persalinan.(Depkes, payudara seperti mastitis; lbu postpartum
2007). Pijat oksitosin merupakan salah satu yang menderita penyakit menular seperti
solusi yang tepat untuk mempercepat dan HIV/AIDS dan Hepatitis; Bayi yang
memperlancar produksi dan pengeluaran dilahirkan memiliki kelainan bawaan
ASI yaitu dengan pemijatan sepanjang seperti labiokisis dan labiopalatokisis; Ibu
tulang belakang (vertebrae) sampai tulang yang mengalami postpartum blues. Teknik
costae kelima atau keenam. Pijat ini akan pengambilan sampel proportional random
memberikan rasa nyaman dan rileks pada sampling. Analisis yang digunakan dalam
ibu setelah mengalami proses persalinan penelitian ini adalah uji statistic Wilcoxon.

Hasil Penelitian dan Pembahasan


Hasil penelitian dalam penelitian ini
dimulai dari karakteristik umum responden
yaitu umur yang disajikan dalam tabel
berikut ini:

Tabel 1 Distribusi frekuensi


responden berdasarkan usia
No Usia Kelompok
Perlakuan n %
1 < 20 9 30
sehingga tidak menghambat sekresi hormon prolaktin
dan oksitosin. (Roesli, 2009). Berdasarkan Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas se-
latar belakang tersebut, maka penulis Kota Mataram.
tertarik untuk melakukan penelitian tentang
Metode
Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Penelitian ini menggunakan metode
Pengeluaran Asi Pada Ibu Post Partum eksperimen semu (Quasi Eksperimen) dengan
rancangan one group pre and post test design. 2 21-35 21 70
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu 3 >35 0 0
postpartum normal hari pertama yang ada di Total 30 100
Wilayah Kerja Puskesmas se-Kota Mataram tahun Selanjutnyaadalah pekerjaan
2018. responden yang
Sampel dalam penelitian ini disajikan dalam tabel berikut ini:
sebanyak 30 responden. Kriteria Inklusi
Tabel 2 Distribusi
dalam penelitian ini adalah Ibu postpartum
frekuensi responden
hari pertama yang bersedia berdasarkan pekerjaan
No Pekerjaan Kelompok
Perlakuan n %
1 Tidak Bekerja 24 80

2 Pedagang 2 7

3 Buruh/Petani 3 10
4 Wiraswasta 1 3
Total 30 100
Hasil penelitian pada 30 orang responden dilakukan penilaian pengeluaran ASI
sebelum dan sesudah intervensi pijat oksitosin pada ibu post partum primipara di Wilayah
Kerja Puskesmas Se-Kota Mataram. didapatkan hasil seperti terlihat pada tabel 3

Tabel 3 Hasil Pengeluaran ASI Responden Sebelum dan Sesudah Pijat


Oksitosin Di Wilayah Kerja Puskesmas Se – Kota Mataram

Sebelum intervensi Setelah intervensi


Kategori
n % n %

Kurang 30 100 0 0
Cukup 0 0 30 100
Banyak 0 0 0 0
Jumlah 30 100 30 100

Berdasarkan tabel 3. menunjukan bahwa pengeluaran ASI sebelum dilakukan


intevensi pijat oksitosin sebanyak 30 (100 %) responden dengan kategori kurang dan setelah
dilakukan pijat oksitosin dari 30 ( 100 % ) responden masuk dalam kategori cukup.

Parameter Mean SD Min Max P

Sebelum intervensi pijat


0,78 0,64 0 2 4.79
oksitosin

Setelah intervensi pijat oksitosin 4,25 0,70 3 5 0.00

Berdasarkan tabel 4, menunjukkan bahwa sebelum dilakukan pijat oksitosin


menunjukan peningkatan pengeluaran ASI 4,25 kali lebih besar dari sebelum dilakukan
intervensi pijat oksitosin dan hasil uji statistik menggunakan Wilcoxon Match Pairs Test
menunjukan bahwa setelah dilakukan intervensi pijat oksitosin dengan nilai p value = 0,000
atau p < α=0,05 yang ada pengaruh yang signifikan Pijat Oksitosin Pada Ibu Post Partum
Primipara di wilayah kerja Puskesmas se - Kota Mataram

Berdasarkan hasil penelitian yang Penurunan produksi dan pengeluaran ASI


dilakukan pada 30 responden menunjukan pada hari-hari pertama setelah melahirkan
bahwa pengeluaran ASI sebelum dilakukan dapat disebabkan oleh kurangnya
intevensi pijat oksitosin sebanyak 30 rangsangan hormon prolaktin dan oksitosin
responden dengan kategori kurang.
yang sangat berperan dalam kelancaran ASI terjadi keterlambatan dibanding dengan
produksi dan pengeluaran ASI. ibu yang dilakukan pijat oksitosin. Ibu yang
tidak dilakukan pijat oksitosin mengalami
Ada beberapa faktor yang dapat
keterlambatan pengeluaran ASI, hal ini bisa
mempengaruhi kelancaran produksi dan
terjadi karena puting susu ibu yang sangat
pengeluaran ASI yaitu makanan,
kecil karena akan membuat produksi
ketenangan jiwa dan pikiran, penggunaan
hormon oksitosin dan hormon prolaktin
alat kontrasepsi, perawatan payudara,
akan terus menurun dan ASI akan terhenti.
faktor aktivitas istirahat, faktor isapan
bayi, konsumsi alcohol dan rokok.(Dewi, Selain itu produksi ASI sangat dipengaruhi
2011). oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu
dalam keadaan tertekan, sedih, kurang
Hasil penelitian ini sejalan dengan
percaya diri dan berbagai bentuk
penelitian Ummah 2014, dengan rata rata
ketegangan emosional akan menurunkan
pengeluaran ASI pada ibu post partum
volume ASI bahkan tidak akan terjadi
yang di berikan pijat oksitosin lebih cepat
produksi ASI. ASI dapat diproduksi
6.21 jam setelah bayi lahir dibandingkan
dengan baik jika ibu dalam keadaan tenang
tidak diberikan pijat oksitosi dengan rata
dan nyaman (Varney, 2008). Sebenarnya,
rata 8.93 jam setelah bayi lahir. Hal ini
laktasi melibatkan proses produksi dan
diperkuat dengan teori Guyton 2007. Salah
pengeluaran ASI. Produksi ASI sudah
satu teori persalinan adalah adanya
dimulai sejak kehamilan, dan pengeluaran
hormon estrogen dan progesteron turun
secara drastis sehingga digantikan oleh ASI masih dihambat selama masa
kehamilan. Segera setelah bayi dan
hormon prolaktin dan hormon oksitosin.
placenta lahir, estrogen dan progesterone
Hormon prolaktin dan oksitosin
turun drastis sehingga kerja prolaktin dan
memainkan peran dalam proses laktasi
okstosin akan maksimal sehingga
sehingga pengeluaran ASI akan lancar.
pengeluaran dan pengeluaran ASI akan
ASI yang tidak keluar bukan karena
lancar. Tidak keluarnya ASI tidak semata
produksi ASI yang tidak tercukupi, tetapi
karena produksi ASI tidak ada atau tidak
produksi ASI cukup namun
mencukupi, tetapi sering kali produksi ASI
pengeluarannya terhambat akibat hambatan
cukup namun pengeluarannya yang
sekresi oksitosin (Guyton & Hall, 2007).
dihambat akibat hambatan sekresi
Hal ini menunjukkan kesesuaian hasil
oksitosin. Hormon oksitosin disebut juga
penelitian dengan teori varney 2008. Jika
dengan hormone cinta kasih, sehingga bila
tidak dilakukan pijat oksitosin pengeluaran
kondisi ibu senang, tenang, dan nyaman, masuk dalam kategori cukup. Ini
produksi oksitosin akan meningkat menunjukan setelah dilakukan intervensi
(Roesli; 2008). Sebaliknya sekresi pijat oksitosin pada ibu post partum hasilnya
okstosin akan menurun pada saat ibu mengalami peningkatan dengan rata rata
berada dalam keadaan khawatir, takut, 4,25 kali lebih besar daripada sebelum
atau bahkan cemas (Johson, Ruth; 2004). dilakukan pijat oksitosin pada ibu post
Pijat oksitosin, yaitu pemijatan sepanjang partum primipara. Pengeluaran ASI dapat
tulang belakang (vertebrae) sampai tulang dipercepat dengan tindakan non
costae kelima atau keenam akan farmakologis yaitu melalui pijatan atau
memberikan rasa nyaman dan rileks pada rangsangan pada tulang belakang,
ibu setelah mengalami proses persalinan neurotransmitter akan merangsang medulla
sehingga sekresi hormone prolaktin dan oblongata langsung mengirim pesan ke
oksitosin tidak terhambat (Biancuzzo, hypothalamus di hypofise posterior untuk
2003; Roesli, 2008). Pada ibu yang baru mengeluarkan oksitosin yang menyebabkan
saja melewati proses persalinannya sering payudara mengeluarkan ASI. Dengan
merasa kelelahan dan stress akibat rasa pijatan di daerah tulang belakang ini juga
sakit yang dialami saat menjalani akan merelaksasi ketegangan dan
persalinannya, serta ketegangan otot. menghilangkan stress, dengan begitu
Untuk itu dukungan dari berbagai pihak hormone oksitosin keluar dan akan
baik suami, keluarga ataupun tenaga membantu pengeluaran ASI, dibantu dengan
kesehatan sangat diperlukan karena isapan bayi pada puting susu sesaat segera
kondisi psikologi ibu yang tidak stabil setelah bayi lahir, ASI yang menetes atau
dapat menurunkan stimulus hormon keluar merupakan tanda aktifnya reflek
oksitosin. Dampak yang terjadi adalah oksitosin (Perinasia, 2007). Penelitian ini
pemngeluaran ASI menjadi terlambat. sejalan dengan penelitian Ummah tahun
Selain dukungan emosional, dukungan 2014 massage/pijat merupakan salah satu
fisik dengan pemberian pijat dan juga terapi pendukung yang efektif untuk
pemenuhan nutrisi serta istirahat yang mengurangi ketidaknyamanan fisik serta
cukup akan membuat tubuh ibu menjadi memperbaiki gangguan mood. Pengurangan
rileks dan nyaman. ketidaknyamanan pada ibu menyusui akan
membantu lancarnya pengeluaran ASI.
Berdasarkan hasil penelitian setelah
dilakukan pijat oksitosin dari 30 Terjadinya peningkatan produksi
responden, sebagian besar responden ASI pada kelompok perlakuan dapat
memberikan efek rileks pada ibu yang menyebabkan air susu keluar yang disebut
secara tidak langsung dapat menstimulasi aliran, kejadian ini dapat menimbulkan
hormone oksitosin yang dapat membantu sensasi pada payudara dan menyemprotkan
proses kelancaran produksi ASI. Penelitian susu dari puting susu. Jika hormone
Gustriani tahun 2015 menyatakan bahwa oksitosin mengalami keterlambatan maka
pada kelompok bayi yang hanya menerima pemijatan untuk menstimulasi hormone agar
ASI, maka ASI pertama/kolostrum akan dapat mempercepat proses pores produksi
keluar 23 jam pasca melahirkan. Penelitian dan pengeluaran ASI. (Astutik, 2015). Pijat
ini di perkuat dengan teori Astutik, 20015 oksitosin merupakan salah satu solusi untuk
yang menyatakan persiapan payudara mengatasi ketidaklancaran produksi ASI.
untuk menyusui dimulai sejak kehamilan Pijat oksitosin adalah pemijatan pada
yang ditandai dengan payudara menjadi sepanjang tulang belakang (vertebrae)
lebih besar seiring dengan meningkatnya sampai tulang costae kelima-keenam dan
jumlah dan ukuran kelenjar alveoli sebagai merupakan usaha untuk merangsang hormon
hasil dari peningkatan kadar hormon prolaktin dan oksitosin setelah mebhirkan.
estrogen. Hal ini terjadi sampai seorang Pijjatan ini berfungsi untuk meningkatkan
bayi telah disusui untuk beberapa hari hormon oksitosin yang dapat menenangkan
dimana produksi susu yang sebenarnya Ibu, sehingga ASI otomatis keluar (Roesli,
dimulai. Dalam beberapa hari pertama 2009). Manipulasi pijatan bisa mempercepat
payudara mengeluarkan kolostrum yang produksi ASI dengan cara merangsang
sangat penting bagi kesehatan bayi. sekresi hormon. Pijat oksitosin merupakan
Payudara menghasilkan ASI dimulai ketika tindakan melakukan pijatan di daerah
bayi mulai menyusu pada puting susu dan punggung di area tulang belakang
hasil rangsangan fisik menyebabkan menggunakan kedua ibu jari dengan gerakan
impuls pada ujung saraf yang selanjutnya me!ingkar (gerakan love). Pijatan ini bisa
dikirim ke hypothalamus di otak yang dilakukan dua kali dalam sehari dengan
secara bergantian memberitahu kelenjar durasi 3 - 5 menurut pijatan ini akan
pituitary di otak untuk menghasilkan membantu mengatasi masalah pada saat
hormon oksitosin dan prolaktin. Prolaktin menyusui yaitu ASI yang tidak keluar
menyebabkan air susu diproduksi dan (Pumama, 2013). Berdasarkan hasil
oksitosin menyebabkan serat otot yang penelitian ini, setelah dilakukan tindakan
mengelilingi kelenjar alveoli mengerut pijat oksitosin ibu dapat mengeluarkan ASI
seperti pada otot rahim. Saat serat otot di untuk bayinya. Tindakan pijat oksitosin ini
sekeliling kelenjar alveoli mengkerut sangat membantu dalam proses pengeluaran
ASI. Pijatan tersebut dapat memberikan didapatkan p value=0,000 (<0,005) artinya
kenyamanan pada ibu dan merangsang ada pengaruh pijat oksitosin terhadap
hormon oksitosin. Berdasarkan hasil pengeluaran ASI pada ibu pasca salin
penelitian yang dilakukan pada 30 normal, sehingga di simpulkan bahwa pijat
responden menunjukkan bahwa hasil uji oksitosin dapat mempercepat pengeluaran
statistik menggunakan Wilcoxon Match ASI. Berdasarkan hasil penelitian dan uji
Pairs Test menunjukan peningkatan statistik yang telah dilakukan oleh peneliti
pengeluaran ASI 15.50 kali lebih besar dapat diketahui bahwa pijat oksitosin
daripada tidak dilakukan intervensi pijat memiliki pengaruh terhadap pengeluaran
oksitosin dengan nilai p value = 0,000 atau ASI pada ibu postpartum. Sebagaimana
p < α=0,05 yang berarti ada pengaruh yang teori Depkes RI (2007) yang menjelaskan
signifikan Pijat Oksitosin Pada Ibu Post bahwa pijat oksitosin ini dilakukan untuk
Partum Primipara di wilayah kerja merangsang refleks oksitosin atau reflex let
Puskesmas se - Kota Mataram. Melalui down. Selain untuk merangsang refleks let
rangsangan atau pijatan pada tulang down manfaat pijat oksitosin adalah
belakang, neurotransmitter akan memberikan kenyamanan pada ibu,
merangsang medullaoblongata langsung mengurangi bengkak (engorgement),
mengirim pesan ke hypothalamus di mengurangi sumbatan ASI, merangsang
hypofise posterior untuk mengeluarkan pelepasan hormon oksitosin,
oksitosin yang menyebabkan payudara mempertahankan produksi ASI ketika ibu
mengeluarkan ASI. Dengan pijatan di dan bayi sakit. ASI diproduksi atas hasil
daerah tulang belakang ini juga akan kerja gabungan antara hormon dan refleks.
memberi rasa rileks, menghilangkan stress Refleks Prolaktin yaitu refleks
dan dengan begitu hormon oksitosin keluar pembentukan atau produksi ASI. Refleks
dan akan membantu pengeluaran ASI. ASI oksitosin yaitu reflek pengaliran atau
yang menetes atau keluar merupakan tanda pelepasan ASI (let down reflex) setelah
aktifnya reflek oksitosin (Perinasia, 2007). diproduksi oleh sumber pembuat susu, ASI
Hasil penelitian ini sejalan dengan akan dikeluarkan dari sumber pembuat
penelitian yang dilakukan Ummah (2011) susu dan dialirkan ke saluran susu. Pijat
mengatakan bahwa pengeluaran ASI pada oksitosin ini dilakukan untuk merangsang
kelompok intervensi pijat oksitosin refleks oksitosin atau reflex let down.
(mean= 6.2143) dibandingkan kelompok Selain untuk merangsang refleks let down
kontrol (mean= 8.9286) hasil uji manfaat pijat oksitosin adalah memberikan
kenyamanan pada ibu, mengurangi dan mencintai bayinya, sehingga dengan
bengkak (engorgement), mengurangi begitu hormon oksitosin keluar dan ASI pun
sumbatan ASI, merangsang pelepasan cepat keluar (Astutik, 2015).
hormon oksitosin, mempertahankan
Kesimpulan
produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit
Berdasarkan hasil penelitian ini,
(Depkes RI, 2007). Payudara
hasil uji statistik yang telah di lakukan oleh
menghasilkan ASI dimulai ketika bayi
peneliti dapat diketahui bahwa pijat
mulai menyusu pada puting susu dan
oksitosin memiliki pengaruh terhadap
hasil rangsangan fisik menyebabkan
pengeluaran ASI pada ibu post partum
impuls pada ujung saraf yang selanjutnya
primipara. Pijat oksitosin ini merupakan
dikirim ke hypothalamus di otak yang
salah satu cara dari beberapa tindakan
secara bergantian memberitahu kelenjar
nonfarmakologis lainnya yang dapat
pituitary di otak untuk menghasilkan
membatu merangsang hormone oksitosin
hormon oksitosin dan prolaktin. Prolaktin
sehingga dapat membuat ibu merasa nyaman
menyebabkan air susu diproduksi dan
dan dapat mengeluarkan ASI.
oksitosin menyebabkan serat otot yang
mengelilingi kelenjar alveoli mengerut Daftar Pustaka
seperti pada otot rahim. Saat serat otot di
Astutik, R.Y. 2014. Payudara Dan Laktasi. Jakarta:
sekeliling kelenjar alveoli mengkerut Salemba Medika.
menyebabkan air susu keluar yang
disebut aliran, kejadian ini dapat Bobak, dkk. 2005. Buku Ajar Keperawatan
Maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGC
menimbulkan sensasi pada payudara dan
menyemprotkan susu dari puting susu.
Hormon oksitosin akan keluar melalui Dewi, Dkk. 2011. Asuhan Kepada Ibu Nifas.
Jakarta: Salemba Medika.
rangsangan ke puting susu melalui isapan
mulut bayi atau melalui pijatan pada
Depkes RI 2007. Menejemen Laktasi. Jakarta: EGC.
tulang belakang ibu bayi, dengan
dilakukan pijatan pada tulang belakang Faizatul U. (2011). Pijat
oksitosin untuk mempercepat
ibu akan merasa tenang, rileks,
pengeluaran ASI pada ibu pasca
meningkatkan ambang rasa nyeri persalinan normal di desa ketanan
Kecamatan
Gersik..http://navelmangelep.wordpr
ess.co m/2011/11/02/Hubungan
pengaruh pijat oksitosin.com/
diakses 26 maret 2016
Guyton A.C And J.E.Hall. 2007. Buku Ajar Notoatmodjo, 2012. Metodologi Penelitian
Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta: Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta: Rieneka
EGC. Cipta

Hidayat. A. A. 2012. Riset Keperawatan Dan Putri Dalam Wijayanti. 2015. Pengaruh Pijat
teknik Penulisan Ilmiah.Salemba Medika. Oksitosin Terhadap Produksi ASI.
Jaarta Yogyakarta: Stikes Asyiyiyah Yogyakarta.

Johnson, Ruth (2004). Buku Ajar Roesli, U. 2008. Manfaat Asi Dan Menyusui.
Praktik Kebidanan, Jakarta : EGC Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Kemenkes RI (2013) Peraturan Pemerintah Roesli, U. 2009. Mengenal ASI Eksklusif. Trubus
Republic Indonesia No 33 Tahun 2012 Agriwidya: Jakarta.
Tentang Pemberian Air Susu Ibu Ekslusif.
Jakarta: Kemenkes RI.
Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa
Kodrat, L. 2010. Dahsyatnya Asi Dan Laktasi. Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Yogyakarta: Pallmal.
Setiadi. 2007. Konsep dan penulisan riset
Lilies Wijayanti. 2015. Pengaruh Pijat Oksitosin keperawatan. Graha Ilmu. Yogyakarta
Terhadap Produksi Asi. Yogyakarta:
Stikes Aisyiyiah Yogyakarta.
Soetjiningsih. 2009. Asi Petunjuk Untuk Tenaga
Kesehatan. Jakarta: EGC.
Machfoedz, Ircham. (2013). Metode Penelitian
Kuantitatif dan Kualitat. Yogyakarta:
Fitramaya. Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif Dan R & BD. Bandung: Alfabeta
Perinasia. 2007. Menejemen Laktasi Menuju
Persalinan Aman Dan Bayi Lahir Sehat,
1st Ed. Jakarta.

Perinasia. 2009. Menejemen Laktasi Menuju


Persalinan Aman Dan Bayi Lahir Sehat,
2nd Ed. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai