Anda di halaman 1dari 11

NAMA.

: ANDY WIBOWO

Nim. :1986206010

Prodi. :pgsd

Artikel :1

Judul. :PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PEMANFAATAN MULTIMEDIA

Penulis:Ariani, Niken dan Haryanti, Dany.

Sumber: https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=proses+membaca+permulaan&oq=proses+membaca#d=gs_qabs&u=%23p
%3DrXLXErg4RkwJ

Pesan-pesan multimedia yang dirancang seiring dengan tata cara otak manusia akan lebih mengarah ke
pembelajaran yang penuh makna, dibandingkan dengan yang tidak seiring kerja otak
manusia.Pemrosesan aktif beranggapan bahwa manusia adalah procesor aktif yang berusaha untuk
menalar dan memasukakalkan setiap presentasi multimedia. Proses kognitif aktif ini meliputi
memberikan perhatian, menata informasi yang masuk, dan memadukan antarainformasi yang masuk
dengan pengetahuan lainnya.Analisis Data Kualitatif Berdasarkan hasil pengamatan selama pelaksanaan
tindakan maka data kualitatif yang didapatkan dalam penelitian ini dapat ditinjau dari: 1. Proses
pembelajaran : a) Guru: melaksanakan pembelajar-an sesuai dengan rencana, dan trampil dalam
memanfaatkan multimedia;

b) Anak: antusias, ikut terlibat aktif dalam meniru pengucapan, membaca, menyanyi, menjawab
pertanyaan dan tertantang melalui permainan;

c) Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mem-baca Permulaan (Kegiatan Awal, meliputi: menyanyikan lagu,
review pelajaran sebelumnya, menjelaskan tujuan pelajaran hari itu, mem-persiapkan anak pada materi
pelajaran. Kegiatan Inti, meliputi: membaca, menyanyi dan menghafal huruf; memahami perbedaan
huruf vocal dan konsonan; menghitung dan membaca huruf tertentu dalam kata; mengenal, meniru
pengucapan atau membaca suku kata, kata dan kalimat sederhana; bermain game seperti: menebak
kata yang sesuai dengan gambar, melengkapi kata dengan mengisi huruf yang hilang, menyusun urutan
kata menjadi kalimat sederhana. Kegiatan Akhir, meliputi: pemberian penguatan pada anak,
membagikan lembar observasi atau lembarkerja dan menilai kemampuan anak).

Berdasarkan temuan dan pembahasan, penelitian ini menyimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan beberapa metode membaca permulaan (fonik,linguistik,SAS, flash card, membaca
lagu, game komputer) yang tersimpan dalam perangkat lunak/software dan ditampilkan melalui
multimedia berupa gambar, suara atau animasi serta strategy pembelajaran melalui pemanfaatan
multimedia yang berfokus pada guru (presentasi, demontrasi, latihan dan praktek, diskusi, permainan)
yang dirancang secara variatif dan menarik mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan
menyenangkan. Dengan demikian, pemanfaatan multimedia membawa keuntungan baik bagi guru
maupun siswa. Multimedia dapat memudahkan guru dalam menyampaikan materi pelajaran membaca
permulaan dan merancang lingkungan belajar yang menantang sehingga terjadi perubahan sikap siswa
yang diikuti dengan Mpeningkatan prestasi pada siswa.

KELEBIHAN :

1 siswa dapat antusias, ikut terlibat aktif dalam meniru pengucapan, membaca, menyanyi, menjawab
pertanyaan dan tertantang melalui permainan; yang ada di Media pembelajaran

2.anak anak akan lebih tertarik kerena adanya multimedia kerena adanya hal hal yang menarik di
sebuah media sehingga memicu minat untuk membaca .

3.meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak Taman Kanak-kanak, kiranya dapat memacu
guru atau peneliti lainnya dalam mengembangkan pembelajaran dengan menggunakan multimedia ini
agar terjadi peningkatan kemampuan nak di berbagai bidang pelajaran lainnya. Dengan demikian, dapat
meningkatkan keprofesionalan guru, diikuti dengan peningkatan kualitas siswa sebagai bibit unggulan
bangsa.

Kekurangan

1Anak-anak semakin ketergantungan / kecanduan mengunakan multimedia

2.harus tersedia bahan pembelajaran dengan multimedia kerena fasilitas multimedia yang menunjang
keberhasilan pembelajaran

Alasan : saya memilih artikel ini untuk meneliti sejauh mana peran multimedia dalam permulaan
pembelajaran membaca

Artikel 2
JUDUL : METODE PEMBELAJARAN MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN DI KELAS AWAL

Pelulis.:Asep Muhyidin, Odin Rosidin, Erwin Salpariansi

Sumber: https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=proses+membaca+permulaan&oq=proses+membaca#d=gs_qabs&u=%23p
%3D7fy9zHArGeUJ

metode Pembelajaran Membaca Permulaan Pembelajaran membaca permulaan di kelas I SDN Serang 2
Kota Serang menggunakan beberapa metode diantaranya adalah

1) metode bunyi,

2) metode abjad,

3) metode suku kata, dan

4) metode kata

lembaga Metode bunyi digunakan oleh guru untuk mengenal huruf a sampai dengan z serta cara
pengucapannya. Dalam pelaksanaannya, metode bunyi melalui proses latihan terus menerus (drill).
Contoh metode bunyi: huruf /p/ dilafalkan [ep] /d/ dilafalkan [ed]. Dengan demikian. Kata padi dieja
menjadi: /ep-a/ [pa]/ed-i/ [di] dibaca [pa-di].Pembelajaran membaca permulaan dengan metode abjad
dimulai dengan mengenalkan huruf- huruf secara alfabetis. Huruf-huruf tersebut dihafalkan dan
dilafalkan anak sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Pada huruf-huruf tertentu yang ada kemiripan
bentuk, guru membedakan huruf-huruf /b-d/, /p-q/, /n-u/, dan /m- w-v/ dengan cara memberi warna
yang berbeda pada kartu abjad.

Kemudian dilatih secara berulang-ulang sampai mengerti. Metode suku kata ini diawali dengan langkah
guru mengenalkan suku kata seperti ba, bi bu, be, bo, ca, ci, cu, ce, co, da, di, du, de, do, dan seterusnya.
Kemudian suku-suku kata tersebut dirangkaikan menjadi kata- kata yang bermakna, misalnya: /ba –
bi/, /cu – ci/, /da – da/. Lalu, dari suku kata tersebut dirangkaikan menjadi kalimat sederhana yang
dimaksud dengan proses perangkaian kata menjadi kalimat sederhana. Metode kata lembaga
merupakan metode peralihan antara metode bunyi dengan metode global. Guru memulai materi ajar
dari kata yang dekat dengan anak, dipahami, dan sering didengar. Karena dalam konsep seperti ini,
maka materi ajar itu dalam bentuk gambar dan nama gambar di bawahnya. Misalnya gambar seorang
anak laki- laki bernama Didi atau gambar bola dan gambar-gambar yang lain.

Kelebihan
Cara di atas sangatlah efektif di kerenakan banyak metode yang di gunanakan antara lain metode
bunyi,abjad,suku kata , dan kata, semua metode itu bisa di terapkan untuk menunjang keberhasilan
dalam pembelajaran awal ,

Kekurangan

tidak semua murid bisa memahami metode tersebut oleh kerena itu guru harus bersabar dalam
pembelajaran kerena setiap pembelajaran. ada kalanya murid tidak memperhatikan oleh kerena itu
untuk mengetahui apakah murid-murid kita ini memperhatikan kita saat mengajar pelajaran tertentu
atau tidak, guru bisa melakukan diskusi atau debat argumen supaya mereka mau mengeluarkan
pendapatnya. memang tidak semua murid kita akan bisa berpendapat dengan baik, beberapa ada yang
terkendala masalah komunikasi. namun, apapun respon mereka, pancing terus mereka untuk
berpendapat dan hargai setiap pendapat yang mereka lontarkan. selain materi pembelajaran dapat
mudah mereka fahami, kita juga mengajarkan mereka untuk berani berbicara dan menerima pendapat
orang lain. hal ini merupakan dasar komunikasi yang baik untuk bekal murid-murid kita di masa depan.

Alasan: untuk mempelajari metode-metode permulaan membaca agar mengetahui struktur-struktur


dalam mengajar membaca

Artikel 3

Judul : PENGARUH METODE MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA


PERMULAAN PADA ANAK KELAS AWAL SEKOLAH DASAR
Penulis : Sri Utami Soraya Dewi

Sumber:https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=proses+membaca+permulaan&oq=proses+membaca#d=gs_qabs&u=%23p
%3DorCR_-upKe0J

Meskipun membaca dan menulis merupakan kemampuan dasar akademis yang penting, ternyata cukup
banyak siswa sekolah dasar di Indonesia yang belum menguasainya. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa kemampuan membaca siswa sekolah di tingkat sekolah dasar saat ini memiliki kecenderungan
rendah. Hasil survei yang dilakukan Widyana (2006, dalam Ruhaena, 2008) terhadap 17 sekolah dasar di
wilayah kota Yogyakarta dan kabupaten Sleman DIY didapatkan 12% dari 170 siswa sekolah dasar kelas
satu dan dua belum dapat membaca kalimat sederhana dengan lancar. Selain itu, dari penelitian yang
dilakukan oleh Balitbang Depdiknas 2005-2006 (dalam Noor, 2008), ditemukan beberapa permasalahan
berkaitan dengan kemampuan baca tulis siswa seperti untuk siswa kelas satu masih sulit membedakan
ng dan ny, serta masih sulit untuk membaca lancar dan untuk siswa kelas dua masih kesulitan mengenali
suku kata dan merangkainya menjadi kata.Penelitian awal yang dilakukan penulis di salah satu Sekolah
Dasar Negeri di Surabaya juga menghasilkan temuan adanya sebagian siswa kelas satu yang belum
mampu membaca dan menulis dengan lancar.

Tujuan utama dari membaca permulaan adalah agar anak dapat mengenal tulisan sebagai lambang atau
simbol bahasa sehingga anak-anak dapat menyuarakan tulisan tersebut (Wardani, 1995). Menurut
Wrigth, dkk (1993 dalam Sukartiningsih, 2004), mengajar anak untuk dapat membaca dan menulis bukan
merupakan kegiatan yang mudah, karena anak-anak usia kelas awal masih berada dalam usia bermain
dan belum memungkinkan untuk menghadapkan mereka pada situasi pembelajaran yang serius.
Menurut Hurlock (2004) anak usia kelas satu SD masih berada pada masa senang bermain. Mueller
(2006) juga mengungkapkan bahwa mengajarkan anak membaca dibutuhkan strategi yang sesuai
dengan dunia anak yaitu bermain, dengan kata lain belajar dengan suasana yang menyenangkan.

Pada pembelajaran membaca dengan menggunakan metode multisensori, anak dihadapkan pada
konsep baru mengenai cara belajar membaca dengan menggunakan alat indera mereka. Anak belajar
menyebut nama-nama huruf vokal dan konsonan. Maka, anak tersebut telah mengasimilasi informasi ini
ke dalam skemata yang telah ada sebelumnya. Akan tetapi anak tersebut segera mempelajari bahwa
penggabungan huruf konsonan dan vokal dapat menghasilkan bunyi yang berbeda-beda lalu
mengakomodasi skema tersebut. Penyesuaian ini mencerminkan kemampuan dirinya untuk melakukan
sedikit perubahan terhadap gambarannya tentang dunianya .

Kepekaan yang lebih tinggi pada anak yang belajar membaca dengan menggunakan metode multisensori
dihasilkan dari perangsangan yang diberikan melalui empat modalitas indera. Selain memperkuat proses
persepsi sebagai gerbang menuju proses yang lebih tinggi, hal ini juga memperkuat jalannya proses
membaca yang memang membutuhkan ketrampilan dan koordinasi dari berbagai alat indera.
Metode multisensori memiliki tahap recall, dimana anak diberi kesempatan untuk mengingat kembali
hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya. Menurut Grainger repetisi yang dilakukan dalam metode
membaca perlu dilakukan untuk mengatasi problem memori apa saja dan membantu prosesing
otomatis yang memungkinkan anak-anak mengenali kata-kata dengan cepat.

Kelebihan : peningkatan kemampuan anak-anak untuk mengodekan banyak informasi yang semakin
banyak secara otomatis. Sebagai contoh, setelah anak-anak belajar membaca dengan baik, mereka tidak
memikirkan setiap huruf dalam sebuah kata sebagai satu huruf, melainkan mereka mengodekan seluruh
kata. Sementara itu, yang terjadi dalam penelitian ini adalah kurang familiarnya anak terhadap konsep
bunyi huruf atau fonem. Anak terbiasa menyebutkan nama huruf atau silabel ketika ditanyakan bunyi
dari beberapa bentuk huruf. Hasil penelitian ini menunjukkan anak sudah mampu mengenali rangkaian
bunyi yang membentuk suatu kata yang terdiri dari dua silabel dengan struktur yang sederhana.

Kekurangan:

1.Kesulitan yang dialami para subjek dapat dikaitkan dengan penyebab munculnya permasalahan dalam
membaca yang dikemukakan oleh Westwood (2001), yaitu kurangnya pengajaran tentang
korespondensi huruf-suara, kurangnya waktu untuk latihan membaca, stimulasi perkembangan bahasa
yang kurang tepat, kurangnya kesadaran fonemik, pengaruh sosial dan budaya, serta faktor intrinsik
siswa dan respon afektif terhadap kegagalan.

2.kurang familiarnya anak terhadap konsep bunyi huruf atau fonem. Anak terbiasa menyebutkan nama
huruf atau silabel ketika ditanyakan bunyi dari beberapa bentuk huruf.

Alasan: kerena Metode ini dapat menjadi alternatif metode membaca untuk diterapkan secara praktis di
kalangan sekolah formal.

Selain itu beranggapan bahwa melalui metode ini anak dapat belajar membaca dengan lebih baik,
ditunjang oleh proses pelaksanaan yang mudah dipraktekkan guru dan memudahkan anak–anak, serta
menjadi media belajar yang menarik.
Artikel 4

Judul : STRATEGI MENGUSIK (MENGEJA DENGAN MUSIK) SEBAGAI CARA CEPAT BELAJAR MEMBACA
PERMULAAN DI SEKOLAH DASAR

Penulis: Munawaroh Epriliani Aminah dan Ana Fitrotun Nisa2

Sumber:https://scholar.google.com/scholar?
start=20&q=related:Ucr3faXMBqEJ:scholar.google.com/&hl=id&as_sdt=0,5#d=gs_qabs&u=%23p
%3DHDidzXB2qLwJ
Membaca merupakan proses pengubahan lambang visual (katon) menjadi lambang bunyi (auditoris).
Pengertian ini menyiratkan makna membaca yang paling dasar yang terjadi pada kegiatan membaca
permulaan. Pada tahap ini kegiatan membaca ditujukan pada pengenalan lambang-lambang bunyi yang
belum menekankan aspek makna/ informasi. Sasarannya adalah melek huruf hingga kemampuan
sesungguhnya yang bertumpu pada melek wacana. Melek huruf adalah kemampuan menegenali
lambang-lambang bunyi bahasa dan dapat melafalakannya dengan benar.

Di kelas awal SD, peserta didik dikelompokkan untuk mengetahui kemampuan awal bacaan mereka.
Selanjutnya dalam penyampaian materi bacaan fonetik dilaksanakansecara langsung dengan
menggunakan fonetik strategi mengajar dengan musik- sebagai cara cepat belajar membaca. Fonetik
digunakan untuk membangun penguasaan peserta didik terhadap hubungan antara huruf dan suara
serta pencampuran suara (sound blending) Suara dan nada dalam dunia anak sangat erat kaitannya
dengan musik. Untuk menghindari kesalahpahaman, perlu ditegaskan bahwa makna musik dalam artikel
ini meliputi pengertian yang luas. Hal itu karena menurut Mckechnie (dalam Muhaya)21, secara
etimologis kata musik berasal dari bahasa Yunani mousike yang memiliki beberapa arti,

yaitu:
• Seni dan ilmu pengetahuan yang membahas cara meramu vokal atau suara alat-alat musikdalam
berbagai lagu, yang dapat menyentuh perasaan;
• Susunan dari suara atau nada;

• Pergantian ritme dari suara yang indah, seperti suara burung dan air;
• Kemampuan untuk merespons atau menikmati musik;buah grup pemain musik dan lain sebagainya.

Strategi mengusik sebagai cara cepat belajar membaca menggunakan metode eja sebagai metode
membaca permulaan. Metode ini mengajarkan pada anak-anak huruf-huruf dalam abjad,dengan
namanya, bukan dengan bunyinya. Metode ini dikaitkan dengan kegemaran peserta didik di kelas awal
SD, yaitu bahwa peserta didik pada kelas awal SD masih dalam dunia bermain yang sangat gemar
dengan musik. Jadi, pada saat mengeja huruf dalam bacaan, peserta didik dapat melafalkannya dengan
musik, dalam hal ini musik berarti susunan dari suara atau nada saat melakukan kegiatan
membaca.Langkah-langkah Strategi “Mengusik” sebagai cara cepat belajar membaca yaitu:Pendidik
mengelompokan peserta didik berdasarkan kemampuan awal membaca mereka (pengelompokan
kemampuan dapat disesuaikan dengan kemampuan awal peserta didik pada kondisi lapangan):

•Peserta didik dengan kemampuan awal

membaca tingkat 1Yaitu peserta didik dengan kemampuan awal membaca 1 sampai 2 suku kata. Misal:
ma (ma), pa (pa), makan (makan), roti (ro-ti), dua (du-a) cara tersebut bisa di perpadukan dengan
bernyanyi sehinga anak-anak dalam penghapalan eja, bisa lebih cepat kerena anak cenderung lebih
mudah mengingat suatu hal dengan bernnyanyi oleh
Sebab itu guru sering memaduakan musik dengan pelajaran. Agar mempermudah dalam penyampaian
materi yang di berikan

Kelebihan :

kegemaran peserta didik di kelas awal SD, yaitu bahwa peserta didik pada kelas awal SD masih dalam
dunia bermain yang sangat gemar dengan musik. Jadi, pada saat mengeja huruf dalam bacaan, peserta
didik dapat melafalkannya dengan musik, dalam hal ini musik berarti susunan dari suara atau nada saat
melakukan kegiatan membaca.

Kekurangan :

Tidak semua anak menyukai musik , jadi apa bila sulit mengajarkan dengan musik guru harus mencari
metode lain untuk melakukan pembelajaran.

Alasan : dari penerapan strategi ini yaitu peserta didik tidak cepat merasa bosan saat belajar membaca
permulaan serta menimbulkan motivasi belajar yang tinggi bagi peserta didik untuk belajar membaca

Artikel 5

Judul :MEDIA PUTARAN KATA UNTUKMENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACAPERMULAAN ANAK


USIA DINI

Penulis: Liya Zulianingsih


Rosa Imani Khan
Dema Yulianto

Sumber: https://scholar.google.com/scholar?
cites=15201124910920592635&as_sdt=2005&sciodt=0,5&hl=id#d=gs_qabs&u=%23p
%3D4o1CfGB3Q5AJ
dalam aetikel ini menjelaskan guru perlu menciptakan media pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan yang dapat digunakan belajar seraya bermain oleh anak usia dini. Semua anak pasti akan
menyukai cara belajar yang menyenangkan menggunakanmedia yang menarik, berwarna-warni dan
tidak monoton. Hal inilah yang sedang diupayakan oleh peneliti guna mengembangkan kemampuan
membaca permulaananak.Peneliti membuat Media Putaran Kata dari bahan kardus yang digunting
membentuk sebuah lingkaran besar dan dibungkus kertas berwarna-warni.

Pada lingkaran tersebut ditempelkan huruf-huruf, gambar-gambar dan kata-kata sehingga membentuk
pola putaran kata. Dari segi bentuk, ukuran dan tampilannya, Media Putaran Kata ini diharapkan sesuai
untuk digunakan di depan kelas oleh gurudan digunakan sebagai media pembelajaran membaca
permulaan di tingkat TK. Media Putaran Kata tidak memberikan nuansa yang kaku dan tidak
menjemukan bagi anak serta dikemas dalam suasana bermain, sehingga diharapkan anak akan tertarik
dan lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.Pembelajaran membaca permulaan
menggunakan media Putaran Kata dilakukan dengan meminta anak-anak untuk memutar media lalu
melepaskannya dan membiarkan media berhenti sendiri. Setelah berhenti, anak diminta untuk
menyebutkan huruf apa yang ditunjuk oleh jarum jam pada media tersebut dan gambar apa yang ada di
sebelah huruf serta mencari kata yang sesuai dengan gambar tersebut.

kepada anak usia dini dapat berlangsung efektif, harus disesuaikan dengan karakteristik dan tahap
perkembangannya, yakni melalui kegiatan bermain. Di Taman Kanak-kanak (TK), anak sudah mulai dapat
diajarkan membaca permulaan, tetapi harus sesuai dengan perkembangan anak, tanpa paksaan, dengan
cara yang menyenangkan, serta dibimbing oleh guru, karena

dasarnya memberikan pembelajaran membaca permulaan pada anak usia diniharus dengan suasana
yang menyenangkan serta tidak ada tekanan. Media Putaran Kata diharapkan dapat digunakan sebagai
alat peraga sekaligus alat permainan edukatif dalam kegiatan pembelajaran membaca permulaan. Dari
segi bentuk, ukuran dan tampilannya, Media Putaran Kata ini diharapkan sesuai untuk digunakan di
depan kelas oleh guru. Pembelajaran menggunakan Media Putaran Kata diharapkan dapat memberikan
nuansa yang menyenangkan dan tidak menjemukan bagi anak serta dikemas dalam suasana bermain,
sehingga anak diharapkan tertarik dan lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan
pembelajaranmembaca permulaan sehingga kemampuan membaca permulaan anak diharapkan dapat
lebih berkembang

Kelebihan : memberikan nuansa yang menyenangkan dan tidak menjemukan bagi anak serta dikemas
dalam suasana bermain, sehingga anak diharapkan tertarik dan lebih bersemangat dalam mengikuti
kegiatan pembelajaranmembaca permulaan sehingga kemampuan membaca permulaan anak
diharapkan dapat lebih berkembang.

Kekurangan: Materi yang diajarkan dalam putaran kata direspon berdasarkan tingkat pemahaman yang
berbeda-beda, tergantung kepada kemampuan anak tersebut. Beberapa anak mungkin dapat
menangkap materi dengan lebih cepat hanya dengan membaca, namun ada juga yang membutuhkan
waktu lebih lama sampai benar-benar paham. Bahkan ada juga yang membutuhkan penjelasan dari
orang lain agar dapat memahami materi yang dipelajari.

Alasan:kerena dengan metode ini sebagian anak mudah untuk memahami dengan permainan putar
kata, kerena memberikan nuansa yang menyenangkan dengan begitu anak bisa bersemangat dalam
belajar membaca

Anda mungkin juga menyukai