Anda di halaman 1dari 30

Kesehatan Jiwa dan

Psikososial
Dina Palayukan Singkali.,M.Kep
S1 Keperawatan
UWN
Konsep Kesehatan Jiwa
Konsep kesehatan Jiwa
 Kesehatan mental atau yang juga dikenal
dengan mental health adalah kondisi
kesehatan yang berkaitan dengan aspek
kejiwaan, psikis, dan emosional seseorang.
Mental health mencerminkan keadaan
kesehatan mental seseorang, termasuk
tingkat keseimbangan emosional,
kemampuan mengatasi tekanan, dan kualitas
hubungan interpersonal
 Seseorang dapat dikatakan memiliki good
mental health adalah apabila memiliki
ketenangan jiwa dalam menjalani hidupnya.
Sebaliknya, seseorang yang kesehatan
mentalnya terganggu akan merasa kesulitan
dalam mengendalikan emosinya bahkan
dapat memengaruhi hubungannya dengan
orang lain, kemampuannya dalam berpikir,
atau bahkan memicu munculnya keinginan
untuk melukai diri sendiri.
CIRI-CIRI ORANG YANG SEHAT JIWA
(WHO)
 Individu mampu menyesuaikan diri secara konstruktif
pada kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk
baginya.
 Memperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahanya.
 Merasa lebih puas memberi dari pada menerima.
 Secara relatif bebas dari rasa tegang (stress), cemas
dan depresi
 Mampu berhubungan dengan orang lain secara tolong
menolong dan saling memuaskan
 Mampu menerima kekecewaan sebagai pelajaran yang
akan datang
 Mempunyai rasa kasih sayang
Ciri-ciri sehat jiwa (Yahoda)
 Memiliki sikap positif terhadap diri sendiri
 Tumbuh, berkembang dan beraktualisasi
 Menyadari adanya integrasi dan hubungan
antara : Masa lalu dan sekarangMemiliki
otonomi dalam pengambilan keputusan dan
tidak bergantung pada siapapun
 Memiliki persepsi sesuai dengan kenyataan
 Mampu menguasai lingkungan dan beradaptasi
 Yuukk ! Evaluasi diri masing-masing !
 Apakah saya sudah sehat jiwa ?
Cara memeliharan kesehatan jiwa
 Tetap aktif secara fisik: Melakukan olahraga secara teratur
dapat membantu mengurangi stres, depresi, dan
kecemasan.
 Makan dengan sehat: Konsumsi makanan seimbang yang
kaya akan nutrisi dapat membantu menjaga kesehatan
mental.
 Cukup istirahat: Tidur yang cukup dan berkualitas penting
untuk menjaga kesehatan mental.
 Kelola stres: Temukan cara-cara untuk mengelola stres,
seperti meditasi, yoga, atau teknik relaksasi lainnya.
 Jaga hubungan sosial: Pertahankan hubungan yang positif
dengan orang-orang di sekitar Anda. Ini bisa membantu
meredakan rasa kesepian dan memberikan dukungan
emosional.
Lanjutan…
 Hindari penggunaan zat-zat tertentu: Batasi
konsumsi alkohol dan hindari penggunaan obat-
obatan terlarang.
 Berikan waktu untuk melakukan aktivitas yang
menyenangkan: Luangkan waktu untuk melakukan
hobi atau aktivitas yang Anda nikmati.
 Jangan ragu untuk mencari bantuan: Jika Anda
merasa kesulitan atau memiliki masalah yang
serius, jangan ragu untuk mencari bantuan dari
profesional kesehatan mental seperti psikolog atau
psikiater.
 .
Lanjutan…
 Praktikkan pikiran positif: Cobalah untuk
memandang segala sesuatu dari sudut
pandang yang positif dan berusaha
mengatasi pemikiran negatif.
 Terhubung dengan alam: Menghabiskan

waktu di alam, seperti berjalan-jalan di


taman, dapat memberikan efek positif pada
kesehatan mental
Sejarah keperawatan jiwa
Perawatan pada pasien gangguan jiwa sudah
dilakukan sejak jaman dahulu kala. Asuhan
keperawatan yang diberikan sebelum abad ke-
18 masih berupa penjagaan (sipir) dengan
kualitas asuhan yang sangat buruk (dibuang ke
hutan, dipasung, diolok-olok, dianggap sakti).
Pada akhir abad ke-19, perawat jiwa sudah
merupakan sebuah profesi dan pada abad ke-
20, spesialisasi perawat jiwa telah diakui
dengan peran dan fungsi yang unik.
Lanjutan….
 Tahun 1913 Keperawatan psikiatri masuk
kurikulum, terapi somatik, ECT berkembang
 Tahun 1950 Peran perawat psikiatri mulai

berkembang
 Tahun 1960 Fokus perawatan psikiatri :

prevensi primer, implementasi perawatan &


konsultasi dlm komunitas
 Abad 20 Materi keperawatan jiwa terintegrasi
dengan mata kuliah lain. Perawat jiwa : D3,
Sarjana, Pasca Sarjana, Doktoral
Perkembangan Keperawatan Jiwa di Indonesia

Tahun 1882 Berdiri RSJ Bogor

Tahun 1902 Berdiri RSJ Lawang

Tahun 1923 Berdiri RSJ Magelang

Tahun 1927 Berdiri RSJ Sabang (Ace)

Tahun 1938 Berdiri RSJ Pakem (jogja)

Tahun 1900-an Gerakan no restrain dan terapi kerja bagi pasien gangguan jiwa

Tahun 1966 Diterbitkan UU tentang Kesehatan Jiwa No. 3 tahun 1966 dan pada tahun 1973 lahirlah PPDGJ I
dan program integrasi kesehatan jiwa di puskesmas

Tahun 2000-an Asuhan keperawatan mulai ditekankan penanganan jiwa untuk korban bencana alam,
pengembangan CMHN, pendidikan perawat spesialis jiwa, askep kesehatan jiwa (NANDA, NOC,
NIC), serta pengembangan organisasi keperawatan jiwa serta pelaksanaan konferensi nasional
jiwa.

Tahun 2006-sekarang Penerapan Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa (MPKP)


Tren dan isu keperawatan jiwa
 Gangguan jiwa adalah adalah gangguan yang
memengaruhi suasana hati, pola pikir, dan
perilaku seseorang secara umum. Kondisi ini
biasanya berkaitan dengan masalah dalam
fungsi sosial, pekerjaan, atau masalah
keluarga.
 Jenis gangguan jiwa : gangguan jiwa

termasuk depresi, gangguan kecemasan,


skizofrenia, gangguan makan, dan perilaku
adiktif.
Proses terjadinya gangguan jiwa
 Proses terjadinya gangguan jiwa kompleks
dan melibatkan interaksi antara berbagai
faktor. Secara umum, gangguan jiwa bisa
berkembang melalui beberapa tahapan yang
melibatkan faktor-faktor seperti genetik,
biologis, psikologis, dan lingkungan.
proses terjadinya gangguan jiwa:

 Faktor Genetik: Ada bukti kuat bahwa faktor genetik berperan dalam
kerentanan seseorang terhadap gangguan jiwa. Jika seseorang
memiliki riwayat keluarga dengan gangguan jiwa, risiko untuk
mengalami gangguan serupa bisa lebih tinggi.
 Faktor Biologis: Ketidakseimbangan zat kimia otak, seperti
serotonin, dopamin, atau norepinefrin, dapat mempengaruhi
suasana hati, emosi, dan persepsi seseorang. Perubahan pada
struktur atau fungsi otak juga dapat terkait dengan gangguan jiwa.
 Faktor Psikologis: Pengalaman hidup, trauma, konflik emosional,
atau kecemasan yang berlebihan dapat memainkan peran dalam
perkembangan gangguan jiwa. Cara seseorang mengatasi stres dan
konflik juga dapat berpengaruh.
 Faktor Lingkungan: Lingkungan di sekitar seseorang, seperti pola
asuh, kejadian traumatis, tingkat stres, atau kebiasaan hidup, dapat
mempengaruhi risiko gangguan jiwa. Stigma sosial juga bisa
memperburuk kondisi.
Lanjutan…
 Interaksi Faktor-Faktor: Proses terjadinya gangguan jiwa
seringkali melibatkan interaksi kompleks antara faktor-
faktor ini. Misalnya, seseorang dengan kerentanan
genetik terhadap depresi mungkin mengalami depresi
setelah mengalami kejadian traumatis.
 Manifestasi Gejala: Gangguan jiwa dapat mulai muncul
dengan gejala-gejala seperti perubahan mood, pikiran
yang tidak wajar, perilaku yang tidak terkendali, atau
gangguan fisik yang tidak dapat dijelaskan.
 Diagnosis dan Pengelolaan: Setelah gejala muncul,
diagnosis yang tepat dan pengelolaan yang sesuai
menjadi penting. Ini bisa melibatkan intervensi medis,
psikoterapi, dukungan sosial, dan perubahan gaya hidup.
 Gangguan mental emosional di sulwesi
tengah menempati peringkat tertinggi
seindonesia menurut Riskesdas 2018.
didominasi usian 15 tahun keatas yaitu 19,8
%.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai