Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN SEHAT JIWA


ANAK USIA SEKOLAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah


Keperawatan Jiwa Komunitas

oleh
Dani Wijayanti
G3A021237

PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI FAKULTAS ILMU


KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SEMARANG
2022
A. PENGERTIAN
Karl Menninger dalam Yusuf ( 2015 ), mendefinisikan orang yang sehat
jiwanya adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri pada
lingkungan, serta berintegrasi dan berinteraksi dengan baik, tepat, dan bahagia.
Kesehatan menurut WHO (2005) adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental
dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.
Kesehatan jiwa menurut UU No 23 tahun 1996 tentang kesehatan jiwa sebagai
suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional
yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan secara selaras dengan
keadaan orang lain. Kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa,
tetapi merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh semua orang, mempunyai perasaan
sehat dan bahagia serta mampu menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang
lain sebagaimana adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan
orang lain (Sumiati, 2009).
Usia lanjut adalah seseorang yang usianya sudah tua yang merupakan tahap
lanjut dari suatu proses kehidupan. Ada berbagai kriteria umur bagi seseorang yang
dikatakan tua. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998, lanjut usia adalah
seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. World Health
Organization (WHO) memberikan klasifikasi usia lanjut sebagai berikut:
1. Usia pertengahan (middle age) : 45–59 tahun
2. Lanjut usia (elderly) : 60–74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) : 75–90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) : di atas 90 tahun
Menjadi tua adalah sebuah proses yang pasti terjadi, bahkan setiap orang ingin
bisa hidup sampai tua, tetapi adanya perubahan struktur dan fungsi tubuh sering
menimbulkan berbagai masalah dalam kehidupan, termasuk masalah kejiwaan.

B. CIRI-CIRI SEHAT JIWA


Berikut ini akan dijelaskan ciri sehat jiwa dari menurut beberapa ahli
diantaranya menurut:
1. Yahoda Yahoda mencirikan sehat jiwa sebagai berikut:
a. Memiliki sikap positif terhadap diri sendiri
b. Tumbuh, berkembang dan beraktualisasi
c. Menyadari adanya integrasi dan hubungan antara : Masa lalu dan sekarang.
Memiliki otonomi dalam pengambilan keputusan dan tidak bergantung pada
siapapun
d. Memiliki persepsi sesuai dengan kenyataan
e. Mampu menguasai lingkungan dan beradaptasi
2. WHO (World Health Organisation/Organisasi Kesehatan Dunia)
Pada tahun 1959 dalam sidang di Geneva, WHO telah berhasil merumuskan
kriteria sehat jiwa. WHO menyatakan bahwa, seseorang dikatakan mempunyai
sehat jiwa, jika memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Individu mampu menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan,
meskipun kenyataan itu buruk baginya.
b. Memperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahanya.
c. Merasa lebih puas memberi dari pada menerima.
d. Secara relatif bebas dari rasa tegang (stress), cemas dan depresi.
e. Mampu berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan saling
memuaskan.
f. Mampu menerima kekecewaan sebagai pelajaran yang akan datang
g. Mempunyai rasa kasih sayang.
Pada tahun 1984, WHO menambahkan dimensi agama sebagai salah satu
dari 4 pilar sehat jiwa yaitu: Kesehatan secara holistik yaitu sehat secara jasmani/
fisik (biologik); sehat secara kejiwaan (psikiatrik/ psikologik); sehat secara sosial;
dan sehat secara spiritual (kerohanian/ agama). Berdasarkan keempat dimensi
sehat tersebut, the American Psychiatric Association mengadopsi menjadi
paradigma pendekatan biopsycho-socio-spiritual. Dimana dalam perkembangan
kepribadian seseorang mempunyai 4 dimensi holistik, yaitu agama,
organobiologik, psiko-edukatif dan sosial budaya.
3. MASLOW:
Maslow mengatakan individu yang sehat jiwa memiliki ciri sebagai berikut:
a. Persepsi Realitas yang akurat.
b. Menerima diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
c. Spontan.
d. Sederhana dan wajar.
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa sesesorang dikatakan
sehat jiwa jika:
1. Nyaman terhadap diri sendiri •
a. Mampu mengatasi berbagai perasaan : rasa marah, rasa takut, cemas, iri,
rasa bersalah, rasa senang, cinta mencintai, dll.
b. Mampu mengatasi kekecewaaan dalam kehidupan.
c. Mempunyai Harga Diri yang wajar.
d. Menilai diri secara nyata, tidak merendahkan dan tidak pula berlebihan.
e. Merasa puas dengan kehidupan sehari-hari.
2. Nyaman berhubungan dengan orang lain.
a. Mampu mencintai dan menerima cinta dari orang lain.
b. Mempunyai hubungan pribadi yang tetap.
c. Mampu mempercayai orang lain.
d. Dapat menghargai pendapat orang yang berbeda.
e. Merasa menjadi bagian dari kelompok.
f. Tidak mengakali orang lain, dan tidak memberikan dirinya diakali orang
lain.
3. Mampu memenuhi kebutuhan hidup
a. Menetapkan tujuan hidup yang nyata untuk dirinya.
b. Mampu mengambil keputusan.
c. Menerima tanggung jawab.
d. Merancang masa depan.
e. Menerima ide / pengalaman hidup.
f. Merasa puas dengan pekerjaannya.

C. ASPEK KEPERAWATAN SEHAT JIWA


Keperawatan kesehatan jiwa komunitas adalah pelayanan keperawatan yang
komprehensif , holistik, dan paripurna yang berfokus pada masyarakat yang sehat
jiwa , rentan terhadap stress (resiko gangguan jiwa) dan dalam tahap pemulihan serta
pencegahan kekambuhan (gangguan jiwa).
Pelayanan keperawatan holistik adalah pelayanan menyeluruh pada semua
aspek kehidupan manusia yaitu aspek bio-psiko-sosio-cultural dan spiritual.
1. Aspek (bio-fisik)
Dikaitkan dengan masalah kesehatan fisik seperti kehilangan orang tubuh yag
dialami anggota masyarakat akibat bencana yang memerlukan pelayanan dala
rangka adaptasi mereka terhadap kondisi fisiknya. Demikian pula dengan penyakit
fisik lain baik yang akut, kronis maupun terminal yang memberi dampak pada
kesehatan jiwa.
2. Aspek psikologis
Dikaitkan dengan berbagai masalah psikologis yang dialami masyarakat seperti
ketakutan, trauma,kecemasan maupun kondisi yang lebih berat yang
memerlukakan pelayanan agar mereka dapat beradaptasi dengan situasi tersebut.
3. Aspek sosial
Dikaitkan dengan kehilangan suami/istri/anak , keluarga dekat, kehilangan
pekerjaan , tempat tinggal, dan harta benda yang memerlukan pelayanan dari
berbagai sektor terkait agar mereka mampu mempertahankan kehidupan sosial
yang memuaskan.
4. Aspek kultural
Dikaitkan dengan tolong menolong dan kekeluargaan yang dapat digunakan
sebagai sistem pendukung sosial dalam mengatasi berbagai permasalahan yang
ditemukan.
5. Aspek spiritual
Dikaitkan dengan nilai-nilai keagamaan yang kuat yang dapat diperdayakan
sebagai potensi masyarakat dalam mengatasi berbagai konflik dan masalah
kesehatan yang terjadi.
Pelayanan keperawatan paripurna adalah pelayanan pada semua jenjang
pelayanan yaitu dari pelayanan kesehatan jiwa spesialis , pelayanan kesehatan jiwa
integratif dan pelayanan kesehatan jiwa yang bersumber daya masyarakat.
Perberdayaan seluruh potensi dan sumber daya yang ada dimasyarakat diupayakan
agar terwujud masyarakat yang mandiri dalam memelihara kesehatannya.
D. APLIKASI CMHN
Pelayanan keperawatan kesehatan jiwa yang komprehensif mencakup tiga
tingkat pencegahan yaitu sebagai berikut.
1. Pencegahan Primer
a. Fokus pelayanan keperawatan jiwa pada peningkatan kesehatan dan
pencegahan terjadinya gangguan jiwa.
b. Tujuan pelayanan adalah mencegah terjadinya gangguan jiwa, serta
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan jiwa.
c. Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang belum mengalami
gangguan sesuai dengan kelompok umur yaitu anak-anak, remaja,
dewasa, dan usia lanjut.
d. Aktivitas pada pencegahan primer adalah sebagai berikut.
1) Program pendidikan kesehatan, program stimulasi perkembangan,
program sosialisasi, manajemen stres, dan persiapan menjadi orang
tua. Beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain sebagai berikut.
a) Pendidikan kesehatan pada orang tua.
(1) Pendidikan menjadi orang tua.
(2) Perkembangan anak sesuai dengan usia.
(3) Memantau dan menstimulasi perkembangan.
(4) Mensosialisasikan anak dengan lingkungan.
b) Cara mengatasi stres.
(1) Stres pekerjaan.
(2) Stres perkawinan.
(3) Stres sekolah.
(4) Stres pascabencana.
2) Program dukungan sosial diberikan pada anak yatim piatu,
kehilangan pasangan, kehilangan pekerjaan, serta kehilangan
rumah/tempat tinggal, yang semuanya ini mungkin terjadi akibat
bencana. Beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain sebagai
berikut.
a) Memberikan informasi cara mengatasi kehilangan.
b) Menggerakkan dukungan masyarakat seperti menjadi orang tua
asuh bagi anak yatim piatu.
c) Melatih keterampilan sesuai keahlian masing-masing untuk
mendapatkan pekerjaan.
d) Mendapatkan dukungan pemerintah dan LSM untuk
memperoleh tempat tinggal.
3) Program pencegahan penyalahgunaan obat. Penyalahgunaan obat
sering digunakan sebagai koping untuk mengatasi masalah. Kegiatan
yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut.
a) Pendidikan kesehatan melatih koping positif untuk mengatasi
stres.
b) Latihan asertif yaitu mengungkapkan keinginan dan perasaan
tanpa menyakiti orang lain.
c) Latihan afirmasi dengan menguatkan aspek-aspek positif yang
ada pada diri seseorang.
4) Program pencegahan bunuh diri. Bunuh diri merupakan salah satu
cara penyelesaian masalah oleh individu yang mengalami
keputusasaan. Oleh karena itu, perlu dilakukan program berikut.
a) Memberikan informasi untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang tanda-tanda bunuh diri.
b) Menyediakan lingkungan yang aman untuk mencegah bunuh
diri.
c) Melatih keterampilan koping yang adaptif.
2. Pencegahan Sekunder
a. Fokus pelayanan keperawatan pada pencegahan sekunder adalah deteksi dini
masalah psikososial dan gangguan jiwa serta penanganan dengan segera.
b. Tujuan pelayanan adalah menurunkan kejadian gangguan jiwa.
c. Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang berisiko/memperlihatkan
tanda-tanda masalah psikososial dan gangguan jiwa.
d. Aktivitas pada pencegahan sekunder adalah sebagai berikut.
1) Menemukan kasus sedini mungkin dengan cara memperoleh informasi
dari berbagai sumber seperti masyarakat, tim kesehatan lain, dan
penemuan langsung.
2) Melakukan penjaringan kasus dengan melakukan langkah-langkah
sebagai berikut.
a) Melakukan pengkajian dua menit untuk memperoleh data fokus
(format terlampir pada modul pencatatan dan pelaporan).
b) Jika ditemukan tanda-tanda berkaitan dengan kecemasan dan
depresi, maka lanjutkan pengkajian dengan menggunakan
pengkajian keperawatan kesehatan jiwa.
c) Mengumumkan kepada masyarakat tentang gejala dini gangguan
jiwa (di tempat-tempat umum).
d) Memberikan pengobatan cepat terhadap kasus baru yang
ditemukan sesuai dengan standar pendelegasian program
pengobatan (bekerja sama dengan dokter) serta memonitor efek
samping pemberian obat, gejala, dan kepatuhan pasien minum obat.
e) Bekerja sama dengan perawat komunitas dalam pemberian obat
lain yang dibutuhkan pasien untuk mengatasi gangguan fisik yang
dialami (jika ada gangguan fisik yang memerlukan pengobatan).
f) Melibatkan keluarga dalam pemberian obat, mengajarkan keluarga
agar melaporkan segera kepada perawat jika ditemukan adanya
tanda-tanda yang tidak biasa, dan menginformasikan jadwal tindak
lanjut.
g) Penanganan kasus bunuh diri dengan menempatkan pasien di
tempat yang aman, melakukan pengawasan ketat, menguatkan
koping dan melakukan rujukan jika mengancam keselamatan jiwa.
h) Menempatkan pasien di tempat yang aman sebelum dirujuk dengan
menciptakan lingkungan yang tenang, dan stimulus yang minimal.
i) Melakukan terapi modalitas yaitu berbagai terapi keperawatan
untuk membantu pemulihan pasien seperti terapi aktivitas
kelompok, terapi keluarga, dan terapi lingkungan.
j) Memfasilitasi kelompok swadaya—self-help group (kelompok
pasien, kelompok keluarga atau kelompok masyarakat pemerhati)
berupa kegiatan kelompok yang membahas masalah-masalah yang
terkait dengan kesehatan jiwa dan cara penyelesaiannya.
k) Hotline service untuk intervensi krisis yaitu pelayanan dalam 24
jam melalui telepon berupa pelayanan konseling.
l) Melakukan tindak lanjut (follow-up) dan rujukan kasus.
3. Pencegahan Tersier
a. Fokus pelayanan keperawatan pada peningkatan fungsi dan sosialisasi serta
pencegahan kekambuhan pada pasien gangguan jiwa.
b. Tujuan pelayanan adalah mengurangi kecacatan/ketidakmampuan akibat
gangguan jiwa.
c. Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang mengalami gangguan jiwa
pada tahap pemulihan.
d. Aktivitas pada pencegahan tersier antara lain sebagai berikut.
1) Program dukungan sosial dengan menggerakkan sumber-sumber di
masyarakat seperti sumber pendidikan, dukungan masyarakat (tetangga,
teman dekat, tokoh masyarakat), dan pelayanan terdekat yang
terjangkau masyarakat. Beberapa kegiatan yang dilakukan meliputi hal
sebagai berikut.
a) Pendidikan kesehatan tentang perilaku dan sikap masyarakat
terhadap penerimaan pasien gangguan jiwa.
b) Pentingnya pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam penanganan
pasien yang mengalami kekambuhan.
2) Program rehabilitasi dengan memberdayakan pasien dan keluarga
hingga mandiri. Fokus pada kekuatan dan kemampuan pasien dan
keluarga dengan cara berikut:
a) Meningkatkan kemampuan koping yaitu belajar mengungkapkan
dan menyelesaikan masalah dengan cara yang tepat.
b) Mengembangkan sistem pendukung dengan memberdayakan
keluarga dan masyarakat.
c) Menyediakan pelatihan kemampuan dan potensi yang perlu
dikembangkan oleh pasien, keluarga, dan masyarakat.
d) Membantu pasien dan keluarga merencanakan serta mengambil
keputusan untuk dirinya.
3) Program sosialisasi
a) Membuat tempat pertemuan untuk sosialisasi.
b) Mengembangkan keterampilan hidup, seperti aktivitas sehari-hari,
mengelola rumah tangga, dan mengembangkan hobi.
c) Program rekreasi seperti nonton bersama, jalan santai, pergi ke
tempat rekreasi.
d) Kegiatan sosial dan keagamaan, seperi arisan bersama, pengajian,
majelis taklim, dan kegiatan adat.
4) Program mencegah stigma
Stigma merupakan anggapan yang keliru dari masyarakat terhadap
gangguan jiwa. Oleh karena itu, perlu diberikan program mencegah
stigma untuk menghindari isolasi dan diskriminasi terhadap pasien
gangguan jiwa. Beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu sebagai
berikut:
a) Melakukan pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang
kesehatan jiwa dan gangguan jiwa, serta sikap dan tindakan
menghargai pasien gangguan jiwa.
b) Pendekatan kepada tokoh masyarakat atau orang yang berpengaruh
dalam rangka menyosialisasikan kesehatan jiwa dan gangguan
jiwa.

E. PSIKOFISOLOGI ANAK USIA SEKOLAH


Kondisi psikologi merupakan penggambaran dari mental, pikiran dan perilaku manusia.
Kondisi ini dapat berbeda tergantung pada usia seseorang. Para orang tua kebanyakan
merasa khawatir dengan semakin bertambahnya usia pada anak. Terutama saat usia
pubertas sebab masa-masa tersebut sangat membutuhkan perhatian lebih bagi orang tua
terhadap anak-anaknya.
Masa sekolah : 6 – 12 tahun 
Perkembangan jasmaniah dan penyesuaian diri di sekolah dan lingkungan pengaruhb
dari luar rumah dapat menjadi sumber gejolak emosional 

1. Karakteristik Perilaku

1. Anak mulai merasa mandiri tidak ingin bergantung kepada kedua orangtuanya.
2. Anak lebih senang berbagi kepada teman-temannya.
3. Mulai memiliki rasa malu dan sadar akan penampilannya.
4. Perasaannya lebih peka, mudah sedih dan marah.
5. Mulai senang menghabiskan waktu sendiri.
6. Mulai memiliki rasa kepedulian yang tinggi, atau empati.
7. Memiliki sisi kompetitif.
8. Tertarik dengan lawan jenis.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Berhubungan dengan anak, dengan tujuan agar anak dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal sesuai usia anak
2. Berhubungan dengan keluarga, dengan etiologi berpedoman pada lima tugas
keluarga yang bertujuan agar keluarga memahami dan memfasilitasi
perkembangan anak
Masalah yang dapat digunakan untuk perumusan diagnosa keperawatan :
 Gangguan pemenuhan nutrisi: lebih atau kurang dari kebutuhan tubuh
 Menarik diri dari lingkungan sekolah
 Ketidak berdayaan mengerjakan tugas sekolah
 Mudah dan sering marah
 Menurunnya atau berkurangnya minat terhadap tugas yang dibebankan
 Berontak terhadap peraturan keluarga
 Keengganan melkaukan kewajiban keluarga
 Gangguan pemenuhan kebersihan diri
3. Tindakan Keperawatan
a) Aktual Perubahan hubungan keluarga yang berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anak yang sakit
Tujuan
Hubungan keluarga meningkat menjadi harmonis dengan dukungan yang
adekuat

1) Tindakan Keperawatan
 Diskusikan tentang tugas keluarga
 Diskusikan bahaya jika hubungan keluarga tidak harmonis saat anggota
keluarga sakit
 Kaji sumber dukungan keluargayang ada disekitar keluarga
 Ajarkan keluarga memberikan dukungan terhadap upaya pertolongan yang
telah dilakukan
 Ajarkan cara merawat anak dirumah
 Rujuk ke fasilitas kesehtan yang sesuai dengan kemampuan keluarga
b) Risiko/risiko tinggi Risiko tinggi hubungan keluarga tidak harmonis
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah yang
terjadi pada anaknya

Tujuan: Ketidakharmonisan keluarga menurun

Tindakan keperawatan

 Diskusikan faktor penyebab ketidak harmonisan keluarga.

 Diskusikan tentang tugas perkembangan keluarga

 Diskusikan tentang tugas perkembangan anak yang harus dijalani

 Diskusikan cara mengatasi masalah yang terjadi pada anak

 Diskusikan tentang alternatif mengurangi atau menyelesaikanmasalah.

 Ajarkan cara mengurangi atau menyelesaikan masalah

 Beri pujian bila keluarga dapat mengenali penyebab atau membaut


alternative
F. LITERATUR
Dermawan, D & Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Direja, A.H.S. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika
Keliat, B.A, dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic
Course). Jakarta: EGC.
Nuhalimah. 2016. Keperawatan Jiwa. 2016. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan
Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
FORMAT PENGKAJIAN KLIEN SEHAT MENTAL

Nama perawat : Dani wijayanti


Tanggal pengkajian : 10 Agustus 2022
Tempat pengkajian : Mranggen ( rumah pasien )
Sumber data : Orang tua pasien

I. IDENTITAS KLIEN
I. IDENTITAS KLIEN
Nama klien lengkap : an.Nabita
Nama panggilan klien : Bita
Umur/TTL : 6 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : tidak bekerja
Suku bangsa :jawa
Status marital : belum menikah
Alamat lengkap : JL raya mranggen no 164, mranggen demak

II. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


Nama penanggung jawab klien : Tn. Tonny
Alamat lengkap : JL raya mranggen no 164, mranggen
Telp yang mudah dihubungi :-
Hubungan dengan klien : Ayah Kandung

III. PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN


D. Usia 6 - 12 tahun
Petunjuk teknis pengisian format :
1. Berilah tanda (√) jika klien dan keluarga mampu melakukannya
2. Apabila semua kemampuan tercapai (jawaban “Ya“ mencapai 100%) maka dikategorikan
“Normal“ namun bila kurang dari 100% maka dikategorikan “Penyimpangan“

Nama
klien : ...................................................
No Kemampuan Ya Tidak
Kemampuan Klien V
1 Mampu BAK/BAB di toilet dan tidak mengompol V
2 Mempunyai teman tetap untuk bermain V
3 Menyukai dan ikut berperan dalam kegiatan kelompok V
4 Berteman dengan sesama jenis V
5 Berkompetisi dengan teman atau saudara sebaya V
6 Memiliki hubungan yang baik dengan orang tua V
7 Mampu menyelesaikan tugas dari sekolah V
8 Mampu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga secara sederhana V
9 Mulai mengerti nilai mata uang dan satuannya V
10 Memiliki hobby: naik sepeda, membaca buku, majalah, cerita anak V
11 Tidak ada bekas tanda-tanda luka penganiayaan fisik dan seksual V
Kemampuan keluarga
1 Memfasilitasi anak mengikuti aktivitas kelompok V
2 Membimbing anak dalam pencapaian tugas perkembangan sesuai V
kemampuannya
3 Membimbing anak dalam cara berinteraksi dengan orang lain V
4 Membimbing anak dalam kegiatan rumah: menonton TV, membaca buku V
cerita, waktu belajar yang disiplin
5 Melibatkan dan membimbing anak dalam kegiatan keluarga: berkebun, V
memasak, membersihkan rumah, rekreasi bersama
6 Keluarga tidak mencubit, memukul atau mencela/memaki anak bila anak V
rewel
7 Tidak mempekerjakan anak secara paksa untuk mencari nafkah keluarga V
8 Memberikan pendidikan yang baik V

Diagnosa Keperawatan :
 Normal : Kepuasan terhadap keberhasilan yang dicapai
 Penyimpangan : Resiko harga diri rendah

Nama perawat : DANI WIJAYANTI

IV. DATA SUBYEKTIF DAN OBYEKTIF


DS :
1. Keluarga mengatakan bahwa anak suka berkumpul dan bermain dengan teman
temannya
2. Keluarga mengatakan jika anak di suruh untuk bersih bersih rumah suka
ngeyel,tidak bisa mengerjakan tugas sekolah dan terkadang tidak mau
mengerjaknnya
3. Keluarga mengatakan anak suka mendengar musik dan bernyanyi,membaca
4. Keluarga mengatakan anak rajin jika berangkat sekolah tidak suka bolos
DO :
1. Klien tampak sehat, bersih.
2. Perkembangan sesuai tahap usia.
3. Klien mampu berinteraksi dengan teman teman sekitar
4. Hubungan dengan keluarga juga baik.
5. Klien tampak ceria dan kreatif serta suka bercerita

Diagnosa Keperawatan :
Kurang pengetahuan tentang tugas perkembangan keluarga Tn. A dengan anak usia
sekolah b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah tugas perkembangan
keluarga dengan anak usia sekolah
V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS
NO Nama KK Alamat Masalah Rencana Keperawatan
Kesehatan
1. Tn . T JL raya Sehat Jiwa 1. Kaji tingkat kemampuan keluarga
37 tahun mranggen no tentang tugas perkembangan
164, mranggen keluarga dengan anak usia sekolah
2. Jelaskan tentang tugas
perkemabngan keluarga dengan anak
usia sekolah
3. Kaji tentang apa penyebab terjadinya
masalah
4. Diskusikan ke keluarga tentang apa
yang menjadi kendala utama yamg
dirasakan keluarga hungga
permasalahan muncul
5. Bantu keluarga dengan
NO Nama KK Alamat Masalah Rencana Keperawatan
Kesehatan
mendiskusikan kpeda keluarga cara
cara untuk memangement waktu agar
kebutuhan akan perhatian tercukupi

VI. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


TanggalJam Implementasi Evaluasi
10/08/2022 Kaji tingkat pengetahuan keluarga S: Keluarga mengatakan belum
Pk. 16:00 dan tentang tugas  perkembangan mengetahui kalau ada tugas
keluarga dengan tingkat usia keluarga untuk anak usia sekolah
sekolah
O:Keluarga tampak serius

A:Pengetahuan keluarga
tentangtugas keluarga tidak ada.

P:Merencanakan untuk
mendiskusikan tentang tugas

perkembangan keluarga

as kelompok.
10/08/2022 Diskusikan dengan keluarga S : keluarga mengatakan bahwa
Pk. 17.00 tentang tugas perkembangan selama ini  banyak sekali tugas
keluarga keluarga yang belum terpenuhi
 O:Keluarga tampak antusias

A:Pengetahuan keluarga tentang


tugas  perkembangan keluarga
meningkat

P:Rencanakan pertemuan
berikutnya untuk evaluasi

Anda mungkin juga menyukai