Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-undang nomor 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa


menyebutkan bahwa upaya kesehatan jiwa diselenggarakan melalui
pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative yang
dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan Bersama
sama dengan lintas program dan lintas sektor terkait. Dalam rangka
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,
berbagai upaya tengah diwujudkan agar dapat merealisasikan makna yang
terkandung dalam Undang-undang tentang Kesehatan Jiwa tersebut.

Berdasarkan data mhgap yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun


2017 burden of disease akibat penyakit jiwa adalah 2,463.29 per 100,000
penduduk sedangkan burden of disease bunuh diri adalah 3,4 per 100,000
penduduk. Berdasarkan data Riskesdas 2018 didapatkan data kasus ODGJ
berat adalah 1,8 per 1000 penduduk atau 429.332 ODGJ Berat. Terget
layanan keswa terhadap ODGJ berat pada tahun 2024adalah sebesar 100%
sesuai Standar Pelayanan Minimum bidang kesehatan. ODGJ berat yang
dipasung adalah 31,5% dari jumlah penderita sementara ODGJ yang teratur
minum obat hanya 48.9 %. Pengkonsumsi Minuman beralkohol adalah
3.3% dari jumlah penduduk Indonesia yang berusia ≥ 10 tahun. Data
Depresi pada usia ≥ 15 tahun adalah 6,1 per 100,000 penduduk, sedangkan
gangguan mental emosional adalah 9.8 per 100,000 penduduk.Besaran
masalah sangat penting untuk perencanaan kegiatan pencegahan dan
pengendalian serta perencanaan obat gangguan jiwa.

Struktur Organisasi dan Tatalaksana Kementerian Kesehatan


menetapkan salah satu fungsi Direktorat Kesehatan Jiwa Kementerian
Kesehatan adalah menyelenggarakan fungsi penyiapan penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria dalam upaya pencegahan dan pengendalian
masalah kesehatan jiwa anak dan remaja, kesehatan jiwa dewasa dan lanjut

1
usia serta penyalahgunaan NAPZA. Berbagai masalah kejiwaan yang
terjadi di keluarga dan masyarakat memerlukan deteksi dan intervensi dini
yang meliputi masalah-masalah psikososial yang terjadi di keluarga dan
masyarakat. Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) adalah orang yang
mempunyai masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan
dan/atau kualitas hidup sehingga memiliki resiko mengalami gangguan
jiwa. Pembangunan masyarakat sehat jiwa diupayakan melalui
pemberdayaan masyarakat, pengembangan deteksi dini masalah kesehatan
jiwa berbasis masyarakat yang disertai pendampingan dan diharapkan akan
memampukan dan memandirikan masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kesehatan jiwa?
2. Apa yang dimaksud orang dalam gangguan jiwa?
3. Apa yang dimaksud dengan upaya kesehatan jiwa?
4. Permasalahan kesehatan jiwa apa yang bisa terjadi pada setiap fase
kehidupan manusia?
5. Bagaimana upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative
kesehatan jiwa?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penulisan dalam makalah ini adalah agar


mahasiswa dapat membaca dan mempelajari tentang tahap
penanganan kesehatan jiwa.

2. Tujuan Khusus

1.) Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa 1.

2.) Sebagai bahan diskusi pada mata kuliah Keperawatan


Jiwa 1.

3.) Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa perawat dan


masyarakat.

2
4.) Mengetaahui apa itu kesehatan jiwa.

5.) Mengetahui apa yang dimaksud orang dalam gangguan


jiwa.

6.) Mengetahui apa yang dimaksud dengan upaya kesehatan


jiwa.

7.) Mengetahui permasalahan kesehatan jiwa apa yang bisa


terjadi pada setiap fase kehidupan manusia.

8.) Mengetahui upaya promotif, preventif, kuratif, dan


rehabilitative kesehatan jiwa.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
1. Kesehatan Jiwa
Kesehatan Jiwa disingkat keswa adalah kondisi dimana seorang
individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial
sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat
mengatasi tekananstress, dapat bekerja secara produktif dan mampu
memberikan kontribusi untuk komunitasnya (Undang-Undang No. 18
Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa).
Kesehatan jiwa bukan tidak hanya ada gangguan jjiwa, melainkan
mengandung berbagai karakteristik yang positif yang menggambarkan
keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan
kedewasaan kepribadiannya. (WHO).
2. Orang Dalam Gangguan Jiwa (ODGJ)
Orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan
yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan/atau
perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan
penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai
manusia ( Indonesia,2014).
3. Upaya Kesehatan Jiwa
Upaya kesehatan jiwa dalah setiap kegiatan untuk mewujudkan derajat
kesehatan jiwa yang optimal bagi setiap individu, keluarga, dan
masyarakat dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitative yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
masyarakat.
B. Kriteria Sehat Jiwa
Kriteria Sehat Jiwa menurut Yahoda
- Sikap positif terhadap diri sendiri : individu dapat menerima dirinya
secara utuh, menyadari adanya kekurangan dan kelebihan dalam
dirinya.

4
- Tumbuh kembang dan beraktualisasi diri : individu mengalami
perubahan kearah yang normal sesuai dengan tingkat pertumbuhan
dan perkembangan dan dapat mengekspresikan potensi dirinya.
- Integrasi ( keseimbangan/keutuhan ) : individu menyadari bahwa
semua aspek yang dimilikinya adalah satu kesatuan yang utuh dan
mampu bertahan terhadap stress dan dapat mengatasi
kecemasannya.
- Otonomi : individu dapat mengambil keputusan secara bertanggung
jawab dan dapat mengatur kebutuhan yang menyangkut pada dirinya
tanpa bergantung kepada orang lain.
- Persepsi realitas : pemahaman individu terhadap stimulus eksternal
sesuai dengan kenyataan yang ada.
- Environmental mastery : kecakapan dalam adaptasi dengan
lingkungan ).
C. Permasalahan Kesehatan Jiwa yang Bisa Terjadi Pada Setiap Fase
Kehidupan Manusia
1. Prakonsepsi dan Pranatal
a. Menikah dan diluar nikah
b. Kehamilan dibawah umur dan diluar pernikahan
c. Kehamilan yang tidak diinginkan
d. Kehamilan dengan beresiko (depresi, kondisi medis umum,
defisiensi mikronutrien, merokok, prilaku berisiko)
e. Herediter
2. Bayi dan Anak Usia Dini
a. Masalah kelekatan dan perkembangan anak pada ibu depresi paska
persalinan
b. Pola asuh orang tua
c. Perkembangan fisik dan kognitif pada bayi dan anakk usia dini
d. Factor social ekonomi yang buruk
e. Pengaruh negative keluarga besar (extended family)
f. Pengaruh media informasi
3. Anak Usia Sekolah

5
a. Perundungan
b. Terpapar pornografi/gadget/napza
c. Anak terlantar/jalanan
d. Anak korban konflik dan kekerasan
e. Perdagangan/eksploitasi anak
f. Trauma psikis pada kejadian kehidupan negative
g. Pengaruh sekolah dan lingkungan
h. Masalah social ekonomi
i. Orang tua dengan gangguan jiwa dan penyalahgunaan zat
4. Remaja
a. Penyalahgunaan napza/gadget
b. Tekanan teman sebaya
c. Tuntutan sekolah
d. Disorientasi diri dan seksual
e. Pengaruh media
f. Hubungan seksual berisiko
g. Perilaku kekerasan
5. Dewasa
a. Pengangguran
b. Konflik rumah tangga
c. Penyalahgunaan napza/gadget/pornografi
d. Karir dan lingkungan kkerja
e. Social ekonomi
f. Jaminan kesehatan
g. Isolasi social dan keluarga
h. Keharmonisan rumah tangga
i. Penyakit kronis
6. Lansia
a. Penyakit degenerative dan kronis
b. Masalah kesepian
c. Masalah isolasi social
d. Kehilangan (penghasilan, pasangan)

6
e. Penelantaran
f. Jaminan kesehatan
g. Masalah penurunan fungsi kognitif
h. Masalah tempat tinggal lansia
i. Kehidupan spiritualitas (persiapan akhir kehidupan)
D. Tahapan Penanganan Kesehatan Jiwa
1. Upaya Promotif
Upaya promosi gangguan jiwa perlu dilakukan agar memperkuat
kemampuan individu dalam menghadapi masalah kesehatan jiwa.
Upaya promosi kesehatan jiwa dilakukan dengan sosialisasi penyuluhan
kesehatan jiwa dimasyarakat dan di sekolah.
2. Upaya Preventif
Upaya preventif kesehatan jiwa ditujukan untuk :
- Mencegah terjadinya masalah kejiwaan
- Mencegah timbulnya dan/atau kambuhnya gangguan jiwa
- Mengurangi factor risiko akibat gangguan jiwa pada masyarakat
secara umum atau perorangan
- Mencegah timbulnya dampak masalah psikososial

Upaya preventif yang dapat dilakukan antaralain :

a. Pendampingan keluarga pasien


Yaitu dengan memberikan pendidikan dan memotivasi pasien serta
keluarga, Pendidikan kesehatan yang diberikan oleh kader kesehatan
jiwa kepada pasien dan keluarga berupa mengajrkan kepada
keluarga untuk memandirikan pasien, mengajak pasien
berkomunikasi dan meminta pasien melakukan kegiatan. Kader
kesehatan jiwa memberikan motivasi kepada keluarga untuk
bersabar dalam merawat pasien, selain itu pasien juga dimotivasi
untuk merawat diri, tidak merasa minder dengan penyakitnya.
b. Deteksi dini gangguan jiwa
M2M (Metode 2 Menit)

7
Sumber : (Hutajulu, 2023)
Pengkajian 2 menit atau lebih sering dikenal dengan metode 2 menit
(M2M) merupakan suatu alat yang digunakan untuk skring di tempat
pelayana primer di Indonesia. Pengkajian 2 menit bagian dari
deteksi dini yang memiliki tujuan untuk melakukan deteksi dini
masalah psikososial
Pengkajian 2 menit dapat membantu perawat untuk melakukan
skring cepat dan kasar bukan menegakan diagnosa. Sebagai tenaga
kesehatan perawat dituntut harus bisa memberikan asuhan secara
holistik dengan memperhatikan aspek biologis, psikologis dan
sosial. Sehingga pengkajian 2 menit dapat membantu perawat
menentukan masalah mental emsional dalam waktu yang singkat.

8
Pengkajian 2 menit dilakukan dengan teknik wawancara saat pasien
bertemu dengan perwat atau dalam fase here and now. Wawancara
ini dilakukan secara 2 sesi dan setiap sesi hanya diberi waktu 2 menit
untuk bisa memutusakan keluhan utama pasien masuk ke jenis
masalah kesehatan fisik, psikologis atau mental emosional
Metode SRQ (Self-Reporting Questionnaire)
Self-Reporting Questionnaire (SRQ) ialah kuesioner dan
dikembangkan World Health Organization (WHO) dengan tujuan
skrining gangguan psikiatri guna keperluan penelitian. Tujuan
khususnya yaitu menilai butir-butir pertanyaan yang terbanyak
dialami individu yang mengalami gangguan mental emosional,
menilai butir-butir pertanyaan SRQ pada kelompok yang mengalami
gangguan mental emosional dan tidak mengalami gangguan mental
emosional, mengidentifikasi kelompok yang mengalami gejala
gangguan kognitif, cemas-depresi, somatik dan penurunan energy
Berikut interpretasi dari form skrining SRQ-29, ialah:
a. Apabila terdapat 5 atau lebih jawaban di kolom Y pada nomor
1-20, maka terdapat masalah psikologis seperti cemas dan
depresi.
b. Apabila terdapat jawaban Y pada nomor 21, maka terdapat
penggunaan zat psikoaktif atau narkoba.
c. Apabila terdapat satu atau lebih jawaban Y dari nomor 22-24,
maka terdapat gejala gangguan psikotik (gangguan dalam
penilaian realitas) yang perlu penanganan serius.
d. Apabila terdapat satu atau lebih jawaban Y dari nomor 25-29,
maka terdapat gejala – gejala gangguan PTSD (Post Traumatic
Stress Disorder) atau dapat dikatakan sebagai gangguan stres
setelah trauma.

9
Sumber : (Diati & Biavri, 2022)
c. Penjaringan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di masyarakat
Kader mendatangi rumah masyarakat dan melakukan deteksi apakah
ada anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan jiwa. Jika
didapati masyarakat yang mengalami gangguan jiwa maka segera
dilaporkan ke puskesmas untuk dirujuk ke RSJ.

10
d. Pembentukan desa siaga jiwa
Pembentukan desa siaga jiwa ini bertujuan agar ada partisipasi
masyarakat dalam membantu pasien gangguan jiwa untuk berobat
dan kembali ke masyarakat
3. Upaya Kuratif
Upaya kuratif yang dilakukan meliputi
a. Kebijakan rujukan pasien jiwa dari faskes tingkat 1 dapat langsung
ke rumah sakit jiwa (faskes tingkat 3)
Di RSJ akan dilakukan tindakan
Tahapan penanganan yang dilakukan perawat jiwa sebagai berikut
a) Tahap Persiapan
(1) Orientasi
Dalam tahapan ini, klien membutuhkan dan mencari bimbingan
profesional. Seringkali perawat membantu klien mengidentifikasi
dan memahami masalah dan menentukan apa yang dibutuhkan.
(2) Identifikasi
Perawat mengidentifikasi/mengkaji factor predisposisi, factor
presipitasi, keluhan fisik, psikologi, social, kognitif, afektif, status
mental, sumber koping dan mengevaluasi keluh kesah perasaan
klien dan membantu klien bersamaan dengan penyakitnya yang
dirasakan sebagai pengalaman serta memberi orientasi positif
terhadap perasaan dan kepribadian klien.
(3) Tahap Pelaksanaan
Perawat menangani klien secara optimal dimana selama fase ini
klien menerima secara penuh penaganan yang diberikan oleh tenaga
medis, perawat melakukan asuhan keperawatan jiwa sesuai dengan
buku standar keperawatan Indonesia yaitu buku 3s yang didalamnya
terdapat tindakan observasi, terapeutik, edukasi, dan kolaborasi oleh
tenaga kesehatan lain dalam menangani pasien jiwa, untuk bagian
intervensi (SIKI) akan dikombinasikan dengan Strategi Pelaksanaan
(SP)
Terapi

11
 Terapi Modalitas
 Terapi Psikofarmaka
 Terapi Kejang Listrik
 Terapi Aktivitas Kelompok
 Terapi Kognitif
 Terapi Keluarga
 Terapi Lingkungan
 Terapi Prilaku
 Terapi Rehabilitasi
(4) Tahap Pengawasan
Dalam tahapan pada fase ini, perawat membuat keputusan. Inti dari
tahap ini adalah klien menghilangkan ketergantungan pada orang
lain.
Client Centered Therapy (CCT)
Client Centred Therapy (CCT) adalah suatu pendekatan terapi yang
berpusat pada individu yang menaruh kepercayaan besar atas
kesanggupan individu untuk mengikuti jalan terapi dan menemukan
pilihannya sendiri. Terapi Client Centred mengutamakan menjadi
pendengar yang aktif, memberikan penerimaan respek kepada klien,
memperhitungkan kerangka acuan internal klien, dan menjalin
hubungan timbal balik yang baik dengan klien. Penerapan teknik
konseling ini sama sekali tidak memiliki trik khusus yang dirancang
atau dikonsep untuk menangani masalah klien. Sebab teknik yang
digunakan lebih kepada sikap konselor yang menunjukkan
kehangatan dan penerimaan yang tulus sehingga klien dapat
mengemukakan masalahnya atas kesadaran sendiri.
Sifat konselor :
1) Empathy: mampu bersama-sama merasakan situasi dan kondisi
klien serta dapat menyampaikan kembali apa yang dirasakan oleh
klien

12
2) Positive Regard (acceptance): konselor harus dapat
menrima/respek terhadap klien meskipun dengan keadaan yang bisa
jadi tidak dapat diterima oleh lingkungan.
3) Congruence: konselor menjadi pribadi yang terintegrasi antara
apa yang dikatan dan yang dilakukannya. Maksudnya disini adalah
seorang konselor terlebih dahulu harus memahami dirinya sendiri.
Antara pikiran, perasaan, dan pengalamannya harus serasi
Kemudian proses penerapan client centered ini meliputi beberapa
tahapan yakni sebagai berikut:
1) Pada saat melakukan proses konseling tentunya dalam proses
konseling tersebut harus ada kontak psikologis. Artinya, baik
konselor maupun konseli sama-sama melihat atau memahami
pengalamannya bersama sebagai sebuah relasi.
2) Posisi klien dalam keadaan incongruence atau tidak selaras, yaitu
mengalami ketidaksesuaian antara persepsi diri dengan pengalaman
nyata. Dalam hal ini konseli berusaha mengatasi masalahnya.
3) Posisi konselor disini dalam keadaan seimbang, terbuka terhadap
perasaan dan pengalamannya, dan jika diperlukan dapat
mengkomunikasikan atau membuka dirinya kepada konseli. Dan
juga konselor dapat menghargai konseli sebagai pribadi yang unik
yang mungkin memiliki nilai, pandangan hidup. Konselor juga
menunjukkan sikap empati terhadap konseli sebab konselor disini
harus mampu apa yang terjadi pada konseli dari perspektif masalah
yang dirasakannya oleh konseli.
4) Pada tahap ini, konselor harus mampu meyakinkan klien dengan
sikap dan perilaku yang menunjukkan ciri-ciri di atas. Jika kondisi
terakhir benar-benar memungkinkan, klien dengan mudah
menemukan konsep diri mereka menjadi lebih baik.
b. Pengobatan jiwa di puskesmas
Pasien jiwa yang telah didiagnosis oleh psikiater di RSJ dan
mendapatkan pengobatan, untuk selanjutnya bila kondisinya telah
stabil bisa mendapatkan obat di puskesmas, sehingga lebih

13
memudahkan pasien dalam mendapatkan pengobatan rutinnya,
namun jika dengan obat tersebut tidak teratasi maka pasien dirujuk
ke RSJ
4. Upaya Rehabilitatif
Salah satu upaya yang dilakukan agar pasien gangguan jiwa dapat
mandiri ialah rehabilitasi, rehabilitasi diupayakan agar pasien dapat
kembali lagi ke masyarakat dengan kemampuan diri yang baik dan juga
memiliki penghasilan agar dapat hidup mandiri
Upaya rehabilitatif dilakukan dengan
a. Rehabilitasi psikososial yang dilakukan di rumah sakit jiwa
Pasien yang sudah sembuh dan diperbolehkan pulang dari rumah
sakit jiwa maka pasien diwajibakan untuk melakukan rehabilitasi
yaitu dengan kontrol rutin ke RSJ
Biasanya kegiatan rehabilitasi gangguan jiwa tergantung dari pihak
lembaga instansinya tersendiri dalam menentukan proses kegiatan
rehabilitasi gangguan jiwa. Namun, secara lumrahnya layanan
kegiatan rehabilitasi gangguan jiwa yang sering digunakan adalah
terapi modalitas. Terapi modalitas pada gangguan jiwa adalah suatu
penanganan kepada pasien gangguan jiwa yang beraneka macam
gangguannya dengan melalui berbagai jenis penanganan dengan
tujuan mengubah perilaku maladaptif pasien menjadi perilaku
adaptif. Terapi modalitas missal seperti :
1. Psikoedukasi
Yaitu pemberian materi mengenai kesehatan jiwa bagaimana
menangani gejala yang dialami, apa yang perlu dilakukan jika
mengalami gejala gangguan jiwa
2. Latihan Keterampilan social
Keterampilan pasien dalam bersosialisasi akan dilatih seperti
bagaimana cara mengobrol dengan orang lain
3. Pemulihan daya piker kognitif
Pemulihan daya pikir juga dilatih dalam rehabilitasi psikososial
yaitu dengan remediasi kognitif, penderita dilatih untuk

14
memusatkan pikiran, kemampuan berkonsentrasi, kemampuan
memecahkan masalah, serta memperbaiki kemampuan
ingatannya.
4. Terapi okupasi dan vokasional
Kemandirian penderita juga perlu diupayakan agar dapat
memiliki penghasilan, pelatihan mengenai berbagai
keterampilan seperti gerabah, sulaman, kerajinan flannel,
membuat telur asin, berkebun
5. Latihan keterampilan hidup
Diajari bagaimana cara membereskan tempat tidur, bersih
bersih, menyiapkan makan, kebersihan diri
b. Program self-help group/ kelompok swadaya di puskesmas
Kegiatan ini berupa terapi kelompok berisi pemberdayaan kepada
pasien gangguan jiwa agar dapat memiliki keahlian mandiri.
Didalam kelompok tersebut pasien akan dimotivasi untuk rutin
minum Obat dan rutin untuk melakukan kontrol. Pasien yang rutin
meminum Obat dan melakukan kontrol memperlihatkan perbaikan
gejala gangguan jiwa yang dimiliki, pasien merasa lebih tenang dan
merasa lebih mampu mengontrol diri sendiri. Selain itu didalam
kelompok tersebut akan dilakukan program untuk upaya
pencegahan antara lain pendampingan keluarga pasien, deteksi dini
gangguan jiwa, penjaringan ODGJ dimasyarakat
c. Mengusahakan perda yang mendukung ODGJ untuk dapat bekerja
lintas sector
Setelah pasien mendapatkan pelatihan selama rehabilitasi nya maka
diperlukan lowongan pekerjaan untuk menanpung tenaga kerja jiwa
tersebut untuk mendapatkan penghasilan.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang
secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari
kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara
produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Kesehatan
jiwa juga tidak hanya ada gangguan jiwa, melainkan mengandung berbagai
karakteristik yang positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan
kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.
B. Saran
Saran bagi mahasiswa agar lebih memahami, mengerti serta dapat
mengaplikasikan upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative
kesehatan jiwa ke dalam praktik asuhan keperawatan.
Saran bagi pembaca agar memberikan masukan untuk melengkapi
makalah Tahapan Penanganan Kesehatan Jiwa ini

16

Anda mungkin juga menyukai