A. Urgensi Bimbingan dan Konseling Keluarga Willis (2021, hlm. 83) mengemukakan bahwa urgensi konseling keluarga, yaitu masih banyak siswa yang kurang mampu mengembangkan potensi karena adanya hambatan atau gangguan dalam keluarga siswa tersebut, beberapa siswa mengalami gangguan emosional yang disebabkan gangguan emosional dalam sistem keluarganya. Urgensi Bimbingan dan Konseling Keluarga (dalam Nadhirah), yakni kasus siswa berawal dari kehidupan keluarga yang tidak sehat sehingga memengaruhi kondisi psikologis siswa, keluarga memiliki peran yang besar dan utama dalam memengaruhi proses perkembangan dan sosialisasi pada anak, serta keluarga menjadi tempat pertama bagi anak untuk belajar pola-pola perilaku, berkomunikasi, mengekspresikan perasaan, dan belajar nilai-nilai juga sikap. B. Pengertian Bimbingan dan Konseling Keluarga Golden dan Sherwood (dalam Rahayu, 2017, hlm. 267) mengemukakan bahwa konseling keluarga adalah metode yang difokuskan dan dirancang dalam keluarga untuk membantu memecahkan masalah perilaku klien. Perez (dalam Willis, 2021, hlm. 88) menjelaskan bahwa konseling keluarga adalah proses interaktif untuk membantu keluarga dalam mencapai keseimbangan sehingga setiap anggota keluarga merasakan kebahagiaan. Willis (2021, hlm. 88) mengatakan bahwa konseling keluarga adalah usaha membantu anggota keluarga untuk mengaktualisasikan potensinya atau mencegah terjadinya masalah, melalui sistem kehidupan keluarga, dan mengusahakan supaya terjadi perubahan tingkah laku positif sehingga akan memberi dampak positif juga antaranggota keluarga lainnya. Jadi, konseling keluarga adalah proses usaha membantu setiap anggota keluarga dalam mewujudkan potensi tiap anggota keluarga dan mencegah masalah yang terjadi di dalam keluarga supaya tercapai kebahagiaan antaranggota keluarga. C. Tujuan Bimbingan dan Konseling Keluarga Willis (2021, hlm. 89) membagi tujuan konseling keluarga menjadi dua, yaitu tujuan konseling secara umum dan khusus. Tujuan umum konseling keluarga menurut Willis (2021, hlm. 89), yaitu membantu anggota keluarga belajar dan menghargai dinamika keluarga secara emosional, membantu anggota keluarga agar menyadari bahwa apabila satu anggota keluarga bermasalah, maka akan memengaruhi ekspektasi, persepsi, dan interaksi dengan anggota keluarga lainnya, supaya tercapai keseimbangan dalam keluarga sehingga terjadi pertumbuhan dan peningkatan setiap anggota keluarga, serta mengembangkan rasa penghargaan penuh sebagai pengaruh dari hubungan garis keturunan dari ibu/ayahnya (parental). Willis (2021, hlm. 89) juga mengemukakan bahwa tujuan khusus konseling keluarga, yakni mengembangkan toleransi terhadap anggota keluarga yang sedang frustrasi, terlibat konflik, dan rasa sedih yang disebabkan oleh keluarga ataupun di luar sistem keluarga, meningkatkan motif dan potensi setiap anggota keluarga dengan cara saling memberikan support dan semangat, mengembangkan keberhasilan persepsi orang tua secara realistis dan sesuai dengan anggota keluarga lainnya, serta mengembangkan toleransi dan dorongan anggota keluarga terhadap cara-cara spesial (idiocyncratic ways) atau keunggulan anggota keluarga. Menurut Siregar (2015, hlm. 82), tujuan bimbingan dan konseling keluarga, yaitu, 1. Membantu individu mencegah terjadinya masalah-masalah yang berhubungan dengan pernikahan dan kehidupan rumah tangga. 2. Membantu individu memahami hakikat pernikahan, tujuan pernikahan, dan kehidupan berkeluarga. 3. Membantu individu memahami kesiapan dirinya untuk menjalankan pernikahan 4. Membantu individu melaksanakan pernikahan sesuai dengan syariat Islam. 5. Membantu individu memahami tujuan hidup berkeluarga. 6. Membantu individu memahami cara-cara membina kehidupan berkeluarga yang sakinah, mawaddah, waa rahmah. 7. Membantu individu memahami kondisi dirinya, keluarga, dan lingkungannya. 8. Membantu individu memahami dan menghayati cara mengatasi masalah pernikahan dan rumah tangga. 9. Membantu inidividu memelihara situasi dan kondisi pernikahan supaya tetap baik (sakinah, mawaddah, waa rahmah). D. Pendekatan Sistem dalam BK Keluarga Perez (dalam Willis, 2021, hlm. 139) mengemukakan sepuluh teknik konseling keluarga dalam pendekatan sistem, yakni sebagai berikut: 1. Sculpting (mematung) adalah teknik yang mengizinkan anggota keluarga menyampaikan persepsi tentang berbagai masalah hubungan antaranggota keluarga kepada anggota keluarga lainnya. Misalnya, dengan cara “the family relationship tabelau”, yaitu anggota keluarga tidak memberikan respons apa pun atau mematung selama anggota keluarga yang lainnya menyatakan perasaannya. 2. Role playing (bermain peran) merupakan teknik dengan memberikan peran tertentu kepada anggota keluarga. Misalnya, anak memainkan peran sebagai ayah sehingga anak akan terbebas dari perasaan tertekan atau perasaan negatif lainnya terhadap anggota keluarganya. 3. Silence (diam), yaitu ketika konseli datang kepada konselor dengan tutup mulut karena memperoleh perlakuan kejam dari anggota keluarganya. 4. Confrontation (konfrontasi) merupakan teknik yang dipakai konselor untuk mempertentangkan pendapat anggota keluarga yang terungkap dalam wawancara konseling keluarga. 5. Teaching via Questioning adalah teknik mengajar anggota keluarga dengan cara memberikan pertanyaan. 6. Listening (mendengarkan) ialah teknik yang bertujuan pembicaraan anggota keluarga didengarkan oleh anggota keluarga lainnya. 7. Recapitulating (mengikhtisarkan) adalah suatu teknik untuk mengikhtisarkan pembicaraan galau pada setiap anggota keluarga sehingga pembicaraan menjadi lebih terarah. 8. Summary (menyimpulkan) ialah teknik menyimpulkan hasil pembicaraan dengan keluarga. 9. Clarification (menjernihkan) merupakan usaha konselor untuk memperjelas atau klarifikasi terhadap pernyataan dan perasaan anggota keluarga karena terkesan samar-samar. 10. Reflection (refleksi) adalah metode konselor untuk merefleksikan perasaan yang dinyatakan oleh konseli, baik berupa verbal maupun ekspresi wajah. REFERENSI Nadhirah, N.A. (t.t.). BK Keluarga. [Online]. Diakses dari https://www.academia.edu/36203719/Urgensi_BK_Keluarga_pptx
Rahayu, S.M. (2017). “Konseling Keluarga dengan Pendekatan Behavioral:
Strategi Mewujudkan Keharmonisan dalam Keluarga”. Proceeding Seminar dan Lokakarya Nasional Bimbingan dan Konseling (hlm. 264—272). Malang.
Siregar, R. (2015). Urgensi Konseling Keluarga dalam Menciptakan Keluarga
Sakinah. HIKMAH: Jurnal Ilmu Dakwah dan Komunikasi Islam, 2(1). 77— 91.
Willis, S.S. (2021). Konseling Keluarga (Family Counseling). Bandung: