Anda di halaman 1dari 38

RESUME ASKEP MATERNITAS

PADA Ny. N DENGAN KETIDAKEFEKTIVAN POLA MENYUSUI


DI DESA JATIROTO JABUNG

DISUSUN OLEH
FITRIA ANISSAUL MUTIAH S.KEP
2008025

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN PROFESI NERS
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
PENGKAJIAN POST NATAL PADA Ny. N

Tanggal masuk : - Jam masuk :-


Pengkajian : Selasa, 2/02/2021 Jam : 11.00 WIB
Ruang/ Kelas : Daring Nama mahasiswa :Fitria Anissaul

A. IDENTITAS
Nama pasien : Ny. N Nama suami :Tn. K
Umur : 20 Tahun Umur :23 Tahun
Suku/Bangsa : Jawa Suku/Bangsa : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Pegawai Swasta
Alamat : Jatiroto Jabung Alamat :Jatiroto Jabung

B. RIWAYAT KESEHATAN
1) Keluhan utama : ASI klien belum keluar
dengan lancar
2) Status obstetric : Nifas hari ke-20 P1A0
No Tipe BB Keadaan Umur Komplikasi
persalinan lahir bayi anak nifas
waktu
lahir
1 Spontan 2500gr Normal - -
3) Masalah kehamilan sekarang :-
4) Riwayat persalinan sekarang : Normal
5) Riwayat KB :-
6) Rencana KB :-
C. KEBUTUHAN DASAR KHUSUS
1. Pola nutrisi
Frekwensi makan: 3 x/ hari
Nafsu makan: baik, klien mengatakan selalu merasa lapar
Jenis makanan rumah: sayuran dan ikan
Makanan yang tidak disukai/alergi/pantangan: klien, alergi seafood
2. Pola eliminasi
BAK
Frekwensi: 5x sehari Warna : kuning jernih
Keluhan yang berhubungan dengan BAK: tidak ada
BAB
Frekwensi : 1x sehari Warna :coklat
Konsistensi : padat Keluhan : tidak ada
3. Pola personal Hygiene
Klien mengatakan selalu menjaga kebersihan daerah kewanitannya
4. Pola istirahat dan tidur
•Sebelum sakit: Pasien mengatakan dapat tertidur lelap selama kurang
lebih 6-8 jam dalam sehari dan pasien memiliki kebiasaan tidur siang
•Setelah sakit : Saat pengkajian pasien mengatakan pada malam sering
terbangun karena anaknya menangis.
5. Pola aktivitas dan latihan
•Sebelum sakit: Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan
beraktivitas, semua kegiatan dilakukan secara mandiri
•Setelah sakit : Pasien mengatakan terkadang belum bisa melakukan
beberapa aktivitas sendiri, butuh bantuan keluarga
6. Aspek Psikologis Ibu
•Sebelum sakit: Pasien mengatakan takut jika melahirkan
•Setelah sakit : Pasien mengatakan akan berusaha menjadi ibu yang baik,
dan bahagia memiliki anak
D. PEMERIKSAAN FISIK
1) Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis
2) Tekanan darah : 120/80 mmHg Nadi : 85x/menit
3) Respirasi : 22x/menit Suhu : 36,5˚C
4) Mata
a) Konjungtiva: () Normal/merah ( ) Anemis ( ) sangat merah
b) Sklera : ( ) Ikterik () Anikterik
5) Mulut
a) Gigi : () Carries ( ) Tidak
b) Memakai gigi palsu: ( ) Ya () Tidak
6) Dada
a) Mammae: membesar () Ya ( ) Tidak
b) Arreolla mammae: Berwarna hitam, tidak terdapat benjolan
c) Papila mammae: Menonjol () Datar ( ) Kedalam ( )
d) Colostrum: Keluar () Ya ( ) Belum
7) Paru (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)
Inspeksi : Bentuk dada simetris
Palpasi :Tidak teraba nyeri tekan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler
8) Jantung (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)
Inspeksi : Simetris, ictus cordis tidak Nampak
Palpasi : Tidak teraba nyeri tekan
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Bunyi jantung Lup Dup
9) Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
a) Keadaan: lembek
b) Striae: Albicans
c) Luka bekas operasi: tidak ada
Palpasi
a) TFU : -
b) Kontraksi: -
c) Kondisi vesika urinaria : -
d) Distensi: -
10) Perineum:
a) Utuh/ laserasi: ya/ tidak
b) Episiotomi: ya
c) Jenis episiotomy: () Medialis ( ) Lateralis ( ) Medialateralis
d) Tanda-tanda infeksi -
e) Lokhea: - Warna: - Banyaknya: - Bau: -
f) Oedem/ Hematom: -
11) Anus: tidak hemoroid
12) Ekstremitas
Edema: tidak, Varices: tidak, Tanda Hoffman: tidak
13) Sistem Integumen
a) Turgor kulit: Baik dan cepat kembali ke bentuk semula
b) Warna kulit: sawo matang
ANALISA DATA
NO DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI TTD
1. DS: pasien Menyusui Ketidakadekuatan ANISS
mengatakan ASI tidak efektif suplai ASI A
tidak bisa keluar (D.0029)
dengan lancar
DO:
- Ibu terlihat
cemas
- ASI tidak
menetes/me
mancar
- Intake bayi
tidak adekuat

2. DS: ibu Ansietas Kurang terpapar ANISS


mengatakan (D.0080) informasi A
khawatir jika ASI
tidak keluar maka
bayi akan kelaparan
DO:
- Ibu terlihat
bingung
- Ibu tampak
gelisah

DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO TGL DX KEP TTD
1. 03/02/2021 Menyusui tidak efektif ANISSA
Jam 09.25 berhubungan dengan
ketidakadekuatan suplai ASI
dibuktikan dengan ibu
mengeluhkan ASI tidak mau
keluar, itu tampak cemas, ASI
tidak menetes atau memancar
dan intake bayi tidak adekuat
2. Ansietas Ansietas berhubungan dengan ANISSA
Jam 09.25 kurang terpaparnya informasi
dibuktikan dengan ibu
mengeluhkan bingung dan
khawatir jika ASI tidak keluar,
ibu terlihat gelisah

INTERVENSI KEPERAWATAN
N D TUJUAN &
INTERVENSI RASIONALISASI TTD
O P KRITERIA
1. 1 Setelah dilakukan Edukasi menyusui
tindakan (I.12393)
keperawatan Observasi Untuk mengetahui
selama 1x24 jam, - Identifikasi sejauh mana ibu
maka status kesiapan dan siap dan mampu
menyusui kemampuan dalam menerima
dikatakan menerima informasi terkait
meningkat informasi dengan edukasi
apabila menyusui
KH:
- Tetesan Terapeutik Supaya ibu
atau - Dukung ibu memiliki motivasi
pancaran meningkatkan sehingga
ASI kepercayaan mengurangi stress
meningkat diri dalam pada ibu
- Suplai ASI menyusui
adekuat Supaya ibu
meningkat - Libatkan mendapatkan
- Payudara sistem dukungan dan ibu
ibu kosong pendukung: bisa lebih rileks
setelah suami, saat menyusui
menyusui keluarga, bayi
meningkat tenaga
- Kecemasa kesehatan dan
n maternal masyarakat
menurun Edukasi Supaya ibu
- Bayi rewel - Berikan memiliki
menurun konseling pengetahuan
menyusui tentang menyusui

Supaya ibu
- Jelaskan mengerti manfaat
manfaat menyusui bagi ibu
menyusui bagi dan bayi
ibu dan bayi
Supaya ibu dapat
- Ajarkan posisi memberikan ASI
menyusui dan secara maksimal
perlekatan atau adekuat
dengan benar
Untuk
- Ajarkan meningkatkan
perawatan produksi ASI
payudara
postpartum
(pijat
oksitosin)
2. 2 Setelah dilakukan Reduksi Ansietas
tindakan (I.09314)
keperawatan Observasi Untuk
selama 1x24 jam, 1. Identifikasi saat mempermudah
maka tingkat ansietas berubah perawat dalam
ansietas mengidentifikasi
dikatakan perubahan ansietas
menurun apabila yang dialami oleh
KH: ibu
- Verbalisasi
kebingung 2. Monitor tanda- Untuk mengetahui
an tanda ansietas (verbal tanda-tanda
menurun dan non verbal) ansietas yang
- Verbalisasi disampaikan oleh
khawatir ibu
akibat Terapeutik
kondisi 1. Ciptakan suasana Untuk
yang terapeutik untuk mempermudah
dihadapi menumbuhkan melakukan
menurun kepercayaan tindakan
- Perilaku keperawatan
gelisah selanjutnya
menurun
- 2. Temani pasien Agar pasien tidak
untuk mengurangi merasa kesepian
Kecemasan

3. Pahami situasi Untuk dapat


yang membuat langsung
Ansietas meminimalkan
situasi yang dapat
membuat ansietas

4. Dengarkan dengan Supaya pasien


penuh perhatian dapat lebih tenang
dan mau
menceritakan
semua yang
dirasakannya
Edukasi
1. Anjurkan keluarga Supaya pasien
untuk tetap tidak merasa
bersama pasien sendirian

2. Anjurkan Supaya perawat


mengungkapkan mengetahui apa
perasaan yang sedang
dan persepsi dirasakan oleh
pasien

IMPLEMENTASI
TGL D IMPLEMENTA RESPON PASIEN TTD
P SI
03/02/202 1 1. Kaji kesiapan DS: ibu mengatakan ANISS
1 dan kemampuan bersedia A
Jam 09.00 menerima DO: ibu tampak siap
informasi dalam menerima
informasi

1 2. Memberi DS: ibu


Jam 09.05 dukung pada ibu berterimakasih ANISS
untuk kepada perawat A
meningkatkan karena telah
kepercayaan diri diberikan dukungan
dalam menyusui DO: ibu tampak
senang

1 3. Memberikan DS: ibu mengatakan


Jam 09.10 konseling bersedia diberikan
menyusui untuk konseling tentang ANISS
ibu menyusui A
DO: ibu tampak
menyimak
konseling yang
diberikan oleh
perawat
1 4. Memberitahu
Jam 09.15 ibu tentang DS: ibu mengatakan
manfaat sudah mengetahui
menyusui bagi manfaat dari ANISS
ibu dan bayi menyusui A
DO: ibu dapat
menyebutkan
kembali manfaat
yang telah
disampaikan oleh
perawat dengan
benar
1
Jam 09.20 5. Mengajarkan DS: ibu mengatakan
ibu tentang posisi mengerti dan akan
menyusui dan mem praktikannya
perlekatan yang saat menyusui LINDA
benar DO: posisi
menyusui ibu sudah
1 benar
Jam 09.30 6. Mengajarkan
ibu untuk DS: ibu mengatakan
melakukan sudah paham dan
perawatan akan melakukannya LINDA
payudara DO: ibu melakukan
postpartum (pijat pijat oksitosin
oksitosin) secara benar dan
tepat
03/02/202 2 1. Kaji pasien DS:ibu kooperatif
1 saat ansietas dalam memberitahu
Jam 09.35 berubah perubahan ansietas
yang dirasakan
DO: ibu terlihat
tidak ada yang
disembunyikan

2 DS:ibu mengatakan ANISS


Jam 09.40 2. Kaji tanda- masih sedikit cemas A
tanda ansietas jika ASI tidak
pasien (verbal keluar
dan non verbal) DO: ibu masih
tampak cemas
2
Jam 09.45 3. Ciptakan DS: - LINDA
suasana DO: ibu tampak
terapeutik untuk percaya dengan
menumbuhkan perawat
kepercayaan
2
Jam 09.50 4. Temani pasien DS: ibu mengatakan ANISS
untuk lebih senang saat A
mengurangi ditemani
Kecemasan DO: ibu terlihat
sedikit tenang
2
Jam 09.55 DS: pasien
5. Mendengarkan mengatakan masih ANISS
keluh kesah sedikit khawatir jika A
pasien dengan ASInya tidak keluar
penuh perhatian DO: ibu leluasa
dalam menceritakan
kekhawatirannyapad
a perawat
2
Jam 10.00 DS: pasien
6. Menganjurkan mengatakan akan
pasien untuk mengungkapkan ANISS
mengungkapkan semua perasaannya A
perasaannya kepada perawat
DO: ibu tampak
kooperatif

EVALUASI
TGL DP IMPLEMENTASI SOAP TTD
03/02/202 1 1. Kaji kesiapan dan S: ibu mengatakan ANISS
1 kemampuan menerima ASI sudah mau A
informasi menetes atau
Jam 10.00 2. Memberi dukung pada memancar, ibu
ibu untuk meningkatkan mengatakan sudah
kepercayaan diri dalam tidak cemas lagi
menyusui
3. Melibatkan sistem O:
pendukung: suami - Suplai ASI
4. Memberikan konseling sudah
menyusui untuk ibu adekuat
5. Memberitahu ibu - Payudara ibu
tentang manfaat sudah tidak
menyusui bagi ibu dan membesar
bayi karena
6. Mengajarkan ibu payudara
tentang posisi menyusui telah kosong
dan perlekatan yang setelah
benar menyusui
7. Mengajarkan ibu meningkat
untuk melakukan - Bayi sudah
perawatan payudara tidak rewel
postpartum (pijat karena telah
oksitosin) diberi ASI
yang cukup
A: masalah teratasi
P: hentikan
intervensi
6/01/2020 2 1. Kaji pasien saat S: ibu mengatakan
Jam 10.30 ansietas berubah sudah tidak
2. Kaji tanda-tanda bingung dan tidak
ansietas pasien (verbal khawatir lagi
dan non verbal) karena ASI sudah
3. Ciptakan suasana mau keluar
terapeutik untuk
menumbuhkan O: pasien sudah
kepercayaan tidak tampak
4. Temani pasien untuk gelisah
mengurangi
Kecemasan A: masalah teratasi
5. Mendengarkan keluh P: hentikan
kesah pasien dengan intervensi
penuh perhatian
6. Menganjurkan
keluarga untuk tetap
bersama pasien
7. Menganjurkan pasien
untuk mengungkapkan
perasaannya
PEMBAHASAN

Pada tinjauan teori ditemukan diagnosis ketidakadekuatan suplai ASI dan


ansietas dengan intervensi pada diagnosa ketidakadekuatan suplai ASI yaitu
Edukasi menyusui dengan Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi, Dukung ibu meningkatkan kepercayaan diri dalam menyusui,
Berikan konseling menyusui, Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi,
Ajarkan posisi menyusui dan perlekatan dengan benar, Ajarkan perawatan
payudara postpartum (pijat oksitosin), kemudian untuk diagnosa kedua yaitu
mengatasi ancietas dengan edukasi.
Pada asuhan keperawatan yang saya lakukan mengacu diagnosa pada
tinjauan teori yaitu nyeri dan ansietas dengan intervensi sesuai dengan SDKI
SLKI dan SIKI. Intervensi yang dilakukan pada diagnosa pertama yaitu ajarkan
terapi pijat oksitosin. Pada diagnosa kedua intervensi yang dilakukan yaitu
edukasi untuk mengurangi kecemasan. Kemudian implementasi yang saya
lakukan yaitu memeriksa TTV, memberikan penkes tentang pijat oksitosin dan
edukasi untuk mengurangi ansietas pada lien dan keluarga klien.
Hal ini sesuai dengan jurnal yang dilakukan oleh Mera Delima di tahun
2016, peneliti berpendapat bahwa dengan melakukan pijat oksitosin akan
memberikan rileks, tenang, dan nyaman sehingga akan meningkatkan hormon
oksitosin sehingga akan meningkatkan pengeluaran ASI. Pijat oksitosin dapat
mengurangi bengkak (engorgement) dan mengurangi sumbatan ASI.
Kelancaran produksi ASI sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
umur, gizi, emosional, psikis, fisiologis ibu dan lain - lain. Hal ini terbukti dari
pijat oksitosin yang dilakukan sesuai prosedur tetapi produksi ASI tetap tidak
lancar dan sebaliknya ada beberapa responden yang dilakukan pijat oksitosin
sesuai prosedur tetapi produksi ASI lancar.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tiur Wulan Mayasari di tahun
2017, dari penelitian ini penulis mengambil benang merah bahwa ada pengaruh
pijat oksitosin terhadap produksi ASI ibu menyusui di Desa Merbuh Kecamatan
Singorojo Kabupaten Kendal, pijatan atau rangsangan pada tulang belakang,
neurotransmitter akan merangsang medulla oblongata langsung mengirim pesan
ke hypothalamus di hypofise posterior untuk mengeluarkan oksitosin sehingga
menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya. Pijatan di daerah tulang
belakang ini juga akan merileksasi ketegangan dan menghilangkan stress dan
dengan begitu hormon oksitosoin keluar dan akan membantu pengeluaran air
susu ibu.
DOKUMENTASI
Melakukan Pijat Oksitosin Kepada Klien
PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI ASI
IBU MENYUSUI DI PUSKESMAS PLUS MANDIANGIN

Mera Delima1*, Gina Zulfia Arni2, Ernalinda Rosya3


Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Perintis Padang, Jl. Kusuma Bakti
*Email: meradelima@rocketmail.com

Abstract
This study is based on interviews conducted to 3 breastfeeding mothers who amount of
mother’s milk is little caused baby crying and blister on mother’s nipple. Meanwhile, two
other women told that her milk production.is normal. The mother said lack of information
about treatments to improve the production of breast milk (ASI) and they do not know about
oxytocin massage to help increase milk production. This study is aimed to observe the effect
of oxytocin massage to increase milk production of breastfeeding mother in Plus Mandiangin
Public Health Center Bukittinggi 2016. The study design using quasi experimental method,
with the approach of one group for pretest and posttest. Retrieving data using a
questionnaire about milk production. The sample were 21 people at Mandiangin Public
Health Center Bukittinggi. This study showed that there is an effect of oxytocin message to
increase milk production in with p-value of 0.000. Can be concluded that there is a massage
effect of oxytocin to increase milk production on breastfeeding mother in Plus Mandiangin
Public Health Center Bukittinggi 2016. It is expected that this study can be used as a therapy
to increase milk production of breastfeeding mothers.
Keywords : oxytocin, massage, breastfeeding, ASI

Abstrak

Penelitian ini didasarkan pada wawancara yang dilakukan pada 3 orang ibu menyusui yang
jumlah ASI-nya sedikit menyebabkan bayi sering menangis dan putting susu ibu lecet.
Sementara itu, dua wanita lainnya mengatakan produksi susu normal. Sang ibu mengatakan
kurangnya informasi tentang perawatan untuk meningkatkan produksi susu ibu (ASI) dan
mereka tidak tahu tentang pijat oksitosin untuk membantu meningkatkan produksi susu.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pijat oksitosin untuk meningkatkan produksi
susu ibu menyusui di Puskesmas Plus Mandiangin Bukittinggi 2016. Desain penelitian
menggunakan metode eksperimen quasi, dengan pendekatan pretest satu kelompok dan
posttest. Pengambilan data menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan tentang
produksi ASI. Sampel penelitian adalah 21 orang yang berada di Puskesmas Plus
Mandiangin Bukittinggi 2016. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ada efek pijat
oksitosin untuk meningkatkan produksi ASI ibu menyusui di Puskesmas Plus Mandiangin
Bukittinggi 2016, dengan p-value sebesar 0,000. Disimpulkan bahwa ada efek pijat oksitosin
untuk meningkatkan produksi susu ibu menyusui di Puskesmas Plus Mandiangin Bukittinggi
2016. Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai terapi untuk meningkatkan
produksi ASI ibu
menyusui. dan pneumonia (23,8%) (Riskesdas, 2007).
Kata kunci: oksitosin, pijat, menyusui, produksi, Maka pada tahun 2009 Millenium
ASI Development Goals (MDG΄s) Indonesia
PENDAHULUAN menargetkan penurunan sebesar 23 untuk
angka kematian bayi dan balita dalam
Program Millenium Development Goals
kurun waktu 2009-2015. Oleh sebab itu,
(MDG΄s) yang terdiri dari delapan pokok
Indonesia mempunyai komitmen untuk
bahasan yaitu pemberantasan kemiskinan dan
menurunkan angka kematian bayi dari
kelaparan ekstrim, pemerataan
pendidikan dasar, mendukung adanya 68/1.000 kelahiran hidup menjadi 23/1.000
persamaan gender dan pemberdayaan kelahiran hidup dan angka kematian balita
perempuan, mengurangi tingkat kematian dari 97/1.000 kelahiran hidup menjadi
anak, menurunkan angka kematian ibu dan 32/1.000 kelahiran hidup. Untuk mencapai
anak, perlawanan terhadap HIV/AIDS, malaria target Millenium Development Goals
dan penyakit lainnya, menjamin daya dukung (MDG΄s) tahun 2015 dalam rangka
lingkungan hidup dan mengembangkan menurunkan AKB, dapat dilakukan salah
kemitraan global untuk pembangunan. Target satunya dengan pemberian ASI eksklusif
MDG‟s ke 4 adalah menurunkan angka (Depkes, 2002).
kematian bayi dan balita menjadi 2/3 dalam Berdasarkan data Susenas 2010,
mempunyai pengetahuan dalam kurun waktu baru 33,6 % atau sekitar sepertiga bayi
19902015. Penyebab utama kematian bayi dan yang mendapatkan ASI eksklusif mulai
balita adalah diare dan pneumonia, lebih dari lahir hingga berusia enam bulan, cakupan
50 % kematian bayi dan balita ini disebabkan yang dinilai masih sangat rendah dan pada
oleh kurangnya gizi. Pemberian ASI secara tahun 2011 pemberian ASI eksklusif di
ekslusif selama 6 bulan dan diteruskan selama Indonesia meningkat, persentase bayi yang
2 tahun disamping pemberian makanan menyusu eksklusif 0 sampai 6 bulan
pendamping ASI (MP ASI) secara adekuat sebesar 61,5%. Ini masih jauh dari target
terbukti sebagai salah satu intervensi efektif MDG‟s yaitu sebesar 80% bayi untuk
dapat menurunkan angka kematian bayi menyusui ASI ekslusif (Kemenkes, 2012).
(Sitaresmi, 2010). Perkembangan akhir payudara
Angka Kematian Bayi (AKB) di menjadi organ yang mensekresi Air Susu
Indonesia, masih cukup tinggi dibandingkan memerlukan hormon progesteron dan
dengan negara- negara di Asia Tenggara yaitu bekerja secara sinergik dengan hormon
34/1000 kelahiran hidup, masih cukup tinggi estrogen juga dengan hormon lain menjadi
dibandingkan dengan negara- negara di Asia lobulus payudara tumbuh dan berkembang
Tenggara yaitu 34/1000 kelahiran hidup, masih dan sifat – sifat sekresi dari alveoli.
cukup tinggi dibandingkan Malaysia (16/1000) Sebaliknya hormon prolaktin yang
dan Singapura (2/1000) kelahiran hidup (SDKI, mempunyai efek berlawanan yaitu
2007). Angka tersebut juga masih jauh dari meningkatkan produksi Air Susu, hormon
target MDGs yaitu 24 per 1000 kelahiran hidup ini disekresi oleh kelenjar hipofisis
pada tahun 2015 (BPS,2008). Penyebab anterior, dan konsentarsinya meningkat
kematian bayi yang terbanyak adalah masalah dalam darah ibu meningkat secara tetap
diare dan masalah pemberian minum (31,4%) dari minggu ke lima kehamilan sampai
kelahiran bayi, dimana pada saat ini meningkat Pengeluaran ASI dapat dipengaruhi
10 – 20 kali dari kadar normal pada saat tidak oleh dua faktor yaitu produksi dan
hamil. Konsentrasi prolaktin tinggi pada akhir pengeluaran. Produksi ASI dipengaruhi
kehamilan ( Gyton, 2007 ) oleh hormon prolaktin sedangkan
Asi merupakan satu jenis makanan yang pengeluaran dipengaruhi oleh hormon
mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik oksitosin. Pijat oksitosin merupakan salah
fisik, psikologi, sosial maupun spiriyual, ASI satu solusi untuk mengatasi
mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan ketidaklancaran produksi ASI. Pijat
pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang
Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur tulang belakang (vertebrae) dan merupakan
zat makanan (Hubertin, 2007). Pemerintah telah usaha untuk merangsang hormon oksitosin
menetapkan Peraturan Pemerintah No 33 Tahun setelah melahirkan (Biancuzzo, 2003;
2012 Tentang Pemberian Asi Eksklusif, Indiyani, 2006; Yohmi & Roesli, 2009
Peraturan Pemerintah tersebut menyatakan dalam Mardiyaningsih, 2010).
bahwa setiap bayi harus mendapatkan asi Hormon oksitosin akan keluar
ekskusif yaitu ASI yang dberikan kepada bayi melalui rangsangan ke puting susu melalui
sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa isapan mulut bayi atau melalui pijatan pada
menambahkan dan/atau mengganti dengan tulang belakang ibu bayi, dengan dilakukan
makanan atau minuman lain (Kemenkes, 2012). pijatan pada tulang belakang ibu akan
ASI bermanfaat untuk menjaga merasa tenang, rileks, meningkatkan
ketahanan tubuh bayi karena mengandung zat ambang rasa nyeri dan mencintai bayinya,
anti infeksi yaitu zat immune modulator serta zat sehingga dengan begitu hormon oksitosin
gizi yang unik seperti karbohidrat berupa keluar dan ASI pun cepat keluar (WBW,
laktosa, lemak yang banyak (asam lemak tak 2007).
jenuh ganda), protein utama berupa lactabumin Pijat oksitosin ini dilakukan untuk
yang mudah dicerna, kandungan vitamin dan merangsang refleks oksitosin atau reflex let
mineral yang banyak (Venter et al, 2008). down. Dengan dilakukan pemijatan ini ibu
Manfaat menyusui bagi ibu tidak hanya dapat akan merasa rileks, kelelahan setelah
menjalin kasih sayang, tetapi terlebih lagi dapat melahirkan akan hilang, sehingga dengan
mengurangi perdarahan setelah melahirkan, begitu hormon oksitosin keluar dan ASI
mempercepat pemulihan kesehatan ibu, pun cepat keluar (Mardiyaningsih, 2010).
menunda kehamilan, mengurangi risiko terkena Selain untuk merangsang refleks let down
kanker payudara, dan merupakan kebahagiaan manfaat pijat oksitosin adalah memberikan
tersendiri bagi ibu (Piliteri, 2003). kenyamanan pada ibu, mengurangi
Data dari profil dinas kesehatan bengkak (engorgement), mengurangi
Sumatera Barat 2010-2012 menunjukkan bahwa sumbatan ASI, merangsang pelepasan
cakupan ASI ekslusif pada tahun 2010 sebesar hormon oksitosin, mempertahankan
43,7% dan pada tahun 2011 naik menjadi 54,8% produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit
sedangkan pada tahun 2012 sebesar 61,1 % (Depkes RI, 2007). Penelitian yang
(Riskesdas, 2013). Pemberian ASI ekslusif dapat dilakukan oleh Endang (2015) di
dipengaruhi beberapa faktor antara lain asi tidak Surakarta tentang pegaruh pijat oksitoksin
bisa keluar pada hari pertama pasca melahirkan, pada ibu postpartum terhadap produksi
pengaruh promosi susu pengganti ASI, kesulitan ASI didapatkan hasil bahwa ada
bayi dalam menghisap, keadaan puting susu ibu peningkatan produksi ASI pada kelompok
dan ibu merasa ASI yang dikeluarkan sedikit intervensi yang dilaksanakan dengan hasil
(Siregar, 2004). Pvulue 0,0005
Penelitian yang dilakukan oleh Rusdiati ASI adalah satu jenis makanan
(2013) yang meneliti tentang pengaruh pijat yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan
oksitosin pada ibu nifas terhadap pengeluaran bayi fisik, psikologisosial maupun
ASI di Kabupaten Jember mendapatkan bahwa spiritual. ASI mengandung nutrisi,
ada pengaruh pijat oksitosin terhadap hormon, unsur kekebalan pertumbuhan,
pengeluaran ASI pada ibu nifas. Hasil penelitian anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi
menunjukkan rata-rata pengeluaran ASI pada dalam ASI mencakup hampir 200 unsur
ibu nifas yang tidak dilakukan pijat oksitosin zat makanan (Hubertin, 2003, hlm. 81).
sebesar 4,61 menit dan rata-rata pengeluaran Air susu ibu diproduksi dalam
ASI pada ibu nifas yang dilakukan pijat „alveolli’, pada bagian awal saluran kecil
oksitosin sebesar 11,78 menit. Hal ini juga air susu. Jaringan di sekeliling
ditunjukkan oleh hasil penelitian Siti Nur Endah saluransaluran air susu dan alveoli terdiri
(2011) dengan judul pengaruh pijat oksitosin dari jaringan lemak, jaringan pengikat
terhadap pengeluaran kolostrum pada ibu post tersebut menentukan ukuran payudara.
partum di ruang kebidanan Rumah Sakit Selama masa kehamilan, payudara
Muhammadiyah Bandung menunjukkan waktu membesar dua sampai tiga kali ukuran
pengeluaran kolostrum kelompok perlakuan normalnya, dan saluran-saluran air susu
rata-rata 5,8 jam sedangkan lama waktu serta alveoli dipersiapkan untuk masa
kelompok kontrol 5,89 jam. laktasi. Pada proses laktasi tedapat 2
Hasil wawancara yang di lakukan oleh refleks yang berperan yaitu refleks
peneliti pada petugas di Puskesmas Plus prolaktin dan refleks aliran yang timbul
Mandiangin mengenai ibu yang melahirkan dan akibat perangsangan puting karena isapan
menyusui ASI Ekslusif 6 bulan ke depan dalam bayi yaitu:
3 bulan terakhir sebanyak 64 orang.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan
dengan 3 orang ibu yang menyusui ASI nya Refleks prolaktin
kurang lancar dan jumlah ASI nya sedikit Akhir kehamilan hormon prolaktin
menyebabkan bayinya sering menangis dan memegang peranan untuk membuat
punting susu ibu lecet. Sedangkan 2 ibu kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas
lainnya mengatakan produksi ASI nya normal. prolaktin dihambat oleh estrogen dan
Ibu menyusui tersebut mengatakan kurangnya progesteron yang masih tinggi.
informasi yang di dapatkan oleh ibu tentang
perawatan untuk meningkatkan kelancaran Refleks aliran (let down refleks)
produksi air susu ibu (ASI), dan makanan
Bersamaan dengan pembentukan
yang meningkatkan produksi air susu ibu (ASI)
prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan
dan mereka tidak mengetahui bahwa adanya
yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan
pijat oksitosin untuk membantu peningkatan
ke hipofise posterior yang kemudian
produksi ASI.
dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah,
Bedasarkan pada latar belakang masalah
hormon ini menuju uterus sehingga
di atas, maka dapat di rumuskan permasalahan
menimbulkan kontraksi.
dalam penelitian ini adalah: Apakah Ada
Kontaraksi dari sel akan memeras air susu
Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap Peningkatan
Produksi ASI pada Ibu Menyusui di yang telah terbuat keluar dari alveoli dan
Puskesmas Plus masuk ke sistem duktus dan selanjutnya
mengalir melalui masuk ke mulut bayi.
Mandiangin Bukittinggi tahun 2016”.
Kelancacaran produksi ASI adalah suatu sepanjang tulang belakang (vertebrae)
proses keluarnya asi dari payudara ibu dengan sampai tulang costae kelima-keenam dan
atau tanpa pengisapan oleh bayi (Wheeler, merupakan usaha untuk merangsang
2004). Air Susu Ibu sebaiknya diberikan segera hormon prolaktin dan oksitosin setelah
setelah bayi lahir. Air susu pertama yang melahirkan Pijatan ini berfungsi untuk
bertahan sekitar 4-5 hari, masih berupa meningkatkan hormon oksitosin yang dapat
kolustrum. Banyaknya kolustrum yang menenangkan ibu, sehingga ASI pun
disekresikan setiap hari berkisar antara 10-100 otomatis keluar (Yohmi & Roesli, 2009,
cc, dengan rata-rata 30 cc. Air susu sebenarnya hlm. 92).
baru keluar setelah hari kelima. Ibu harus Pengeluaran ASI dapat dipengaruhi
menjulurkan payudaranya ke mulut bayi hingga oleh dua faktor yaitu produksi dan
seluruh puting dan areola “tergenggam” oleh pengeluaran. Produksi ASI dipengaruhi
mulut bayi. oleh hormon prolaktin sedangkan
Jumlah ASI yang disekresikan pada 6 pengeluaran dipengaruhi oleh hormon
bulan pertama 750 cc sehari. Sekresi pada hari oksitosin. Hormon oksitosin akan keluar
pertama hanya terkumpul sebanyak 50 cc yang melalui rangsangan ke puting susu melalui
kemudian meningkat menjadi 500, 650 dan 750 isapan mulut bayi atau melalui pijatan pada
cc, masing-masing pada hari V, bulan I dan III. tulang belakang ibu bayi, dengan dilakukan
Volume ASI pada 6 bulan berikutnya menyusut pijatan pada tulang belakang ibu akan
menjadi 600 cc. Banyak anggapan bahwa ibu merasa tenang, rileks, meningkatkan
dengan status gizi kurang akan tetap mampu ambang rasa nyeri dan mencintai bayinya,
menyusui bayinya sama dengan ibu yang status sehingga dengan begitu hormon oksitosin
gizi normal, walaupun sebenarnya komposisi keluar dan ASI pun cepat keluar (WBW,
ASI tetap sama tetapi volume ASI yang 2007).
dikeluarkan ibu status gizi kurang dengan status Pijatan atau pada tulang belakang,
gizi normal berbeda. Kategori untuk pembagian neurotransmitter akan merangsang medulla
jumlah produksi ASI menurut (Jellife & Jellife, oblongata langsung mengirim pesan ke
1997 dalam hypothalamus di hypofise posterior untuk
Soetijiningsih, 2004 ) menyebutkan bahwa rata- mengeluarkan oksitosin sehingga
rata volume ASI wanita berstatus gizi baik menyebabkan buah dada mengeluarkan air
sekitar 700-800 cc/hari, sementara mereka yang susunya. Pijat oksitosin bisa dilakukan
berstatus gizi kurang hanya berkisar 500-600 kapanpun ibu mau dengan durasi 3-5
cc/hari sehingga hal inilah yang dapat menit, lebih disarankan dilakukan sebelum
menyebabkan lamanya memberikan ASI menyusui atau memerah ASI
Ekslusif berbeda. (Kaltimpos.co.id). Sehingga untuk
Cara mengetahui produksi ASI cukup/ mendapatkan jumlah ASI yang optimal dan
tidak sebagai berikut: Asi yang banyak dapat baik, sebaiknya pijat oksitosin dilakukan
merembes keluar melalui putting, sebelum setiap hari dengan durasi 3-5 menit.
disusukan payudara terasa tegang, berat badan
bayi naik sesuai umur, Jika ASI cukup, setelah METODE PENELITIAN
menyusui bayi akan tertidur / tenang selama 3 -
Desain penelitian yang digunakan
4 jam, bayi kencing lebih sering, sekitar 8 kali
adalah quasi eksperiment tanpa kelompok
sehari.
kontrol dengan menggunakan pendekatan
Pijat oksitosin merupakan salah satu
one group pretest-postest design.
solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi
ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada
Populasi dalam penelitan ini adalah seluruh oksitosin dan pada hari ke 4 peneliti
ibu menyusui di Wilayah Puskesmas Plus menanyakan kembali mengenai produksi
Mandiangin selama 3 bulan terakhir berjumlah ASI ibu setelah dilakukan pijat oksitosin
64 orang pasien. Sampel dalam penelitian ini dan peneliti mencatat di kuisioner yang
berjumlah 21 orang dengan teknik yaitu total telah disediakan.
sampling. Awal proses penelitian ini adalah
sebelum ibu menyusui dilakukan pijat
HASIL DAN PEMBAHASAN oksitoksin, ibu dipersilahkan duduk yang
sudah disiapkan oleh peneliti, selanjutnya
Penelitian ini dimulai pada tanggal 18 – 30
tanda – tanda vital ibu diukur dulu yaitu
Juli 2016. Metode pengumpulan data dilakukan
tekanan darah, nadi, dan pernafasan, kalau
dengan wawancara berdasarkan kuisioner yang
tanda – tanda vital ibu normal baru
telah disiapkan dan kemudian dilakukan pijat
dilakukan pijat oksitoksin. Jika tekanan
oksitosin sesuai dengan keadaan responden pada
darah, nadi dan pernafasan ibu tidak
saat itu dengan kesadaran sendiri dan tanpa
normal maka pijat oksitoksin belum dapat
paksaan siapapun.
kita mulai, kita tunggu sampai tanda –
Jumlah sampel penelitian adalah
tanda vital tersebut normal dengan
21 reponden. Penelitian dilakukan selama 2
mengistirahatkan ibu terlebih dahulu.
minggu dimana responden kode 1-10 dilakukan
Adapun hasil penelitian tersebut dapat
pada minggu pertama sedangkan responden
dilihat pada tabel dibawah ini.
kode 11-21 dilakukan pada minggu kedua.
Peneliti melakukan kunjungan rumah selama 3
hari berturut-turut untuk melakukan pijat
minimal-maksimal dengan nilai 6-8. Sedangkan 13 responden (27,1%) yang
dipijat tidak sesuai prosedur sebanyak 2
Pijat oksitosin adalah suatu tindakan responden (4,2%) yang pro-duksi ASI
pemijatan tulang belakang mulai dari lancar dan 11 responden (22,9%) produksi
nervus ke 5 - 6 sampai scapula yang akan ASI tidak lancar. Menurut analisis peneliti,
mempercepat kerja saraf parasimpatis kurangnya produksi ASI dapat disebabkan
untuk menyampaikan perintah ke otak oleh kurangnya rangsangan hormon
bagian belakang sehingga oksitosin keluar prolaktin dan oksitosin yang sangat
(Hamranani, 2010). berperan dalam kelancaran produksi ASI.
Penelitian yang dilakukan oleh Faktor lain yang mempengaruhi produksi
Albertina (2015) dengan judul Hubungan ASI seperti isapan bayi yang tidak
pijat oksitosin dengan kelancaran Produksi sempurna atau puting susu ibu yang sangat
asi pada ibu post partum Seksio sesarea kecil akan membuat produksi hormon
hari ke 2 – 3. Berdasarkan hasil penelitian oksitosin dan hormon prolaktin terus
dari 48 responden sebagian besar dipijat menurun dan ASI akan terhenti. Selain itu
sesuai prosedur sebanyak 35 responden produksi ASI sangat dipengaruhi oleh
(72,9%) dimana 24 responden (50%) faktor kejiwaan, ibu yang selalu dalam
produksi ASI lancar dan 11 responden keadaan tertekan, sedih, kurang percaya
(22,9) produksi ASI tidak lancar. diri dan berbagai bentuk ketegangan
Tabel 1
Distribusi Distribusi Rata-Rata Produksi Asi Sebelum Diberikan Intervensi Pijat Oksitosin
Di Wilayah Kerja Puskesmas Plus MandianginTahun 2016
Variabel Mean SD Min – Maks

Produksi ASI 7,05 0,740 6-8


pretest

Berdasarkan tabel 1 diatas didapatkan hasil bahwa sebelum diberikan pijat oksitosin
ratarata produksi ASI responden sebesar 7,05 dengan standar deviasi 0,740, produksi ASI
emosional akan menurunkan volume ASI akan mempengaruhi produksi hormon
bahkan tidak akan terjadi produksi ASI. prolaktin dan oksitosin ibu menyusui.
Untuk memproduksi ASI yang baik harus Salah satu terapi komplementer yang dapat
dalam keadaan tenang. Faktor umur juga dilakukan untuk meningkatkan produksi
akan mempengaruhi produksi ASI karena ASI ibu adalah pijat oksitosin.
semakin tua umur seseoraang
minimal-maksimal dengan nilai 6-10. melakukan mobilisasi dini ke ruang
kebidanan Rumah Sakit
Penelitian ini menunjukkan kesesuaian Muhammadiyah Bandung.
dengan teori, dengan melakukan pemijatan Sejalan dengan penelitian Sofia
pada sepanjang tulang belakang (2011) dengan judul Perbedaan Let Down
(vertebrae) sampai tulang sampai tulang Sebelum dan Sesudah Pijat Oksitosin

Tabel 2
Distribusi Rata-Rata Produksi Asi Sesudah Diberikan Intervensi Pijat Oksitosin Di Wilayah
Kerja Puskesmas Plus Mandiangin Tahun 2016

Variabel Mean SD Min – Maks

Produksi ASI 9,00 1,183 6-10


posttest

Berdasarkan tabel 2 diatas didapatkan hasil bahwa sesudah diberikan pijat oksitosin
ratarata produksi ASI responden sebesar 9,00 dengan standar deviasi 1,183, produksi ASI
costae kelima-keenam akan merangsang Vertebrae pada Ibu yang Menyusui di Desa
hormon prolaktin dan oksitosin , sehingga Candi Jati Kabupaten Jember dengan hasil
ASI pun otomatis dapat lebih lancar. Selain penelitian menunjukkan bahwa let down
memperlancar ASI pijat oksitosin sebelum pijat oksitosin vertebrae 60% (9
memberikan kenyamanan pada ibu, orang) tidak lancar, 40% (6 orang) lancar
mengurangi bengkak (engorgement), sedangkan setelah intervensi data
mengurangi sumbatan ASI, merangsang menunjukkan 86,7% (13 orang) kategori
pelepasan hormon oksitosin, let down lancar dan 13,3% (2 orang)
mempertahankan produksi ASI. memiliki let down tidak lancar.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Peneliti berpendapat bahwa, secara
penelitian Siti Nur Endah (2011) dengan fisiologis pijat oksitosin melalui
judul Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap neurotransmitter akan merangsang
Pengeluaran Kolostrum Pada Ibu Post medullla oblongata dengan mengirim
Partum Di Ruang Kebidanan Rumah Sakit pesan ke hypotalamus di hipofise posterior
Muhammadiyah Bandung, menunjukkan hal tersebut merangsang refleks oksitosin
waktu pengeluaran kolostrum kelompok atau refleks let down untuk mensekresi
perlakuan rata – rata 5,8 jam, sedangkan hormon oksitosin ke dalam darah. Dengan
lama waktu kelompok kontrol adalah rata – diberikan pijat oksitosin akan lebih
rata 5,89 jam. Penelitian ini dilakukan pada memperlancar produksi ASI pada ibu
ibu post partum yang bersalin pada saat 2 menyusui dan juga memberikan
jam post partum/setelah ibu post partum kenyamanan pada ibu.
Tabel 3
Pengaruh Pijat Ositosin Terhadap Peningkatan Produksi ASI Ibu Menyusui Wilayah Kerja
Puskesmas Plus Mandiangin Bukittinggi Tahun 2016
Variabel Mean SD P-Value n
Produksi ASI

Pre 7,05 0,740


Post 9,00 1,183 0,000 21
Selisih -1,952 1,161

Berdasarkan tabel 3 diatas didapatkan rata-rata produksi ASI sebelum pijat oksitosin sebesar 7,05
dan standar deviasi 0,740 dan rata-rata produksi ASI setelah pijat oksitosin sebesar 9,00 dan
standar deviasi 1,183. Sedangkan perbedaan produksi ASI antara pengukuran pre dan
pengukuran post didapatkan rata-rata -1,952 dengan standar deviasi 1,161. Hasil uji statistik
didapatkan p-value sebesar 0.000 maka dapat disimpulkan ada pengaruh pijat oksitosin terhadap
produksi ASI, karena ada perbedaan yang signifikan antara produksi ASI sebelum dan sesudah
perlakuan memperlihatkan bagaimana produksi susu
dapat dipengaruhi secara psikologi dan
Tidak semua ibu menyusui mengeluarkan kondisi lingkungan saat menyusui; rasa
ASI yang cukup untuk bayinya dimana percaya diri sehingga tidak muncul persepsi
faktor penghambat dalam pemberian ASI tentang ketidakcukupan suplai ASI,
adalah produksi ASI itu sendiri. Produksi mendekatkan diri dengan bayi; relaksasi
ASI yang kurang dan lambat keluar dapat yaitu latihan yang bersifat merilekskan
menyebabkan ibu tidak memberikan ASI maupun menenangkan seperti meditasi,
pada bayinya dengan cukup. Selain hormon yoga, dan relaksasi progresif dapat
prolaktin, proses laktasi juga bergantung membantu memulihkan ketidakseimbangan
pada hormon oksitosin, yang dilepas dari saraf dan hormon dan memberikan
hipofise posterior sebagai reaksi terhadap ketenangan alami, sentuhan dan Pijatan
penghisapan puting. Oksitosin Ketika menyusui, dukungan suami dan
mempengaruhi sel-sel mioepitel yang keluarga, minum kopi karena mengandung
mengelilingi alveoli mammae sehingga kafein, menghangatkan payudara,
alveoli berkontraksi dan mengeluarkan air merangsang puting susu yaitu dengan
susu yang sudah disekresikan oleh kelenjar menarik dan memutar putting secara
Mammae, refleks oksitosin ini dipengaruhi perlahan dengan jari-jarinya (Astutik, 2014).
oleh jiwa ibu. Jika ada rasa cemas, stress dan dengan jari-jarinya (Astutik, 2014). Pada
ragu yang terjadi, maka pengeluaran ASI penelitian ini terdapat 4 orang ibu menyusui
bisa terhambat (Kodrat, 2010). yang tidak mengalami peningkatan produksi
Selain Ibu harus memperhatikan faktor– ASI. Ini bisa disebabkan oleh berbagi faktor
faktor yang mempengaruhi keberhasilan pijat seperti umur, nutrisi dan psikologi ibu. Pad
oksitosin yaitu mendengarkan suara bayi penelitian ini terdapat ibu berusia 42 tahun
yang dapat memicu aliran yang
dan 39 tahun. Umur merupakan salah satu KESIMPULAN
faktor yang dapat mempengaruhi produksi
1. Rata-rata produksi ASI responden
ASI, ibu yang usianya lebih muda (21-35
sebelum dilakukan pijat oksitosin
tahun ) akan lebih banyak memproduksi ASI
mengalami masalah produksi ASI.
dibandingkan dengan ibu yang usianya lebih
2. Rata-rata produksi ASI responden setelah
tua (Biancuzzo, 2003). Namun tidak semua
dilakukan pijat oksitosin terjadi
ibu berusia diatas 35 tahun tidak terjadi
peningkatan yang signifikan terhadap
peningkatan ASI hal ini bisa disebabkan oleh
produksi ASI.
nutrisi yang baik serta psikologis ibu yang
3. Ada pengaruh pijat oksitosin terhadap
baik.
produksi ASI, karena ada perbedaan yang
Berdasarkan teori dan penelitian diatas,
signifikan antara produksi ASI sebelum
peneliti berpendapat bahwa dengan
dan sesudah perlakuan.
melakukan pijat oksitosin akan memberikan
rileks, tenang, dan nyaman sehingga akan
UCAPAN TERIMA KASIH
meningkatkan hormon oksitosin sehingga
akan meningkatkan pengeluaran ASI. Pijat Ucapan terima kasih disampaikan kepada:
oksitosin dapat mengurangi bengkak Bapak Yendrizal Jafri, S.Kp, M. Biomed
(engorgement) dan mengurangi sumbatan yang selaku Ketua STIKes Perintis Padang,
ASI. Kelancaran produksi ASI sangat Bapak Pimpinan Puskesmas
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya Mandiangin Plus Bukittinggi, Bapak dan
umur, gizi, emosional, psikis, fisiologis ibu Ibuk staf Puskesmas Mandiangin Plus
dan lain - lain. Hal ini terbukti dari pijat Bukittinggi.
oksitosin yang dilakukan sesuai prosedur
tetapi produksi ASI tetap tidak lancar dan DAFTAR PUSTAKA
sebaliknya ada beberapa responden yang Albertina, Meity. 2015. Hubungan Pijat
dilakukan pijat oksitosin sesuai prosedur Oksitosin dengan Kelancaran
tetapi produksi ASI lancar. Produksi ASI pada Ibu Post Partum
Untuk itu pentingnya dilakukan pijat Seksio Sesarea Hari ke 2 – 3.
oksitosin untuk meningkatkan produksi ASI Poltekes Kemenkes Kaltim
ibu. Pijat oksitosin merupakan salah satu
alternatif yang dapat membantu merangsang Ambarwati E, Diah W (2010) Asuhan
proses pengeluaran ASI karena efeknya yang Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Nuha
membuat ibu merasa nyaman sehingga akan Medika
membantu untuk pengeluaran oksitosin. Astutik, Reni Yulia (2014) Payudara dan
Terbukti dari hasil penelitian ibu yang laktasi. Jakarta : Salemba Medika
produksi ASInya tidak lancar, setelah Bahiyatun (2008) Asuhan kebidanan nifas
dilakukan pemijatan produksi ASInya normal. Jakarta : EGC
meningkat dan ASI lebih banyak akan Biro Pusat Statistik (2008) Survey
keluar. Demografi Kesehatan Indonesia
2007. BPS-BKKBN-DEPKES RI-
UNFPA
Depkes RI (2002) Manajemen Oksitosin Terhadap Produksi ASI Ibu
Laktasi.Jakarta : Depkes RI Post Sectio Cesarea di RS
Depkes RI (2007) Pedoman Pemberian Wilayah Jawa Tengah.
Makanan Bayi dan Anak. Jakarta : http://lontar.ui.ac.id/file??/pdf/abstra
Depkes RI ct20822666.pdf.diakses17April2016
Dewi (2011) Air Susu dan Jenis Asi. Notoadmojo, S (2010)
Jakarta : EGC Metodologi Penelitian
Endang Sutisna Sulaeman and Fresthy Kesehatan. Jakarta :
Astrika Yunita, „The Effect Of Rineka Cipta
Oxytocin Massageon The postpartum Nursalam (2013) Konsep Penerapan Metode
Mother On Breastmilk Production In Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta
Surakarta Indonesia‟, 2016. : Salemba Medika
Guyton & Hall, Buku Ajar Fisiologi Pillitteri A (2003) Maternal and Child Health
Kedokteran, Edisi 11, Penerbit Buku Nursing : Care of The Childbearing
Kedokteran, EG\ Family 4th Edition. Philadelphia :
Hamranani, S.(2010) Pengaruh Lippincott
pijat oksitosin terhadap involusi Roesli U (2007) Inisisiasi Menyusu Dini
uterus pada ibu post partum Plus ASI Ekslusif. Jakarta : Pustaka
yang mengalami persalinan lama di Bunda
rumah sakit wilayah Kabupaten Rukiyah, dkk (2011) Asuhan kebidanan III
Klaten. Tesis UI: tidak nifas. Jakarta : Trans Info Media
dipublikasikan. Rusdiati (2013) Pengaruh Pijat Oksitosin
Hubertin, Purwarti S (2004) Konsep Pada Ibu Nifas Terhadap Pengeluaran
Penerapan ASI Ekslusif. Jakarta: Asi Di Kabupaten Jember .Skripsi.
EGC Universitas Negeri Yogyakarta.
Inung P. Saptasari (2009) Mengenal Saleha, Siti (2009) Asuhan kebidanan pada
Mastektomi- Operasi Pengangkatan masa nifas. Jakarta :
Payudara. Salemba Medika
http://www.artikelpayudara.com/200 Siregar, A, M, 2004. Pemberian ASI Ekslusif
9/05/05/mengenalmastektomioperasi dan faktor yang
-pengankatan/5Maret2016 Mempengaruhinya.
Jelliffe, D.B & Jeliffe, E.F.P (2006) http://library.usu.ac.id/download/fkm
Community Nutritional Assessment. /fkm-arifin.pdf.diakses 24
New York : Oxford University Press Maret 2016
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Sitaresmi, M, N, 2010 .Isu Kebijakan
(2012) Profil Kesehatan Indonesia Tentang Pemberian ASI secara
2012. Jakarta :
ekslusif,
Kementerian
http://kebijakankesehatanindonesia.n
Kesehatan Republik Indonesia.
et/node/2, diakses7Maret2016
Mardiansyih, dkk (2011) Efektifitas
Siti Nur Endah (2011) Pengaruh Pijat
Kombinasi Teknik Marmet dan Pijat
Oksitosin Terhadap Pengeluaran
Kolostrum Pada Ibu Post Partum Di
Ruang Kebidanan Rumah Sakit
Muhammadiyah Bandung. Thesis.
Universitas Muhammadiyah
Bandung.
Soetjiningsih (2004) Seri Gizi Klinik ASI
Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan.
Jakarta : EGC
Sofia, Debbiyatus (2011) Perbedaan Let
Down Sebelum dan Sesudah Pijat
Oksitosin Vertebrae pada Ibu yang
Menyusui Bayi 0-6 bulan di Desa
Candi Jati Kabupaten Jember.
Skripsi. Universitas Jember
Utami (2015) Pengaruh Pijat Oksitosin
tehdapa Onset Laktasi Ibu Post
Partum di RSU PKU
Muhammadiyah Bantul. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Bantul
WBW. 2007. Early Initiation of
Breastfeeding Can Save More Than
One Million Babies Press Release.
World Breastfeeding Week :
Malaysia diakses
http://www.WBW.comdiakses20Apr
il2016
Widayanti, Wiwin (2014).
Efektivitas metode ´SPEOS´
(Stimulasi Pijat Endorphin,
Oksitosin, dan Sugestif) terhadap
Pengeluaran ASI pada Ibu Nifas
di Wilayah Kabupaten
Cirebon. Tesis. Depok. FIK. UI
Yahya, H. 2007. Cairan Ajaib : ASI.
http://www.harunyahya.com/indo/art
ikel/082.html diakses pada 10 April
2009
Jurnal Keperawatan Volume 9 No 1, Hal 24 - 29, Maret 2017
Jurnal Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan KendalVolume 9 No 1, Hal 1 - 5, Maret 2017
ISSN : Cetak 2085-1049 – Online 2549-8118

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI IBU MENYUSUI

Tiur Wulan Mayasari1, Yulia Susanti1, Livana PH1


1
Program Studi Ilmu Keperawatan Kendal, STIKES Kendal
Email: wulan_tiur@yahoo.com; yuliasusanti.stikeskendal@gmail.com; livana.ph@gmail.com

ABSTRAK
Pendahuluan: Air susu ibu (ASI) merupakan nutrisi yang paling tepat untuk bayi baru lahir
sampai minimal bayi berusia 6 bulan, tidak semua ibu menyusui langsung mengeluarkan ASI
karena pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang komplek yang berpengaruh terhadap
hormon oksitosin. Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi
ketidaklancaran produksi ASI. Metode: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh
pijat oksitosin terhadap produksi ASI ibu menyusui. Desain penelitian menggunakan quasi
eksperimen dengan rancangan pre and post test dengan jumlah 30 sampel responden ibu
menyusui. Alat ukur menggunakan kuesioner dengan uji statistik dilakukan dengan Uji
Wilcoxon.Hasil: Hasil penelitian menggunakan indikator bahwa produksi ASI meningkat
baik pada hari ke 14, dengan hasil ada pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI di Desa
Merbuh Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal, dengan nilai p value 0.000<(0,05).
Diskusi: Hasil penelitian ini di rekomendasikan untuk ibu menyusui agar dapat melakukan
pijat oksitosin, untuk memperbaiki produksi ASI.

Kata kunci: Produksi ASI, pijat oksitosin.

ABSTRACT
Introduction: Milk (ASI) is a nutrient that is most appropriate for newborns to a minimum of
babies aged 6 months, not all mothers breastfeed immediately issued ASI as spending ASI is
an complex interaction influential to the oxytocin hormone. Oxytocin massage is one the
solution to overcome the lack of launch milk production. Methods: The purpose of this study
is determine the effect of oxytocin massage on milk production on the mothers. The design of
this study used a quasi-experimental design with pre and post test with 30 samples of mother
as respondents. The instrument is measured using a questionnaire with statistical tests with
Wilcoxon test. Results: The results using indicators that milk production is increased at day
14, with the result there are a massage effect of oxytocin on milk production at Merbuh
Village Singorojo District of Kendal, with p value 0.000 <(0.05). Discussion: The results of
this study recommended for mothers in order to perform a massage oxytocin, to improve
milk production.

Keywords: Production of ASI, oxytocin massage.

PENDAHULUAN
Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan
disertai dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sejak usia dini, terutama pemberian ASI
eksklusif. Menyusui telah dikenal dengan baik sebagai cara untuk melindungi,
meningkatkan dan mendukung kesehatan bayi dan anak usia dini. ASI memelihara
24
pertumbuhan perkembangan otak bayi, sistem kekebalan, fisiologi tubuh secara optimal,
dan merupakan faktor yang vital untuk mencegah penyakit terutama diare dan infeksi
saluran nafas. Menyusui menyebabkan pengeluaran hormon pertumbuhan, meningkatkan
perkembangan mulut yang sehat dan membangun hubungan saling percaya antara ibu dan
bayi. ASI adalah makanan terbaik dan alamiah untuk bayi. Menyusui merupakan suatu
proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan
menyusui lebih dini sebelum usia enam bulan (Soetjiningsih, 2008).

Menurut WHO (2013), bayi yang diberi susu selain ASI, mempunyai risiko 17 kali lebih
mengalami diare, dan tiga sampai empat kali lebih besar kemungkinan terkena ISPA
dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan ASI. Oleh karena itu ibu memerlukan bantuan
agar proses menyusui ASI eksklusif berhasil. Banyak permasalahan yang ditemukan pada ibu
menyusui antara lain: ibu merasa bahwa ASInya tidak cukup bagi bayimya dan ASI tidak
keluar lancar pada hari pertama kelahiran bayi. Sesungguhnya hal itu tidak disebabkan karena
ibu tidak percaya diri bahwa ASInya cukup untuk bayinya tetapi kurangnya pengetahuan dan
keterampilan ibu menyusui tentang keunggulan dan manfaat ASI menyebabkan mereka
mudah terpengaruh oleh promosi susu formula yang sering dinyatakan sebagai pengganti air
susu ibu. Sehingga sekarang ini semakin banyak ibu menyusui memberikan susu botol yang
sebenarnya merugikan mereka.

Secara Nasional, cakupan ASI eksklusif di Indonesia masih rendah. Data Susenas 2010
menunjukkan bahwa baru 33.6% bayi yang mendapat ASI eksklusif, artinya masih ada
sekitar 2/3 bayi di Indonesia yang kurang mendapatkan ASI. Sedangkan berdasarkan data
dari profil kesehatan Jawa Tengah pada tahun 2012 menunjukkan cakupan pemberian
ASI eksklusif hanya sekitar 37,18% dari total jumlah bayi sebanyak 488.495, dan hanya
sekitar 181.600 bayi yang mendapatkan ASI eksklusif. Cakupan ini masih sangat rendah
apabila dibandingkan dengan pencapaian tahun 2011 sebesar 80% (Dinas Kesehatan
Jateng, 2012).

Data Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal pada tahun 2014 menunjukkan pemberian ASI
eksklusif sebanyak 57.78%, kecamatan Boja sebanyak 18.3%, terendah di kecamatan
Singorojo 01 sebanyak 4.2% dan tertinggi di kecamatan Weleri 100% (Dinkes Kendal,
2014). Berdasarkan hasil wawancara dengan bidan desa, didapatkan bahwa ibu menyusui
masih banyak mengalami masalah pengeluaran ASI yang kurang lancar dan belum
mengetahui cara pijat untuk memperlancar ASI. Studi pendahuluan dilakukan di Desa
Merbuh pada bulan desember tahun 2015 didapatkan data bahwa: produksi ASI ibu
menyusui tidak lancar, terdapat 30 orang ibu yang masih menyusui anaknya sampai 6
bulan terakhir. Hasil wawancara secara langsung yang dilakukan peneliti terhadap ibu
menyusui, terdapat sebanyak 18 orang ibu menyusui yang memberikan ASI eksklusif,
sebanyak 3 orang ibu menyusui yang mengalami masalah produksi ASI. Ibu menyusui
belum mengetahui cara pijat untuk memperlancar ASI. Penyuluhan tentang pijat ibu
menyusui belum pernah diberikan oleh bidan desa maupun petugas kesehatan dari
Puskesmas, namun sudah ada sebuah poster tentang pijat memperlancar ASI atau pijat
oksitosin. Hasil wawancara dari petugas kesehatan atau kader bahwa belum pernah
melakukan pendidikan kesehatan tentang pijat oksitosin atau pijat untuk memperlancar
ASI, tetapi materi lain yaitu tentang nutrisi atau gizi untuk memperlancar ASI.

25
METODE
Desain yang digunakan quasi experiment, dengan rancangan penelitian one group design
pretest-postest. Populasi penelitian ibu yang sedang menyusui ASI ekslusif tinggal di Desa
Merbuh Singorojo Kendal sebanyak 30 responden, teknik sampling yang digunakan total
sampel/sampling jenuh. Alat yang digunakan untuk penelitian adalah kuesioner tentang
karakteristik ibu meliputi nomor responden, usia, pendidikan, pekerjaan, jenis persalinan dan
kuesioner tentang produksi ASI meliputi: frekuensi lama tidur bayi sehari, frekuensi BAK
bayi sehari, frekuensi BAB bayi sehari, frekuensi bayi menyusui selama 24 jam, urin bayi
berwarna kuning pucat. Peneliti memberikan kuesioner kepada responden kemudian
melakukan pijat oksitosin kepada ibu menyusui satu kali setiap hari selama 14 hari berturut-
turut, kemudian memberikan kuesioner untuk menilai perubahan produksi ASI. Analisa data
univariat yang digunakan adalah distribusi frekuensi dan tendensi sentral, sedangkan analisa
bivariat mengunakan uji wilcoxon.

HASIL
Hasil distribusi freskuensi karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2
berikut ini :
Tabel 1
Distribusi Nilai Statistik Usia Responden
(n=30)

Median SD Minimum Maksimum n


Usia 22 4,13 19 34 30

2017

Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Karakteristik
Responden berdasarkan Pendidikan,

Pekerjaan, Jenis Persalinan Responden (n=30)


Variabel Frekuensi Persentase
(n) (%)
Pendidikan
Tidak sekolah 2 6,7
SD 1 3,3
SMP 12 40,0
SMA 13 43,3
DIII 2 6,7
Pekerjaan
Tidak Bekerja 20 66,7
Bekerja 10 33,3
Jenis Persalinan
Normal 24 80,0

26
Sesar 6 20,0
Total 30 100

Berdasarkan Tabel 2 mayoritas karakteristik responden berpendidikan tamat SMA


sebanyak 13 (43,3%), tidak bekerja sebanyak 20 (66,7%), dan jenis persalinannya normal
sebanyak 24 (80%).

Adapun pengaruh pemberian pijat oksitosin pada ibu menyusui dapat dilihat pada tabel 3
berikut ini:
Tabel 3.

Pengaruh Pemberian Pijat Oksitosin Pada


Ibu Menyusui
Produksi P Value
ASI n % n %
Kurang 18 60 0 0 0,000
Cukup 12 40 16 53,3
baik 0 0 14 46,7
total 30 100 30 100

Tabel 3. menunjukkan pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI ibu menyusui
sebelum diberikan pijat oksitosin, sebagian besar produksi ASI kurang sebanyak 18 ibu
(60%). Sedangkan jumlah produksi ASI sesudah pijat oksitosin pada sebagian besar cukup
sebanyak 16 ibu (53,3%). Hasil analisa bivariat menunjukkan nilai p value= 0.000<(0,05),
menunjukan bahwa ada pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI ibu menyusui di
Desa Merbuh Kecamatan Singorojo Kabupaten
Kendal.

PEMBAHASAN
Hasil penelitian didapatkan rentang usia responden antara 19-34 tahun. Usia 20-35 tahun
merupakan masa produksi yang sehat, dimana keadaan fisik dan mental ibu sedang dalam
kondisi paling bagus dan siap untuk menyusui bayinya, perkembangan organ reproduksi juga
sudah sempurna termasuk perkembangan payudara yang sudah menunjukkan kematangan dan
siap memberikan ASI eksklusif. Ibu menyusui yang masih berumur 22 tahun akan lebih
banyak memproduksi ASInya dibandingkan pada usia 35 tahun keatas akan lebih menurun
produksi ASInya (Rohani, 2009). Hasil penelitian ini didukung oleh Budiarti (2010)
menyatakan bahwa usia 20-30 tahun adalah usia dimana akan lebih banyak memproduksi ASI
dibandingkan usia ibu menyusui yang lebih tua. Berdasarkan hasil penelitian dan beberapa
literatur dapat peneliti disimpulkan bahwa mayoritas ibu yang menyusui berusia 22 tahun
lebih baik produksi ASInya dibandingkan produksi ASI yang berusia 35 tahun keatas akan
mengalami penurun jumlah produksi ASInya.

Hasil penelitian dari tingkat pendidikan, bahwa mayoritas berpendidikan tamat SMA sekitar
13 (43,3%) responden. Berdasarkan teori Notoatmojo (2011), tingkat pendidikan seseorang
akan berpengaruh dalam memberikan respon yang datang dari luar. Orang yang
berpendidikan akan berfikir sejauh mana keuntungan yang akan mungkin mereka peroleh dari
gagasan tersebut. Ibu yang menyusui yang berpendidikan tentu akan banyak memberikan
perubahan terhadap apa yang mereka lakukan. Berdasarkan penelitian ini didukung oleh
Budiarti (2010) bahwa pendidikan SMA dapat lebih cepat merespon apa yang sudah diberikan
orang lain terhadapnya. Dibandingkan pendidikan SD atau pun tidak sekolah. Karena ibu

27
yang menyusui berpendidikan SMA tentunya sudah berpengalaman. Berdasarkan hasil
penelitian dan literatur dapat peneliti simpulkan bahwa sebagian besar ibu menyusui
mayoritas berpendidikan SMA, sehingga individu dapat cepat merespon apa yang sudah
diberikan orang lain salah satunya mengetahui pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi
ASInya dengan melakukan pijat oksitosin.

Hasil penelitian data pekerjaan, bahwa mayoritas ibu menyusui di Desa Merbuh tidak
bekerja sebanyak 20 (66,7%) dan yang bekerja sebanyak 10 (33,3%). Berdasarkan teori
Saryono (2009) mengatakan pekerjaan merupakan sesuatu yang dilakukan setiap hari
sebagi profesi, sengaja dilakukan untuk menghasilkan penghasilan. Dalam memenuhi
kebutuhan primer dan sekunder. Berdasarkan hasil penelitian Faizatul (2011) dan didukung
oleh penelitian Wiwi (2009) mengatakan bahwa ibu yang menyusui bayinya memilih tidak
bekerja, karena ingin merawat sepenuh hati dan memberikan ASI eksklusif terhadap
bayinya. Berdasarkan hasil penelitian dan beberapa literatur dapat peneliti simpulkan
bahwa ibu yang menyusui memilih untuk tidak bekerja agar dapat mengasuh bayinya
sepenuh hati dan memberikan ASI eksklusif untuk bayinya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis persalinan pada ibu menyusui di Desa Merbuh
normal sebanyak 24 (80%) dan yang sesar sebanyak 6 (20%). Berdasarkan teori Roesli,
(2010) menyatakan bahwa persalinan normal proses menyusui dapat segera dilakukan
setelah bayi lahir. Biasanya ASI sudah keluar pada hari pertama persalinan. Sedangkan
pada persalinan tindakan sectio cesar sering kali sulit menyusui bayinya segera setelah
lahir, terutama jika ibu diberikan anestesi umum. Ibu relatif tidak dapat menyusui bayinya
di jam pertama setelah bayi lahir. Kondisi luka operasi di bagian perut membuat proses
menyusui sedikit terhambat. Berdasarkan hasil penelitian yang didukung oleh penelitian
Faizatul (2011) mengatakan bahwa ibu menyusui yang melahirkan normal akan lebih baik
proses produksi ASInya dan pengeluaran ASI. Dibandingkan ibu yang persalinannya sesar
akan lebih sulit untuk pengeluaran ASInya, karena faktor perancu yang diluar pengamatan
peneliti seperti faktor mobilisasi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Hamranani


(2010) mengatakan bahwa ibu yang persalinannya normal diberikan pijat oksitosin untuk
memperbaiki kontraksi dan terjadinya pendarahan sehingga hormin oksitosin dapat
memproduksi ASInya. Berdasarkan hasil penelitian dan beberapa literatur dapat di
simpulkan bahwa mayoritas ibu menyusui mempunyaai riwayat persalinan normal
sehungga dapat memberikan ASI segera mungkin meskipun jumlah ASI yang di produksi
kurang.

Hasil penelitian menunjukan ada pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI ibu
menyusui di Desa Merbuh Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal dengan nilai p value=
0.000<(0,05). Berdasarkan hasil penelitian ini didukung oleh teori Anggraini, (2010),
mengatakan bahwa ASI merupakan sebuah cairan tanpa tanding ciptaan Allah yang
memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan
penyakit. Keseimbangan zat-zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air
susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda. Pada saat yang sama
ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang mempercepat pertumbuhan selsel otak dan
perkembangan sistem saraf. Hamranani, (2010) pijatan atau rangsangan pada tulang belakang,
neurotransmitter akan merangsang medulla oblongata langsung mengirim pesan ke
hypothalamus di hypofise posterior untuk mengeluarkan oksitosin sehingga menyebabkan
buah dada mengeluarkan air susunya. Pijatan di daerah tulang belakang ini juga akan
28
merileksasi ketegangan dan menghilangkan stress dan dengan begitu hormon oksitosoin
keluar dan akan membantu pengeluaran air susu ibu.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Faizatul (2011) mengatakan
bahwa pengeluaran ASI pada kelompok intervensi pijat oksitosin (mean= 6.2143)
dibandingkan kelompok kontrol (mean= 8.9286) hasil uji didapatkan p value=0,000 (<0,005)
artinya ada pengaruh pijat oksitosin terhadap pengeluaran ASI pada ibu pasca salin normal,
sehingga di simpulkan bahwa pijat oksitosin dapat mempercepat pengeluaran ASI.
Berdasarkan hasil penelitian dan beberapa literatur dapat peneliti simpulkan ada pengaruh
pijat oksitosin terhadap produksi ASI ibu menyusui di Desa Merbuh Kecamatan Singorojo
Kabupaten Kendal dengan nilai p value=0.000 (p value <0,05).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Karakteristik responden ibu menyusui dengan nilai median 22 tahun, dengan rentang
berusia 19-34 tahun, berpendidikan SMA (43,3%), tidak bekerja (66,7%) dan jenis
persalinan normal (80%). Produksi ASI ibu menyusui sebelum diberikan pijat oksitosin
sebagian besar kurang (60%) dan sesudah diberikan pijat oksitosin sebagian besar cukup
(53,3%). Hasil analisis bivariate menunjukkan ada pengaruh pijat oksitosin terhadap
produksi ASI ibu menyusui di Desa Merbuh Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal
dengan nilai p value=0.000(p value<0,05).

Saran
Berdasarkan kesimpulan, maka penulis mengharapkan bahwa ibu menyusui melakukan
pijat oksitosin untuk meningkatkan produksi ASInya, supaya lancar dan dapat
memberikan ASI eksklusif terhadap bayinya. Pijat dapat dilakukan setiap hari oleh ibu,
baik dilakukan oleh suami maupun anggota keluarga yang lain. Dukungan keluarga
dalam pelaksanaan pijat oksitosin sangat penting bagi ibu menyusui. Penelitian
selanjutnya diharapkan melakukan penelitian dengan menggunakan variabel lain/baru
yang relevan terkait dengan pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu menyusui.
Penambahan jumlah sampel yang lebih besar dan metode yang berbeda dapat
meningkatkan hasil penelitian yang lebih optimal. Perawat diharapkan dapat
menjalankan perannya sebagai pendidik salah satunya dengan mengajarkan dan
mensosialisasikan kepada pasien tentang pijat oksitosin serta manfaatnya bagi ibu
menyusui. Perawat maternitas bisa memberikan intervensi pijat oksitosin langsung pada
pasien. Bagi praktisi kesehatan manfaaat pijat oksitosin dijadikan prosedur tetap sebagai
pelayanan post partum bagi rumah sakit. Pelatihan atau seminar pijat oksitosin perlu
dilakukan bagi seluruh perawat untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.

29
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Y. (2010). Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Rihama./,
diakses3 oktober 2015.

Budiarti, T (2010). Peningkatan Produksi ASI Ibu NifasSeksio Sesare melalui pemberian
paket “SUKSES
ASI”.http://asiku.wordpress-
.com/2010/10/24/SUKSES ASI/,diakses 3 Oktober 2015.

Dinas Kesehatan Jawa Tengah (2012). Diakses


3 oktober 2015

Dinkes.Kendal (2014), DINKES KENDAL 2007, 2010, 2013/, diakses 3 oktober 2015.

Faizatul U. (2011). Pijat oksitosin untuk mempercepat pengeluaran ASI pada ibu pasca
persalinan normal di desa ketanan
Kecamatan Gersik.
.http://navelmangelep.wordpress.com/20 11/11/02/Hubungan pengaruh pijat
oksitosin.com/ diakses 26 maret 2016.

Hamranani, S. (2010), Pengaruh pijat oksitosin terhadap involusi uterus pada ibu post
partum yang mengalami persalinan lama di rumah sakit wilayah Kabupaten Klaten.
Tesis UI: tidak dipublikasikan.
Diakses 3 Oktober 2015
http://navelmangelep.wordpress.com/ 2010/02/21/pengaruh-pijat oksitosinilmiah-
penelitian-ilmiah-dan-jenispenelitian/

Notoatmodjo, (2011) Metodologi Penelitian Kesehatan. P.T. RinekaCipta, Jakarta.


diakses3 oktober 2015.

Roesli, U, (2010). Mengenal ASI Eksklusif.Seri Satu. Jakarta :Trubus Agriwidya diakses3
oktober 2015.

Rohani.(2009) Pengaruh Karakteristik Ibu


Menyusui Terhadap Pemberian Asi
Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas
Teluk Kecamatan Secanggang
Kabupaten Langkat Tahun 2007. 2007
USU e-Repository
Saryono. (2009). Metodologi Penelitian Kesehatan Penuntun Praktis Bagi Pemula.
Jogjakarta : Mitra Cendikia Press. Diakses 3 oktober 2015.

Soetjiningsih. (2008). Tumbuh Kembang dan Permasalahanya. Jakarta: PT. Rhineka


Cipta. .http://asiku.wordpress.com/2008/08/07/pemberian-asieksklusif-masih-
rendah/, diakses3 Oktober 2015.

Sunar, D, (2009). ASI Eksklusif Pengenalan,


Praktik, Kemanfaatannya, Diva Press,Yogjakarta.diakses 1 September
2015

30
Wiwi, M, L, (2009) Pengaruh pijat oksitosin terhadap involusi uterus pada ibu post partum
di ruang post partum kelas iii
RSHS
Bandung.(http://supportbreastfeeding.wo rdpress.com), diakses 5 Oktober 2015

WHO, (2013). World Health Statistics 2013. WHO Library Cataloguigin. Publication
Data, WHO Press, Geneva. 2013

31

Anda mungkin juga menyukai