Anda di halaman 1dari 12

DEPRESI: SUATU TINJAUAN PSIKOLOGIS

Wandansari Sulistyorini
Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia, Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial
Jl. Salemba Raya Nomor 28 Jakarta Pusat
E-mail: wandansari2003@yahoo.com

Muslim Sabarisman
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial RI
Jl. Dewi Sartika Nomor 200, Cawang III, Jakarta Timur
E-mail: sleem.ndr@gmail.com

Abstrak
Depresi bisa terjadi akibat banyaknya permasalahan dan perubahan sosial dan kultur sebagai laju pertumbuhan global,
terutama kemajuan teknologi yang semakin meningkat. Tak dipungkiri dengan kemajuan teknologi secara global
ini, membawa dampak positif dan negatif. Tentunya dampak negatif yang kita harus hindari karena akan membawa
pada ketidakstabilan kehidupan jika seseorang tidak memiliki ketahanan diri yang akan menimbulkan depresi bagi
seseorang yang mengalaminya. Untuk itu kajian ini disusun guna membantu agar masyarakat lebih mudah memahami
apa itu depresi, serta dapat memperluas wawasan mengenai gangguan psikologis, khusunya depresi. Kemudian
sebagai dasar pengetahuan untuk berpartisipasi dalam memberikan informasi bagi masyarakat, dan sebagai upaya
pencegahan kesehatan fisik dan mental, karena depresi dapat memicu munculnya penyakit fisik dan psikis serta
dapat memicu ke arah penyalahgunaan obat zat adiktif, serta memicu munculnya keinginan bunuh diri. Berdasarkan
kajian ini bahwa depresi dapat menimbulkan permasalahan bagi individu yang sedang mengalaminya. Permasalahan
tersebut perlu temukenali dengan memahaminya, dan dalam artikel ini dijelaskan bahwa depresi merupakan gangguan
emosional yang ditandai dengan perasaan tertekan, perasaan bersalah, kesedihan, kehilangan minat, dan menarik
diri dari orang lain yang dapat berpengaruh pada hubungan interpersonal. Seseorang yang mengalami depresi pada
umumnya menunjukkan gejala fisik, psikis dan gejala sosial yang khas, seperti murung, sedih, sensitif, gelisah, mudah
marah atau kesal, kurang bergairah, kurang percaya diri, hilang konsentrasi, bahkan bisa kehilangan daya tahan tubuh
pada seseorang yang mengalaminya.
Kata kunci: depresi, permasalahan, gejala sosial, gangguan psikologis.

Abstract
Depression can be caused by many problems and social and cultural change as the pace of global growth, particularly
technological advances are increasing. No doubt with this global technological advances, bringing the positive and
negative effects. Of course, the negative impact that we have to avoid because it would lead to the instability of
life if someone does not have self-resilience that will cause depression for someone who experienced it. Therefore
this study is organized to help make the community more easily understand what is depression, and can expand
knowledge regarding psychological disorders, especially depression. Then as a knowledge base to participate in
providing information to the public, and for prevention of physical and mental health, because depression can trigger
physical and psychological illnesses, and can lead towards drug abuse addictive substances, as well as trigger the
emergence of suicidal ideation. Based on this study that depression can cause problems for individuals who are
undergoing. Temukenali these problems need to understand it, and in this article explained that depression is an
emotional disorder characterized by feelings of anxiety, guilt, sadness, loss of interest, and withdraw from others
that can affect interpersonal relationships. A person suffering from depression generally show symptoms of physical,
psychological and social phenomena are typical, such as depressed, sad, sensitive, restless, irritable or resentful, less
passionate, less confident, loss of concentration, could even lose the immune system in a person who experience.

Keywords: Depression, problems, symptoms of social, psychological disorders

Sosio Informa Vol. 3, No. 02, Mei - Agustus, Tahun 2017. Kesejahteraan Sosial 153
PENDAHULUAN 80% dari penderita depresi tidak mendapatkan
Perubahan sosial dan kultur sebagai dampak penanganan yang semestinya.
dari kemajuan teknologi yang sangat pesat di
Depresi atau gangguan suasana hati
era globalissasi sekarang tidak bisa dipungkiri
yang menyebabkan terganggunya aktifitas
membawa dampak pada kehidupan, baik yang
sehari-hari ini ditetapkan oleh World Health
sifanya positif maupun negatif. Dampak positif
Organization (WHO) sebagai krisis global
tentu saja akan memberikan keuntungan,
dan memprediksi pada tahun 2020 gangguan
namun dampak negatif akan membawa pada
depresi ini merupakan nomor dua penyumbanng
ketidakstabilan kehidupan jika seseorang tidak
penyebab ketidakmampuan seseorang dalam
memiliki ketahanan diri. Faktanya kemajuan
kehidupannya setelah kardiovaskular. Lebih
teknologi dan globalissi lebih membentuk
dari 350 juta jiwa penduduk dunia mengalami
kehidupan masyarakat yang cenderung
depresi sehingga WHO menetapkan depresi
mengarah pada trend budaya materialisme dan
sebagai salah satu prioritas untuk ditangani.
individualisme, terjadinya penurunan ahlak,
(Kemenkes, 2014)
moral atau etika pada masyarakat menyebabkan
iklim sosial yang kurang sehat dan tidak Di Indonesia sendiri, pada tahun 2007
kondusif. Dampak lainnya adalah menguatnya menurut ketua IDI (Ikatan Dokter Indonesia),
kapitalisme dan konsumerisme yang akhirnya Fachmi Idris, 94% masyarakat Indonesia
menyebabkan makin banyak keluarga yang mengalami depresi dari tingkat tertinggi sampai
kehidupannya terpuruk, meningkatnya stresor tingkat terendah. Bahkan menurut WHO, angka
kehidupan yang semakin hari semakin beragam. bunuh diri di Indonesia terus meningkat. Pada
Tidak semua orang dapat menyesuaikan diri tahun 2010 angka bunuh diri di Indonesia
dengan perubahan dan perkembangan yang adalah 1,8 jiwa per 100.000 penduduk atau
pesat ini, bagi sebagian yang tidak dapat 5.000 kasus per tahun. Pada tahun 2012 angka
menyesuaikan diri terhadap perubahan sosial tersebut meningkat menjadi  4,3 jiwa per
ini akan mengalami berbagai jenis ketegangan, 100.000 penduduk atau setara dengan 10.000
kecemasan sampai dengan depresi. kasus pertahun (Pradana, 2016).

Depresi merupakan gangguan yang Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan,


seringkali tidak disadari baik oleh penderita Kementerian Kesehatan dalam seminar
maupun orang-orang di sekitarnya, mengutip memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia
dari Jaka Arya Pradana (2016) dikatakan 2011 menyatakan bahwa dari populasi orang
depresi disebut juga sebagai gangguan yang dewasa di Indonesia yang mencapai 150
tak terlihat atau invisible disease. Berbeda dengan juta jiwa, sekitar 11,6% atau 17,4 juta jiwa
gangguan lain seprti flue, penderita pasti sadar mengalami gangguan mental emosional atau
bahwa ia terkena flue, penderita depresi sering gangguan kesehatan jiwa berupa gangguan
kali tidak sadar ada masalah. Bahkan banyak kecemasan dan depresi. Meningkatnya jumlah
orang yang sering menganggap gangguan penderita disebabkan tidak setiap orang
depresi adalah masalah yang berkaitan dengan dilengkapi dengan perangkat yang memadai
keimanan seseorang saja dan tidak dianggap untuk menghadapi situasi-kondisi tersebut,
sebagai gangguan psikologis yang memerlukan tidak semua orang dilengkapi dengan perangkat
pertolongan profesional dalam bidang yang memadai untuk menghadapi situasi-
terssebut. Faktor ini mendukung terjadinya situasi diatas. Dalam kendala yang demikian

154 Sosio Informa Vol. 3, No. 02, Mei - Agustus, Tahun 2017. Kesejahteraan Sosial
maka akan dapat terjadi frustrasi, stres akut Kesehatan Dasar tahun 2013, menunjukkan
yang kemudian berubah menjadi reaksi depresi bahwa prevalensi gangguan mental emosional
(Salan, 1989). yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi
dan kecemasan adalah sebesar 6% untuk
Depresi ini dapat ‘menghingapi’ siapa
usia 15 tahun ke atas  atau  sekitar 14 juta
saja tanpa ‘pandang bulu’, tidak memandang
orang.  Sedangkan, prevalensi gangguan jiwa
pendidikan, etnik, usia, penghasilan maupun
berat, seperti schizophrenia adalah 1,7 per
status perkawinan. Simtomnya oleh National
1000 penduduk atau sekitar 400.000 orang.
Institute of Mental Health (2000) dijabarkan
Berdasarkan jumlah tersebut, ternyata 14,3%
sebagai kesedihan yang menetap, hilangnya
di antaranya atau sekira 57.000 orang pernah
minat atau kesenangan terhadap aktivitas-
atau sedang dipasung. Angka pemasungan di
aktivitas yang menyenangkan, perubahan yang
pedesaan adalah sebesar 18,2%. Angka ini
menyolok dengan nafsu makan atau berat badan,
lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka di
sulit tidur atau malah lebih banyak tidur, terjadi
perkotaan, yaitu  sebesar 10,7%..
agitasi atau lambat gerak fisiknya, kehilangan
energi, merasa tidak berharga atau merasa Untuk itu kajian ini disusun guna membantu
bersalah, sulit berfikir atau berkonsentrasi, dan agar: 1) lebih mudah dimahami apa itu
muncul pikiran untuk mati atau bunuh diri. depresi, serta dapat memperluas wawasan
Support4Hope (2004) mengemukakan dalam mengenai gangguan psikologis, khusunya
penelitian klinis, genetik dan neuroscience depresi, 2) dapat digunakan sebagai dasar
memperlihatkan bahwa depresi merupakan pengetahuan untuk berpartisipasi dalam
satu bentuk kelainan pada otak. Disamping itu memberikan informasi bagi masyarakat, 3)
beberapa tipe depresi seperti bipolar didapat sebagai upaya menuju kepada kesehatan fisik
dari keturunan, bahkan dalam beberapa dan mental, karena depresi dapat memicu
keluarga depresi major diturunkan dari generasi munculnya penyakit fisik serta dapat memicu ke
ke generasi sebagai suatu ‘sejarah’ keluarga. arah penyalahgunaan obat maupun zat adiktif,
Pada beberapa orang yang mempunyai self- dan munculnya keinginan bunuh diri.
esteem rendah, pesimis dengan diri sendiri
dan dunia atau cepat diliputi stres cenderung PEMBAHASAN
mudah terkena depresi. Mereka yang depresi Depresi bagi orang awam diartikan sebagai
menunjukkan kontrol diri rendah, yaitu keadaan emosi atau perasaan sedih, susah,
evaluasi diri yang negatif, harapan terhadap murung, ataupun tidak bahagia dan kehilangan
performance rendah, suka menghukum diri semangat untuk hidup. Dalam pengertian
dan sedikit memberikan hadiah terhadap diri ilmiah, depresi diartikan sebagai suatu keadaan
sendiri. emosi yang mempunyai karakteristik seperti
perasaan sedih, perasaan gagal dan tidak
Di Indonesia masalah kesehatan jiwa
berharga, dan menarik diri dari orang lain
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
ataupun lingkungan (Sue dkk., 1986). Depresi
sangat penting dan harus mendapat perhatian
mengganggu suasana hati atau semangat, cara
sungguh-sungguh dari seluruh jajaran lintas
berfikir, fungsi tubuh dan mengganggu perilaku.
sektor baik di tingkat Pusat maupun Daerah,
Davidson G Neale (2002) menjelaskan depresi
serta perhatian dari seluruh masyarakat.Beban
sebagai suatu keadaan emosi yang ditandai
penyakit atau burden of disease penyakit jiwa
dengan kesedihan yang sangat, perasaan tidak
di tanah air masih cukup besar. Hasil Riset

Sosio Informa Vol. 3, No. 02, Mei - Agustus, Tahun 2017. Kesejahteraan Sosial 155
berharga dan perasaan bersalah, menarik diri gangguan tidur, dan adanya perubahan pada
dari orang lain, susah tidur, kehilangan nafsu aktivitas psikomotornya; muncul perasaan
makan, kehilangan keinginan terhadap seksual tidak berharga atau perasaan bersalah, kesulitan
dan kehilangan minat dan kesenangan terhadap dalam berfikir, kesulitan dalam berkonsentrasi
aktivitas sehari-hari. dan kesulitan dalam membuat suatu keputusan;
menurunnya semangat atau energi yang
Leitenberg & Wilson (1986) menyatakan
menyebabkan mudah lelah; munculnya pikiran
bahwa mereka yang depresi menunjukkan
atau ide untuk bunuh diri atau keinginan untuk
kontrol diri rendah, yaitu evaluasi diri yang
mati. Depresi jenis unipolar dialami oleh
negatif, harapan terhadap performance
kebanyakan orang.
rendah, suka menghukum diri dan sedikit
memberikan hadiah terhadap diri sendiri. Maxmen (1986) mengklasifikasikan depresi
Sebagaimana pendapat Beck (1976) dan dalam 4 model. Pertama, model endogenus
Clark & Beck (dalam Santrock, 2003) bahwa dengan model reaktif; depresi model endogenus
individu yang mengalami depresi karena pada adalah depresi yang sumbernya karena faktor
awal perkembangannya ia memperoleh skema biologis, sedangkan depresi model reaktif
kognitif dengan karakteristik berupa rendahnya merupakan depresi yang ditimbulkan oleh
penilaian terhadap diri sendiri dan tidak adanya faktor-faktor psikososial. Kedua depresi
keyakinan mengenai masa depannya. Kebiasaan model primer dan sekunder; perbedaannya,
memiliki pemikiran negatif seperti ini semakin pada depresi primer tidak ada pendahulunya,
menambah dan memperluas pengalaman negatif sedangkan pada depresi sekunder didahului
individu yang bersangkutan yang mengalami oleh penyakit fisik atau penyakit mental. Ketiga
depresi dan mereka akan menyalahkan dirinya depresi model unipolar dan bipolar; pada depresi
sendiri lebih dari yang seharusnya. Louis bipolar individu mempunyai riwayat episode
dkk. (1996) berdasarkan hasil penelitiannya mania atau hipomania, sedangkan pada model
menyatakan dalam kesimpulannya bahwa unipolar tidak ada riwayat yang mendahului.
depresi berkorelasi dengan munculnya distorsi Model keempat adalah model depresi psikotik
pada kognisi individu dengan depresi neurotik; pada depresi neurotik
bentuk depresinya lebih ringan dari pada
Dalam DSM-IV-TRTM (2000) dinyatakan
depresi psikotik yang bentuk depresinya ini
bahwa gangguan depresi termasuk dalam
sudah begitu parah.
gangguan suasana hati (mood disorder). Salah
satu bentuknya berupa major depressive 1. Tanda-tanda Depresi
disorders (unipolar depression )dengan Depresi oleh Kaplan dkk. (1991)
karakteristik berupa munculnya satu atau lebih dijelaskan sebagai suatu keadaan pada
dari episode depresi major, seperti suasana hati individu yang ditandai dengan hilangnya
yang mengalami depresi atau kehilangan minat energi dan minat, perasaan bersalah,
terhadap segala aktivitas yang menyenangkan kesulitan berkonsentrasi, hilangnya
dalam dua minggu terakhir. Seseorang dapat nafsu makan, muncul pikiran tentang
dinyatakan mengalami gangguan ini apabila kematian atau bunuh diri. Tanda dan
individu tersebut setidaknya dalam dua minggu gejala lainnya berupa terjadinya perubahan
terakhir mengalami lima atau lebih simtom tingkat aktivitas kemampuan kognitif,
berikut: adanya perubahan pada nafsu makan pembicaraan, dan fungsi vegetatif seperti
atau berat badannya, adanya perubahan/

156 Sosio Informa Vol. 3, No. 02, Mei - Agustus, Tahun 2017. Kesejahteraan Sosial
tidur, nafsu makan, aktivitas seksual, dan pada perasaan penderita atau pada
irama biologis lainnya, dimana perubahan- perilaku luar yang disebabkan
perubahan ini hampir selalu menyebabkan perasannya, manifestasinya berupa
gangguan fungsi interpersonal, sosial dan kesedihan, berkurang bahkan hilangnya
pekerjaannya. kesenangan, apatis, berkurang bahkan
hilangnya perasaan cinta terhadap orang
Menurut Beck (1985) sumber depresi lain, kecemasan, hilangnya respon
adalah kognisi negatif. Orang yang depresi terhadap kegembiraan.
tampak mempunyai pandangan yang 2. Simtom kognitif mengandung tiga bagian
negatif mengenai dirinya sendiri, mengenai yang berbeda. Bagian pertama sikap
dunianya dan mengenai masa depannya. penderita yang menyimpang terhadap
Orang yang depresi menarik kesimpulan diri, pengalaman dan masa depannya.
yang salah dan akibat dari menilai negatif Simtom ini termasuk menilai jelek diri
dirinya, dunianya dan masa depannya, sediri, distorsi citra tubuh dan harapan
sehingga suasana hatinya depresif, negatif. Bagian kedua adalah penimpaan
kemampuannya lumpuh, menolak harapan- kesalahan kepada diri sendiri. Penderita
harapan, mempunyai harapan bunuh diri menyakini bahwa dirinya adalah sumber
dan terjadi kenaikan ketegangannya. berbagai permasalahan. Bagian ketiga
ditandai dengan ketidakmampuan
Pada masa kanak-kanak dan remaja orang penderita dalam mengambil keputusan.
yang depresif belajar melalui kehilangan
3. Simtom motivasional diartikan dengan
orang tua atau orang yang dicintainya, tidak adanya keinginan untuk melakukan
kejadian-kejadian yang menyedihkan, berbagai aktivitas seperti makan dan
penolakan teman sebaya, kritikan gurunya, minum obat, timbunya hasrat untuk mati
sikap depresif orang tua dan munculnya dan meningkatnya ketergantungan pada
skema negatif, dimana skema negatif ini orang lain.
akan aktif jika situasi yang baru yang 4.
Simtom perilaku dan vegetatif
dimasukinya mirip dengan kondisi ketika merupakan refleksi dari simtom-
ia belajar skema tersebut dan dikuatkan simtom diatas, meliputi gangguan tidur,
oleh kesalahan-kesalahan yang tidak logis kepasifan seperti tiduran selama berjam-
dan ini mengakibatkan kerusakan realitas. jam, menarik diri dari hubungan dengan
Skema negatif tentang diri sendiri selalu orang lain, retardasi dan agitasi pada
mengingatkan pada ketidak-berhargaan perilakunya, gangguan nafsu makan/
dirinya, menyalahkan diri sendiri yang anoreksia, gangguan aktivitas seksual.
disebabkan penarikan kesimpulan yang Beck (1985) menghubungkan tingkat
semaunya, abstraksi-selektif, generalisasi keparahan depresi dengan simtom-simtom
yang berlebih-lebihan, membesar-besarkan sebagai berikut:
dan meremehkan (Davidson & Neale,
1. Menurunnya Selera Makan
2002).
Tahap ringan muncul berupa
Beck (1985) mengklasifikasikan ketidak-inginan individu untuk makan,
simtom-simtom depresi dalam empat tahap sedang ditandai dengan benar-
kelompok yaitu: benar hilangnya selera makan dan
1emosional diartikan sebagai perubahan individu lupa makan tanpa disadarinya,

Sosio Informa Vol. 3, No. 02, Mei - Agustus, Tahun 2017. Kesejahteraan Sosial 157
tahap berat individu harus memaksa diri ringan sekalipun, mengeluh bahwa ia
sendiri atau dipaksa orang lain untuk tidak memiliki energi, bahkan untuk
makan (beberapa kasus menunjukan mengangkat tangan sekalipun.
kebalikannya, individu makan
1. Faktor Penyebab Depresi
berlebihan).
Beck (1976) mengemukakan bahwa
2. Gangguan Tidur
mencela diri sendiri (self deprecating) dan
Tahap ringan ditandai apabila cara berfikir yang menyimpang (berfikir
individu tidur dengan jumlah jam
negatif) merupakan inti dari ciri depresi
yang lebih banyak dari biasanya dan
orang dewasa. Beck dkk. (dalam Leitenberg
individu menyadarinya. Beberapa kasus
dkk., 1986) selanjutnya menjelaskan
menunjukan kebalikannya, penderita
sebenarnya ada tujuh kesalahan kognitif
bangun tidur lebih awal beberapa menit
(cognitive error) yang terdapat pada orang
sampai setengah jam dari biasanya.
yang depresi, yaitu:
Tahap sedang ditandai apabila individu
bangun satu atau dua jam lebih awal dari a) Overgeneralization yaitu percaya bahwa
biasanya. Tahap berat ditandai apabila jika hasil negatif terjadi dalam suatu
individu hanya tidur sekitar empat atau kejadian maka hasil negatif tersebut
lima jam, mengalami kesulitan untuk juga akan terjadi pada kejadian yang
tidur kembali, sedangkan pada beberapa sama bahkan untuk kejadian yang belum
kasus individu tidak dapat tidur sama terjadi,
sekali dimalam hari. b) Selective abstraction yaitu mengarahkan
3. Hilangnya Gairah Seksual pemikiran hanya pada hal-hal yang
negatif,
Individu pada tahap ringan akan
mengalami penurunan dalam merespon c) Assumsing exsessive responsibility atau
stimulus seksual, pada tahap sedang personal causalitas yaitu menyalahkan
tidak memiliki hasrat seksual spontan diri sendiri sebagai penyebab semua
dan pada tahap berat individu benar- kegagalan atau suatu kejadian negatif,
benar tidak memiliki respon terhadap d) Temporal causality atau predicting
stimulus seksual. without sufficient evidence yaitu percaya
4. Timbulnya Kelelahan bahwa jika sesuatu kejadian buruk
terjadi masa lalu, pasti hal tersebut juga
Pada tahap ringan individu merasa
akan terjadi lagi,
cepat lelah dibanding dari biasanya,
tahap sedang penderita akan merasakan e) Making self reference yaitu percaya diri
lelah saat bangun tidur pagi hari dan sendiri khususnya performance yang
buruk menjadi pusat dari pusat perhatian
tidak dapat diringankan dengan usaha-
dari semua orang,
usaha seperti relaksasi, istirahat atau
rekreasi, pada tahap berat individu f) Castratrophizing yaitu selalu berfikir
merasa terlalu lelah untuk melakukan tentang hal-hal buruk yang akan terjadi,
apapun. Dengan pemberian dorongan g) Thinking dichotomously yaitu melihat
dari luar individu kadangkala mampu sesuatu sebagai sesuai yang ekstrim
mengerjakan tugas, tanpa dorongan dari (hitam atau putih).
luar individu tidak mampu memobilisasi Banyak teori yang menyoroti faktor-
energi untuk mengerjakan tugas-tugas faktor yang menjadi penyebab munculnya

158 Sosio Informa Vol. 3, No. 02, Mei - Agustus, Tahun 2017. Kesejahteraan Sosial
depresi. Santrock (2003)menuliskan bahwa selalu berhubungan atau selalu dihubungkan
faktor-faktor penyebab tersebut antara lain dengan elemen-elemen kognisi, apakah itu
1) penyebab biogenetis dan lingkungan dalam bentuk kurangnya aktivitas proses
sosial, 2) diperolehnya skema kognitif informasi, ataupun dalam bentuk kurangnya
pada masa kanak-kanak terutama berupa self-control skills, attributional style, self
rendahnya penilaian terhadap diri sendiri esteem, helplessness dan hopelessness.
dan tidak adanya keyakinan mengenai
masa depannya, 3) learned helplessness, 2. Perspektif Terjadinya Depresi
yaitu munculnya perasaan tidak berdaya a. Teori Kognitif
yang disebabkan karena meningkatnya Teori ini dikemukakan oleh Beck (1985)
penekanan pada diri sendiri, kemandirian, dengan dasar bahwa suatu pengalaman
dan individualisme serta menurunnya yang sama akan mempengaruhi dua orang
penekanan pada hubungan dengan orang dengan cara yang berlainan. Perbedaan
lain, keluarga dan agama, 4) Faktor ini sangat dipengaruhi oleh cara pandang
keluarga, seperti memiliki orang tua orang individu yang bersangkutan terhadap
tua yang depresi, ketidakhadiran orang sebuah peristiwa. Cara pandang atau
tua secara emosional, konflik perceraian interpretasi dari kognisi yang sering keliru
maupun masalah ekonomi, 5) Terbatasnya adalah melibatkan distorsi negatif terhadap
hubungan dengan teman sebaya atau pengalaman hidup, penilaian diri yang
ketiadaan hubungan dekat dengan sahabat, negatif, pesimisme, dan keputusasaan.
6) pengalaman menghadapi perubahan yang Pandangan negatif yang dipelajari ini
sulit, seperti perceraian orang tua atau pada selanjutnya menyebabkan perasaan depresi
remaja perpindahan sekolah dari status (Kaplan dkk., 1997). Jadi depresi selalu
tingkat rendah ke status tingkat yang lebih berhubungan dengan distorsi kognitif
tinggi. (Baron dkk., dalam Ronen, 1997; Louis
dkk., 1996), depresi didahului oleh
Munoz (Lewinson, dkk., 1981)
kekacauan atau gangguan pada pikirannya
menemukan suatu korelasi antara perubahan
yang kemudian mendasari gangguan pada
kognisi dengan depresi. Kognisi yang
perasaannya (Sue dkk, 1986). Mereka
mengalami distorsi atau kognisi negatif
lebih mengharapkan kegagalan dari pada
nampaknya mendahului depresi, dan
keberhasilan, cenderung menonjolkan dan
dalam beberapa hal kognisi itu memberi
membesarkan kegagalan dan mengecilkan
pengaruh terhadap kejadian atau peristiwa.
arti keberhasilan, suka menyalahkan diri
Kemungkinan yang terjadi bahwa depresi
sendiri pada suatu situasi yang kurang
merupakan konsekuensi dari kognisi
beres (Atkinson dkk., 1999). Disamping
negatif. Mereka lebih mengharapkan
itu karena kurangnya penguat positif juga
kegagalan dari pada keberhasilan, cenderung
mendukung sikap tersebut.
menonjolkan dan membesarkan kegagalan
dan mengecilkan arti keberhasilan, suka Burn (1980) menjelaskan bagaimana
menyalahkan diri sendiri pada suatu situasi cara pandang individu mempengaruhi
yang tidak memberikan kesuksesan. emosinya sebagaimana terilustrasikan
dalam gambar berikut:
Baron & Peixoto (Ronen, 1997) juga
berpendapat yang serupa bahwa depresi

Sosio Informa Vol. 3, No. 02, Mei - Agustus, Tahun 2017. Kesejahteraan Sosial 159
karena kurangnya penguat positif juga mendukung sikap tersebut (Maxmen,
1986; Leitenberg & Wilson, 1986).
Burn (1980) menjelaskan bagaimana cara pandang individu mempengaruhi
emosinya sebagaimana
Hubungan Antara Caraterilustrasikan
Anda Berfikir dalam
dan gambar berikut
Bagaimana : Merasa
Anda

PIKIRAN-PIKIRAN : Anda
menafsirkan peristiwa yang terjadi
dengan sederetan pikiran yang
mengalir terus dalam pikiran Anda. Ini
disebut “DIALOG INTERNAL” Anda.

“MOOD”: Perasaan-
perasaan Anda
diciptakan oleh pikiran-
pikiran Anda dan bukan
DUNIA : Sederetan oleh peristiwanya.
peristiwa yang Semua pengalaman
positif, netral dan harus diproses melalui
negatif otak Anda dan diberi
makna secara sadar
sebelum Anda mulai
mengalami respon
emosional apapun.

(Sumber: Hubungan
Burns, 1988,Antara
21) Cara Anda Berfikir dan Bagaimana Anda Merasa

Burn (1988) menjelaskan(Sumber: bahwaBurns, 1988, 21)(Kendall dkk., 1982) lebih lanjut
Beck
bukanlah peristiwa sebenarnya, namun menyatakan bahwa aspek sentral depresi
persepsi diri sendiri yang mengakibatkan adalah tata kognitif (cognitive set) yang
Burn menjelaskan bahwa bukanlah peristiwa sebenarnya, namun persepsi
perubahan suasana hati. Emosi lebih salah. Tata kognisi ini terdiri dari tiga
diri sendiri yang mengakibatkan
disebabkan oleh cara seseorang dalam perubahan suasana hati. Emosi lebih
bagian, yaitu:
memandang berbagai hal.
disebabkan olehApabila individu dalam memandang berbagai hal. Apabila
cara seseorang 1. Memandang diri secara negatif, konsep
bersedih maka pikirannya akan menampilkan diri yang rendah,
individu bersedih maka pikirannya akan menampilkan suatu penafsiran realistis
suatu penafsiran realistis tentang peristiwa
2. Memandang dunia secara negatif,
yang negatif. Pada penderita depresi, maka
dunia tampak akan menyerang dirinya
pikiran yang muncul akan selalu hal-
(offensive),
hal yang tidak logis, terputar balik, tidak 11
3. Memandang masa depan negatif, masa
realistis ataupun semata-mata salah. Hal ini
depan nampak suram.
disebabkan pemahaman mereka mengenai
apa yang terjadi tidak tepat, tidak didasarkan Pada tata kognitif yang pertama
atas fakta-fakta objektif, tetapi lebih menyebabkan pikiran menjadi tidak terpola
didasarkan atas emosi yang sedang terjadi. sehingga mempersepsi segala pengalaman
Jika pemahaman mengenai apa yang sedang dalam bentuk negatif. Seseorang yang
terjadi tepat, maka emosi atau perasaan juga depresi selalu menginterpretasikan
akan normal. Sebelum seseorang dapat hubungannya dengan lingkungan sebagai
mengalami suatu peristiwa apapun, maka suatu hal yang memprihatinkan. Hidup
dia harus memprosesnya dengan pikirannya dipandang sebagai tanggungan dan
serta memberikan arti padanya, pemahaman merupakan situasi traumatis yang tidak
muncul mendahului perasaan. ingin dijalani individu tersebut.

160 Sosio Informa Vol. 3, No. 02, Mei - Agustus, Tahun 2017. Kesejahteraan Sosial
Tata kognitif kedua menyebabkan penghargaan akan mengalami kehidupan
seseorang selalu mempersepsikan dirinya yang kurang menyenangkan.
negatif. Individu melihat dirinya selalu 2)
Jika perilaku seseorang tidak
kurang, merasa tidak mampu, merasa tidak menghasilkan penghargaan atau
berharga, dan mengatribusikan pengalaman menghasilkan hukuman, individu akan
buruknya sebagai hasil ketidakmampuan memiliki penghargaan yang rendah
fisik, mental maupun moralnya. Hal ini terhadap dirinya sendiri, dan akan
menyebabkan individu tersebut menolak mengembangkan konsep diri yang
dirinya sendiri (Beck, 1985). rendah tersebut.
3)
Apabila suatu perilaku tidak
b. Teori Behavioral
mendapatkan penghargaan, maka kecil
Depresi dapat dijelaskan sebagai akibat kemungkinan perilaku tersebut akan
kurangnya penguat ataupun respon positif diulangi, sehingga aktivitas individu
dari lingkungannya. Hal ini bisa diakibatkan menjadi menurun.
adanya perpisahan, kematian, atau Sumber lain penyebab depresi menurut
perubahan lingkungan yang tiba-tiba, juga Lewinsohn & Shaw (Halgin dkk., 1994)
karena individu jarang melakukan perilaku karena berkurangnya kemampuan sosial
dengan konsekuensi positif (Kaplan dkk, dan kurangnya hubungan interpersonal
1997; Kendall, 1982). yang menyenangkan. Tidak adanya
Holmes (Hasanat, 1995) mengemukakan reinforcements yang diterima dari orang-
bahwa seseorang yang mengalami depresi orang yang perhatian dan peduli, maka
biasanya kurang menerima penghargaan individu tersebut akan mudah terkena
(reward) atau lebih banyak menerima depresi dan akan tetap mengalami depresi.
hukuman (punishment) dibandingkan Kehilangan penguat positif menjadikan
individu yang tidak mengalami depresi. individu tidak memiliki keberanian untuk
Penghargaan yang rendah dan tingginya bangkit sehingga menjadi depresi.
hukuman tersebut dapat memicu munculnya Melalui konsep ketidakberdayaan yang
depresi melalui tiga cara: dipelajari (Learned Helplessness) Seligman
1) Seseorang yang lebih banyak menerima (1978) mengilustrasikan sebagai berikut:
hukuman dan jarang mendapatkan

Komponen-komponen Ketidakberdayaan

Gambaran
Informasi kognisi dari
mengenai suatu kontigensi Perilaku
suatu (belajar, harapan,
kontigensi persepsi,
kepercayaan)

Sumber: Seligman, 1975, 47


Komponen-komponen Ketidakberdayaan
(Sumber: Seligman, 1975, 47)

Perilaku pada hewan


Sosio Informa Vol. 3, dan
No. 02,manusia dimulai
Mei - Agustus, Tahun dari
2017.informasi mengenai
Kesejahteraan Sosial suatu 161
kontigensi dari lingkungannya sebagai bentuk dari komponen pertama teori
Ketidakberdayaan. Komponen kedua disebut juga dengan : hasil belajar,
Perilaku pada hewan dan manusia dimulai lebih memberikan perhatian tidak pada
dari informasi mengenai suatu kontigensi apa yang dikerjakannya, namun lebih pada
dari lingkungannya sebagai bentuk dari bagaimana orang memandang dirinya dan
komponen pertama teori Ketidakberdayaan. sekitarnya.
Komponen kedua disebut juga dengan:
Menurut Halgin (1994) pandangan teori
hasil belajar, penerimaan, keyakinan dan
ini lebih fokus pada teori yang dikemukakan
pengharapan, oleh Seligman disebut dengan
Beck yaitu orang yang mempunyai
pengharapan untuk menggambarkan
kecenderungan menderita depresi
bahwa kognisi dari suatu kontigensi itu
mempunyai kumpulan depresogenik yang
tidak hanya berlangsung pada saat-saat
bersifat negatif, yang terbentuk pada masa
selanjutnya. Komponen ketiga merupakan
perkembangan awal dan menjadi struktur
perwujudan dari kelemahan motivasional,
kognitif laten yang disebut skema. Skema
kognisi dan emosional yang menandai
adalah struktur kognitif untuk menyaring,
ketidakberdayaan. Depresi menurut model
menginterpresikan dan mengevaluasi
ini disebabkan adanya kepercayaan bahwa
stimulasi yang diterima individu. Skema
segala perbuatan adalah sia-sia. Kejadian-
yang laten ini akan diaktifkan oleh kejadian
kejadian yang dapat menyumbang
yang menekan atau traumatik, kemudian
munculnya depresi seperti: kegagalan di
mempengaruhi pembentukan keyakinan
sekolah atau ditempat kerja, kematian orang
dan pemrosesan informasi sehingga terjadi
yang dicintai, penyakit badaniah, kesukaran
distorsi kognisi karena tidak didasarkan atas
keuangan, dihadapkan pada masalah yang
realitas yang objektif.
tidak dapat dipecahkan, dan menjadi tua.
Kendall dkk (1982), depresi merupakan Beck dkk. (Leitenberg dkk., 1986)
hasil dari pengalaman sebelumnya dengan selanjutnya menjelaskan sebenarnya ada
kondisi keengganan yang tidak terkontrol. tujuh kesalahan kognitif (cognitive error)
Pengalaman helplessness menyebabkan yang terdapat pada orang yang depresi
individu tidak dapat mengontrol sebagimana dijelaskan diatas. Beck
kehidupannya sehingga menghasilkan sifat menambahkan seseorang yang depresi
apatis dan menciptakan gaya hidup depresif. mempunyai pandangan yang negatif
terhadap diri sendiri, dunia dan masa
c. Teori Kognitif Perilakuan
depannya yang disebut dengan depressive
Teori ini merupakan penggabungan triad.
dari teori kognitif dan perilakuan. Menurut
Atkinson dkk (1999) ada dua pendekatan PENUTUP
utama sebagai penyebab depresi, yaitu Berdasarkan pembahasan literatur diatas,
antara faktor penguatan dan faktor kognitif. dapat disimpulkan bahwa depresi merupakan
Faktor penguatan oleh Lewinsohn (1981) gangguan emosional yang ditandai dengan
mendasarkan asumsi bahwa orang akan perasaan tertekan, perasaan bersalah, kesedihan,
mengalami depresi ketika lingkungan kehilangan minat, dan menarik diri dari orang
sosialnya sedikit sekali memberikan lain yang dapat berpengaruh pada hubungan
penguat yang positif. Sedangkan pada interpersonal.Seseorang yang mengalami
faktor kognitifnya, oleh Lewinsohn depresi pada umumnya menunjukkan gejala
dijelaskan bahwa individu yang depresi fisik, psikis dan gejala sosial yang khas,

162 Sosio Informa Vol. 3, No. 02, Mei - Agustus, Tahun 2017. Kesejahteraan Sosial
seperti murung, sedih, sensitif, gelisah, mudah depresi klinis di tingkat apapun, disarankan
marah atau kesal, kurang bergairah, kurang untuk berkonsultasi dengan psikolog terdekat.
percaya diri, hilang konsentrasi, bahkan bisa
kehilangan daya tahan tubuh pada seseorang DAFTAR PUSTAKA
yang mengalaminya. Atep Afia Hidayat, (2016).http://www.
kompasiana.com/atep_afia/17-
Seseorang bisa dikatakan depresi apabila
4-juta-orang-alami-stres-dan-
aktifitas fisiknya menurun, berpikir sangat
depresi_5508e6a2a333112a452e39af.
lamban dan diikuti oleh perubahan suasana hati.
Di unggah pada tanggal 31 Oktober
Sesorang yang mengalami depresi memiliki
2016.
pemikiran yang negatif terhadap dirinya sendiri,
terhadap masa depan dan dunianya, pemikiran Atkinson, R. L. (1999). Pengantar Psikologi
tidak sesuai lagi dengan realitas, tidak dapat (Jilid 2 edisi 8). Jakarta: Gelora Aksara
menilai realitas dan tidak dapat dimengerti oleh Pratama.
orang lain.juga ingatan mereka menjadi lemah,
serta kesulitan dalam mengambil keputusan. American Psychiatric Association (APA).
Depresi merupakan reaksi yang normal bila (2000). Diagnostic And Statistical
berlangsung dalam waktu yang pendek dengan Manual of Mental Disorders Fourth
segera diatasi dan atau mendapat pertolongan Edition Text Revision (DSM-IV-TRTM).
dari profesioanal di bidangnya. Namun depresi Washington, DC: Author.
akan menjadi gangguan mental parah bahkan Beck, Aaron T. (1976). Cognitive Therapy and
menjadi penyakit jiwa jika yang bersangkutan the Emotional Disorder. New York:
tidak segera mendapatkan pertolongan baik InternationalUniversity Press.
secara medis maupun psikologis atau akan
terjadi bunuh diri. ............. (1985). Depression, Couses &
Treatment. Philadelphia: University of
Sebagai solusi untuk mengatasi depresi Pennsylvania Press.
terhadap seseorang, oleh karena itu sebaiknya
dan penting bagi kita untuk waspada terhadap Burns, D. D. (1988). Terapi Kognitif:
gangguan yang satu ini. Deteksi awal untuk Pendekatan Baru Bagi Penanganan
mengetahui apakah kita sedang mengalami Depresi (Terjemahan). Jakarta: Penerbit
depresi atau tidak, salah satunya dengan Erlangga.
melakukan tes Beck Depression Inventory
Davison, G. C., Neale, J. M. (2002). Abnormal
(BDI) 2.
Psychology. New York: John Wiley &
Beck Depression Inventory 2 adalah sebuah Sons, Inc.
alat untuk mengukur status tingkat depresi yang
Halgin, R. P., & Whitbourne, S. K. (1994).
berupa 21 butir penyataan. Hasil yang mungkin
Abnormal Psychology: The Human
keluar dari alat ini antara lain adalah: Normal,
Experience of Psychological Disorders;
Gangguan Mood Ringan, Depresi Klinis
Updated With DSM-IV.USA:
Ringan, Depresi Klinis Sedang, dan Depresi
HarcourtBraceCollege Publishers.
Klinis Berat. Untuk yang hasilnya normal
dan gangguan mood ringan, tidak diperlukan Hasanat N. U. (1995). Apakah Wanita Lebih
penanganan khusus, sedangkan untuk penderita Depresif daripada Pria. Laporan

Sosio Informa Vol. 3, No. 02, Mei - Agustus, Tahun 2017. Kesejahteraan Sosial 163
Penelitian. Yogyakarta: Fakultas National Institute of Mental Health (NIMH).
Psikologi UGM. (2000). Depression Research at the
National Institute of Mental Health:
Kementerian Kesehatan. (2014). Stop Stigma
An Overview at Summarized Research
dan Diskriminasi terhadap Orang
in to the Ciuse, Diagnosis, Prevention,
Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ),
and Treatment of Depression. US:
h t t p : / / w w w. d e p k e s . g o . i d / a r t i c l e /
Department of Health and Human
view/201410270011/. Di unggah 8
Service.
September 2016.
Pradana, Jaka Arya (2016). Kamu Bisa Bantu
Kaplan, H. I., Sadock, B. J., & Grebb, J.
Selamatkan 10.000 Jiwa Setiap Tahun.
A. (1997). Sinopsis Psikiatri. Jilid 1
http://depresimeter.org/cegah-bunuh-
(terjemahan). Jakarta: Bina Aksara.
diri/­
. Di unggah tanggal 31 Oktober
Kendall, P. C., Julian D. N. F. (1982). Clinical 2016.
Psychology: Scientific and Profesional
Ronen, T. (1997). Cognitive Development
Dimension. New York: John Willey and
Therapy with Children.New York: John
Sons Inc.
Woley & Sons.
Leitenberg, H., Yost, L. W., Wilson-Carroll, M.
Salan, R. (1989). Simposium: Epideminologi
(1986). “Negative Cognitive Error in
dan Penanggulangan Depresi.
Children: Questionnaire Development
Yogyakarta: Fakultas Kedokteran
Normative Data, and Comparasions
Universitas Gajah Mada.
Berween Children With and Without
Self-Reported Symptoms of Depression, Santrock, J. W. (2003).Adolescence;
Low Self-Esteem, and Evaluation Perkembangan Remaja: terjemahan
Anxiety”. Journal of Consulting and edisi keenam.Jakarta: Penerbit Erlangga.
Clinical Psychology, 54 (4), 528 – 536.
Seligman, M. E. P. (1978). Helplessness: On
Lewinson, D. M., Steinmetz, J. L., Larson, D. Depression, Development and Death.
W., & Franklin, J. (1981). „Depression- San Fransisco: Freeman.
Related Cognition: Antecedent or
Sue, D., & Sue, S. (1986). Understanding
Consequences?”. Journal of Abnormal
Abnormal Behavior. Boston: Houghton
Psychology, 91 , 213 – 219.
MifflinCompany.
Louis, G. C., Adele, M. H., Marvin, Susan,
Support4Hope (2004). Depression Chat and
Patrick. (1996). “Predicting the effect
Depression Support Group. Cause
of cognitive therapy for depression;
of depression/support4Hope.com
A study unique and common factors”.
diunggah tanggal 8 juni 2017
Journal of Consulting and Clinical
Psychology, 64 (3), 497 - 504.

Maxmen, J. S. (1986). Essential


Psychopathology. New York: W W
Norton & Company Inc.

164 Sosio Informa Vol. 3, No. 02, Mei - Agustus, Tahun 2017. Kesejahteraan Sosial

Anda mungkin juga menyukai