Anda di halaman 1dari 10

Mental Illness: Gejala, Penyebab dan Terapinya

Sari Wulandari
Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Tadulako
Jl. Soekarno Hatta, Kota Palu, Sulawesi Tengah 94148

ABSTRAK
Gerakan kesehatan jiwa harus mengedepankan aspek pencegahan dan peran
masyarakat dalam mengoptimalkan fungsi jiwa individu. Kesehatan mental tidak
hanya terkait dengan masalah medis atau psikologis, tetapi juga memiliki dimensi
sosio-kultural hingga dimensi spiritual dan agama.
Penyakit mental mempengaruhi semua orang tanpa memandang usia, jenis
kelamin, geografi, pendapatan, status sosial, ras/etnis, agama/spiritualitas,
orientasi seksual, asal kebangsaan, atau aspek lain dari identitas budaya. Penyakit
mental dapat terjadi pada usia berapa pun, tetapi tiga perempat dari semua
penyakit mental dimulai sebelum usia 24 tahun. Penyakit mental datang dalam
berbagai bentuk. Beberapa ringan dan memiliki dampak terbatas pada kehidupan
sehari-hari, fobia spesifik (ketakutan yang tidak normal), penyakit mental lainnya
sangat serius dan mungkin memerlukan rawat inap.
Perlakuan yang tidak tepat terhadap penderita gangguan jiwa masih terjadi di
berbagai wilayah Indonesia. Orang yang terkena dampak dianggap makhluk aneh
yang dapat mengancam keselamatan manusia, karena mereka layak untuk dibuang
dari masyarakat. Hal ini sangat disayangkan karena dapat mengurangi kesempatan
pasien untuk sembuh. Oleh karena itu, perawatan kesehatan mental harus
dilakukan untuk menghilangkan stigma di masyarakat dan memastikan bahwa
mereka yang terkena mendapatkan perawatan yang tepat. Memberikan informasi
dan pendidikan kepada masyarakat terkait sangat penting.
PENDAHULUAN
Gangguan jiwa adalah pola psikologis atau perilaku yang ditemukan pada
individu yang menyebabkan stres, menurunkan kualitas hidup, dan menyebabkan
gangguan fungsional. Gangguan jiwa juga merupakan gangguan yang
berhubungan dengan gangguan fungsi otak, yang dapat menyebabkan perubahan
dalam proses berpikir, emosi, dan perilaku serta mengganggu kinerja yang tepat
dari aktivitas sehari-hari (Noya, et al. 2020).
Berbagai penelitian telah menunjukkan hubungan antara kesehatan fisik dan
mental seseorang. Di sisi lain, orang dengan gangguan jiwa juga menunjukkan
gangguan fungsi fisik. Kesehatan dan penyakit adalah keadaan biopsikososial
yang terintegrasi ke dalam kehidupan manusia. Memperkenalkan konsep sehat
dan sakit fisik dan mental adalah bagian dari pengenalan orang tentang bagaimana
mereka beradaptasi dengan kondisi dan lingkungan mereka. Keadaan bebas dari
segala jenis gangguan mental, keadaan di mana individu mampu menjalani
kehidupan normal, dan khususnya untuk beradaptasi dengan masalah yang
dihadapi sepanjang hidup yang mungkin dihadapi dalam jangka waktu yang lama
(Putri ,lainnya. 2018).
Oleh karena itu masyarakat perlu dididik tentang kesehatan mental dan bagaimana
mengelolanya. Hal ini memungkinkan pasien untuk meminimalkan penurunan
status mental mereka dan masyarakat untuk menghilangkan persepsi yang tidak
tepat dari mereka yang terkena gangguan kesehatan mental (Putri, et al. 2018).

PEMBAHASAN
A. Definisi Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa (disorder, confusion, insanity) adalah ketidakmampuan yang
parah untuk beradaptasi dengan tuntutan atau kondisi lingkungan yang
mengarah pada kecacatan tertentu (Putri, et al. 2018). Menurut Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO), kesehatan mental adalah keadaan kesejahteraan yang
dicapai oleh individu dengan keterampilan untuk mengatasi tekanan normal
kehidupan, bekerja secara produktif, dan berperan dalam komunitas mereka. Di
sisi lain, menurut (Parekh, 2018), penyakit adalah kondisi kesehatan yang
melibatkan perubahan emosi, pikiran, atau perilaku (atau kombinasinya).
Penyakit mental dikaitkan dengan kesulitan atau masalah yang terlibat dalam
kegiatan sosial, pekerjaan, atau keluarga. Masalah kesehatan mental dapat
muncul dengan sendirinya di dalam rahim atau di masa dewasa, dan
perkembangannya bisa menjadi stres yang berlebihan. Kehidupan yang
semakin modern hadir dengan berbagai macam kebutuhan yang harus
dipenuhi. Keinginan untuk diakui oleh masyarakat, bukan hanya karena wajib
atau penting, membuat individu merasa harus mengikuti tren yang sedang
berlangsung tanpa menyadari kemampuannya sendiri (Putri, et al. (2018).

B. Ciri-ciri Penyakit Jiwa


(Ayuningtyas, dkk. 2018), dikenal dua istilah untuk menyebut orang dengan
gangguan jiwa dalam konteks kesehatan jiwa. Pertama, Orang dengan
Gangguan Kesehatan Jiwa (ODMK) adalah orang yang memiliki masalah fisik,
mental, sosial, tumbuh kembang, dan/atau kualitas hidup serta berisiko
mengalami gangguan jiwa. Kedua, Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)
adalah orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan afek,
yang bermanifestasi dalam bentuk berbagai gejala dan/atau perubahan perilaku
yang signifikan yang menyebabkan penderitaan atau kesulitan dalam
menjalankan fungsinya. yang dapat menyebabkan kecacatan.

C. Jenis-jenis Gangguan Jiwa


(Ayuningtyas, dkk. 2018), antara lain skizofrenia, depresi, disabilitas
intelektual, gangguan penyalahgunaan zat, gangguan afektif bipolar, demensia,
disabilitas intelektual, dan disabilitas perkembangan, terdapat berbagai jenis
gangguan jiwa, termasuk autisme.

D. Gejala Gangguan Jiwa


Gejala utama gangguan kecemasan adalah khawatir akan terjadi sesuatu yang
buruk, terlalu khawatir, mudah marah, dan tidak bisa rileks. Gejala utama
depresi adalah gangguan tidur, kurang percaya diri, kelelahan, kurang energi
dan kehilangan minat. Gejala khas dari stres pasca trauma adalah perasaan jauh
dan terpisah dari orang lain, perasaan waspada, dan terlindungi setiap saat.

E. Penyebab Gangguan Jiwa


Seseorang yang “sehat secara mental atau psikologis” memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Kemampuan menghadapi situasi
a. Mengatasi kekecewaan dalam hidup
b. Kepuasan dalam kehidupan sehari-hari
c. Memiliki harga diri yang baik
d. Evaluasi diri Anda secara realistis, tanpa melebih-lebihkan atau
meremehkan.
2. Mampu mencintai orang lain
a. Memiliki hubungan yang teratur
b. Mampu menghargai pendapat orang yang berbeda
c. Merasa menjadi bagian dari kelompok
d. Jangan "mengkhianati" orang lain atau membiarkan orang lain
"mengkhianati" diri sendiri
3. Menanggapi tuntutan hidup
a. Menetapkan tujuan hidup yang realistis
b. Tegas
c. Bertanggung jawab
d. Mampu membentuk masa depan
e. Terbuka terhadap ide dan pengalaman baru
Diklasifikasikan menjadi tiga penyebab faktor: faktor somatogenetik terdiri
dari neuroanatomi, neurofisiologi, neurokimia, pematangan dan perkembangan
organik, dan somatogenesis, yang terdiri dari faktor pre dan perinatal. Faktor
psikogenik meliputi kurangnya kepercayaan, peran ayah, persaingan saudara
kandung, kecerdasan, hubungan keluarga, pekerjaan, bermain, sosial,
kecemasan, depresi, kehilangan yang menyebabkan rasa malu dan bersalah,
penyesuaian, pola defensif, dll. Tidak mengandung interaksi ibu-anak.
Tergantung pada tingkat bahaya dan perkembangan emosi. stabilitas keluarga,
pola pengasuhan, keluarga yang ekspresif atau emosional rendah, pendapatan
atau status ekonomi, lokasi, masalah yang dihadapi oleh kelompok minoritas
yang distigmatisasi, kesehatan yang tidak memadai, layanan pendidikan dan
sosial, pengaruh ras dan agama dan faktor sosial lainnya. memandu. Dari
ketiga faktor tersebut diketahui bahwa penyebab gangguan atau gangguan jiwa
tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja. Penyebab gangguan jiwa
merupakan gabungan dari tiga kategori dengan satu kategori sebagai penyebab
utama.
Santorok juga menyatakan bahwa gangguan jiwa juga dapat disebabkan oleh
faktor psikologis, dengan pengalaman frustrasi, kegagalan, dan keberhasilan
membentuk perilaku, kebiasaan, dan karakter masa depan. Kehidupan manusia
dibagi menjadi tujuh periode.

F. Risiko gangguan jiwa


Menurut (Kirana, dkk, 2022) Faktor Risiko yang Berkontribusi:
1. Faktor Genetik
2. Trauma Masa Kecil
3. Stres
4. Pengasuhan Anak

G. Upaya Penatalaksanaan atau Pengobatan Penyakit Jiwa


1. Dapat dilakukan dengan menggerakkan tubuh dan jaga agar tubuh tetap
aktif.
2. Membantu orang lain dengan integritas.
3. Tetap positif.
4. Memiliki kemampuan memecahkan masalah.
5. Cari bantuan profesional jika perlu.
6. Menjaga hubungan baik dengan orang lain.
7. Tidur dan istirahat yang cukup.
Dalam menangani gangguan jiwa, dokter menggunakan beberapa pilihan
pengobatan, antara lain:
1. Psikoterapi
Psikoterapi adalah terapi bicara yang memberikan pasien cara yang aman
untuk mengekspresikan emosi dan mencari nasihat. Psikiater menawarkan
bantuan dengan membantu pasien mengelola emosi mereka. Seiring dengan
pengobatan, psikoterapi adalah cara paling efektif untuk mengobati
penyakit mental. Contoh psikoterapi termasuk terapi perilaku kognitif,
terapi paparan, dan terapi perilaku dialektis.
2. Stimulasi otak.
Stimulasi otak meliputi terapi elektrokonvulsif, stimulasi magnetik
transkranial, pengobatan eksperimental yang disebut stimulasi otak dalam,
dan stimulasi saraf vagus.
3. Perawatan Penyalahgunaan Zat.
Perawatan ini diberikan kepada orang-orang dengan penyakit mental yang
disebabkan oleh kecanduan penyalahgunaan obat-obatan terlarang.

KESIMPULAN
Kesehatan mental dipengaruhi oleh peristiwa kehidupan yang berdampak besar
pada kepribadian dan perilaku seseorang. Peristiwa tersebut dapat berupa
kekerasan dalam rumah tangga, penganiayaan anak, atau stres berat yang
berkepanjangan. Ketika kesehatan mental terganggu, gangguan dan penyakit
mental terjadi. Beberapa jenis gangguan kejiwaan yang umum, termasuk depresi,
gangguan bipolar, kecemasan, gangguan stres pasca-trauma (PTSD), gangguan
obsesif-kompulsif (OCD), dan psikosis.
REFERENSI
Ayuningtyas. D, dkk. 2018. Analisis Situasi Kesehatan Mental dalam
Masyarakat pada Indonesia & Strategi Penanggulangannya. Jurnal Ilmu
Kesehatan Msyarakat. Volume. 9, No. 1

Kirana. W, dkk. 2022. Faktor Risiko yg Mempengaruhi Gangguan Jiwa.


Khatulistiwa Nursing Journal. Volume. 4, No. 2

Noya. S, dkk. 2020. Penerimaan Audience Mengenai Mental Illness pada Film
The Joker. Jurnal E-Komunikasi. Volume. 8, No. 2

Parekh, R. (2018). All Topics: Psychiatry.org. Retrieved from Psychiatry.org:


https://www.psychiatry.org/patients-families/what-is-mental-illness

Putri. A. 2021. Cara Mengatasi Gangguan Mental. Surabaya. Universitas


Airlangga

Putri. A. W, dkk. 2018. Kesehatan Mental Masyarakat Indonesia (Pengetahuan


& Keterbukaan Masyarakat Terhadap Gangguan Kesehatan Mental).
Prosiding Riset & PKM. Volume. 2, No. 2

Anda mungkin juga menyukai