Anda di halaman 1dari 5

Nama : Firana Fadzan

NIM : 2004166
Kelas : BK-3B-2020

Bimbingan dan Konseling Keluarga


A. Urgensi Bimbingan dan Konseling Keluarga
Willis (2021, hlm. 83) mengemukakan bahwa urgensi konseling keluarga,
yaitu masih banyak siswa yang kurang mampu mengembangkan potensi karena
adanya hambatan atau gangguan dalam keluarga siswa tersebut, beberapa siswa
mengalami gangguan emosional yang disebabkan gangguan emosional dalam
sistem keluarganya. Urgensi Bimbingan dan Konseling Keluarga (dalam
Nadhirah), yakni kasus siswa berawal dari kehidupan keluarga yang tidak sehat
sehingga memengaruhi kondisi psikologis siswa, keluarga memiliki peran yang
besar dan utama dalam memengaruhi proses perkembangan dan sosialisasi pada
anak, serta keluarga menjadi tempat pertama bagi anak untuk belajar pola-pola
perilaku, berkomunikasi, mengekspresikan perasaan, dan belajar nilai-nilai juga
sikap.
B. Pengertian Bimbingan dan Konseling Keluarga
Golden dan Sherwood (dalam Rahayu, 2017, hlm. 267) mengemukakan
bahwa konseling keluarga adalah metode yang difokuskan dan dirancang dalam
keluarga untuk membantu memecahkan masalah perilaku klien. Perez (dalam
Willis, 2021, hlm. 88) menjelaskan bahwa konseling keluarga adalah proses
interaktif untuk membantu keluarga dalam mencapai keseimbangan sehingga
setiap anggota keluarga merasakan kebahagiaan. Willis (2021, hlm. 88)
mengatakan bahwa konseling keluarga adalah usaha membantu anggota keluarga
untuk mengaktualisasikan potensinya atau mencegah terjadinya masalah, melalui
sistem kehidupan keluarga, dan mengusahakan supaya terjadi perubahan tingkah
laku positif sehingga akan memberi dampak positif juga antaranggota keluarga
lainnya.
Jadi, konseling keluarga adalah proses usaha membantu setiap anggota
keluarga dalam mewujudkan potensi tiap anggota keluarga dan mencegah masalah
yang terjadi di dalam keluarga supaya tercapai kebahagiaan antaranggota
keluarga.
C. Tujuan Bimbingan dan Konseling Keluarga
Willis (2021, hlm. 89) membagi tujuan konseling keluarga menjadi dua, yaitu
tujuan konseling secara umum dan khusus. Tujuan umum konseling keluarga
menurut Willis (2021, hlm. 89), yaitu membantu anggota keluarga belajar dan
menghargai dinamika keluarga secara emosional, membantu anggota keluarga
agar menyadari bahwa apabila satu anggota keluarga bermasalah, maka akan
memengaruhi ekspektasi, persepsi, dan interaksi dengan anggota keluarga lainnya,
supaya tercapai keseimbangan dalam keluarga sehingga terjadi pertumbuhan dan
peningkatan setiap anggota keluarga, serta mengembangkan rasa penghargaan
penuh sebagai pengaruh dari hubungan garis keturunan dari ibu/ayahnya
(parental).
Willis (2021, hlm. 89) juga mengemukakan bahwa tujuan khusus konseling
keluarga, yakni mengembangkan toleransi terhadap anggota keluarga yang sedang
frustrasi, terlibat konflik, dan rasa sedih yang disebabkan oleh keluarga ataupun di
luar sistem keluarga, meningkatkan motif dan potensi setiap anggota keluarga
dengan cara saling memberikan support dan semangat, mengembangkan
keberhasilan persepsi orang tua secara realistis dan sesuai dengan anggota
keluarga lainnya, serta mengembangkan toleransi dan dorongan anggota keluarga
terhadap cara-cara spesial (idiocyncratic ways) atau keunggulan anggota keluarga.
Menurut Siregar (2015, hlm. 82), tujuan bimbingan dan konseling keluarga,
yaitu,
1. Membantu individu mencegah terjadinya masalah-masalah yang berhubungan
dengan pernikahan dan kehidupan rumah tangga.
2. Membantu individu memahami hakikat pernikahan, tujuan pernikahan, dan
kehidupan berkeluarga.
3. Membantu individu memahami kesiapan dirinya untuk menjalankan
pernikahan
4. Membantu individu melaksanakan pernikahan sesuai dengan syariat Islam.
5. Membantu individu memahami tujuan hidup berkeluarga.
6. Membantu individu memahami cara-cara membina kehidupan berkeluarga
yang sakinah, mawaddah, waa rahmah.
7. Membantu individu memahami kondisi dirinya, keluarga, dan lingkungannya.
8. Membantu individu memahami dan menghayati cara mengatasi masalah
pernikahan dan rumah tangga.
9. Membantu inidividu memelihara situasi dan kondisi pernikahan supaya tetap
baik (sakinah, mawaddah, waa rahmah).
D. Pendekatan Sistem dalam BK Keluarga
Perez (dalam Willis, 2021, hlm. 139) mengemukakan sepuluh teknik
konseling keluarga dalam pendekatan sistem, yakni sebagai berikut:
1. Sculpting (mematung) adalah teknik yang mengizinkan anggota keluarga
menyampaikan persepsi tentang berbagai masalah hubungan antaranggota
keluarga kepada anggota keluarga lainnya. Misalnya, dengan cara “the family
relationship tabelau”, yaitu anggota keluarga tidak memberikan respons apa
pun atau mematung selama anggota keluarga yang lainnya menyatakan
perasaannya.
2. Role playing (bermain peran) merupakan teknik dengan memberikan peran
tertentu kepada anggota keluarga. Misalnya, anak memainkan peran sebagai
ayah sehingga anak akan terbebas dari perasaan tertekan atau perasaan negatif
lainnya terhadap anggota keluarganya.
3. Silence (diam), yaitu ketika konseli datang kepada konselor dengan tutup mulut
karena memperoleh perlakuan kejam dari anggota keluarganya.
4. Confrontation (konfrontasi) merupakan teknik yang dipakai konselor untuk
mempertentangkan pendapat anggota keluarga yang terungkap dalam
wawancara konseling keluarga.
5. Teaching via Questioning adalah teknik mengajar anggota keluarga dengan
cara memberikan pertanyaan.
6. Listening (mendengarkan) ialah teknik yang bertujuan pembicaraan anggota
keluarga didengarkan oleh anggota keluarga lainnya.
7. Recapitulating (mengikhtisarkan) adalah suatu teknik untuk mengikhtisarkan
pembicaraan galau pada setiap anggota keluarga sehingga pembicaraan
menjadi lebih terarah.
8. Summary (menyimpulkan) ialah teknik menyimpulkan hasil pembicaraan
dengan keluarga.
9. Clarification (menjernihkan) merupakan usaha konselor untuk memperjelas
atau klarifikasi terhadap pernyataan dan perasaan anggota keluarga karena
terkesan samar-samar.
10. Reflection (refleksi) adalah metode konselor untuk merefleksikan perasaan
yang dinyatakan oleh konseli, baik berupa verbal maupun ekspresi wajah.
REFERENSI
Nadhirah, N.A. (t.t.). BK Keluarga. [Online]. Diakses dari
https://www.academia.edu/36203719/Urgensi_BK_Keluarga_pptx

Rahayu, S.M. (2017). “Konseling Keluarga dengan Pendekatan Behavioral:


Strategi Mewujudkan Keharmonisan dalam Keluarga”. Proceeding Seminar
dan Lokakarya Nasional Bimbingan dan Konseling (hlm. 264—272).
Malang.

Siregar, R. (2015). Urgensi Konseling Keluarga dalam Menciptakan Keluarga


Sakinah. HIKMAH: Jurnal Ilmu Dakwah dan Komunikasi Islam, 2(1). 77—
91.

Willis, S.S. (2021). Konseling Keluarga (Family Counseling). Bandung:


ALFABETA.

Anda mungkin juga menyukai