Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan mental adalah suatu keadaan batin yang terus menerus dalam keadaan
tenang, aman dan tentram, dan cara untuk mendapatkan ketenangan batin bisa
dilakukan dengan cara penyesuaian diri secara resignasi (penyerahan diri sepenuhnya
kepada Tuhan).1

Tujuan dari pengkajian kesehatan mental lebih menitik beratkan pada bagaimana
cara memberdayakan individu, keluarga, dan masyarakat atau kelompok supaya bisa
meraih, menjaga, memaksimalkan kondisi kesehatan mental dirinya dalam menjalani
aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, kondisi kesehatan mental seseorang tidak bisa
disamaratakan2

Menurut WHO terdapat sekitar 800.000 kasus depresi berat yang meninggal
dunia, angka kematian tertinggi terjadi pada usia 15-29 tahun, 5,1% penderita depresi
dari populasi yang berjenis kelamin perempuan dan 3,6% dari populasi laki-laki.
WHO mengemukakan bahwa depresi menduduki posisi ke empat dari penyakit yang
ada di dunia. Di Indonesia prevalensi penderita depresi yaitu 3,7% dari populasi
penduduk. Sampai sekitar 9 juta penduduk yang menderita depresi dari 250 juta
penduduk di Indonesia. Sedangkan di kabupaten Ciamis mencapai angka 1000 lebih
warga Ciamis yang menderita penyakit gangguan jiwa yang tercatat oleh Dinas
Kesehata Kabupaten Ciamis pada tahun 2017. Di negara maju atau pun berkembang
depresi merupakan penyakit lazim di dunia yang dialami oleh penduduknya. Menurut
WHO pengertian dari depresi itu sendiri ialah kelainan pada mental seseorang yang
ditandai oleh adanya rasa sedih yang berlebihan, hilangnya keinginan dan motivasi
1
Djalaludin, Psikologi Agama (Jakarta: Raja Grafindo, 1997) hal.21
2
Dumilah Ayuningtyas, Misnaniarti, Marisa Rayhani, “Analisis Situasi Kesehatan Mental Pada
Masyarakat Di Indonesia Dan Strategi Penanggulangannya”, Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Vol.
9, no. 1 (2018): hal: 2. doi: 10.265553/jikm.2018.9.1.1-10
untuk bahagia, berkurangnya energi, merasa dirinya selalu salah dan rendah diri,
gangguan pola tidur dan makan, sulit untuk konsentrasi, dan munculnya tanda-tanda
kecemasan. Depresi dapat menyebabkan gangguan kualitas hidup yang berat dan
akhirnya akan muncul keinginan untuk melakukan bunuh diri.3

Menurut WHO gangguan mental terdiri dari berbagai masalah dan berbagai
gejala yang dialami setiap individu yang menderita gangguan mental. Pada umumnya
mereka ditandai dengan beberapa gabungan abnormal pada pikiran, emosi, perilaku,
dan hubungan pada orang lain. Contoh penyakitnya adalah seperti skizofren, depresi,
cacat intelektual, dan gangguan karena penyalahgunaan narkoba, gangguan afektif
bipolar, demensia, cacat intelektual dan gangguan perkembangan termasuk autisme.4

Depresi merupakan salah satu dari jenis gangguan jiwa yang ditandai dengan
situasi emosi sedih dan muram dan yang berkaitan dengan gejala kognitif, fisik, dan
interpersonal. Gejala-gejala depresi biasanya diawali oleh pengalaman hidup yang
negatif, kehilangan anggota keluarga, benda berharga, atau status sosial. Depresi akan
menjadi maladaptif dan abnormal jika pada keadaan intensitas tinggi dan terus
menetap hingga waktu yang lama. Pada kasus depresi biasanya individu menderita
kesedihan yang amat mendalam, kehilangan hasrat untuk melakukan kegiatan-
kegiatan yang menyenangkan yang dulu disenangi oleh nya.5

Menurut Aditomo dan Retnowati yang dikutip dari perspektif perkembangan


bahwa depresi mulai bermunculan pada kaum remaja. Menurut pengkajian
epidemologis membuktikan bahwa angka prevalensi depresi untuk anak-anak ialah

3
Asiah, dkk., Penurunan Tingkat Depresi Pada Pasien Dengan Intervensi Minfulness Spiritual
Islam, Jurnal Keperawatan Jiwa Vol. 7 No. 3 (2019). Hal. 267-268
4
Dumilah Ayuningtyas, Misnaniarti, Marisa Rayhani, “Analisis Situasi Kesehatan Mental Pada
Masyarakat Di Indonesia Dan Strategi Penanggulangannya”, Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Vol.
9, no. 1 (2018): hal: 3. doi: 10.265553/jikm.2018.9.1.1-10
5
Anindito Aditomo dan Sofia Retnowati, “Perfeksionisme, Harga Diri, Dan Kecenderungan
Depresi Pada Remaja Akhir”, Jurnal Psikologi No. 1 (2004): hal. 1-2
2,5%, dan untuk remaja meningkat hingga mencapaiangka 8,3%. Jika depresi ringan
diperhitugkan maka angka prevalensi meningkat hingga 25%.6

Orang-orang yang berfikir negatif pada penderita gangguan jiwa keliru kalau
mereka menghambat pada akses pelayanan kesehatan dan akhirnya berakibat pada
penanganan yang salah. Menurut Dumilah, dkk., dikutip dari laporan Human Rights
Watch yang memerhatikan Indonesia tentang buruknya penindakan terhadap warga
yang menderita gangguan kejiwaan. Diketahui lebih dari 57.000 orang dengan
disabilitas psikososial (kondisi kesehatan mental), bahwa mereka pernah di pasung
setidaknya sekali dalam hidup mereka.7

Para penderita gangguan jiwa membutuhkan perhatian khusus dalam pengobatan.


Mereka juga ingin diakui oleh masyarakat sekitar. Ada beberapa gejala gangguan
jiwa ringan seperti cemas, depresi, psikosomatis, dan kekerasan dalam keluarga.
Stigma masyarakat sekitar mengira bahwa orang yang memiliki gangguan jiwa itu
sudah tidak ada akal dan tidak bisa diajak komunikasi. Tetapi, sebenarnya mereka
pun bisa diajak berkomunikasi meskipun tidak bisa seperti orang normal biasanya.8

Dalam pandangan Islam terdapat konsep kesehatan mental mengenai stigma


gangguan jiwa sama seperti pendaapat para ahli kesehatan mental pada umumnya.
Akan tetapi, yang difokuskan dalam kesehatan mental Islam adalah perihal stigma
gangguan jiwa yang timbul oleh dugaan bahwa gangguan jiwa ditimbulkan oleh
pengaruh kekuatan supranatural atau hal-hal yang dianggap mistis atau gaib.9 Agama
ialah sumber nilai, kepercayaan dan pola-pola tingkah laku manusia yang berarti
tuntunan bagi kestabilan hidup umat manusia. Segala ibadah memberikan manfaat

6
Anindito Aditomo dan Sofia Retnowati, “Perfeksionisme, Harga Diri, Dan Kecenderungan
Depresi Pada Remaja Akhir”, Jurnal Psikologi No. 1 (2004): hal. 2
7
Dumilah Ayuningtyas, Misnaniarti, Marisa Rayhani, “Analisis Situasi Kesehatan Mental Pada
Masyarakat Di Indonesia Dan Strategi Penanggulangannya”, Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Vol.
9, no. 1 (2018): hal: 2-3. doi: 10.265553/jikm.2018.9.1.1-10
8
Taufik Ali (Pembina), wawancara oleh Anis, di Rehabilitasi Mental Darul Hilim, tanggal 03
Januari 2020
9
Ida Firdaus, “Upaya Pembinaan Rohani dan Mental”, Al-AdYan Vol. 9 No. 1 (2014): hal. 120
bagi kesehatan, shalat dan do’a ialah perantara dalam agama untuk mengarahkan
pada kehidupan yang lebih berarti.10

Terdapat satu atau beberapa faktor penyebab pada orang dengan gangguan jiwa
dan biasanya tidak berdiri sendiri. Dalam mencegah dan mengobati gangguan jiwa
sangat penting untuk mengetahui seba-sebab dari gangguan jiwa itu sendiri. Sebab-
sebab gangguan jiwa pada umumnya menurut Nadira Lubis, dkk yang dikutip dari
Santrock dibedakan menjadi dua yaitu: jasmaniah atau biologis seperti keturunan,
pada jasmaniah contohnya seperti kegemukan yang mengarah pada menderita psikosa
manik depresi dan tidak menutup kemungkinan juga akan mengalami skizofrenia,
tempramen karena orang yang terlalu sensitif dan cedera tubuh.11

Selain karena jasmaniah atau biologis gangguan jiwa juga bisa disebabkan oleh
faktor psikologis seperti pengalamannya di masa lalu, kekecewaan, kesuksesan dan
kegagalan yang dilaluinya akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaannya di
masa yang akan datang yang pada masa tertentu akan dapat mendukung pada
terjadinya gangguan jiwa seseorang. Disamping itu juga gangguan jiwa dapat terjadi
karena sosio kultural atau budaya, faktor budaya ialah penyebab tidak langsung dari
gangguan jiwa. disamping itu juga budaya bisa berpengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan kepribadian setiap individu, contohnya seperti norma-norma
kebiasaan yang diberlakukan pada suatu budaya di daerah tertentu.12

Individu yang menderita depresi selalu berfikir ke arah negatif tentang dirinya,
dunia, dan masa depan, merasa dirinya tidak memiliki kemampuan, merasa sepi, dan
tidak mempunyai harga diri. Bagimereka bahwa hidupnya tidak lagi berarti dan tidak
menyenangkan, selalu merasa dirinya memiliki persoalan hidupdan tidak meyakini
bahwa persoalannya akan terselesaikan, pesimis terhadap apa yang akan

10
Ida Firdaus, “Upaya Pembinaan Rohani dan Mental”, hal. 126
11
Nadira Lubis, dkk., “Pemahaman Masyarakat Mengenai Gangguan Jiwa Dan
Keterbelakangan Mental” t.t hal: 139
12
Nadira Lubis, dkk., “Pemahaman Masyarakat Mengenai Gangguan Jiwa Dan
Keterbelakangan Mental” t.t hal: 139
dikerjakannya, selalu merasa tidak puas. Kondisi tersebutlah yang akan mendorong
mereka untuk melakukan tindakan bunuh diri. Selain itu juga depresi dapat
menimbulkan gejala-gejala fisik seperti merasa lelah, tidak punya energi, juga yang
berhubungan dengan pandangan negatif.13

Indonesia membuat rancangan untuk meraih kesehatan mental yaitu kegiatan


untuk melahirkan tingkat kesehatan mental yang maksimal bagi setiap individu,
keluarga, dan masyarakat melalui strategi promosi, prevensi, kurasi, dan rehabilitasi
yang dilakukan secara global, sistematis, berkelanjutan oleh pemegang kekuasaan
daerah atau masyarakat. Pelaksanaannya didasari dengan asas keadilan,
prikemanusiaan, manfaat, transparansi, akuntabilitas, komprehensif, perlindungan,
serta tidak diskriminasi.14

Ada banyak cara untuk menangani orang dengan gangguan jiwa khususnya
depresi, salah satunya adalah dengan cara terapi, yang bertujuan agar penderita bisa
memecahkan masalahnya sendiri seperti halnya orang lain. Meskipun jenis tekanan
sama diberikan pada seseorang yang menderita depresi ia akan tetap tidak dapat
meresponnya dengan baik, namun akan direspon secara normal oleh orang yang tidak
menderita depresi, hal tersebut bisa terjadi karena perbedaan berfikir setiap
individu.15 Perubahan pola hidup juga dapat dilakukan sebgai penanganan depresi,
pengobatan antiretroviral/ARV dan terapi psikologi lainnya. Hindari dari
mengkonsumsi alkohol, rokok,dan narkoba bagi penderita depresi. Karena zat yang
terdapat didalamnya akan meningkatkan gejala depresi dan memunculkan masalah
yang lainnya.16

13
Anisa Fitriani,”Cognitive BehaviorTherapy Untuk Menurunkan Tingkat Episode Depresi
Pada Pasien Depresi Dengan Gejala Psikotik” Proyeksi Vol. 12 No. 1 (2017): hal. 77-78
14
Dumilah Ayuningtyas, dkk., “Analisis Situasi Kesehatan Mental Pada Masyarakat Di
Indonesia Dan Strategi Penanggulangannya”, (2018): hal:5
15
Anisa Fitriani,”Cognitive BehaviorTherapy Untuk Menurunkan Tingkat Episode Depresi
Pada Pasien DepresiDengan Gejala Psikotik” Proyeksi Vol. 12 No. 1 (2017): hal. 78
16
Aries Dirgayunita, “Depresi, Ciri, Penyebab, dan Penanganannya” Jurnal An-Nafs: Kajian
Dan Penelitian Psikologi Vol. 1 No. 1 (2016): hal. 9
Salah satu cara terapi orang dengan gangguan jiwa depresi adalah dengan Terapi
Jasmani Rohani di Rehabilitasi Mental Darul Hilim, yang terletak di daerah
Kabupaten Ciamis lebih tepatnya di Kecamatan Cihaurbeuti Desa Cijulang Rt:
02/Rw:06. Rehabilitasi mental ini menggunakan terapi yang berkaitan dengan
kejiwaan, peribadahan, dan pembinaan agar mereka senantiasa mendekatkan diri
kepada Allah SWT. selain itu juga Rehabilitasi Mental Darul Hilim ini menggunakan
terapi yang berkaitan dengan fisik seperti olahraga dan yang lainnya. Hal tersebut
sering mereka sebut dengan Terapi Jasmani Rohani. Salah satu Terapi Rohani di
rehabilitasi mental Darul Hilim ini melatih dan membina pasien untuk melakukan
wirid untuk melatih dan mendidik pasien melalui ibadah. Selain itu juga dilakukan
Terapi Jasmaninya dengan melatih fisik pasien gangguan jiwa, contohnya dengan
mengajak pasien olahraga, lari-lari kecil keliling kampung. Pada saat ini terdapat 18
orang pasien yaitu 16 orang putra dan 2 orang putri yang ditangani di Rehabilitasi
Mental Darul Hilim.17

Dari paparan diatas peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai
bagaimana “Terapi Jasmani Rohani Terhadap Pasien Depresi di Rehabilitasi
Mental Darul Hilim (Studi Kualitatif Deskriptif di Rehabilitasi Mental Darul
Hilim Ciamis)”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti merumuskan masalah sebagai
berikut:

1. Bagaimana profil Rehabilitasi Mental Darul Hilim Ciamis?


2. Bagaimana gambaran pasien depresi di Rehabilitasi Mental Darul Hilim?
3. Bagaimana proses penanganan pasien depresi dengan Terapi Jasmani Rohani
di Rehabilitasi Mental Darul Hilim?

17
Taufik Ali (Pembina), wawancara pribadi oleh Anis, Rehabilitasi Mental Darul Hilim.
Tanggal 03 Januari 2020
4. Bagaimana tingkat efektifitas Terapi Jasmani Rohani di Rehabilitasi Mental
Darul Hilim?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan diatas maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui gambaran pasien depresi di Rehabilitasi Mental Darul


Hilim.
2. Untuk mengetahui profil Rehabilitasi Mental Darul Hilim Ciamis
3. Untuk mengetahui proses penanganan pasien depresi di Rehabilitasi Mental
Darul Hilim dengan menggunakan Terapi Jasmani Rohani.
4. Untuk mengetahui efektifitas dari pelaksanaan Terapi Jasmani Rohani.

D. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan diatas maka kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara akademis
Hasil penelitian inidiharapkan dapat mendapat informasi dan referensi
pengetahuan tentang upaya penenangan pasien depresi dengan Terapi Jasmani
Rohani. Selain itu dapat memeberikan pengetahuan ilmiah khususnya bagi
pengembangan ilmu di Jurusan Tasawuf Psikoterapi.
2. Secara Praktis
1) Bagi Rehabilitasi Mental Darul Hilim

Penelitian ini diharap kan dapat memberikan informasi dan dijadikan


tolak ukur bagi pengurus Rehabilitasi Mental Darul Hilim dalam
melaksanakan Terapi Jasmani Rohani. Dan dapat memberikan informasi
bagi masyarakat luas tentang efektifitas dari pengobatan yang dilaksanakan
di Rehabilitasi Mental Darul Hilim.

2) Bagi Jurusan dan Universitas


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan ilmiah bagi
Jurusan Tasawuf Psikoterapi. Dan bisa dijadikan sumber bahan referensi
bagi peneliti yang lain.

E. Kerangka Pemikiran
Gangguan jiwa merupakan perubahan pada fungsi jiwa, yang mengakibatkan
penderitaan pada individu atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial. Ada
berbagai macam gangguan jiwa dengan penderita yang sering sekali dikucilkan, dan
mendapatkan perlakuan yang berbeda dengan orang lainnya, diasingkan bahkan ada
yang sampai dipasungdan dikurung.18

Orang dengan gangguan jiwa ditandai dengan konflik batin seperti cemas, acuh
tak acuh, iri hati, rasa tidak aman, tidak mempunyai harga diri, agresif dan
kepercayaan diri yang lebih, terputusnya komunikasi sosial seperti khayalan yang
berlebih, tidak memiliki kesadaran hidup, gangguan pada emosional dan intelektual
seperti khayalan yang tidak benar, emosi yang tidak terkontrol, dan kepribadian yang
pecah.19

Akibat dari gangguan jiwa membawa dampak pada kehilangannya waktu


kebersamaan keluarga karena dihabiskan untuk menjaga dan merawat penderita
gangguan jiwa, menderita gangguan emosional dan sosial pengaruh dari pandangan
buruk orang-orang sekitar. Menurut Asmedi mengungkapkan bahwa gangguan jiwa
di Indonesia mendatangkan kerugian pada perekonomian hingga 20 triliun, efek dari
kehilangannya produktifitas, keluarga dan negara harus menangguang beban
ekonomi dan biaya pengobatan penderita gangguan jiwa. Selain mereka
membutuhkan dukungan dalam bidang ekonomi, mereka juga membutuhkan

18
Depkes RI (2000)
19
Lutviana Khairil Umah, “Peran Puskesmas Pembantu Kesehatan Jiwa Dalam Penanganan
Gangguan Jiwa Di Desa Parinagn Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo” (Skripsi, Universitas
Islam0Negeri0Sunan0Kali Jaga, 2016), 20
dukungan sosial seperti emosional, penilaian untuk menghadapi pengobtan, juga
untuk menghadapi pandangan negatif masyarakat sekitar.20

Tidak bisa dipungkiri bahwa kebanyakan orang gangguan jiwa sering


mendapatkan perlakuan tidak adil dan pandangan buruk dari masyarakat sekitarnya,
orang dengan gangguan jiwa juga sering mendapatkan perlakuan diskriminasi. Oleh
karena itu, orang dengan gangguan jiwa dipercaya sebagai seorang yang tidak bisa
diprediksi, orang yang berbahaya, tidak berpengetahuan, dan harus dirawat di Rumah
Sakit Jiwa dan tidak akan pernah sembuh. Orang dengan gangguan jiwa yang pernah
dipasung akan mengalami trauma, merasa dibuang oleh keluarganya, rendah diri,
putus asa, dan menyebabkan dendam pada keluarganya sendiri.21

Salah satu bentuk gangguan jiwa adalah depresi yang dipengaruhi oleh alam
perasaan. Kondisi emosional orang yang menderita depresi biasanya ditandai dengan
kesedihan yang sangat mendalam, selalu merasa bersalah, memiliki perasaan tidak
berarti bagi orang di sekitarnya. Oleh sebab itu semua proses mental berfikir,
persaan, dan berperilaku bisa berpengaruh pada motivasi untuk melakukan aktivitas
sehari-hari atau pun hubungan interpersonal.22

Psikoterapi Islam merupakan suatu cara pengobatan dan penyembuhan pada


penyakit mental, emosi, spiritual, moral, ataupun fisik dengan menggunakan
bimbingan Al-Qur’an dan As-Sunnah Rasul, atau secara pengalaman ialah melalui
bimbingan atau pengajaran Allah SWT. Pada hakikatnya hanya Allah-lah Sang Maha
Penyembuh dari segla penyakit baik itu fisik maupun psikis, Maha Obat, dan Maha

20
Fajar Rinawati dan Moh Alimansur, “Analisa Faktor-faktor Penyebab Gangguan Jiwa
Menggunakan Pendekatan Model Adaptasi Stres Stuart”, Jurnal Ilmu Kesehatan vol. 5 No. 1 (2016):
34
21
Rasmawati, “Studi Fenomenologi Pengalaman Hidup Orang Dengan Gangguan Jiwa Pasca
Pasung Yang Mengalami Perceraian”, Journal Of Islamic Noursing Vol. 3 No. 1 (2018): hal. 101
22
Aries Dirgayunita. hal. 4
Penyehat. Dan prosesnya mau itu secara langsung diberikan oleh-Nya, ataupun
melalui perantara utusan-Nya.23

Penyembuhan yang paling utama dan sangat mendasar pada psikoterapi Islam
ialah keberadaan dan hakikat mental dan spiritual manusia. Oleh karenya Nabi
Muhammad telah mengajarkan kita kurang lebih hingga 20 tahun mengenai akidah
dan ketauhidan. Karena tujuan utama dari ilmu ialah pengajaran, pengembangan,
pembudayaan eksistensi dan esensi spiritual. Dalam kondisi apapun eksistensi
emosional akan tetap terampil, cerdas, dan bijaksana apabila kebudayaan telah
melekat dan benar-benar kokoh dan sehat.24

Proses penyembuhan yang dilakukan di Rehabilitasi Mental Darul Hilim


menggunakan metode Terapi Jasmani dan Rohani. Pasien gangguan jiwa yang
ditangani di Rehabilitasi Mental ini dilakukan dengan cara pembinaan kerohanian
seperti diberikannya tausyiah-tausyiah tentang keagamaan supaya daya fikir dan
daya ingat pasien kembali. Selain itu juga sedikit demi sedikit diberikan pembinaan
dalam beribadah secara terus menerus. Hal ini harus dengan keuletan dan kesabaran
yang tinggi, juga dengan mental yang kuat, apabila dengan kondisi mental kita yang
kurang tidak menutup kemungkinan kita yang akan ikut seperti mereka, karena
mereka tidak sepemahaman dan sepikiran dengan orang-orang biasanya. selain
dilakukan pembinaan dalam hal beribadah mereka juga dimandikan pada pukul
03.00 dini hari dengan tujuan untuk menenangkan fikiran mereka disamping mereka
diberikan terapi mandi taubat pada waktu-waktu tertentu. Hal tersebut dilakukan
secara terus-menerus sampai pasien mengalami kemajuan yang lebih baik dan
akhirnya dinyatakan sembuh.25

23
Hamdani0Bakran0Adz-Dzaky, 0Konseling Dan Psikoterapi0Islam Edisi Revisi, (Yogyakarta:
Al-Manar,02004) hal: 228-231
24
Hamdani,0Konseling Dan Psikoterapi0Islam Edisi Revisi, (Yogyakarta: Al-Manar, 2004) hal:
253
25
Taufik Ali (Pembina), wawancara pribadi oleh Anis, di Rehabilitasi Mental Darul Hilim.
Tanggal 15 Januari 2020
Sekitar 75% pasien di Rehabilitasi Mental Darul Hilim ini berhasil disembuhkan,
baik itu yang sembuh total maupun sembuh yang terkadang kambuh lagi karena pola
makan dan pergaulan yang tidak terjaga. Contoh kasus pasien gangguan jiwa di
Rehabilitasi Darul Hilim ini yaitu yang dilatar belakangi oleh trauma yang dialami
dalam kehidupannya di masa lalu. Pasien berinisial R yang berasal dari Palembang
ini mengalami gangguan jiwa depresi karena ditinggal mati oleh calon istrinya
sebelum pernikahan berlangsung, sejak saat itu dia ditangani di Rehabilitasi Mental
Darul Hilim dengan Terapi Jasmani dan Rohani, disini pasien dilakukan konseling
dengan diberikan motivasi-motivasi hidup, selanjtnya pasien disiram atau
dimandikan pada waktu dini hari dan pada waktu tertentu dilakukan mandi taubat,
setelah pasien bisa diajak berkomunikasi dengan baik ia dibina untuk melakukan
ibadah seperti shalat dan dzikir khusus yang diberikan oleh pembina di Rehabilitasi
mental ini, dilakukan secara terus-menerus sampai dia sembuh. pada tanggal 3
Januari dia dinyatakan sembuh, atas permintaan keluarganya dia dipindahkan ke
Pesantren untuk mendapatkan pembinaan lebih lanjut dan menambah keilmuannya
dalam bidang agama26

Kerangka berfikir peneliti dapat digambarkan dengan peta konsep sebagai


berikut:

Orang Dengan Gangguan Jiwa

Depresi

Faktor Penyebab dan akibat Gejala Depresi

26
Taufik Ali (Pembina), wawancara pribadi oleh Anis, di Rehabilitasi Mental Darul Hilim.
Tanggal 15 Januari 2020
Penanganan
Pasien Depresi

Terapi Jasmani Rohani

Hasil
F. Permasalahan Utama
Dalam penelitian ini masalah utama yang diteliti adalah persoalan gangguan jiwa
depresi yang dialami oleh pasien di Rehabilitasi Mental Darul Hilim, mulai dari
depresi ringan seperti stress dan frustasi yang sering dialami oleh masyarakat.
Tentunya banyak sekali cara untuk menangani ganggguan jiwa depresi baik itu
dengan cara terapi psikologi maupun spiritual. Salah satu jenis terapi yang digunakan
sebagaisalah satu alternatif untuk menangani pasien depresi yaitu dengan Terapi
Jasmani Rohani, Terapi Jasmani Rohani didasarkan dengan unsur dasar manusia
diantaranya yaitu jasmani dan rohani oleh karena itu terapi yang dilakukan yaitu
pembinaan jasmani dan rohani. Hal yang membedakan dengan jenis terapi lain ialah
dengan menggabungkan antara unsur jasmaniah dan rohaniah agar tetap seimbang.
Oleh karena itu menurut peneliti Terapi Jasmani Rohani sangat efektif dan dapat
dijadikan sebagai cara alternatif untuk menangani pasien gangguan jiwa depresi.
dengan dilakukan penelitian ini akan dikaji lebih dalam tentang proses Terapi
Jasmani Rohani sehingga dapat membantu dalam upaya penyembuhan
pasiengangguan jiwa depresi.

G. Hasil Penelitian Terdahulu


Berdasarkan dari latar belakang diatas maka diperlukan kajian pustaka terlebih
dahulu dari beberapa literatur untuk dijadikan rujukan dalam penelitian ini. Merujuk
pada penelitian sebelumnya maupun pada buku sebagai referensi dalam penelitian ini.
Pertama, Maesyaroh Nurohmah mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial
dengan judul “Terapi Gangguan Jiwa: Proses Terapi Humanis Di Pondok Pesantren
Al-Qodir Cangkringan Sleman Yogyakarta” tahun 2015. Dalam skripsi ini peneliti
menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, dengan menggunakanteknik
pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini
memfokuskan pada proses pelaksanaan Terapi Humanis yang dilakukan pada santri
gangguan jiwa Pondok Pesantren Al-Qodir dan menghasilkan pada kesembuhan.

Kedua, Arfiana Amalia Fichri mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif


Hidayatullah Fakultas Ilmu Dakwah Dan Komunikasi Jurusan Bimbingan Dan
Penyuluhan Islam dengan judul “Proses Bimbingan Rohani Islam Pada Penderita
Skizofrenia Di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa I-Cengkareng” tahun 2017.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode analisis deskriptif dengan
pendektan kualitatif, melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara yang kemudian
dianalisis data. Dalam penelitian ini menghasilkan bahwa warga binaan sosial
mendapatkan perubahan terhadap pola pikir dan perilaku baik secara psikologi,
sosial, maupun spiritual setelah mendapatkan bimbingan rohani Islam.

Ketiga, Kokom Komala mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Gunung


Djati Bandung Fakultas Ushuluddin Jurusan Tasawuf Psikoterapi dengan judul
“Terapi Ruqiyah Sebagai Upaya Penyembuhan Gangguan Stress” tahun 2017.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan
observasi, wawancara, dan dokumentasi untuk pengumpulan data. Penelitian ini
memfokuskan pada metode ruqiyah yang digunakan untuk menyembuhkan pasien
gangguan stres. Hasil dari penelitian ini adalah setelah pasien diberikan metode
ruqiyah merasakan bahwa gejala-gejala stress yang diderita pasien sedikit demi
sedikit menjadi berkurang.
Keempat, Siti Nurajizah mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Gunung
Djati Bandung Fakultas Ushuludin Jurusan Tasawuf Psikoterapi dengan judul
“Dampak Metode Audio Terapi Al-Qur’an Terhadap Pasien Skizofrenia” tahun 2017.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif dengan observasi,
wawancara, dan dokumentasi untuk pengumpulan data. Penelitian ini memfokuskan
pada dampak yang dihasilkan dari audo terapi Al-qur’an pada pasien skizofrenia.
Hasil dari penelitian ini ialah setelah pasien diberikan audio terapi al-qur’an berkali-
kali memberikan dampak ketenangan dan setelah dilakukan rutin pasien menjadi
lebih tenang dan tidak melakukan suatu tingkahlaku yang agresif.

Adapun penelitian yang akan dilakukan peneliti mempunyai perbedaan dengan


beberapa0penelitian diatas, baik itu dari segi objek penelitian maupun lokasi
penelitiannya. Penelitian ini memfokuskan pada upaya untuk menangani pasien
gangguan jiwa berupa depresi dengan metode Terapi Jasmani Rohani. Penelitian ini
dilakukan di Rehabilitasi Mental Darul Hilim yang terletak di Kabupaten Ciamis.

Anda mungkin juga menyukai