Anda di halaman 1dari 75

ASUHAN KEBIDANAN PADA BY R.

USIA 7 HARI
DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA DI RUANG
PERINATOLOGI RSUD LEUWILIANG
KABUPATEN BOGOR

DISUSUN OLEH :

WILDAH HASNATUL MARDIAH


NIM : P17324215017

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR
2018
ASUHAN KEBIDANAN PADA BY R. USIA 7 HARI
DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA DI RUANG
PERINATOLOGI RSUD LEUWILIANG
KABUPATEN BOGOR

DISUSUN OLEH :

WILDAH HASNATUL MARDIAH


NIM : P17324215017

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR
2018

i
ii
iii
RIWAYAT HIDUP

Nama : Wildah Hasnatul Mardiah


Tempat / tanggal lahir : Cianjur , 16 Mei 1997
Suku/Bangsa : Sunda /Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Jl.Kh. Shaleh Kp Kandang Sapir Rt 02 Rw 06
Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Cianjur Jawa
Barat Kode Pos 43251
Nama Ayah : H. Nana Rostana
Nama Ibu : Aas Aisah
No.Hp : 087778661416
Riwayat Pendidikan
1. TK Budi Istri ( 2002-2003 )
2. SD Negeri Ibu Jenab 1 Cianjur ( 2003-2009 )
3. SMP Negeri 1 Cianjur ( 2009-2012 )
4. SMA Negeri 2 Cianjur ( 2012-2015 )
5. Poltekkes Kemenkes Bandung Prodi Kebidanan Bogor (2015-sekarang)

iv
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
BANDUNG PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR LAPORAN
TUGAS AKHIR, MEI 2018

WILDAH HASNATUL MARDIAH


NIM : P17324215017
Asuhan Kebidanan pada By R dengan Hiperbilirubinemia di Ruang
Perinatologi RSUD Leuwiliang

ABSTRAK
Tingkat kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu indikator penting di
suatu Negara. Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih cukup tinggi
yaitu 24 per 1000 kelahiran hidup ditahun 2017. Berdasarkan data Riset Kesehatan
dasar (menunjukkan angka hiperbilirubin pada bayi baru lahir di Indonesia sebesar
51,47%, dengan faktor penyebabnya antara lain Asfiksia 51% , BBLR 42,9%, Sectio
Cesaria 18,9%, Prematur 33,3% , kelainan kongenital 2,8%, sepsis 12% .2
Angka kejadian bayi hiperbilirubin berbeda di satu tempat ke tempat lainnya .
Hal ini disebabkan oleh perbedaan dalam faktor penyebab dan penatalaksanaan. Di
RSUD Leuwiliang tahun 2017 terdapat kasus hiperbilirubin sebanyak 309 kasus yaitu
( 23,5%) dari 1398 kasus . Sementara kasus lain meliputi Asfiksia 8,3 % , bblr 2,4 % ,
hipoglikemia , meconieum staining 4,4 % .
Bayi kuning atau hiperbilirubin biasa terjadi pada minggu pertama setelah
kelahiran. Maka dari itu bayi baru lahir membutuhkan asuhan yang dapat
meningkatkan kesempatan untuknya menjalani masa transisi dengan baik . Pada masa
ini sangat penting yang biasa nya disebut dengan Periode emas anak (golden age)
adalah masa di mana otak anak mengalami perkembangan paling cepat sepanjang
sejarah kehidupannya .11
Tujuan penulisan Laporan Tugas Akhir ini adalah dapat menerapkan dan
melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan hiperbilirubin di ruang
Perinatologi RSUD Leuwiliang. Metode yang digunakan dalam penyusunan laporan
tugas akhir ini adalah studi kasus. Bentuk pendokumentasiannya adalah SOAP
(subjektif, Objektif, Analisa dan Penatalaksanaan), sedangkan teknik pengumpulan
data diperoleh melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi dokumentasi,
dan studi kepustakaan.14
Data Subjektif ibu mengeluh kulit bayi kuning sampai seluruh tubuh. Data
Objektif yang didapatkan yaitu keadaan umum bayi lemah dan tanda – tanda vital bayi
masih dalam batas normal , dibantu dengan data penunjang yaitu hasil Lab yang
menunjukan hasil bilirubin total nya mencapai 16,1 mg/dl pada pemeriksaan pertama
dan hasil bilirubin total 8,3 mg/dl pada pemeriksaan kedua . 5 Analisa yang ditegakkan
dari data diatas adalah bayi R usia 7 hari dengan Hiperbilirubinemia .
Penatalaksanaan yang dilakukan adalah melakukan kolaborasi dengan dokter
spesialis anak , informed concent pada keluarga bayi bahwa bayi harus dilakukan
perawatan lebih di RS , berkolaborasi dengan petugas lab , mengobservasi keadaan
umum dan TTV , dilakukan fototheraphy atas advise dokter , memberikan asi melalui
dot , melakukan perawatan kebersihan .Setelah dilakukan perawatan selama 4 hari By
R pulang dengan keadaan umum baik . dilanjutkan dengan kegiatan kunjungan rumah
didapatkan hasil pemeriksaan baik . Saran untuk ibu agar tetap memberikan asi ,
menjemur bayi nya dipagi hari ,dan memberitahu teknik menyusui yang benar .11
Kata Kunci : Faktor maternal, Faktor bayi dan Hiperbilirubinemia
Daftar Pustaka : 14 (2001-2017)

v
vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat-Nya kepada kita semua untuk senantiasa bersyukur
kepada-Nya. Atas berkat dan rahmat-Nya, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III
Kebidanan Bogor Poltekkes Kemenkes Bandung dengan menyusun sebuah
Laporan Tugas Akhir dengan Judul “Asuhan Kebidanan Pada By R usia 7
hari dengan Hiperbilirubinemia di Ruang Perinatologi RSUD Leuwiliang
Kabupaten Bogor “
Dalam penyusunan LTA ini tidak lepas dari hambatan dan halangan .
Namun, semua hal tersebut dapat dihadapi sampai akhirnya tersusunlah LTA
ini. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan berperan banyak dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. Ucapan terima kasih penulis tujukan
kepada:
1. Dr. Ir Osman Syarief, MKM selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Bandung
2. Hj. Ns. Enung Harni Susilawati, S. Kp, MKM selaku Ketua Prodi
Kebidanan Bogor dan Pembimbing Laporan Tugas Akhir ini.
3. drg Wiwik Wahyuningsih, MKM selaku Direktur RSUD Leuwiliang Bogor
beserta staff .
4. Dedes Fitria M. Keb selaku Wali Tingkat Jalur Umum tingkat III A jurusan
Kebidanan Bogor .
5. Ibu by. R beserta keluarga yang memberikan kepercayaan dalam asuhan
kebidanan .
6. Kedua orang tua tercinta yang selalu setia ikhlas memberikan dukungan,
doa, dan motivasi untuk kesuksesan penulis dalam segala hal .
7. Teman–teman seperjuangan yang senantiasa memberikan dukungan dan
semangat dalam menyusun laporan tugas akhir ini .
Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir ini masih jauh dari
sempurna sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun

vii
guna penyempurnaan penulisan selanjutnya. Semoga Laporan Tugas Akhir ini
dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu khususnya kebidanan.

Bogor , Mei 2018

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
SURAT PERNYATAAN PLAGIATISME .................................................. vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 4
C. Tujuan .............................................................................................. 4
D. Manfaat Penulisan .......................................................................... 5
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep dasar hiperbilirubin pada Neonatus .................................... 6
B. Patofisiologi Hiperbilirubin....... ...................................................... 6
C. Metabolisme Hiperbilirubin ............................................................ 7
D. Etiologi Hiperbilirubin .................................................................... 8
E. Klasifikasi Hiperbilirubin ................................................................ 12
F. Diagnosis ......................................................................................... 13
G.Pemeriksaan Penunjang ................................................................... 15
H. Penatalaksanaan Medis ................................................................... 16
I. Aplikasi Manajemen Kebidanan pada Hiperbilirubin ..................... 18
BAB III METODELOGI
A. Metode ............................................................................................. 21
B. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 22
BAB IV TINJAUAN KASUS ....................................................................... 24
BAB V PEMBAHASAN
A. Data subjektif ................................................................................... 36
B. Data Objektif .................................................................................. 36
C. Analaisa ........................................................................................... 36
D. Penatalaksanaan ............................................................................... 36
E. Faktor Pendukung dan Penghambat ............................................... 37
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 38
B. Saran ................................................................................................ 39
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : SAP Nutrisi ibu menyusui


Lampiran 2 : SAP Teknik Menyusui yang Benar.
Lampiran 3 : SAP Imunisasi.
Lampiran 4 : Lembar Observasi By R.

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi baru lahir atau neonatus adalah bayi yang berumur dibawah
28 hari,bayi baru lahir memiliki resiko gangguan kesehatan paling tinggi,
berbagai masalah kesehatan bisa muncul. Sehingga tanpa penanganan
yang tepat bisa berakibat fatal .1
Pada waktu kelahiran,tubuh bayi baru lahir mengalami sejumlah
adaptasi psikologi. Bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan
masa transisi kehidupannya ke kehidupan luar uterus agar berlangsung
baik. Bayi baru lahir juga membutuhkan asuhan yang dapat meningkatkan
kesempatan untuknya menjalani masa transisi dengan baik.1
Pada masa ini disebut dengan periode emas anak (golden age)
adalah masa di mana otak anak mengalami perkembangan paling cepat
sepanjang sejarah kehidupan nya. Periode emas berlangsung pada saat
anak dalam kandungan hingga lahir sampai usia 4 tahun adalah masa-masa
yang paling menentukan.2
Tingkat kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu indikator penting di
suatu Negara. Menurut SDKI Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia
masih cukup tinggi yaitu 24 per 1000 kelahiran hidup.
Di Indonesia angka kematian maternal dan neonatal masih tinggi.
Salah satu faktor penting sebagai penyebab angka kematian ibu (AKI) dan
angka kematian bayi (AKB) masih tinggi adalah pemberian pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas kepada masyarakat yang
belum terlaksana dengan baik.3
Berdasarkan penyebabnya , kematian bayi ada dua macam yaitu
dalam kandungan dan luar kandungan. Kematian janin dalam kandungan
adalah kematian janin yang dibawa sejak lahir seperti asfiksia. Sedangkan
kematian bayi luar kandungan atau kematian post neonatal disebabkan
oleh faktor – faktor yang berkaitan dengan pengaruh luar. Salah satu

1
penyebab kematian bayi luar kandungan adalah bayi mengalami
hiperbilirubinemia,dimana hiperbilirubinemia merupakan salah satu
fenomena klinis yang paling sering ditemukan pada bayi baru lahir dalam
minggu pertama dalam kehidupannya. Kejadian hiperbilirubinemia di
Amerika 65%,Malaysia 75%,Indonesia 51,47% ditahun 2015. 4
Berdasarkan data Riset Kesehatan dasar menunjukkan angka
hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir di Indonesia sebesar 51,47%,
dengan faktor penyebabnya antara lain asfiksia 51%,BBLR 42,9%,sectio
cesaria 18,9%, prematur 33,3% , kelainan kongenital 2,8%, sepsis 12%. 5
Hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir merupakan penyakit yang
disebabkan oleh penimbunan bilirubin dalam jaringan tubuh sehingga
kulit, mukosa,dan sklera berubah warna menjadi kuning.
Hiperbilirubinemia adalah warna kuning yang dapat terlihat pada
sklera,kulit,atau organ lain akibat penumpukan bilirubin. Peningkatan
kadar bilirubin terjadi pada hari ke 2 dan ke 3 dan mencapai puncaknya
pada hari ke 5 sampai ke 7 , kemudian menurun kembali pada hari ke 10
6
sampai hari ke 14.
Terjadinya kuning pada bayi baru lahir, merupakan keadaan yang
relatif tidak berbahaya, tetapi pada kadar bilirubin yang tinggi dapat
menjadi toksik dan berbahaya terhadap sistem saraf pusat bayi .
Hiperbilirubinemia terbagi atas dua , yaitu fisiologis dan patologis dimana
hiperbilirubinemia fisiologis adalah keadaan hiperbilirubinemia karena
faktor fisiologis yang merupakan gejala normal dan sering dialami bayi
baru lahir.. Hiperbilirubinemia patologis adalah suatu keadaan dimana
kadar konsentrasi bilirubin dalam darah mencapai nilai yang melebihi
batas normal hiperbilirubinemia dan mempunyai potensi untuk
menimbulkan kern ikterik .7
Kern ikterus adalah ensefalopati bilirubin yang biasanya ditemukan
pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia berat (bilirubin indirek
lebih dari 20 mg%), disertai penyakit hemolitik berat dan pada autopsy
ditemukan bercak bilirubin pada otak .

2
Hiperbilirubinemia patologis terjadi pada 24 jam pertama pada
bayi baru lahir , karena patologis dimana kadar bilirubin direk melebihi
0,30 mg/dl. kadar bilirubin indirek melebihi 1,0 mg/dl, dan kadar bilirubin
total melebihi 10 mg/dl untuk bayi kurang bulan dan lebih dari 12 mg/dl
(5)
untuk bayi cukup bulan. Dampak buruk yang diderita bayi seperti kulit
berwarna kuning sampai jingga , bayi tampak lemah , urine menjadi
berwarna gelap sampai berwarna coklat dan apabila penyakit ini tidak
ditangani dengan segera maka akan menimbulkan dampak yang lebih
buruk lagi yaitu kern ikterus suatu kerusakan pada otak yang ditandai
dengan bayi tidak mau mengisap , letargi,kejang ,tonus otot kaku , leher
kaku dan bisa menyebabkan kematian pada bayi .8
Angka kejadian bayi hiperbilirubinemia berbeda di satu tempat ke
tempat lainnya . Hal ini disebabkan oleh perbedaan dalam faktor penyebab
dan penatalaksanaan . Menurut Data Register Rumah Sakit Di RSUD
Leuwiliang tahun 2017 terdapat kasus hiperbilirubinemia sebanyak 309
kasus yaitu (23,5%) dari 1398 kasus . Kasus lain meliputi Asfiksia 8,3% ,
meconieum staining 4,4 % . BBLR 2,4 % .9
Dampak yang terjadi dalam jangka pendek bayi akan mengalami
kejang-kejang sementara dalam jangka panjang bayi bisa mengalami cacat
neurologis contohnya ketulian, gangguan bicara dan retardasi mental. Jadi
, penting sekali mewaspadai keadaan umum bayi dan harus terus
dimonitor secara ketat .
Upaya untuk mengatasi dampak tadi adalah dengan dilakukan nya
metode Fototherapi ( terapi sinar) , Menyusui bayi dengan ASI , Terapi
sinar matahari .10
Berdasarkan uraian di atas , penulis tertarik untuk memberikan
“Asuhan Kebidanan pada bayi R dengan Hiperbilirubinemia di Ruang
Perinatologi RSUD Leuwiliang“

3
B. Rumusan Masalah
1. Rumusan masalah
Bagaimana melaksanakan asuhan kebidanan bayi baru lahir pada bayi
R dengan Hiperbilirubinemia di RSUD Leuwiliang ?
2. Lingkup masalah
Ruang lingkup laporan Tugas Akhir ini meliputi asuhan kebidanan
bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia di RSUD Leuwiliang
Kabupaten Bogor , mulai tanggal 27 Februari 2018 – 2 Maret 2018 di
Ruang Perinatologi RSUD Leuwiliang dan dilanjutkan dengan
kunjungan rumah pada tanggal 10 Maret 2018

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Dapat menerapkan dan melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi
baru lahir dengan hiperbilirubin di ruang Perinatologi RSUD
Leuwiliang.
2. Tujuan Khusus
a) Diperolehnya data Subjektif pada bayi R dengan
Hiperbilirubinemia di Ruang Perinatologi RSUD Leuwiliang .
b) Diperolehnya data Objektif pada bayi R dengan Hiperbilirubinemia
di Ruang Perinatologi RSUD Leuwiliang
c) Ditegakkannya Analisa pada bayi R dengan Hiperbilirubinemia di
Ruang Perinatologi RSUD Leuwiliang
d) Dapat menatalaksanakan asuhan kebidanan pada bayi R dengan
Hiperbilirubinemia di Ruang Perinatologi RSUD Leuwiliang.
e) Diketahuinya faktor pendukung dan faktor penghambat selama
melakukan asuhan kebidanan pada bayi R dengan
Hiperbilirubinemia di Ruang Perinatologi RSUD Leuwiliang .

4
D. Manfaat Kegiatan Asuhan Kebidanan
1. Bagi tempat/lahan praktik
Sebagai acuan untuk dapat mempertahankan mutu pelayanan
kesehatan khususnya asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan
Hiperbilirubinemia di RSUD Leuwiliang Bogor. Untuk Klien dan
Keluarga . Untuk tenaga kesehatan dapat memberikan ilmu yang
dimiliki serta mau membimbing mahasiswa tentang cara memberikan
asuhan yang berkualitas.
2. Bagi klien dan keluarga
Ibu dan keluarga mendapatkan pengetahuan dan asuhan yang tepat
sehingga ibu dapat melakukan perawatan diri di rumah mengenai
perawatan bayi baru lahir.
3. Bagi profesi bidan
Menambah pengetahuan dan informasi bagi profesi dengan
memberikan asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan
hiperbilirubinemia.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Hiperbilirubinemia pada Neonatus


Hiperbilirubinemia adalah istilah yang dipakai untuk ikterus
neonatorum setelah ada hasil laboratorium yang menunjukkan
peningkatan kadar bilirubin dalam darah hingga kadar bilirubin serum
lebih dari 12 mg/dl untuk bayi cukup bulan dan lebih dari 10 mg/dl
untuk bayi kurang bulan. Dapat menimbulkan efek patologi jika kadar
bilirubin nya tidak dikendalikan yang dapat mengarah pada kern ikterus
yang mengakibatkan kematian kalaupun selamat akan meninggalkan
gejala sisa dikemudian hari yaitu gangguan pendengaran dan
keterbelakangan mental.6
B. Patofisiologi Hiperbilirubinemia
Peningkatan kadar Bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa
keadaan. Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat
penambahan kadar bilirubin pada sel hepar yang berlebih. Hal ini dapat
ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran
eritrosit,polisitemia.11
Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan
peningkatan kadar Bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar
protein Y dan Z berkurang, atau pada bayi hipoksia,asidosis.Keadaan
lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila
ditemukan gangguan konjugasi hepar atau neonatus yang mengalami
gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu.7
Pada derajat tertentu, bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak
jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada bilirubin Indirek
yang bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. sifat
ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila
bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi
pada otak disebut kern ikterus. Pada umumnya dianggap bahwa

6
kelainan pada saraf pusat tersebut mungkin akan timbul apabila kadar
Bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl.9
Mudah tidaknya kadar bilirubin melewati sawar darah otak
ternyata tidak hanya tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin
indirek akan mudah melalui sawar darah otak apabila bayi terdapat
keadaan berat badan lahir rendah , hipoksia, dan hipoglikemia.9
C. Metabolisme Bilirubin
a. Produksi
Sebagian bilirubin terbentuk sebagai akibat degradasi hemoglobin
dalam sistem reticulum endoplasma sistem (RES) dan sebagian proses
eritropoesis yang tidak efektif. Bilirubin adalah produk yang bersifat
toksin dan harus dikeluarkan oleh tubuh. Pembentukan bilirubin tadi
dimulai dengan proses oksidasi yang menghasilkan biliverdin.
Biliverdin mengalami reduksi dan menjadi bilirubin bebas atau
bilirubin indirek yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak.
Bilirubin indirek sulit diekskresi dan mudah melalui membran biologik
seperti plasenta .5
b. Transportasi
Bilirubin indirek atau bilirubin bebas ini akan bersenyawa dengan
albumin dan kemudian di bawa ke hepar. Uptake bilirubin oleh hepar
dilakukan oleh protein Y dan protein Z. 5
c. Konjugasi
Didalam hepar bilirubin ini mengalami konjugasi yang
membutuhkan energy dan enzim glukoronil transferase. Sesudah
mengalami proses ini bilirubin berubah menjadi bilirubin direk.
Didalam hepar bilirubin tidak langsung diubah menjadi bilirubin direk,
melainkan melalui rantai reaksi. Dalam rantai reaksi ini, yang terjadi
dalam sel-sel hepar, bilirubin indirek diubah menjadi bilirubin
diglokoronida yang larut dalam air dan yang memberi reaksi positif.
Glukoronil transferase memindahkan asam glukoronik dari asam uridin
difosfoglukoronik ke bilirubin,sehingga menjadi bilirubin diglukoronik

7
ialah satu – satunya bentuk dimana asam glukoronik dapat diperoleh
untuk konjugasi. Glukosa sangat penting untuk ekskresi bilirubin
karena proses konjugasi sangat melibatkan metabolisme karbohidrat
dan nukleotida.5
d. Ekskresi
Bilirubin direk kemudian dieksresi ke usus dan sebagian
dikeluarkan dalam bentuk urobilin melalui ginjal. Di dalam saluran
cerna bilirubin direk merubah menjadi urobilinogen dan keluar bersama
tinja sebagai sterkobilin. Di usus sebagian diabsorpsi kembali oleh
mukosa usus dan terbentuklah proses absorpsi interohepatik pada janin.
Sebagian bilirubin diserap kembali itu diekskresikan melalui plasenta
dan ekskresi melalui jalan inilah yang utama. Pada bayi baru lahir
ekskresi melalui plasenta terputus , karena itu bila fungsi hati belum
matang atau gangguan pada fungsi hepar akibat hipoksia, asidosis atau
kekurangan enzim glukoronik transferase atau kekurangan glukosa
maka kaar bilirubin indirek dapat meninggi.Bilirubin indirek yang
terikat pada albumin sangat bergantung pada kadar albumin dan serum.
Pada bayi kurang bulan dimana kadar albumin. Biasanya rendah , maka
kadar bilirubin indirek akan meningkat.5
D. Etiologi Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubin yang juga disebut ikterus neonatorum terjadi akibat
sel-sel darah merah yang tidak lagi diperlukan ketika bayi mulai
bernafas dipecah dalam limpa bayi baru lahir . Hati yang
kemampuannya sementara terbatas untuk mengonjugasi bilirubin,
kadang-kadang tidak mampu menjernihkan bilirubin secara adekuat.10
Penyebab ikterus pada neonatus kadang-kadang sangat sulit
ditegakkan , sebab faktor penyebabnya jarang berdiri sendiri, biasanya
dipakai suatu pendekatan tertentu dan yang paling mudah adalah
pendekatan menurut saat terjadinya ikterus :

8
1. Etiologi ikterus fisiologis
a. Ikterus fisiologis pada neonatus adalah akibat kesenjangan antara
pemecahan sel darah merah (eritrosit) dan kemampuan bayi untuk
mentransfer,mengonjugasi,dan mengekskresi bilirubin tak
terkonjugasi. 9
b. Peningkatan pemecahan sel darah merah . Produksi bilirubin bayi
baru lahir lebih dari dua kali produksi orang dewasa normal per
kilogram berat badan di lingkungan uterus yang hipoksik, janin
bergantung pada hemoglobin F ( hemoglobin janin ) , yang
memiliki afinitas oksigen lebih besar dari pada hemoglobin A (
hemoglobin dewasa ) . Saat lahir ketika sistem pulmonary menjadi
fungsional , masa sel darah merah besar yang dibuang melalui
hemolysis mengakibatkan timbunan bilirubin, yang berpotensi
membebani sistem secara berlebihan .9
c. Penurunan mengikat albumin. Transport bilirubin ke hati untuk
konjugasi menurun karena konsentrasi albumin yang rendah pada
bayi premature , penurunan kemampuan mengikat albumin (yang
dapat terjadi jika bayi mengalami asidosis ) dan kemungkinan
persaingan untuk mendapatkan tempat mengikat albumin dengan
beberapa obat. Jika tempat ikatan albumin yang tersedia digunakan
kadar bilirubin yang tidak berikatan , tidak terkonjugasi dan larut
lemak dalam darah akan meningkat , serta mencari jaringan dengan
afinitas lemak , seperti kulit dan otak . 9
d. Defisiensi enzim , kadar aktifitas enzim UDP-GT yang rendah
selama 24 jam pertama setelah kelahiran akan mengurangi
konjugasi bilirubin. Meskipun kadar meningkat 24 jam pertama,
hal tersebut tidak akan mencapai kadar dewasa selama 6-14
minggu . 9
e. Peningkatan rebsorbsi enterohepatik. Proses ini meningkat dalam
usus bayi baru lahir karena kurangnya jumlah bakteri enteric
normal yang memecahkan bilirubin menjadi urobilinogen , bakteri

9
ini juga meningkatkan aktivitas enzim beta-glukuronidase yang
menghidrolisis bilirubin terkonjugasi kembali ke kondisi tak
terkonjugasi (jika bilirubin ini diabsorpsi kembali ke dalam sistem)
Jika pemberian susu ditunda, motilitas usus juga menurun ,
selanjutnya mengganggu ekskresi bilirubin tak terkonjugasi . Bayi
asia memiliki enterohepatik bilirubin yang tinggi dan ikterus yang
lebih lama . 9
2. Etiologi ikterus patologis
Etiologi yang melatar belakangi ikterus patologis adalah beberapa
gangguan pada produksi , transport , konjugasi atau ekskresi
bilirubin. Setiap penyakit atau gangguan yang meningktakan
produksi bilirubin atau yang mengganggu transport atau
metabolisme bilirubin bertumbang tindih dengan ikterus fisiologis
normal . 5
a. Produksi
Faktor yang meningkatkan penghancuran hemoglobin juga
meningkatkan kadar bilirubin . Penyebab peningkatan hemolisis
meliputi :
a) Inkompabilitas tipe / golongan darah-Rhesus anti D , anti-A,
anti –B dan anti Kell, juga ABO.
b) Defisiensi enzim glukosa 6 fosfat dehydrogenase memelihara
integritas membrane sel darah merah dan defisiensi
menyebabkan hemolisis .
c) Sferositosis , membrane sel darah merah yang rapuh .
d) Ekstravasasi darah , sefalhematoma dan memar .
e) Sepsis , dapat meningkatkan pemecahan hemoglobin .
f) Polisitemia , darah mengandung terlalu banyak sel darah
merah.
b. Transpor
Faktor yang menurunkan kadar albumin darah atau menurunkan
kemampuan mengikat albumin meliputi :

10
a) Hipotermia,asidosis,atau hipoksia dapat mengganggu
kemampuan mengikat albumin.
b) Obat yang bersaing dengan bilirubin (misalnya aspirin,
sulfonamide dan ampisilin)
c. Konjugasi
Seperti halnya imaturitas sistem enzim pada neonatus , faktor lain
dapat menganggu konjugasi bilirubin di hati yang meliputi :
a) Dehidrasi, kelaparan , hipoksia dan sepsis (oksigen dan
glukosa diperlukan untuk konjugasi )
b) Infeksi TORCH (toksoplasmosis,rubella,
sitomegalovirus,herpes)
c) Infeksi virus lain (misalnya virus hepatitis pada neonatus ).
d) Infeksi pada bakteria lain , terutama yang disebabkan oleh
escherecia coli.
e) Gangguan metabolic dan endokrin seperti hipotiroidisme dan
galaktosemia .
d. Ekskresi
Faktor yang dapat menganggu ekskresi bilirubin meliputi
a) Obstruksi hepatic yang disebabkan oleh anomaly kongenital,
seperti atresia bilier ekstrahepatik .
b) Obstruksi akibat sumbatan empedu karena peningkatan
viskositas empede (misalnya , fibrosis kistik , nutrisi parenteral
total , gangguan hemolitik dan dehidrasi).
c) Saturasi pembawa protein yang diperlukan untuk mengeksresi
bilirubin terkonjugasi ke dalam sistem bilier.
d) Infeksi, kelainan kongenital lain dan hepatis neonatal idiopatik
yang juga dapat menyebabkan bilirubin terkonjugasi
berlebihan .
Setelah proses oleh hati , sebagian besar bilirubin di konjugasi
sehingga resiko kernikterus pada bayi lebih kecil. Namun ,

11
mereka mungkin memerlukan terapi segera untuk kondisi
serius lain .
E. Klasifikasi Hiperbilirubinemia
a. Ikterus Fisiologis
Ciri-ciri ikterus fisiologis
a) Timbul pada hari kedua dan ketiga
b) Kadar bilirubin indirek tidak melebihi 10 mg/dl pada neonatus
kurang bulan tidak melewati 12 mg/dl pada neonatus cukup bulan .
c) Peningkatan bilirubin tidak melebihi 5 mg/dl per hari
d) Kadar bilirubin direk tidak melebihi 1 mg/dl
e) Menghilang pada hari ke 10 dan tidak ada tanda patologis .
b. Ikterus Patologis
Ciri- ciri ikterus patologis
a) 24 jam pertama
b) Menetap sesudah 2 minggu
c) Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 12,5 mg/dl pada neonatus
cukup bulan atau 10 mg.dl pada neonatus kurang bulan.
d) Peningkatan bilirubin 5 mg/dl
e) Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg/dl
f) Disertai proses hemolisis
g) Tanda dan Gejala Bayi Hiperbilirubinemia
Tanda klinis hiperbilirubin diantaranya
a. Sklera , puncak hidung ,sekitar mulut , dada , perut dan
ekstremitas berwarna kuning .
b. Letargi
c. Kemampuan menghisap menurun dan kejang.5
F. Diagnosis
Anamnesis ikterus pada riwayat obstetric sebelumnya sangat
membantu dalam menegakkan diagnosis hiperbilirubin pada bayi.
Termasuk anamnesis mengenai riwayat inkompabilitas darah , riwayat
terapi sinar pada bayi sebelumnya. Disamping itu faktor resiko

12
kehamilan dan persalinan juga berperan dalam diagnosis dini ikterus /
hiperbilirubin pada bayi . Faktor risiko itu antara lain adalah kehamilan
dengan komplikasi , obat yang diberikan pada ibu selama hamil /
persalinan , kehamilan dengan diabetes mellitus , gawat janin,
malnutrisi intrauterine , infeksi intranatal , dan lain-lain. 8
Secara klinis ikterus pada bayi dapat dilihat segera setelah lahir
atau setelah beberapa hari kemudian . Pada bayi dengan peninggian
bilirubin indirek kulit tampak berwarna kuning terang sampai jingga ,
sedangkan pada penderita dengan gangguan obstruksi empedu warna
kuning kulit tampak kehijauan. Penilaian ini sangat sulit dikarenakan
ketergantungan dari warna kulit bayi sendiri Tanpa mempersoalkan usia
kehamilan atau saat timbulnya ikterus , hiperbilirubin yang cukup
berarti memerlukan penilaian diagnostic lengkap, yang mencakup
penentuan fraksi bilirubin langsung (direk) dan tidak langsung
(indirek). 8

13
Daerah kulit bayi yang berwarna kuning untuk penerapan rumus kramer :

Ikterus neonatorum patologis dibagi menjadi 5 kramer sesuai dengan


daerah ikterusnya dapat dilihat pada tabel 1.1
Sumber : Saifuddin,2009
Tabel 1.1 Pembagian Ikterus Neonatorum menurut metode Kramer
DAERAH LUAS IKTERUS KADAR
BILIRUBIN
( mg% )
1 Kepala Leher 5
2 Daerah 1 (+) Badan bagian atas 9
3 Daerah 1,2 ( +) Badan bagian 11
bawah dan tungkai
4 Daerah 1,2,3 (+) Lengan dan kaki 12
di bawah lutut
5 Daerah 1,2,3,4 (+) Telapak tangan 16
dan kaki
Sumber : Saifuddin, 2009 (6)

14
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan sesuai dengan waktu
timbulnya ikterus yaitu :
a) Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama
Penyebab ikterus terjadi pada 24 jam pertama menurut besarnya
kemungkinan dapat disusun sebagai berikut :
b) Inkomptabilitas darah Rh, ABO atau golongan lain .
c) Infeksi Intra Uterin ( virus , toksoplasma , siphilis dan bakteri )
d) Kadang – kadang oleh defisiensi enzim G6PD
Pemeriksaan yang perlu dilakukan :
 Kadar bilirubinserum berkala
 Darah tepi lengkap untuk menunjukkan sel darah merah abnormal
atau imatur , eritoblastosisi pada penyakit Rh atau sferosis pada
inkompatibilitas ABO .
 Golongan darah ibu dan bayi untuk mengidentifikasi inkompeten
ABO
 Test Coombs pada tali pusat bayi baru lahir hasil positif tesr comb
indirek membuktikan antibody Rh+ anti A dan anti B dalam darah
ibu. Hasil positif dari test Coomb direk menandakan adanya
sensitisasi (Rh+, anti A, anti B dari neonatus)
 Pemeriksaan skrining defisiensi G6PD , biakan darah atau biopsy
hepar bila perlu .
1. Ikterus yang timbul 24-72 jam sesudah lahir .
a. Biasanya ikterus fisiologis
b. Masih ada kemungkinan inkompatibilitas darah ABO atau Rh , atau
golongan lain . Hal ini diduga kalau kenaikan kadar bilirubin cepat
misalnya melebihi 5 mg% per 24 jam .
c. Defisiensi Enzim G6PD atau enzim eritrosit lain juga masih
mungkin .
d. Polisetimia .
e. Hemolisis perdarahan tertutup .

15
Bila keadaan bayi baik dan peningktannya cepat maka pemeriksaan
yang perlu dilakukan :
1) Pemeriksaan darah tepi
2) Pemeriksaan darah bilirubin berkala
3) Pemeriksaan skriningEnzim G6PD
2. Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai akhir minggu
pertama .
a) Sepsis
b) Dehidrasi dan Asidosis
c) Defisiensi Enzim G6PD
d) Pengaruh obat-obat
e) Sindroma Criggler-Najjar, Sindroma Gilbert
3. Ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama dan selanjutnya .
a) Karena ikterus obstruktif
b) Hipotiroidisme
c) Breast milk Jaundice
d) Infeksi
e) Hepatitis neonatal
f) Galaktosemia
H. Penatalaksanaan Medis
1. Fototherapi ( terapi sinar )
Fototerapi diberikan jika kadar bilirubin darah indirek lebih dari 10
mg% . Beberapa ilmuan mengarahkan untuk memberikan fototerapi
profilaksis pada 24 jam pertama pada bayi resiko tinggi dan berat badan
lahir rendah .6
Cara kerja terapi sinar yaitu menimbulkan dekomposisi bilirubin
sari suatu senyawaan tetrapirol yang sulit larut dalam air menjadi
senyawa dipirol yang mudah larut dalam air sehingga dapat dikeluarkan
melalui urine dan feses . Disamping itu pada terapi sinar ditemukan
pula peninggian konsentrasi bilirubin indirek dalam cairan empedu
duodenum dan menyebabkan bertambahnya pengeluaran cairan empedu

16
ke dalam usus sehingga peristaltic usus meningkat dan bilirubin keluar
bersama feses. Dengan demikian kadar bilirubin akan menurun .11
Hal hal yang perlu diperhatikan pada pemberian terapi sinar adalah :
a) Pemberian terapi sinar biasanya selama 2x24 jam
b) Lampu yang dipakai tidak melebihi 500 jam . sebelum digunakan
cek apakah lampu semuanya menyala . Tempelkan pada alat terapi
sinar , penggunaan yang ke berapa pada bayi itu untuk mengetahui
kapan mencapai 500 jam penggunaan .
c) Pasang label , kapan mulai dan kapan selesainya fototerapi.
d) Pada saat dilakukan fototerapi, posisi tubuh bayi akan diubah –
ubah : terlentang lalu telungkup agar penyinaran berlangsung
merata .6
2. Menyusui bayi dengan ASI
Bilirubin juga dapat pecah jika bayi banyak mengeluaran feses dan
urin . Untuk itu bayi harus mendapatkan cukup ASI . Seperti diketahui ,
ASI memiliki zat-zat terbaik bagi bayi yang dapat memperlancar buang
air besar dan kecilnya. Akan tetapi , pemberian ASI juga harus dibawah
pengawasan dokter karena pada beberapa kasus , ASI justru
meningkatkan kadar bilirubin bayi . Di dalam ASI memang ada
komponen yang dapat mempengaruhi kadar bilirubinnya. Namun
komponen tersebut belum diketahui hingga saat ini . Kejadian ini
biasanya muncul di minggu pertama dan kedua setelah bayi lahir dan
akan berakhir pada minggu ke -3 . Biasanya untuk sementara ibu tak
boleh menyusui bayinya . Setelah kadar bilirubin bayi normal , bayi
boleh disusui lagi .6
3. Terapi Sinar Matahari
Terapi dengan sinar matahari hanya merupakan terapi tambahan .
Biasanya dianjurkan setelah bayi selesai dirawat dirumah sakit .
Caranya bayi dijemur selama setengah jam dengan posisi yang berbeda
beda . Seperempat jam dalam keadaan terlentang,misalnya seperempat
jam kemudian telungkup . Lakukan antara jam 07.00 sampai 09.00 .

17
Inilah waktu dimana sinar surya efektif mengurangi kadar bilirubin
Di bawah jam tujuh , sinar ultraviolet belum cukup efektif , sedangkan
di atas jam Sembilan kekuatannya sudah terlalu tinggi sehingga akan
merusak kulit .
Hindari posisi yang membuat bayi melihat langsung ke matahari
karena dapat merusak matanya . Perhatikan pula stuasi di sekelilingnya
keadaan udara harus bersih .6
I. Aplikasi Manajemen Kebidanan Pada Hiperbilirubin
1. Subyektif
1) Riwayat transfusi tukar / terapi sinar pada bayi sebelumnya
2) Disamping itu faktor resiko kehamilan dan persalinan juga
berperan dalam diagnosis dini ikterus pada bayi. Faktor resiko
tersebut antara lain adalah kehamilan dengan komplikasi ,
persalinan dengan tindakan/komplikasi ,obat yang diberikan pada
ibu selama hamil maupun persalinan , kehamilan dengan diabetes
mellitus , gawat janin, malnutrisi intrauterine , infeksi intranatal .6
2. Objektif
Data objektif yang dapat diperoleh dari bayi yang mengalami
hiperbilirubinemia adalah :
1) Sklera,puncak hidung,sekitar mulut,dada,perut,dan ekstremitas
berwarna kuning .
2) Letargi
3) Kemampuan menghisap menurun
4) Kejang 5

Secara klinis ikterus pada neonatus dapat dilihat segera


setelah lahir atau beberapa hari kemudian . Ikterus yang tampak
pun sangat tergantung kepada penyebab ikterus itu sendiri . Pada
bayi dengan peninggian bilirubin indirek kulit tampak berwarna
kuning terang sampai jingga,sedangkan pada penderita obstruksi
empedu warna kulit terlihat agak kehijauan . Perbedaan ini dapat

18
terlihat pada penderita ikterus berat , tetapi kadang kadang hal ini
sulit dipastikan secara klinis karena sangat dipengaruhi warna kulit
Penilaian akan lebih sulit apabila penderita sedang mendapatkan
terapi sinar . Selain kuning, penderita sering hanya memperlihatkan
gejala minimal misalnya tampak lemah dan nafsu minum
berkurang . Keadaan lain yang mungkin menyertai ikterus adalah
anemia , pembesaran hepar , perdarahan tertutup , gangguan nafas ,
gangguan sirkulasi dan gangguan syaraf. Keadaan tadi biasanya
ditemukan pada ikterus berat dan hiperbilirubinemia.5
Menurut Kramer ikterus dimulai dari kepala , leher dan
seterusnya . Untuk penilaian ikterus , Kramer membagi tubuh bayi
baru lahir dalam lima bagian yang dimulai dari kepala dan leher ,
dada sampai pusat , pusat bagian bawah sampai tumit , tumit
pergelangan kaki dan bahu pergelangan tangan dan kaki serta
tangan termasuk telapak kaki dan telapak tangan.5
Disamping itu pula dilakukan pemeriksaan laboratorium
yaitu bilirubin serum dan bilirubin direk , golongan darah dan
rhesus dari bayi dan ibu , pemeriksaan darah lengkap (Hemoglobin
hematokrit , total , dan hitung jenis sel darah merah ) , hitung
retikulosit ,jika ada hemolisis dan tidak ada ketidaksesuaian rhesus
atau ABO , mungkin diperlukan pemeriksaan hemoglobin
elektroforesis , penapisan G6PD atau pengujian kerentanan osmotic
untuk mendiagnosis efek sel darah merah , dilakukan didasarkan
pada hari timbulnya ikterus.5
3. Analisa
By. X cukup bulan sesuai masa kehamilan usia … hari dengan
Hiperbilirubinemia .
4. Penatalaksanaan
1) Memberi ASI dengan sering dan sejak dini , kurang lebih 8 kali
dalam 24 jam

19
2) Melakukan pemeriksaan laboratorium pada semua pasien dengan
hiperbilirubin signifikan , fraksi bilirubin direk dan indirek , Hb
,hitung retikulosit , golongan darah , dan asupan darah perifer .
3) Fototerapi dengan menggunakan blue light (350-470 nm). bertujuan
untuk menurunkan kadar bilirubin indirek .
4) Selama fototerapi bayi tidak berpakaian diletakan kira kira 36 cm
sampai 40 cm dibawah cahaya selama beberpa jam atau beberapa
hari sampai kadar bilirubin menurun ke nilai yang normal .
5) Memberikan pengamanan pada bayi saat dilakukan fototerapi sinar
dengan menutup mata dengan karbon dan alat menutup alat kelamin
nya.
6) Mengatur dan mnegubah posisi bayi setiap 6 jam pada saat
dilakukan terapi sinar .
7) Setelah terapi dihentikan bayi harus diperiksa kembali pada beberapa
jam kemudian untuk memastikan bilirubin sudah dalam kadar yang
sesuai .13

20
BAB III
METODOLOGI

A. Metode
Metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan laporan tugas akhir
ini menggunakan manajemen kebidanan yang menggambarkan alur pola
pikir dan bertindak bidan dalam pengambilan keputusan klinis untuk
mengatasi masalah dan menggunakan metode studi kasus melalui
pendekatan manajemen kebidanan yaitu suatu proses pemecahan
masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan
pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan – penemuan
dan keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk
pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien.3
Metode pendokumentasian yang penulis gunakan ialah dalam bentuk
SOAP. Pendokumentasian SOAP terdiri dari :
1. S (Subjektif)
Menggambarkan pendokumentasian yang datanya berhasil diperoleh dari
hasil anamnesa dari Ibu by.R. Anamnesa yang dilakukan fokus pada
riwayat yang berhubungan dengan identitas,keluhan utama,riwayat
neonatal dan faktor maternal.
2. O (Objektif)
Menggambarkan pendokumentasian yang diperoleh dari hasil
pemeriksaan fisik klien,hasil laboratorium dan hasil tes diagnostik yang
menjadi data focus untuk mendukung pemberian asuhan. Pemeriksaan
fisik yang diberikan fokus sesuai kebutuhan.
3. A (Analisa)
Analisa dilakukan berdasarkan data subjektif dan data objektif sesuai
keadaan klien .
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dilakukan sesuai dengan asuhan yang dilakukan pada
bayi R.

21
B. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam
melakukan pengkajian kasus pada laporan Tugas Akhir ini diantaranya:
1. Wawancara
Jenis Wawancara yang dilakukan penulis dalam penyusunan laporan
Tugas Akhir ini menggunakan teknik wawancara yang berarti setiap
pertanyaan diarahkan agar berpusat kepada beberapa pokok tertentu,
sehingga dengan demikian dapat dikumpulkan data sesuai dengan
masalah. Dalam asuhan ini penulis melakukan anamnesa untuk mengkaji
mengenai indentitas,keluhan,riwayat neonatal dan faktor maternal .
Selanjutnya wawancara atau anamnesa dilakukan sesuai dengan
perkembangan kasus 14
2. Pemeriksaan ( fisik, laboratorium)
Pemeriksaan fisik dilakukan melalui pemeriksaan pandang (inspeksi),
pemeriksaan raba (palpasi), pemeriksaan dengar (auskultasi) dan periksa
ketuk (perkusi). Pemeriksaan dilakukan dari ujung rambut sampai ujung
kaki yang dalam penatalaksaannya dilakukan secara sistematis atau
berurutan. Dan pemeriksaan fisik penunjang berupa pemeriksaan yang
mendukung sesuai dengan kasus dalam hal ini adalah pemeriksaan
laboratorium seperti kadar bilirubin dan hemoglobin . 14
3. Observasi
Pengamatan observatif adalah suatu prosedur yang berencana, yang
antara lain meliputi melihat, mendengar, dan mancatat sejumlah dan taraf
aktivitas tertentu atau situasi tertentu yang ada hubungannya dengan
masalah yang diteliti.
Observasi dilakukan penulis sejak klien datang ke ruang perinatologi
pada tanggal 27 Februari 2018 yaitu mengobservasi keadaan
umum,ttv,pemeriksaan fisik,dan pemeriksaan laboratorium.14

22
4. Studi dokumentasi
Studi dokumen atau teks yang pada umumnya menitikberatkan pada
bahan yang mempelajari dokumen (status) atau catatan medik by R di
RSUD Leuwiliang .
5. Studi Literatur
Untuk memperoleh dukungan teoritis terhadap masalah kebidanan yang
dipilih, maka penulis banyak membaca buku mengenai Hiperbilirubin,
baik berupa buku teks (teori) maupun hasil penelitian orang lain, majalah
jurnal dan sebagainya. Dari studi literatur (tinjauan kepustakaan) ini akan
mempermudah dalam merumuskan kerangka konsep laporan tugas akhir
( LTA).14

23
BAB IV
TINJAUAN KASUS

Nama Pengkaji : Wildah Hasnatul Mardiah


Hari/Tanggal Pengkajian : Selasa, 27 Februari 2018
Waktu Pengkajian : Pukul 15.00 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Perinatologi RSUD Leuwiliang

A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas Klien
a. Bayi
Nama : By R
Tanggal Lahir : 18-02-2018
Jenis Kelamin :L
Golongan Darah : B
b. Orangtua
Nama : Ny I
Suku : Sunda
Agama : Islam
Golongan darah : AB
Alamat : Kp. Pabuaran . Cikopomayak
2.Riwayat maternal
Ibu tidak memiliki riwayat penyakit jantung,diabetes,ginjal,hati dan
hipertensi. Ibu memiliki riwayat keguguran 1 kali. Ibu sering periksa hamil
di puskesmas. Ibu tidak ada riwayat penyakit saat hamil. HPHT pada
tanggal 25-05-2017 dan taksiran persalinan 02 -03-2018 .
3. Riwayat Perinatal
Bayi lahir pada usia kehamilan ± 37 minggu secara spontan di Puskesmas
Jasinga di tolong oleh bidan. Bayi Lahir langsung menangis,tonus otot aktif
dan segera dilakukan IMD. Hasil IMD berhasil ± 1 jam. Bayi sudah
diberikan vitamin K1 .

24
4. Faktor neonatal
Bayi R usia 7 hari dari PKM Jasinga diberikan tindakan pemeriksaan fisik
dan disarankan untuk pergi ke RSUD Leuwiliang untuk dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut. Bayi datang rujukan dari PKM Jasinga diantar
ibu nya ke IGD PONEK RSUD Leuwiliang dengan keluhan bayi nya
rewel , tidak mau menyusu,dan terlihat kulit bayi kuning sampai seluruh
tubuhnya sejak tadi pagi . Bidan PONEK melakukan kolaborasi dengan
dokter . dilakukan advice dokter sebagai berikut :
Dilakukan pemasangan infus ditangan sebelah kanan dengan cairan infus
D10 12 tpm dan melakukan kolaborasi dengan petugas lab untuk
pemeriksaan kadar bilirubin,golongan darah,dan kadar hemoglobin dalam
darah.
5. Riwayat Neonatal
Bayi sudah menyusu dengan baik, frekuensi menyusu 8 kali dalam sehari
lamanya ± 30 menit secara bergantian. Ibu mengatakan jarang
membangunkan bayinya saat tidur untuk menyusu karena ibu merasa
kasihan.
6. Faktor Lingkungan
Ibu tinggal di perkampungan yang bersih dan nyaman. Sumber air yang
digunakan sehari hari dari sumur. Ibu mempunyai fasilitas pembuangan
sampah, ibu tidak memiliki hewan pemeliharaan. Bayi jarang dijemur
karena cuaca pada saat itu kurang mendukung.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Lemah
Warna Kulit : tampak kuning di bagian wajah dan seluruh tubuh
Menangis : kuat
Tanda-tanda Vital :
Respirasi : 40 kali/menit
Denyut Jantung Bayi : 130 kali/menit
Suhu : 36,8oC

25
` Antropometri :
Berat badan lahir 2500 gram, panjang badan 49 cm, lingkar kepala 30
cm, lingkar dada 32 cm.
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Bentuk kepala simetris
Telinga : kanan dan kiri posisinya simetris, terletak sejajar
dengan sudut mata, tulang rawan teraba lunak dan cepat
kembali saat dilipat.
Mata : kanan dan kiri posisinya simetris, terletak sejajar
dengan telinga, konjungtiva terlihat sedikit pucat ,
sklera kuning.
Hidung : Bentuk hidung simetris, terdapat septum, tidak ada
pernapasan cuping hidung.
Mulut : tidak ada labioskizis dan labiopalatoskizis, bibir merah
muda, tidak mencucu, gusi merah muda, lidah merah
muda dan tidak kotor.
Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan kelenjar
limfe, warna kulit leher kuning
Dada : Bentuk dada simetris, puting sejajar, menonjol,
berwarna kuning,tidak ada retraksi. Bunyi jantung
normal dan nafas teratur.
Abdomen : Bentuk abdomen cembung, tidak ada pembesaran
hepar,pusar bersih dan kering, bising usus positif,
tampak kuning.
Ekstremitas : Tangan kanan dan kiri simetris, jumlah jari lengkap,
gerakan aktif dan normal, teraba hangat, kaki kanan dan
kiri simetris, jumlah jari lengkap, gerakan aktif dan
normal, teraba hangat, tampak kuning sampai telapak
tangan. Terpasang infus D10% 12 tpm di tangan
sebelah kanan.
Punggung : tidak ada benjolan dan cekungan, anus berlubang,

26
warna kulit punggung kuning, tidak keriput, tidak ada
tanda lahir, tidak terdapat bercak mongol.
Genetalia : Tidak ada kelainan, 2 testis sudah turun ke skrotum,
BAK (+)
Anus : Terdapat lubang anus dan tidak ada kelainan, BAB (+)

3. Sistem Saraf
Refleks glabela (+) : Mata bayi mengedip dengan baik ketika dahi di
sentuh
Refleks rooting (+) : Pada saat IMD bayi mampu mencari putting
Refleks sucking (+) : Pada saat menyusui bayi menghisap dengan baik
Refleks swallowing : Bayi mampu menelan ASI pada saat menyusui
(+)
Refleks babinski(+) : Bayi mampu meregangkan jari kaki ketika ada
sentuhan pada telapak kaki ke arah atas
Refleks plantar (+) : Bayi mampu merekatkan jari ketika telapak kaki
disentuh
Refleks palmar : Bayi mampu menggenggam ketika telapak tangan
graps (+) di sentuh
Refleks moro (+) : Bayi melakukan gerakan seperti memeluk
tangan/kaki (fleksi) saat terkejut

C. ANALISA
By R neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 7 hari dengan
Hiperbilirubinemia
D. PENATALAKSANAAN
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga, bahwa
kondisi bayi nya dalam kondisi kuning dan harus dilakukan
perawatan lebih lanjut . Evaluasi : Keluarga mengerti
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi
3. Melakukan hasil kolaborasi dengan dokter spesialis anak .

27
a. advice dokter :
1) Lakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kadar bilirubin,
golongan darah dan jumlah hemoglobin .
2) Lakukan phototherapy 1x24 jam pukul 17.00 WIB .
3) Lakukan observasi laju jantung,pernapasan dan suhu setiap 1 jam.
(lembar observasi terlampir)
4) Berikan ASI 3x10 ml
5) Mengganti popok 3 jam sekali
Catatan Perkembangan
Hari/Tanggal Pengkajian : Rabu, 28 Februari 2018
Waktu Pengkajian : Pukul 15.00 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Perinatologi RSUD Leuwiliang
A. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Warna Kulit : tampak normal.
Menangis : kuat
Tanda-tanda Vital
Respirasi : 42 kali/menit
Denyut Jantung Bayi : 140 kali/menit
Suhu : 36,8oC
2. Pemeriksaan Fisik
Mata : kanan dan kiri posisinya simetris, terletak sejajar
dengan telinga, konjungtiva merah muda , sklera putih
Dada : Bentuk dada simetris, puting sejajar, menonjol,
berwarna kuning, tidak ada retraksi. Bunyi jantung
normal dan nafas teratur.
Abdomen : Bentuk abdomen cembung, tidak ada pembesaran
hepar,pusar bersih dan kering, bising usus positif,
tampak sedikit kuning
Ekstremitas : Terpasang infus D10% 12 tpm di tangan sebelah kanan.

28
Data Penunjang , hasil pemeriksaan lab tanggal 27 Februari 2018
Jenis Hasil Satuan Normal
Pemeriksaan
Hemoglobin 16,1 g/dL 15,0 – 24,6

Bilirubin 16,1 mg/dL ≤10 untuk bayi


Total kurang bulan
≤12 u/ bayi cukup
bulan

Bilirubin 15,72 mg/dL <1,0


indirek
Bilirubin 0,38 Mg/dL <0,30
direk

B. ANALISA
By R Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 8 hari dengan
Hiperbilirubinemia
C. PENATALAKSANAAN
1. Melakukan perawatan kebersihan bayi mengganti popok 3 jam sekali.
2. Memberikan ASI 3x10 cc.
3. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk perawatan
selanjutnya.
Advice :
1) Bayi tidak dilakukan terapi sinar ( Phototherapy ) lagi. Alasan
karena hasil bilirubin total sudah normal.
2) Lepas infus 17.00 WIB
3) Lakukan observasi laju jantung, respirasi, suhu 1 jam sekali.

29
Catatan Perkembangan
Hari/Tanggal Pengkajian : Kamis, 1 Maret 2018
Waktu Pengkajian : 08.00 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Perinatologi RSUD Leuwiliang

A. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik
2. Tanda-tanda vital
Respirasi : 43x/menit
Denyut jantung bayi : 142x/menit
Suhu : 37ºC
3. Pemeriksaan Fisik , hasil :
Mata : kanan dan kiri posisinya simetris, terletak sejajar
dengan telinga, konjungtiva tidak pucat, terdapat refleks
glabella.
Ekstremitas : Tangan kanan dan kiri simetris, jumlah jari lengkap,
gerakan aktif dan normal, teraba hangat, kaki kanan dan
kiri simetris, jumlah jari lengkap, gerakan aktif dan
normal, teraba hangat, infus sudah terlepas pada pukul
17.00 WIB ( 28 Februari 2018 )
B. ANALISA
By R Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 9 hari dengan
Hiperbilirubinemia

C. PENATALAKSANAAN
1. Melakukan perawatan kebersihan bayi mengganti popok 3 jam sekali.
2. Memfasilitasi ibu memberikan ASI pada bayi nya diruang PMK pada
pukul 16.00 WIB. Dilakukan konseling tentang pentingnya pemberian
ASI dan rutin menjemur bayi nya dipagi hari mulai pukul 07.00 – 08.00
WIB
3. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak, advise :

30
a) Lakukan observasi laju jantung, respirasi, suhu 1 jam sekali.
b) Rencana pulang tanggal 02 Februari 2018

Catatan Perkembangan
Hari/Tanggal Pengkajian : Jumat, 2 Maret 2018
Waktu Pengkajian : 08.00 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Perinatologi RSUD Leuwiliang
A. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : baik
2. BB : 2600 gram
3. Tanda-tanda vital
Respirasi : 43 x/menit
Denyut jantung bayi : 143 x/menit
Suhu : 36,8 ºC
4. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Bentuk kepala simetris
Telinga : kanan dan kiri posisinya simetris, terletak sejajar
dengan sudut mata, tulang rawan teraba lunak dan cepat
kembali saat dilipat.
Mata : kanan dan kiri posisinya simetris, terletak sejajar
dengan telinga, konjungtiva tidak pucat.
Hidung : Bentuk hidung simetris, terdapat septum, tidak ada
pernapasan cuping hidung.
Mulut : tidak ada labioskizis dan labiopalatoskizis, bibir merah
muda, tidak mencucu, gusi merah muda, lidah merah
muda dan tidak kotor.
Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan kelenjar
limfe, warna kulit leher terlihat normal
Dada : Bentuk dada simetris, puting sejajar, menonjol, warna
tampak normal,tidak ada retraksi. Bunyi jantung normal
dan nafas teratur.

31
Abdomen : Bentuk abdomen cembung, tidak ada pembesaran hepar,
tali pusat bersih dan kering, bising usus positif, warna
kulit tampak normal .
Ekstremitas : Tangan kanan dan kiri simetris, jumlah jari lengkap,
gerakan aktif dan normal, teraba hangat, terdapat reflek
grasping. Kaki kanan dan kiri simetris, jumlah jari
lengkap, gerakan aktif dan normal, teraba hangat, warna
kulit tampak normal.
Punggung : tidak ada benjolan dan cekungan, anus berlubang,
warna kulit tampak normal, tidak keriput, tidak ada
tanda lahir, tidak terdapat bercak mongol

Data Penunjang , hasil pemeriksaan lab tanggal 28 Februari 2018


Jenis Hasil Satuan Normal
Pemeriksaan
Hemoglobin 16,5 g/dL 15,0 – 24,6

Bilirubin Total 8,3 g/dL ≤10 u/ bayi


kurang bulan
≤12 u/ bayi
cukup bulan
Bilirubin 0,62 mg/dL ≤ 1,0
indirek
Bilirubin direk 0,21 mg/dL ≤0,30

B. ANALISA
By R Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 10 hari dengan
keadaan umum baik .
C. PENATALAKSANAAN
1. Melakukan perawatan kebersihan bayi: mengganti popok sesudah BAB
dan BAK

32
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi
3.Memfasilitasi ibu memberikan ASI pada bayi nya diruang
4. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak:
a. Bayi R dipulangkan hari jumat tanggal 2 Februari 2018
5. Memberikan konseling pada ibu untuk selalu rutin memberikan ASI
setiap 2 jam sekali sampai usia bayi 6 bulan dan mengingatkan ibu
untuk selalu rutin menjemur bayi dipagi hari mulai pukul 07.00-08.00
WIB

Catatan Perkembangan
Hari/Tanggal Pengkajian : Sabtu, 10 Maret 2018
Waktu Pengkajian : 11.00 WIB
Tempat Pengkajian : Rumah Ibu Bayi R . Kp. Pabuaran . Cikopomayak
Nama Pengkaji : Wildah Hasnatul Mardiah

A. DATA SUBJEKTIF :
Ibu mengatakan bayi nya menyusu dengan baik, frekuensi menyusu 8
kali dalam sehari lamanya ± 30 menit secara bergantian ibu rutin
menjemur bayi nya di pagi hari mulai pukul 08.00 WIB , bayi BAB 2-3
kali sehari, BAK 10-12 kali sehari.
B. DATA OBJEKTIF :
1. Pemeriksaan Umum :
Keadaan Umum : Baik
Tonus Otot : Aktif
Warna Kulit : Kemerahan
Menangis : Kuat
Tanda – Tanda Vital :
Respirasi : 48 x/menit
Denyut Jantung Bayi : 145 x/menit
Suhu : 37 ºC
BB : 2700 gram

33
2. Pemeriksaan Fisik :
Kepala : Bentuk kepala simetris
Telinga : kanan dan kiri posisinya simetris, terletak sejajar
dengan sudut mata, tulang rawan teraba lunak dan cepat
kembali saat dilipat.
Mata : kanan dan kiri posisinya simetris, terletak sejajar
dengan telinga, sklera tidak pucat, terdapat refleks
glabella.
Hidung : Bentuk hidung simetris, terdapat septum, tidak ada
pernapasan cuping hidung.
Mulut : tidak ada labioskizis dan labiopalatoskizis, bibir merah
muda, tidak mencucu, gusi merah muda, lidah merah
muda dan tidak kotor, terdapat reflek rooting, sucking,
swallowing.
Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan kelenjar
limfe, warna kulit normal .
Dada : Bentuk dada simetris, puting sejajar, menonjol, warna
kulit normal ,tidak ada retraksi. Bunyi jantung normal
dan nafas teratur.
Abdomen : tidak ada pembesaran hepar, tali pusat sudah lepas ,
bising usus positif, warna kulit normal .
Ekstremitas : Tangan kanan dan kiri simetris, jumlah jari lengkap,
gerakan aktif dan normal, teraba hangat, Kaki kanan
dan kiri simetris, jumlah jari lengkap, gerakan aktif dan
normal, teraba hangat, terdapat reflek babinski dan
Palmar grasp, warna kulit normal .
Punggung : tidak ada benjolan dan cekungan, warna kulit normal,
tidak ada tanda lahir, tidak terdapat bercak mongol

34
Genetalia : Tidak ada kelainan, 2 testis sudah turun ke skrotum bak
(+),
Anus : Terdapat lubang anus dan tidak ada kelainan ,

C. ANALISA
Bayi R usia 20 hari Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan
keadaan umum baik.
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa
keadaan bayi sehat dan kulit bayi baik sudah tidak kuning lagi .
2. Mengingatkan kembali ibu mengenai cara pemberian ASI yang baik
ibu mempraktikan nya saat memberikan asi pada bayi .
3. Memberikan penjelasan pada ibu mengenai rutin menjemur bayi nya
di pagi hari mulai pukul 07.00 WIB – 09.00 WIB caranya dibuka
seluruh baju nya dan tutupi mata serta genetalia nya. Bayi dijemur
selama setengah jam dengan posisi yang berbeda beda. Misalnya
seperempat jam dalam keadaan terlentang,seperempat jam kemudian
telungkup .
4. Melakukan konseling mengenai stimulasi perkembangan pada bayi
usia 0-3 bulan.
5. Menjelaskan pada ibu mengenai imunisasi dasar pada bayi
6. Memberitahu ibu untuk dilakukan imunisasi BCG saat usia 1 bulan.
7. Menganjurkan ibu untuk rutin datang ke posyandu setiap bulan nya
untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan bayi .
8. Konseling mengenai gizi yang baik untuk ibu menyusui.
(SAP Terlampir)

35
BAB V
PEMBAHASAN

Pada pembahasan laporan kasus penulis menyajikan pembahasan yang


membandingkan antara teori dengan manajemen asuhan kebidanan pada
By. R di Ruang Perinatologi RSUD Leuwiliang .
1. Data Subjektif
Berdasarkan hasil pengkajian data yang telah diperoleh pada By. R
tanggal 27 Februari 2018 pukul 15.00 WIB di peroleh data subjektif Ibu
mengeluh bayi nya usia 7 hari terlihat kulit bayi kuning sampai seluruh
tubuhnya termasuk di bagian matanya . Sesuai dengan teori bahwa tanda
klinis hiperbilirubinemia adalah Sklera , puncak hidung ,sekitar mulut ,
dada , perut dan ekstremitas berwarna kuning5 . Ibu by R mengatakan
bahwa saat hamil tidak memiliki riwayat penyakit
jantung,diabetes,ginjal,hati,dan hipertensi. Hal ini sesuai dengan teori
yang mengatakan bahwa faktor risiko untuk menegakkan diagnosis.8
2. Data Objektif
Pada tanggal 27 februari 2018 pukul 15.00 WIB dilakukan pemeriksaan fisik
pada by R . TTV dalam batas normal, namun dalam pemeriksaan fisik
seluruh tubuh terlihat kuning termasuk bagian sklera , dan ekstremitas bayi
kuning . Dibantu dengan data penunjang yaitu hasil Lab yang menunjukan
hasil bilirirubin indirek 15,72 mg/dl pada neonatus cukup bulan, yaitu
merupakan tanda ikterus patologis, hal ini sesuai dengan teori perbandingan
klasifikasi ikterus patologis. 5
3. Analisa
Berdasarkan data subjektif dan data objektif yang telah dibahas dapat
ditegakkan analisa By R neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 7
hari dengan Hiperbilirubinemia .
4. Penatalaksanaan
Berdasarkan hasil analisa yaitu By R neonatus cukup bulan sesuai masa
kehamilan dengan Hiperbilirubinemia . Dilakukan Penatalaksaan atas

36
advise dokter spesialis anak dilakukan observasi TTV 1 jam sekali , dan
dilakukan permeriksaan lab serta dilakukan Fototherapi pada tanggal 27
februari 2018 pukul 17.00 wib , bayi diberikan Asi, hal ini sesuai dengan
pendapat surasmi yang mengatakan penatalaksanaan medis pada bayi
hiperbilirubin dengan Fototherapi , menyusui bayi dengan ASI , dan
6
Terapi Sinar Matahari. Untuk penatalaksanaan Fototerapi dilakukan
1x24 jam atas advise dokter karena hasil bilirubin total sudah kembali
normal. Ini menjadi kesenjangan karena dalam teori disebutkan jika
fototerapi dilakukan 2 x 24 jam .
5. Faktor Pendukung
Selama pelaksanaan asuhan kebidanan pada By. R di Ruang Perinatologi
RSUD Leuwiliang adalah adanya kerjasama yang baik dengan ibu,
keluarga dan tenaga kesehatan serta tersedianya sarana yang memadai
sehingga asuhan bisa diberikan secara maksimal.
6. Faktor Penghambat
Selama pelaksanaan asuhan kebidanan pada BY R di Ruang Perinatologi
RSUD Leuwiliang tidak ditemukan faktor penghambat . .

37
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan pada By R berupa pengumpulan data
subjektif, pemeriksaan fisik dan data penunjang untuk memperoleh data
objektif, menentukan analisa untuk mengetahui masalah yang terjadi pada
pasien serta penatalaksanaan yang telah diberikan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Data subjektif
Berdasarkan hasil anamnesa didapatkan data subjektif dari pasien yaitu pada
tanggal 27 Februari 2018 ibu dari By. R Mengeluh mengeluh bayi nya
usia 7 hari terlihat kulit bayi kuning sampai seluruh tubuhnya termasuk di
bagian matanya dan rewel tidak mau menyusu. Setelah dilakukan
perawatan selama 5 hari di rumah sakit bayi kembali dalam keadaan sehat .
Dilakukan kunjunga rumah pada tanggal 10 Maret 2018 ibu mengatakan
bayi nya menyusu dengan baik frekuensi menyusu 8 kali dalam sehari
lamanya ± 30 menit secara bergantian ibu rutin menjemur bayi nya di pagi
hari mulai pukul 08.00 WIB , bayi BAB 2-3 kali sehari, BAK 10-12 kali
sehari.
2. Data Objektif
Dari data objektif berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pada
tanggal 27 Februari 2018 didapatkan bahwa keadaan umum lemah hasil ttv
masih dalam batas normal , untuk pemeriksaan fisik saat awal memang
terlihat kuning diseluruh tubuh nya termasuk di bagian sklera dan
ekstremitas , dan hasil laboratorium menunjukan tingginya angka bilirubin
pada by R sehingga harus dilakukan perawatan di Rumah Sakit selama 5
hari, semakin hari keadaan bayi R semakin baik , dilihat dari hasil
laboratorium yang menunjukan angka bilirubin total nya menjadi normal
kembali dan bayi R dapat menyusu dengan baik. Hasil setelah dilakukan
perawatan selama beberapa hari bayi pulang dengan keadaan sehat . (5)

38
3. Analisa
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang telah didapatkan
ditegakkan analisa By R neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan
usia 7 hari dengan Hiperbilirubinemia .
4. Penatalaksanaan
Setelah ditegakan analisa maka dirumuskan dan dilakukan asuhan pada
kasus tersebut yaitu dilakukan pemantauan TTV 1 jam sekali ,
berkolaborasi dengan petugas Lab , dan dilakukan fototherapi pada
tanggal 27 februari 2018 pada pukul 17.00 wib 1x24 jam .
5. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat diajukan saran-saran guna
perbaikan asuhan kebidanan sebagai berikut :
1. Untuk Pusat Pelayanan Kesehatan
Diharapkan di RSUD Leuwiliang dapat mempertahankan mutu
pelayanan kesehatan yang sudah dijalani sesuai dengan kewenangan di
Rumah Sakit.
2. Untuk klien dan keluarga
Diharapkan bisa menjadi bahan informasi dan wawasan untuk klien dan
keluarga mengenai perawatan dan pengetahuan mengenai asuhan bayi
dengan hiperbilirubinemia .
3. Untuk profesi Bidan
Diharapkan bidan di Rumah Sakit mampu dan dapat melaksanakan dan
menerapkan asuhan kebidanan sesuai standar yang telah ditetapkan.

39
DAFTAR PUSTAKA
1. Dewi Vivian Nanny Lia 2010 . Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita .
Jakarta . Salemba Medika .
2. Suriadi.2001 Asuhan Keperawatan Pada anak edisi 1 . Jakarta . Fajar
Inter Pratama .
3. Depkes RI. 2017 . Capaian Kinerja Kemenkes RI [Diakses pada tanggal
28 Maret 2018] http//www.depkes.go.id
4. Hiperbilirubin pada bayi . 2013 . [Diakses tanggal 2 Mei 2018]
ejournal.unsrat.ac.id
5. Anonim . 2015 . Riset Kesehatan Dasar . Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia .
Jakarta .
6. Nike . 2014 . Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir . Jakarta . EGC
7. Markum,2002 . Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak . Jakarta . FK UI .
8. Saifuddin, AB. 2009 .Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta . EGC
9. Data register RSUD Leuwiliang 2017
10. Alimul,Hidayat A. 2005 .Pengantar Ilmu Keperawatan Anak . Jakarta:
Salemba medika .
11. Notostmodjo, S.2015. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta. Rineka
Cipta
12. Sudarti. 2010 . Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita.
Yogyakarta . Nuha Medika .
13. Marmi, K. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta. Pustaka Pelajar
14. Maryunani . 2012 . Asi eksklusif dan Manajemen Laktasi. Jakarta .EGC
15. Swarjana, I Ketut .2015. Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi
Revisi) .Yogyakarta . Andi Offset .
SATUAN ACARA PENYULUHAN IBU MENYUSUI

Pokok Bahasan : Asuhan Kebidanan pada BBL dengan Hiperbilirubinemia

Sub Pokok Bahasan : Nutrisi ibu menyusui

Hari / Tanggal : Selasa, 27 Februari 2018

Waktu : 15 Menit

Sasaran : By Ny R

Tempat : Ruang Perinatologi RSUD Leuwiliang

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diharapkan ibu nifas dapat memahami gizi atau nutrisi pada masa nifas
sehingga kesehatan tubuh dan kebutuhan energi tetap terjaga.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan ibu mampu :
a. Menjelaskan pengertian gizi atau nutrisi dan kebutuhan gizi ibu
nifas.
b. Menjelaskan dan menyebutkan kandungan pada menu-menu
seimbang, serta contoh-contoh bahan makanannya.
B. Materi
1. Pengertian gizi atau nutrisi.
2. Kandungan pada menu seimbang.
C. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
D. Media dan Alat
Buku KIA
E. Kegiatan
No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. Pembukaan a. Memberi salam a. Menjawab salam
3 menit b. Menjelaskan tujuan b. Mendengarkan
pembelajaran dan
memperhatikan
2. Pelaksanaan Menjelaskan materi Menyimak dan
7 menit penyuluhan secara mendegarkan
berurutan dan teratur.
Materi :
1. Pengertian gizi atau
nutrisi.
2. Kandungan pada menu
seimbang.
3. Evaluasi a. Mempersilahkan ibu a. Bertanya
dan penutup untuk bertanya bila ada b. Menjawab
5 menit yang belum dipahami pertanyaan
b. Mengajukan pertanyaan c. Menjawab salam
untuk evaluasi
c. Menyimpulkan hasil
penyuluhan
d. Menutup dengan
mengucapkan salam

F. Evaluasi
1. Apa yang dimaksud nutrisi?
2. Apa saja kandungan pada menu seimbang?
KEBUTUHAN NUTRISI MASA NIFAS

A. Pengertian Gizi atau Nutrisi


Pengertian Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk
keperluan metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila
menyusui akan meningkat 25 % , karena berguna untuk proses pemulihan
fisik karena sehabis melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang
cukup untuk menyehatkan bayi.
B. Kandungan Pada Menu Seimbang
Menu makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi cukup
dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung
alkohol, nikotin serta bahan pengawet atau pewarna. Selain itu harus
mengandung:
1. Sumber Tenaga (Energi)
Untuk pembakaran tubuh, pembentukkan jaringan baru,
penghematan protein (jika sumber tenaga kurang, protein dapat
digunakan sebagai cadangan untuk memenuhi kebutuhan energi).
Zat gizi sebagai sumber karbohidrat terdiri dari beras, sagu, jagung,
tepung terigu dan ubi. Sedangkan zat lemak dapat diperoleh dari
hewani (lemak, mentega, keju) dan nabati (kelapa sawit, minyak
sayur, minyak kelapa dan margarin).
2. Sumber Pembangun (Protein)
Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel-sel
yang rusak atau mati. Sumber protein dapat diperoleh dari protein
hewani (ikan, udang, kerang, kepiting, daging ayam, hati, telur, susu
dan keju) dan protein nabati (kacang tanah, kacang merah, kacang
hijau, kedelai, tahu dan tempe). Sumber protein terlengkap terdapat
dalam susu, telur dan keju, ketiga makanan tersebut juga
mengandung zat kapur, zat besi dan vitamin B3.
Kebutuhan protein yang dibutuhkan adalah 3 porsi per hari.
Satu protein setara dengan tiga gelas susu, dua butir telur, lima putih
telur, 120 gram keju, 1 ¾ gelas yoghurt, 120-140 gram
ikan/daging/unggas, 200-240 gram tahu atau 5-6 sendok selai
kacang.
3. Sumber Pelindung (Air)
Unsur-unsur tersebut digunakan untuk melindungi tubuh dari
serangan penyakit dan pengatur kelancaran metabolisme dalam
tubuh. Ibu menyusui minum air sedikitnya 3 liter setiap hari
(anjurkan ibu untuk minum setiap kali habis menyusui).
4. Sumber Pengatur (Mineral)
Sayuran berwarna hijau dan kuning (daun pepaya, daun
singkong, daun katuk, bayam, sawi hijau, wortel, labu kuning,
pepaya, jambu biji, manga jeruk, semangka, alpukat)
5. Vitamin
Kebutuhan vitamin selama menyusui sangatdibutuhkan. Vitamin
yang diperlukan antara lain :
a. Vitamin A
Berguna bagi kesehatan kulit, kelenjar serta mata. Vitamin A
terdapat dalam telur, hati, wortel, dan keju. Jumlah yang di
butuhkan adalah 1,300 mg.
b. Vitamin B6
Membantu penyerapan protein dan meningkatkan fungsi syaraf.
Asupan vitamin B6 sebanyak 2,0 mg perhari. Vitamin B6 dapat
ditemui di daging, hati, padi-padian, kacang polong dan
kentang.
c. Vitamin E
Berfungsi sebagai antioksidan, meningkatkan stamina dan daya
tahan tubuh. Terdapat dalam makanan berserat, kacang-
kacangan, minyak nabati dan gandum.
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : ASI dan teknik menyusui yang benar

Sub Pokok Bahasan : Pemberian ASI dan teknik menyusui yang benar

Hari/Tanggal : Kamis , 1 Maret 2018

Waktu : 15 menit

Sasaran : By Ny R

Tempat : Ruang perinatologi RSUD Leuwiliang

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberikan penyuluhan diharapkan klien mengerti dan memahami
tentang pentingnya pemberian ASI dan tehnik menyusui yang benar .

B. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah diberikan penyuluhan diharapkan klien mampu :
1. Menyebutkan keunggulan ASI
2. Menyebutkan hal-hal yang dapat mempengaruhi produksi ASI
3. Mengetahui dan mempraktekan teknik menyusui yang baik dan
benar

C. Materi
Terlampir

D. Media dan Alat


Lembar balik

E. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demonstrasi
F. Kegiatan Penyuluhan

No Tahapan/waktu Kegiatan Kegiatan klien


1 Pembukaan -Memberi salam -Menjawab
(2 menit ) -Menjelaskan tujuan -Mendengarkan
2 Inti/Pengembangan -Menjelaskan -Mendengarkan
10 menit pengertian ASI -Mempraktekkan
-Menjelaskan -Bertanya
keunggulan dan hal –
hal yang
mempengaruhi ASI
-Mengajarkan teknik
menyusui
-Memberi
kesempatan klien
untuk bertanya
3 Penutup -Memberikan -Menjawab
(3 menit) pertanyaan kepada -Menjawab salam
klien
-Memberi salam

G. Evaluasi
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ASI eksklusif ?
2. Sebutkan apa saja keunggulan dari ASI ?
3. Sebutkan hal – hal apa saja yang dapat mempengaruhi produksi
ASI?
4. Mempraktekkan teknik menyusui yang benar .
MATERI

PEMBERIAN ASI

A. Pengertian
Asi diberikan pada bayi sampai berusia 2 tahun . Selama 6 bulan
pertama diberi ASI saja. . Setelah 6 bulan bayi di makanan pendamping
ASI karena bayi membutuhkan nutrisi selain dari ASI .
B. Keunggulan ASI
1. Mengandung hampir semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi
2. Mengandung berbagai zat imun yang dapat melindungi bayi dari
berbagai kuman penyakit
3. Aman dari kontaminasi karena diberikan secara langsung
4. Resiko alergi pada bayi sangat kecil
5. Dapat mempererat kasih saying antara ibu dan anak
6. Sesuai dengan suhu tubuh
7. Membantu pertumbuhan gigi lebih baik
8. Kemungkinan tersedak sangat kecil
9. Ekonomis, tersedua setiap waktu .
C. Hal – hal yang dapat mempengaruhi produksi ASI
1. Makanan ibu
2. Ketenangan jiwa dan pikiran
3. Penggunaan alat kontrasepsi
4. Perawatan payudara
D. Teknik menyusui yang benar
1. Cara meletakkan bayi harus benar , usahakan dalam posisi yang
nyaman bagi ibu dan anak
2. Bayi dipeluk denganseluruh badannya menghadap pada perut ibu
atau payudara posisinya harus searah dari kuping , hidung dan
badannya
3. Perut bayi menempel pada perut ibu atau payudara bagian bawah ,
dagunya menempel pada payudara ibu
4. Usahakan isapan bayi sampai pada areola mammae
5. Setiap kali sesudah menyusui usahakan payudara dalam keadaan
kosong
6. Pandanglah bayi dengan penuh kasih sayang
7. Bersihkan mulut bayi setelah menyusui
8. Sendawakan bayi setelah menyusui
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Asuhan Kebidanana bayi dan balita

Sub pokok bahasan : Imunisasi

Sasaran : Ny By R

Waktu : 10 menit

Hari/Tanggal : Sabtu , 10 – Maret - 2018

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberikan penyuluhan , diharapkan ibu dapat mengetahui pentingnya
imunisasi .

B. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah diberikan penjelasan tentang imunisasi , diharapkan ibu mampu :
1. Menjelaskan pengertian dan tujuan dari imunisasi .
2. Memberitahu kegunaan dan jadwal imunisasi .
3. Menyebutkan siapa saja yang boleh diberikan imunisasi .
4. Mengetahui tempat pelayanan imunisasi .

C. Materi
Terlampir

D. Media dan alat


Lembar balik

E. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
F. Kegiatan penyuluhan
No Tahapan/waktu Kegiatan Kegiatan Klien
1 Pembukaan -Memberi salam -Menjawab
(2 menit) -Menjelaskan -Mendengarkan
tujuan
2 Inti/Pengembangan -Menjelaskan -Mendengarkan
(5 menit) pengertian dan -Bertanya
tujuan imunisasi .
-Menjelaskan jenis,
sasaran, waktu ,
tempat imunisasi.
-Memberi
kesempatan klien
untuk bertanya .
3 Penutup -Memberikan -Menjawab
(3 menit) pertanyaan kepada -Menjawab Salam
klien
-Memberi salam

G. Evaluasi
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan imunisasi
2. Sebutkan apa saja tujuan dari imunisasi
3. Sebutkan jenis , sasaran , kegunaan , reaksi , dan jadwal dari imunisasi
4. Sebutkan siapa saja yang tidak boleh diberikan imunisasi
5. Sebutkan tempaat pelayanan imunisasi
MATERI

IMUNISASI

A. Pengertian imunisasi

Imunisasi adalah suatu usaha memberikan kekebalan tubuh pada bayi dan
balita .

B. Tujuan Imunisasi

1. Untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi tertentu.

2. Apabila terjadi penyakit, tidak akan terlalu parah dan dapat dicegah gejala
yang dapat memberikan cacat dan kematian .

3. Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi dari penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi .

C. Jenis , sasaran , Kegunaan , Reaksi dan Jadwal Imunisasi

Jenis Sasaran Kegunaan Reaksi Jadwal


Imunisasi

BCG Bayi Mencegah Pembengkakkan 1x di


umur 0-2 penyakit kecil dan merah lengan
bulan TBC kanan atas
.

Vaksinasi
ulang usia
5 tahun

Hepatitis B Bayi Mencegah 3x, selang


umur 0- penyakit waktu 4
11 bulan hepatitis minggu
dipaha atas

DPT Bayi Mencegah Timbul panas 3x , selang


umur 2- penyakit ringan setelah waktu 4
11 bulan difteri, penyuntikan minggu.
pertusis , Vaksinasi
tetanus . ulang 1,5
tahun-2
tahun. DT
usia 5-6
tahun

Polio Bayi Mencegah Hampir tidak 4x, selang


umur 2- penyakit ada , bila ada waktu 4
11 bulan . poliomyelitis hanya diare minggu ,
ringan . vaksinasi
ulang 1,5
tahun dan
10 tahun .

Campak Bayi Mencegah Demam Ringan 1x di


umur 9- penyakit lengan kiri
11 bulan campak atas.
D. Siapa Saja Yang Tidak Boleh Diberikan Imunisasi

1. BCG

a. Anak yang sakit kulit atau infeksi kulit di daerah penyuntikan

b. Anak dengan mantoux positif

c. Anak yang kurang sehat atau panas

2. DPT

a. Anak yang sedang sakit parah

b. Anak dengan riwayat kejang bila demam

c. Anak dengan panas tinggi , lebih dari 37,5°C

3. Campak

a. Anak yang sakit parah

b. Defisiensi kekebalan

c. Anak yang menderita TBC tana pengobatan

d. Anak demam , lebih dari 37,5°C

e. Defisiensi gizi dalam derajat berat

4. Polio

Anak yang sedang menderita diare

E. Tempat Pelayanan Imunisasi

1. Posyandu

2. Puskesmas

3. Dokter dan Bidan Praktek Swasta


4. Rumah Bersalin

5. Rumah Sakit
LEMBAR OBSERVASI

Nama Pasien : By R

Hari/Tanggal Jam KU RR HR S

Selasa , 27 15.00 Lemah 40x/menit 130 36,8°C


Feb 2018 x/menit

16.00 Lemah 43x/menit 145x/menit 36,8°C

18.00 Baik 41x/menit 142x/menit 36,8°C

19.00 Baik 42x/menit 141x/menit 36,5°C

20.00 Baik 42xmenit 141x/menit 36,5°C

Rabu , 28 Feb 15.00 Baik 42x/menit 140x/menit 36,8°C


2018
16.00 Baik 43x/menit 141x/menit 36,7°C

17.00 Baik 42x/menit 142x/menit 36,5°C

18.00 Baik 43x/menit 141x/menit 36,5°C

19.00 Baik 43x/menit 142x/menit 36,6°C

20.00 Baik 42x/menit 143x/menit 36,6°C

Kamis , 01 08.00 Baik 43x/menit 142x/menit 36,8°C


Maret 2018
09.00 Baik 43x/menit 142x/menit 36,8°C

10.00 Baik 42x/menit 141x/menit 36,8°C

11.00 Baik 42x/menit 141x/menit 36,7°C

12.00 Baik 43x/menit 142x/menit 36,8°C

13.00 Baik 43x/menit 142x/menit 36,7°C


14.00 Baik 42x/menit 141x/menit 36,7°C

Jumat , 02 08.00 Baik 43x/menit 143x/menit 36,8°C


Maret 2018
09.00 Baik 42x/menit 141x/menit 36,8°C

10.00 Baik 42x/menit 142x/menit 36,7°C

11.00 Baik 41x/menit 141x/menit 36,7°C

12.00 Baik 42x/menit 142x/menit 36,7°C

13.00 Baik 43x/menit 143x/menit 36,8°C

Hari/Tanggal Jam Perawatan Pemberian ASI


Kebersihan
Selasa , 27 Feb 16.00 1x 30 cc
2018 habis
17.00 Menggati
popok
BAB +
BAK +
18.00 1x 30 cc
habis
20.00 Menggati 1x 30 cc
popok habis
BAB +
BAK +
Rabu , 28 Feb 16.00 1x 30 cc
2018 habis
17.00 Mengganti
Popok
BAK +
18.00 1x 30 cc
habis
20.00 Mengganti 1x 30 cc
Popok habis
BAB +
BAK +
Kamis , 01 Maret 10.00 1x 30 cc
2018 habis
11.00 Mengganti
Popok
BAB +
BAK +
12.00 1x 30 cc
habis
14.00 Mengganti 1x 30 cc
Popok habis
BAB +
BAK +
Jumat , 02 Maret 08.00 1x 30 cc
2018 habis
09.00 Mengganti
Popok
BAB +
BAK +
11.00 1x 30 cc
habis

Anda mungkin juga menyukai