Di Susun Oleh
Kelompok 1 :
T.A. 2021
Kata Pengantar
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan hidayah-Nya, makalah ini
dapat diselesaikan sehingga dapat memenuhi tugas yang telah di tugasnkan kepada kelompok
kami.
Dengan adanya kerja sama yang baik, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan judul Asuhan Keperawatan Penyakit Asma. Di dalam penyusunan makalah ini, kami
mengharapkan kritik serta saran dari para pembaca untuk kemajuan pada pembuatan makalah
berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua, Amin.
Penyusun
A. Tinjauan Teoritis Tentang Penyakit Asma
1. Definisi
Asma biasanya dikenal sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan adanya
Whezzing (mengi) intermitan yang timbul sebagai respon akibat paparan terhadap suatu
zat iritan atau alergi. Secara fisiologis asma merupakan kaskade kompleks kondisi dan
interaksi yang dapat mengakibatkan obstruksi aliran udara akut,meningkatkan produksi
mucus,hiperreaktivitas bronkus dan inflamasi jalan napas.
Asma adalah penyakit kronis yang paling sering pada anak dan, jika tidak di
terapkan akan memberikan efek buruk secara langsung pada kualitas hidup seorang
anak. meskipun sebagai besar anak dengan asma menunjukan gejala yang khas
berupa wheezing, namun banyak yang tidak menunjukan gejala tersebut. Batuk
presisten merupakan gejala asma yang banyak di jumpai namun sering di abaikan .
Seorang anak yang batuk saat atau setelah bermain, berlari atau menangis mungkin
menderita asma.
Asma merupakan masalah kesehatan global yang menyerang semua umur dan
sering terjadi pada anak-anak (Tiara Imaniar, Susi Talib R.T 2019).
Asma adalah gangguan pada bronkus dan trakhea yang memiliki reaksi
berlebihan terhadap stimulus tertentu dan bersifat reversible (Anisa 2019).
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversible dimana trakea
dan brokhi berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu (Maiti and
Bidinger n.d.).
Asma merupakan suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan
karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu yang menyebabkan peradangan
dengan manifestasi mengi kambuhan, sesak nafas, dan batuk terutama pada malam
hari dan pagi hari. Asma merupakan penyakit yang umumnya mempengaruhi orang-
orang dari semua usia, dan dapat mempengaruhi psikologis serta sosial yang termasuk
domain dari kualitas hidup. Penyakit ini pada umumnya dimulai sejak masa anak-anak
(Wong, 2009).
Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan
bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan
napas yang luas dan derajatnya dapat berubah- ubah, baik secara spontan maupun
sebagai hasil pengobatan (Muttaqin, 2008).
2. Etiologi
Sampai saat ini etiologi dari Asma Bronkhial belum diketahui. Suatu hal yang
yang menonjol pada penderita Asma adalah fenomena hiperaktivitas bronkus. Bronkus
penderita asma sangat peka terhadap rangsangan imunologi maupun non imunologi.
Adapun rangsangan atau faktor pencetus yang sering menimbulkan Asma adalah:
Faktor ekstrinsik (alergik) : reaksi alergik yang disebabkan oleh alergen atau
alergen yang dikenal seperti debu, serbuk-serbuk, bulu- bulu binatang.
Faktor intrinsik(non-alergik) : tidak berhubungan dengan alergen, seperti
common cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, dan polutan lingkungan dapat
mencetuskan serangan.
Asma campuran : Asma campuran merupakan gabungan dari dua jenis asma
yang telah disebutkan sebelumnya dan asma ini paling umum terjadi.
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya
serangan Asma Bronkhial yaitu :
a. Faktor predisposisi
1) Genetik
Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan
penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita
penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah
terkena penyakit Asma Bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus.
Selain itu hipersensitivitas saluran pernapasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
1) Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a) Inhalan : yang masuk melalui saluran pernapasan Contoh : debu, bulu
binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
b) Ingestan : yang masuk melalui mulut Contoh : makanan dan obat-
obatan
c) Kontaktan : yang masuk melalui kontak dengan kulit Contoh :
perhiasan, logam dan jam tangan
2) Perubahan cuaca Cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi Asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor
pemicu terjadinya serangan Asma. Kadang- kadang serangan berhubungan
dengan musim, seperti musim hujan, musim kemarau.
3) Stres
Stres atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan Asma,
selain itu juga bisa memperberat serangan Asma yang sudah ada.
Disamping gejala Asma yang timbul harus segera diobati penderita Asma
yang mengalami stres atau gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk
menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stresnya belum diatasi
maka gejala belum bisa diobati.
4) Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
Asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang
bekerja di laboratorium hewan, industry tekstil, pabrik asbes, polisi lalu
lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
5) Olah raga atau aktifitas jasmani
Sebagian besar penderita Asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktifitas jasmani atau olah raga yang berat. Lari cepat paling
mudah menimbulkan serangan Asma. Serangan asma karena aktifitas
biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
3. Tanda dan Gejala Klinis
Tanda dan gejala yang muncul yaitu hipoventilasi, dyspnea, wheezing, pusing-pusing,
sakit kepala, nausea, peningkatan nafas pendek, kecemasan, diaphoresis, dan
kelelahan. Hiperventilasi adalah salah satu gejala awal dari asma. Kemudian sesak
nafas parah dengan ekspirasi memanjang disertai wheezing (di apeks dan hilus). Gejala
utama yang sering muncul adalah dipsnea, batuk dan mengi. Mengi sering dianggap
sebagai salah satu gejala yang harus ada bila serangan asma muncul.
4. Patofisiologi
Suatu serangan Asma merupakan akibat obstruksi jalan napas difus reversible.
Obstruksi disebabkan oleh timbulnya tiga reaksi utama yaitu kontraksi otot-otot polos
baik saluran napas, pembengkakan membran yang melapisi bronki, pengisian bronki
dengan mukus yang kental.
Selain itu, otot-otot bronki dan kelenjar mukusa membesar, sputum yang
kental, banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara terperangkap
didalam jaringan paru.Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sel
mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen
dengan antibody, menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast (disebut mediator)
seperti histamine, bradikinin, dan prostaglandin serta anafilaksis dari substansi yang
bereaksi lambat (SRS-A).
Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan
kelenjar jalan napas, menyebabkan bronkospasme, pembengkakan membran
mukosa, dan pembentukan mucus yang sangat banyak. Selain itu, reseptor α- dan β-
adrenergik dari sistem saraf simpatis terletak dalam bronki. Ketika reseptor α-
adrenergik dirangsang, terjadi bronkokonstriksi, bronkodilatasi terjadi ketika reseptor
β- adrenergik yang dirangsang.
Keseimbangan antara reseptor α- dan βadrenergik dikendalikan terutama oleh
siklik adenosine monofosfat (cAMP). Stimulasi reseptor α- mengakibatkan penurunan
cAMP, yang mengarah pada peningkatan mediator kimiawi yang dilepaskan oleh sel-
sel mast bronkokonstriksi. Stimulasi reseptor β- mengakibatkan peningkatan tingkat
cAMP yang menghambat pelepasan mediator kimiawi dan menyebabakan
bronkodilatasi. Teori yang diajukan adalah bahwa penyekatan β- adrenergik terjadi
pada individu dengan Asma. Akibatnya, asmatik rentan terhadap peningkatan
pelepasan mediator kimiawi dan konstriksi otot polos (Smeltzer & Bare, 2002).
Pathways
Bronchial mukosa menjadi sensitif oleh Ig E Penurunan stimuli reseptor terhadap iritan
pada trakheobronkhial
Peningkatan mast cell pada trakheobronkhial Hiperaktif non spesifik stimuli penggerak
dari cell mas
wheezing
Bronkus menyempit Penumpukan sekret kental
Intervensi Utama:
Manajemen jalan napas.
Observasi:
1.) Monitor pola napas
2.) Monitor bunyi napas
tambahan
3.) Monitor sputum
Terapeutik:
1.) Posisikan semi fowler
atau fowler
2.) Berikan minum
hangat
3.) Lakukan fisioterapi
dada
4.) Lakukan pengisapan
lender kurang dari 15
detik
5.) Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum
penghisapan
endotrakeal
6.) Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsep McGill
7.) Berikan Oksigen, jika
perlu
Edukasi:
1.) Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari,
jika tidak
kontraindikasi
3. Gangguan pola tidur 1.) Keluhan sulit tidur
2.) Ajarkan teknik batuk
berhubungan dengan kurang menurun.
efektif
kontrol tidur 2.) Keluhan istirahat
Kolaborasi
tidak cukup
1.) Kolaborasi
menurun
pemberian
3.) Keluhan tidak
bronkodilator,
puas tidur
ekspektron,
menurun
mukolitik, jika
perlu.
Intervensi utama:
1.) Dukungan tidur
Observasi:
1.) Identifikasi pola
aktivitas dan tidur
2.) Identivikasi factor
pengangguran
tidur
3.) Identifuikasi
makanan dan
minuman yang
mengganggu tidur
4.) Identifikasi obat
tidur yang di
konsumsi
Terapiutik:
1) Modifikasi lingkungan
2) Batas waktu tidur
siang
3) Fasilitas
menghilangkan stres
sebelum tidur
4) Tetapkan jadwal tidur
rutin
5) Lakukan prosedur
untuk meningkatkan
kenyaman
6) Sesuaikan jadwal
pemberian obat
dam/atau tindakan
untuk menunjukan
siklus tidur-terjaga
Edukasi:
1) Jelaskan pentingnya
tidur cukup selama
sakit
4. Intoleransi aktivitas 2) Anjurkan menepati
berhubungan dengan Ketidak 1) Saturasi Oksigen kebiasaan waktu tidur
seimbangan antara suplai dan Meningkat 3) Anjurkan
kebutuhan oksigen 2) Keluhan lelah menghindari
menurun makanan/minuman
3) Dispnea setelah yang menggangu
aktifitas menurun tidur
4) Perasaan lemah 4) Anjurkan
menurun penggunaan obat
5) Tekanan darah tidur yang tidak
menurun mengandung
6) Frekuensi napas supresor terhadap
Menurun tidur REM
Intervensi Utama:
Intoleransi aktivitas.
Observasi:
1.) Identifikasi gangguan
fungsi tubuh yang
mengakibatkan
kelelahan.
2.) Monitor kelelahan
fisik.
3.) Monitor pola dan jam
tidur.
4.) Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan
selama melakukan
aktivitas
Terapiutik:
1) Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus
2) Lakukan latihan
rentang gerak pasif
dan/atau aktif
3) Berikan aktivitas
dikstarsi yang
menenangkan.
4) Fasilitas duduk di sisi
tempat tidur, jika
tidak dapat berpindah
atau berjalan.
Edukasi:
1) Anjurkan tirah baring
2) Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
3) Anjurkan
menghubungi
perawart jika tanda
dan gejala kelelahan
tidak berkurang
4) Ajrkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan.
Kolaborasi:
Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
6. Implementasi
Pelaksanaan keperawatan adalah pemberian asuhan keperawatan yang
dilakukan secara langsung kepada pasien. Kemampuan yang harus dimiliki perawat
pada tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan
untuk menciptakan hubungan saling percaya dan saling membantu, kemampuan tekhnik
psikomotor, kemampuan melakukan observasi sistematis, kemampuan memberikan
pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi dan evaluasi. Tahap pelaksanaan
keperawatan meliputi: fase persiapan (preparation), tindakan dan dokumentasi.
7. Evaluasi
Menurut Dion dan Betan (2013) evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses
keperawatan yang merupakan perbandingan sistematis dan terencana antara hasil akhir
yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan keluarga.
Evaluasi bertujuan untuk melihat kemampuan keluarga dalam mencapai tujuan. Evaluasi
terbagi atas dua jenis, yaitu:
a. Evaluasi Formatif Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan
hasil tindakan keperawatan. Evaluasi ini dilakukan segera setelah perawat
mengimplementasikan rencanan keperawatan guna menilai keefektifan tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi formatif ini meliputi empat
komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni Subjektif (data berupa keluhan
klien), Objektif (data hasil pemeriksaan), Analisa data (perbandingan data dengan
teori), dan Planning (perencanaan).
b. Evaluasi Sumatif Evaluasi Sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua
aktifitas proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan menilai
dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan. Metode yang
dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adalah melakukan wawancara pada akhir
layanan, menanyakan respon pasien dan keluarga terkait layanan keperawatan,
mengadakan pertemuan pada akhir pelayanan.
Daftar Pustaka
Anisa, K.n. 2019. “Peran Keluarga Dalam Perawatan Penderita Asma Di Desa Sukoreno Wilayah
Kerja Puskesmas Sentolo I Kulon Progo.” : 9–25.
Rohman, Dodi. 2015. “Efektifitas Latihan Nafas Dalam (Deep Breathing).” Fikes UMP: 14–42.
Tiara Imaniar, Susi Talib R.T, Hermani Triredjeki. 2019. “Asuhan Keperawatan Pada Anak
Dengan Asma.” Poltekkes Kemenkes Semarang 44(12): 2–8.