PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan mental adalah suatu keadaan batin yang terus menerus dalam keadaan
tenang, aman dan tentram, dan cara untuk mendapatkan ketenangan batin bisa
dilakukan dengan cara penyesuaian diri secara resignasi (penyerahan diri sepenuhnya
kepada Tuhan).1
Tujuan dari pengkajian kesehatan mental lebih menitik beratkan pada bagaimana
cara memberdayakan individu, keluarga, dan masyarakat atau kelompok supaya bisa
meraih, menjaga, memaksimalkan kondisi kesehatan mental dirinya dalam menjalani
aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, kondisi kesehatan mental seseorang tidak bisa
disamaratakan2
Menurut WHO terdapat sekitar 800.000 kasus depresi berat yang meninggal
dunia, angka kematian tertinggi terjadi pada usia 15-29 tahun, 5,1% penderita depresi
dari populasi yang berjenis kelamin perempuan dan 3,6% dari populasi laki-laki.
WHO mengemukakan bahwa depresi menduduki posisi ke empat dari penyakit yang
ada di dunia. Di Indonesia prevalensi penderita depresi yaitu 3,7% dari populasi
penduduk. Sampai sekitar 9 juta penduduk yang menderita depresi dari 250 juta
penduduk di Indonesia. Sedangkan di kabupaten Ciamis mencapai angka 1000 lebih
warga Ciamis yang menderita penyakit gangguan jiwa yang tercatat oleh Dinas
Kesehata Kabupaten Ciamis pada tahun 2017. Di negara maju atau pun berkembang
depresi merupakan penyakit lazim di dunia yang dialami oleh penduduknya. Menurut
WHO pengertian dari depresi itu sendiri ialah kelainan pada mental seseorang yang
ditandai oleh adanya rasa sedih yang berlebihan, hilangnya keinginan dan motivasi
1
Djalaludin, Psikologi Agama (Jakarta: Raja Grafindo, 1997) hal.21
2
Dumilah Ayuningtyas, Misnaniarti, Marisa Rayhani, “Analisis Situasi Kesehatan Mental Pada
Masyarakat Di Indonesia Dan Strategi Penanggulangannya”, Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Vol.
9, no. 1 (2018): hal: 2. doi: 10.265553/jikm.2018.9.1.1-10
untuk bahagia, berkurangnya energi, merasa dirinya selalu salah dan rendah diri,
gangguan pola tidur dan makan, sulit untuk konsentrasi, dan munculnya tanda-tanda
kecemasan. Depresi dapat menyebabkan gangguan kualitas hidup yang berat dan
akhirnya akan muncul keinginan untuk melakukan bunuh diri.3
Menurut WHO gangguan mental terdiri dari berbagai masalah dan berbagai
gejala yang dialami setiap individu yang menderita gangguan mental. Pada umumnya
mereka ditandai dengan beberapa gabungan abnormal pada pikiran, emosi, perilaku,
dan hubungan pada orang lain. Contoh penyakitnya adalah seperti skizofren, depresi,
cacat intelektual, dan gangguan karena penyalahgunaan narkoba, gangguan afektif
bipolar, demensia, cacat intelektual dan gangguan perkembangan termasuk autisme.4
Depresi merupakan salah satu dari jenis gangguan jiwa yang ditandai dengan
situasi emosi sedih dan muram dan yang berkaitan dengan gejala kognitif, fisik, dan
interpersonal. Gejala-gejala depresi biasanya diawali oleh pengalaman hidup yang
negatif, kehilangan anggota keluarga, benda berharga, atau status sosial. Depresi akan
menjadi maladaptif dan abnormal jika pada keadaan intensitas tinggi dan terus
menetap hingga waktu yang lama. Pada kasus depresi biasanya individu menderita
kesedihan yang amat mendalam, kehilangan hasrat untuk melakukan kegiatan-
kegiatan yang menyenangkan yang dulu disenangi oleh nya.5
3
Asiah, dkk., Penurunan Tingkat Depresi Pada Pasien Dengan Intervensi Minfulness Spiritual
Islam, Jurnal Keperawatan Jiwa Vol. 7 No. 3 (2019). Hal. 267-268
4
Dumilah Ayuningtyas, Misnaniarti, Marisa Rayhani, “Analisis Situasi Kesehatan Mental Pada
Masyarakat Di Indonesia Dan Strategi Penanggulangannya”, Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Vol.
9, no. 1 (2018): hal: 3. doi: 10.265553/jikm.2018.9.1.1-10
5
Anindito Aditomo dan Sofia Retnowati, “Perfeksionisme, Harga Diri, Dan Kecenderungan
Depresi Pada Remaja Akhir”, Jurnal Psikologi No. 1 (2004): hal. 1-2
2,5%, dan untuk remaja meningkat hingga mencapaiangka 8,3%. Jika depresi ringan
diperhitugkan maka angka prevalensi meningkat hingga 25%.6
Orang-orang yang berfikir negatif pada penderita gangguan jiwa keliru kalau
mereka menghambat pada akses pelayanan kesehatan dan akhirnya berakibat pada
penanganan yang salah. Menurut Dumilah, dkk., dikutip dari laporan Human Rights
Watch yang memerhatikan Indonesia tentang buruknya penindakan terhadap warga
yang menderita gangguan kejiwaan. Diketahui lebih dari 57.000 orang dengan
disabilitas psikososial (kondisi kesehatan mental), bahwa mereka pernah di pasung
setidaknya sekali dalam hidup mereka.7
6
Anindito Aditomo dan Sofia Retnowati, “Perfeksionisme, Harga Diri, Dan Kecenderungan
Depresi Pada Remaja Akhir”, Jurnal Psikologi No. 1 (2004): hal. 2
7
Dumilah Ayuningtyas, Misnaniarti, Marisa Rayhani, “Analisis Situasi Kesehatan Mental Pada
Masyarakat Di Indonesia Dan Strategi Penanggulangannya”, Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Vol.
9, no. 1 (2018): hal: 2-3. doi: 10.265553/jikm.2018.9.1.1-10
8
Taufik Ali (Pembina), wawancara oleh Anis, di Rehabilitasi Mental Darul Hilim, tanggal 03
Januari 2020
9
Ida Firdaus, “Upaya Pembinaan Rohani dan Mental”, Al-AdYan Vol. 9 No. 1 (2014): hal. 120
bagi kesehatan, shalat dan do’a ialah perantara dalam agama untuk mengarahkan
pada kehidupan yang lebih berarti.10
Terdapat satu atau beberapa faktor penyebab pada orang dengan gangguan jiwa
dan biasanya tidak berdiri sendiri. Dalam mencegah dan mengobati gangguan jiwa
sangat penting untuk mengetahui seba-sebab dari gangguan jiwa itu sendiri. Sebab-
sebab gangguan jiwa pada umumnya menurut Nadira Lubis, dkk yang dikutip dari
Santrock dibedakan menjadi dua yaitu: jasmaniah atau biologis seperti keturunan,
pada jasmaniah contohnya seperti kegemukan yang mengarah pada menderita psikosa
manik depresi dan tidak menutup kemungkinan juga akan mengalami skizofrenia,
tempramen karena orang yang terlalu sensitif dan cedera tubuh.11
Selain karena jasmaniah atau biologis gangguan jiwa juga bisa disebabkan oleh
faktor psikologis seperti pengalamannya di masa lalu, kekecewaan, kesuksesan dan
kegagalan yang dilaluinya akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaannya di
masa yang akan datang yang pada masa tertentu akan dapat mendukung pada
terjadinya gangguan jiwa seseorang. Disamping itu juga gangguan jiwa dapat terjadi
karena sosio kultural atau budaya, faktor budaya ialah penyebab tidak langsung dari
gangguan jiwa. disamping itu juga budaya bisa berpengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan kepribadian setiap individu, contohnya seperti norma-norma
kebiasaan yang diberlakukan pada suatu budaya di daerah tertentu.12
Individu yang menderita depresi selalu berfikir ke arah negatif tentang dirinya,
dunia, dan masa depan, merasa dirinya tidak memiliki kemampuan, merasa sepi, dan
tidak mempunyai harga diri. Bagimereka bahwa hidupnya tidak lagi berarti dan tidak
menyenangkan, selalu merasa dirinya memiliki persoalan hidupdan tidak meyakini
bahwa persoalannya akan terselesaikan, pesimis terhadap apa yang akan
10
Ida Firdaus, “Upaya Pembinaan Rohani dan Mental”, hal. 126
11
Nadira Lubis, dkk., “Pemahaman Masyarakat Mengenai Gangguan Jiwa Dan
Keterbelakangan Mental” t.t hal: 139
12
Nadira Lubis, dkk., “Pemahaman Masyarakat Mengenai Gangguan Jiwa Dan
Keterbelakangan Mental” t.t hal: 139
dikerjakannya, selalu merasa tidak puas. Kondisi tersebutlah yang akan mendorong
mereka untuk melakukan tindakan bunuh diri. Selain itu juga depresi dapat
menimbulkan gejala-gejala fisik seperti merasa lelah, tidak punya energi, juga yang
berhubungan dengan pandangan negatif.13
Ada banyak cara untuk menangani orang dengan gangguan jiwa khususnya
depresi, salah satunya adalah dengan cara terapi, yang bertujuan agar penderita bisa
memecahkan masalahnya sendiri seperti halnya orang lain. Meskipun jenis tekanan
sama diberikan pada seseorang yang menderita depresi ia akan tetap tidak dapat
meresponnya dengan baik, namun akan direspon secara normal oleh orang yang tidak
menderita depresi, hal tersebut bisa terjadi karena perbedaan berfikir setiap
individu.15 Perubahan pola hidup juga dapat dilakukan sebgai penanganan depresi,
pengobatan antiretroviral/ARV dan terapi psikologi lainnya. Hindari dari
mengkonsumsi alkohol, rokok,dan narkoba bagi penderita depresi. Karena zat yang
terdapat didalamnya akan meningkatkan gejala depresi dan memunculkan masalah
yang lainnya.16
13
Anisa Fitriani,”Cognitive BehaviorTherapy Untuk Menurunkan Tingkat Episode Depresi
Pada Pasien Depresi Dengan Gejala Psikotik” Proyeksi Vol. 12 No. 1 (2017): hal. 77-78
14
Dumilah Ayuningtyas, dkk., “Analisis Situasi Kesehatan Mental Pada Masyarakat Di
Indonesia Dan Strategi Penanggulangannya”, (2018): hal:5
15
Anisa Fitriani,”Cognitive BehaviorTherapy Untuk Menurunkan Tingkat Episode Depresi
Pada Pasien DepresiDengan Gejala Psikotik” Proyeksi Vol. 12 No. 1 (2017): hal. 78
16
Aries Dirgayunita, “Depresi, Ciri, Penyebab, dan Penanganannya” Jurnal An-Nafs: Kajian
Dan Penelitian Psikologi Vol. 1 No. 1 (2016): hal. 9
Salah satu cara terapi orang dengan gangguan jiwa depresi adalah dengan Terapi
Jasmani Rohani di Rehabilitasi Mental Darul Hilim, yang terletak di daerah
Kabupaten Ciamis lebih tepatnya di Kecamatan Cihaurbeuti Desa Cijulang Rt:
02/Rw:06. Rehabilitasi mental ini menggunakan terapi yang berkaitan dengan
kejiwaan, peribadahan, dan pembinaan agar mereka senantiasa mendekatkan diri
kepada Allah SWT. selain itu juga Rehabilitasi Mental Darul Hilim ini menggunakan
terapi yang berkaitan dengan fisik seperti olahraga dan yang lainnya. Hal tersebut
sering mereka sebut dengan Terapi Jasmani Rohani. Salah satu Terapi Rohani di
rehabilitasi mental Darul Hilim ini melatih dan membina pasien untuk melakukan
wirid untuk melatih dan mendidik pasien melalui ibadah. Selain itu juga dilakukan
Terapi Jasmaninya dengan melatih fisik pasien gangguan jiwa, contohnya dengan
mengajak pasien olahraga, lari-lari kecil keliling kampung. Pada saat ini terdapat 18
orang pasien yaitu 16 orang putra dan 2 orang putri yang ditangani di Rehabilitasi
Mental Darul Hilim.17
Dari paparan diatas peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai
bagaimana “Terapi Jasmani Rohani Terhadap Pasien Depresi di Rehabilitasi
Mental Darul Hilim (Studi Kualitatif Deskriptif di Rehabilitasi Mental Darul
Hilim Ciamis)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti merumuskan masalah sebagai
berikut:
17
Taufik Ali (Pembina), wawancara pribadi oleh Anis, Rehabilitasi Mental Darul Hilim.
Tanggal 03 Januari 2020
4. Bagaimana tingkat efektifitas Terapi Jasmani Rohani di Rehabilitasi Mental
Darul Hilim?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan diatas maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
D. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan diatas maka kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara akademis
Hasil penelitian inidiharapkan dapat mendapat informasi dan referensi
pengetahuan tentang upaya penenangan pasien depresi dengan Terapi Jasmani
Rohani. Selain itu dapat memeberikan pengetahuan ilmiah khususnya bagi
pengembangan ilmu di Jurusan Tasawuf Psikoterapi.
2. Secara Praktis
1) Bagi Rehabilitasi Mental Darul Hilim
E. Kerangka Pemikiran
Gangguan jiwa merupakan perubahan pada fungsi jiwa, yang mengakibatkan
penderitaan pada individu atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial. Ada
berbagai macam gangguan jiwa dengan penderita yang sering sekali dikucilkan, dan
mendapatkan perlakuan yang berbeda dengan orang lainnya, diasingkan bahkan ada
yang sampai dipasungdan dikurung.18
Orang dengan gangguan jiwa ditandai dengan konflik batin seperti cemas, acuh
tak acuh, iri hati, rasa tidak aman, tidak mempunyai harga diri, agresif dan
kepercayaan diri yang lebih, terputusnya komunikasi sosial seperti khayalan yang
berlebih, tidak memiliki kesadaran hidup, gangguan pada emosional dan intelektual
seperti khayalan yang tidak benar, emosi yang tidak terkontrol, dan kepribadian yang
pecah.19
18
Depkes RI (2000)
19
Lutviana Khairil Umah, “Peran Puskesmas Pembantu Kesehatan Jiwa Dalam Penanganan
Gangguan Jiwa Di Desa Parinagn Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo” (Skripsi, Universitas
Islam0Negeri0Sunan0Kali Jaga, 2016), 20
dukungan sosial seperti emosional, penilaian untuk menghadapi pengobtan, juga
untuk menghadapi pandangan negatif masyarakat sekitar.20
Salah satu bentuk gangguan jiwa adalah depresi yang dipengaruhi oleh alam
perasaan. Kondisi emosional orang yang menderita depresi biasanya ditandai dengan
kesedihan yang sangat mendalam, selalu merasa bersalah, memiliki perasaan tidak
berarti bagi orang di sekitarnya. Oleh sebab itu semua proses mental berfikir,
persaan, dan berperilaku bisa berpengaruh pada motivasi untuk melakukan aktivitas
sehari-hari atau pun hubungan interpersonal.22
20
Fajar Rinawati dan Moh Alimansur, “Analisa Faktor-faktor Penyebab Gangguan Jiwa
Menggunakan Pendekatan Model Adaptasi Stres Stuart”, Jurnal Ilmu Kesehatan vol. 5 No. 1 (2016):
34
21
Rasmawati, “Studi Fenomenologi Pengalaman Hidup Orang Dengan Gangguan Jiwa Pasca
Pasung Yang Mengalami Perceraian”, Journal Of Islamic Noursing Vol. 3 No. 1 (2018): hal. 101
22
Aries Dirgayunita. hal. 4
Penyehat. Dan prosesnya mau itu secara langsung diberikan oleh-Nya, ataupun
melalui perantara utusan-Nya.23
Penyembuhan yang paling utama dan sangat mendasar pada psikoterapi Islam
ialah keberadaan dan hakikat mental dan spiritual manusia. Oleh karenya Nabi
Muhammad telah mengajarkan kita kurang lebih hingga 20 tahun mengenai akidah
dan ketauhidan. Karena tujuan utama dari ilmu ialah pengajaran, pengembangan,
pembudayaan eksistensi dan esensi spiritual. Dalam kondisi apapun eksistensi
emosional akan tetap terampil, cerdas, dan bijaksana apabila kebudayaan telah
melekat dan benar-benar kokoh dan sehat.24
23
Hamdani0Bakran0Adz-Dzaky, 0Konseling Dan Psikoterapi0Islam Edisi Revisi, (Yogyakarta:
Al-Manar,02004) hal: 228-231
24
Hamdani,0Konseling Dan Psikoterapi0Islam Edisi Revisi, (Yogyakarta: Al-Manar, 2004) hal:
253
25
Taufik Ali (Pembina), wawancara pribadi oleh Anis, di Rehabilitasi Mental Darul Hilim.
Tanggal 15 Januari 2020
Sekitar 75% pasien di Rehabilitasi Mental Darul Hilim ini berhasil disembuhkan,
baik itu yang sembuh total maupun sembuh yang terkadang kambuh lagi karena pola
makan dan pergaulan yang tidak terjaga. Contoh kasus pasien gangguan jiwa di
Rehabilitasi Darul Hilim ini yaitu yang dilatar belakangi oleh trauma yang dialami
dalam kehidupannya di masa lalu. Pasien berinisial R yang berasal dari Palembang
ini mengalami gangguan jiwa depresi karena ditinggal mati oleh calon istrinya
sebelum pernikahan berlangsung, sejak saat itu dia ditangani di Rehabilitasi Mental
Darul Hilim dengan Terapi Jasmani dan Rohani, disini pasien dilakukan konseling
dengan diberikan motivasi-motivasi hidup, selanjtnya pasien disiram atau
dimandikan pada waktu dini hari dan pada waktu tertentu dilakukan mandi taubat,
setelah pasien bisa diajak berkomunikasi dengan baik ia dibina untuk melakukan
ibadah seperti shalat dan dzikir khusus yang diberikan oleh pembina di Rehabilitasi
mental ini, dilakukan secara terus-menerus sampai dia sembuh. pada tanggal 3
Januari dia dinyatakan sembuh, atas permintaan keluarganya dia dipindahkan ke
Pesantren untuk mendapatkan pembinaan lebih lanjut dan menambah keilmuannya
dalam bidang agama26
Depresi
26
Taufik Ali (Pembina), wawancara pribadi oleh Anis, di Rehabilitasi Mental Darul Hilim.
Tanggal 15 Januari 2020
Penanganan
Pasien Depresi
Hasil
F. Permasalahan Utama
Dalam penelitian ini masalah utama yang diteliti adalah persoalan gangguan jiwa
depresi yang dialami oleh pasien di Rehabilitasi Mental Darul Hilim, mulai dari
depresi ringan seperti stress dan frustasi yang sering dialami oleh masyarakat.
Tentunya banyak sekali cara untuk menangani ganggguan jiwa depresi baik itu
dengan cara terapi psikologi maupun spiritual. Salah satu jenis terapi yang digunakan
sebagaisalah satu alternatif untuk menangani pasien depresi yaitu dengan Terapi
Jasmani Rohani, Terapi Jasmani Rohani didasarkan dengan unsur dasar manusia
diantaranya yaitu jasmani dan rohani oleh karena itu terapi yang dilakukan yaitu
pembinaan jasmani dan rohani. Hal yang membedakan dengan jenis terapi lain ialah
dengan menggabungkan antara unsur jasmaniah dan rohaniah agar tetap seimbang.
Oleh karena itu menurut peneliti Terapi Jasmani Rohani sangat efektif dan dapat
dijadikan sebagai cara alternatif untuk menangani pasien gangguan jiwa depresi.
dengan dilakukan penelitian ini akan dikaji lebih dalam tentang proses Terapi
Jasmani Rohani sehingga dapat membantu dalam upaya penyembuhan
pasiengangguan jiwa depresi.