Anda di halaman 1dari 26

TUGAS PSIKOLOGI

TEORI-TEORI BELAJAR DAN PENERAPANNYA


Dosen : Rosnalisa

KELOMPOK III

1. Anisa
2. Rita
3. Erna
4. Azizah
5. Lina
6. Genda
7. Yulia
8. Pipit

FIKES D4
JAKARTA

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
atas berkat dan penyertaannya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
tentang “TEORI-TEORI BELAJAR DAN PENERAPANNYA” kami juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung dalam
menyusun makalah ini.
Penyusunan makalah ini telah kami selesaikan dengan lancar,tetapi kami
menyadari bahwa penyusunan tugas makalah ini masih jauh dari kata
sempurna,jadi kami mohon untuk memberikan masukan,kritik,dan saran yang
membangun demi perbaikan dalam penyusunan tugas makalah ini.
Akhir kata kami berharap tugas ini sangat berguna dan membantu
menyumbangkan pengetahuan bagi mahasiswa Kebidanan.

Bekasi, Oktober 2015

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Teori Belajar Klasik .............................................................. 3
B. Teori Skinner ........................................................................ 6
C. Teori Thorndike ................................................................... 9
D. Teori Cognitif Learning ........................................................ 11
E. Teori Sosial Learning ............................................................ 12
F. Discovery Learning ............................................................... 14
G. Reception Learning ............................................................... 16
H. Teori Humanistik .................................................................. 17

BAB III KESIMPULAN


A. Kesimpulan .......................................................................... 21
B. Saran ..................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rangka mendukung visi Indonesia Sehat 2015 Departemen
Kesehatan mempunyai beberapa misi, antara lain : memelihara dan
meningkatkan kesehatan individu, keluarga, masyarakat dan lingkungannya,
memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu,
terjangkau, serta mendorong kemandirian masyarakat.
Untuk itu perlu adanya kerjasama lintas program maupun lintas sektoral
dalam mewujudkan tujuan diatas disesuaikan dengan cara pandang dan
kebijakan bidang kesehatan.
Salah satu unggulan dalam Indonesia Sehat 2010 adalah upaya
percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) baru lahir, yang perlu penyesuaian dan dijabarkan dalam beberapa
kegiatan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesehatan dan
keselamatan ibu dan bayi baru lahir dalam pelayanan kebidanan.
Dalam hal ini pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang dilaksanakan oleh tenaga bidan.
Bidan sebagai salah satu tenaga utama dalam percepatan penurunan AKI
& AKB baru lahir. dituntut untuk mengantisipasi perubahan tersebut.
sehingga pelayanan yang diberikan lebih bermutu, optimal dan mencapai
tujuan yang diharapkan.
Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh
individu untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
memiliki sikap menjadi bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil
melakukan sesuatu. Belajar tidak hanya sekedar memetakan pengetahuan
atau informasi yang disampaikan. Namun bagaimana melibatkan individu
secara aktif membuat atau pun merevisi hasil belajar yang diterimanya
menjadi suatu pengalamaan yang bermanfaat bagi pribadinya. Pembelajaran

-1-
merupakan suatu sistim yang membantu individu belajar dan berinteraksi
dengan sumber belajar dan lingkungan.
Teori adalah seperangkat azaz yang tersusun tentang kejadian-kejadian
tertentu dalam dunia nyata. Teori merupakan seperangkat preposisi yang
didalamnya memuat tentang ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri
dari satu atau lebih variable yang saling berhubungan satu sama lainnya dan
dapat dipelajari, dianalisis dan diuji serta dibuktikan kebenarannya. Dari dua
pendapat diatas Teori adalah seperangkat azaz tentang kejadian-kejadian yang
didalamnnya memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari,
dianalisis dan diuji kebenarannya. Teori belajar adalah suatu teori yang di
dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara
guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di
kelas maupun di luar kelas.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan landasan diatas dapat kami rumuskan permasalahan yang
akan kita bahas sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan teori belajar Klasik
2. Bagaimana definisi teori belajar menurut pandangan skinner ?
3. Bagaimana definisi teori belajar menurut pandangan Thorndike ?
4. Apa yang dimaksud dengan teori cognitif learning ?
5. Apa yang dimaksud dengan teori sosial learning ?
6. Apa yang dimaksud dengan teori discovery learning ?
7. Apa yang dimaksud dengan teori reception learning ?
8. Apa yang dimaksud dengan teori humanistik ?

C. Tujuan
1. Mengerti dan memahami mengenai teori belajar dan penerapannya
2. Mengetahui apasaja yang menjadi kelemahan serta kelebihan dari teori-
teori belajar
3. Memahami dan menjelaskan bagaimana penerapan teori-teori belajar
dalam sistem pembelajaran

-2-
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Belajar Klasik


Teori belajar klasik didasarkan pada pemikiran para filosifis yang bersifat
subyektif:
1. Teori disiplin mental/psikologi fakultas/psikologi unsur Belajar melalui
instropeksi otak manusia terdiri atas bagian-bagian yang memiliki tugas
berbeda (Berpikir, meraba, fantasi, perasaan, kehendak) jiwa mns terdiri
dari unsur-unsur tertentu dan unsur-unsur tersebut disebut dengan daya-
daya jiwa. Orang akan dapat belajar jika mentalnya dilatih dengan keras
terutama daya nalarnya dan selanjutnya belajar identik dengan mengasah
otak.
Pandangan klasik : Orang pintar adalah orang yang menguasai ilmu pasti
(logis matematik dan logis bahasa).
2. Teori Humanisme klasik (Maslow)/Naturalisme (J.J. Rosseou dan
Pestalzzi.)
• Maslow
Ia mengumpulkan biografi orang-orang terkenal dari berbagai bidang.
Semua orang yang normal berpotensi untuk menjadi orang hebat.
Manusia sebagai satu kepribadian yang utuh jiwa manusia ada tiga
aspek, antara lain : Afeksi, Kognitif, Psikomotor.
• J.J. Rosseou dan Pestalzzi
Anak pada waktu dilahirkan adalah baik, jika anak itu menjadi rusak itu
karena pengaruh dari lingkungan disekitar anak tersebut. Karena pada
masa itu moral manusia pada level yang terpuruk.
Belajar : Biarlah anak tumbuh kembang secara alamiah, jangan diapa-
apakan, freedom to learn : biarlah anak belajar dengan bebas karena
orang dapat mengaktualisasi dirinya jika orang tersebut tidak diganggu.

-3-
3. Teori Apersepsi dan teori Tabularasa/Impirisme.
Otak manusia seperti wadah yang siap mengkopi (Diisi) dengan apa saja
dan pengetahuan yang telah masuk tersebut disebut Apersepsi
Teori tabularasa / Empirisme oleh Jhon Lock “Anak bagaikan kertas
kosong yang siap ditulis oleh pendidik dan lingkungan yang mempunyai
pengaruh terhadap anak itu nantinya”.
M. David Merril (Kognitif)
Pelajaran diklasifikasikan menjadi 4, antara lain :
1. Fakta
2. Konsep
3. Prosedur
4. Prinsip
Tingkatan yang paling tinggi adalah menemukan prinsip. Tingkatan
yang paling rendah adalah mengingat fakta.
1. Menemukan konsep : Memberikan nama baru untuk barang yang
ditemukan.
2. Mengingat prosedur : Langkah-lamgkah melakukan sesuatu, misal :
cara merebus mie instant.
3. Menggunakan prosedur : Melaksanakan perintah dalam mengingat
prosedur.
4. Mengingat prinsip : Menulis lagi apa yang telah diperoleh, missal :
menulis hokum Gosen, teori Konvergensi.
5. Menggunakan prinsip : Menggunakan hokum, rumus, dalil untuk
menyelesaikan masalah.
6. Penemu prinsip : Ilmuwan yang berhasil menemukan dalil yang
sampai pada hasil yang generalisasi untuk umum.
Belajar pemahaman konsep dengan menggunakan dua cara, antara
lain :
• Pendekatan Deduktif (khusus-umum)
• Pendekatan Induktif (umum-khusus)
• Joseph M. Scandura (Teori Belajar Prosedural)

-4-
• Pengalaman tersusun secara hierarkis.
• Jika mengumpul keatas disebut vertical (vertical dan piramida).
• Jika sejajar maka horizontal
• Pengetahuan Deklaratif : Bercerita, harus menggunakan urutan
sebab akibat, kronologis.
Setiap isi pelajaran sebelum diajarkan harus diketahui apakah
termasuk fakta, prinsip, konsep.
Algoritmik : segala sesuatu ada prosedurnya.
Pengetahuan Prosedural : Jika dipraktekkan oleh siswa dan berhasil
tanpa mengalami kegagalan.
Keterangan intelektual menurut Gagne Diskriminasi, konsep,
kongkrit, konsep terdefinisi, kaidah atau aturan, aturan tingkat lebih
lanjut. Jika mencapai level tertinggi maka dikatakan sebagai
kesiapan untuk memecahkan suatu masalah.
• Lev N. LandaTeori Belajar Pembelajaran
Teori belajar hampir selalu bersifat deskriptif karena selalu
berbicara apa yang terjadi jika sesuatu dilakukan. Apabila akan
belajar disuatu kelas yang begini maka lakukan hal ini jika ingin
hasilnya baik (Prespektif)
Heuristik : Siswa menemukan sendiri cara penyelesaian belajar
atau masalah.
Algoheuristik : Menemukan sendiri cara penyelesaian dalam suatu
masalah dengan procedural srtinya diarahkan oleh guru dalam
pemecahan suatu masalah.
• Charles M. Reigeluth dan Faith S. Stein
Tiga aliran utama dalam teori belajar, antara lain :
1. Behaviorisme
2. Kognitiv
3. Naturalisme

-5-
B. Teori Skinner
Teori Skinner disebut juga dengan teori pengkondisian operan. Pelopor
teori ini adalah B.F. Skinner. Inti dari teori ini adalah dimana konsekunsi
prilaku akan menyebabkan perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan
terjadi (Santrock, 272:2010).
Konsekuensi – imbalan atau hukuman bersifat sementara pada prilaku
organisme. Contoh seorang siswa akan mengemas bukunya secara rapi jika
dia tahu bahwa dia akan diberikan hadiah oleh gurunya.
Menurut Skinner, pengkondisian Operan terdiri dari 2 konsep utama,
yaitu : penguatan (reinforcement), yang terbagi kedalam penguatan positif
dan penguatan negative, dan hukuman (punishment). (M. Asrori, 9 : 2008)
Penguatan positiv (positeve reinforcement) adalah apa saja stimulus
yang dapat meningkatkan sesuatu tingkah laku. Contoh seorang siswa yang
mencapai prestasi tinggi diberikan hadiah maka dia akan mengulangi prestasi
itu dengan harapan dapat hadiah lagi. Penguatan bisa berupa benda,
penguatan sosial (pujian, sanjungan) atau token (seperti nilai ujian).
Penguatan negativ (negative reinforcement) apa saja stimulus yang
menyakitkan atau yang menimbulkan keadaan tidak menyenangkan atau tidak
mengenakan perasaan sehingga dapat mengurangi terjadinya sesuatu tingkah
laku. Contoh seorang siswa akan meninggalkan kebiasaan terlambat
mengumpulkan tugas/PR karena tidak tahan selalu dicemooh oleh gurunya.
Hukuman (punishment) adalah apa saja stimulus yang menyebabkan
sesuatu respon atau tingkah laku menjadi berkurang atau bahkan langsung
dihapuskan atau ditinggalkan. Contoh seorang siswa yang tidak mengerjakan
PR tidak dibolehkan bermain bersama teman-temannya saat jam istirahat.
Ada sejumlah teknik-teknik dalam pengkondisian operan yang dapat
digunakan untuk pembentukan tingkah laku dalam pembelajaran (M.Asrori,
10:2008), yaitu :
1. Pembentukan respon (Shaping Behaviour)
Teknik pembentukan respon ini dilakukan dengan cara menguatkan
organisme pada saat setiap kali ia bertindak kearah yang diinginkan

-6-
sehingga ia menguasai atau belajar merespon sampai suatu saat tidak lagi
menguatkan respon tersebut. Prosedur pembentukan respon bisa
digunakan untuk melatih tingkah laku siswa dalam proses pembelajaran
agar secara bertahap mampu merespon stimulus dengan baik . Contoh :
apabila seorang guru memberikan ceramah, reaksi siswa sebagai
pendengar dapat mempengaruhi bagaimana guru itu bertindak. Jika
sekelompok siswa mengangguk – angguk kepala mereka, ini dapat
menguatkan guru tersebut untuk berceramah lebih semangat lagi.
2. Generalisasi,Diskriminasi dan Penghapusan
Generalisasi adalah penguatan yang hampir sama dengan penguatan
sebelumnya akan dapat menghasilkan respon yang sama. Contoh : Seorang
siswa akan mengerjakan PR dengan tepat waktu karena pada minggu lalu
mendapat pujian di depan kelas oleh gurunya ketia menyelesaikan PR
tepat waktu.
Diskriminasi adalah respon organisme terhadap sesuatu penguatan, tetapi
tidak terhadap penguatan yang lain. Contoh : seorang siswa mengerjakan
PR dengan tepat waktu Karena mendapat ujian dari gurunya pada mata
pelajaran IPA, tetapi tidak begitu halnya ketika mendapat pujian dari guru
IPS. Respon ini bias berbeda karena cara memberikan pujiannya sudah
berbeda
Penghapusan adalah suatu respon terhapus secara bertahap apabila
penguatan atau ganjaran tidak diberikan lagi. Contoh : seorang siswa yang
mampu mengerjakan PR dengan tepat waktu tadi bisa secara bertahap
menjadi tidak tepat waktu karena gurunya tidak pernah lagi memberikan
pujian sama sekali.
3. Jadwal Penguatan (Schedule of reinforcement)
Skinner menyatakan bahwa cara atau waktu pemberian penguatan dapat
mempengaruhi respon. Penguatan disini dibagi menjadi 2 yaitu penguatan
berkelanjutan (Continous Inforcement) dan penguatan berkala (Variabel
Reinforcement).

-7-
Penguatan berkelanjutan adalah penguatan yang diberikan pada setiap saat
setiap kali organisme menghasilkan respon. Contoh : setiap kali siswa
mampu mengerjakan soal dengan betul, guru selalu memberikan pujian
kepadanya
Penguatan berkala adalah penguatan yang diberikan dalam jangka waktu
tertentu. Penguatan berkala terbagi dua , yaitu : berdasarkan nisbah (rasio)
yang disebut penguatan nisbah dan berdasarkan interval waktu atau
disebut juga dengan penguatan waktu.
Penguatan nisbah dibagi menjadi dua, yaitu : Nisbah tetap adalah apabila
penguatan diberikan setelah beberapa respon terjadi. Misalnya ada 10 kali
siswa memberikan respon baru diberikan 1 kali penguatan. Dan nisbah
berubah adalah apabila penguatan diberikan setelah beberapa kali respon
muncul, tetapi kadarnya tidak tetap. Misalnya penguatan diberikan kepada
siswa kadang kala setelah 10 kali respon kadang kala setelah 5 respon
Penguatan waktu juga dibagi dua, yaitu : waktu tetap adalah apabila
penguatan diberikan pada akhir waktu yang ditetapkan. Misalnya
memberikan pengutan kepada setiap respon yang muncul setelah 1 menit.
Waktu berubah adalah apabila penguatan diberikan pada akhir waktu yang
ditetapkan, tetapi waktu yang ditetapkan itu berbeda berdasarkan respon
yang muncul.
4. Penguatan Positif
Penguatan posistif dilakukan dengan memberikan penguatan sesegera
mungkin setelah suatu tingkah laku muncul. Misalnya seorang siswa yang
dapat menjawab pertanyaan guru maka pada sait itu juga guru segera
memberikan pujian.
5. Penguatan Intermiten
Penguatan intermiten dilakukan dengan memberikan penguatan untuk
memelihara perubahan tingkah laku atau respon positif yang telah dicapai
seseorang. Dengan penguatan seperti ini dapat menumbuhkan kepercayaan
diri individu . Misalnya : seorang siswa yang tadinya malu untuk
membaca puisi di depan kelas, kemudian secara bertahap dia sudah tidak

-8-
malu lagi dan mampu membaca puisi di depan kelas. Maka guru
memberikan pujian di depan teman-temannya agar keberanian membaca
puisi di depan kelas tersebut dapat terpelihara.
6. Penghapusan
Penghapusan dilakukan dengan cara tidak melakukan penguatan sama
sekali atau tidak mengirakan respon yang akan muncul pada seseorang.
Misalnya siswa yang berbicara lucu dengan maksud memancing teman-
temannya bergurau agar suasana kelas menjadi gaduh, tidak diberikan
sapaan oleh guru bahkan guru tidak menghiraukannya. Denga demikian,
siswa yang bersangkutan akan merasa bahwa apa yang dilakukannya tidak
berkenan di hati gurunya sehingga dia tidak akan melakukannya lagi.
7. Percontohan (modeling)
Percontohan adalah prilaku atau respon individu yang dilakukan dengan
mencontoh tingkah laku orang lain. Contohnya : seorang siswa berusaha
berbicara dengan suara keras, tidak terges-gesa, sistematis, dan mudah
dipahami karena dia meniru guru IPA yang selalu menunjukkan prilaku
seperti itu pada saat mengajar. Oleh karena itu seorang guru harus mampu
menunjukkan tutur kata, sikap, kemampuan, kecerdasan dan tingkah laku
yang dapat dicontoh oleh siswa.
8. Token Ekonomi
Adalah memberikan gambaran terhadap sesuatu yang memiliki nilai
ekonomi ketika seseorang telah mampu menunjukkan respon atau tingkah
laku yang positif sesuai dengan yang diharapkan. Misalnya guru member
hadiah buku novel yang bagus kepada seorang siswa

C. Teori Thorndike
Menurut Thorndike (Budiningsih, 2005: 21) belajar adalah proses
interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat
merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal
lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu reaksi
yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa

-9-
pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Thorndike dalam teori belajarnya
mengungkapkan bahwasanya setiap tingkah laku makhluk hidup itu
merupakan hubungan antara stimulus dan respon, adapun teori Thorndike ini
disebut teori konesionisme. Belajar adalah pembentukan hubungan stimulus
dan respon sebanyak-banyaknya. Dengan artian dengan adanya stimulus itu
maka diharapkan timbul respon yang maksimal. Teori ini sering juga disebut
dengan teori trial dan error dalam teori ini orang yang bisa menguasai
hubungan stimulus dan respon sebanyak-banyaknya maka dapat dikatakan
orang ini merupakan orang yang berhasil dalam belajar. Adapun cara untuk
membentuk hubungan stimulus dan respon ini dilakukan dengan ulangan-
ulangan.
Dalam teori trial dan error ini, berlaku bagi semua organisme dan
apabila organisme ini dihadapkan dengan keadaan atau situasi yang baru
maka secara otomatis organisme ini memberikan respon atau tindakan-
tindakan yang bersifat coba-coba atau bisa juga berdasarkan naluri karena
pada dasarnya disetiap stimulus itu pasti ditemui respon. Apabila dalam
tindakan-tindakan yang dilakukan itu menimbulkan perbuatan atau tindakan
yang cocok atau memuaskan maka tindakan ini akan disimpan dalam benak
seseorang atau organisme lainnya karena dirasa diantara tindakan-tindakan
yang paling cocok adalah tindakan itu, selama yang telah dilakukan dalam
menanggapi stimulus adalah situasi baru. Jadi dalam teori ini pengulangan-
pengulangan respon atau tindakan dalam menanggapi stimulus atau stimulus
baru itu sangat penting sehingga seseorang atau organisme mampu
menemukan tindakan yang tepat dan dilakukan secara terus-menerus agar
lebih tajam dan tidak terjadi kemunduran dalam tindakan atau respon
terhadap stimulus.
Dalam membuktikan teorinya Thorndike melakukan percobaan terhadap
seekor kucing yang lapar dan kucing itu ditaruh di kandang, yang mana
kandang tersebut terdapat celah-celah yang kecil sehingga seekor kucing itu
bisa melihat makanan yang berada di luar kandang dan kandang itu bisa
terbuka dengan sendiri apabila seekor kucing tadi menyentuh salah satu jeruji

- 10 -
yang terdapat dalam kandang tersebut. Mula-mula kucing tersebut mengitari
kandang beberapa kali sampai ia menemukan jeruji yang bisa membuka pintu
kandang, kucing ini melakukan respon atau tindakan dengan cara coba-coba,
ia tidak mengetahui jalan keluar dari kandang tersebut, kucing tadi melakukan
respon yang sebanyak-banyaknya sehingga menemukan tindakan yang cocok
dalam situasi baru atau stimulus yang ada. Thorndike melakukan percobaan
ini berkali-kali pada kucing yang sama dan situasi yang sama pula. Memang
pertama kali kucing tersebut dalam menemukan jalan keluar memerlukan
waktu yang lama dan pastinya mengitari kandang dengan jumlah yang
banyak pula, akan tetapi karena sifat dari setiap organisme itu selalu
memegang tindakan yang cocok dalam menghadapi situasi atau stimulus yang
ada, maka kucing tadi dalam menemukan jeruji yang menyebabkan kucing
tadi bisa keluar dari kandang, ia pegang tindakan ini sehingga kucing ini
dapat keluar untuk mendapatkan makanan dan tidak perlu lagi mengitari
kandang karena tindakan ini dirasa tidak cocok. Akan tetapi kucing tadi
langsung memegang jeruji yang menyebabkannya bisa keluar untuk makan.

D. Teori Cognitif Learning


Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara
umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan;
pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan
(aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation).
Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk
mengembangkan kemampuan rasional (akal).
Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk
mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain.
Oleh sebab itu kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih
menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara
kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya.
Teori kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut
sebagai model perseptual, yaitu proses untuk membangun atau membimbing

- 11 -
siswa dalam melatih kemampuan mengoptimalkan proses pemahaman
terhadap suatu objek. Teori kognitif menyatakan bahwa tingkah laku
seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang
berhubungan dengan dirinya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan
pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang
nampak.
Teori kognitif sangat besar pengaruhnya dalam proses pembelajaran,
akibatnya pembelajaran di Indonesia pada umumnya lebih cenderung cognitif
oriented (berorientasi pada intelektual atau kognisi). Implikasinya lulusan
pendidikan atau pembelajaran kaya intelektual tetapi miskin moral
kepribadian. Mestinya proses pembelajaran harus mampu menjaga
keseimbangan antara peran kognisi dengan peran afeksi, sehingga lulusan
pendidikan memiliki kualitas intelektual dan moral kepribadian yang
seimbang.
Secara umum teori kognitif memiliki pandangan bahwa belajar atau
pembelajaran adalah suatu proses yang lebih menitikberatkan proses
membangun ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek
yang bersifat intelektualitas lainnya. Oleh sebab itu, belajar juga dapat
dikatakan bagian dari kegiatan yang melibatkan proses berfikir yang sangat
kompleks dan komprehensif. Diantara tokoh-tokoh aliran teori kognitivisme
adalah J. Piaget dan Jerome S. Brunner.

E. Teori Sosial Learning


Seperti hampir semua pendekatan teori belajar terhadap kepribadian,
teori belajar sosial atau social learning yang dicetuskan Albert Bandura
menyebutkan bahwa perilaku yang dilakukan manusia sebagian besar adalah
hasil perolehan dari lingkungan. Bedanya dengan teori-teori belajar yang lain,
teori belajar yang dikemukakan oleh Albert Bandura lebih menekankan pada
pentingnya konteks sosial dan menekankan pada fakta bahwa peristiwa
belajar juga bisa terjadi dengan perantara orang lain. Yang artinya bahwa
individu mampu belajar mengimitasi atau meniru tingkah laku dari orang

- 12 -
yang ia amati atau dalam kata lain individu menjadikan orang lain sebagai
model bagi dirinya untuk bertingkah laku. Sedangkan teori belajar dalam alira
behavioristik lainnya, mengabaikan aspek sosial bahkan mengabaikan fakta
tersebut. Hal tersebutlah yang mebuat teori Bandura berbeda dengan teori
Behavioristik yang lainya. Perbedaan ini juga menjadi fenomena penting
yang menjadi pusat kritik dan pertentangan bahkan ditolak oleh paradigm
Behavioristik.
Bandura berpendapat bahwa manusia dapat berfikir dan juga mampu
mengatur tingkah lakunya sendiri, sehingga mereka bukanlah suatu objek
yang pasif yang dengan mudahnya dipengaruhi oleh lingkungan. Sifat kausal
bukan dimiliki oleh lingkungan semata, melainkan orang dengan lingkungan
saling berhubungan dan saling berpengaruh dlam pembentukan tingkah laku.
Bandura juga menyatakan bahwa bannnyak aspek fungsi kepribadian yang
melibatkan interaksi dengan orang lain, sehingga, menurutnya, teori
kepribadian yang baik haruslah memperhitungkn konteks sosial dimana suatu
perilaku itu diperoleh dan dipelihara.
Teori belajar sosial atau social learning Theory Bandura didasarkan oleh
tiga konsep yaitu :
1. Determinis Resiprokal (reciprocal deterministic) : pendekatan yang
menjelaskan bahwa perilaku manusia dalam bentuk interaksi timbale balik
yang terus menerus antara determinan kognitif, behavioral, dan
lingkungan. Detirministik resiprokal inilah yang menjadi dasar ari teori
belajar bandura dalam memahami tingkah laku.
2. Beyond Reinforcement : bahwa setiap perilaku tidak selalu menggunakan
reinforcement dalam pembentukannya. Menurut Bandura, reinforcement
penting dalam menentukan apakah suatu tingkah laku akan terus terjadi
atau tidak, bukan sebagai satu-satunya pembentuk tingkah laku. Karena
baginya orang dapat belajar melakukan sesuatu hanya dengan mengamati
kemudian mengulangi apa yang diamatinya.
3. Kognisi dan Self Regulation : Bandura menempatkan manusia sebagai
sesorang yang dapat mengatur dirinya sendiri (self regulation),

- 13 -
mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan,
menciptakan dukungan kognitif, mengadakan konsekuensi bagi tingkah
lakunya sendiri.

F. Discovery Learning
Discovery Learning adalah didefinisikan sebagai proses pembelajaran
yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk
finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat
Bruner, bahwa: “Discovery Learning can be defined as the learning that takes
place when the student is not presented with subject matter in the final form,
but rather is required to organize it him self” (Lefancois dalam Emetembun,
1986:103). Ide dasar Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan
bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas.
Model Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan
hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu
kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi bila individu terlibat,
terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa
konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi,
pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive
process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of
assimilatig conceps and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik,
2001:219).
Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri
(inquiry). Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada kedua istilah ini, pada
Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau
prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery
ialah bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa
semacam masalah yang direkayasa oleh guru, sedangkan pada inkuiri
masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga siswa harus mengerahkan seluruh
pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam
masalah itu melalui proses penelitian.

- 14 -
Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap
siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk
menunjang proses belajar perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu
siswa pada tahap eksplorasi. Lingkungan ini dinamakan Discovery Learning
Environment, yaitu lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi,
penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip
dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini bertujuan agar siswa
dalam proses belajar dapat berjalan dengan baik dan lebih kreatif.
Untuk memfasilitasi proses belajar yang baik dan kreatif harus berdasarkan
pada manipulasi bahan pelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan
kognitif siswa. Manipulasi bahan pelajaran bertujuan untuk memfasilitasi
kemampuan siswa dalam berpikir (merepresentasikan apa yang dipahami)
sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga
tahap yang ditentukan oleh bagaimana cara lingkungan, yaitu: enactive,
iconic, dan symbolic. Tahap enaktive, seseorang melakukan aktivitas-
aktivitas dalam upaya untuk memahami lingkungan sekitarnya, artinya, dalam
memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik,
misalnya melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya. Tahap iconic,
seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan
visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarnya anak
belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi).
Tahap symbolic, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-
gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam
berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar
melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika, dan sebagainya.
Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak simbol. Semakin
matang seseorang dalam proses berpikirnya, semakin dominan sistem
simbolnya. Secara sederhana teori perkembangan dalam fase enactive, iconic
dan symbolic adalah anak menjelaskan sesuatu melalui perbuatan (ia bergeser
ke depan atau kebelakang di papan mainan untuk menyesuaikan beratnya

- 15 -
dengan berat temannya bermain) ini fase enactive. Kemudian pada fase iconic
ia menjelaskan keseimbangan pada gambar atau bagan dan akhirnya ia
menggunakan bahasa untuk menjelaskan prinsip keseimbangan ini fase
symbolic (Syaodih, 85:2001).

G. Reception Learning
Teori ini dikemukakan oleh David Ausabel yang isinya mengatakan
bahwa faktor yang paling penting dalam mempengaruhi belajar adalah apa
yang diketahui oleh siswa. Dalam hal ini, guru harus menyusun situasi
belajar, memilih materi-materi yang tepat untuk siswa, kemudian
menyampaikannya dalam bentuk pengajaran yang terorganisasi dengan baik,
mulai dari yang umum sampai ke hal-hal yang lebih terperinci. Inti
pendekatan Ausabel adalah apa yang disebut expository teaching, yaitu
pengajaran yang sistematis dengan penyampaian informasi yang bermakna.
Dua teori ini mempunyai beberapa pokok atau motif yang sama. Pertama,
keduanya menganjurkan siswa agar aktif terlibat dalam proses belajar. Kedua,
Ditekankan cara membawa pengetahuan siswa yang telah ada sebelumnya
untuk digabungkan dengan pelajaran baru. Ketiga, keduanya mengasumsikan
bahwa pengetahuan, suatu saat, secara perlahan-lahan dan terus-menerus akan
berubah di dalam pikiran siswa (Djiwandono, 2002).

H. Teori Humanistik
Pengertian humanistik yang beragam membuat batasan-batasan
aplikasinya dalam dunia pendidikan mengundang berbagai macam arti pula.
Sehingga perlu adanya satu pengertian yang disepakati mengenai kata
humanistik dala pendidikan. Dalam artikel “What is Humanistik Education?”,
Krischenbaum menyatakan bahwa sekolah, kelas, atau guru dapat dikatakan
bersifat humanistik dalam beberapa kriteria. Hal ini menunjukkan bahwa ada
beberapa tipe pendekatan humanistik dalam pendidikan. Ide mengenai
pendekatan-pendekatan ini terangkum dalam psikologi humanistik.

- 16 -
Dalam artikel “some educational implications of the Humanistic
Psychologist” Abraham Maslow mencoba untuk mengkritisi teori Freud dan
behavioristik. Menurut Abraham, yang terpenting dalam melihat manusia
adalah potensi yang dimilikinya. Humanistik lebih melihat pada sisi
perkembangan kepribadian manusia daripada berfokus pada
“ketidaknormalan” atau “sakit” seperti yang dilihat oleh teori psikoanalisa
Freud. Pendekatan ini melihat kejadian setelah “sakit” tersebut sembuh, yaitu
bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang
positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi
manusia dan para pendidik yang beraliran humanistik biasanya memfokuskan
penganjarannya pada pembangunan kemampuan positif ini.
Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi
positif yang terdapat dalam domain afektif, misalnya ketrampilan
membangun dan menjaga relasi yang hangat dengan orang lain, bagaimana
mengajarkan kepercayaan, penerimaan, keasadaran, memahami perasaan
orang lain, kejujuran interpersonal, dan pengetahuan interpersonal lainnya.
Intinya adalah meningkatkan kualitas ketrampilan interpersonal dalam
kehidupan sehari-hari.
Selain menitik beratkan pada hubungan interpersonal, para pendidikan
yang beraliran humanistik juga mencoba untuk membuat pembelajaran yang
membantu anak didik untuk meningkatkan kemampuan dalam membuat,
berimajinasi, mempunyai pengalaman, berintuisi, merasakan, dan berfantasi.
Pendidik humanistik mencoba untuk melihat dalam spektrum yang luas
mengenai perilaku manusia. “Berapa banyak hal yang bisa dilakukan
manusia? Dan bagaimana aku bisa membantu mereka untuk melakukan hal-
hal tersebut dengan lebih baik?
Melihat hal-hal yang diusahakankan oleh para pendidik humanistik,
tampak bahwa pendekatan ini mengedepankan pentingnya emosi dalam dunia
pendidikan. Freudian melihat emosi sebagai hal yang mengganggu
perkembangan, sementara humanistik melihat keuntungan pendidikan emosi.
Jadi bisa dikatakan bahwa emosi adalah karakterisitik yang sangat kuat yang

- 17 -
nampak dari para pendidik beraliran humanistik. Karena berpikir dan
merasakan saling beriringan, mengabaikan pendidikan emosi sama dengan
mengabaikansalah satu potensi terbesar manusia. Kita dapat belajar
menggunakan emosi kita dan mendapat keuntungan dari pendekatan
humanistik ini sama seperti yang kita dapatkan dari pendidikan yang
menitikberatkan kognisi.
Berbeda dengan behaviorisme yang melihat motivasi manusia sebagai
suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan fisiologis manuisa atau dengan
freudian yang melihat motivasi sebagai berbagai macam kebutuhan seksual,
humanistik melihat perilaku manusia sebagai campuran antara motivasi yang
lebih rendah atau lebih tinggi. Hal ini memunculkan salah satu ciri utama
pendekatan humanistik, yaitu bahwa yang dilihat adalah perilaku manusia,
bukan spesies lain. Akan sangat jelas perbedaan antara motivasi manusia dan
motivasi yang dimiliki binatang. Hirarki kebutuhan motivasi maslow
menggambarkan motivasi manusia yang berkeinginan untuk bersama
manusia lain, berkompetensi, dikenali, aktualisasi diri sekaligus juga
menggambarkan motovasi dalam level yang lebih rendah seperti kebutuhan
fisiologis dan keamanan.
Menurut aliran humanistik, para pendidik sebaiknya melihat kebutuhan
yang lebih tinggi dan merencanakan pendidikan dan kurikukum untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini. Beberapa psikolog humanistik melihat
bahwa manusia mempunyai keinginan alami untuk berkembang, untuk lebih
baik, dan juga belajar. Jadi sekoah harus berhati-hati supaya tidak membunuh
insting ini dengan memaksakan anak belajar sesuatu sebelum mereka siap.
Jadi bukan hal yang benar apabila anak dipaksa untuk belajar sesuatu sebelum
mereka siap secara fisiologis dan juga punya keinginan. Dalam hal ini peran
guru adalah sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi, bukan sebagai konselor seperti dalam
Freudian ataupun pengelola perilaku seperti pada behaviorisme.
Secara singkatnya, penedekatan humanistik dalam pendidikan
menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada

- 18 -
potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka
punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup
kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri yang
ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan juga
masyarakat. Ketrampilan atau kemampuan membangun diri secara positif ini
menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan
keberhasilan akademik.
Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar
memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya
harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan
sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari
sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Berikut adalah para tokoh dalam aliran psikologi humanistik. 3 tokoh
aliran humanistik akan disinggung, namun demikian tokoh humanistik yang
menjadi fokus dalam paper ini adalah Carl Rogers

- 19 -
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan masalah yang kita bahas, kita dapat mengambil kesimpulan :
1. Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu
untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki
sikap menjadi bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil
melakukan sesuatu
2. Teori belajar klasik didasarkan pada pemikiran para filosifis yang bersifat
subyektif : 1) Teori disiplin, 2) Teori Humanisme klasik
(Maslow)/Naturalisme (J.J. Rosseou dan Pestalzzi.), 3) Teori Apersepsi
dan teori Tabularasa/Impirisme.
3. Teori Skinner disebut juga dengan teori pengkondisian operan. Pelopor
teori ini adalah B.F. Skinner. Inti dari teori ini adalah dimana konsekunsi
prilaku akan menyebabkan perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan
terjadi (Santrock, 272:2010).
4. Menurut Thorndike (Budiningsih, 2005: 21) belajar adalah proses interaksi
antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat
merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-
hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu
reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat
berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Thorndike dalam teori
belajarnya mengungkapkan bahwasanya setiap tingkah laku makhluk
hidup itu merupakan hubungan antara stimulus dan respon, adapun teori
Thorndike ini disebut teori konesionisme. Belajar adalah pembentukan
hubungan stimulus dan respon sebanyak-banyaknya
5. Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk
mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain.
Oleh sebab itu kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih
menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan

- 20 -
cara kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang kepada
dirinya. Teori kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering
disebut sebagai model perseptual, yaitu proses untuk membangun atau
membimbing siswa dalam melatih kemampuan mengoptimalkan proses
pemahaman terhadap suatu objek.
6. social learning yang dicetuskan Albert Bandura menyebutkan bahwa
perilaku yang dilakukan manusia sebagian besar adalah hasil perolehan
dari lingkungan
7. Bandura berpendapat bahwa manusia dapat berfikir dan juga mampu
mengatur tingkah lakunya sendiri, sehingga mereka bukanlah suatu objek
yang pasif yang dengan mudahnya dipengaruhi oleh lingkungan
8. Model Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan,
melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan
(Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama
dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep
dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi,
pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut
cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental
process of assimilatig conceps and principles in the mind (Robert B. Sund
dalam Malik, 2001:219).
9. Pengertian humanistik yang beragam membuat batasan-batasan
aplikasinya dalam dunia pendidikan mengundang berbagai macam arti
pula. Sehingga perlu adanya satu pengertian yang disepakati mengenai
kata humanistik dala pendidikan. Dalam artikel “What is Humanistik
Education?”, Krischenbaum menyatakan bahwa sekolah, kelas, atau guru
dapat dikatakan bersifat humanistik dalam beberapa kriteria. Hal ini
menunjukkan bahwa ada beberapa tipe pendekatan humanistik dalam
pendidikan. Ide mengenai pendekatan-pendekatan ini terangkum dalam
psikologi humanistik.

- 21 -
B. Saran
Bidan sebagai salah satu tenaga utama dalam percepatan penurunan AKI
& AKB baru lahir. dituntut untuk mengantisipasi perubahan tersebut.
sehingga pelayanan yang diberikan lebih bermutu, optimal dan mencapai
tujuan yang diharapkan.
Agar mahasiswa kebidanan dapat menerapkan asuhan kebidanan dalam
teori ini berfikir secara kritis dan bertindak dengan logis, analisis dan
sistimatis dalam memberikan asuhan kebidanan ditiap jenjang pelayanan
kesehatan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan ibu, bayi atau anak
balita. Sebagai pedoman dalam mengelola klien dengan memberikan asuhan
kebidanan yang efektif sesuai kebutuhan klien/masyarakat berdasarkan
evidence based.

- 22 -
DAFTAR PUSTAKA

Davindoff, linda. 1981. Psikologi suatu pengantar. Jakarta : Erlangga

Rahmat, jalaludin. 2003. Psikologi komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya

Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu, Jakarta, 2007

Sarwono P. Ilmu Kebidanan, Jakarta, 2007.

Syofyan,Mustika,et all. 50 Tahun IBI Bidan Menyongsong Masa Depan, Cetakan


ke-III Jakarta: PP IBI.2004

Depkes RI Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan. Konsep kebidanan,Jakarta.199

http//ifamidwife.wordpress.com/2007/11/09/model-dalam-asuhan-kebidanan

- 23 -

Anda mungkin juga menyukai