Anda di halaman 1dari 133

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.

N G1P0A0
DENGAN HIPERTENSI GESTASIONAL
DI RSUD LEUWILIANG

Disusun Oleh :
KHOLIS BUDIHASTARI
NIM : P 17324214036

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR
2017
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.N G1P0A0
DENGAN HIPERTENSI GESTASIONAL
DI RSUD LEUWILIANG

Laporan Tugas Akhir


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan
Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun Oleh :
KHOLIS BUDIHASTARI
NIM : P 17324214036

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR
2017
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Kholis Budihastari

Tempat Tanggal Lahir : Kebumen, 30 Mei 1996

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Golongan Darah :B

Suku : Jawa

Alamat : Perum Puri Cileungsi E 12 No 11 RT 01/08

Ds. Gandoang Kec. Cileungsi Kab. Bogor

Riwayat Pendidikan
1. TK Islam Asy-Syifaa (2001-2002)
2. Sekolah Dasar Negeri Nyalindung (2002-2008)
3. Madrasah Tsanawiyah Qurrotul Aini (2008-2011)
4. MAN Jonggol (sekarang MAN 3 Kabupaten Bogor) (2011-2014)
5. Poltekkes Kemenkes Bandung Prodi Kebidanan Bogor (2014-2017)

iv
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR
LAPORAN TUGAS AKHIR
Kholis Budihastari NIM P 17324214036
Asuhan Kebidanan Pada Ny.N GIP0A0 dengan Hipertensi Gestasional di
RSUD Leuwiliang
vi,VI Bab, 88 halaman, 10 lampiran, 4 tabel

ABSTRAK
Hipertensi Gestasional adalah peningkatan tekanan darah >140/90 mmHg
pada kehamilan >20 minggu tanpa proteinuria. Hipertensi merupakan salah satu
penyebab kematian ibu, berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum
Daerah Leuwiliang pada bulan Januari sampai bulan Desember 2016, angka
kejadian hipertensi gestasional sebanyak 134 kasus dari 1412 persalinan.
Hipertensi Gestasional memerlukan penanganan lebih lanjut karena dapat
meningkatkan angka mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin.
Tujuan penulisan Laporan Tugas Akhir ini adalah melakukan asuhan kebidanan
pada ibu bersalin dengan hipertensi gestasional di Ruang Bersalin RSUD
Leuwiliang
Metode yang digunakan pada laporan kasus ini dalam bentuk
pendokumentasian SOAP (Subjektif, Objektif, Analisa, dan Penatalaksanaan).
Teknik pengumpulan data diperoleh dari wawancara, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang, observasi, studi dokumentasi dan studi literatur. Hasil
pengkajian data subjektif ibu mules sejak 7 jam yang lalu, hamil anak pertama,
dirujuk oleh Bidan karena tensi tinggi saat akan melahirkan, tidak memiliki
riwayat dan tidak memiliki darah tinggi saat hamil. Hasil pengkajian data objektif,
tekanan darah 140/90 mmHg, pemeriksaan abdomen TFU 30 cm, fundus teraba
bokong, di sisi kanan teraba punggung janin, bagian terendah teraba kepala, sudah
masuk PAP 3/5. Kandung kemih penuh. DJJ : 146 kali/menit reguler. His 3 kali
10 menit lamanya 40 detik. Pemeriksaan dalam pembukaan 7 cm, ketuban utuh.
Hasil pemeriksaan laboratorium tidak terdapat proteinuria.
Dari data subjektif dan objektif, maka didapatkan diagnosa yaitu Ny.N
G1P0A0 hamil 38 minggu Inpartu Kala I Fase Aktif dengan Hipertensi
Gestasional. Penatalaksanaan yang dilakukan yaitu melakukan observasi keadaan
ibu dan kemajuan persalinan dan memantau tekanan darah. Dilakukan kolaborasi
dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan dalam pemberian induksi
persalinan dengan oksitosin drip.
Kesimpulan yang didapat dari kasus bahwa Ny.N telah dilakukan induksi
persalinan dengan oksitosin dilanjutkan dengan pemantauan, dan tidak ada
pemberian obat-obatan untuk hipertensi gestasional. Diharapkan dapat
meningkatkan kualitas pelayanan dalam memberikan asuhan dan untuk klien
dharapkan lebih memperhatikan kembali kesehatannya setelah persalinan.
Kepustakaan : 25 (2007-2017)
Kata Kunci : Hipertensi Gestasional.

v
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas Kehendak Allah SWT yang
Maha Kuasa, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas Laporan Tugas Akhir
ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada suritauladan kita, Nabi Muhammad SAW.

Adapun Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada Ny.N
G1P0A0 dengan Hipertensi Gestasional di RSUD Leuwiliang” ini merupakan
salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III Kebidanan

Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah memberikan dukungan baik
secara langsung maupun tidak langsung selama menyelesaikan tugas Laporan
Tugas Akhir ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dr.Ir.H.Oesman Syarief, MKM, selaku Direktur Politeknik Kesehatan


Kemenkes Bandung
2. Hj.Ns.Enung Harni Susilawati, S.Kp, MKM, selaku Ketua Program Studi
Kebidanan Bogor Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung
3. drg.Wiwik Wahyuningsih, MKM, Selaku Direktur RSUD Leuwiliang beserta
seluruh staff yang telah memberikan izin untuk melakukan pengambilan
kasus asuhan kebidanan untuk bahan Laporan Tugas Akhir ini.
4. Bd. Ita Rosita, Am.Keb, selaku Kepala Ruang Bersalin RSUD Leuwiliang
beserta seluruh staff yang senantiasa memberikan bimbingan selama
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
5. Sinta Nuryati, M.Keb, selaku dosen pembimbing yang telah banyak
membantu memberikan arahan, masukan dan nasihat-nasihat dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
6. Fuadah Ashri Nurfurqoni, M.Keb, selaku pembimbing akademik.
7. dr.Fauzia, selaku wali tingkat jalur umum tingkat III-C Program Studi
Kebidanan Bogor.
vii
8. Kedua orangtua tercinta, motivator pertama yang selalu mendoakan dan
membimbing setiap langkah perjalananku serta memberikan semangat yang
tiada henti.
9. Ny. N beserta keluarga yang telah bekerjasama dengan baik dan memberikan
informasi selama pelaksanaan asuhan untuk Laporan Tugas Akhir ini.
10. Seluruh teman-teman seperjuangan angkatan XVI Program Studi Kebidanan
Bogor yang telah memberikan dukungan dalam suka dan duka selama
menempuh pendidikan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih
banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
sangat penulis harapkan. Semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Seluruh isi
Laporan Tugas Akhir ini sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Bogor, Juni 2017

Penulis

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... ii


LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP PENULIS ................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................... v
PERNYATAAN BEBAS PLAGIATISME ............................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah dan Ruang Ringkup .......................................... 4
C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 4
D. Manfaat ........................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Persalinan ................................................................ 6
1. Pengertian ................................................................................... 6
2. Tanda-tanda Persalinan .............................................................. 6
3. Tahapan Persalinan .................................................................... 7
B. Konsep Dasar Masa Nifas ............................................................... 10
1. Pengertian ................................................................................. 10
2. Perubahan Fisiologis Masa Nifas .............................................. 10
C. Konsep Dasar Hipertensi Dalam Kehamilan ................................... 12
1. Pengertian ................................................................................... 12
2. Etiologi ....................................................................................... 12
3. Patofisiologi ............................................................................... 13
4. Klasifikasi dan Diagnosis .............................................................. 14
5. Faktor Resiko ............................................................................. 16
6. Penanganan ................................................................................. 16
7. Pemberian Antihipertensi ........................................................... 20
8. Komplikasi ................................................................................. 21
9. Pencegahan ................................................................................. 23
D. Konsep Dasar Hipertensi Gestasional ............................................. 24
1. Pengertian ................................................................................... 24
2. Etiologi ....................................................................................... 25
3. Faktor Resiko ............................................................................. 25
4. Diagnosa ..................................................................................... 28
5. Komplikasi ................................................................................. 28
6. Penatalaksanaan ......................................................................... 28
7. Kewenangan Bidan dalam Kasus Hipertensi Gestasional .......... 31
E. Konsep Dasar Induksi Persalinan ................................................... 31

ix
1. Pengertian ................................................................................... 31
2. Indikasi dan Kontraindikasi ....................................................... 31
3. Diagnosis .................................................................................... 32
4. Induksi menggunakan Oksitosin Drip ........................................ 33
F. Aplikasi Asuhan Kebidanan dengan Hipertensi Gestasional .......... 34
BAB III METODOLOGI
A. Metode ............................................................................................ 36
B. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 37
1. Wawancara ................................................................................. 37
2. Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang ........................ 38
3. Observasi .................................................................................... 38
4. Studi Dokumentasi ..................................................................... 38
5. Studi Literatur ............................................................................ 39
BAB IV HASIL KEGIATAN ASUHAN KEBIDANAN
A. Data Subjektif ............................................................................... 40
B. Data Objektif ................................................................................ 41
C. Analisa ........................................................................................... 43
D. Penatalaksanaan ............................................................................ 43
BAB V PEMBAHASAN
A. Data Subjektif ............................................................................... 74
B. Data Objektif ................................................................................ 74
C. Analisa .......................................................................................... 76
D. Penatalaksanaan ............................................................................ 80
E. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat .................................. 80
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 87
B. Saran ............................................................................................. 88
DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri Dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi
Tabel 2.2 Perbedaan Hipertensi Kronis, Hipertensi Gestasional dan Preeklamsia
Tabel 2.3 Interpretasi Temuan Laboratorium Pada Preeklampsia
Tabel 2.4 Obat antihipertensi

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Konsultasi


Lampiran 2 Lembar Observasi
Lampiran 3 Partograf
Lampiran 4 Satuan Acara Penyuluhan Tanda Bahaya Nifas
Lampiran 5 Satuan Acara Penyuluhan Kebutuhan Nutrisi Ibu Nifas
Lampiran 6 Satuan Acara Penyuluhan Kebersihan Diri pada Ibu Nifas
Lampiran 7 Satuan Acara Penyuluhan ASI Eksklusif
Lampiran 8 Satuan Acara Penyuluhan Keluarga Berencana
Lampiran 9 Satuan Acara Penyuluhan Tanda Bahaya pada Bayi
Lampiran 10 Satuan Acara Penyuluhan Imunisasi Dasar

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2015
Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia mencapai 216 per 100.000
kelahiran hidup. Penyebab utama kematian ibu di dunia yang tertinggi
yaitu kondisi medis yang sudah ada dan perburuk dengan kehamilan
seperti diabetes, malaria, HIV dan obesitas sebanyak 28%, pendarahan
27%, hipertensi dalam kehamilan sebanyak 14%, infeksi sebanyak
11%, abortus sebanyak 8%, partus lama 9% dan penggumpalan darah
3%.1
Hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 menyebutkan
pada Tahun 2015 AKI di Indonesia mencapai 305 kematian ibu per
100.000 kelahiran hidup. Lima penyebab kematian ibu terbesar yaitu
perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus
lama/macet, dan abortus. Kematian ibu di Indonesia masih didominasi
oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan 30,3%, hipertensi
dalam kehamilan (HDK) 27,1% ,dan infeksi 7,3%.2
Di Provinsi Jawa Barat jumlah kematian Ibu Tahun 2016 sebanyak
790 kasus dengan penyebab tertinggi adalah akibat perdarahan
(31,7%). Hipertensi Dalam Kehamilan (29,3%), infeksi (5,6%), partus
lama (0,64%), abortus (0,12%), dan lain-lain (32,5%).3
Berdasarkan data diatas, gangguan hipertensi masih menjadi
penyulit kehamilan dan termasuk salah satu diantara trias mematikan
bersama perdarahan dan infeksi, yang banyak menimbulkan morbiditas
dan mortalitas ibu sehingga sangat dibutuhkan penanganan asuhan
kebidanan pada ibu hamil dengan hipertensi secara tepat. Hipertensi

1
2

diperkirakan menjadi komplikasi sekitar 7-10% pada seluruh


kehamilan.4
Hipertensi dalam kehamilan adalah hipertensi yang terjadi saat
kehamilan berlangsung. Hipertensi dalam kehamilan diklasifikasikan
sebagai hipertensi kronis (meningkatnya tekanan darah sebelum usia
kehamilan 20 minggu), preeklampsia (hipertensi yang timbul setelah
20 minggu disertai dengan proteinuria), eklampsia (preeklampsia yang
disertai dengan kejang), hipertensi gestasional (meningkatnya tekanan
darah tanpa disertai proteinuria dan akan menghilang setelah 3 bulan
pasca persalinan).5
Salah satu klasifikasi hipertensi dalam kehamilan diantaranya adalah
hipertensi gestasional. Hipertensi gestasional disebut juga transient
hypertension adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa
disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan
pascapersalinan atau kehamilan dengan tanda-tanda preeklamsia tetapi
tanpa proteinuria.6
Hipertensi gestasional ini sebagian besar terjadi pada primigravida,
usia maternal yang <20 tahun atau >35 tahun, obesitas, dan riwayat
hipertensi dari keluarga atau sebelum kehamilan. Hipertensi
gestasional ini memiliki beberapa komplikasi yang sama dengan jenis
hipertensi lainnya, diantaranya: berkurangnya aliran darah ke plasenta,
abrupsio plasenta, penyakit kardiovaskuler dimasa depan, gangguan
ginjal, gangguan hematologis, gangguan kardiovaskular, gangguan
hati, gangguan pernafasan, sindrom hemolysis elevated liver enzymes
low platelet count (HELLP), serta gangguan pada janin seperti
pertumbuhan terhambat, prematuritas hingga kematian janin dalam
rahim.7,8
Dari beberapa komplikasi yang mungkin akan terjadi, hipertensi
gestasional memerlukan penanganan yang tepat. Dengan penanganan
yang tepat, maka akan turut menurunkan angka morbiditas dan
mortalitas pada Ibu dan janinnya. Beberapa penatalaksanaan yang
3

dilakukan pada kasus hipertensi gestasional adalah memantau tekanan


darah, proteinurin dan kondisi janin. Jika tekanan darah meningkat
maka tangani sebagai preeklampsia.5
Peran Bidan dalam menghadapi kasus hipertensi gestasional dapat
melakukan deteksi tanda bahaya pada kehamilan, persalinan, dan nifas.
Jika pada ibu ditemukan keluhan sakit kepala, pandangan kabur, nyeri
ulu hati dan tekanan darah tinggi saat hamil dan bersalin, maka
penatalaksanaan yang dapat dilakukan bidan yaitu dengan melakukan
pemantauan pada tekanan darah, denyut jantung janin, edema,
proteinuria, tanda-tanda preeklampsia/ eklampsia, dan menetapkan
kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi atau kolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain.6
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Bogor, data kematian ibu di Kabupaten Bogor pada tahun 2016
sebanyak 58 kasus. Hipertensi dalam kehamilan dan perdarahan masih
menjadi penyebab utama kematian pada Ibu di Kabupaten Bogor
dengan persentase perdarahan sebanyak 33,1% dan Hipertensi Dalam
Kehamilan 28,6%.3
Angka kejadian Hipertensi Dalam Kehamilan di RSUD Leuwiliang
adalah sebanyak 400 kasus dari 1412 persalinan, kejadian tertinggi
pertama pada kasus hipertensi dalam kehamilan adalah Preeklampsia
Berat yaitu sebanyak 136 kasus, lalu kejadian hipertensi gestasional
134 kasus, pre eklampsia ringan 63 kasus, hipertensi kronis sebanyak
39 kasus, eklampsia 21 kasus, dan superimposed preeklampsia 7 kasus.
Mengingat masih tingginya angka kejadian hipertensi gestasional di
RSUD Leuwiliang serta komplikasi yang mungkin akan terjadi pada
Ibu dan janin, maka penulis tertarik untuk membuat Laporan Tugas
Akhir dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Ny. N dengan Hipertensi
Gestasional di RSUD Leuwiliang”
4

B. Rumusan Masalah dan Lingkup Masalah


1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan
bagaimana melakukan Asuhan Kebidanan dengan Hipertensi
Gestasional di RSUD Leuwiliang.
2. Lingkup Masalah
Lingkup masalah dalam Laporan Tugas Akhir ini, penulis
membatasi pelaksanaan kegiatan asuhan kebidanan pada Ny.N
dengan Hipertensi Gestasional di RSUD Leuwiliang sejak tanggal
6 April 2017 sampai dengan tanggal 7 April 2017, kemudian
dilanjutkan dengan kunjungan rumah tanggal 14 April 2017 dan
tanggal 21 April 2017 dengan pendekatan manajemen kebidanan.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu mengetahui, memahami dan melakukan asuhan
kebidanan pada Ny.N G1P0A0 dengan Hipertensi Gestasional di
RSUD Leuwiliang
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya data subjektif dari Ny.N G1P0A0 dengan
Hipertensi Gestasional di RSUD Leuwiliang.
b. Diketahuinya data objektif dari Ny G1P0A0 dengan Hipertensi
Gestasional di RSUD Leuwiliang.
c. Diketahuinya analisa dari Ny.N G1P0A0 dengan Hipertensi
Gestasional di RSUD Leuwiliang.
d. Diketahuinya penatalaksanaan dari Ny.N G1P0A0 dengan
Hipertensi Gestasional di RSUD Leuwiliang.
e. Diketahuinya faktor pendukung dan faktor penghambat dalam
memberikan asuhan pada Ny.N G1P0A0 dengan Hipertensi
Gestasional di RSUD Leuwiliang.
5

D. Manfaat Kegiatan Asuhan Kebidanan


1. Bagi Pusat Layanan Kesehatan
Dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan diharapkan
dapat memberikan penanganan yang cepat dan tepat pada kasus
hipertensi gestasional sehingga tidak terjadi komplikasi yang lebih
berat.
2. Bagi Klien dan Keluarga
Hasil kegiatan asuhan kebidanan ini diharapkan dapat
memberikan pengetahuan kepada klien dan keluarga tentang
hipertensi dalam kehamilan, khususnya mengenai hipertensi
gestasional dengan mengenali tanda bahaya dan mewaspadai
komplikasi yang mungkin terjadi.
3. Bagi Profesi Bidan
Diharapkan dapat memberi masukan dalam penanganan kasus
hipertensi gestasional sesuai dengan kewenangannya serta
meningkatkan kompetensi dalam kegawatdaruratan obstetri
khususnya dalam menangani kasus hipertensi gestasional.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep dasar Persalinan


1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa
bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini dimulai dengan adanya
kontraksi persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks
secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta.9
2. Tanda-Tanda Persalinan
Menurut Sulistyawati (2011) tanda-tanda persalinan yaitu9 :
a. Terjadinya His Persalinan
Karakteristik dari his persalinan yaitu : pinggang terasa sakit
menjalar ke depan, sifat his teratur, interval makin pendek dan
kekuatan makin besar, terjadi perubahan pada serviks
Jika pasien menambah aktivitasnya, misalnya dengan berjalan, maka
kekuatanya bertambah
b. Pengeluaran Lendir dan Darah
Dengan adanya his persalinan, terjadi perubahan pada serviks yang
menimbulkan pendataran dan pembukaan, pembukaan menyebabkan
selaput lendir yang terdapat pada kanalis servikalis terlepas, terjadi
perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah
c. Pengeluaran Cairan
sebagian pasien mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya selaput
ketuban. Jika ketuban sudah pecah, maka ditargetkan persalinan
dapat berlangsung dalam 24 jam. Namun jika ternyata tidak tercapai,
maka persalinan akhirnya diakhiri dengan tindakan tertentu,
misalnya ekstraksi vakum atau sectio caesaria.

6
7

3. Tahapan Persalinan
Persalinan dibagi menjadi 4 kala :
a. Kala I
Kala I dinamakan kala pembukaan, serviks membuka sampai
terjadi pembukaan 10 cm, secara klinis, dinyatakan persalinan
dimulai bila timbul his dan keluar lendir bercampur darah. Kala
pembukaan untuk primigravida berlangsung selama 12 jam
sedangkan pada multigravida sekitar 8 jam, berdasarkan kurva
Friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/jam dan
pembukaan multigravida 2cm/jam. Kala I persalinan dibagi ke dalam
2 urutan fase, yaitu fase laten dan fase aktif 10
1) Fase Laten
Fase laten adalah periode waktu dari awal persalinan hingga ke
titik ketika pembukaan mulai berjalan progresif. Fase laten dalam
Kala I persalinan :
a) Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan
dan pembukaan serviks secara bertahap
b) Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm
c) Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8
jam
2) Fase Aktif
Fase aktif adalah periode waktu dari awal kemajuan aktif
pembukaan (4cm) hingga pembukaan menjadi komplit (10 cm
atau lengkap). Fase aktif dalam Kala I persalinan :
a) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara
bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi 3
kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama
40 detik atau lebih)
b) Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap
atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per
8

jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2


cm (multipara).
c) Terjadi penurunan bagian terbawah janin5
b. Kala II
Menurut JNPK-KR (2008) tanda gejala Kala II yaitu11 :
1) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
2) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/atau
vaginanya
3) Perineum menonjol
4) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka
5) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah
Persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan
dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala
janin sudah tampak di depan vulva dengan diameter 5-6 cm dan
diakhiri dengan lahirnya bayi. His menjadi lebih kuat dan lebih
cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Karena biasanya dalam hal
ini kepala janin sudah masuk di rongga panggul, maka pada his
dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara
reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa pula
tekanan kepala rectum dan hendak buang air besar. Kemudian
perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka.
Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian janin tampak dalam
vulva pada waktu his. Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi,
kepala janin tidak masuk lagi diluar his, dan dengan his dan
kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan
suboksiput di bawah simfisis dan dahi, muka dan dagu melewati
perineum. Setelah istirahat sebentar, his dimulai lagi untuk
mengeluarkan badan dan anggota bayi. Pada primigravida Kala II
berlangsung rata-rata 90 menit dan pada multigravida rata-rata 30
menit.5
9

Pada saat Kala II berlangsung, ada beberapa kondisi dimana


diperlukannya tindakan episiotomi antara lain kondisi perineum yang
kaku atau diperkirakan tidak mampu beradaptasi terhadap regangan
yang berlebihan. Episiotomi adalah insisi bedah di bagian perineum.
Prinsip tindakan episiotomi adalah pencegahan kerusakan yang lebih
hebat pada jaringan lunak akibat daya regang yang melebihi
kapasitas adaptasi atau elastisitas jaringan tersebut. Ada 2 jenis
episiotomi, yaitu episiotomi median dan mediolateral kanan atau
kiri.5,7
c. Kala III
Kala III persalinan dimulai saat proses kelahiran bayi selesai dan
berakhir dengan lahirnya plasenta. Proses ini dikenal sebagai kala
persalinan plasenta. Kala III persalinan berlangsung rata-rata anatara
5 menit dan 10 menit. Akan tetapi, kisaran normal kala III sampai 30
menit. Penatalaksanaan aktif pada kala III membantu menghindarkan
terjadinya perdarahan pascapersalinan meliputi : pemberian oksitosin
dengan segera, pengendalian tarikan pada tali pusat dan pemijatan
uterus segera setelah plasenta lahir.5
d. Kala IV
Segera setelah lahirnya plasenta, sejumlah perubahan maternal
terjadi pada saat stress fisik dan emosional akibat persalinan dan
kelahiran mereda dan ibu memasuki penyembuhan postpartum dan
bounding (ikatan). Bidan memiliki tanggung jawab selama kondisi
ini untuk hal-hal berikut :
1) Evaluasi kontraktilitas uterus dan perdarahan
2) Inspeksi dan evaluasi serviks, vagina dan perineum
3) Inspeksi dan evaluasi plasenta, membran dan tali pusat
4) Pengkajian dan penjahitan setiap laserasi atau episiotomi
5) Evaluasi tanda-tanda vital dan perubahan fisiologis yang
mengidentifikasikan pemulihan.
10

Pada saat persalinan, robekan pada perineum bisa saja terjadi


akibat ketidakmampuan perineum beradaptasi terhadap regangan
yang berlebihan. Robekan perineum terdapat 4 derajat, salah satunya
adalah robekan perineum derajat 3, merupakan robekan yang
melibatkan mukosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum, otot
perineum dan sfingter ani eksterna. Robekan perineum derajat 3
dapat terjadi pada proses persalinan dengan episiotomi yang telah
dipotong.7

Perbaikan episiotomi atau robekan perineum harus seartisitik


mungkin dengan memberikan perhatian khusus dengan hasil
fungsional yang baik, yaitu penjahitan harus memulihkan struktur
otot pelvis dan menopang organ-organ pelvis.7

B. Masa Nifas
1. Pengertian
Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Periode masa nifas
(puerperium) adalah periode waktu selama 6-8 minggu setelah
persalinan.5
2. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
a. Perubahan Sistem Reproduksi
1) Perubahan Uterus
Sesudah persalinan uterus yang beratnya 1000 gram akan
mengecil sampai menjadi 40-60 gram dalam 6 minggu. Proses ini
dinamakan involusi uterus, yang didahului oleh kontraksi uterus
yang kuat, yang menyebabkan berkurangnya peredaran darah
dalam organ tersebut. Mengakibatkan ibu postpartum merasakan
nyeri setelah bersalin, yang disebabkan oleh kontraksi dan
11

relaksasi uterus berurutan yang terjadi terus-menerus. Nyeri ini


akan hilang jika uterus tetap berkontraksi dengan baik.7

Tabel 2.1 Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa
involusi12

Involusi TFU Berat Uterus


Bayi Lahir Setinggi pusat, 2 jari 1000 gr
dibawah pusat
1 Minggu Pertengahan pusat 750 gr
simfisis
2 Minggu Tidak teraba diatas 500 gr
simfisis
6 Minggu Normal 50 gr
8 Minggu Normal seperti sebelum 30 gr
hamil

2) Lokea
Berdasarkan waktu dan warnanya pengeluaran lochea dibagi
menjadi 4 jenis:
a) Lochea Rubra, Lochea ini muncul pada hari pertama sampai
hari ketiga masa postpartum, warnanya merah karena berisi
darah segar dari jaringan sisa-sisa plasenta
b) Lochea Sanguilenta, berwarna merah kecoklatan dan muncul
di hari keempat sampai hari ketujuh
c) Lochea Serosa, lochea ini muncul pada hari ketujuh sampai
hari ke empatbelas dan berwarna kuning kecoklatan
d) Lochea alba, berwarna putih dan berlangsung 2 sampai 6
minggu postpartum.12
3) Payudara (Mamae)
Setelah melahirkan, ketika hormon yang dihasilkan plasenta
tidak ada lagi untuk menghambatnya, kelenjar pituitari akan
mengeluarkan prolaktin (hormon laktogenik). Sampai hari ketiga
setelah melahirkan efek prolaktin pada payudara mulai bisa
dirasakan. Pembuluh darah payudara menjadi bengkak terisi
12

darah sehingga timbul rasa hangat, bengkak, dan rasa sakit. Sel-
sel acini yang menghasilkan ASI juga mulai berfungsi. Ketika
bayi mengisap puting, refleks saraf merangsang lobus posterior
pituitari untuk menyekresi hormon oksitosin. Oksitosin
merangsang refleks let down (mengalirkan), sehingga
menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus aktiferus payudara ke
duktus yang terdapat pada puting.12

C. Konsep dasar Hipertensi Dalam Kehamilan


1. Pengertian Hipertensi Dalam Kehamilan
Hipertensi adalah adanya kenaikan tekanan darah melebihi batas
normal yaitu tekanan darah ≥140/90 mmHg.6
Hipertensi dalam kehamilan adalah hipertensi yang terjadi saat
kehamilan berlangsung, merupakan salah satu penyebab utama
peningkatan angka kematian, baik itu untuk ibu maupun untuk janin
yang dikandung. Umumnya hipertensi jika pada pemeriksaan tekanan
darah diatas 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik yang biasa
ditulis 140/90 mmHg.13
2. Etilogi Hipertensi Dalam Kehamilan
Penyebab dari hipertensi dalam kehamilan antara lain : genetik atau
keturunan, obesitas, stress, merokok, gaya hidup tidak sehat,
emosional, wanita yang mengandung bayi kembar, dan sakit ginjal.13
3. Patofisiologi
Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui
dengan jelas. Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya
hipertensi dalam kehamilan, tetapi tidak ada satu pun teori yang
dianggap mutlak benar. Teori-teori yang sekarang banyak dianut
adalah6:
13

a. Teori kelainan vaskularisasi plasenta


Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel
trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks
sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis tidak memungkinkan
mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya, arteri spiralis
relatif mengalami vasokontriksi, dan terjadi kegagalan “remodeling
arteri spiralis”, sehingga aliran darah utero plasenta menurun, dan
terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta. Dampak iskemia plasenta
akan menimbulkan perubahan-perubahan yang dapat menjelaskan
patogenesis hipertensi dalam kehamilan selanjutnya.
a. Teori iskemia plasenta
Iskemia plasenta dan pembentukan oksidan/radikal bebas
Sebagaimana dijelaskan pada teori invasi trofoblas, pada hipertensi
dalam kehamilan terjadi kegagalan “remodeling arteri spiralis”,
dengan akibat plasenta mengalami iskemia. Plasenta yang
mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan oksidan
(radikal bebas).
Salah satu oksidan penting yang dihasilkan iskemia plasenta
adalah radikal hidroksil yang sangat toksis, khususnya terhadap
membran sel endotel pembuluh darah. Radikal hidroksil akan
merusak membran sel, yang mengandung banyak asam lemak tidak
jernih menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak selain akan
merusak membran sel, juga akan merusak nukleus dan protein sel
endotel.
c. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
Faktor imunologik berperan terhadap terjadinya hipertensi
dalam kehamilan dengan fakta sebagai berikut :
1) Primigravida mempunyai resiko lebih besar terjadinya
hipertensi dalam kehamilan jika dibandingkan dengan
multigravida.
14

2) Ibu multipara yang kemudian menikah lagi mempunyai resiko


lebih besar terjadinya hipertensi dalam kehamilan jika
dibandingkan dengan suami yang sebelumnya.
Pada perempuan hamil normal, respon imun tidak menolak
adanya “hasil konsepsi” yang bersifat asing. Hal ini disebabkan
adanya human leukocyte antigen protein G (HLA-G), yang
berperan penting dalam modulasi respon imun, sehingga ibu tidak
menolak hasil konsepsi (plasenta). Adanya HLA-G pada plasenta
dapat melindungi trofoblas janin dari lisis oleh natural killer cell
(NK) ibu.
Selain itu, adanya HLA-G akan mempermudah invasi sel
trofoblas ke dalam jaringan desidua ibu, jadi HLA-G merupakan
prokondisi untuk terjadinya invasi trofoblas ke dalam jaringan
desidua ibu disamping untuk menghadapi sel natural killer. Pada
plasenta hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan HLA-G.
Berkurangnya HLA-G di desidua didaerah plasenta, menghambat
invasi trofoblas ke dalam desidua. Invasi trofoblas sangat penting
agar jaringan desidua menjadi lunak, dan gembur sehingga
mempermudah terjadinya reaksi inflamasi kemungkinan terjadi
immune-maladaptation pada preeklampsia.
4. Klasifikasi dan Diagnosis Hipertensi Dalam Kehamilan
Menurut Bobak (2005:629) Gangguan hipertensi pada kehamilan
mengacu pada berbagai keadaan, dimana terjadi peningkatan tekanan
darah maternal disertai resiko yang berhubungan dengan kesehatan ibu
dan janin. Hipertensi dalam kehamilan mencakupi hipertensi karena
kehamilan dan hipertensi kronik. Nyeri kepala, kejang, dan hilangnya
kesadaran sering berhubungan dengan hipertensi dalam kehamilan.4
Tekanan diastolik merupakan indikator untuk prognosis pada
penanganan hipertensi dalam kehamilan, karena tekanan diastolik
mengukur tekanan perifer dan tidak dipengaruhi oleh keadaan emosi
15

pasien seperti tekanan sistolik.5 Klasifikasi berikut merupakan


klasifikasi yang paling umum dipakai saat ini :
a. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur
kehamilan 20 minggu atau sudah ada sebelum kehamilan.
Hipertensi yang menetap lebih dari 6 minggu pascapersalinan juga
diklasifikasikan sebagai hipertensi kronis. Tanda gejala dari
hipertensi kronis adalah tekanan darah tinggi yang ditemukan pada
usia kehamilan < 20 minggu, tidak terdapat proteinuria.
b. Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan disertai dengan proteinuria. Tanda gejala dari
preeklampsia adalah Tekanan darah sistolik dan diastolik ≥140/90
mmHg pada kehamilan > 20 minggu, Proteinuria >1+, Nyeri
kepala, penglihatan kabur, oliguria (produksi urine < 500cc/24
jam), nyeri abdomen kuadran atas, oedema Paru.13
c. Eklampsia adalah preeklampsi yang disertai dengan kejang-kejang
dan/atau koma.
d. Preeklampsia pada hipertensi kronik (preeclampsia superimposed
upon chronic hypertension) adalah hipertensi kronik disertai tanda-
tanda preeklampsi atau hipertensi kronik disertai proteinuria.
e. Hipertensi gestasional disebut juga transient hypertension adalah
hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria
dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pascapersalinan atau
kehamilan dengan tanda-tanda preeklampsia tetapi tanpa
proteinuria.

Tabel 2.2 Perbedaan Hipertensi Kronis, Hipertensi Gestasional dan


Preeklampsia
Gambaran Klinis Hipertensi Hipertensi Preeklampsia
Kronis Gestasional
Saat Muncul Kehamilam Biasanya Kehamilan >20
<20 minggu trimester III minggu
Derajat Hipertensi Ringan-Berat Ringan Ringan-Berat
16

Proteinuria Tidak Ada Tidak Ada Biasanya Ada


Hemokonsentrasi Tidak Ada Tidak Ada Ada pada kasus
PEB
Trombositopenia Tidak Ada Tidak Ada Ada pada kasus
PEB
Disfungsi Hati Tidak Ada Tidak Ada Ada pada kasus
PEB

5. Faktor Resiko terjadinya Hipertensi Dalam Kehamilan


Dari berbagai macam faktor risiko terjadinya hipertensi dalam
kehamilan, maka dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Primigravida
b. Hiperplasentosis, seperti molahidatidosa, kehamilan ganda,
diabetes melitus, hidrops fetalis, bayi besar.
c. Usia <20 tahun dan >35 tahun
d. Riwayat keluarga yang pernah mengalami preeklampsia dan
eklampsia
e. Penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
f. Obesitas6
6. Penanganan Hipertensi dalam Kehamilan
a. Hipertensi Gestasional
Penanganan dilakukan dengan memantau tekanan darah,
proteinuria dan kondisi janin. Jika tekanan darah meningkat tangani
sebagai preeklampsia. Jika kondisi janin memburuk atau terjadi
pertumbuhan janin terhambat lakukan perawatan untuk penilaian
kesehatan janin. Konseling kepada pasien dan keluarga tanda
bahaya dan gejala preeklampsia dan eklampsia. Jika tekanan darah
stabil, janin dapat dilahirkan secara normal.5
b. Preeklampsia Ringan
Jika usia kehamilan <37 minggu dan tidak ada tanda-tanda
perbaikan, lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan
dengan memantau tekanan darah, proteinuria, refleks, dan kondisi
17

janin. Lakukan konseling kepada pasien dan keluarga tentang tanda


bahaya dan gejala preeklampsia dan eklampsia. Anjurkan pasien
lebih banyak istirahat, tidak perlu diberikan obat-obatan.5
Jika dirawat dirumah sakit, lakukan pemantauan tekanan darah
2 kali sehari, proteinuria sehari sekali. Tidak perlu diberikan obat-
obatan maupun obat diuretik kecuali jika terdapat edema paru,
dekompensasi kordis atau gagal ginjal. Jika tekanan diastolik turun
sampai kedaan normal maka pasien diperbolehkan pulang dengan
memberikan konseling perbanyak istirahat, mewaspadai gejala
preeklampsia berat ataupun eklampsia, dan melakukan kontrol
ulang setelah 2 minggu.Jika tekanan diastolik naik kembali dan
tidak ada tanda perbaikan, lakukan perawatan kembali dirumah
sakit.
Jika kehamilan >37 minggu, pertimbangkan untuk dilakukan
terminasi. Jika serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 5
IU dalam 500 ml dekstrose atau garam fisiologik 10 tetes permenit
dan pecahkan ketuban. Jika serviks belum matang, lakukan
pematangan serviks dengan prostaglandin atau kateter foley atau
lakukan seksio sesarea.
Ketika diagnosis preeklampsia ditegakkan atau ada dugaan kuat
preeklampsia, segera konsul ke dokter. Persalinan merupakan satu-
satunya jalan keluar untuk mengatasi preeklampsia. Hal yang
terbaik yang dapat dilakukan bidan adalah memfasilitasi
persalinan. Sebelum persalinan, penatalaksanaan di fokuskan pada
pola tirah baring, pemeriksaan tekanan darah secara teratur,
pemeriksaan laboratorium, fungsi hati dan fungsi ginjal, serta
kondisi janin.7 Cara persalinan yang dipilih adalah pervaginam
karena cara ini dapat menghindarkan ibu dan janin dari stress lebih
lanjut dan resiko pembedahan.
18

Tabel 2.3 Interpretasi Temuan Laboratorium Pada Preeklampsia7

Tes
Temuan Interpretasi Tanggapan
Laboratorium
Perpindahan cairan dari
Hemoglobin dan intavaskular ke
Meningkat Hemokonsentrasi
Hematokrit ekstraselular, menyebabkan
edema

Penurunan fungsi trombosit


yang drastis
Penyebab tidak
mengindikasikan
Hitung diketahui
Menurun perkembangan penyakit
Trombosit yang progresif
Trombosit <100.000
Tanda PEB
menandakan penyakit berat

Asam Urat Meningkat Penurunan klirens Peningkatan serum asam


Serum ginjal urat menandakan penurunan
ekskresi asam urat
Preeklampsi ringan
Penurunan aliran
darah ke ginjal,
dan laju filtrasi Peningkatan BUN dua kali
Blood Urea Normal-
glomerulus lipat menandakan
Nitrogen Meningkat
mengindikasikan penurunan aliran darah
keparahan ginjal sebesar 50%
preeklampsi
meningkat

Preeklampsia Peningkatan serum kreatinin


ringan dua kali lipat menandakan
Penurunan aliran penurunan aliran darah
darah ke ginjal, ginjal sebesar 50%
Normal-
Kreatinin serum dan laju filtrasi
Meningkat
glomerulus
mengindikasikan
keparahan
preeklampsi
meningkat

Mungkin normal Pemeriksaan ini lebih


Kreatinin klirens Menurun pada preekalmpsia bermanfaat dibanding nilai
yang tidak berat, kreatinin serum saja
menurun pada PEB
19

Kerusakan sel hati Komplikasi serius


Tes Fungsi Hati Meningkat preeklampsi adalah
perdarahan pada
subkapsular hati
Mengindikasikan
LDH (lactate
penyakit yang
dehydrogenase)
parah
AST (SGOT)
serum glutamic
oxalacetic
transminase
ALT (SGPT)
serum glutamic
pyruvic
transaminase

Proteinurin Meningkat 3+ dan 4+ untuk 2+ menandakan perlunya


(reagen urine) kasus yang berat pemeriksaan 24 jam
Gangguan pada 300 mg dalam 24 jam atau 1
ginjal disertai g/L Preeklampsia, 5 g/L
peningkatan dalam 24 jam pada penyakit
permeabilitas berat

Protein urine (24 Meningkat Hipovolemia, 400-500 cc dalam 24 jam


jam) hipoperfusi, pada penyakit berat.
gangguan pada
ginjal
Volume
urine
menurun

c. Preeklampsia Berat dan Eklampsia


Menurut Saifuddin (2010) penanganan preeklampsia berat dan
eklampsia sama, kecuali bahwa persalinan harus berlangsung
dalam 12 jam setelah timbulnya kejang pada eklampsia.
Penanganan umum yang dilakukan adalah jika tekanan darah >110
mmHg berikan antihipertensi sampai tekanan diastolik 90-100
mmHg. Lakukan pemasangan infus Ringer Laktat dengan jarum
besar. Ukur keseimbangan cairan, lakukan kateterisasi urine untuk
memantau produksi urine. Observasi tanda-tanda vital, refleks dan
20

denyut jantung janin setiap jam. Auskultasi paru untuk mencari


tanda-tanda edema paru.5
Pemberian antikonsulvan seperti Magnesium Sulfat (MgSO4)
merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi kejang
pada Preeklampsia berat dan Eklampsia. Pemberian MgSO4
dimulai dengan loading dose 4 gram MgSO4 40% dalam 10 cc di
lakukan perbolus selama 15 menit. Dilanjutkan dengan dosis
pemeliharaan yaitu diberikan 6 gram MgSO4 40% dalam larutan
Ringer Laktat per 6 jam. Perhatikan pula persyaratan pemberian
MgSO4 yaitu : frekuensi pernapasan >16 kali permenit, refleks
patella +, produksi urine >30 ml/jam, Tersedianya antidotum
kalsium glukonas 10%. Hentikan pemberian MgSO4 jika frekuensi
napas <16 kali permenit, refleks patella -, dan produksi urin <30
ml/jam.6
7. Pemberian Antihipertensi
Masih banyak pendapat dari beberapa negara tentang penentuan
batas (cut off) tekanan darah untuk pemberian antihipertensi. Belfort
mengusulkan cut off yang dipakai adalah >160/110 mmHg dan MAP
>126 mmHg.6 Pengobatan antihipertensi harus dimulai pada semua
wanita dengan tekanan darah sistolik ≥170 mmHg atau tekanan darah
diastolik ≥110 mmHg karena risiko pendarahan intraserebral dan
eklampsia. Terapi farmakologis dengan labetalol intravena, metildopa
oral, atau nifedipin sebaiknya segera diberikan. Obat pilihan untuk
preeklampsia dengan edema paru adalah nitrogliserin (gliseril trinitrat),
infus intravena dengan dosis 5 μg/menit dan ditingkatkan bertahap tiap
3-5 menit hingga dosis maksimal 100 μg/menit.14
Tabel 2.4 Obat antihipertensi15

Obat (Rekomendasi
Dosis Keterangan
FDA)
Obat lini pertama
21

Merupakan obat pilihan, aman


0,5-3 gram/hari
Metildopa (B) digunakan setelah trimester
terbagi 2 dosis
pertama.
Obat lini kedua
200-1200 mg/hari Mungkin berhubungan dengan
Labetalol (C)
terbagi 2-3 dosis gangguan pertumbuhan fetus.
Nifedipine sebaiknya tidak
diberikan secara sublingual untuk
wanita hipertensi. Bisa terjadi
hipotensi bersamaan dengan
30-120 mg/hari
Nifedipin (C) pemberian nifedipine dan
preparat lepas lambat
magnesium sulfat, maka daripada
itu nifedipine diresepkan pada
wanita dengan
hipertensi berat.
Penelitian sedikit, sedikit efek
samping yang terdokumentasi,
50-300 mg/hari bermanfaat sebagai kombinasi
Hydralazine (C)
terbagi 2-4 dosis dengan agen simpatolitik, dapat
menyebabkan trombositopenia
neonatus.
Dapat menurunkan aliran darah
uteroplasenta, dapat mengganggu
respons fetus terhadap stres
hipoksia, risiko gangguan
Tergantung jenis
Beta blocker (C) pertumbuhan jika mulai digunakan
obat
pada trimester pertama atau kedua
(atenolol), dapat menyebabkan
hipoglikemia neonatus pada dosis
lebih tinggi.
Dapat menyebabkan gangguan
elektrolit, digunakan sebagai
Hydrochlorothiazide 12,5-25 mg/hari kombinasi dengan metildopa dan
vasodilator untuk mengatasi retensi
cairan.
Kontraindikasi
Menyebabkan kematian janin pada
hewan percobaan. Penggunaan pada
ACE inhibitor dan manusia menyebabkan defek
angiotensin I receptor jantung, fetopati, oligohidramnion,
antagonist (D) gangguan pertumbuhan, agenesis
renal, gagal ginjal anuria pada
neonatus.

8. Komplikasi pada Hipertensi Dalam Kehamilan


22

Komplikasi pada hipertensi dalam kehamilan dapat dibagi


berdasarkan dampaknya terhadap maternal dan fetal.

a. Maternal
1) Eklampsia
Eklampsia adalah kejang grand mal akibat spasme
serebrovaskular. Kematian disebabkan oleh hipoksia dan
komplikasi dari penyakit berat yang menyertai.
2) Perdarahan serebrovaskular
Perdarahan serebrovaskular terjadi karena kegagalan
autoregulasi aliran darah otak pada MAP (Mean Arterial
Pressure) diatas 140 mmHg.
3) Masalah liver dan koagulasi
HELLP Syndrome (hemolysis, Elevated Liver Enzyme, Low
Platelets Count). Preeklampsia-eklampsia disertai timbulnya
hemolisis, peningkatan enzim hepar, disfungsi hepar dan
trombositopenia.
4) Gagal ginjal
Diperlukan hemodialisis pada kasus yang berat.
5) Edema Paru
6) Kematian maternal
Munculnya satu atau lebih dari komplikasi tersebut dan
muncul secara bersamaan, merupakan indikasi untuk
terminasi kehamilan berapapun umur gestasi.
b. Fetal
Kematian perinatal dan morbiditas fetus meningkat. Pada usia
kehamilan 36 minggu, masalah utama adalah IUGR. IUGR terjadi
karena plasenta iskemi yang terdiri dari area infark. Kelahiran
prematur juga sering terjadi Aterm, preeklampsia mempengaruhi
berat lahir bayi dengan peningkatan risiko kematian dan
23

morbiditas bayi. Pada semua umur gestasi terjadi peningkatan


risiko abrupsi plasenta.

9. Pencegahan Hipertensi Dalam Kehamilan


Strategi yang dilakukan guna mencegah hipertensi dalam kehamilan
meliputi upaya nonfarmakologi dan farmakologi. Upaya
nonfarmakologi meliputi edukasi, deteksi prenatal dini dan manipulasi
diet. Sedangkan upaya farmakologi mencakup pemberian aspirin dosis
rendah dan antioksidan.16
a. Penyuluhan untuk kehamilan berikutnya
Wanita yang mengalami hipertensi selama kehamilan harus
dievaluasi pada masa postpartum dini dan diberi penyuluhan
mengenai kehamilan mendatang serta risiko kardiovaskular mereka
pada masa yang akan datang. Wanita yang mengalami
preeklampsi-eklampsia lebih rentan mengalami penyulit hipertensi
pada kehamilan berikutnya.
b. Deteksi pranatal dini
Selama kehamilan, waktu pemeriksaan pranatal dijadwalkan 1
kali saat trimester pertama, 1 kali saat trimester kedua dan 2 kali
pada trimester ketiga. Kunjungan dapat ditambah tergantung pada
kondisi maternal. Dengan adanya pemeriksaan secara rutin selama
kehamilan dapat dilakukan deteksi dini hipertensi dalam
kehamilan.
Wanita dengan hipertensi yang nyata (≥140/90mmHg) sering
dirawat inapkan selama 2 sampai 3 hari untuk dievaluasi keparahan
hipertensi kehamilannya yang baru muncul. Meskipun pemilihan
pemeriksaan laboratorium dan tindakan tambahan tergantung pada
sifat keluhan utama dan biasanya merupakan bagian rencana
diagnostik, pemeriksaan sel darah lengkap dengan asupan darah,
urinalisis serta golongan darah dan rhesus menjadi tiga tes dasar
24

yang memberikan data objektif untuk evaluasi sebenarnya pada


setiap kedaruratan obstetri ginekologi. Hal tersebut berlaku pada
hipertensi dalam kehamilan, urinalisis menjadi pemeriksaan utama
yang dapat menegakkan diagnosis dini pada preeklampsi.16
c. Manipulasi diet
Salah satu usaha awal yang ditujukan untuk mencegah
hipertensi sebagai penyulit kehamilan adalah pembatasan asupan
garam. Diet tinggi kalsium, dapat diberikan 1.500-2.000 mg/hari,
selain itu dapat pula diberikan zinc 200 mg/hari, atau magnesium
365 mg/hari dan pemberian kapsul dengan kandungan minyak ikan
dapat menyebabkan penurunan bermakna tekanan darah serta
mencegah hipertensi dalam kehamilan. Pada minyak ikan
terkandung rantai asam lemak yang memiliki efek antiplatelet dan
anti trombotik. 6
d. Aspirin dosis rendah
Penelitian pada tahun 1986, melaporkan bahwa pemberian
aspirin 60 mg atau placebo pada wanita primigravida mampu
menurunkan kejadian preeklampsi. Hal tersebut disebabkan karena
supresi selektif sintesis tromboksan oleh trombosit serta tidak
terganggunya produksi prostasiklin.16
e. Antioksidan
Terapi antioksidan secara bermakna menurunkan aktivasi sel
endotel dan mengisyaratkan bahwa terapi semacam ini bermanfaat
dalam pencegahan hipertensi kehamilan, terutama preeklampsi.
Antioksidan tersebut dapat berupa vitamin C dan E.16

D. Konsep Dasar Hipertensi Gestasional


1. Pengertian Hipertensi Gestasional
Menurut Prawirohardjo, hipertensi gestasional disebut juga
transient hypertension adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan
25

tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan


pascapersalinan atau kehamilan dengan tanda-tanda preeklamsia tetapi
tanpa proteinuria.6
Hipertensi gestasional didefinisikan sebagai peningkatan tekanan
darah yang terdeteksi pertama kali setelah pertengahan kehamilan,
umumnya setelah kehamilan 20 minggu. Beresiko terjadinya mortalitas
janin karena peningkatan insidens pelahiran premature. Salah satu
penyebab umum kematian maternal di Negara berkembang.
Disebut sebagai hipertensi gestasional pada kehamilan jika
hipertensi pertama kali terdiagnostik saat kehamilan, bersifat
sementara, tidak berkembang menjadi preeklampsia dan ibu hamil
memiliki tekanan darah normal saat 12 minggu pasca partum.
Didiagnosis sebagai hipertensi kronis jika peningkatan tekanan darah
menetap lebih dari 12 minggu pascapartum.
Menurut sumber yang diambil dari Society of Obstetric Medicine of
Australia and New Zealand, Hipertensi gestasional ditandai dengan
onset hipertensi yang baru setelah kehamilan 20 minggu tanpa ciri
preeklamsia ibu atau janin, diikuti dengan kembalinya tekanan darah
normal dalam 3 bulan pascapersalinan.14
2. Etiologi Hipertensi Gestasional
Penyebab dari Hipertensi Gestasional belum diketahui. Akan tetapi,
penyebab telah dihubungkan dengan kasus pembesaran plasenta,
seperti molahidatidosa atau kehamilan ganda, atau pada kasus
gangguan sirkulasi plasenta seperti pada diabetes. Akan tetapi, pada
kebanyakan kasus, penyebab hipertensi tersebut tidak diketahui pasti.
Insidens hipertensi tersebut beragam menurut wilayahnya dan lebih
sering terjadi seiring bertambahnya usia.
3. Faktor resiko Hipertensi Gestasional
Beberapa faktor resiko dari hipertensi gestasional adalah6 :
26

a. Primigravida
Sekitar 85% hipertensi dalam kehamilan terjadi pada kehamilan
pertama. Jika ditinjau dari kejadian hipertensi dalam kehamilan,
graviditas paling aman adalah kehamilan kedua sampai ketiga.
b. Paritas
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan antara
paritas dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil. Pada primipara
sering mengalami stress dalam menghadapi persalinan. Stress
emosi yang terjadi pada primipara menyebabkan peningkatan
pelepasan corticotropic-releasing hormone (CRH) oleh
hipothalamus, yang kemudian menyebabkan peningkatan kortisol.
Efek kortisol adalah mempersiapkan tubuh untuk berespons
terhadap semua stresor dengan meningkatkan respons simpatis,
termasuk respons yang ditujukan untuk meningkatkan curah
jantung dan mempertahankan tekanan darah. Pada wanita dengan
hipertensi, preeklamsia / eklamsia, tidak terjadi penurunan
sensitivitas terhadap vasopeptida-vasopeptida tersebut, sehingga
peningkatan besar volume darah langsung meningkatkan curah
jantung dan tekanan darah.17
c. Hiperplasentosis, seperti molahidatidosa, kehamilan multipel,
diabetes melitus, bayi besar.
d. Usia (<20 tahun atau >35 tahun)
Usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah usia 20-
30 tahun. Komplikasi maternal pada wanita hamil dan melahirkan
pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi dari pada
kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Dampak dari
usia yang kurang, dapat menimbulkan komplikasi selama
kehamilan. Setiap remaja primigravida mempunyai risiko yang
27

lebih besar mengalami hipertensi dalam kehamilan dan meningkat


lagi saat usia diatas 35 tahun.10
Sebuah penelitian menyimpulkan bahwa umur yang beresiko
terkena hipertensi pada ibu hamil dengan usia <20 tahun atau >35
tahun. Hipertensi meningkat di umur muda, sehubungan dengan
belum sempurnanya organ-organ yang ada ditubuh wanita untuk
bereproduksi, selain itu faktor psikologis yang cenderung kurang
stabil juga meningkatkan kejadian pre eklampsia di umur muda.
Masih banyaknya kejadian hipertensi pada ibu hamil di usia muda
ini mungkin disebabkan masih kurangnya pemahaman orang
tentang usia reproduksi sehat, sehingga banyak yang kawin dan
hamil diusia belasan tahun. Pada kehamilan <20 tahun, keadaan
alat reproduksi belum siap untuk menerima kehamilan akan
meningkatnya kejadian hipertensi dalam kehamilan dan bisa
mengarah ke keracunan kehamilan. Umur reproduksi sehat adalah
umur yang aman untuk kehamilan dan persalinan yaitu umur 20-30
tahun. Sedangkan pada umur 35 tahun atau lebih, dimana pada
umur tersebut terjadi perubahan pada jaringan dan alat kandungan
serta jalan lahir tidak lentur lagi. Pada umur tersebut cenderung
didapatkan penyakit lain.17
e. Obesitas
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara IMT
dengan kejadian Hipertensi, dimana ibu hamil dengan IMT >26.0
mempunyai peluang 2,602 kali menyebabkan kejadian Hipertensi.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa tingginya nilai IMT berkaitan dengan dyslipidemia, yang
akan meningkatkan trigliserid serum/plasma, LDL (Low Density
Lipoprotein) dan penurunan VLDL (Very Low Density
Lipoprotein. Keadaan ini akan menginduksi oxidative stress dan
28

menimbulkan disfungsi sistem endhotel yang merupakan konsep


dasar penyebab hipertensi.18

4. Diagnosa Hipertensi Gestasional


Menurut Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu (2008), penegakkan
diagnosa dari hipertensi gestasional adalah :
a. Tekanan darah >140/90 mmHg
b. Tidak memiliki riwayat hipertensi sebelum hamil, tekanan darah
normal di usia kehamilan < 12 minggu.
c. Tidak disertai dengan proteinuria.
d. Dapat disertai tanda dan gejala preeklampsia seperti nyeri ulu hati
dan trombositopenia
e. Diagnosis pasti dapat ditegakkan pasca persalinan.19
5. Komplikasi Hipertensi Gestasional
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada hipertensi gestasional
adalah perdarahan serebrovaskular, preeklampsia, eklampsia,
ensefalopati hipertensi, gagal jantung kongestif, edema paru, HELLP
syndrome, dan Iskemia miokard. 8
6. Penatalaksanaan Hipertensi Gestasional
a. Penatalaksanaan saat Kehamilan
Menurut Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu, berikut adalah
tatalaksana umum yang dilakukan pada kasus hipertensi
gestasional dalam kehamilan :
1) Pantau tekanan darah, urin (untuk proteinuria), dan kondisi
janin setiap minggu.
2) Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai preeklampsia.
3) Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin
terhambat, rawat untuk penilaian kesehatan janin.
4) Beri tahu pasien dan keluarga tanda bahaya dan gejala
preeklampsia dan eklampsia.
29

5) Jika tekanan darah stabil, janin dapat dilahirkan secara


normal.19

b. Penatalaksanaan saat Bersalin


Bidan harus tetap bersama ibu yang menderita hipertensi selama
persalinan karena dapat memburuk setiap saat. Memantau kondisi
ibu dan janin secara cermat merupakan hal yang sangat penting
dilakukan. Ibu yang menderita hipertensi harus dibuat senyaman
mungkin, ibu memerlukan asuhan intensif yang lebih sedikit
dibanding dengan ibu yang menderita preeklampsia berat.20
Seperti pada perawatan intrapartum biasanya, tidak ada bukti
yang menginformasikan frekuensi pengamatan kesejahteraan ibu
karena merasa tidak ada alasan untuk mengubah frekuensi
pengamatan yang rutin kecuali pada tekanan darah. Karena
hipertensi berat dapat berkembang dari hipertensi ringan sampai
sedang pada setiap jalannya proses persalinan.22
Tatalaksana kasus hipertensi gestasional pada persalinan adalah
Jika usia kehamilan >37 minggu, rencana persalinan sudah harus di
diskusikan. Jika persalinan pervaginam direncanakan dan keadaan
serviksnya tidak baik, maka pematangan serviks seharusnya
dilakukan untuk meningkatkan peluang suksesnya persalinan
pervaginam. Induksi persalinan pada ibu dengan preeklampsi
ringan dan hipertensi gestasional juga dianjurkan.19,22
Saat dimulainya kala II, Bidan secara terus-menerus memberikan
asuhan kepada ibu dan biasanya akan membantu ibu melahirkan
bayinya. Kala II yang singkat dapat dilakukan bergantung pada
keadaan ibu dan janin, dalam hal ini persalinan dengan ekstraksi
atau forsep akan dilakukan oleh spesialis obstetrik. Jika kondisi ibu
dan janin memburuk pada kala 1 persalinan, seksio sesarea akan
dilakukan.20
30

Selama persalinan, pengukuran tekanan darah dilakukan setiap


satu jam atau setengah jam sekali pada ibu bersalin dengan
hipertensi ringan atau sedang, dilakukan pengukuran secara terus
menerus atau 15- 20 menit sekali pada ibu bersalin dengan
hipertensi berat dan lanjutkan pengobatan antihipertensi yang
digunakan saat hamil selama proses persalinan. Sarankan kelahiran
operatif pada persalinan kala II untuk ibu dengan hipertensi berat
yang hipertensinya belum membaik atau belum merespon
pengobatan awal. 21
Kala III persalinan pada ibu bersalin dengan hipertensi, RCOG
(2011) merekomendasikan bahwa oksitosin saja tanpa ergometrin
adalah obat pilihan untuk pengelolaan aktif rutin pada persalinan
kala III. Hal ini juga direkomendasikan oleh SOGC (2014) bahwa
manajemen aktif kala III persalinan dikelola dengan oksitosin 10
Unit Intramuskular. Penggunaan ergometrin pada ibu dengan
hipertensi harus dihindari karena akan memperburuk hipertensi
yang kan menyebabkan vasokontriksi perifer dan peningkatan
hipertensi sehingga kedua obat tersebut tidak boleh digunakan jika
terdapat preeklampsia, kecuali terdapat perdarahan hebat. 21,22,20
c. Penatalaksanaan saat Nifas
Asuhan pascapartum pada ibu dengan hipertensi gestasional
ditekankan pada pengukuran tekanan darah yang dilakukan sampai
hari ke 6 setelah melahirkan, selain itu harus di evaluasi pula
apakah ada tanda-tanda pre eklampsia atau eklampsia setelah
melahirkan. Perlu dipertimbangkan juga mengenai pemberian atau
melanjutkan terapi antihipertensi saat kehamilan. Hipertensi
postpartum berat harus diobati dengan terapi antihipertensi untuk
menjaga tekanan sistolik <160 mmHg dan tekanan diastolik <110
mmHg. Agen antihipertensi yang umunya dapat digunakan pada
31

ibu menyusui adalah nifedipine, methildopa, labetalol, kaptropil,


dan enalapril.22

7. Kewenangan Bidan dalam kasus Hipertensi Gestasional


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Republik
Indonesia Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan, kewenangan bidan dalam kasus
Hipertensi Gestasional terdapat pada pasal 10 ayat 3 poin c yang
berbunyi “Pelayanan kesehatan ibu yang diberikan oleh bidan adalah
Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan”.Lalu
dalam Kepmenkes Nomor 369/Menkes/SKIII/2007 tentang
Kompetensi Dasar diperjelas mengenai penanganan kegawatdaruratan,
dalam kasus Hipertensi Gestasional terdapat pada Ayat 13 poin c yaitu
“Bidan mampu mengidentifikasi penyimpangan kehamilan normal dan
melakukan penanganan tepat termasuk merujuk ke fasilitas pelayanan
yang tepat pada kasus preeklampsia dan hipertensi”

E. Konsep Dasar Induksi dan Akselerasi Persalinan


1. Pengertian Induksi dan Akselerasi Persalinan
Induksi persalinan adalah upaya melakukan inisiasi persalinan
pervaginam sebelum timbul secara spontan untuk melahirkan
janin dan plasenta. Induksi persalinan dilakukan pada trimester
ketiga, namun dapat pula dilakukan sebelum trimester tiga jika
janin sudah viabel / ± 24 minggu.23
Induksi persalinan adalah upaya merangsang uterus untuk
memulai terjadinya persalinan, sedangkan Akselerasi persalinan
adalah upaya meningkatkan frekuensi, lama, dan kekuatan
kontraksi uterus dalam persalinan. Tujuan dari tindakan tersebut
adalah untuk mencapai kekuatan his 3 kali dalam 10 menit
lamanya 40 detik.24
32

2. Indikasi dan Kontraindikasi


Usia gestasi penting ditentukan sebelum melakukan induksi
apapun indikasinya karena akan mempengaruhi tata laksana.
Contohnya, pada kasus ibu hamil dengan usia gestasi belum
cukup bulan, diperlukan pematangan paru terlebih dahulu.23
a. Indikasi
1) Usia kehamilan >41 minggu
2) Ketuban Pecah Dini sebelum persalinan dan cukup bulan (>
37 minggu)
3) Penyakit pada Ibu, seperti diabetes, hipertensi, penyakit
ginjal/ jantung, autoimun.
4) Penyakit yang berhubungan dengan kehamilan seperti
hipertensi dalam kehamilan, preeklampsi/eklampsia,
kolestasis obstetrik, perdarahan antepartum yang berulang,
perdarahan antepartum pada usia gestasi cukup bulan,
solusio plasenta.
5) Pada janin : IUGR, Oligohidramnion, IUFD23
c. Kontraindikasi
Kontraindikasi induksi pada persalinan pervaginam sama
dengan kontraindikasi pada persalinan pervaginam dan
spontan, diantaranya :
1) Disproporsi Sefalopelvik (CPD)
2) Plasenta previa totalis
3) Vasa previa
4) Malpresentasi
5) Kelainan letak janin
6) Prolaps tali pusat
7) Riwayat operasi sesar klasik sebelumnya, miomektomi
(hingga ke endometrium) atau menembus cavum atau
miometrium luas.
33

3. Diagnosis
Pastikan kondisi umum ibu, fungsi organ (kardiovaskular,
pernafasan), hemostasis, kapasitas dan akomodasi jalan lahir
dalam keadaan baik. Selain dilihat dari sisi ibu, sisi janin harus
di perhatikan pula, seperti viabel, presentasi janin, posisi janin,
dan volume air ketuban dalam keadaan baik. Pantau
kesejahteraan ibu dan janin, cantumkan dalam partograf.23
4. Induksi dan Akselerasi Persalinan menggunakan Oksitosin Drip
Sebelum dilakukan induksi persalinan, akan dinilai terlebih
dahulu status serviksnya, jika skor >6 biasanya induksi cukup
dilakukan dengan oksitosin, jika skor <5 matangkan serviks
terlebih dahulu dengan foley kateter atau prostaglandin. Metode
induksi atau akselerasi persalinan yang digunakan adalah
dengan oksitosin.
Oksitosin adalah obat yang memiliki fungsi serupa dengan
hormon oksitosin alami yang diproduksi tubuh. Obat ini
berfungsi memicu atau memperkuat kontraksi pada otot rahim.
Sama seperti obat-obat lain, semua obat pasti berpotensi
memiliki efek samping, namun reaksi orang terhadap sebuah
obat berbeda-beda. Beberapa efek samping yang mungkin
terjadi antara lain : mual, muntah, sakit kepala, dan kontraksi
rahim yang berlebihan.
Oksitosin digunakan dengan hati-hati karena gawat janin
akan terjadi akibat dari hiperstimulasi. Senantiasa lakukan
observasi ketat pada pasien yang mendapat oksitosin. Dosis
efektif oksitosin bervariasi, dimulai dengan infus oksitosin 5
unit dalam 500 cc dekstrose atau garam fisiologik mulai dengan
10 tetes permenit. Tetesan dinaikkan secara gradual sampai his
adekuat dan pertahankan tetesan sampai persalinan.24
34

Lakukan pemantauan denyut jantung janin, tekanan darah,


denyut nadi, dan kontraksi ibu lalu catat pada partograf.

F. Aplikasi Asuhan Kebidanan pada klien dengan Hipertensi Gestasional


a. Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data
melalui anamnesis dan merupakan ekspresi pasien mengenai
kekhawatiran dan keluhan yang dicatat sebagai kutipan langsung
atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosis.
1) Tekanan darah tinggi ditemukan pada usia kehamilan >20
minggu.
2) Tidak ada riwayat tekanan darah tinggi sebelum hamil.
b. Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan, hasil
analisis dan interpretasi objektif dalam suatu identifikasi.
1) Pengukuran tekanan darah, ditemukan tekanan darah >140/90
mmHg
2) Pada pemeriksaan Laboratorium menunjukan tidak terdapat
proteinuria.
c. Analisa
Setelah mendapat data subjektif dan objektif, selanjutnya
disimpulkan dengan pernyataan Ny …, usia …. Tahun G…P…A..
hamil … minggu dengan Hipertensi Gestasional
d. Penatalaksanaan.
Proses ini termasuk criteria atau tujuan tertentu dari kebutuhan
pasien dan tindakan yang diambil.
1) Menjelaskan kepada ibu dan keluarga mengenai hasil
pemeriksaan.
35

2) Jika belum Inpartu, Pantau tekanan darah, urin (untuk


proteinuria), dan kondisi janin setiap minggu. Jika tekanan
darah meningkat, tangani sebagai preeklampsia. Jika kondisi
janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin terhambat,
rawat untuk penilaian kesehatan janin. Beri tahu pasien dan
keluarga tanda bahaya dan gejala preeklampsia dan eklampsia.
3) Jika sudah ada tanda Inpartu, observasi tekanan darah setiap 1
jam sekali untuk hipertensi ringan-sedang, untuk hipertensi
berat observasi tekanan darah secara terus-menerus. Jika
tekanan darah meningkat, tangani sebagai preeklampsia. Pada
asuhan persalinan pada umumnya tidak ada perbedaan, jangan
gunakan ergometrin pada Kala III persalinan.
4) Penanganan sama seperti preeklampsia, jika serviks sudah
matang, lakukan induksi persalinan dengan Oksitosin drip 5 IU
dalam 500 ml dekstrose 10 tetes permenit.
BAB III

METODOLOGI

A. Metode
Dalam penulisan laporan tugas akhir ini, metode yang digunakan
adalah metode studi kasus. Metode yang dilakukan sebagai upaya
pendekatan manajemen kebidanan yaitu salah satu proses pemecahan
masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasi pikiran
dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam
rangkaian atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang
terfokus dari klien. Studi kasus adalah metode dengan memusatkan diri
secara intensif terhadap suatu objek tertentu, dengan mempelajari sebagai
suatu kasus.
Manajemen kebidanan adalah suatu metode yang bersifat
mengumpulkan suatu peristiwa atau gejala yang saat ini dialami pasien
tertuju pada proses pemecahan masalah melalui manajemen kebidanan
yang meliputi tahap pengkajian, interpretasi data, antisipasi masalah,
tindakan segera atau kolaborasi, rencana manajemen, pelaksanaan dan
evaluasi.
Metode pendokumentasian yang penulis gunakan ialah dalam
bentuk SOAP. Metode ini membantu mengungkapkan suatu kasus atau
kejadian berdasarkan teori yang ditetapkan pada keadaan yang sebenarnya.
Pendokumentasian SOAP terdiri dari :
1. S (Subjektif)
Menggambarkan pendokumentasian yang datanya berhasil
diperoleh dari hasil anamnesa (wawancara)

36
37

2. O (Objektif)
Menggambarkan pendokumentasian yang diperoleh dari hasil
pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan hasil tes
diagnostik yang menjadi data fokus untuk mendukung pemberian
asuhan.
3. A (Analisa)
Menggambarkan suatu identifikasi dari hasil data subjektif
dan data objektif yang didapat.
4. P (Penatalaksanaan)
Menggambarkan pendokumentasian tindakan yang diberikan
kepada klien sesuai dengan analisa.

B. Teknik Pengumpulan Data


Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini adalah :
1. Wawancara
Wawancara yaitu suatu metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data sebanyak mungkin yang ditujukan kepada
klien, keluarga dan tenaga kesehatan yang terlibat seperti dokter
Sp.OG dan bidan dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini
secara lisan dari seseorang atau sasaran penelitian, atau bercakap-
cakap, berhadapan muka dengan orang tersebut. Jadi data tersebut
diperoleh langsung melalui suatu pertemuan atau percakapan.
Dalam kasus ini, penulis melakukan wawancara pada Ny.N atau
keluarga untuk mengetahui data-data yang bersifat subjektif mulai
dari biodata diri, keluhan yang dirasakan, riwayat kehamilan, ada
atau tidakkah riwayat hipertensi sebelum hamil maupun pada
keluarga, hingga kebiasaan yang dilakukan yang berguna untuk
melengkapi data yang diperlukan. Wawancara ini tidak hanya
dilakukan terhadap pasien atau keluarga yang bersangkutan, tetapi
juga dilakukan kepada dokter Spesialis Kebidanan dan
38

Kandungan serta bidan yang memiliki wewenang dalam


menangani kasus tersebut guna mengumpulkan informasi dan
data yang diperlukan dalam laporan tugas akhir.
2. Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium merupakan
suatu rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh data
objektif klien yang sebenarnya, yang dilakukan secara sistematis
dan teliti sehingga didapatkan hasil yang akurat. Pada kasus ini,
penulis melakukan pemeriksaan fisik secara fokus kepada Ny.N
terutama pada tekanan darah mulai saat persalinan hingga masa
nifas. Pemeriksaan laboraorium juga dilakukan seperti
pemeriksaan darah lengkap dan pemeriksaan proteinuria untuk
menguatkan atau membuat suatu diagnosa.
3. Observasi
Observasi adalah prosedur yang berencana, yang antara lain
meliputi melihat dan mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu
yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Observasi
yaitu metode pengumpulan data tentang perilaku manusia,
dilakukan tanpa melakukan interview kepada klien. Observasi
adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap
gejala tampak yang dilaksanakan baik secara langsung maupun
tidak langsung yang ditujukan terhadap kondisi, reaksi dan
tingkah laku pasien yang ditangkap oleh panca indra. Dalam
laporan tugas akhir ini, penulis melakukan pengamatan pada
Ny.N mengenai sikap dan perilaku ibu saat pertama kontak
sampai kunjungan masa nifas.
4. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi yaitu cara pengumpulan data secara
tertulis dengan cara mencari informasi dan memelajari catatan
medis pasien dengan mencatat data yang ada dan sudah
didokumentasikan dalam catatan medis pasien. Pada kasus ini,
39

penulis menggunakan studi dokumentasi dengan melihat rekam


medis dan Buku KIA Ny.N.
5. Studi Literatur
Studi literatur adalah pengumpulan data yang diperoleh dari
berbagai informasi baik berupa teori, generalisasi, maupun
konsep yang telah dikemukakan oleh berbagai ahli. Pengumpulan
data yang diperoleh dari berbagai informasi, baik berupa teori,
generalisasi, maupun konsep yang telah dikemukakan oleh
berbagai ahli.
BAB IV

HASIL KEGIATAN ASUHAN KEBIDANAN

Tanggal Pemeriksaan : Kamis, 6 April 2017


Waktu Pengkajian : Pukul 07.30 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang IGD RSUD Leuwiliang
Nama Pengkaji : Kholis Budihastari

A. Data Subjektif
1. Identitas Klien
Nama Istri : Ny. N Nama Suami : Tn. H
Umur : 20 Tahun Umur : 26 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA Pendidikan : SD
Suku : Sunda Suku : Sunda
Gol.Darah :B Gol.Darah :-
Alamat : Desa Sukaraksa Kec. Cigudeg
2. Keluhan Utama
Saat ini mengeluh mulesnya semakin sering, belum keluar air-air,
mules sejak pukul 01.00 WIB dan sudah keluar lendir darah dari
kemaluannya. Ibu tidak merasa pusing atau sakit kepala berat, nyeri
ulu hati, dan pandangan kabur.
3. Alasan Datang
Datang dirujuk dan diantar oleh Bidan L karena tensi tinggi saat
akan melahirkan.
4. Riwayat Kehamilan Sekarang
40
41

Ini merupakan kehamilan pertama, saat ini mengaku hamil sudah


9 bulan (HPHT 8 Juli 2016. Taksiran persalinan 15 April 2017). Ibu
sering merasakan gerakan janinnya. Ibu rutin memeriksakan kehami-
lannya ke Bidan Praktek.
5. Riwayat Kesehatan Ibu dan Keluarga
Mengatakan tidak pernah menderita penyakit sesak napas, darah
tinggi, jantung berdebar, kencing manis, kurang darah, penyakit
paru-paru dengan pengobatan rutin, dan penyakit menular seperti
sakit kuning, atau penyakit kelamin.. Ibu juga mengatakan dari pihak
keluarga tidak ada yang pernah mengalami penyakit tersebut.
6. Riwayat Bio-Psiko-Ekonomi
a. Biologi
Makan nasi terakhir pukul 06.00 WIB, minum terakhir pukul
07.00 WIB. BAK terakhir pukul 06.00 WIB dan BAB terakhir 1
hari yang lalu.
b. Psikologi
Perasaannya khawatir karena tensi ibu yang tiba-tiba tinggi,
tetapi ibu cukup merasa tenang karena suami dan keluarga ikut
mendampingi ibu.
c. Ekonomi
Suami sedang menyiapkan BPJS untuk jaminan pembayaran
persalinan di RS. Ibu dan suami sudah menyiapkan berbagai
perlengkapan yang dibutuhkan saat proses persalinan dan
kelahiran bayi.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Kesadaran Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Status emosional : Stabil
42

2. Antropometri
a) Berat Badan : 68 kg (sebelum hamil 58 kg)
b) Tinggi Badan : 150 cm
c) IMT : 25,7
3. Tanda Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 140/90 mmHg
b. Nadi : 85x/menit
c. Suhu : 360C
d. Respirasi : 22x/menit
4. Pemeriksaan Fisik
a. Wajah :Tidak ada oedema, tidak ada cloasma.
b. Mata :Konjungtiva merah muda, sklera putih
c. Payudara :Bersih, simetris, tidak ada retraksi, tidak
ada massa,tidak ada nyeri tekan, kolostrum
(+)
d. Abdomen :Terdapat linea nigra, sedikit striae
gravidarum, Tidak ada bekas luka operasi,
TFU 30 cm, TBJ : (30-11)x155 = 2.945
gram.
Palpasi di fundus teraba bagian bulat, lunak,
tidak melenting, di sisi kanan ibu teraba
bagian keras memanjang seperti papan,
bagian terendah teraba keras, bulat
melenting, sudah masuk PAP. Perlimaan
3/5. Kandung kemih penuh.
DJJ : 146 kali/menit reguler. His 3x 10’40’’.
e. Ekstremitas Atas :Kuku tidak pucat, tidak terdapat oedema.
Ekstremitas Bawah :Kuku tidak pucat, terdapat oedema pada
tungkai dan punggung kaki, tidak ada
varises.
43

f. Genetalia : Tidak ada varises, terdapat pengeluaran


lendir darah, tidak ada pembengkakan
kelenjar bartholin dan kelenjar skene.
VT : Portio tipis lunak, pembukaan 7 cm,
selaput ketuban (+), presentasi kepala,
penurunan kepala Hodge II. Molase 0
g. Anus : Tidak ada haemmoroid
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium (pukul 07.40 WIB)
Hasil Lab (pukul 08.00)
a) Hb : 11,4 gr/dL (Normal : 11,7-15,5)
b) Leukosit : 9,8 (Normal : 3,6-11,0)
c) Trombosit : 178 (Normal : 150-440)
d) Hematokrit : 36% (Normal : 35-47)
e) Protein Urin : Negatif
f) GDS : 109 (Normal : 70-140)
b. Keterangan Bidan
Ibu dirujuk oleh Bidan dengan diagnosa PEB dengan tekanan
darah 160/100 mmHg, tidak diberikan terapi apapun sebelum
dirujuk. Data yang didapat dari buku KIA ibu menunjukan selama
hamil tekanan darah ibu normal.

C. Analisa
G1P0A0 hamil 38 minggu Inpartu Kala 1 Fase Aktif dengan Hipertensi
Gestasional, janin tunggal hidup presentasi kepala.

D. Penatalaksanaan

1. Menginformasikan kepada ibu dan suami hasil pemeriksaan yang telah


dilakukan bahwa keadaan ibu dan janin harus selalu dipantau.
2. Memberikan dukungan psikologis pada ibu agar ibu tetap tenang dan
44

bersabar menghadapi proses persalinan.


3. Menganjurkan suami untuk tetap mendampingi ibu selama proses
persalinan.
4. Melakukan pemasangan kateter urine. Pengeluaran urine 200 cc
5. Menganjurkan ibu untuk makan atau minum sesuai dengan keinginan
ibu. Ibu makan 1 bungkus roti, minum 2 gelas air putih.
6. Membantu ibu memilih posisi yang nyaman. Ibu memilih untuk duduk
sila.
7. Mengajarkan Ibu teknik relaksasi dengan cara tarik napas panjang dari
hidung hembuskan lewat mulut jika ibu merasakan mules. Ibu mengerti
dan melakukan dengan baik.
8. Memantau tekanan darah setiap satu jam sekali. Terlampir pada lembar
observasi.
9. Memantau kemajuan persalinan, kesejahteraan ibu dan kesejahteraan
janin. Terlampir pada partograf.

CATATAN PERKEMBANGAN
Catatan Perkembangan 1
Kamis, 6 April 2017
Pukul 11.30 WIB
Ruang VK RSUD Leuwiliang
A. Data Subjektif
Mengeluh mulesnya semakin sering dan semakin kuat. Merasa
khawatir takut persalinannya tidak mengalami kelancaran. Sudah
makan beberapa potong roti dan minum air putih satu botol, terakhir
BAK pukul 11.00 WIB.
45

B. Data Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan darah : 160/100 mmHg
b. Nadi : 87 kali/menit
c. Respirasi : 21 kali/menit
d. Suhu : 36o C
4. Abdomen : DJJ 147 kali/menit reguler, His 4x10’45’’
Kandung kemih kosong
5. Genitalia : Vulva vagina tak ada kelainan, tampak
pengeluaran lendir darah. VT : portio tipis
lunak, pembukaan 9 cm, selaput ketuban (+),
penurunan kepala hodge II+, UUK kanan
depan, Molase 0.
6. Ekstermitas Atas :Terpasang infus Ringer Laktat 500 cc + drip
Oksitosin 5 IU 20 tpm. Sisa 400 cc.

C. Analisa
Inpartu Kala 1 Fase Aktif dengan Hipertensi Gestasional, janin tunggal
hidup presentasi kepala.

D. Penatalaksanaan

1. Menginformasikan kepada Ibu dan suami tentang hasil pemeriksaan


bahwa tekanan darah ibu kembali tinggi dan pembukaan sudah mencapai
9 cm.
2. Memberikan dukungan psikologis pada ibu agar tetap tenang dan rileks
agar tekanan darah ibu kembali stabil.
3. Mempersiapkan Partus set, Hecting set, dan segala yang berkaitan dengan
proses persalinan.
46

4. Memantau tekanan darah ibu setiap satu jam sekali. Hasil terlampir pada
lembar observasi.
5. Memantau kemajuan persalinan, kesejahteraan ibu dan kesejahteraan
janin. Hasil terlampir pada Partograf.

Catatan Perkembangan 2
Kamis, 6 April 2017
Pukul 12.30 WIB
Ruang VK RSUD Leuwiliang
A. Data Subjektif
Merasa ingin sekali mengedan, rasanya seperti ingin BAB.

B. Data Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan darah : 160/100 mmHg
b. Nadi : 87 kali/menit
c. Respirasi : 21 kali/menit
d. Suhu : 36o C
4. Abdomen : DJJ 147 kali/menit reguler, His 4x10’45’’
kandung kemih kosong.
5. Genitalia : Vulva vagina tak ada kelainan, tampak
pengeluaran lendir darah. Tekanan pada
anus (-), vulva membuka (-), perineum
menonjol (-). VT : portio tidak teraba,
pembukaan 10 cm, selaput ketuban (+),
penurunan kepala hodge II+, UUK kanan
depan, Molase 0.
6. Ekstermitas Atas : Terpasang infus Ringer Laktat 500 cc +
drip Oksitosin 5 IU 20 tpm. Sisa 350 cc.
47

C. Analisa
Inpartu Kala II

D. Penatalaksanaan

1. Menginformasikan kepada Ibu dan suami tentang hasil


pemeriksaan bahwa tekanan darah ibu masih tinggi dan pembukaan
sudah mencapai 10 cm, hanya kepala bayi belum seluruhnya turun
ke dasar panggul.
2. Memberikan dukungan psikologis pada ibu agar tetap tenang
dan bersabar menunggu turunnya kepala bayi. Ibu cukup tenang
3. Pukul 12.45 WIB  Melakukan Amniotomi. Warna ketuban
putih keruh, tidak berbau. DJJ 144 x/menit reguler.
4. Menganjurkan ibu untuk miring ke arah kiri dan menarik
napas panjang dari hidung dan menghembuskan dari mulut.
5. Menganjurkan ibu untuk minum. Ibu minum setengah gelas
teh manis hangat.
6. Memantau kemajuan persalinan, tekanan darah ibu, dan denyut
jantung janin. Terlampir pada lembar Observasi.

Catatan Perkembangan 3
Kamis, 6 April 2017
Pukul 14.30 WIB
Ruang VK RSUD Leuwiliang
A. Data Subjektif
Merasa sudah tidak kuat dan ingin sekali mengedan, rasanya seperti
ingin BAB.

B. Data Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
48

2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan darah : 150/90 mmHg
b. Nadi : 88 kali/menit
c. Respirasi : 23 kali/menit
d. Suhu : 36o C
4. Abdomen : DJJ 150 kali/menit reguler, His 4x10’45’’
kandung kemih kosong.
5. Genitalia : Vulva vagina tak ada kelainan, tampak
pengeluaran lendir darah. Tekanan pada
anus (+), vulva membuka (+), perineum
menonjol (+). VT : portio tidak teraba,
pembukaan 10 cm, selaput ketuban (-),
penurunan kepala hodge III, UUK kanan
depan, Molase 0.
6. Ekstermitas Atas : Terpasang infus Ringer Laktat 500 cc +
drip Oksitosin 5 IU 20 tpm. Sisa 300 cc.
C. Analisa
Inpartu Kala II

D. Penatalaksanaan
1. Menginformasikan kepada Ibu bahwa akan dipimpin persalinan.
2. Mengajarkan Ibu teknik mengejan yang benar yaitu dengan
merangkul lutut sampai ke siku, tarik ke arah dada, buka paha
lebar-lebar, kepala di tundukkan mata melihat ke arah perut, jika
ada mules ibu mengejan seperti BAB, jika tidak mules ibu istirahat.
3. Pukul 14.40 WIB  Menganjurkan Ibu untuk mengejan. Kepala
bayi maju, belum crowning.
4. Memantau DJJ saat tidak mules. DJJ : 145x/menit reguler.
49

5. Memimpin persalinan. Kepala bayi maju, belum crowning.


6. Menganjurkan ibu untuk minum. Ibu minum ½ gelas teh manis
hangat.
7. Memimpin persalinan. Kepala bayi tidak maju.
8. Pukul 15.00 WIB  Meganjurkan ibu untuk miring ke kiri dan
menarik napas yang dalam dari hidung hembuskan lewat mulut.
9. Memantau DJJ saat tidak mules. DJJ : 150 x/menit reguler
10. Pukul 15.30 WIB Menganjurkan ibu untuk mengejan. Kepala
bayi maju, belum crowning. Perineum tampak kaku.
11. Menyuntikkan Lidokain 2 cc ke area mediolateral.
12. Pukul 15.40 WIB  Melakukan Episiotomi Mediolateral.
13. Memimpin Persalinan. Kepala bayi hampir crowning
14. Menganjurkan Ibu untuk minum. Ibu minum ½ gelas teh manis.
15. Memantau DJJ saat Ibu tidak mules. DJJ 144x/menit reguler
16. Memimpin persalinan. Kepala bayi crowning, Pukul 16.00 WIB
Bayi lahir spontan, menangis kuat, tonus aktif, jenis kelamin laki-
laki.
17. Mengecek janin kedua. Tidak ada janin kedua

Catatan Perkembangan 4
Kamis, 6 April 2017
Pukul 16.00 WIB
Ruang VK RSUD Leuwiliang
A. Data Subjektif
Merasa sangat lega bayinya sudah lahir.
B. Data Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda Vital : Tekanan Darah :150/90 mmHg
50

4. Abdomen : TFU sepusat, tidak ada janin kedua, uterus


teraba globuler dan keras, kandung kemih
penuh.
5. Genitalia : Vulva vagina tak ada kelainan, tampak tali
pusat menjulur didepan vulva dan ada
semburan darah tiba-tiba.
6. Ekstermitas Atas : Terpasang infus Ringer Laktat 500 cc +
drip Oksitosin 5 IU 20 tpm. Sisa 200 cc.

C. Analisa
Inpartu Kala III

D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu akan disuntikkan oksitosin.
2. Menyuntikkan oksitosin 10 IU ke 1/3 paha kanan atas secara
Intramuscular.
3. Menjepit dan memotong tali pusat.
4. Melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
5. Melakukan kateterisasi sementara.
6. Melakukan PTT dan mengamati tanda-tanda pelepasan plasenta.
Terdapat tanda-tanda pelepasan plasenta seperti uterus teraba
globuler dan keras, terdapat semburan darah tiba-tiba, tali pusat
menjulur memanjang didepan vulva.
7. Melahirkan plasenta. Pukul 16.08 WIB plasenta lahir spontan.
8. Melakukan masase uterus selama 15 detik. Uterus teraba keras
9. Memeriksa kelengkapan plasenta. Kesan plasenta lengkap
10. Mengecek laserasi pada jalan lahir. Terdapat laserasi
51

Catatan Perkembangan 5
Kamis, 6 April 2017
Pukul 16.10 WIB
Ruang VK RSUD Leuwiliang
A. Data Subjektif
Masih merasa mules dan lelah. Merasa senang bayinya sudah lahir.

B. Data Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda- tanda vital
a. Tekanan Darah : 150/90 mmHg
b. Nadi : 80 x/menit
c. Suhu : 36,1oC
d. Respirasi : 20 x/menit
4. Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus
baik, kandung kemih kosong.
5. Ekstermitas Atas : Terpasang infus Ringer Laktat 500 cc +
drip Oksitosin 5 IU 20 tpm. Sisa 350 cc.
6. Genitalia :Tampak pengeluaran darah ± 200 cc,
tampak robekan pada mukosa vagina, kulit
perineum, otot perineum, dan otot sfingter
ani.

C. Analisa
Inpartu Kala IV dengan laserasi perineum derajat 3

D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu bahwa ibu mengalami robekan pada jalan lahir
sehingga memerlukan tindakan penjahitan dengan menggunakan
52

bius lokal.
2. Menyuntikkan lidokain 4 cc dibagi ke 4 area.
3. Melakukan penjahitan dengan teknik jelujur untuk menjahit bagian
otot dan teknik satu-satu untuk menjahit bagian kulit perineum.
4. Mengecek kembali kontraksi, kandung kemih dan perdarahan
pervaginam. Kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong
perdarahan pervaginam tidak aktif ± 10 cc.
5. Menilai keberhasilan IMD dan kondisi bayi. Bayi sudah mencari
puting susu Ibu, kondisi bayi stabil.
6. Membersihkan ibu dan merapikan tempat bersalin.
7. Mendekontaminasi alat yang telah digunakan pada larutan klorin
selama 10 menit.
8. Mengajari ibu teknik masase uterus dengan cara memutar searah
jarum jam hingga rahim teraba bulat dan keras.
9. Konseling tanda bahaya nifas seperti perdarahan banyak dari jalan
lahir, pusing atau sakit kepala, dan menganjurkan ibu melapor
kepada Bidan jika merasakan salah satu atau lebih tanda bahaya
nifas.
10. Observasi Kala IV selama 2 jam, jam pertama setiap 15 menit
dan jam kedua setiap 30 menit.
11. Melengkapi pendokumentasian dan partograf.
53

CATATAN PERKEMBANGAN POSTNATAL


Catatan Perkembangan 1
Kamis, 6 April 2017
Pukul 18.00 WIB
Ruang VK RSUD Leuwiliang
A. Data Subjektif
1. Keluhan Utama
Mengeluh perutnya sedikit mulas dan masih nyeri pada luka
jahitannya.
2. Aktifitas 2 Jam Postpartum
a. Nutrisi dan Hidrasi
Sudah makan dengan seporsi nasi, ayam goreng dan sayur
bayam pada pukul 17.45 WIB dan sudah minum segelas air
putih.
b. Eliminasi
Sudah BAK sendiri di kamar mandi. BAK lancar tidak ada
keluhan. Belum BAB.
c. Mobilisasi
1 jam setelah persalinan ibu mulai belajar menekuk
kakinya, lalu miring kearah kiri bergantian ke arah kanan,
sudah mampu duduk dan berjalan sendiri ke kamar mandi.
d. Laktasi
Sudah belajar menyusui bayinya, bayi mau menyusu, ASI
yang keluar hanya sedikit.

B. Data Objektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah : 140/90 mmHg
54

b. Nadi : 80 kali/menit
c. Respirasi : 21 kali/menit
d. Suhu : 36.2oC
4. Pemeriksaan Fisik
a. Wajah :Tidak ada oedema
b. Mata :Konjungtiva merah muda, sklera
putih
c. Abdomen :TFU 2 jari dibawah pusat, uterus
teraba keras dan bulat, kandung
kemih kosong.
d. Ekstermitas Atas :Terpasang infus Ringer Lactat 500
cc + drip Oksitosin 5 IU 20 tpm. Sisa
100 cc.
e. Ekstremitas Bawah :Kuku tidak pucat, terdapat oedema
pada tungkai dan punggung kaki.
f. Genitalia :Terdapat pengeluaran lochea rubra
sekitar 50cc. Terdapat jahitan pada
perineum yang masih basah, tidak
kemerahan, tidak bengkak.

C. Analisa
P1A0 post partum 2 jam.

D. Penatalaksanaan

1. Memberitahu Ibu hasil pemeriksaan bahwa tekanan darah ibu


masih tinggi.
2. Memotivasi Ibu untuk menenangkan pikirannya dan tetap rileks.
3. Konseling tentang makanan bergizi dan tinggi kandungan
protein untuk mempercepat penyembuhan luka jahitan.
4. Konseling tentang personal hygiene ibu nifas dan perawatan luka
55

perineum.
5. Konseling tentang pemberian ASI, posisi menyusui yang benar,
cara menyendawakan bayi, pentingnya dan manfaat ASI
Eksklusif untuk ibu dan bayi.
6. Memotivasi Ibu untuk sesering mungkin menyusui bayinya tanpa
dijadwal.
7. Memindahkan Ibu dan bayinya ke Ruang Anyelir.
8. Memberikan Therapy Oral Amoxicillin 1 x 500 mg, Asam
Mefenamat 1x 500 mg, dan Sulfat Ferrosus 1 x 60 mg.

Catatan Perkembangan 2
Kamis, 6 April 2017
Pukul 22.00 WIB
Ruang Anyelir RSUD Leuwiliang
A. Data Subjektif
1. Keluhan Utama
Masih nyeri daerah jahitannya.
2. Aktifitas 6 Jam Postpartum
a. Nutrisi dan Hidrasi
Sudah makan dengan seporsi bubur ayam sekitar pukul
21.00 WIB dan minum air putih.
b. Eliminasi
Sudah BAK 3 kali setelah 2 jam persalinan, ibu belum
BAB.
c. Personal Hygiene
Sudah mengganti pakaian, pakaian dalam dan
pembalutnya. Tidak mandi karena sudah malam, hanya
mencuci muka, membasuh kemaluannya dan menyikat gigi.
56

d. Laktasi
Sudah mulai nyaman menyusui bayinya. ASI keluar
banyak dan bayi menyusu dengan kuat. Ibu menyendawakan
bayinya setelah disusui.

B. Data Objektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah : 150/90 mmHg
b. Nadi : 82 kali/menit
c. ReSspirasi : 20 kali/menit
d. Suhu : 36.5oC
4. Pemeriksaan Fisik
a. Wajah :Tidak ada oedema
b. Mata :Konjungtiva merah muda, sklera
putih
c. Abdomen :TFU 3 jari dibawah pusat, uterus
teraba keras dan bulat, kandung
kemih kosong.
d. Ekstermitas Atas :Terpasang infus Ringer Lactat 500
cc + drip Oksitosin 5 IU 20 tpm. Sisa
0 cc
e. Ekstremitas Bawah :Kuku tidak pucat, terdapat oedema.
f. Genetalia :Terdapat pengeluaran lochea rubra
sekitar 20cc pada pembalut, luka
jahitan masih basah, tidak bengkak
dan tidak kemerahan.
57

C. Analisa
P1A0 Post Partum 6 jam.
D. Penatalaksanaan

1. Memberitahu Ibu hasil pemeriksaan bahwa tekanan darah ibu masih


tinggi, tetapi secara keseluruhan kondisi ibu baik.
2. Melakukan Aff Infus.
3. Konseling tentang tanda bahaya masa nifas.
4. Menganjurkan ibu untuk tidur dan beristirahat jika bayinya tidur.

Catatan Perkembangan 3
Jum’at, 7 April 2017
Pukul 09.00 WIB
Ruang Anyelir RSUD Leuwiliang
A. Data Subjektif
1. Keluhan Utama
Mengeluh masih sedikit nyeri di daerah jahitannya.
2. Riwayat Bio-Psiko-Sosial
a. Biologi
Sudah makan tadi pagi pukul 07.00 WIB dengan seporsi
nasi, daging semur, sayur capcay dan buah semangka. Minum
air putih segelas. Sudah mandi, mengganti pakaian,
mengganti pembalut, BAK dan BAB tadi pagi. BAK dan
BAB tidak ada keluhan.
b. Psikologi
Merasa senang mengurus bayinya, tetapi ibu masih
khawatir dengan kondisi jahitannya.
c. Sosial
Suami dan keluarga ibu tampak bahagia dengan kelahiran
bayi. Suami dan keluarga ikut membantu ibu dalam
mengurus bayi.
58

3. Riwayat Laktasi
Selama ibu menyusui bayi tidak mengalami keluhan, ASI
keluar banyak, bayi menyusu dengan kuat.

B. Data Objektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah : 140/80 mmHg
b. Nadi : 82 kali/menit
c. Respirasi : 21 kali/menit
d. Suhu : 36,5oC
4. Pemeriksaan Fisik
a. Wajah : Tidak oedema,
b. Mata : Conjungtiva merah muda, sklera putih
b. Payudara : Bersih, putting menonjol, ASI keluar
banyak.
c. Abdomen : TFU 3 jari dibawah pusat, kontraksi baik,
kandung kemih kosong.
d. Ekstermitas :Tampak sedikit oedema pada kaki, warna
kuku merah muda.
e. Genitalia :Vulva bersih, terdapat pengeluaran lochea
rubra ±2 cc, jahitan perineum masih basah,
tidak bengkak dan tidak kemerahan.
f. Anus :Tidak ada haemoroid.

C. Analisa
P1A0 postpartum 15 jam keadaan ibu baik.
59

D. Penatalaksanaan

1. Menjelaskan kepada Ibu hasil pemeriksaan bahwa secara keseluruhan


keadaan ibu baik.
2. Memotivasi ibu untuk sering memberikan ASI kepada bayinya tanpa
dijadwal saat dirumah nanti.
3. Menganjurkan Ibu untuk mencukupi kebutuhan gizinya selama masa
nifas, kebersihan diri serta kebutuhan istirahat saat dirumah.
4. Konseling tentang tanda bahaya masa nifas dan cara perawatan
dirumah bayi baru lahir.
5. Mengingatkan ibu untuk kontrol ke Poli Kandungan pada tanggal 12
April 2017.

Catatan Perkembangan 4
Kunjungan Nifas hari ke-8
Jum’at, 14 April 2017
Pukul 15.00 WIB
Rumah Ny.N
A. Data Subjektif
1. Keluhan Utama
Saat ini merasa kelelahan akibat kurang tidur.
2. Pola Keseharian
a. Nutrisi dan Hidrasi
Makan 4 kali sehari dengan nasi, lauk daging, sayur, dan
kadang makan buah-buahan. Minum 10 gelas sehari. Tidak ada
pantangan dalam makan atau minum.
b. Eliminasi
BAK 6 kali sehari dan BAB sehari sekali. BAB dan BAK
tidak ada keluhan.
60

c. Istirahat
Tidur malam 3-4 jam, tidak pernah tidur siang karena
merupakan pantangan.
d. Personal Hygiene
Mandi 2 kali sehari, mengganti pakaian dan pakaian dalam
setiap setelah mandi, mengganti pembalut jika terasa sudah
lembab.
e. Aktifitas
Setelah bersalin beraktifitas seperti saat sebelum hamil,
seperti menyapu, mengepel, dan merapihkan rumah. Untuk
mencuci baju dan menyetrika dikerjakan oleh orangtuanya.
Tidak melakukan kontrol ke RSUD pada tanggal 12 April
karena jarak yang jauh, tetapi sudah melakukan kunjungan
nifas ke Bidan kemarin.
f. Laktasi
Mengaku sering menyusui bayinya, ASI yang keluar
banyak, bayi menyusu dengan kuat. Tidak ada keluhan saat
menyusui. Tidak pernah memberikan susu formula kepada
bayinya.
3. Riwayat Psikososial
Merasa senang mengurus anak pertamanya dibantu oleh suami
dan orangtua. Kehadiran buah hatinya diterima dengan baik oleh
semua anggota keluarga. Ibu tinggal bersama suami dan kedua
orangtuanya.

B. Data Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah : 160/100 mmHg
61

b. Nadi : 83 kali/menit
c. Respirasi : 20 kali/menit
d. Suhu : 36,7oC
4. Pemeriksaan Fisik
a. Wajah :Tidak oedema
b. Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih.
c. Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar limfe
dan tiroid, tidak ada peninggian vena
jugularis.
d. Payudara : Bersih, tampak penuh, putting menonjol,
tidak ada retraksi, tidak ada nyeri tekan,
tidak teraba massa, ASI keluar.
e. Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, TFU sudah
tidak teraba, diastasis rekti 2/5, kandung
kemih kosong.
f. Ekstermitas : Tidak ada oedema, tidak ada varises, tanda
homan (-), warna kuku merah muda.
g. Genitalia : Vulva vagina bersih, tidak ada pembesaran
kelenjar bartholin dan kelejar skene, terdapat
lokhea serosa berwarna kecoklatan ±3 cc
pada pembalut, luka jahitan mulai
mengering.
h. Anus :Tidak ada haemoroid.

C. Analisa
P1A0 postpartum 8 hari dengan kebutuhan istirahat.

D. Penatalaksanaan

1. Memberitahu Ibu hasil pemeriksaan bahwa tekanan darah ibu


62

kembali tinggi dan ibu kurang istirahat.


2. Menganjurkan Ibu untuk istirahat dan tidur saat bayinya tertidur.
3. Menjelaskan kepada Ibu dan keluarga tentang kebutuhan istirahat
untuk ibu nifas serta dampaknya.
4. Menganjurkan dan memotivasi Ibu untuk konsultasi dan
memeriksakan diri ke Bidan/dokter masalah tekanan darahnya.
5. Menjelaskan komplikasi yang mungkin terjadi pada hipertensi
gestasional jika tidak ditangani.
6. Memotivasi Ibu untuk kunjungan nifas 2 minggu ke Bidan terdekat.
7. Memotivasi ibu untuk terus memberikan ASI Eksklusif sampai usia
bayi 6 bulan.

Catatan Perkembangan 5
Kunjungan Nifas hari ke -15
Jum’at, 21 April 2017
Pukul 16.00 WIB
Rumah Ny.N
A. Data Subjektif
1. Keluhan Utama
Tidak merasakan keluhan apapun.
2. Pola Keseharian
a. Nutrisi dan Hidrasi
Makan 4 kali sehari dengan nasi, lauk daging, sayur, dan
kadang makan buah-buahan. Ibu minum 10 gelas sehari.
Tidak ada pantangan dalam makan atau minum.
b. Eliminasi
BAK 6 kali sehari dan BAB sehari sekali. BAB dan BAK
tidak ada keluhan.
63

c. Istirahat
Tidur malam 3-4 jam, ibu tidur siang ±1-2 jam saat
bayinya tidur.
d. Personal Hygiene
Mandi 2 kali sehari, mengganti pakaian setiap setelah
mandi dan pakaian dalam saat terasa lembab, sudah tidak
menggunakan pembalut.
e. Aktifitas
Beraktifitas seperti saat sebelum hamil, seperti menyapu,
mengepel, dan merapihkan rumah dan mengurus bayinya.
Lupa melakukan kunjungan nifas 2 minggu dan belum
konsultasi atau memeriksakan diri ke dokter karena jarak
rumah yang jauh dari klinik dokter.
f. Laktasi
Mengaku sering menyusui bayinya, ASI yang keluar
banyak, bayi menyusu dengan kuat. Tidak ada keluhan saat
menyusui. Tidak pernah memberikan susu formula kepada
bayinya.
3. Riwayat Psikososial
Merasa senang dan tidak ada kesulitan mengurus anak
pertamanya dibantu oleh suami dan orangtua. Tapi terkadang
merasa tidak nyaman dengan mitos-mitos di sekitar yang
berkaitan dengan bayi dan ibu nifas.
4. Rencana KB
Masih bingung ingin menggunakan KB apa setelah masa nifas
berakhir. Ibu ingin menggunakan KB yang aman untuk menyusui.

B. Data Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
64

3. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah : 140/90 mmHg
b. Nadi : 83 kali/menit
c. Respirasi : 20 kali/menit
d. Suhu : 36,8oC
4. Pemeriksaan Fisik
a. Wajah :Tidak oedema
b. Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih.
c. Payudara : Bersih, tampak penuh, putting menonjol,
,tidak ada nyeri tekan, ASI keluar.
d. Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, TFU sudah
tidak teraba, diastasis rekti 2/5, kandung
kemih kosong.
e. Ekstermitas : Tidak ada oedema, tanda homan
(-), warna kuku merah muda.
f. Genitalia : Vulva vagina bersih, terdapat sedikit
lokhea serosa berwarna kekuningan pada
pembalut, luka jahitan mulai mengering.
g. Anus :Tidak ada haemoroid.

C. Analisa
P1A0 postpartum 15 hari.

D. Penatalaksanaan

1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu secara


keseluruhan baik, tetapi tekanan darah ibu masih tinggi dan harus
diperiksakan.
2. Menganjurkan dan memotivasi Ibu agar memeriksakan diri ke dokter
karena tekanan darah ibu masih tinggi.
65

3. Menganjurkan Ibu untuk istirahat dan tidur saat bayinya tertidur.


4. Memotivasi ibu untuk terus memberikan ASI Eksklusif sampai usia
bayi 6 bulan.
5. Menjelaskan metode KB yang aman untuk ibu menyusui, kapan
digunakan, dan efek pemakaian KB.
6. Menganjurkan dan memotivasi Ibu untuk ber KB di Bidan saat masa
nifas selesai (42 hari masa nifas)

CATATAN PERKEMBANGAN NEONATUS


Kamis, 6 April 2017
Pukul 16.45 WIB
Ruang VK RSUD Leuwiliang
A. Data Subjektif
1. Biodata
a. Identitas Bayi
Nama : By. Ny. N
Tanggal lahir : 6 April 2017
Lahir Pukul : 16.00 WIB
Jenis Kelamin : Laki-laki
Anak ke :1

B. Data Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Tanda – Tanda Vital
a. Laju Napas : 45 x/menit
b. Laju Jantung : 140 x/menit regular
c. Suhu : 37.3oC
3. Antopometri
a. Berat Badan : 3300 gram
66

b. Panjang Badan : 47 cm
c. Lingkar Kepala : 34 cm
d. Lingkar Dada : 23 cm
4. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Kulit kepala bersih, fontanel datar dan
lunak, tidak ada molase, tidak terdapat
caput succadaneum dan tidak ada cephal
hematoma.
b. Mata : Simetris, tidak ada tanda-tanda infeksi,
sklera putih.
c. Hidung : Terdapat 2 lubang hidung, septum
ditengah, tidak ada pernafasan cuping
hidung, tidak ada pengeluaran cairan.
d. Mulut :Bibir merah muda, tidak ada labioskizis
dan labiopalatoskizis, lidah bersih, gusi
kemerahan.
e. Telinga : Simetris, letak telinga sejajar dengan mata,
terdapat lubang telinga, tidak ada secret,
daun telinga lunak dan cepat kembali saat
dilipat.
f. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan
limfe
g. Dada : Simetris, areola jelas, putting menonjol,
tidak ada retraksi dinding dada, bunyi nafas
teratur dan bersih, bunyi jantung teratur.
h. Abdomen : Sedikit membuncit, tidak ada penonjolan
disekitar tali pusat, tali pusat kering tidak
terbungkus apapun, , segar, bersih, tidak
ada perdarahan.
i. Ekstermitas : Tidak ada kelainan, simetris, pergerakan
67

aktif, jumlah jari lengkap, warna kuku


merah muda.
j. Punggung dan Kulit : Tidak ada penonjolan dan cekungan di
punggung. Warna kulit kemerahan,
terdapat sedikit lanugo dan tidak ada tanda
mongol.
k. AnoGenitalia : Bersih, terdapat penis dan skrotum,
terdapat lubang uretra, testis sudah turun ke
skrotum, terdapat lubang anus.
5. Refleks
a. Glabella : (+) bayi berkedip saat disentuh diantara
kedua alis
b. Rooting : (+) bayi mencari arah sentuhan
c. Sucking : (+) saat IMD , bibir bayi menghisap
d. Swallowing : (+) saat menyusu bayi menelan
e. Moro : (+) pergerakan ekstermitas simetris
f. Babinski : (+) telapak kaki bayi mengembang
g. Plantar : (+) jari kaki menggenggam
h. Palmar : (+) jari tangan menggenggam

C. Analisa
Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan usia 1 jam keadaan bayi
baik.

D. Penatalaksanaan

1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa keadaan bayi baik dan bayi akan
diberikan salep mata serta suntik vit K1.
2. Menjaga kehangatan bayi.
3. Memberikan salep mata gentamicin di kedua mata bayi.
68

4. Melakukan penyuntikan Vit.K 0,5 cc di paha kiri secara IM.


5. Menganjurkan ibu untuk belajar menyusui bayinya.
6. Menbimbing ibu cara menyusui yang benar. Ibu bisa menyusui bayinya,
bayi menyusu kuat.
7. Konseling tanda bahaya pada bayi baru lahir.

Catatan Perkembangan 1
Kamis, 6 April 2017
Pukul 22.15 WIB
Ruang Anyelir RSUD Leuwiliang
A. Data Subjektif
Ibu mengatakan bayinya mau menyusu, bayi menghisap dengan kuat.
Bayi sudah diganti popok dan pakaiannya, bayi juga sudah BAB dan
BAK.

B. Data Objektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Tanda-tanda vital
a. Laju Jantung : 142 kali/menit
b. Laju Napas : 43 kali/menit
c. Suhu : 36.6oC

C. Analisa
Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan Usia 6 jam keadaan bayi
baik

D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu Ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan bayi
69

2. Memotivasi Ibu untuk sesering mungkin menyusui bayinya tanpa


dijadwal. Bayi bisa menyusu, bayi menyusu kuat.

Catatan Perkembangan 2
Jum’at, 7 April 2017
Pukul 09.15 WIB
Ruang Anyelir RSUD Leuwiliang
A. Data Subjektif
Ibu mengatakan bayinya sudah mandi, dan sudah menyusu. Terakhir
menyusu 20 menit yang lalu. Semalam bayi cukup tenang sehingga ibu
bisa tidur.

B. Data Objektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Tanda-tanda vital
a. Laju Jantung : 142 kali/menit
b. Laju Napas : 43 kali/menit
c. Suhu : 36.9oC
3. Kulit : Tidak ikterik.
4. Mata : Sklera tidak ikterik

C. Analisa
Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan Usia 15 jam keadaan bayi
baik

D. Penatalaksanaan

1. Memberitahu Ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan bayi


2. Memotivasi Ibu untuk sesering mungkin menyusui bayinya tanpa
70

dijadwal.
3. Konseling sebelum pulang kepada ibu dan keluarga tentang tanda bahaya
pada bayi, perawatan bayi sehari-hari, perawatan tali pusat, dan personal
hygiene bayi. Jika ibu lupa, Ibu bisa membaca Buku KIA tentang
perawatan bayi.

Catatan Perkembangan 3
Kunjungan Neonatus hari ke-8
Jum’at, 14 April 2017
Pukul 15.45 WIB
Rumah Ny. N
A. Data Subjektif
Ibu mengatakan bayinya rewel setiap malam, ibu merasa bayinya tidak
segemuk saat lahir. Bayi menyusu 9 kali. Bayi BAK 5-6 kali sehari, BAB
2 kali sehari, tidak ada keluhan. Bayi dijemur setelah mandi pagi pukul
07.00 selama ± 10 menit. Bayi tidur 15 jam sehari dan sering terbangun
dimalam hari. Tali pusat sudah puput kemarin.
Ibu dan bayi sudah kunjungan nifas ke Bidan pada 6 hari masa nifas.
BB bayi 3300 gram.

B. Data Objektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Tanda-tanda vital
a. Laju Jantung : 142 kali/menit
b. Laju Napas : 45 kali/menit
c. Suhu : 36,9oC
4. Pemeriksaan Fisik
a. Wajah dan Mata : Wajah tidak tampak ikterik, sklera putih,
tidak ada tanda infeksi pada mata.
b. Hidung : Tidak ada pernapasan cuping hidung.
71

c. Mulut : Lidah bersih tidak ada bintik putih, gusi


merah muda.
d. Dada : Tidak ada retraksi, bunyi napas bersih, laju
jantung teratur.
e. Abdomen : Tali pusat sudah puput, kondisi pusat
kering, tidak ada tanda infeksi atau
perdarahan pada pusat.
f. Ekstermitas : Bergerak aktif , warna kulit kemerahan.
g. Genitalia : Daerah kemaluan tidak ada ruam, tidak
kemerahan, bersih dan kering.

C. Analisa
Neonatus usia 8 hari keadaan bayi baik.

D. Penatalaksanaan

1. Memberitahu Ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan bayi baik.


2. Menjelaskan kepada Ibu dan keluarga bahwa dalam minggu-minggu awal
bayi lahir bayi tampak lebih kecil daripada saat lahir karena bayi masih
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan barunya.
3. Memotivasi Ibu untuk sesering mungkin menyusui bayinya agar berat
badannya naik dan bayi tidak kuning.
4. Menjelaskan pentingnya ASI Eksklusif serta manfaatnya untuk bayi dan
Ibu.
72

Catatan Perkembangan 4
Jum’at, 21 April 2017
Pukul 16.25 WIB
Rumah Ny.N
A. Data Subjektif
Ibu mengatakan bayinya sehat tidak ada keluhan. Bayi menyusu sekitar
12 kali sehari. Bayi BAK 5-6 kali sehari, BAB 2 kali sehari, tidak ada
keluhan. Bayi tidur 15 jam sehari dan sering terbangun pada malam hari.

B. Data Objektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Tanda-tanda vital
a. Laju Jantung : 137 kali/menit
b. Laju Napas : 42 kali/menit
c. Suhu : 36,8oC
3. Pemeriksaan Fisik
a. Wajah dan Mata : Tidak ikterik, sklera putih, tidak ada tanda-
tanda infeksi pada mata.
b. Hidung : Tidak ada pernapasan cuping hidung.
c. Mulut : Bibir kemerahan, lidah bersih tidak
berbintik-bintik putih.
d. Dada : Tidak ada retraksi, bunyi napas bersih, laju
jantung teratur.
e. Abdomen : Tali pusat sudah puput, pusat bersih dan
kering tidak ada perdarahan.
f. Kulit : Warna kulit kemerahan. Tidak ada
kelainan pada kulit.
g. Genitalia : Bersih, kering, tidak ada pengeluaran
cairan.
73

C. Analisa
Neonatus usia 15 hari keadaan bayi baik.

D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu Ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan bayi baik dan sehat.
2. Konseling tentang tanda bahaya pada bayi.
3. Memotivasi Ibu untuk sesering mungkin menyusui bayinya dan selalu
memperhatikan kebersihan bayi, pakaian bayi, dan lingkungan sekitar bayi.
4. Konseling kepada ibu tentang Imunisasi Dasar dan Memberitahu ibu untuk
datang ke posyandu atau Bidan terdekat dengan membawa bayinya untuk di
imunisasi BCG dan Polio 1 saat bayi berusia 1 bulan.
BAB V

PEMBAHASAN

A. Data Subjektif
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengkajian yang
dilakukan saat pertama kali ibu datang, tanggal 6 April 2017. Diketahui
Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) 8 Juli 2016. Untuk menentukan
usia kehamilan ibu, maka digunakan rumus penghitungan 4 1/3 yaitu
dengan mengurangi Tanggal Kunjungan dengan HPHT dan hasilnya
dikalikan 4 1/3 (Tanggal Kunjungan-HPHT x 4 1/3). Diketahui tanggal
kunjungan 6 April 2017 dan HPHT 8 Juli 2017, masukkan kedalam
rumus 4 1/3 ((6-4-2017 – 8-7-2016) x 4 1/3) = 38 minggu 2 hari. Jadi
usia kehamilan ibu saat ini 38 minggu. Setelah diketahui usia
kehamilan, selanjutnya dilakukan penghitungan taksiran persalinan, jika
hari pertama haid terakhir diketahui, maka penghitungan Taksiran
persalinan dapat dilakukan dengan menggunakan Rumus Naegele
dengan perkiraan usia gestasi 40 minggu, HPHT ditambah 1 minggu,
dikurangi 3 bulan, dan ditambah 1 tahun. 7 Diketahui HPHT ibu 8(+7)
7(-3) 2016(+1), maka Taksiran Persalinan ibu tanggal 15 April 2017.
Dari hasil pengkajian, ibu mengeluh mulesnya semakin sering,
belum keluar air-air, merasa mules sejak 7 jam yang lalu, sudah keluar
lendir bercampur darah dari kemaluannya. Beberapa tanda persalinan
yaitu terjadinya his yang sifatnya teratur dan kekuatan yang makin
besar, lalu terdapat pengeluaran lendir dan darah dari jalan lahir karena
terdapat pendataran dan pembukaan serviks yang menyebabkan selaput
lendir pada kanalis servikalis terlepas, terjadi perdarahan karena kapiler
pembuluh darah pecah.9

74
75

Selain dilakukan pengkajian tanda-tanda inpartu, penting dilakukan


pengkajian apakah ibu mengalami tanda-tanda preeklampsia atau tidak,
karena penegakkan diagnosa dari hipertensi gestasional salah satunya
dapat disertainya tanda dan gejala preeklampsia seperti nyeri ulu hati.19
Pada kasus ini, ibu tidak mengalami nyeri ulu hati, pandangan kabur
dan sakit kepala berat, bisa disebabkan karena perjalanan hipertensi
belum mengarah ke perburukan organ tubuh, sehingga tidak adanya
tanda gejala preeklampsia yang ibu rasakan.
Dari pengkajian diketahui ibu hamil anak pertama dan tidak pernah
keguguran. Dapat diketahui bahwa status obstetri ibu saat ini adalah
primigravida, yang berarti ini merupakan salah satu faktor resiko
terjadinya hipertensi gestasional, seperti teori menurut Prawirohardjo
sekitar 85% hipertensi dalam kehamilan terjadi pada kehamilan
pertama, yang berarti gravida termasuk kedalam faktor resiko terjadinya
hipertensi gestasional.6 Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
kaitannya antara kejadian hipertensi dengan angka paritas.17 Pada
primipara sering mengalami stress dalam menghadapi persalinan. Stress
emosi yang terjadi pada primipara menyebabkan peningkatan pelepasan
corticotropic-releasing hormone (CRH) oleh hipothalamus, yang
kemudian menyebabkan peningkatan kortisol. Pada wanita dengan
hipertensi, preeklamsia / eklamsia, tidak terjadi penurunan sensitivitas
terhadap vasopeptida, sehingga peningkatan besar volume darah
langsung meningkatkan curah jantung dan tekanan darah.
Berdasarkan data riwayat kesehatan, Ibu tidak memiliki riwayat
penyakit hipertensi baik dari ibu sendiri atau dari keluarga. Dapat
dilihat pula dari buku KIA ibu yang merupakan pendokumentasian
asuhan kebidanan selama ibu hamil dan melakukan pemeriksaan
kehamilan ke fasilitas kesehatan. Dalam buku KIA tercatat bahwa
tekanan darah ibu selama hamil dalam batas normal. Riwayat hipertensi
dapat menjadi suatu faktor resiko dan penyebab terjadinya hipertensi
76

dalam kehamilan karena akan menentukan diagnosa dan


penatalaksanaan yang sesuai dengan keadaan Ibu. Ibu di diagnosa
mengalami hipertensi gestasional karena sesuai dengan kriteria
diagnosa yaitu tidak memiliki riwayat hipertensi sebelum hamil.19

B. Data Objektif
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik didapat
bahwa berat badan ibu saat ini 68 kg dengan tinggi 150 cm, dari buku
KIA didapat berat badan sebelum hamil 58 kg, nilai indeks massa tubuh
(IMT) ibu adalah 25,7 yang menurut Prawirohardjo masuk dalam
kategori berat badan normal dengan rentang IMT 19,8-26.6 Bukti
penelitian menunjukan bahwa berat badan berlebih dan obesitas
termasuk kedalam faktor resiko terjadinya hipertensi.18 Jika nilai IMT
25,7 maka rekomendasi kenaikan berat badan ideal selama hamil adalah
11,5-16 kg.6 Kenaikan berat badan ibu selama hamil adalah 10 kg,
dapat disimpulkan bahwa kenaikan berat badan ibu kurang batas normal
dan ibu tidak memiliki resiko hipertensi gestasional ditinjau dari IMT.
Setelah dilakukan pemeriksaan Antropometri, maka dilakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital. Dimulai dari pemeriksaan tekanan
darah, dari hasil pemeriksaan tekanan darah, didapat tekanan darah ibu
140/90 mmHg. Salah satu cara mendiagnosa apakah seorang ibu hamil
atau bersalin mengalami hipertensi adalah dengan mengukur tekanan
darah. Jika ditemukan tekanan darah >140/90 mmHg pada ibu hamil
atau ibu bersalin maka diagnosa hipertensi dapat ditegakkan.19
Pemeriksaan tanda vital berlanjut pada pemeriksaan Nadi dengan hasil
85 kali permenit, pemeriksaan Suhu dengan hasil 36oC,dan respirasi
dengan hasil 22 kali permenit. Dapat disimpulkan hasil pemeriksaan
nadi, suhu, dan respirasi dalam batasan normal.
Selain pemeriksaan fisik, dilakukan juga pemeriksaan abdomen
untuk memberikan data informatif yang berguna, baik untuk
77

mendiagnosa kehamilan, mengevaluasi kesejahteraan janin dan


pertumbuhannya, dan sebagai indikator masalah yang mungkin saja
muncul. Dalam konteks hipertensi gestasional, selain ibu, terdapat pula
komplikasi dari hipertensi gestasional terhadap janin, yaitu
pertumbuhan janin terhambat (PJT) dan kematian janin didalam rahim
(IUFD). Pemeriksaan abdomen dimulai dengan mengukur Tinggi
Fundus Uteri guna memberikan informasi tentang pertumbuhan
progresif janin7 dan salah satu cara mendiagnosa apakah ada PJT atau
tidak, jika hasil pengukuran tinggi fundus uteri kurang dari 3 cm dari
tinggi fundus seharusnya pada usia kehamilan patut dicurigai PJT.6
Dari hasil pemeriksaan Tinggi Fundus Uteri (TFU) adalah 30 cm
dengan hasil perhitungan taksiran berat janin (30-11) x 155 = 2.945
gram. TFU pada usia kehamilan 38 minggu adalah 30 cm25 ,Pada kasus
ini, hasil pemeriksaan TFU sesuai dengan usia kehamilan, sehingga
diduga tidak terjadi pertumbuhan janin terhambat akibat hipertensi
gestasional.
Setelah dilakukan pengukuran TFU, dilakukan pemeriksaan palpasi
abdomen yang diawali dengan pemeriksaan Leopold I, pemeiksaan ini
untuk mengetahui bagian janin di fundus apakah bokong atau kepala20,
hasil pemeriksaan Leopold I yaitu teraba bulat, lunak tidak melenting,
dapat disimpulkan bahwa bagian fundus teraba bokong janin.
Selanjutnya Pemeriksaan Leopold II untuk mengidentifikasi punggung
janin dan menentukan posisi janin, jika teraba bagian keras memanjang
seperti papan disalah satu sisi ibu maka itu adalah punggung janin.20
Hasil pemeriksaan Leopold II adalah terabanya bagian keras
memanjang seperti papan di sisi kanan ibu dan bagian kecil janin di kiri
ibu, dapat disimpulkan bahwa punggung janin berada disisi kanan ibu.
Setelah Leopold II, dilanjutkan dengan pemeriksaan Leopold III untuk
menentukan presentasi atau bagian terendah janin. Hasil palpasi
Leopold III adalah teraba bulat, keras, melenting, tidak dapat di
78

goyangkan. Dapat disimpulkan bahwa bagian terendah janin adalah


kepala dan sudah masuk Pintu Atas Panggul (PAP). Karena kepala
sudah masuk PAP, maka dilakukan pemeriksaan Leopold IV untuk
mengetahui sudah seberapa bagian kepala janin yang masuk ke PAP
dengan metode perlimaan. Dari hasil pemeriksaan, teraba 3/5 bagian
janin diatas Pintu Atas Panggul (PAP), menurut Myles jika bagian
terendah janin mengalami engagement maka dapat diketahui hanya 2/5
atau 3/5 kepala janin yang dapat dipalpasi20, dapat disimpulkan bahwa
sebanyak 3/5 bagian kepala janin sudah masuk PAP. Dari hasil palpasi
Leopold, dapat dinyatakan bahwa janin berada dalam letak dan
presentasi yang normal, yaitu letak memanjang dengan presentasi
kepala.
Pada pasien Ny.N telah dilakukan penghitungan his selama 10
menit, hasilnya his terjadi sebanyak 3 kali dalam 10 menit lamanya 40
detik. Pada persalinan kala I Fase Aktif frekuensi dan lama kontraksi
uterus akan meningkat secara bertahap, kontraksi di anggap adekuat
jika his terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung
40 detik atau lebih10, Dalam kasus ini, dapat disimpulkan bahwa
kontraksi ibu adekuat.
Selain dilakukan pemeriksaan kondisi ibu, dilakukan juga
pemeriksaan kondisi janin didalam kandungan untuk mengetahui
keadaan janin dengan memeriksa Denyut Jantung Janin menggunakan
doppler selama 1 menit penuh25, didapatkan hasil Denyut Jantung Janin
146 kali permenit dengan bunyi yang teratur. Denyut Jantung Janin
normalnya >120 kali permenit dan <160 kali permenit dengan bunyi
yang teratur. Dalam kasus ini, kondisi janin baik.
Pada ekstermitas, terdapat oedema tepatnya di tungkai dan
punggung kaki. Pada saat ini edema tidak lagi dijadikan komponen
ketiga dari trilogi preeklampsia karena edema dapat terjadi pada
kehamilan normal. Edema terjadi karena hipoalbuminemia atau
79

kerusakan sel endotel kapilar. Edema yang bersifat patologik adalah


edema yang terjadi tidak hanya pada kaki, tapi juga pada tangan dan
wajah.6 Pada kasus ini, edema hanya terjadi pada tungkai bawah,
sehingga edema yang di alami ibu adalah edema yang fisiologis.
Pada pemeriksaan genitalia didapatkan tidak ada kelainan pada
vulva dan vagina. Dilakukan pemeriksaan dalam dengan hasil portio
teraba tipis, pembukaan 7 cm, masih teraba selaput ketuban, teraba
bagian kepala janin di Hodge II, tidak terdapat molase. Pada Kala 1
Persalinan ditandai dengan membukanya serviks sampai pembukaan 10
cm yang dapat diketahui dengan terabanya portio yang menipis10. Hasil
pemeriksaan pembukaan serviks 7 cm yang berarti bahwa ibu dalam
kala 1 fase aktif, dimana kala 1 fase aktif adalah awal kemajuan aktif
pembukaan yang dimulai dari pembukaan 4 cm hingga pembukaan 10
cm.
Untuk menentukan dan memperkuat diagnosa yang akan dibuat,
maka dilakukan pemeriksaan penunjang, pemeriksaan yang dilakukan
adalah pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, hitung trombosit, fungsi
hati (LDH, SGOT, SGPT), dan fungsi ginjal (protein urin, Blood Urea
Nitrogen, dan Kreatinin serum).7 Pemeriksaan ini dilakukan untuk
penapisan terhadap preeklampsia. Pada preeklampsia, kadar
hemoglobin dan hematokrit meningkat yang menunjukan adanya
perpindahan cairan dari intravaskular ke ekstraseluler yang
menyebabkan edema. Trombosit yang menurun mengindikasikan
perkembangan penyakit yang progresif. Terjadi peningkatan pada
fungsi hati pada kasus preeklampsi yang mengindikasikan terjadi
komplikasi serius yaitu perdarahan subkapsular hati. Fungsi ginjal yang
meningkat juga menandakan bahwa terjadi penurunan aliran darah ke
ginjal dan gangguan pada ginjal.7 Dalam kasus ini, pemeriksaan yang
dilakukan adalah pemeriksaan Hemoglobin dengan hasil 11,4 gr/dl,
pemeriksaan hematokrit dengan hasil 36%, hitung trombosit yaitu
80

178.000, dan pemeriksaan protein urin dengan hasil negatif. Dari hasil
laboratorium secara umum dapat disimpulkan bahwa ibu tidak
mengalami preeklampsia dan perburukan pada organ tubuh, karena
semua temuan dalam batas normal. Hasil proteinurin yang negatif dapat
dijadikan salah satu penegakkan diagnosa Hipetensi Gestasional.19

C. Analisa
Berdasarkan data subjektif yang telah didapat yaitu ibu mengeluh
mulesnya semakin sering, hamil anak pertama tidak pernah keguguran,
tensi tinggi saat akan melahirkan, tidak memiliki riwayat darah tinggi
sebelum hamil atau pada keluarga, dan data objektif dengan hasil
pemeriksaan tekanan darah 140/90 mmHg, pemeriksaan dalam
pembukaan 7 cm dengan selaput ketuban utuh, dan pemeriksaan
laboratorium tidak terdapat proteinurin, maka dapat ditegakkan analisa
bahwa Ny.N G1P0A0 hamil 38 minggu Inpartu Kala 1 Fase Aktif
dengan hipertensi gestasional. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa diagnosa Hipertensi Gestasional adalah tekanan
darah >140/90 mmHg, tidak memiliki riwayat hipertensi sebelum
hamil, tidak ditemukan proteinuria.19

D. Penatalaksanaan
Berdasarkan analisa yang telah ditegakkan, maka dilakukan
penatalaksanaan mulai pada saat ibu datang melalui IGD. Ibu datang
dirujuk oleh Bidan dengan diagnosa PEB. Bidan IGD melakukan
kolaborasi dengan dr. SpOG terkait penatalaksanaan pada kasus.
Berdasarkan advice dokter lakukan induksi persalinan dengan 5 IU
Oksitosin dalam 500 cc larutan Ringer Laktat 20 tetes permenit. Dalam
kasus ini, penatalaksanaan yang dilakukan sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa indikasi dilakukannya induksi persalinan salah
81

satunya adalah hipertensi23, dilakukan induksi jika kondisi serviks


sudah matang.24
Setelah melakukan wawancara langsung dengan dr.SpOG yang
bersangkutan, dokter menjelaskan bahwa ibu bersalin dengan
hipertensi lama persalinannya harus dipercepat, salah satunya dengan
cara induksi persalinan. Karena kehamilannya diperberat dengan
adanya hipertensi, sehingga persalinan dan kelahiran bayi harus
dipersingkat dengan harapan tekanan darah ibu bisa berangsur-angsur
normal atau setidaknya membaik dari sebelumnya. Dokter menjelaskan,
ibu bersalin dengan induksi oksittosin harus selalu dipantau tekanan
darahnya, denyut jantung janin, kontraksi dan kemajuan persalinannya,
hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan untuk melakukan
pemantauan denyut jantung janin, tekanan darah, kontraksi ibu lalu
catat pada partograf.24 Dalam kasus ini, advice dokter menyebutkan
jumlah tetesan 20 tetes permenit, setelah dilakukan wawancara
langsung dengan dokter, beliau menjelaskan bahwa tetesan infus
merupakan suatu seni, jika his sudah termasuk adekuat yaitu his terjadi
3 kali dalam 10 menit lamanya 40 detik maka tidak lagi memerlukan
tetesan gradual, cukup pertahankan sampai persalinan selesai.
Sedangkan menurut teori, tetesan drip oksitosin dimulai dari 10 tetes
permenit.24
Setelah dilakukan penanganan di IGD selama1 jam, ibu dipindahkan
keruang bersalin. Penatalaksanaan yang dilakukan sesuai dengan teori
yaitu memantau tekanan darah setiap satu jam sekali yang terlampir
pada lembar observasi khusus, memantau denyut jantung janin,
kontraksi dan nadi ibu setiap setengah jam sekali yang terlampir pada
partograf, memantau kemajuan persalinan dan memfasilitasi
persalinan.7,21, 24
Pada saat pembukaan lengkap, tekanan darah ibu meningkat yaitu
160/100 mmHg. Dalam kasus ini, tidak ada terapi apapun untuk
82

mengatasi kenaikan tekanan darah. Dilakukan wawancara kembali


dengan dokter Sp.OG, dokter menjelaskan pada saat kala II kontraksi
menjadi lebih sering dan lebih lama, terjadi vasokontriksi pembuluh
darah dan pada ibu dengan hipertensi gestasional diperberat dengan
hipertensi gestasionalnya, sehingga tekanan darah ibu menjadi lebih
tinggi. Hal ini sesuai dengan pedoman teori yang menjelaskan bahwa
pengobatan antihipertensi dimulai pada semua wanita dengan tekanan
darah sistolik ≥170 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥110 mmHg
karena risiko pendarahan intraserebral dan eklampsia.14
Saat persalinan, dilakukan amniotomi dengan temuan air ketuban
jernih dan tidak berbau. Pada saat dipimpin meneran, dilakukan
episiotomi mediolateral karena kondisi perineum yang kaku, ini
menjadi salah satu indikasi dilakukannya episiotomi.24 Setelah satu
setengah jam dipimpin persalinan, bayi lahir spontan, menangis kuat,
tonus otot aktif dan dilakukan IMD.
Kala III persalinan berlangsung normal, dan pada kala IV persalinan
dilakukan penjahitan robekan perineum derajat 3 dilanjutkan dengan
observasi kala IV yang tercantum pada partograf.
Setelah pemantauan dua jam postpartum di Ruang Bersalin, ibu dan
bayi dipindahkan ke Ruang Nifas untuk pemantauan lebih lanjut.
Asuhan postpartum pada ibu dengan hipertensi gestasional ditekankan
pada pengukuran tekanan darah yang dilakukan sampai hari keenam
postpartum.22 Dalam kasus ini terjadi ketidaksesuaian pada waktu
pengukuran tekanan darah yang dilakukan oleh penulis, lama waktu
rawat inap di ruang nifas adalah 1 hari. Penulis melakukan pemantauan
dimulai dari 2 jam pertama postpartum, 6 jam postpartum, 15 jam
postpartum. Lalu dilanjutkan dengan kunjungan rumah pada hari ke 8
dan hari ke 15 postpartum.
Dari hasil pemeriksaan saat ibu dirawat, didapatkan tekanan darah
150/90 mmHg dan saat pulang 140/80 mmHg. Pemberian therapi oral
83

pada postpartum dengan hipertensi gestasional umumnya sama seperti


postpartum normal yaitu amoksilin 3 x 500 mg sebagai antibiotik, asam
mefenamat 3 x 500 mg sebagai pereda nyeri, dan sulfat ferrosus 1 x 60
mg untuk memenuhi kebutuhan zat besi pasca melahirkan, pada kasus
ini ibu tidak diberikan terapi antihipertensi saat tekanan darah ibu
150/90 mmHg.
Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap pembimbing lahan
khusus diruang nifas, jika ditemukan tekanan darah postpartum >140/90
mmHg maka diberikan methyldopa 3x250 mg atau 3x500 mg,
sedangkan jika tekanan darah >160/100 mmHg diberikan nifedipin
3x10 mg, dan tidak diberikan apapun jika tekanan darah ibu sudah
140/90 mmHg. Pada pedoman jurnal SOGC, Hipertensi postpartum
berat harus diobati dengan terapi antihipertensi untuk menjaga tekanan
sistolik <160 mmHg dan tekanan diastolik <110 mmHg. Agen
antihipertensi yang umunya dapat digunakan pada ibu menyusui adalah
nifedipine, methildopa, labetalol, kaptropil, dan enalapril.22 Bayi
diperbolehkan rawat gabung dengan ibu atas indikasi kondisi bayi yang
sehat dan hasil pemeriksaan dalam batas normal. Bayi sudah disusui
oleh ibu.
Pada tanggal 14 April 2017 dilakukan kunjungan nifas 8 hari ke
kediaman Ny.N, ibu mengeluh kelelahan karena kurang tidur. Hasil
pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital seperti nadi, suhu dan
pernapasan dalam keadaan normal, terkecuali pada tekanan darah yang
kembali meningkat yaitu 160/100 mmHg. Penatalaksanaan yang
dilakukan adalah edukasi kepada Ny. N dan keluarga tentang kebutuhan
istirahat, menjelaskan tanda bahaya masa nifas dan komplikasi dari
hipertensi gestasional, serta menganjurkan ibu untuk memeriksakan diri
ke Bidan/Dokter untuk masalah tekanan darahnya. Pemeriksaan juga
dilakukan pada Bayi Ny.M, hasilnya dalam batas normal dan kondisi
bayi sehat. Bayi diberikan ASI saja oleh ibu dan bayi menyusu kuat.
84

Pada tanggal 21 April 2017 dilakukan kunjungan nifas 15 hari ke


kediaman Ny. N serta mengevaluasi hasil asuhan nifas di kunjungan
sebelumnya. Hasil pengkajian diperoleh alasan ibu tidak periksa ke
dokter karena jarak tempuh fasilitas kesehatan dengan rumah ibu jauh.
Kebutuhan istirahat ibu sudah tercukupi. Setelah dilakukan
pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital semua dalam dalam keadaan
normal, kecuali tekanan darah ibu masih termasuk tinggi yaitu 140/90
mmHg. Penatalaksanaan yang dilakukan adalah memotivasi ibu untuk
memeriksakan diri ke dokter, menganjurkan tetap mencukupi
kebutuhan istirahat dan makanan bergizi seimbang, serta persiapan
penggunaan alat kontrasepsi pasca nifas. Pada usia bayi 15 hari
dilakukan pemeriksaan, dengan hasil semua dalam batas normal,
keadaan bayi sehat, dan bayi menyusu kuat.
Setelah dilakukan tatalaksana pada ibu sejak bersalin hingga masa
nifas 2 minggu dapat disimpulkan bahwa ibu datang dirujuk oleh bidan
karena tensi tinggi saat akan melahirkan. Tekanan darah tinggi
merupakan penyulit atau tanda bahaya pada kehamilan dan atau
persalinan. Menurut Permenkes RI nomor 1464/Menkes/Per/X/2010
tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan serta Kewenangan
Bidan pada pasal 10 Ayat 3 poin c menyatakan bahwa bidan berwenang
untuk melakukan penanganan kegawatdaruratan yang dilanjutkan
dengan perujukan, lalu dalam Kepmenkes nomor
369/Menkes/SKIII/2007 tentang Kompetensi Dasar Ayat 13 poin c
yaitu bidan mampu mengidentifikasi penyimpangan kehamilan normal
dan melakukan penanganan tepat termasuk merujuk ke fasilitas
pelayanan yang tepat pada kasus preeklampsia berat dan hipertensi.
Pada kasus ini, bidan telah melakukan tindakan yang tepat, yaitu
merujuk ibu bersalin dengan hipertensi ke rumah sakit.
Penatalaksanaan dilapangan antara kasus dan teori tampak beberapa
perbedaan, seperti titrasi induksi persalinan dengan oksitosin dan
85

penanganan saat masa nifas. Pada pemeriksaan laboratorium tidak


dilakukan pemeriksaan penapisan preeklampsia karena tidak
ditemukannya keluhan yang menggambarkan perburukan dari
hipertensi. Pada saat diruang nifas, tekanan darah ibu mencapai 150/90
mmHg dan tidak diberikan therapi apapun, hal ini mungkin disebabkan
karena banyaknya pasien yang dirawat diruang nifas sehingga
pemantauan menjadi minim. Dalam kasus ini, terjadi ketidaksesuaian
antara kasus dan penatalaksaan yang berlaku pada rumah sakit sehingga
perlu ditingkatkannya pemantauan pada ibu dengan hipertensi
gestasional.
Pada nifas hari ke 8, ditemukan keluhan kurang tidur dan tekanan
darah tinggi pada ibu yaitu 160/100 mmHg. Asuhan yang diberikan
kepada ibu diantaranya adalah menganjurkan ibu untuk cukup istirahat
dan memeriksakan diri ke dokter. Tetapi pada kasus ini, ibu tidak
periksa ke dokter dengan alasan lokasi fasilitas kesehatan yang jauh
dari rumah. Maka, diperlukan pendekatan ke berbagai pihak seperti
pada suami, keluarga, dan bidan terdekat sehingga ibu termotivasi dan
merasa terdukung untuk mengetahui status kesehatannya. Diperlukan
juga asuhan yang berkelanjutan sehingga dapat diketahui tindak lanjut
dari masalah tersebut.

E. Faktor Pendukung dan Penghambat


1. Faktor Pendukung
Dalam memberikan asuhan kebidanan kepada klien, penulis
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak baik dari lahan praktik
seperti dokter dan bidan yang selalu memberikan kepercayaan,
pengetahuan dan saran yang berarti sehingga dapat terjalin
kerjasama dalam memberikan asuhan, selain itu terdapat fasilitas
yang mendukung dalam penegakkan diagnosa seperti pemeriksaan
laboratorium.
86

2. Faktor Penghambat
Dalam memberikan asuhan kepada Ny.N didapatkan beberapa
hambatan, seperti jarak rumah ibu dan fasilitas kesehatan yang
cukup jauh sehingga ibu terhambat untuk memeriksakan kondisi
tekanan darahnya saat masa nifas. Dalam pembuatan Laporan
Tugas Akhir didapatkan hambatan seperti teori dan penatalaksanaan
tentang Hipertensi Gestasional yang masih terbatas dan proses
permintaan Prosedur Tetap rumah sakit yang cukup sulit.
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil pada kasus Ny.N usia 20 tahun
G1P0A0 hamil 38 minggu Inpartu Kala 1 Fase Aktif dengan Hipertensi
Gestasional di RSUD Leuwiliang yaitu :
1. Data Subjektif
Berdasarkan hasil pengumpulan data subjektif didapatkan bahwa
Ny.N 20 tahun hamil anak pertama, usia kehamilan 9 bulan, dirujuk
oleh bidan karena tekanan darah tinggi saat akan melahirkan. Saat
hamil tidak ada tekanan darah tinggi. Mengeluh mules sejak 7 jam
yang lalu, belum keluar air-air sudah keluar lendir darah. Ibu tidak
merasakan pusing, nyeri ulu hati dan pandangan kabur.
2. Data Objektif
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan penunjang dengan hasil
keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tekanan darah 140/90
mmHg, Nadi 85 kali permenit, suhu 36oC, pernapasan 22 kali
permenit, ekstermitas bawah tampak udema. Hasil periksa dalam
pembukaan 7 cm, selaput ketuban utuh. Dari hasil pemeriksaan
penunjang dengan hasil hematologi dalam batas normal, proteinuria
negatif (-).
3. Analisa
Berdasarkan data subjektif dan data objektif dapat ditegakkan
analisa yaitu Asuhan Kebidanan pada Ny.N G1P0A0 dengan
Hipertensi Gestasional.
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan atau asuhan yang sesuai dengan teori adalah
melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG, advice dokter Induksi

87
88

persalinan dengan Oksitosin drip untuk akselerasi persalinan, lakukan


pemantauan tekanan darah, denyut jantung janin, kontraksi, kemajuan
persalinan dan memfasilitasi persalinan. Ada beberapa ketidaksesuaian
seperti pemberian antihipertensi saat nifas, serta lamanya pemantauan
berkelanjutan untuk ibu dengan hipertensi gestasional.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat diajukan saran-saran guna
perbaikan asuhan kebidanan pada hipertensi gestasional adalah sebagai
berikut :
1. Untuk Rumah Sakit
Diharapkan dapat mempertahankan mutu pelayanan kesehatan
dengan cara memberikan asuhan kebidanan khususnya pada klien
dengan hipertensi gestasional dan diharapkan rumah sakit dapat
memberikan penanganan sesuai dengan prosedur tetap untuk setiap
penatalaksanaan kasus yang ada di Rumah Sakit.
2. Untuk Klien dan Keluarga
Klien disarankan untuk melakukan kontrol terhadap hipertensinya,
mampu mengenali tanda bahaya pada masa nifas dan diharapkan lebih
peduli terhadap kesehatan dirinya.
3. Untuk profesi
Dapat mengaplikasikan teori yang didapat pada masa pendidikan
kedalam praktek lapangan dalam berbagai asuhan sesuai dengan
wewenang yang telah ditetapkan sehingga asuhan yang diberikan
sesuai dengan standar pelayanan kebidanan dan bermanfaat untuk
klien.
DAFTAR PUSTAKA

1. WHO.World Health Statistics 2016 Monitoring Health for The SDGs,


Sustainable Development Goals: WHO Press; 2016
2. Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2016
3. Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor.Pertemuan Persiapan Pendampingan
Klinik Pada Puskesmas Replikasi Program Emas. Bogor: Dinkes
Kabupaten Bogor; 2017
4. Bobak, Lowdermilk, et al. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi ke-4.
Jakarta: EGC; 2005
5. Saifuddin, Abdul Bari dkk.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal.Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
2010
6. Prawirohardjo, Sarwono.Ilmu Kebidanan.Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2010
7. Varney, Helen.Buku Ajar Asuhan Kebidanan.Jakarta: EGC; 2008
8. American College of Obstetricians and Gynecologists.Hypertension In
Pregnancy: ACOG; 2013
9. Sulistyawati,Ari. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin.Jakarta: Salemba
Medika; 2010
10. Manuaba IGB.Ilmu Penyakit Kebidanan,Kandungan dan Pelayanan KB
untuk pendidikan Bidan.Jakarta: EGC; 2007
11. JNPK-KR.Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR; 2014
12. Saleha, Sitti. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas.Jakarta: Salemba
Medika; 2009
13. Rukiyah,Ai Yeyeh, Lia Yulianti.Asuhan Kebidanan Patologi
Kebidanan.Jakarta: Trans Info Media; 2010
14. SA, Lowe dkk.Guidelines For The Management Of Hypertensive
Disorders Of Pregnancy: SOMANZ; 2008
15. Myrtha, Risalina. Penatalaksanaan Tekanan Darah Pada Preeklampsia;
2015
16. Cunningham, G.Obstetri William.Jakarta: EGC; 2013
17. Radjamuda, Nelawati, Montolalu, Agnes. Faktor-Faktor Risiko yang
Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Ibu Hamil di Poli Klinik
Obs-Gin Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Kota Manado:
Jurnal Ilmiah Bidan; 2014
18. Diana Ratih Puspitasari, Muhamad Taufiqy Setyabudi, Afiana
Rohmani.Hubungan Usia, Graviditas dan Indeks Massa Tubuh Dengan
Kejadian Hipertensi Dalam Kehamilan. Semarang: Jurnal Kedokteran
Muhammadiyah Volume 2 Nomor 1; 2015
19. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar Dan Rujukan.Jakarta:
Kemenkes RI; 2013
20. Myles.Buku Ajar Bidan.Jakarta: EGC; 2009
21. Royal College of Obstetricians and Gynaecologists.Hypertension In
Pregnancy: The Management of Hypertensive Disorders During
Pregnancy. London: Royal College of Obstetricians and Gynaecologists;
2011.
22. Magee, A Laura dkk. SOGC Clinical Practice Guideline : Diagnosis,
Evaluation, and Management of the Hypertensive Disorders of
Pregnancy:Executive Summary: Journal of Obstetrics and Gynaecology
Canada; 2014
23. Chris Tanto et al.Kapita Selekta Kedokteran Edisi 4.Jakarta: Media
Aesculapius; 2014
24. Saifuddin, Abdul Bari dkk.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal.Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
2009
25. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Unviersitas
Padjajaran.Obstetri Fisiologi.Bandung: ELEMAN; 1983
Lampiran 2

LEMBAR OBSERVASI KHUSUS

Nama Pasien : Ny N

Usia : 20 Tahun

Diagnosa : G1P0A0 hamil 38 minggu Inpartu Kala 1 Fase Aktif dengan


Hipertensi Gestasional

No Pukul Tekanan Darah Keterangan


1 08.00 130/90
Infus RL+drip oksitosin 5 IU 20 tetets
2 08.30 130/90
permenit, Melepas kateter urine
3 09.00 130/90
5 10.00 140/90
7 11.00 150/90
8 11.30 160/100 Dilakukan pemeriksaan dalam
9 12.00 150/90
10 12.30 160/100 Dilakukan pemeriksaan dalam
11 13.00 150/90
13 14.00 150/90
14 14.30 150/90 Inpartu Kala II (dipimpin meneran)
Lampiran 4

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Tanda Bahaya Masa Nifas


Penyaji : Kholis Budihastari
Hari, Tanggal : Kamis, 6 April 2017
Waktu : 10 menit
Sasaran/ jumlah : Ibu Nifas/1 orang
Tempat : Ruang Bersalin RSUD Leuwiliang

I. Tujuan
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan,diharapkan kepada ibu nifas dapat memahami tanda
bahaya pada masa nifas.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan mengenai “Tanda Bahaya masa nifas” diharapkan
ibu nifas mampu:
1. Menjelaskan pengertian tanda bahaya pada masa nifas
2. Mengetahui macam macam tanda bahaya pada masa nifas
II. Materi
Terlampir
III. Metode
Ceramah Tanya Jawab
IV. Media
Buku KIA
V. Kegiatan Penyuluhan
No. Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
1. Pembukaan
(1 menit) a. Menyampaikan salam a. Menjawab salam
b. Menjelaskan tujuan b. Mendengarkan
c. Kontrak waktu c. Memberi respon
2. Penyampaian Isi a. Menjelaskan pengertian
(8 menit) Tanda bahaya nifas Mendengarkan,
b. Menjelaskan Tanda- memperhatikan,
tanda bahaya nifas mendiskusikan materi
3. Penutup a. Tanya jawab a. Menanyakan materi
(1 menit) b. Test akhir yang belum jelas
c. Menyimpulkan hasil b. Menjawab test
penyuluhan c. Aktif bersama
d. Memberi salam menyimpulkan
Penutup d. Menjawab salam
VI. Evaluasi
A. Apa yang dimaksud tanda bahaya pada masa nifas?
B. Ada berapa tanda bahaya pada masa nifas yang harus ibu ketahui dan waspadai?
VII. Daftar Pustaka
Saifuddin, Abdul Bari dkk.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;2009

TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS

A. Pengertian Tanda Bahaya Kehamilan


Tanda-tanda bahaya pada masa nifas adalah tanda-tanda yang terjadi pada
seorang Ibu nifas yang merupakan suatu pertanda telah terjadinya suatu
masalah yang serius pada Ibu.
B. Macam– macam tanda bahaya pada masa nifas
Jika ibu melihat hal-hal berikut ini atau memperhatikan bahwa ada
sesuatu yang tidak beres atau melihat salah satu dari hal-hal berikut ini,
maka ibu tersebut akan perlu menemui seorang bidan dengan segera:
1. Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba (melebihi
haid biasa atau jika perdarahan tersebut membasahi lebih dari 2
pembalut dalam wakrtu setengah jam)
2. Pengeluaran cairan vagina dengan bau busuk.
3. Rasa nyeri diperut bagian bawah atau punggung.
4. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastrik, atau masalah
penglihatan.
5. Pembengkakan pada wajah dan tangan.
6. Demam, muntah, rasa sakit sewaktu buang air seni atau merasa tidak
enak badan.
7. Payudara yang memerah, panas dan atau sakit.
8. Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepanjangan.
9. Rasa sakit, warna merah, kelembutan, dan atau pembekakan pada kaki.
10. Merasa sangat sedih atatu tidak mampu mengurus diri sendiri atau bayi.
11. Merasa sangat letih atau bernapas terengah-engah.
Lampiran 5
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Masa Nifas


Sub topik : Kebutuhan Nutrisi Ibu Nifas
Hari/tanggal : Kamis / 6 April 2017
Waktu : 10 menit
Sasaran : Ibu Nifas/1 orang
Tempat : Ruang Bersalin RSUD Leuwiliang

I. Tujuan
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah penyuluhan diharapkan ibu dapat memahami gizi atau nutrisi pada masa
nifas. Sehingga kesehatan tubuh dan kebutuhan energi tetap terjaga.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan ibu nifas mampu :
1. Menjelaskan pengertian gizi atau nutrisi dan kebutuhan gizi ibu nifas.
2. Menjelaskan danmenyebutkan kandungan pada menu-menu seimbang, serta
contoh-contoh bahan makananya
II. Materi
Terlampir
III. Metode
Ceramah Tanya jawab
IV. Media
Buku KIA
V. Kegiatan Penyuluhan
No. Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
1. Pembukaan
(1 menit) a. Menyampaikan salam a. Menjawab salam
b. Menjelaskan tujuan b. Mendengarkan
c. Kontrak waktu c. Memberi respon
2. Penyampaian Isi a. Menjelaskan
(8 menit) pengertian Nutrisi ibu Mendengarkan,
nifas memperhatikan,
b. Menjelaskan jenis mendiskusikan materi
menu makanan bergizi
seimbang
3. Penutup a. Tanya jawab a. Menanyakan materi
(1 menit) b. Test akhir yang belum jelas
c. Menyimpulkan hasil b. Menjawab test
penyuluhan c. Aktif bersama
d. Memberi salam menyimpulkan
Penutup d. Menjawab salam
VI. Evaluasi
Tanya jawab
A. Jelaskan makanan bergizi seimbang!
B. Apa saja menu makanan bergizi seimbang?
VII. Daftar Pustaka
Suherni, dkk.Perawatan Masa Nifas.Yogyakarta:Fitramaya;2009

Kebutuhan Nutrisi Pada Ibu Nifas

A. Pengertian gizi atau nutrisi


Pengertian Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk
keperluan metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila
menyusui akan meningkat 25 % , karena berguna untuk proses pemulihan fisik
karena sehabis melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk
menyehatkan bayi. Semua itu akan meningkat tiga kali dari kebutuhan biasa.
Kebutuhan energy ibu nifas pada 6 bulan pertama +500 kkal dan 6 bulan kedua
+400 kkal sedangkan kebutuhan pada ibu hamil kalori sebesar 285-300 kalori.
Dan pada ibu yang tidak hami membutuhkan kalori sebanyak 2200 kalori.
B. Kandungan pada menu-menu seimbang, serta contoh-contoh
bahan makananya
Menu makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi cukup dan
teratu, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alcohol, nikotin
serta bahan pengawet atau pewarna. Disamping itu harus mengandung :
1. Sumber tenaga ( energi )
Untuk pembakaran tubuh, pembentukkan jaringan baru. Zat gizi sebagai
sumber karbohidrat terdiri dari beras, sagu, jagung, tepung terigu dan ubi.
Sedangkan zat lemak dapat diperoleh dari hewani ( lemak, mentega, keju ) dan
nabati ( kelapa sawit, minyak sayur, minyak kelapa dan margarin )
2. Sumber pembangun ( Protein )
Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang rusak
atau mati. Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani ( ikan, ,udang, kerang,
kepiting, daging,ayam, hati, telur, susu dan keju ) dan protein nabati ( kacang
tanah, kacang merah, kacang hijau, kedelai, tahu dan tempe ). Sumber protein
terlengkap terdapat dalam susu, telur dan keju, ketiga makanan tersebut juga
mengandung zat kapur, zat besi dan vitamin B3. Kebutuhan protein yang
dibutuhkan adalah 3 porsi per hari. Satu protein setara dengan tiga gelas susu,
dua butir telur, lima putih telur, 120 gram keju, 1 ¾ gelas yoghurt, 120-140
gram ikan/daging/unggas, 200-240 gram tahu atau 5-6 sendok selai kacang.
3. Sumber pelindung (air )
Unsur-unsur tersebut digunakan untuk melindungi tubuh dari seranganp
enyakit dan pengatur kelancaran metabolism dalam tubuh. Ibu menyusui
minum air sedikitnya 3 liter setiap hari ( anjurkan ibu untuk minum setiap kali
habis menyusui) .
4. Sumber pengatur ( Mineral)
Sayuran berwarna hijau dan kuning (daun pepaya, daun singkong, daun
katuk, bayam, sawi hijau, wortel, labu kuning, pepaya, jambu biji, mangga,
jeruk, semangka, alpukat.
5. Vitamin
Kebutuhan vitamin selama menyusui sangatdibutuhkan.Vitamin yang
diperlukan antara lain:
A. Vitamin A
Berguna bagi kesehatan kulit, kelenjar serta mata. Vitamin A terdapat
dalam telur, hati, wortel, dan keju. Jumlah yang dibutuhkan adalah
1.300 mg.
B. Vitamin B6
Membantu penyerapan protein dan meningkatkan fungsi syaraf.
Asupan vitamin B6 sebanyak 2,0 mg per hari. Vitamin B6 dapat
ditemui di daging, hati, padi-padian, kacang polong dan kentang.
C. Vitamin E
Berfungsi sebagai antioksidan, meningkatkan stamina dan daya
tahan tubuh. Terdapat dalam makanan berserat, kacang-kacangan,
minyak nabati dan gandum.
Lampiran 6

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Penyuluhan Kesehatan pada Masa nifas


Subtopik : Perawatan diri ibu nifas
Hari/ tanggal : Kamis / 6 April 2017
Waktu : 10 menit
Sasaran : Ny. N/1 Orang
Tempat : Ruang Bersalin RSUD Leuwiliang
I. Tujuan
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah memperoleh penyuluhan, diharapkan ibu nifas dapat memahami
tentang kebersihan dan perawatan diri, sehingga dapat menjaga kebersihan
diri dengan baik.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang perawatan diri (personal hygiene)
pada ibu nifas, diharapkan ibu dapat :
1. Menjelaskan perawatan diri pada masa nifas.
2. Menjelaskan manfaat perawatan diri pada masa nifas.
3. Menjelaskan teknik perawatan diri sendiri secara mandiri pada masa
nifas.
II. Materi
Terlampir.
III. Metode
Ceramah Tanya Jawab
IV. Media
Buku KIA
V. Kegiatan Penyuluhan
No. Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
1. Pembukaan a. Menyampaikan salam a. Menjawab salam
b. Menjelaskan
(1 tujuan
m b. Mendengarkan
c. Kontrak waktue c. Memberi respon
n
i
t
)

2. Penyampaian Isi a. Menjelaskan


(8 menit) pengertian perawatan Mendengarkan,
diri masa nifas memperhatikan,
b. Menjelaskan tujuan mendiskusikan materi
perawatan diri masa
nifas
c. Memjelaskan cara
perawatan diri pada
masa nifas
3. Penutup a. Tanya jawab a. Menanyakan materi
(1 menit) b. Test akhir yang belum jelas
c. Menyimpulkan hasil b. Menjawab test
penyuluhan c. Aktif bersama
d. Memberi salam menyimpulkan
Penutup d. Menjawab salam

VI. Evaluasi
1. Apa yang dimaksud perawatan diri pada masa nifas?
2. Apa tujuan dari perawatan diri pada masa nifas?
3. Bagaimana langkah perawatan diri pada masa nifas?
VII. Daftar Pustaka
Saleha, Sitti.Asuhan kebidanan pada Masa Nifas.Jakarta:Salemba Medika;2009
Hidayat, A. Aziz Alimul Hidayat dan Musrifatul Uliyah.Kebutuhan Dasar
Manusia.Jakarta:EGC;2007

PERSONAL HYGIENE
(PERAWATAN DIRI) PADA IBU NIFAS

A. Pengertian Perawatan Diri (Personal Hygiene)


Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya
perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseoang adalah suatu tindakan
untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseoran untuk kesejahteraan fisik dan
psikis.
B. Tujuan melakukan Personal Hygiene
1. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
2. Memelihara kebersihan diri seseorang
3. Memperbaiki personal hyiene yang kurang
4. Mencegah penyakit
5. Menciptakan keindahan
6. Meningkatkan rasa percaya diri

C. Kebutuhan Personal Hygiene pada Ibu


1. Jaga kebersihan seluruh tubuh untuk mencegah infeksi dan alergi kulit pada
bayi. Kulit ibu yang kotor karena keringat atau debu dapat mnyebabkan kulit
bayi mngalami alergi melalui sentuhan kulit ibu dan bayi
2. Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu
mengerti untuk membersihkan daerah vulva terlebih dahulu, dari depan ke
belakang, baru kemudian membersihkan daerah anus
3. Mengganti pembalut setiap kali darah sudah penuh atau minimal 2 kali dalam
sehari. Sering kali hal ini terlewat untuk disampaikan kepada ibu. Masih adanya
luka terbuka di dalam rahim dan vagina sebagai satu-satunya port de entre
kuman penyebab infeksi rahim maka ibu harus senantiasa menjaga kebersihan
vagina dengan baik.
4. Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali selesai membersihkan daerah
kemaluannya.
Lampiran 7

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : ASI
Sub Topik : ASI Eksklusif
Sasaran : Ny. N
Hari/ tanggal : Kamis, 6 April 2017
Waktu : 10 menit
Penyuluh : Kholis Budihastari
Tempat : Ruang Bersalin RSUD Leuwiliang

I. Tujuan
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapatkan penjelasan diharapkan ibu mampu memahami tentang
ASI Ekslusif
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan peserta mampu:
1. Menjelaskan pengertian ASI Eksklusif
2. Menyebutkan manfaat pemberian ASI Eksklusif
II. Materi
Terlampir
III. Metode
Diskusi dan Tanya jawab.
IV. Media dan alat peraga
Buku KIA
V. Kegiatan Penyuluhan
No. Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
1. Pembukaan a. Menyampaikan salam a. Menjawab salam
b. Menjelaskan tujuan(a m b. Mendengarkan
c. Kontrak waktu e c. Memberi respon
n
i
t
)
2. Penyampaian Isi a. Menjelaskan pengertian
ASI Eksklusif Mendengarkan,
(8 m
b. Menjelaskan manfaat memperhatikan,
e
pemberian ASI mendiskusikan
n materi
Eksklusif i
t
)
3. Penutup a. Tanya jawab a. Menanyakan materi
(1 menit) b. Test akhir yang belum jelas
c. Menyimpulkan hasil b. Menjawab test
penyuluhan c. Aktif bersama
d. Memberi salam Penutup menyimpulkan
d. Menjawab salam

VI. Evaluasi
1. Apa yang dimaksud ASI Eksklusif?
2. Apa saja manfaat pemberian ASI Eksklusif?
VII. Daftar Pustaka
Bobak, dkk.. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC ;2007
Saleha, sitti.Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika;2009

MATERI

ASI Eksklusif

1. Pengertian
ASI ekslusif adalah memberikan ASI saja tanpa makanan dan minuman lain
kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan. ASI eksklusif adalah istilah untuk
menyebutkan bayi yang hanya diberi ASI, tanpa tambahan cairan lain seperti susu
formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat, misalnya
pisang, pepaya, bubur susu, biskuit,bubur nasi,tim, atau makanan lain selain ASI.

2. Manfaat pemberian ASI eksklusif


1) Manfaat ASI bagi bayi
a. Mudah dicerna & diserap
b. Mengandung enzim pencernaan (maka sering merasa lapar)
c. ASI selalu berada pada suhu yg tepat
d. Mencegah kerusakan gigi
e. Meningkatkan hubungan ibu-bayi dan pertumbuhan
f. Mengurangi kemungkinan caries gigi
2) Manfaat Bagi Ibu
a. Mempererat hubungan kasih sayang ibu – bayi
b. Tidak merepotkan
c. Merangsang involusi/pengecilan rahim
d. Membantu program KB
e. Mencegah tumor payudara
3) Manfaat Asi Bagi Keluarga
a. Tidak merepotkan
b. Mengurangi pengeluaran rumah tangga.
Lampiran 8

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Keluarga Berencana


Sub Topik : Metode Kontrasepsi KB Suntik 3 bulan
Sasaran : Ny. N
Hari/ tanggal : Jum’at, 21 April 2017
Waktu : 10 menit
Penyuluh : Kholis Budihastari
Tempat : Rumah Ny. N

I. Tujuan
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapatkan penjelasan diharapkan ibu mampu memahami
tentang Keluarga Berencana
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan peserta mampu:
1. Menjelaskan pengertian keluarga berencana
2. Menyebutkan keuntungan dan kerugian KB suntik 3 bulan
3. Menjelaskan kontraindikasi dan efek samping KB suntik 3 bulan
II. Materi
Terlampir
III. Metode
Diskusi dan Tanya jawab.
IV. Media dan alat peraga
Buku KIA
V. Kegiatan Penyuluhan
No. Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
1. Pembukaan a. Menyampaikan salam
b. Menjelaskan tujuan
(1 m a. Menjawab salam
c. Kontrak waktu e b. Mendengarkan
n c. Memberi respon
i
t
)
2. Penyampaian Isi a. Menjelaskan pengertian
(8 menit) keluarga berencana Mendengarkan,
b. Menyebutkan keuntungan memperhatikan,
dan kerugian KB suntik 3 mendiskusikan materi
bulan
c. Menjelaskan
kontraindikasi dan efek
samping KB suntik 3
bulan
3. Penutup a. Tanya jawab a. Menanyakan materi
(1 menit) b. Test akhir yang belum jelas
c. Menyimpulkan hasil b. Menjawab test
penyuluhan c. Aktif bersama
d. Memberi salam Penutup menyimpulkan
d. Menjawab salam

VI. Evaluasi
1. Apa yang dimaksud keluarga berencana?
2. Apa saja keuntungan dan kerugian KB suntik 3 bulan?
3. Apa saja kontraindikasi dan efek samping KB suntik 3 bulan?
VII. Daftar Pustaka
Hartanto, Hanafi. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.; 2007
Saifuddin, Abdul Bari.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo;2010

KB SUNTIK 3 BULAN

1. Pengertian KB Suntik 3 bulan


Salah satu tujuan utama dari penelitian kontrasepsi adalah untuk
mengembangkan suatu metode kontrasepsi yang berdaya kerja panjang (lama), yang
tidak membutuhkan pemakaian setiap hari atau setiap akan bersenggama, tetapi tetap
reversible.
DMPA (Depo Medroxyprogesterone asetat) = Depo-Provera, dipakai di lebih
dari 90 negara, telah digunakan selama kurang lebih 20 tahun dan sampai saat ini
akseptornya berjumlah kira-kira 5 juta wanita. DMPA diberikan sekali setiap 3 bulan
dengan dosis 150 mg. DMPA sangat efektif, dengan angka kegagalan < 1 per 100
wanita per tahun.
Penelitian-penelitian membuktikan bahwa sampai saat ini kontrasepsi suntikan
tidak menambah resiko terjadinya karsinoma seperti karsinoma payudara atau
serviks, malah progestrone yang terkandung dalam DMPA, digunakan untuk
mengobati karsinoma endometrium.
2. Keuntungan KB Suntik 3 bulan.
1) Sangat efektif, 0,3% kehamilan per 100 wanita per tahun.
2) Pencegahan kehamilan jangka panjang.
3) Tidak berpengaruh pada hubungan suami-isteri.
4) Tidak mengandung Estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap
penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah.
5) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI. (Cocok untuk ibu yang sedang
menyusui).
6) Sedikit efek samping.
7) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopause.
8) Membantu mencegah kanker endrometrium dan kehamilan ektopik.
9) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.
3. Kerugian KB Suntik 3 bulan.
1) Sering ditemukan gangguan haid, seperti :
a. Siklus haid yang memendek atau memanjang
b. Perdarahan yang banayk atau sedikit
c. Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak
d. Tidak haid sama sekali
2) Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan
3) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya
4) Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering
5) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual,
hepatitis B, atau infeksi virus HIV
6) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian :
Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya kerusakan atau
kelainan pada organ genitalia, melainkan karena belum habisnya pelepasan obat
suntikan dari deponya.
4. Kontraindikasi KB Suntik 3 bulan.
1) Hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin 7 per 100.000 kelahiran).
2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
3) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea.
4) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
5) Diabetes melitus.
6) Penyakit hati.
7) Usia lebih dari 35 tahun dan merokok.
5. Efek samping KB Suntik 3 bulan.
1) Peningkatan berat badan.
2) Sakit kepala.
3) Nyeri payudara
Lampiran 9
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Tanda Bahaya pada Bayi


Hari, Tanggal : Kamis, 06 April 2017
Sasaran/ jumlah : Ny. N/1 orang
Penyuluh : Kholis Budihastari
Tempat : Ruang Bersalin RSUD Leuwiliang

I. Tujuan
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan,diharapkan ibu dapat memahami tanda bahaya
pada bayi dan perawatan tali pusat.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan mengenai “Tanda Bahaya pada Bayi dan
Perawatan Tali Pusat” diharapkan ibu mampu:
a. Menjelaskan pengertian tanda bahaya pada bayi
b. Mengetahui macam macam tanda bahaya pada bayi
c. Mengetahui cara merawat tali pusat bayi dengan benar
II. Materi
Terlampir
III. Metode
Ceramah dan Demonstrasi
IV. Media
Buku KIA
V. Kegiatan Penyuluhan
No. Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
1. Pembukaan
(1 menit) b. Menyampaikan salam a. Menjawab salam
c. Menjelaskan tujuan b. Mendengarkan
d. Kontrak waktu c. Memberi respon
2. Penyampaian Isi a. Menjelaskan
(8 menit) pengertian tanda Mendengarkan,
bahaya Memperhatikan
b. Menjelaskan jenis mendiskusikan materi
tanda bahaya pada
bayi.
3. Penutup a. Tanya jawab a. Menanyakan materi yang
(1 menit) b. Test akhir belum jelas
c. Menyimpulkan hasil b. Menjawab tes
penyuluhan c. Aktif bersama menyimpulkan
d. Memberi salam d. Menjawab salam
Penutup

VI. Evaluasi
A. Apa yang dimaksud tanda bahaya pada bayi?
B. Ada berapa tanda bahaya pada bayi yang harus kita ketahui ?
VII. Daftar Pustaka
Prawirohardjo.Buku Acuan Nasinal Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta.:Yayasan Bina Pustaka sarwono prawirohardjo.2010

TANDA BAHAYA PADA BAYI

1. Pengertian Tanda Bahaya pada Bayi


Tanda-tanda bahaya pada bayi adalah tanda-tanda yang terjadi pada seorang
bayi yang merupakan suatu pertanda telah terjadinya suatu masalah yang serius
pada bayi..
2. Macam– macam tanda bahaya pada bayi
Tanda dan gejala sakit berat pada bayi baru lahir dan bayi muda sering tidak
spesifik. Tanda ini dapat terlihat pada saat atau sesudah bayi lahir, saat bayi baru
lahir datang atau saat perawatan di rumah sakit. Pengelolaan awal bayi baru lahir
dengan tanda ini adalah stabilisasi dan mencegah keadaan yang lebih buruk.
Tanda ini mencakup:
1. Tidak bisa menyusu
2. Kejang
3. Mengantuk atau tidak sadar
4. Frekuensi napas < 20 kali/menit atau apnu (pernapasan berhenti selama >15
detik)
5. Frekuensi napas > 60 kali/menit
6. Merintih
7. Tarikan dada bawah ke dalam yang kuat
8. Sianosis sentral
Lampiran 10
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Kesehatan Bayi dan Balita


Sub Pokok Bahasan : Imunisasi Dasar
Hari/tanggal : Jum’at 21 April 2017
Waktu : 10 menit
Sasaran : Ny. N
Tempat : Rumah Ny. N

I. Tujuan
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan ibu memahami pentingnya
imunisasi dan jenis-jenis imunisasi pokok untuk bayinya.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan ibu diharapkan mampu :
1. Mengetahui tujuan dari diadakannya imunisasi
2. Mengetahui jenis-jenis imunisasi dasar yang dibutuhkan oleh bayinya.
3. Mengetahui efek yang terjadi setelah pemberian imunisasi.
II. Materi
Terlampir
III. Metode
Ceramah Tanya Jawab
IV. Media
Buku KIA
V. Kegiatan Penyuluhan
No. Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
1. Pembukaan
(1 menit) a. Menyampaikan salam a. Menjawab salam
b. Menjelaskan tujuan b. Mendengarkan
c. Kontrak waktu c. Memberi respon
2. Penyampaian Isi a. Menjelaskan pengertian
(8 menit) imunisasi Mendengarkan,
b. Menjelaskan jenis imunisasi memperhatikan,
dasar untuk bayi mendiskusikan materi

3. Penutup a. Tanya jawab a. Menanyakan materi


(1 menit) b. Test akhir yang belum jelas
c. Menyimpulkan hasil b. Menjawab test
penyuluhan c. Aktif bersama
d. Memberi salam Penutup menyimpulkan
d. Menjawab salam

VI. Evaluasi
1. Apa saja imunisasi pokok yang dibutuhkan bayi dan balita?
2. Berikan minimal satu contoh imunisasi dan manfaatnya!
VII. Daftar Pustaka
Vivian, Nanny Lia Dewi. Asuhan Neonatus dan Anak Balita. Jakarta : Salemba
Medika;2009

IMUNISASI
A. Pengertian Imunisasi
Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam
menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dengan imunisasi, berbagai penyakit
seperti TBC, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, polio dan campak dapat dicegah.
B. Macam-macam Imunisasi

1. BCG
Imunisasi BCG mengurangi risiko tuberkulosis berat. Tuberkulosis paling se
ring menyerang paru-paru, dapat pula menyerang selaput otak, tulang dan lain-l
ain. Imunisasi BCG optimal diberikan pada umur 2 sampai 3 bulan. Namun unt
uk mencapai cakupan yang lebih luas, Kemenkes menganjurkan pemberian BC
G pada umur antara 0-12 bulan. Apabila BCG diberikan setelah umur 3 bulan, p
erlu dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu. Vaksin BCG diberikan apabila uji
tuberkulin negatif.
Efek penyuntikan BCG berupa gelembung kecil yang akan mengering den
gan sendirinya dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat.
2. HEPATITIS B
Imunisasi hepatitis B-1 diberikan sedini mungkin dalam waktu 12 jam setela
h lahir, mengingat paling tidak 3,9% ibu hamil mengidap hepatitis B aktif denga
n resiko penularan kepada bayinya sebesar 45%. Imunisasi HepB-2 diberikan se
telah 1 bulan dari imunisasi HepB-1 yaitu saat bayi berumur 1 bulan. Untuk me
ndapat respons imun optimal, interval imunisasi HepB-2 dengan HepB-3 minim
al 2 bulan, terbaik 5 bulan. Maka imunisasi HepB-3 diberikan pada umur 3-6 bu
lan.
Kemenkes mulai tahun 2005 memberikan vaksin HepB-0 monovalen (dalam
kemasan uniject) saat lahir, dilanjutkan dengan vaksin kombinasi DTwP/HepB
pada umur 2-3-4 bulan.
Efek samping dari imunisasi hepatitis ini umumnya ringan, hanya berupa n
yeri, bengkak, panas dan mual.
3. DPT
Difteri adalah suatu penyakit akut disebabkan oleh kuman yang memproduks
i toksin. Pertusis disebut juga batuk rejan atau batuk seratus hari, penyakit ini m
erupakan penyakit tersering yang menyerang anak-anak dan merupakan penyeb
ab kematian. Virus tetanus masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka yang ak
an menyebabkan kejang-kejang.
Imunisasi dasar DPT (primary immunization) diberikan 3 kali sejak umur 2
bulan (DTP tidak boleh diberikan sebelum umur 6 minggu) dengan interval 4 -8
miggu. Interval terbaik diberikan 8 minggu, jadi DTP-1 diberikan pada umur 2
bulan, DTP-2 pada umur 4 bulan dan DTP-3 pada umur 6 bulan.
Efek dari imunisasi DPT ini diantaranya adalah kemerahan, bengkak dan nye
ri, kadang juga ditemukan demam ringan.
4. POLIO
Polio disebabkan oleh virus poliomielitis yang menimbulkan kelumpuhan.Po
lio 0 diberikan saat bayi lahir sesuai pedoman PPI atau pada kunjungan pertama
. Untuk imunisasi dasar (polio-2, 3, 4) diberikan pada umur 2, 4, dan 6 bulan. In
terval antara 2 imunisasi tidak kurang dari 4 minggu
Setelah vaksinasi, sebagian resipien dapat mengalami gejala-gejala pusing,
diare ringan dan nyeri otot.
5. CAMPAK
Virus campak akan menimbulkan gejala pilek, batuk, peradangan selaput ko
njungtiva yang tampak merah, suhu tubuh yang meningkat, dan munculnya rua
m kulit. Vaksin campak rutin dianjurkan diberikan dalam satu dosis 0,5 ml pada
umur 9 bln. Selanjutnya imunisasi campak dosis kedua diberikan pada program
school based catch-up campaign, yaitu secara rutin pada anak sekolah SD kelas
1 dalam program BIAS. Apabila telah mendapatkan imunisasi MMR pada usia
15-18 bulan dan ulangan umur 6 tahun, ulangan campak SD kelas 1 tidak diperl
ukan. Efek dari imunisasi campak yaitu dapat berupa ruam dan sedikit demam.

Anda mungkin juga menyukai