Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENGELOLAAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.

P UMUR 21
TAHUN P1A0 POSTPARTUM HARI KE LIMA DENGAN BENDUNGAN ASI

DISUSUN OLEH :
ITA PURNAMASARI
152191136

PROGRAM STUDI SI KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO 2020
LAPORAN PENGELOLAAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.P UMUR 21
TAHUN P1A0 POSTPARTUM HARI KE LIMA DENGAN BENDUNGAN ASI

I. DATA SUBJEKTIF
A. Identitas
- Nama Ibu : Ny. P - Nama Suami : Tn. A
- Umur : 21 tahun - Umur : 22 tahun
- Pendidikan : SMP - Pendidikan : SMP
- Agama : Islam - Agama : Islam
- Suku : Melayu - Suku : Melayu
- Pekerjaan : IRT - Pekerjaan : Petani
- Alamat : Jln. Jend Sudirman, No.13 Mijen Gedang Anak
             Ungaran Timur, Kab. Semarang

B. Anamnesa
1. Ny. P umur 21
2. Ibu mengatakan baru melahirkan anak pertamanya 5 hari yang lalu
3. Ibu mengatakan ASI nya keluar sedikit-sedikit ( Tidak lancar)
4. Ibu mengatakan menyusui bayinya di salah satu payudara saja tidak
bergantian dengan payudara yang satunya
5. Ibu mengatakan selalu menyusui bayinya dengan posisi berbaring
kekiri
6. Ibu mengatakan bayinya menyusu hanya 4-5 kali sehari
7. Ibu mengatakan bayinya menyusu hanya sebentar
8. Ibu mengatakan jika bayinya tertidur pulas ibu tidak membangunkan
bayinya untuk menyusu karena kasihan jika di bangunkan sehingga bayinya tidak
menyusu sesuai jadwal
9. ibu mengatakan bahwa payudaranya terasa nyeri, bengkak, dan terasa
keras pada payudara sebelah kanan

Pembahasan
Yang perlu dikaji yaitu : nama, umur, agama, suku, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
maksud pertanyaan ini adalah untuk mengidentifikasi pasien. Nama Agar tidak salah dalam
penaganan (Ambarwati,2010). Umur untuk megetahui apakah umur pasien tersebut berpengaruh
terhadap kejadian bendungan ASI Wanita umur 21-35 tahun lebih sering menderita bendungan
ASI dari pada wanita dibawah umur 21 tahun dan diatas 35 tahun , hal tersebut dikarenakan pada
wanita di umur 21-35 tahun merupakan masa reproduksi yang sangat rentan dengan masalah
menyusui (Adiningsih,2003; hal 40).
Pendidikan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya sehingga bidan dapat 
memberkan konseling sesuai pendidikannya (Ambarwati,2010). 
Suku/Bangsa untuk menetukan  adat istiadat atau budayannya (Mami,2012). Pekerjaan
untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosoial ekonominya karena berpengaruh terhadap gizi
pasien (Ambarwati,2010). Agama untuk menentukan bagaimana kita memberikan dukungan
kepada ibu selama memberikan asuhan (Marmi,2012). Alamat untuk mempermudah kunjungan
rumah jika diperlukan
Penelitian yang mendukung pengaruh umur pada kejadian bendungan ASI dari penelitian
Clara Ega Ayu Rutiani dan Lisna Anisa Fitriana Prodi DIII Keperawatan FPOK Universitas
Pendidikan Indonesia Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia. 2016;2(2):146–155 dapat
disimpulkan bahwa kejadian bendungan ASI di Rumah Sakit Sariningsih Bandung bulan Juni
2015 menunjukan bahwa sebanyak 19 partisipan (73,1%) terdapat bendungan ASI dan sebanyak
7 partisipan (26,9%) tidak terdapat bendungan ASI. Dengan sebagian besar partisipan dari
kelompok usia 20-35 tahun, kelompok pendidikan SMA/SMK, kelompok ibu yang bekerja dan
kelompok paritas primipara.
Paritas untuk mengukur pengetahuan ibu dalam proses/teknik menyusui. Penelitian
menemukan sebanyak 66,7% responden adalah primipara, ibu yang primipara belum mempunyai
pengalaman sehingga pada ibu multipara akan lebih banyak memiliki pengalaman dalam
menyusui dan gambaran itu dapat dijadikan sebagai gambaran menyusui saat ini. Bila ibu
melakukan teknik menyusui dengan benar kemungkinan besar tidak akan terjadi bendungan
ASI. Penelitian yang mendukung ibu primipara banyak yang mengalami bendunagan ASI
adalah penelitian Atiul Impartina (MEDISAINS:Jurnal ilmiah ilmu-ilmu kesehatan,Vol, 15 No 3,
Desember 2017) sedangkan menurut Notoatmodjo (2010)sesuatu yang pernah dialamani
seseorang akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yangbersifat informal, seseorang yang
belum memiliki pengalaman sebelumnya makah pengetahuannya akan lebih baik, jadi
pengalaman seseorang dapat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Menurut penelitian
Asrul dan Debby Pratiwi , 1 Program Studi D IV Kebidanan, Institut Kesehatan Helvet bahwah
ada hubungan antara paritas dengan kejadian bendungan Asi.
teknik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet
dan ASI tidak keluar secara optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi
enggan menyusu. Menurut Anggraeni(2015), posisi kepala bayi yang tidak benar dapat
menyebabkan hisapan bayi yang salah, karena putting susu dan areola yang tidak masuk semua
ke mulut bayi. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya putting susu lecet. yang akan
menyebabkan bendungan ASI
Ibu yang tidak sering menyusukan bayinya sesering mungkin, faktor frekuensi pemberian
ASI yang tidak teratur bisa menyebabkan bendungan ASI Menurut Ardyan (2014)dalam
penelitiannya mengatakan bahwah frekuensi dan durasi pemberian ASI mempunyai hubungan
dengan terjadinya bendungan ASI pada ibu nifas karena pada payudara terdapat vena limpatik
yang mengalirkan produksi ASI jika Frekuensi dan durasi pemberian ASI asi optimal, makah
pengosongan payudara dapat secara sempurna. Aliran vena limpatik lancer,sehingga mencegah
terjadinya payudara bengkakatau bendungan ASI pada payudara.
Untuk mengetahui apakah tanda tanda diatas termasuk tanda gejala bendungan ASI
biasanya gejala bendungan ASI yaitu : Bengkak pada payudara, Payudara terasa keras dan
panas,Odem pada payudara, Ibu merasakan sakit dan Puting susu kencang dan kulit payudara
mengkilat walau tidak merah (prawirohardjo,2011) payudara penuh terasa panas, berat dan
keras, terlihat mengkilat meski tidak kemerahan. ASI biasanya mengalir tidak lancar, namun ada
pula payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri, puting susu teregang
menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI.
Ibu kadang-kadang menjadi demam, tapi biasanya akan hilang dalam 24 jam
(Bastonhelen,2010). Hal ini sudah sesuai penelitian yang dilakukan oleh Retno (2010)

II. DATA OBJEKTIF


Pemeriksaan
A. Keadaan umum : Lemas
Kesadaran : coposmentis
Tanda vital
TD : 100 /60 mmHg N : 78 x/menit
T : 37,8 0C R : 18 x/menit
Pemeriksaan Fisik :
- Muka : Tidak odem
Odema : Tidak ada
- Mata
Konjungtiva : Anemis
- Leher
Kelenjar thyroid : tidak ada pembengkakan
- Mammae : Tidak simetris
kolostrum : Ada
Areola mammae : hiperpigmentasi
Puting susu : Terbenam(mendelep) dan lecet
Bendungan ASI : Ada bendungan
Nyeri : Ada
Masa : Ada Masa di payudara kanan
Pola kehidupan sehari-hari :
- Nutrisi : nasi satu piring, satu potong tempe, kecap asin
- Pola makan : 2x/hari
- Diet : tidak ada
- Perubahan nafsu makanan : Ada
- Minum : ± 4-6 gelas/hari
Eliminasi:
BAB : ± 1 x/hari
BAK : ± 6 x/ hari
Istirahat :
- Siang : ± 1 jam
- Malam : ± 5 jam
- Psikologis : baik

Pembahasan:
Data Objektif dikumpulkan gunananya untuk memastikan bahwa keadaan klien dalam keadaan
stabil .
1. Vital Sing
a. Suhu : peningkatan suhu badan mencapai 38ºC pada 24 jam pertama masa nifas.
Tetapi pada umumnya setelah 24 jam post partum suhu tubuh kembali normal jika
dalam 2 hari post partum suhu tubuh belum juga turun perlu dicurigai adanya infeksi
yang mungkin disebabkan oleh dehidrasi, demam karena ASI, pembengkakan
payudara, infeksi pernapasan (maryunani,2009:hal 142)
b. Tekanan darah: selama beberapa jam setelah melahirkan ibu dapat mengalami
Hipotensi orthostatic (penurunan 20 mmhg) yang ditandai adanya pusing segera
setelah berdiri yang dapat terjadi hingga 46 jam pertama. Hal ini dapat berpengaruh
terhadap mobilisasi dini ibu pada tahap nifas sehingga ibu tidak bisa melakukan
pemberian ASI pada bayinnya(Maryunani 2009; hal 26)
c. Nadi dan Pernapasan
Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali permenit, sedangkan
pernapasan yang normal yaitu 16-20 kali permenit denyut nadi sehabis melahirkan
biasanya akan lebih cepat , setiap denyut nadi yang melebihi 100 kali permenit adalah
abnormal dan hal ini menujukan adanya kemungkinan infeksi (sulistyawati,2009; hal
81).
2. Pemeriksaan Fisik
a. Muka : dilihat untuk melihat wajah ibu mengalami pucat dan lesu karena merasa
tidak nyaman dengan keaadaan ibu yangpayudaranya bengkak, nyeri dan demam
(anggraini,2010;hal 124)
b. Mata : untuk melihat adannya anemis karena berhubungan dengan pengenceran darah
dalam tubuh (Mujiatini,2010:hal 121)
c. Leher: untuk mengkaji adannya infeksi jika ada panas sebagai diagnosa banding dari
suhu tubuh yang meningkat(anggraini,2010;hal 124)
d. Pemeriksaan Payudara
Tujuan : sebagai pemeriksaan tindak lanjut dari pemeriksaan payudara prenatal dan
segerah setelah melahirkan apakah ada komplikasi post partum misalnya bendungan
pada payudara, (3-5 hari post partum), abses payudara, mastitis (3-4 minggu).
(anggraini,2010;hal 125-126)
3. Pola kehidupan sehari-hari
a. Nutrisi: menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya,
jenisnya, makanan pantangan. Karena hal ini bisa mempengaruhi jumlah ASI yang di
produksi apa bila ibu kurang nutrisi(Rahmawati,2009;hal 120)
b. Eliminasi: menggambarkan pola Fungsi sejkresi yaitu kebiasan buang air
besarmeliputin frekuensi, jumlah konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil,
meliputi frekuensi,warna,jumlah,jika ibu mengalami beberapa gangguan berarti dalm
hal nutrisi ibu terganggu, kesulitan ini dapat dibantu dengan mobilisasi dini,
mengkonsumsi makanan tinggi serat dan cukup minum . makanan tersebut
berpengaruh penting dalam produksi ASI yang dihasilkan (anggraini,2010;hal 55)
c. Istirahat : menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur,
kebiasan sebelum tidur misalnya membaca, mendengarjkan music, kebiasaan
mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang. Penggunaan waktu luang
istirahat,sangat penting bagi ibu nifas karena dengan istirahat yang cukup dapat
mempercepat penyembuhan dan bisa mempelancar produksi ASI(anggraini,2010; hal
60)
III. Assasment

A. Diagnosa :
Ny. P umur 21 tahun postpartum hari kelima dengan bendungan ASI
B. Masalah
1. Lemas
2. Payudara terasa nyeri
3. Febris
C. Kebutuhan :
1. Perbaiki keadaan ibu
2. Pemeriksaan payudara
3. Berikan paracetamol
D. Antisipasi masalah:
Mastitis
Pembahasan:
Analisa yang didapatkan sudah sesuai dengan hasil pengkajian data subjektif dan data objektif
yaitu data subjektif ibu mengatakan bahwa payudaranya terasa nyeri dan terasa keras pada
payudara sebelah kanan, data objektif yang di dapatkan dari hasil pemeriksaan payudara Ny. P
tidak simetris, payudara kanan lebih besar dan teraba keras dan ada nyeri tekan, pada teori gejala
yang biasa terjadi pada bendungan ASI adalah payudara penuh terasa panas, berat dan keras,
terlihat mengkilat meski tidak kemerahan. ASI biasanya mengalir tidak lancar, namun ada pula
payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri, puting susu teregang
menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI.
Ibu kadang-kadang menjadi demam, tapi biasanya akan hilang dalam 24 jam
(Bastonhelen,2010). Hal ini sudah sesuai penelitian yang dilakukan oleh Retno (2010) bahwa
tanda dan gejala bendungan ASI adalah payudara bengkak, adanya rasa nyeri, teraba keras.
Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dengan data yang diperoleh dari keluhan pasien dan
pemeriksaan secara langsung.

IV. PLANNING
A. Perencanaan
1. Informed consent
2. Observasi keadaan ibu
3. Beri paracetammol dengan berkolaborasi dengan dokter
4. Lakukan perawatan paudara
5. Beri Penkes tentang teknik menyusui yang benar
6. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulangapabilah ada keluhan lainnya

B. Penatalaksanaan dan Evaluasi


1. melakukan informed concent atas tindakan yang akan dilakukan
- informed concent telah dilakukan
2. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan:
Keadaan umum : Lemas
Kesadaran : coposmentis
-TD :110/60 mmHg
-S :37,8°C
-N :78 x/menit
-R :18 x/menit
- Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan
3. Memberikkan penkes tentang :
- Teknik menyusui yang benar :
1. Bagi ibu, posisikan diri senyaman mungkin dan rilekskan diri
Anda.
2. Setelah posisi ibu terasa nyaman, gendong dan pegang kepala bayi
dengan satu tangan sembari mempertahankan posisi payudara ibu
dengan tangan yang lainnya.
3. Kemudian dekatkan wajah bayi ke arah payudara ibu. Cara
menyusui yang benar bisa terlihat saat tubuh bayi menempel
sepenuhnya dengan tubuh ibu.
4. Beri rangsangan pada daerah bibir bawah bayi dengan
menggunakan puting susu ibu. Tujuannya agar mulut bayi terbuka
lebar.
5. Biarkan bayi memasukkan areola (seluruh bagian gelap di sekitar
puting payudara ibu) ke dalam mulut bayi.
6. Bayi akan mulai menggunakan lidahnya untuk mengisap ASI. Ibu
tinggal mengikuti irama menyedot dan menelan yang dilakukan
bayi.
7. Ketika ibu ingin menyudahi atau berpindah ke payudara yang lain,
letakkan satu jari ibu ke sudut bibir bayi supaya bayi melepaskan
isapannya.
8. Hindari melepaskan mulut bayi atau menggeser payudara Anda
secara tiba-tiba karena akan membuat bayi rewel dan sulit
menyusu lagi nantinya.
9. Biarkan bayi mengatur sendiri kecepatannya saat menyusu. 
10. Perpindahan payudara saat menyusu bisa Anda lakukan ketika
payudara terasa lebih lunak setelah bayi menyusu. Ini karena ASI
di dalam payudara tersebut telah diminum oleh bayi sehingga
terasa tidak lagi penuh.
- Ibu sudah mengerti dengan penjelasan bidan tentang teknik menyusui
4. Memberikan paracetamol 500mg untuk menurunkan rasa panas dan mengurangi
rasa nyeri 3x Sehari
- Ibu mau mengkonsumsi paracetammol
5. Ibu dianjurkan untuk selalu menyusui bayinya setiap 2 jam sekali untuk
    menghindari atau/ mengurangi pembengkakan pada payudara
- Ibu bersedia melakukan anjuran bidan
6. Menganjurkan ibu perawatan payudara dengan bendungan asi
1. Kompres dengan air hangat agar payudara menjadi lentur
2. Keluarkan asi sebelum menyusui, oleskan keputing, biarkan bayi
menghisap hingga kenyang
3. Seteah bayi kenyang sendawakan bayi, lalu oleskan kembali asi
keputing susu, agar putting tidak lecet
- Ibu bersedia melakukan perawatan payudara dengan bendungan sai sesuai yang
dianjurkan bidan
7. Menganjurkan ibu untuk melakukan Perawatan payudara :
1) Anjurkan ibu melakukan perawatan payudara dengan cara mengoleskan 
baby oil kedua telapak tangan
2) Urutkan payudara sesuai jarum jam dan keliling kearah puting susu
3) Kompres dengan air dingin dan air hangat
- Ibu bersedia melakukan perawatan payudara sesuai anjuran bidan
8. Memberitahu ibu Kunjungan bidan pada masa nifas
- Kunjungan 1 : 6-8 jam
- Kunjungan II : 6 hari
- Kunjungan III : 2 minggu
- Kunjungan IV : 6 minggu
- Ibu mengetahui jadwal kunjungan bidan

Pembahasan
Penatalaksanaan yang dilakukan tenaga kesehatan sudah sesuai dengan teori yaitu
menganjurkan menyusui bayinya sesering mungkin, mengajurkan kompres hangat dan dingin
pada payudaranya yang tersa keras dan nyeri, dan menganjurkan untuk memijat lembut pada
payudara sebelum menyusui, menganjurkan ibu untuk mengeluarka ASI nya jika masih tersa
penuh setelah bayi menyusu, mengajurkan ibu untuk tetap menyusui dengan payudara yang
sakit, dan menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara esklusif selama 6 bulan, hal ini
sudah sesuai dengan teori Prawiroharjo, (2010)
yaitu sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar kemudian
perlahan-lahan bergerak ke arah puting susu dan lebih berhati-hati pada area yang mengeras,
menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin, susui bayi dengan payudara
yang sakit jika ibu kuat menahannya, karena bayi akan menyusui dengan penuh semangat pada
awal sesi menyususi, sehingga bisa mengeringkannya dengan efektif, lanjutkan dengan
mengeluarkan ASI dari payudara itu setiap kali selesai menyusui jika bayi belum benar-benar
menghabiskan isi payudara yang sakit tersebut, tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi
dengan air hangat pada payudara yang sakit beberapa kali dalam sehari (atau mandi dengan air
hangat beberapa kali), lakukan pemijatan dengan lembut di sekitar area yang mengalami
penyumbatan kelenjar susu dan secara perlahan-lahan turun ke arah puting susu, Kompres dingin
pada payudara di antara waktu menyusui, lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi
hasilnya. Prawirohardjo, 2010).
Sesuai dengan penelitian Yusrah Taqiyah dkk (2019) Sebelum dilakukan perawatan
payudara dari 16 ibu post partum terdapat 81,3% atau 13 orang ibu post partum yang
dikategorikan mengalami bendungan ASI. Setelah dilakukan perawatan payudara terjadi
penurunan bendungan ASI dari 81,3% menjadi 18,8%. Ada pengaruh Masase Payudara terhadap
bendungan ASI dengan nilai ρ.Value 0.007 Diharapkan agar tetap melakukan perawatan
payudara baik sebelum dan setelah melahirkan untuk menghindari terjadinya bendungan ASI dan
mmeperlancar pengeluaran ASI

Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan
menimbulkan rasa nyeri pada saat menyusu. Akibat ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi
bendungan ASI. Pembengkaan payudara dapat terjadi jika proses menyusui ditunda atau dibatasi
dan jika bayi tidak mampu disusui secara efisien karena tidak menempel dengan baik ke
payudara atau posisi menyusu yang salah, (Dewi, dan Sunarsih,2011) sesuai dengan penelitian
Rafita Dewi (2017). Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan teknik menyusui dan praktek
breast care dengan kejadian bendungan ASI di BPS Ponirah Margorejo Metro Selatan Kota
Metro Tahun 2017 maka dapat di simpulan sebagai berikut, dari 35 responden yang mengalami
bendungan ASI 14 responden dan sebanyak 23 (65,7%) responden telah melakukan teknik
menyusui dengan benar dan 26 (75,0%) responden telah melakukan praktek breast care dengan
benar. Maka terdapat hubungan antara teknik menyusui dan praktek breast care dengan kejadian
bendungan ASI karena kurang dari nilai p-value 0,05.

DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih,W.2003.Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta:Mitra Cendika Press
Anggraini, Yetti. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Rihanna
Ambarwati, E,R,Diah, W. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika.
Asrul dan Debby Pratiwi.2017.Faktor-Faktor Yang  Berhubungan  Dengan Kejadian Bendungan
Asi Di Klinik Kasih Ibu Deli Serdang Tahun 2017. Jurnal Midwifery Update (Mu).
http://jurnalmu.poltekkes-mataram.ac.id/index.php/jurnalmu
Bastonhelen.2010.posnatalvolume4(http://ejournal.stikesmuhkudus.ac.id/index.php/karakter/artic
le/view/49 (jurnal) diakses pada 10 juni 2020 jam 09.00 WIB).
Dewi,Rafita dkk.2017. Hubungan Teknik Menyusui dan Praktek Breast Care.  Jurnal Kesehatan
Metro Sai Wawai Volume X No 1 Edisi Juni 2017 ISSN: 19779-469X. Vol 10, No 1
2017.
Dewi, V. N. D., & Sunarsih, T. (2011). Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta: Selemba
Medika.
Impartina, Atiul.2017.Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Teknik Menyusui Dengan
Kejadian Bendungan ASI: Jurnal ilmiah ilmu-ilmu kesehatan,Vol, 15 No 3 Desember
2017.
Marmi. (2012). Panduan Lengkap Manajemen Laktasi. Yogyakarta: Nuha
Maryunani, A. 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas. Jakarta: Trans Info Medika
Notoatmodjo,S.2010.Ilmu KesehatanMasyarakat.Jakarta:Rineka Cipta.
Prawirohardjo. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Edisi Empat. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo ; 2011. h. 140-5; 158; 177-9; 183-5; 213; 282-7.
Retno. 2010. Penelitian bendungan ASI pada ibu nifas di Surakarta. Diakses tanggal 10 Juni
2020 Pukul 10.30 WIB
Rutiani, Clara Ega Ayu dan Lisna Anisa Fitriana.2015. Gambaran Bendungan Asi Pada Ibu
Nifas Dengan Seksio Sesarea Berdasarkan Karakteristik Di Rumah Sakit Sariningsih
Bandung :Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia. 2016;2(2):146–155.
Sulistyawati A. 2009.Buku ajar asuhan kebidanan pada ibu nifas. Yogyakarta: Penerbit Andi;
2009.
Taqiyah, Yusrah dkk.2019. Pengaruh Masase Payudara Terhadap Bendungan Asi Pada Ibu
Post Partum Di Rsia Khadijah I Makassar Vol 4, No 1 2019.
KONTRAK BELAJAR MAHASISWA

Nama Mahasiswa : Ita Purnamasari

NIM : 152191136

NO Hari/Tanggal Kompetensi Kegiatan Hasil


1 Senin/8 Juni Mengelola 1. Membuat kontrak belajar 1.Kontrak belajar
2020 Asuhan hari ini hari ini
Kebidanan 2. Reflektif learning tahap 1: 2.Mendapatkan
pada ibu Memilih kasus kelolaan kasus kelolaan
3. Reflektif learning tahap 2 : 3.Menyusuan
Kritisi pemilihan kasus analisis kasus
oleh dosen dan mahasiswa
2 Selasa, 9 Juni Mengelola 1. Mahasiswa 1. Telah tersusun
2020 Asuhan menyamapaikan kontrak kontrak belajar hari
Kebidanan belajar hari ini ini
pada ibu 2. Melakukan diskusi di 2. Telah tersusun dan
sipolin mengenai melakukan
   menggali dan konsultasi kepada
menganalisis data pembimbing
Subyektif (Ny. Putri umur Mengenai laporan
21 th P1 A0 5 hari PP menganalisis data
dengang bendungan ASI) Subyektif (Ny. Putri
pada pukul : 15. 00 WIB- umur 21 th P1 A0 5
21.WIB hari PP dg
bendungan ASI)

3 Rabu, 10 Juni Mengelola 1. Mahasiswa 1.Telah tersusun


2020 Asuhan menyamapaikan kontrak kontrak belajar hari
Kebidanan belajar hari ini ini
pada ibu 2. Melakukan diskusi di 2.Telah tersusun dan
sipolin mengenai melakukan
   menggali dan konsultasi kepada
menganalisis data pembimbing
Objektif dan Analisa (Ny. Mengenai laporan
Putri umur 21 th P1 A0 5 menganalisis data
hari PP dengang Objektif dan Analisa
bendungan ASI) pada (Ny. Putri umur 21
pukul : 19. 00 WIB – th P1 A0 5 hari PP
21.00 WIB dengan bendungan
ASI)
4 Kamis, 10 Mengelola 1.Mahasiswa 1. Telah tersusun
Juni Asuhan menyamapaikan kontrak kontrak belajar hari
2020 Kebidanan belajar hari ini ini
pada ibu Melakukan diskusi di sipolin 2. Telah tersusun
mengenai dan melakukan
2. menggali dan menganalisis konsultasi kepada
data Plenning (Ny. Putri pembimbing
umur 21 th P1 A0 5 hari PP Mengenai laporan
dengang bendungan ASI) menganalisis data
pada pukul : 19. 00 WIB – Plenning (Ny. Putri
20.30 WIB umur 21 th P1 A0 5
hari PP dengan
bendungan ASI)

Anda mungkin juga menyukai