Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH TEORI KEPRIBADIAN BEHAVIORISTIK

Untuk memenuhi

Tugas mata kuliah belajar dan pembelajaran

Yang diampu oleh :

Vit Ardhyantama M.Pd

DISUSUN OLEH :

ANDY WIBOWO (1986206010)

BANGUN ADITAMA (1986206017)

KHOIRUL ANWAR (1986206035)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


STKIP PGRI PACITAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat, bimbingan, petunjuk dan penyertaan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “ KEPRIBADIAN BEHAVIORISTIK ” dengan baik.

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak – pihak yang telah


membantu kami dalam penyusunan makalah ini baik itu teman-teman, dosen dan
semua yang telah membantu yang kami tidak bisa sebut satu persatu.

Besar harapan kami bahwa makalah ini dapat bernilai baik, dan dapat
digunakan dengan sebaik-baiknya.Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun
ini belumlah sempurna untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dalam rangka
penyempurnaan untuk pembuatan makalah selanjutnya.Sesudah dan sebelumnya
kami ucapkan terimakasih.
DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Teori Behaviorisme Dalam Pembelajaran ........................................... 3


B. Teori kepribadian pembiasaan klasikal
menurut Pavlov ................................................................................... 5
C. Teori Kepribadian Pengkondisian Operan Menurut Skinner .............. 7
D. Teori belajar social menurut Bandura................................................... 17

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan ........................ …....................................................... 18

B.Saran ....................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................ 20
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Banyak teori tentang belajar yang telah berkembang mulai abad ke 19 sampai
sekarang ini. Pada awal abad ke-19 teori belajar yang berkembang pesat dan memberi
banyak sumbangan terhadap para ahli psikologi adalah teori belajar tingkah laku
(behaviorisme) yang awal mulanya dikembangkan oleh psikolog Rusia Ivan Pavlov
(tahun 1900-an) dengan teorinya yang dikenal dengan istilah pengkondisian klasik
(classical conditioning) dan kemudian teori belajar tingkah laku ini dikembangkan
oleh beberapa ahli psikologi yang lain seperti Edward Thorndike, B.F Skinner dan
Gestalt.

Teori belajar behaviorisme ini berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan
diamati. Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat
menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini
adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan
mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan
negatif. Evaluasi atau Penilaian didasari atas perilaku yang tampak. Dalam teori
belajar ini guru tidak banyak memberikan ceramah,tetapi instruksi singkat yang
diikuti contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi.

Di awal abad 20 sampai sekarang ini teori belajar behaviorisme mulai


ditinggalkan dan banyak ahli psikologi yang baru lebih mengembangkan teori belajar
kognitif dengan asumsi dasar bahwa kognisi mempengaruhi prilaku. Penekanan
kognitif menjadi basis bagi pendekatan untuk pembelajaran. Walaupun teori belajar
tigkah laku mulai ditinggalkan diabad ini, namun mengkolaborasikan teori ini dengan
teori belajar kognitif dan teori belajar lainnya sangat penting untuk menciptakan
pendekatan pembelajaran yang cocok dan efektif, karena pada dasarnya tidak ada
satupun teori belajar yang betul-betul cocok untuk menciptakan sebuah pendekatan
pembelajaran yang pas dan efektif.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut :

 Bagaimana teori behaviorisme dalam pembelajaran


 Bagaimana teori kepribadian pembiasaan klasikal menurut Pavlov
 Bagaimana teori kepribadian pengkondisian operan menurut Skinner
 Bagaimana teori belajar social menurut Bandura

C. TUJUAN

Adapun tujuan dalam makalah ini sebagai berikut :

 Mengetahui teori behaviorisme dalam pembelajaran


 Mengetahui teori kepribadian pembiasaan klasikal menurut Pavlov
 Mengetahui teori kepribadian pengkondisian operan menurut Skinner
 Mengetahui teori belajar social menurut Bandura
 Mengetahui implikasi teori kepribadian behavioristik terhadap bimbingan dan
konseling
BAB II

PEMBAHASAN

A. TEORI BEHAVIORISME DALAM PEMBELAJARAN

Adalah teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia.
Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang member respon terhadap
lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka.

Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat
mekanistis,menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau
respon,menekankan pentingnya latihan,mementingkan mekanisme hasil
belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah
munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R
psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau
reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam
tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural
dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkah
laku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil
belajar.

Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh
perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organisme
sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah
manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin
mengetahui bagaimana perilakunya dikendalian oleh faktor-faktor lingkungan. Dalam
arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang
individu sebagai makhluk reaktif yang member respon terhadap lingkungan.
Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka.

Prinsip-prinsip teori behaviorisme adalah :

1. Obyek psikologi adalah tingkah laku

2. Semua bentuk tingkah laku dikembalikan pada reflek

3. Mementingkan pembentukan kebiasaan

Aristoteles berpendapat bahwa pada waktu lahir jiwa manusia tidak memiliki
apa-apa, seperti sebuah meja lilin yang siap dilukis oleh pengalaman. Menurut John
Locke(1632-1704), salah satu tokoh empiris, pada waktu lahir manusia tidak
mempunyai “warna mental”. Warna ini didapat dari pengalaman. Pengalaman adalah
satu-satunya jalan ke pemilikan pengetahuan. Idea dan pengetahuan adalah produk
dari pengalaman. Secara psikologis, seluruh perilaku manusia, kepribadian, dan
tempramen ditentukan oleh pengalaman inderawi (sensory experience). Pikiran dan
perasaan disebabkan oleh perilaku masa lalu.

Kesulitan empirisme dalam menjelaskan gejala psikologi timbul ketika orang


membicarakan apa yang mendorong manusia berperilaku tertentu. Hedonisme,
memandang manusia sebagai makhluk yang bergerak untuk memenuhi kepentingan
dirinya, mencari kesenangan, dan menghindari penderitaan. Dalam utilitarianisme
perilaku manusia tunduk pada prinsip ganjaran dan hukuman. Bila empirisme
digabung dengan hedonisme dan utilitariansisme, maka itulah yang disebut dengan
behaviorisme.

Asumsi bahwa pengalaman adalah paling berpengaruh dala pembentukan


perilaku, menyiratkan betapa plastisnya manusia. Ia mudah dibentuk menjadi apapun
dengan menciptakan lingkungan yang relevan.
Thorndike dan Watson, kaum behaviorisme berpendirian: organisme
dilahirkan tanpa sifat-sifat sosial atau psikologis; perilaku adalah hasil pengalaman
dan prilaku digerakan atau dimotivasi oleh kebutuhan untuk memperbanyak
kesenangan dan mengurangi penderitaan. Aliran behavioristik yang lebih bersifat
elementaristik memandang manusia sebagai organisme yang pasif, yang dikuasai oleh
stimulus-stimulus yang ada di lingkungannya. Pada dasarnya, manusia dapat
dimanipulasi, tingkah lakunya dapat dikontrol dengan jalan mengontrol stimulus-
stimulus yang ada dalam lingkungannya (Mukminan, 1997: 7). Masalah belajar
dalam pandangan behaviorisme, secara umum, memiliki beberapa teori, antara lain:
teori Connectionism, Classical Conditioning, Contiguous Conditioning, serta
Descriptive Behaviorisme atau yang lebih dikenal dengan nama Operant
Conditioning.

B. TEORI KEPRIBADIAN PEMBIASAAN KLASIKAL MENURUT


PAVLOV

Karya Pavlov mengenai pengkondisian sangat mempengaruhi psikologi


behavioristik di Amerika. Classic conditioning (pengkondisian ) adalah proses yang
ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing , dimana perangsang asli
dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga
memunculkan reaksi yang diinginkan. Belajar menurut teori ini adalah suatu proses
perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi.Yang
terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah adanya latihan dan pengulangan.
Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah terjadi secara otomatis keaktifan dan
penentuan pribadi dihiraukan. (Alwisol, 2004: 402)
Ivan Petrovich Pavlov mengemukakan bahwa dengan menerapkan strategi
ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara stimulus alami dengan stimulus
yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara
individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar
dirinya. Strategi Pavlo ini individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti
stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon
yang diinginkan. Sementara individu tidak sadar dikendalikan oleh stimulus dari luar.
(Juntika Syamsu,2008:124)

Struktur, Dinamika, dan Perkembangan Kepribadian Menurut Pavlov

Struktur Kepribadian menurut pandangan Pavlov terbagi atas dua bagian yaitu :
(Alwisol, 2004: 402)

1. Tingkah laku responden (Responden Behavior)

Respon yang dihasilkan organisme untuk menjawab stimulus secara spesifik


berdasarkan respon yang diberikan, seperti mengeluarkan air liur ketika melihat
makanan.

2. Tingkah laku operan (operant behavior)

Respon yang dimunculkan organisme tanpa adanya stimulus spesifik yang langsung
memaksa terjadinya respon itu. Organisme dihadapkan kepada pilihan-pilihan respon
mana yang akan dipakai untuk menanggapi suatu stimulus.

Dinamika dan Perkembangan kepribadian Menurut pandangan Pavlov: (Alwisol,


2004: 402)

Pavlov yakin bahwa kepribadian dapat dipahami dengan mempertimbangkan


tingkah laku dalam hubungan yang terus menerus dengan lingkungan nya. Cara yang
efektif untuk mengubah dan mengontrol tingkah laku adalah penguatan, maksudnya
dengan diberikan penguatan-penguatan yang positif, maka tingkah laku seseorang
akan bisa berubah dan terkontrol dengan baik. Strategi untuk mengubah tingkah laku
menurut pandangan Pavlov itu pada dasarnya ada dua yaitu : (Alwisol, 2004: 402)

1. Conditioning Clasik, disebut juga dengan conditioning responden karena


tingkah laku dipelajari dengan memanfaatkan hubungan stimulus respon yang
bersifat reflek.
2. Conditioning Operan, conditioning operan tidak tergantung kepada tingkah
laku otomatis atau refleks sehingga jauh lebih fleksibel dibandingkan dengan
conditioning clasik.

C. TEORI BELAJAR MENURUT SKINER

Burhuss Frederic Skinner lahir pada tanggal 20 Maret 1904 di sebuah kota
kecil bernama Susquehanna, Pennsylvania. Ayahnya adalah seorang pengacara dan
ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang baik. Ia merefleksikan tahun-tahun
awal kehidupannya sebagai suatu masa dalam lingkungan yang stabil, di mana belajar
sangat dihargai dan disiplin sangat kuat. Skinner mendapat gelar BA-nya dalam sastra
bahasa inggris pada tahun 1926 dari Presbyterian-founded Humilton College. Setelah
wisuda, ia menekuni dunia tulis menulis sebagai profesinya selama dua tahun. Pada
tahun 1928, ia melamar masuk program pasca sarjana psikologi Universitas Harvard.
Ia memperoleh MA pada tahun 1930 dan Ph.D pada tahun 1931. Pada tahun 1945,
dia menjadi kepala departemen psikologi Universitas Indiana. Kemudian 3 tahun
kemudian, tahun 1948, dia diundang untuk datang lagi ke Universitas Harvard. Di
Universitas tersebut dia menghabiskan sisa karirnya. Skinner adalah seseorang yang
aktif dalam berbagai kegiatan, seperti melakukan berbagai penelitian, membimbing
ratusan calon doktor, dan menulis berbagai buku. Meski tidak sukses sebagai penulis
buku fiksi dan puisi, ia menjadi salah satu penulis psikologi terbaik. Salah satu
karyanya yang terkenal adalah Walden II. Pada tanggal 18 Agustus 1980, Skinner
meninggal dunia karena penyakit Leukemia.

Skinner memiliki tiga asumsi dasar dalam membangun teorinya:

1. Behavior is lawful (perilaku memiliki hukum tertentu)


2. Behavior can be predicted (perilaku dapat diramalkan)
3. Behavior can be controlled (perilaku dapat dikontrol)

Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep


para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana,
namun lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon
yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan
perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh
sebelumnya. Untuk lebih lengkapnya penulis akan membahas teori kondisioning
operan pada bagian berikut ini.

1. Sejarah teori Kondisioning Operan menurut B.F. Skinner

Asas pengkondisian operan B.F Skinner dimulai awal tahun 1930-an, pada
waktu keluarnya teori S-R. Pada waktu keluarnya teori-teori S-R. pada waktu itu
model kondisian klasik dari Pavlov telah memberikan pengaruh yang kuat pada
pelaksanaan penelitian

Skinner tidak sependapat dengan pandangan S-R dan penjelasan reflex


bersyarat dimana stimulus terus memiliki sifat-sifat kekuatan yang tidak mengendur.
Menurut Skinner penjelasan S-R tentang terjadinya perubahan tingkah laku tidak
lengkap untuk menjelaskan bagaimana organisme berinteraksi dengan
lingkungannya. Bukan begitu, banyak tingkah laku menghasilkan perubahan atau
konsekuensi pada lingkungan yang mempunyai pengaruh terhadap organisme dan
dengan begitu mengubah kemungkinan organisme itu merespon nanti.
Asas-asas kondisioning operan adalah kelanjutan dari tradisi yang didirikan
oleh John Watson. Artinya, agar psikologi bisa menjadi suatu ilmu, maka studi
tingkah laku harus dijadikan fokus penelitian psikologi. Tidak seperti halnya
teoritikus-teoritikus S-R lainnya, Skinner menghindari kontradiksi yang ditampilkan
oleh model kondisioning klasik dari Pavlov dan kondisioning instrumental dari
Thorndike. Ia mengajukan suatu paradigma yang mencakup kedua jenis respon itu
dan berlanjut dengan mengupas kondisi-kondisi yang bertanggung jawab atas
munculnya respons atau tingkah laku operan.

2. Kajian Teori Kondisioning Operan Menurut B.F.Skiner

Kondisian operan adalah sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi-


konsekuensi dari prilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan
diulangi. Inti dari teori behaviorisme Skinner adalah Pengkondisian operan
(kondisioning operan). Ada 6 asumsi yang membentuk landasan untuk kondisioning
operan (Margaret E. Bell Gredler, hlm 122). Asumsi-asumsi itu adalah sebagai
berikut:

 Belajar itu adalah tingkah laku.


 Perubahan tingkah-laku (belajar) secara fungsional berkaitan dengan adanya
perubahan dalam kejadian-kejadian di lingkungan kondisi-kondisi
lingkungan.
 Hubungan yang berhukum antara tingkah-laku dan lingkungan hanya dapat di
tentukan kalau sifat-sifat tingkah-laku dan kondisi eksperimennya di
devinisikan menurut fisiknya dan di observasi di bawah kondisi-kondisi yang
di control secara seksama.
 Data dari studi eksperimental tingkah-laku merupakan satu-satunya sumber
informasi yang dapat di terima tentang penyebab terjadinya tingkah laku.
Menurut Skinner (J.W. Santrock, 272) unsur yang terpenting dalam belajar adalah
adanya penguatan (reinforcement ) dan hukuman (punishment).Penguatan dan
Hukuman. Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan
probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Sebaliknya, hukuman (punishment)
adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku.

Menurut Skinner penguatan berarti memperkuat, penguatan dibagi menjadi dua


bagian yaitu :

 Penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi


respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung
(rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen,
kado, makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk
menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai
A, Juara 1 dsb).
 Penguatan negatif, adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi
respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang
oomerugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara
lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau
menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka
kecewa dll).

Satu cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan penguatan negatif
adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh. Dalam
penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau di hilangkan. Adalah mudah
mengacaukan penguatan negatif dengan hukuman. Agar istilah ini tidak rancu, ingat
bahwa penguatan negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu prilaku,
sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya perilaku.
Ingat bahwa penguatan bisa berbentuk postif dan negatif. Dalam kedua bentuk itu,
konsekuensi meningkatkan prilaku. Dalam hukuman, perilakunya berkurang.

Skinner menghasilkan suatu sistem ringkas yang dapat diterapkan pada dinamika
perubahan tingkah laku baik di laboratorium maupun di dalam kelas. Belajar, yang
digambarkan oleh makin tingginya angka keseringan respons, diberikan sebagai
fungsi urutan ketiga unsure (SD)-(R)-(R Reinsf). Skinner menyebutkan praktek khas
menempatkan binatang percobaan dalam “kontigensi terminal”. Maksudnya, binatang
itu harus berusaha penuh resiko, berhasil atau gagal, dalam mencari jalan lepas dari
kurungan atau makanan. Bukannya demikian itu prosedur yang mengena ialah
membentuk tingkah-laku binatang itu melalui urutan Sitimulus-respon-penguatan
yang diatur secara seksama.

Skinner menggambarkan praktek “tugas dan ujian” sebagai suatu contoh


menempatkan pelajar yang manusia itu dalam kontigensi terminal juga. Skinner
menyarankan penerapan cara pemberian penguatan komponen tingkah laku seperti
menunjukkan perhatian pada stimulus dan melakukan studi yang cocok terhadap
tingkah laku. Hukuman harus dihindari karena adanya hasil sampingan yang bersifat
emosional dan tidak menjamin timbulnya tingkah laku positif yang diinginkan.
Analisa yang dilakukan Skinner tersebut diatas meliputi peran penguat berkondisi dan
alami, penguat positif dan negative, dan penguat umum.

Dengan demikian beberapa prinsip belajar yang dikembangkan oleh Skinner antara
lain:

 Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah


dibetulkan, jika benar diberi penguat.
 Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
 Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
 Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
 Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Namun ini
lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
 Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebagainya.
Hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable rasio reinforce
 Dalam pembelajaran, digunakan shaping.

Disamping itu pula dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan
selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar,
diantaranya :

 Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi


dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan
meningkat.
 Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah
diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus
penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan
musnah.

3. Aplikasi Skinner terhadap pembelajaran.

 Beberapa aplikasi teori belajar Skinner dalam pembelajaran adalah sebagai


berikut:
 Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
 Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan
dan jika benar diperkuat.
 Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran
digunakan sistem modul.
 Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
 Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
 Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
 Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari
pelanggaran agar tidak menghukum.
 Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
 Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu)
 Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat
mencapai tujuan.
 Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan pembentukan (shaping).
 Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.
 Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine.
 Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas
menurut waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya.
Sehingga naik atau tamat sekolah dalam waktu yang berbeda-beda. Tugas
guru berat, administrasi kompleks.

4. Analisa Perilaku terapan dalam pendidikan

Analisis Perilaku terapan adalah penerapan prinsip pengkondisian operan untuk


mengubah perilaku manusia. Ada tiga penggunaan analisis perilaku yang penting
dalam bidang pendidikan yaitu:

1. Meningkatkan perilaku yang diharapkan

Ada lima strategi pengkondisian operan dapat dipakai untuk meningkatkan perilaku
anak yang diharapkan yaitu:
a. Memilih Penguatan yang efektif

Tidak semua penguatan akan sama efeknya bagi anak. Analisis perilaku
terapan menganjurkan agar guru mencari tahu penguat apa yang paling baik untuk
anak, yakni mengindividualisasikan penggunaan penguat tertentu. Untuk mencari
penguatan yang efektif bagi seorang anak, disarankan untuk meneliti apa yang
memotivasi anak dimasa lalu, apa yang dilakukan murid tapi tidak mudah
diperolehnya, dan persepsi anak terhadap manfaat dan nilai penguatan. Penguatan
alamiah seperti pujian lebih dianjurkan ketimbang penguat imbalan materi, seperti
permen, mainan dan uang.

b. Menjadikan penguat kontingen dan tepat waktu

Agar penguatan dapat efektif, guru harus memberikan hanya setelah murid
melakukan perilaku tertentu. Analisis perilaku terapan seringkali menganjurkan agar
guru membuat pernyataan “jika…maka”. penguatan akan lebih efektif jika diberikan
tepat pada waktunya, sesegera mungkin setelah murid menjalankan tindakan yang
diharapkan. Ini akan membantu anak melihat hubungan kontingensi antar-imbalan
dan perilaku mereka. Jika anak menyelesaikan perilaku sasaran (seperti mengerjakan
sepuluh soal matematika) tapi guru tidak memberikan waktu bermain pada anak,
maka anak itu mungkin akan kesulitan membuat hubungan kontingensi.

c. Memilih jadwal penguatan terbaik

Menyusun jadwal penguatan menentukan kapan suatu respons akan diperkuat.


Empat jadwal penguatan utama adalah

1. Jadwal rasio tetap: suatu perilaku diperkuat setelah sejumlah respon.

2. Jadwal rasio variabel : suatu perilaku diperkuat setelah terjadi sejumlah respon,
akan tetapi tidak berdasarkan basis yang dapatdiperidiksi.
3. Jadwal interval - tetap : respons tepat pertama setelah beberapa waktu akan
diperkuat.

4. Jadwal interval - variabel : suatu respons diperkuat setelah sejumlah variabel


waktu berlalu.

d. Menggunakan Perjanjian.

Perjanjian (contracting) adalah menempatkan kontigensi penguatan dalam


tulisan. Jika muncul problem dan anak tidak bertindak sesuai harapan, guru dapat
merujuk anak pada perjanjian yang mereka sepakati. Analisis perilaku terapan
menyatakan bahwa perjanjian kelas harus berisi masukan dari guru dan murid.
Kontrak kelas mengandung pernyataan “jika… maka” dan di tandatangani oleh guru
dan murid, dan kemudian diberi tanggal.

e. Menggunakan penguatan negatif secara efektif

Dalam penguatan negatif, frekuensi respons meningkat karena respon tersebut


menghilangkan stimulus yang dihindari.seorang guru mengatakan”Pepeng, kamu
harus menyelesaikan PR mu dulu diluar kelas sebelum kamu boleh masuk kelas ikut
pembelajaran” ini berarti seorang guru menggunakan penguatan negatif.

2. Menggunakan dorongan (prompt) dan pembentukkan (shaping).

Prompt (dorongan) adalah stimulus tambahan atau isyarat tambahan yang diberikan
sebelum respons dan meningkatkan kemungkinan respon tersebut akan terjadi.
Shapping (pembentukan) adalah mengajari perilaku baru dengan memperkuat
perilaku sasaran.

3. Mengurangi perilaku yang tidak diharapkan.


Ketika guru ingin mengurangi perilaku yang tidak diharapkan (seperti mengejek,
mengganggu diskusi kelas, atau sok pintar) yang harus dilakukan berdasarkan analisis
perilaku terapan adalah

o Menggunakan Penguatan Diferensial.


o Menghentikan penguatan (pelenyapan)
o Menghilangkan stimuli yang diinginkan.
o Memberikan stimuli yang tidak disukai (hukuman)
o Kelebihan dan kekurangan Menurut B.F. Skinner

a. Kelebihan

Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal
ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan
adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan
meminimalkan terjadinya kesalahan.

b. Kekurangan

Beberapa kelemahan dari teori ini berdasarkan analisa teknologi (Margaret E.


B. G. 1994) adalah bahwa: (i) teknologi untuk situasi yang kompleks tidak bisa
lengkap; analisa yang berhasil bergantung pada keterampilan teknologis, (ii)
keseringan respon sukar diterapkan pada tingkah laku kompleks sebagai ukuran
peluang kejadian. Disamping itu pula, tanpa adanya sistem hukuman akan
dimungkinkan akan dapat membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang
sebuah kedisiplinan. hal tersebuat akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-
mengajar. Dengan melaksanakan mastery learning, tugas guru akan menjadi semakin
berat.

Beberapa Kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan


hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner
hukuman yang baik adalah anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya.
Misalnya anak perlu mengalami sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari
kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan,
cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada siswa.

D. TEORI PEMBELAJARAN MENURUT BANDURA

Teori Belajar Sosial , Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura seorang
ahli psikologi pendidikan dari Stanford University,USA. Teori pembelajaran ini
dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana seseorang mengalami pembelajaran
dalam lingkungan sekitarnya.
Bandura (1977) menghipotesiskan bahwa tingkah laku lingkungan dan
kejadian – kejadian internal pada pembelajaran yang mempengaruhi persepsi dan aksi
adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh.
Dari uraian tentang teori belajar sosial, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Belajar merupakan interaksi segitiga yang saling berpengaruh dan mengikat
antara lingkungan, faktor-faktor personal dan tingkah laku yang meliputi proses-
proses kognitif belajar.
2. komponen-komponen belajar terdiri dari tingkah laku, konsekuensi-
konsekuensi terhadap model dan proses-proses kognitif pembelajar.
3. hasil belajar berupa kode-kode visual dan verbal yang mungkin dapat
dimunculkan kembali atau tidak (retrievel).
4. dalam perencanaan pembelajaran skill yang kompleks, disamping
pembelajaran-pembelajaran komponen-komponen skill itu sendiri, perlu
ditumbuhkan “sense of efficacy” dan self regulatory” pembelajar.
5. dalam proses pembelajaran, pembelajar sebaiknya diberi kesempatan yang
cukup untuk latihan secara mental sebelum latihan fisik, dan “reinforcement” dan
hindari punishment yang tidak perlu.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Beberapa kesimpulan yang dapat diberikan setelah mengkaji teori kepribadian:

1. Teori belajar kepribadian memberi banyak kontribusi untuk praktik pengajaran.


Konsekuensi penguatan dan hukuman adalah bagian dari kehidupan dan murid. Jika
dipakai secara efektif, pandangan teori ini akan dapat membantu para guru dalam
pengelolaan kelas. Demikian pula prinsip-prinsip dan hukum-hukum belajar yang
tertuang dalam teori ini akan membantu guru dalam menggunakan pendekatan
pengajaran yang cocok untuk mencapai hasil belajar dan perubahan tingkah laku yang
positif bagi anak didik.

2. Teori pengkondisian operan Skinner terlalu banyak menekankan pada control


eksternal atas perilaku murid. Teori ini berpandangan bahwa strategi yang lebih baik
adalah membantu murid belajar mengontrol perilaku mereka sendiri dan menjadi
termotivasi secara internal. Teori behaviorisme tidak memberi cukup perhatian pada
proses kognitif dalam proses belajar.

3. Pembiasaan klasikal (Classical Conditioning) merupakan tipe belajar yang


menekankan stimulus netral memerlukan kapasitas untuk merangsang respon yang
secara orisinil terangsang oleh stimulus yang lain.

4. Bandura memiliki pendapat tersendiri dalam kaitannya dengan hakikat


manusia dan kepribadian. Asumsinya itu adalah sebagai berikut.

a. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang sadar, berpikir, merasa dan
mengatur tingkah lakunya sendiri. Dengan demikian manusia bukan seperti pion atau
bidak yang mudah sekali dipengaruhi atau dimanipulasi oleh lingkungan. Hubungan
antara manusia dengan lingkungan bersifat saling mempengaruhi satu sama lainnya.

b. Kepribadian berkembang dalam konteks sosial, interaksi antara satu sama


lainnya. Dengan demikian teori kepribadian yang tepat adalah yang
mepertimbangkan konteks sosial tersebut. B.

B. SARAN

Berdasarkan kelompok kami dari makalah ini diharapkan dapat menjadi pendidik
menjadi bekal kita nantinya sebagai calon penididik agar tercapai tujuan
pembelajaran yang efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang: U MM Press

Syamsu, Juntika. 2008. Teori Kepribadian. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Bell Gredler, E. Margaret. 1991. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: CV. Rajawali

Moll, L. C. (Ed.). 1994. Vygotsky and Education: Instructional Implications


and Application of Sociohistorycal Psychology. Cambridge: Univerity Press

Degeng, I Nyoman Sudana. 1989. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variable.


Jakarta: Depdikbud

Gagne, E.D., (1985). The Cognitive Psychology of School Learning. Boston,


Toronto: Little, Brown and Company

Light, G. and Cox, R. 2001. Learning and TeacTeori Belajar Behavioristik

Slavin, R.E. 2000. Educational Psychology: Theory and Practice. Sixth


Edition. Boston: Allyn and Bacon

John W. Satrock, 2007. Psikologi Pendidikan. edisi kedua. PT Kencana Media


Group: Jakarta.

Prasetya Irawan, dkk, 1997. Teori belajar. Dirjen Dikti: Jakarta

Arie Asnaldi, 2005. Teori -Teori belajar.

B.F. Skinner and radical behaviorism, Ali, Muh. 1978. Guru Dalam Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Davies, WCR. 1971. The Management of Learning. London: Mc Graw Hill


Book Company.

https://wildan-archibald.blogspot.com/p/teori-kepribadian-behavioristik.html

http://psycholocious.blogspot.com/2013/02/teori-belajar-sosial-albert-bandura.html

Anda mungkin juga menyukai