Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

TEORI DAN TEKNIK KONSELING

Teknik Konseling Psikoanalisis

Disusun oleh:

1. Muhamad Akbar Pratama (1913052009)


2. Agnesia Pusparara Febrina (1953052005)
3. Rani Qonita Zain (1913052055)
4. Qurniyati (1913052005)
5. Zatti Alikum (1953052001)

BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG
A. Teori Teknik Konseling Psikoanalisis

Teori psikoanalisis merujuk pada istilah yang dipopulerkan oleh Sigmun Freud. Secara garis
besar, teori ini menyatakan bahwa “ketidaksadaran” pada individu memiliki peran yang utama
dalam diri seseorang. Dengan landasan teori ini, Freud melakukan pengobatan mereka yang
menderita gangguan psikis.

Teori Psikoanalisis Freud telah menjadi teori yang paling banyak digunakan dan
dikembangkan hingga saat ini. Konsep teori ini digunakan untuk meneliti kepribadian seseorang
terhadap proses psikis yang tidak terjangkau oleh hal yang bersifat ilmiah.

Dengan metode psikoanalisis, Freud bermaksud mengembalikan struktur kepribadian pasien


dengan cara memunculkan kesadaran yang tidak ia sadari sebelumnya. Adapun proses terapi ini
berfokus pada pendalaman pengalaman yang dialami pasien saat masih kanak-kanak.
Sigmund Freud membagi kepribadian ke dalam tiga tingkatan kesadaran:

1. Alam sadar (conscious), Kita sadar akan segala sesuatu yang ada di sekitar kita, yang
dapat kita lihat dan rasakan. Mencakup semua sensasi dan pengalaman yang kita sadari.
Freud menganggap alam sadar itu aspek yang terbatas karena hanya porsi kecil dari
pikiran, sensasi, dan ingatan yang siaga di alam sadar. Ia menghubungkan pikiran dengan
sebuah gunung es dimana alam sadar berada di ujung es yang terapung. 
2. Alam pra-sadar (preconscious), Bagian dimana kita dapat menjadi sadar jika kita
menghadirkannya. Waktu yang diperlukan untuk membawa informasi ke tahap conscious
inilah yang disebut sebagai preconscious.Merupakan gudang dari memori, persepsi, dan
pikiran kita dimana kita tidak secara sadar, siaga setiap waktu tetapi kita dapat dengan
mudah memanggilnya ke alam kesadaran. 
3. Alam bawah sadar (unconscious), Proses mental yang terjadi tanpa adanya conscious atau
mungkin terjadi dengan adanya pengaruh yang khusus.Merupakan fokus dari teori
psikoanalisa. Bagian yang besar di dasar gunung es yang tidak kelihatan yang merupakan
rumah dari instink, pengharapan, dan hasrat yang mengarahkan perilaku kita dan tempat
penyimpanan kekuatan yang tidak dapat kita lihat dan kita kendalikan. 

Teori psikoanalisa lebih terfokus pada unconscious dikarenakan keinginan–keinginan yang


bersifat merangsang. Gagasan dalam psikoanalisa menyatakan bahwa kita memiliki tujuan untuk
melindungi diri dari keinginan-keinginan yang diasosiasikan dengan pikiran dan kesenangan,
dan kita mencapai tujuan ini dengan menjaga gagasan tersebut di luar kesadaran, menyimpannya
jauh di dalam unconscious.Unconscious bersifat alogical ( tidak masuk akal ), mengabaikan
ruang dan waktu.
a. Struktur Kepribadian Menurut Sigmund Freud

Freud membagi struktur ini menjadi tiga aspek yaitu : id, ego dan superego. Berikut
penjelasannya :

1. Id

Id berasal dari kata latin “Is” yang artinya es. Kepribadian ini disebut Freud sebagai
kepribadian bawaan lahir. Didalamnya terdapat dorongan yang didasari pemenuhan biologis
guna kepuasan bagi dirinya sendiri. Karakter khas pada aspek ini adalah tidak adanya
pertimbangan logis dan etika sebagai prinsip pengambilan keputusan. Lebih sederhana, id
berwujud pada gambaran nafsu, hasrat seksual dan perasaan superior (ingin berkuasa).

2. Ego

Aspek kepribadian ini terjadi akibat pengaruh yang ia dapatkan dari apa yang terjadi
didunia/lingkungannya. Ciri khas dari aspek ini, ego mengatur id dan juga superego untuk
pemenuhan kebutuhan sesuai dengan kepentingan kepribadian yang terlibat. Artinya, berbeda
dengan id yang hanya mementingkan diri sendiri, ego merupakan aspek yang mementingkan
keperluan lebih luas (tidak hanya dirinya).

3. Superego
Aspek kepribadian yang satu ini akan lekat kaitannya moral atau nilai kehidupan. Ranah
superego berisi tentang batasan untuk membedakan mana yang baik dan yang buruk. Dengan
kata lain, superego memiliki peran penting untuk menjadi penengah antara id an ego. Ia
menjadi penyekat dari sinyal yang dikirimkan aspek id serta memotivasi ego untuk
melakukan hal yang menjunjung moralitas.

b. Perkembangan Kepribadian

Psikoanalisis memiliki pendekatan yang unik dalam melihat perkembangan kepribadian


manusia. Freud mengemukakan perkembangan psikoseksual yang merupakan dasar pemahaman
terhadap permasalahan yang diamalami oleh klien. Dalam pendekatan psikoanalisis terdapat lima
fase perkembangan psikoseksual yaitu:
 Tahun pertama kehidupan fase Oral: pada fase ini mulut merupakan daerah pokok dari
aktivitas dinamis.
 Usia 1-3 Frase Anal : Fase ini berpusat pada anal (pembuangan kotoran)
 Usia 3-6 fase falik: pada masa ini pusat kenikmatan berpusat pada alat kelamin.
 Usia 6-12 fase Laten: pada masa ini impuls-impuls cenderung untuk ada dalam keadaan
tertekan (tugas-tugas belajar).
 Usia 12-18 fase Genital: pada fase ini individu mulai tertarik dengan lawan jenis, aktivitas
kelompok dan menjadi orang dewasa yang telah disosialisasikan dengan realitas. Lebih fokus
pada hubungannya dengan orang lain.

c. Perilaku Bermasalah

Mekanisme pertahanan diri merupakan jalan pintas individu mengatasi kecemasannya.


Dalam psikoanalisis klasik ada dua faktor yang menyebabkan perilaku abnormal, yaitu:

a) Dinamika yang tidak efektif antara id, super ego dan ego. Dinamika yang tidak efektif ini
ditandai oleh ketidak mampuan ego mengendalikan keinginan-keinginan dan tuntutan
moral.
b) Diperoleh melalui proses belajar sejak kecil. Sepanjang hidup individu pada dasarnya
terjadi proses dinamika id, super ego dan ego. Dalam pandangan Freud, pengalaman
masa kanak-kanak sangat mempengaruhi pola kehidupan hingga dewasa. Jika individu
dapat menyalurkan keinginan-keinginannya secara wajar, yaitu yang masih dalam kendali
ego yang rasional dan sesuai dengan realitasnya, maka gangguan tidak terjadi, anak akan
menjadi sehat

B. Tujuan Konseling Psikoanalisis

Tujuan-tujuan konseling yang menggunakan model psikoanalisis adalah membantu konseli:


membuat hal-hal yang tak disadari menjadi disadari, membentuk kembali struktur kepribadian
konseli dengan jalan mengembalikan hal yang tak disadarinya menjadi disadari, menghidupkan
kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak dini dengan menemus konflik yang
direpresi, membangkitkan kesadaran intelektua;.

Menurut Corey (2009), tujuan dari konseling psikoanalisis adalah untuk membentuk kembali
struktur karakter individu, dengan cara merekontruksi, membahas, menganalisa, dan menafsirkan
kembali pengalaman-pengalaman masa lampau yang terjadi pada masa kanak – kanak.

C. Teknik Konseling Psikoanalisis

Teknik-teknik terapi psikoanalisis yang digunakan untuk meningkatkan kesadaran mendapatkan


wawasan intelektual ke dalam perilaku klien, dan memahami makna gejala-gejala yang nampak,
ada lima teknik dasar dalam terapi psikoanalisa yaitu:

a). Asosiasi Bebas


Asosiasi bebas adalah teknik yang memberi kebebasan pada klien untuk mengatakan apa
saja perasaan, pemikiran dan renungan yang ada dalam pikiran klien tanpa memandang baik
buruknya atau logis tidaknya sehingga klien dapat terbuka dalam mengungkapkan apa yang ada
dalam pikirannya.

b) Interpretasi (Penafsiran)
Interpretasi adalah prosedur dasar yang digunakan dalam analisis asosiasi bebas, analisis
mimpi, analisis resistensi, dan analisis
transparansi. Prosedurnya terdiri atas penetapan analisis, penjelasan, dan bahkan mengajar klien
tentang makna perilaku yang dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resisten dan
hubungan terapeutik itu sendiri.

c) Analisis mimpi
Dalam analisis mimpi ini, mimpi dipandang sebagai jalan utama menuju ke alam tak sadar.
Karena mimpi juga diartikan sebagai pemuasan yang melambangkan dari keinginan-keinginan
dan sebagian besar isinya mencerminkan pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak awal. Dari
analisis mimpi tersebut konselor dapat memahami konflik yang dihadapi oleh klien. Teknik ini
membuka hal-hal yang tidak disadari dan memberi kesempatan pada klien untuk masalah-
masalah yang belum terpecahkan.

d) Analisis Resistensi
Resistensi adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien
mengemukakan bahan yang tidak disadari. Selama asosiasi bebas dan analisis mimpi, klien dapat
menunjukkan ketidaksediaan untuk menghubungkan pikiran, perasaan, dan pengalaman tertentu.
Freud memandang resistensi sebagai suatu dinamika yang tidak disadari yang mendorong
seseorang untuk mempertahankan terhadap kecemasan. Hal ini akan timbul bila orang menjadi
sadar terhadap dorongan dan perasaan yang tertekan.

e) Analisis Transferensi
Menurut Freud, setelah pasien mengetahui arti sesungguhnya dari hubungan transferensi
dengan konselornya, pasien akan memperoleh pemahaman atas pengalaman-pengalaman dan
perasaan masa lalunya, serta menghubungkan pengalaman-pengalaman dan perasaan-perasaan
masa lalunya tersebut dengan kesulitan-kesulitan yang dialaminya sekarang.

D. Implikasi Teori Psikoanalisis di Sekolah


Pada perkembangannya teori psikoanalisis banyak diimplementasikan dalam dunia
pendidikan. Beberapa di antaranya diurai pada jabaran berikut ini.

1. Pertama, berbicara tentang konsep kecemasan yang dikemukakan oleh Freud, tentu saja
berkaitan pula dengan proses pendidikan. Kecemasan merupakan fungsi ego untuk
memperingatkan individu tentang kemungkinan suatu bahaya sehingga dapat disiapkan
reaksi adaptif yang sesuai. Dalam pendidikan, konsep kecemasanpada tiap individu dapat
diolah dan dikembangkan oleh para pengajar/konselor demi kebaikan peserta didik.
Dengan kosep ini pula, peserta didik dibantu untuk menghargai diri dan orang lain serta
lingkungannya. Dengan kata lain, konsep kecemasan diarahkan ke pendidikan ranah
afektif atau karakternya.
2. Kedua, dalam ranah yang lebih luas, teori psikoanalisis juga digunakan pada proses
pendidikan yang berbasis kecerdasan majemuk. Setiap individu memiliki kecerdasan
yang berbeda-beda. Tidak akan ada dua pribadi berbeda walaupun anak kembar memiliki
kecerdasan yang sama. Kecerdasan bukanlah berpatokan pada angka-angka yang
berkaitan dengan IQ. Menurut Garner, ada beberapa kecerdasan yang ada pada manusia,
yaitu kecerdasan matematik, linguistik, kinestetik, visual-spasial, musik, intra-personal,
inter-personal, naturalistik, dan eksistensial. Sebuah pendidikan seharusnya
menjembatani setiap kecerdasan yang dimiliki oleh peserta didik. Mengembangkan bakat
dan minat sesuai dengan kebutuhannya tentu sejalan dengan teori Freud yang menyebut
bahwa manusia sebagai makhluk yang memiliki keinginan dan kebutuhan dasar.
3. Ketiga, konsep psikoanalisis yang menyatakan bahwa manusia merupakan makhluk yang
memiliki kebutuhan dan keinginan dasar. Dengan konsep ini,pengajar dapat
mengimplementasikannya ke dunia pendidikan. Berbagai elemen dalam pendidikan dapat
dikembangkan dengan berbasis pada konsep ini. Kurikulum atau perangkat pembelajaran
misalnya, pendidik harus melakukan berbagai analisis kebutuhan dan tujuan agar apa
yang diajarkannya nanti sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan peserta didik. Hal
ini sudah lumrah digunakan dalam berbagai proses pendidikan dan penelitian
pengembangan.
4. Keempat, berkaitan dengan agresivitas siswa, seorang pendidik harus mampu mengontrol
dan mengatur sikap ini agar terarah menjadi lebih positif. Agresivitas dalam ilmu
psikologi merupakan wahana bagi siswa untuk memuaskan keinginannya yang cenderung
ke arah merusak, mengganggu, atau menyakiti orang lain. Dengan kata lain agresivitas
merupakan ungkapan perasaan frustasi yang tidak tepat. Dalam hal ini, penyebab
munculnya tindakan agresivitas dapat berupa penilaian negatif atau kata-kata yang
menyakitkan. Jika siswa
melakukan kesalahan, tidak selayaknya dihukum dengan kata-kata kasar atau hukuman
lain yang justru akan melukai secara psikologis. Treatment-nya terhadap kasus ini dapat
dilakukan dengan penjajakan secara personal, memberi sugesti dan wejangan, tidak
memberi hukuman tetapi memberi semacam kebebasan dalam bertanggung jawab, dan
membantunya dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
5. Kelima, perlunya pendidikan inklusif di semua strata pendidikan. Pendidikan inklusif
merupakan pendidikan yang tidak boleh membeda-bedakan terhadap peserta didik.
Dalam hal ini, sekolah harus mau menampung dan menerima siswa-siswa yang memiliki
kebutuhan khusus. Secara psikologis, anak yang memiliki kekurangan semacam ini akan
mengalami krisis kepercayaan diri atau minder. Untuk mengurangi dan menghilangkan
rasa minder tersebut, sekolah harus menerima ketunaan tersebut tanpa merasa sebagai
bagian yang terpisah dari masyarakat. Dengan pendidikan inklusif, permasalahan ini
diharapkan dapat membantu bagi anak-anak yang memiliki keterbatasan.
6. Keenam, konsep psikoanalisis yang diterapkan dalam pendidikan adalah pendidikan yang
bermuara pada penciptaan kreativitas peserta didik. Saat ini kita berada pada era revolusi
teknologi informasi. Pada era ini, setiap manusia dituntut memiliki kreativitas yang
orisinil dan terbaik. Orang-orang yang sukses pada masa ini adalah orang-orang yang
memiliki kreativitas tanpa batas. Tengoklah seperti pendiri facebook, android, samsung,
dan lain-lain. Mereka eksis dan sukses mencapai puncak kejayaan karena memiliki
inovasi dan kreativitas yang mumpuni. Menurut Freud, kreativitas merupakan bagian dari
kepribadian yang didorong untuk menjadi kreatif jika memang mereka tidak dapat
memenuhi kebutuhan sekssual secara langsung. Berhubung kebutuhannya tidak terpenuhi
maka terjadilah sublimasi dan akhirnya muncullah imajinasi.

E. Kekurangan dan Kelebihan Teori Konseling Psikoanalisis

1. Kelebihan Teori Psikoanalisis


Berikut beberapa kelebihan dari teori psikoanalisis:

a. Membantu untuk menjadikan individu percaya akan kemampuan dirinya yang selama ini tidak
disadari dengan baik. Dengan teknik dalam teori psikoanalisis, seseorang akan mampu
menemukan kemampuan dirinya dalam menyelesaikan masalah yang ada.
b. Mampu menggabungkan teknik teknik dalam psikoterapi dengan teori psikologi kepribadian.
c. Dapat memahami kehidupan psikologi seorang individu dan memahami lebih dalah mengenai
sifat manusia.
d. Membantu mengatasi kecemasan melalui analisa terhadap mimpi, resistensi, dan transferensi.
e. Konselor dapat memiliki kerangka konseptual yang jelas dalam memahami tingkah laku dan
mengetahui fungsi dari simptomatologi.
f. Teori psikoanalisis mengajarkan sangat pentingnya masa kanak kanak dalam perkembangan
kepribadian seseorang.

2. Kekurangan Teori Psikoanalisis


Berikut beberapa kekurangan dari teori psikoanalisis:

a. Teknik dan penekanan yang dilakukan terkadang terlalu merendahkan martabat manusia
meskipun tidak selalu disadari dengan baik.
b. Terlalu menekankan pada masa lalu sehingga seolah olah tanggung jawab individu menjadi
berkurang meskipun maksudnya tidak demikian.
c. Perilaku seseorang ditentukan oleh Energi psikis adalah teori yang maish meragukan dan
kerap kali psikoanalisis meminimalkan rasional.
d. Efisiensi waktu yang biaya yang kurang baik jika teori psikoanalisis di terapkan. Hal ini
dikarenakan untuk mengali masa lalu dan membantu pasien menemukan kemampuan dirinya
tidaklah cukup dengan hanya satu atau dua kali pertemuan saja melainkan lebih dari itu.
e. Dapat menimbulkan kebosanan dan kelelahan pada pasien karena proses yang cukup panjang
dan tidak segera menemukan keinginan yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA
Anggi,F,N.2018.Teori-teori Bimbingan dan Konseling dalam pendidikan.
Antono,Agil.2019.Kelebihan Dan Kekurangan Teori Psikoanalisis Yang Perlu Dipahami.
https://dosenpsikologi.com/kelebihan-dan-kekurangan-teori-psikoanalisis (diakses 11 Oktober
2020)
Dahlan,Syarifuddin.2014.Bimbingan dan Konseling di Sekolah:Yogyakarta.Graha Ilmu.
Maress,Bernadet.2018.Teori Psikoanalisis Dalam Psikologi Sosial Oleh Sigmund Freud.
https://dosenpsikologi.com/teori-psikoanalisis-dalam-psikologi-sosial (diakses 11 Oktober 2020)
Syawal,H.2018.Psikoanalisis Sigmund Freud dan Implikasinya dalam pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai