Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN ( SAP )

Mata Kuliah

: Keperawatan Jiwa

Pokok Bahasan

: Trend dan Issue Dalam Keperawatan Jiwa

Sub Pokok Bahasan

: Bullying ( Perilaku kekerasan )

Sasaran

: Mahasiswa Semester VB

Waktu Pertemuan

: 2x50 menit

A. Tujuan Intruksional Umum


Setelah mengikuti proses pembelajaran diharapkan mahasiswa mampu
memahami trend dan issue dalam keperawatan jiwa.
B. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah mengikuti proses pembelajaran mahasiswa mampu :
1. Memahami konsep dasar kesehatan dan keperawatan jiwa
2. Menyebutkan faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan jiwa
3. Memahami pengertian dari bullying ( perilaku kekerasan )
4. Memahami macam-macam bullying
5. Memahami dampak dari bullying
6. Menjelaskan macam-macam terapi komplementer
C. Metode Pembelajaran
Ceramah dan tanya jawab (diskusi)
D. Media/alat
1. LCD
2. Laptob
3. Papan tulis (white board)
4. Spidol
5. Video TAK
E. Kegiatan Belajar Mengajar
No
1.

Kegiatan
Pendahuluan :
- Perkenalan dan

Materi
- Trend dan issue
keperawatan

Waktu
15 Menit

Media
LCD,
Laptob

Metode
Ceramah

salam
- Menjelaskan kontrak

jiwa secara
umum

perkuliahan
- Menjelaskan tujuan
materi perkuliahan
- Memberikan
penjelasan materi
secara umum
2.

Penyajian :
- Konsep dasar
- Memberikan uraian
kesehatan dan
secara lengkap
keperawatan
tentang materi
jiwa
pembelajaran
- Faktor yang
- Memberikan contoh
mempengaruhi

50 Menit

Powerpoint,

Ceramah

Video,
Papan tulis

kesehatan jiwa
- Pengertian
bullying
- Macam-macam
bullying
- Dampak dari
bullying
- Tanda-tanda
korban bullying
- Terapi
komplementer
3.

Evaluasi :
- Menanyakan
- Memberikan tes baik
kepada
berupa lisan
mahasiswa
ataupun tulisan
tentang materi
yang telah
diberikan
- Memberikan
kesempatan

15 Menit

Tanya
jawab,
diskusi

kepada
mahasiswa
untuk bertanya
mengenai
materi yang
telah diajarkan
4.

Penutup :
- Memberikan
kesimpulan
tentang materi

- Kesimpulan dari

10 Menit

Ceramah

trend dan issue


keperawatan
jiwa

pembelajaran
- Menutup pertemuan
dan memberikan
salam penutup

F. Lampiran Materi
Konsep Dasar Kesehatan dan Keperawatan Jiwa
Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang
menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri
sendiri secara teraupetik dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan
kesehatan mental klien dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada
(American Nurses Associations).
Menurut WHO (Notosoedirjo, 2005), keadaan yang sempurna baik fisik,
mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau cacat. Pengertian
sehat menurut WHO tersebut merupakan kondisi ideal dari sisi biologis,
psikologis dan social.
Ciri Sehat Jiwa Menurut Maslow-Mittlemenn (Notosoedirdjo, 2005) :
1. Rasa aman yang memadai
Perasaan aman dalam hubungannya dengan pekerjaan, social dan
keluarganya.

2. Kemampuan menilai diri sendiri yang memadai yang mencakup


a. Harga diri yang memadai, ada nilai yang sebanding pada diri sendiri
dan prestasinya.
b. Memiliki perasaan yang berguna.
3. Memiliki spontanitas dan perasaan yang memadai dengan orang lain
seperti hubungan persahabatan, cinta, berekspresi yang cukup pada
ketidaksukaan tanpa kehilangan control, kemampuan memahami dan
membagi rasa kepada orang lain, kemampuan menyenangi diri sendiri dan
tertawa.
4. Mempunyai kontak yang efisien dengan realitas mencakup 3 aspek, fisik,
social dan diri sendiri atau internal. Ditandai dengan :
a. Tiadanya fantasi yang belebihan.
b. Mempunyai pandangan yang realistis dan pandangan yang luas: 3)
kemampuan untuk berubah jika situasi eksternal tidak dapat
dimodifikasi.
5. Keinginan-keinginan jasmani yang memadai dan kemampuan untuk
memuaskannya ditandai dengan :
a. Sikap yang sehat terhadap fungsi jasmani.
b. Kemampuan meperoleh kenikmatan kebahagiaan dari dunia fisik
dalam kehidupan.
c. Kehidupan seksual yang wajar.
d. Kemampuan bekerja.
e. Tidak adanya kebutuhan yang berlebihan.
6. Mempunyai pengetahuan yang wajar termasuk didalamnya :
a. Cukup mengetahui tentang: motif, keinginan, tujuan, ambisi,
hambatan, kompensasi, perasaan rendah diri.
b. Penilaian yang realistis terhadap milik dan kekuarangan.
7. Kepribadian yang utuh dan konsisten maknanya :
a. Cukup baik perkembangannya, kepandaiannya, berminat dalam
berbagai aktifitas.
b. Memiliki prinsip moral dan kata hati yang tidak berbeda dengan
pandangan kelompok.
c. Mampu berkonsentrasi.
d. tidak ada konflik besar dalam kepribadiannya
8. Memiliki tujuan hidup yang wajar. Hal ini berarti :
a. Memiliki tujuan yang sesuai dan dapat dicapai
b. Mempunyai usaha yang cukup dan tekun mencapai tujuan
c. Tujuan bersifat baik untuk diri sendiri dan masyarakat.
9. Kemampuan untuk belajar dari pengalaman

Tidak hanya mengumpulkan pengetahuan dan kemahiran ketrampilan,


tetapi juga kemauan menerima hal baru yang baik
10. Kemampuan memuaskan tuntutan kelompok. Individu harus
a. Tidak terlalu menyerupai anggota kelompok yang lain.
b. Terinformasi secara memadai, menerima cara yang

berlaku

dikelompoknya.
c. Kemauan dan dapat menghambat dorongan dan hasrat yang dilarang
kelompoknya.
d. Mempunyai emansipasi yang memadai dari kelompok atau budaya, hal
ini mencakup :
1) Kemampuan menganggap sesuatu itu baik dan yang lain jelek.
2) Dalam beberapa hal tergantung dari pandangan kelompok.
3) Menghargai perbedaan budaya.

Pada jiwa yang sehat ada beberapa factor yang dapat mempengaruhinya.
Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Inherited Characteristic (Warisan Karakteristik)
Beberapa teori percaya bahwa tidak ada satupun manusia normal dengan
sempurna dan kemampuan untuk mempertahankan sebuah mental yang
sehat di pandangan hidupnya. Di sisi lain orang yang mengalami
kecacatan genetik mempengaruhi seseorang untuk mempertahankan
kesehatan jiwanya. Setiap orang memiliki sifat yang berbeda, ada yang
sensitive dan ada yang temperamental semua itu dipengaruhi oleh
lingkungannya
2. Nurturing During Childhood (Pemeliharaan Sewaktu Kecil)
Hal ini mengacu pada interaksi dengan orang tua di masa kecil juga akan
mempengaruhi kesehatan jiwa. Pemeliharaan yang dimulai dengan positif
ketika anak dilahirkan akan menciptakan perasaan cinta, aman dan mau
menerima. Pemeliharan yang buruk ketika kecil juga akan mempengaruhi
mental sang anak seperti kekurangan kasih saying ibu, penolakan dari
orang tua dan kegagalah komunikasi awal.
3. Life Circumstance (Keadaan Hidup)
Keadaan hidup bisa mempengaruhi keadaan mental seseorang dimulai dari
dia lahir. Contoh keadaan yang positif adalah sukses di sekolah,

keuangan yang mencukupi, kesehatan fisik yang baik, pekerjaan


yang menyenangkan dan perkawinan yang sukses. Sedangkan keadaan
hidup yang negative meliputi kesehatan fisik yang buruk, pekerjaan dan
perkawinan yang tidak sukses.
Perilaku Kekerasan (Bullying)
Pengetian kekerasan menurut beberapa ahli yaitu :
1. Menurut Patilima, kekerasan merupakan perlakuan yang salah dari
orangtua. Patilima mendefinisikan perlakuan yang salah pada anak adalah
segala perlakuan terhadap anak yang akibat dari kekerasannya mengancam
kesejahteraan dan tumbuh kembang anak, baik secara fisik, psikologi
sosial maupun mental Kekerasan pada anak dalam arti kekerasan dan
penelantaran adalah Semua bentuk perlakuan menyakitkan baik secara
fisik maupun emosional, pelecehan seksual, penelantaran, eksploitasi
komersial atau eksploitasi lain yang mengakibatkan cedera atau kerugian
nyata maupun potensial terhadap kesehatan anak, kelangsungan hidup
anak, tumbuh kembang anak atau mertabat anak yang dilakukan dalam
konteks hubungan tanggung jawab kepercayaan atau kekuasaan.
2. Menurut WHO kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik dan
kekuasaan,ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau
sekelompok orang ataumasyarakat yang mengakibatkan atau kemungkinan
besar mengakibatkan memar/trauma, kematian, kerugian psikologis,
kelainan perkembangan atau perampasan hak.

Issue Keperawatan Jiwa Terbaru


Menjadikan kesehatan jiwa sebagai prioritas global dengan cara
meningkatkan pelayanan kesehatan jiwa melalui advokasi dan aksi masyarakat.
Perkembangan teknologi digital membuat dunia terasa semakin sempit, informasi
dari berbagai belahan dunia mampu di akses dalam waktu yang sangat cepat,
perkembangan pengetahuan, perkembangan terapi menjadi sebuah media

perubahan dalam proses penatalaksanaan gangguan jiwa. Berdasarkan isu diatas


maka advokasi dan aksi masyarakat menjadi salah satu langkah awal untuk
menekan penderita gangguan jiwa di Indonesia pada khususnya dan dunia pada
umumnya.
Dua tindakan nyata diatas menjadi tanggung jawab kita semua, tuntutan
material, tuntutan hedonisme dan kesenangan duniawi mampu membuat beberapa
orang mengalami goncangan dalam kehidupannya. Ketika agama tidak lagi
menjadi pegangan, ketika nafsu duniawi menjadi tuhan maka akan banyak
perilaku tidak wajar yang muncul, tekanan ekonomi, tekanan sosial, tekanan
psikologis dan tekanan-tekanan yang lain mampu membuat ego defence
mechanisme seseorang menjadi terganggu. Seseorang pada intinya ingin dianggap
penting, perilaku agar dianggap atau terlihat penting ini yang terkadang merusak
integritas pribadinya sendiri, contoh : "agar kelihatan kaya melakukan hutang
dengan beban angsuran diluar kemampuan, akhirnya harus gerilya dengan debt
collector, setiap debt collector datang harus bersembunyi atau bahkan melarikan
diri agar hutangnya tidak ditagih, jika perlu pindah rumah kontrakan". Kejaran
dari debt collector bisa membuat seseorang menjadi tertekan secara psikologis.
Trend Current Issue Dan Kecenderungan Dalam Keperawatan Jiwa
Trend atau current issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah
yang sedang hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah tersebut
dapat dianggap ancaman atau tantangan yang akan berdampak besar pada
keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional maupun global. Ada beberapa trend
penting yang menjadi perhatian dalam keperawatan jiwa di antaranya adalah
sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi.


Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa.
Kecenderungan dalam penyebab gangguan jiwa.
Kecenderungan situasi di era global.
Globalisasi dan perubahan orientasi sehat.
Kecenderungan penyakit jiwa.
Trend bunuh diri pada anak.
Kekerasan.

Perilaku Kekerasan (Bullying)


Menurut WHO (2004), kekerasan adalah suatu tindakan penganiayaan atau
perlakuan yang salah

dalam bentuk menyakiti fisik, emosional, seksual,

melalaikan pengasuhan dan eksploitasi untuk kepentingan komersial yang secara


nyata atau pun tidak dapat membahayakan kesehatan, kelangsungan hidup,
martabat atau perkembangannya, tindakan kekerasan diperoleh dari orang yang
bertanggung jawab dan dipercaya.
Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana seseorang menunjukkan
perilaku yang actual melakukan kekerasan yang ditunjukan pada diri sendiri atau
orang lain secara verbal maupun non verbal dan pada lingkungan, marah
merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai ancaman (Stuart dan
Sundeen,2005).
Kekerasan adalah suatu bentuk penyerangan secara fisik atau melukai
orang sekitar dan perbuatan ini banyak terjadi pada anak remaja, (Vander Zander,
2000).
Bullying secara harfiah adalah penindasan, secara bahasa adalah perilaku
seseorang atau sekelompok orang secara berulang yang memanfaatkan ketidak
seimbangan kekuatan dengan tujuan menyakiti targetnya (korban) secara mental
atau secara fisik.
Bullying merupakan suatu bentuk ekspresi, aksi bahkan perilaku
kekerasan. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) memberi pengertian
bullying sebagai kekerasan fisik dan psikologis berjangka panjang yang dilakukan
seseorang atau kelompok terhadap seseorang yang tidak mampu mempertahankan
diri dalam situasi di mana ada hasrat untuk melukai atau menakuti orang atau
membuat orang tertekan, trauma atau depresi dan tidak berdaya. Bullying
biasanya dilakukan berulang sebagai suatu ancaman, atau paksaan dari seseorang
atau kelompok terhadap seseorang atau kelompok lain.
Bila dilakukan terus menerus akan menimbulkan trauma, ketakutan,
kecemasan, dan depresi. Kejadian tersebut sangat mungkin berlangsung pada

pihak yang setara. Namun, sering terjadi pada pihak yang tidak berimbang secara
kekuatan maupun kekuasaan. Salah satu pihak dalam situasi tidak mampu
mempertahankan diri atau tidak berdaya. Korban bullying biasanya memang telah
diposisikan sebagai target. Bullying sering kita temui pada hubungan sosial yang
bersifat subordinat antara senior dan junior.
Macam-Macam Bullying
a. Bullying Secara Verbal
Berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritik kejam, penghinaan (baik yang
bersifat pribadi maupun rasial), pernyataan-pernyataan bernuansa ajakan
seksual atau pelecehan seksual, teror, surat-surat yang mengintimidasi,
tuduhan-tuduhan yang tidak benar, kasak-kusuk yang keji dan keliru, gosip
dan lain sebagainya. Dari ketiga jenis bullying, dalam bentuk verbal
adalah salah satu jenis yang paling mudah dilakukan, kerap menjadi awal
dari perilaku bullying yang lainnya serta dapat menjadi langkah pertama
menuju pada kekerasan yang lebih jauh.
b. Bullying Secara Fisik
Yang termasuk jenis bullying secara fisik ialah memukuli, mencekik,
menyikut, meninju, menendang, menggigit, emiting, mencakar, serta
meludahi anak yang ditindas hingga ke posisi yang menyakitkan, merusak
serta menghancurkan barang-barang milik anak yang tertindas. Kendati
bullying jenis ini adalah yang paling tampak dan mudah untuk
diidentifikasi,

namun

sebanyak bullying dalam

kejadian
bentuk

bullying
lain.

Anak

secara
yang

fisik

tidak

secara

teratur

melakukan bullying dalam bentuk ini kerap merupakan anak yang paling
bermasalah dan cenderung beralih pada tindakan-tindakan kriminal yang
lebih lanjut.
c. Bullying Secara Relasional (Pengabaian)
Digunakan untuk mengasingkan atau menolak seorang teman atau bahkan
untuk merusak hubungan persahabatan.Bullying secara relasional adalah
pelemahan harga diri si korban secara sistematis melalui pengabaian,

pengucilan, pengecualian atau penghindaran. Perilaku ini dapat mencakup


sikap-sikap yang tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan
mata, helaan nafas, bahu yang bergidik, cibiran, tawa mengejek dan
bahasa tubuh yang kasar. Bullying secara relasional mencapai puncak
kekuatannya di awal masa remaja, saat terjadi perubahan-perubahan fisik,
mental, emosional dan seksual. Ini adalah saat ketika remaja mencoba
untuk mengetahui diri mereka dan menyesuaikan diri dengan teman-teman
sebaya.
d. Bullying Elektronik
Merupakan bentuk dari perilaku bullying yang dilakukan pelakunya
melalui

sarana

elektronik

seperti

komputer, handphone,

internet

website, chatting room, e-mail, SMS dan sebagainya. Biasanya ditujukan


untuk meneror korban dengan menggunakan tulisan, animasi, gambar dan
rekaman video atau film yang sifatnya mengintimidasi, menyakiti atau
menyudutkan. Bullying jenis ini biasanya dilakukan oleh kelompok remaja
yang telah memiliki pemahaman cukup baik terhadap sarana teknologi
informasi dan media elektronik lainnya.
Dampak Bullying
1. Dampak Bagi Korban
Bullying dapat membuat seseorang merasa cemas dan ketakutan.
Dapat mempengaruhi konsentrasi belajar di sekolah dan menuntun mereka
untuk menghindari sekolah. Bila bullying berlanjut dalam jangka waktu
yang lama maka akan dapat mempengaruhi self-esteem siswa,
meningkatkan isolasi sosial, memunculkan perilaku menarik diri,
menjadikan remaja rentan terhadap stress dan depresi, serta rasa tidak
aman. Lebih parah lagi, bullying dapat mengakibatkan remaja berbuat
nekat, bahkan bisa membunuh atau melakukan bunuh diri.
Jika bullying menimpa korban secara berulang-ulang, maka
korban akan merasa depresi dan marah. Ia marah terhadap dirinya sendiri
atau terhadap pelaku bullying. Bahkan terhadap orang-orang di sekitarnya

dan terhadap orang dewasa yang tidak dapat atau tidak mau menolongnya.
Hal tersebut kemudan mulai mempengaruhi prestasi akademiknya.
Berhubung tidak mampu lagi muncul dengan cara-cara yang konstruktif
untuk mengontrol hidupnya, ia mungkin akan mundur lebih jauh lagi ke
dalam pengasingan. Dampak negatif bullying juga tampak pada penurunan
skor tes kecerdasan dan kemampuan analisis siswa.
2. Dampak Bagi Pelaku
Pada umumnya para pelaku ini memiliki rasa percaya diri yang
tinggi dengan harga diri yang tinggi pula. Cenderung bersifat agresif
dengan perilaku yang pro terhadap kekerasan, tipikal orang berwatak
keras, mudah marah dan impulsif. Para pelaku bullying ini memiliki
kebutuhan kuat untuk mendominasi orang lain dan kurang berempati
terhadap targetnya. Pelaku bullying tidak dapat mengembangkan
hubungan yang sehat. Kurang cakap untuk memandang dari perspektif
lain. Menganggap bahwa dirinya kuat dan disukai sehingga dapat
mempengaruhi pola hubungan sosialnya di masa yang akan datang.
Dengan melakukan bullying, pelaku akan beranggapan bahwa
mereka memiliki kekuasaan terhadap keadaan. Jika dibiarkan terusmenerus tanpa intervensi, perilaku bullying ini dapat menyebabkan
terbentuknya perilaku lain berupa kekerasan terhadap anak dan perilaku
kriminal lainnya.
Tanda-Tanda Korban Bullying
Berikut ini beberapa tanda untuk mengenali apakah anak Anda menjadi
korban bullying atau tidak :
1. Ada luka yang tidak bisa dijelaskan.
Luka atau cedera yang berusaha disembunyikan anak, harus menjadi
perhatian utama. Ingatkan anak bahwa tidak ada yang berhak menyakiti
mereka. Dorong mereka untuk menceritakan apa yang terjadi kepada
Anda. Informasi tersebut dibutuhkan agar masalah ini dapat ditangani oleh
para guru sekolah yang tentunya bertujuan untuk mengakhiri penindasan.
2. Pakaian robek atau barang hilang

Jika anak kembali dari sekolah dengan keadaan pakaian yang robek atau
ada barang miliknya yang hilang tanpa penjelasan yang masuk akal,
sebaiknya Anda menyelidiki kemungkinan penyebabnya dengan cara yang
tepat dan mendukung.
3. Mengalami penyakit fisik
Sakit atau berpura-pura sakit untuk menghindari sekolah bisa menjadi
indikasi adanya trauma emosional. Bullying dapat secara negatif
memengaruhi kesehatan fisik dan emosional anak. Oleh karena hal
tersebut Anda harus waspada terhadap penyebabnya.
4. Malas untuk pergi ke sekolah
Jika anak Anda adalah siswa yang memiliki prestasi bagus di sekolah dan
tiba-tiba kehilangan minat untuk pergi ke sekolah atau prestasinya mulai
menurun, ada baiknya Anda berbicara dengan anak dan gurunya tentang
kemungkinan penyebabnya. Guru mungkin dapat memberikan penjelasan
yang bisa Anda pahami berkaitan dengan hubungan anak dengan temantemannya.
5. Berperilaku menyakiti diri sendiri
6. Karena malu dan bingung, banyak korban bullying sulit meminta bantuan.
Jangan pernah mengabaikan gejala-gejala seperti menyakiti diri sendiri ,
pembicaraan tentang bunuh diri atau melarikan diri, atau perilaku
berbahaya lainnya.
7. Merasa rendah diri
Jangan pernah mengabaikan kecemasan, depresi atau tanda rendah diri
yang muncul tiba-tiba. Karena setiap perilaku stres apa pun membutuhkan
perhatian orang tua dengan segera. Bangunlah komunikasi yang baik
dengan anak, sehingga mereka merasa cukup aman untuk berbicara yang
terbuka dan jujur tentang ketakutan yang mereka alami.
8. Senang menyendiri
Jika anak mulai mengisolasi diri dari teman dan keluarga, dapatkan solusi
yang tepat untuk mengetahui apa alasannya. Menutup diri atau senang
menyendiri pada anak, ada kemungkinan anak tersebut telah menjadi
korban bullying.

Terapi Komplementer

Menurut

WHO

(World

Health

Organization),

pengobatan

komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari


negara yang bersangkutan, sehingga untuk Indonesia jamu misalnya, bukan
termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional.
Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman
dahulu digunakan dan diturunkan secara turuntemurun pada suatu negara.Tetapi
di Philipina misalnya, jamu Indonesia bisa dikategorikan sebagai pengobatan
komplementer.
Terapi komplementer adalah bidang ilmu kesehatan yang bertujuan untuk
menangani berbagai penyakit dengan teknik tradisional yang juga dikenal sebagai
pengobatan alternative. Terapi komplementer ini tidak dilakukan dengan tindakan
bedah dan obat. Namun biasanya menggunakan berbagai jenis terapi dan obat
herbal.
Penggunaan Terapi Komplementer
Faktor yang mempengaruhi perkembangan atau penggunaan terapi
komplementer. Terapi komplementer sangat penting untuk klien dengan kondisi
kesahatan fonis yang meliputi spiritual, sosial, psikologi, dan masalah fisik, antara
lain:
1. Adanya kenyakinan bahwa terapi biomedis tidak menyentuh seluruh dominan
yang dimiliki individu.
2. Adanya efek biomedis yang dianggap lebih buruk daripada efek terapi yang
diharapkan;
3. Konsumen menginginkan penyedia layanan kesehatan yang pesuli (carig).
4. Konsumen menginginkan pengakuan dan perlakuan secarautuh atau holistis
5. Konsumen menginginkan keterlibatandalam pengambilan keputusan dalam
menangani masalahkesehatan yang di hadapi.
6. Faktor lain yang telah meningkatkan penggunaan terapi komplementer adalah
peningkatan pengeseran budaya yang menggunakan pelayanan kesehatan
selain sistem biomedis.

Jenis Terapi Komplementer

1.

Terapi Musik
Terapi musik dapat disebut sebagai ilmu perilaku yang barkaitan dengan

pemakaian musik yang sistematik untuk menimbulkan relaksasi dan perubahan


emosi, perilaku, dan fisiologis yang diinginkan (Guzetta, 2000, hlm 585). Musik
dapat secara dramatis memperbaiki koordinasi fisik dan mental, sehingga musik
dapat menjadi katalis yang sangat efektif dalam proses belajar dan perkembangan.
Menurut para pakar terapi musik, tubuh manusia memiliki pola getar dasar.
Kemudian vibrasi musik yang terkait erat dengan frekuensi dasar tubuh atau pola
getar dasar dapat memiliki efek penyembuhan yang sangat hebat pada seluruh
tubuh, pikiran, dan jiwa manusia yang dapat menimbulkan perubahan emosi,
organ, hormon, enzim, sel-sel, dan atom. Secara teoritis, musik yang dipilih
dengan cermat membantu memulihkan fungsi regulasi yang tidak mengikuti irama
selama masa stress dan sakit. Musik menyelaraskan tubuh, pikiran, dan jiwa
dengan frekuensi dasarnya.
Terapi musik terdiri atas mendengarkan, irama, gerakan tubuh, dan
menyanyi. Tetapi ini digunakan untuk berbagai alasan. Musik dapat berfungsi
sebagai sarana untuk mengubah tingkat kesadaran yang dapat mencapai potensi
pikiran yang paling maksimal. Individu dapat bergerak meleawati berbagai tahap
kesadaran yaitu., keadaan terjaga normal, ambang sensorik meluas, melamun,
setengah sadar, dan meditasi.

Anda mungkin juga menyukai