Anda di halaman 1dari 42

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Konseling Keluarga

1. Pengertian Konseling Keluarga

Konseling dapat diartikan sebagai proses pemberian bantuan

kepada orang-orang yang mengalami masalah atau kesulitan untuk keluar

dari masalah yang sedang dihadapinya. Sedangkan yang dimaksud dengan

konseling keluarga yaitu upaya yang dilakukan seorang konseloratau

pembimbing keluarga untuk membantu kliennya yang mengalami masalah

atau kesulitan yang menghadapi gejolak atau masalah adalah rumah

tangganya.1

Konseling keluarga adalah upaya atau bantuan yang diberikan

kepada individu keluarga melalui syistem keluarga agar potensinya

berkembang seoptimal mungkin dan masalahnyadapat diatasi atas dasar

kemauan membantudari semua anggota keluarga berdasarkan kerelaan dan

kecintaan terhadap keluarga.

Perez mengemukakan pengertian konseling keluarga yaitu

suatuproses interaktif untuk membantu keluarga dalam mencapai

keseimbangan dimana setiap anggota keluarga merasakan kebahagiaan.

Konseling keluarga adalah usaha membantu individu anggota keluarga

untuk mengaktualisasikan potensinya atau mengantisipasi masalah yang

1
Abd Rahman, konseling keluarga muslim, (Jakarta:The Minangkabau Foundation,
2005), h.,49

12
13

dialaminya, melalui sistemkehidupan keluarga, dan mengusahakan agar

terjadi perubahan prilaku yang positif pada diri individu yang akan

member dampakpositif pula terhadap anggotakeluarga lainnya.2

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa konseling

keluarga adalah suatu proses pemberian bantuan yang diberikan oleh

konselor, Keluarga dalam mengatasi permasalahan yang ada dalam

keluarga agar tercapainya kebahagiaan didalam keluarga tersebut.

2. Tujuan Konseling Keluarga

Tujuan konseling keluarga pada umumnya tidak jauh berbeda

dengan tujuan konseling pada umumnya. Tujuan konseling pada umumnya

adalah untuk membantu pemecahan masalah, pengentasan masalah dan

pengobatan (kuratif) atau terapi. Konseling keluarga juga bertujuan untuk

member bantuan pemecahan, pengobatan dan pengentasan masalah yang

khusus yang menangani persoalan yang terjadi di rumah tangga.

Dr. Sayekti mengemukakan tujuan konseling keluarga diantara

lain:

a. Membantu anggota keluarga belajar dan memahami bahwa dinamika

kekeluargaan merupakan hasil pengaruh hubungan antar anggota

keluarga.

b. Membantu keluarga dapat menerima kenyataan bahwa bila salah satu

anggota keluarga memiliki permasalahan, mereka dapat member

2
Syofyan S, Will, Konseling Keluarga ,( Bandung: Alfabeta, 2015), h.,83-88
14

pengaruh tidak baik pada persesi, harap dan interaksi akggota keluarga

yang lain.

c. Memperjuangkan dengan gigih dalam proses konseling, sehingga

anggota keluarga dapat tumbuh dan berkembang guna mencapai

keseimbangan dan keselarasan.

d. Mengembangkan rasa penghargaan diri seluruh anggota keluarga pada

anggota lain.

Secara khusus konseling keluarga bertujuan sebagai berikut:

a. Mendorong anggota keluarga agar memiliki toleransi pada anggota

yang lain.

b. Agar anggota keluarga mampu member motivasi, dorongan semangat

pada anggota keluarga yang lain.

c. Agar orang tua memiliki persepsi yang realistis dan sesuai dengan

persepsi keluarga yang lain.

Dengan demikian konseling keluarga bertujuan untuk memberikan

bantuan dan usaha pemecahan masalah-masalah yang terjadi pada diri

individu dalam keluarga demi terbebasnya masing-masing individu dari

berbagai masalah demi terwujudnya tatanan keluarga yang bahagia.3

Sofyan S. Will Dalam bukunya konseling tujuan khusus konseling

keluarga adalah sebagai berikut:

a. Untuk meningkatkan toleransi dan dorongan anggota-anggota keluarga


terhadap cara-cara yang istimewa atau keunggulan-keunggulan
anggota lain.

3
Abd. Rahman, Op, Cit.,h. 51-52
15

b. Mengembang kan toleransi terhadap anggota-anggta keluarga yang


mengalami prustasi/kecewa, konflik, dan rasa sedih yang terjadi karena
faktor sistem keluarga atau diluar sistem keluarga.
c. Mengembangkan motif dan potensi-potensi, setiap anggota keluarga
dengan cara mendorong, member semangat dan mengingatkan anggota
keluarga tersebut.
d. Mengembangkan keberhasilan persepsi orang tua secara realistik dan
sesuai dengan anggota-anggota lain.4

Dengan demikian dapat disimpukan bahwa tujuan konseling

keluarga memberikan bantuan kepada klien atas permasalahan yang

sedang dihadapi dalam rumah tangga atau pemecahan masalah-masalah

dalam keluarga agar terwujudnya keluarga yang bahagia dunia dan akhirat

3. Fungsi Dan Manfaat Bimbingan Konseling Dalam Keluarga

Adapun fungsi dan manfaat bimbingan konseling dalam keluarga

adalah sebagai berikut:

a. Fungsi pemahaman

Yaitu fungsi bimbingan yang membantu klien agar memiliki

pemahaman terhadap dirinya dan lingkungan.

b. Fungsi preventif

Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada

klien tentang cara menghindarkan diri dari perbutan atau kegiatan yang

membahayakan dirinya.

c. Fungsi perkembangan

Yaitu konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan

lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan

klien.

4
Sofyan S. Will, Op. Cit., h
16

d. Fungsi perbaikan

Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan

kepada klien yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek

pribadi, sosial, belajar, maupun karir.

e. Fungsi penyaluran

Dalam melaksanakan fungsi ini, perlu bekerja sama dengan

pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga.

f. Fungsi penyesuaian

Yaitu bimbingan dalam membantu klien agar dapat

menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan

konstruktif.

Sedangkan manfaat pelaksanaan bimbingan konseling dalam

keluarga adalah sebagai berikut:

a. Menurunkan bahkan mengilangkan stress dalam diri anggota keluarga.

b. Membuat diri lebih baik, tenang, nyaman, dan bahagia

c. Lebih memahami diri sendiri dan orang lain khususnya anggota

keluarga yang lain.

d. Merasa kepuasan dalam hidup.

e. Mendorong perkembangan sosial.

f. Membangkitkan motivasi untuk menjadi pribadi yang lebih tangguh,

berkarakter, dan percaya diri.

g. Anggota keluarga lebih merasa dirinya dipedulikan dan diperhatikan

serta lebih dihargai perannya dalam keluarga.


17

h. Lebih menghargai makna dan hakikat kehidupan dan menerima semua

kenyataan yang terjadi dalam kehidupannya.

i. Mengurangi bahkan menghilangkan /konplik atau tekanan batin yang

mengejolak dalam diri individu dan dalam keluarga tersebut

j. Meningkatkan hubungan yang lebih efektif dengan anggota keluarga

yang lain bahkan dengan orang laindiluar keluarganya.5

4. Pendekatan Konseling Keluarga

Untuk memahami mengapa suatu keluarga bermasalah dan bagai

mana cara mengatasi masalah-masalah tersebut, ada 3 pendekatan

konseling keluarga diantaranya sebagai berikut:

a. Pendekatan system keluarga

Murray Bowen merupakan peletek dasar konseling keluarga

pendekatan sistem. Menurut anggota keluarga itu masalah jika keluar

itu bermasalah jika keluarga itu tidak berfungsi. Keadaan ini terjadi

karena anggota keluarga tidak dapat membebaskan dirinya dari peran

dan harapan yang mengatur dalam hubungan mereka.

Menurut Bowen, dalam keluarga terdapat kekuatan yang dapat

memmbuat anggota keluarga bersama-sama dan kekuatan itu dapat

pula membuat anggota keluarga melawan yang mengarah pada

individualitas. Sebagian anggota keluarga tidak dapat menghindari

sistem keluarga yang emosional yaitu yang mengarahkan anggota

keluarganya mengalami kesulitan (gangguan). Jika tidak menghindari

5
Ifdil, kerangka konseptual pemuda dan keluarga. 2007 [online]
18

dari keadaan yang tidak fungsional itu, dia harus memisahkan diri dari

sistem keluarga. Dengan demikian dia harus membuat pilihan

berdasarkan rasionalitasnya bukan emosionalnya.

b. Pendekatan Conjoint

Sedangkan menurut Sarti (1967) masalah yang dihadapi oleh

anggota keluarga berhubungan dengan harga diri dan komunikasi.

Menurutnya, keluarga adalahfungsi penting bagi keperluan komunikasi

dan kesehatan mental. Maka terjadi jika self-esteem yang dibentukoleh

keluarga itu sangat rendah dan komunikasi yang terjadi di keluarga itu

juga tidak baik. Satir mengemukakan pandangannya berangkat dari

asumsi bahwa anggota keluarga menjadi bermasalah jika tidak mampu

melihat dan mendengarkan keseluruhan yang dikomunikasikan

anggota keluarga yang lain.

c. Pendekatan Struktural

Minuchin (1974) beranggapan bahwa masalah keluarga sering

terjadi karena struktur keluarga dan pola transaksi yang dibangun tidak

tepat. Seringkali dalam membangun struktur dan transaksi ini batas-

batas antara subsistem dari sistem keluarga itu tidak jelas. Mengubah

struktur dalam keluarga berarti menyusun kembali keutuhan dan

menyembuhkan perpecahan antara dan seputar anggota keluarga.6

6
http//www.blogsport, konseling-keluarga//20/08/2017
19

5. Tugas Dan Tanggung Jawab Orang Tua

Orang tua adalah pemegang amanat atas anaknya, ibu yang telah

mengandung, melahirkan dan mengasuh anaknya hingga tumbuh dewasa.

Orang tua merupakan pendidik pertama dan utama bagi anaknya. karena

orang tualah anak menerima pendidikan dengan demikian bentuk pertama

pendidikan didapat oleh anak dalam kehidupan keluarganya. Setiap

keluaga menyadari bahwa pada hakekatnya anak-anak adalah amanat

Allah SWT yang dipercayakan (diamanatkan) pada dirinya. Kesadaran

keluarga muslim akan hakekat anak mereka sebagai amanat Allah SWT

yang harus dijaga dengan penuh tanggung jawab. Setiap orang pasti

menyadari bahwa Allah SWT memerintahkan hambanya untuk

mengemban amanat.

Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak

mereka, karena dari merekalah anak mula-mula pendidikan. Dengan

demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan

keluarga. Pada umumnya pendidikan anak dalam rumah tangga itu bukan

berpangkal tolak kesadaran dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari

pengetahuan mendidik, melainkan karena secara kodrati suasana dan

srtukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situasi

pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan

hubungan pengaruh mempengaruhui secara timbal balik antara orang tua

dan anak.7

7
Zakiah Daradjat, Kebahagian Rumah Tangga,(Jakarta: kansius, 1995) h.38
20

Pernyataan ini menunjukkan bahwa situasi emosi anak merupakan

faktor lingkungan yang mempengaruhui karena resiko lingkungan bagi

anak sangat besar tantangannya baik kepada arah positif atau negatifnya.

Ada beberapa karakteristik lingkungan dalam faktor risiko yang

berkolerasi dengan kompetensi anak, yaitu status sosial yang kurang baik,

rendahnya pendidikan ibu dan pekerjaan ibu yang sangat sibuk. Sedangkan

faktor perlindungan adalah tingginya kualitas hidup yang berhubungan

dengan tingginya penghasilan. Individu yang memiliki kualitas naik

tercermin dari tempramen emosi yang stabil dan tempat pengasuhan yang

baik.8

Tanggung jawab orang tua terhadap anaknya tampil dalam

berbagai bentuk. Menurut Thalib dalam bukunya empat puluh tanggung

jawab terhadap anak (1995), tanggung jawab orangtua di antaranya,

bergembira menyambut kelahiran anak, member nama yang baik,

memperlakukan anak dengan lemah lembut dan kasih sayang,

menanamkan rasa cinta sesame anak, memberikan pendidikan akhlak,

menanamkan akidah tauhid, membimbing dan melatih anak mengerjakan

shalat, berlaku adil,memperhatikan teman anak, menghormati anak,

member hiburan, mencegah dari perbuatan dan pergaulan bebas, menjauhi

anak dari ha-hal porno, menempatkan dalam lingkungan yang baik,

memperkenalkan kerabat kepada anak. Serta mendidik bertetangga dan

bermasyarakat.

8
Agus Sujanto, Peranan Orang Tua, (Jakarta: pernanda, 2007) hlm.25
21

Orangtua memiliki tanggung jawab yang berat terhadap anak-

anaknya. Baik itu dalam mendidik, membina, mengarahkan dan menuntun

putra putrinyasehingga tercipta keluarga yang patuh dan taat kepada Allah

SWT. Yang selalu menjalankan perintah dan melaksanakan ibadah yang

disyari‟atkan kepadanya. Sebagai mana firman allah dalam Q.S. At-

Tharim ayat 6

           

          
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari

api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya

malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah

terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu

mengerjakan apa yang diperintahkan.

Bahkan islam memberikan perhatian yang lebih besar lagi terhadap

anak yang ditekankan pada orangtua agar sudah mulai melakukan

pendidikan terhadap anak semenjak ia belum dilahirkan. Orang tua harus

menyiapkan lingkungan yang cocok sehingga anak terdidik dan tumbuh

dengan baik didalamnya. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan

yang peduli terhadap anak, serta menjadikannya seseorang yang lurus dan

selalumelakukan kewajibannya, baik kewajiban terhadap terhadap dirinya

sendiri, masyarakat, seluruh umat manusia, maupun terhadap Allah SWT,


22

yang menciptakannya. Dengan demikian ia akan menemukan kepuasan

dankebahagian.9

1) Tugas dan tanggung jawab ibu

Menurut Arifin ibu bertugas subjektif artinya membulatkan jiwa

anaknya sejenak dari dalam kandunga, ibu selalu hidup teratur dan

hidup dalam suasana yang stabil dan sebagainya. Maksudnya adalah

orangtua menjaga dan menjadikan kepribadian yang baik semenjak

anak masih dalam kandungan sampai mereka dewasa.

2) Tugas dan tanggung jawab ayah

Menurut Arifin ayah bertugas objektif artinya mengenalkan

anaknya kepada dunia luar atau menghubungkan dengan dunia luar.

Hal ini membawa anak kearah pendidikan lahir batin, rohani dan

jasmani yang seimbang.10

Menurut Ramayulis dkk, ada beberapa bentuk tanggung


jawab/peranan orangtua dalam keluarga:
1) Keluarga yang dibentuk untuk reproduksi, memberikan
keturunan, ini merupakan tugas suci agama yang dibebankan
kepada manusia, transmisi melalui fisik.
2) Perjalanan keluarga mengharuskan ia bertanggung jawab dalam
bentuk pemeliharaan yang harus diselenggarakan demi
kesejahteraan keluarga, anak-anak membutuhkan pakaian yang
baik, kebersihan, permainan yang sehat, makanan yang bergizi,
rekreasi dan saran hidup materl lainya.
3) Lebih jauh keluarga berjalan mengharuskan ia
menyelenggarakan sosialisasi, memberikan arah pendidikan,
mengisi jiwa yang baik dan bimbingan kejiwaan.
4) Frekuensi adalah fungsi selanjutnya, karena hidup adalah “just
a metter of choice” (adil dalam membentuk pilihan), maka
orang tua harus mampu memberikan froferensi yang baik untuk

9
Syaikh Fuhaim Mustafa, kurikulum pendidikan anak muslim,(Surabaya: Pustaka
elba,2009)
10
Arifin,Hubungan Timbale Balik Pendidikan Agama Di Lingkungan Sekolah Dan
Keluarga, (Jakarta: Bulan Bantang, 1988), h.99
23

sebuah anggota keluarga terutama anak-anak. Froferensi adalah


tindakan lanjut dari sosialisasi orangtua memberikan froferensi
jalan mana yang harus ditempuh oleh anak.
5) Pewarisan nilai kebudayaan yang minimal kemudian hari
dalam menciptakan manusia yang cinta damai, anak shaleh
mengembangkan kesejahteraan sosial ekonomi umat.11

Menurut Hafni Ladjid tanggung jawab orangtua ada dua macam:


1) Tanggung jawab kodrat, disebabkan karena orangtua yang
melahirkan anak tersebut. Orang tua membina pertama dan
utama dalam keluarga. Hubungan orangtua dengan anaknya
dalam hubungan edukatif mengandung dua unsure yaitu kasih
sayang kepada anak-anaknya dan tanggung jawab kepada
tugas.
2) Tanggung jawab keagamaan yaitu berdasarkan aturan agama.
Anak ialah makhluk yang suci kepribadiannya. Tanggung
jawab orangtuauntuk memberikan pengetahuan agama agar
anaknya kelak melaksanakan tugas dan tanggung jawab hidup
sebagai manusia yang mandiri serta selamat dunia akhirat.12
Proses ini dimulai sejak hari kelahiran, tentu saja orang tidak bisa

menyalahkan seorang anak yang tidak berdosa untuk perbuatan yang

mereka tidak sadari atau ketahui tentangnya, namun seorang anak tidak

selamanya anak-anak, ketika mencapai usia remaja, anak tersebut menjadi

dewasa muda dan mulai “menulis” bukunya sendiri (atau malaikat yang

menuliskannya.

Tugas orang tua bukan berusaha memaksa anak-anak mereka

menjadi orang dewasa dengan model tertentu, dengan alasan apapun, dan

mungkin tak ada orang lain yang akan setuju dengan hal itu. Tugas

orangtua sebenarnya sama dengan tugas Rasulullah SAW yaitu

memberikan teladan, dan menciptakan lingkungan dimana anak-anak

remaja mereka dapat mengembangkan sifat dan potensi yang dimilikinya.

11
Ramayulis, dkk, Pendidikan Islam Dirumah Tangga , (Jakarta:Kalam Mulia, 1996), h.
5
12
Hafni Ladjid, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Padang: IAIN Imam Bonjol
Padang pres, 1999), h.,48
24

Orang tua bertugas menjaga anak-anak seaman dan sesehat

mungkin, memberikan kesempatan kepada mereka untuk belajar dan

mengembangkan ilmu pengetahuan mereka, dan memberikan lingkungan

aman dimana mereka tumbuh.13

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab orang

tua di dalam keluarga di antaranya:

1) Tanggung jawab orangtua secara fisik (jasmani) memenuhi kebutuhan

hidup keluarga seperti makan, minum dan tempat tinggal, pengobatan,

kemauan, pakaian, dan kesejahteraan lainnya.

2) Tanggung jawab orangtua secara rohani membekali anak dengan

pendidikan umum dan pendidikan agama serta menanamkan nilai-nilai

yang kuat sehingga anak mampu mengamalkannya dalam kehidupan

sehari-hari.

B. Perceraian

1. Pengertian Perceraian

Dalam kamus besar bahasa Indonesia cerai mempunyai arti pisah.

Puyus hubungan sebagai suami-istri, sedangkan bercerai adalah secara

thalaq (putus hubungan suami istri).14 Perceraian dalam islam dikenal

dengan thalaq, dan istilah ini dalam bahasa Indonesia disebut juga dengan

thalaq.

Dilihat dari segi asal usul kata, thalaq berasal dari bahasaarab yakni

ithlaq yang berarti melepaskan atau meninggalkan, seperti yang dikatakan


13
Ruqqayyah Waris Maqsood, Mengantar Remaja Kesurga , (Bandung:Al- Bayan
Kelompok Penerbit Mizan, 1997), h.,15-16
14
Departemen Pendidikan Kebudayaan, op.cit., h.187
25

Sayik Sabiq “thalaq artinya melepaskan atau meninggalkan”. Dalam istilah

agama islam, thalaq artinya melepaskan suatu ikatan pernikahan atau

bubarnya hubungan perkawinan dalam suatu rumah tangga15 dari defenisi

diatas dapat dipahami bahwa perceraian adalah suatu perbuatan yang

menunjukkan putusnya ikatan yang berada dalam hidupan rumah tangga

yang di ikat dengan pernikahan yang sah menurut agama dan hokum dalam

agama islam, dengan mengungkan perkataan-perkataan tertentu atau suatu

perbuatan yang dilakukan oleh suami untuk memutuskan ikatan

perkawinan dengan cara dan tindakan tertentu. Jadi yang dikatakan dengan

thalaq itu adalah suatu bentuk penolakan yang dilakukan oleh seorang

suami, seorang istri berupa penolakan terhadap keberlangsungan hubungan

perkawinan. Thalaq adalah suatu cara yang lazim digunakan untuk

menghentikan perkawinan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan

dalam menjalani kehidupan rumah tangga.

Perceraian yang di maksud adalah thalaq yang dijatuhkan oleh

suami kepada istri. Adapun dalam agama Islam mengakui atau

membolehkan perceraian (thalaq), namun perbuatan ini adalah perbuatan

yang sangat dibenci oleh Allah SWT, lebih-lebih lagi kalau tidaka ada alas

an untuk menjadinya tahalak.

“Tentang hukum dari hal ini para ahli fiqih berpendapat,


pendapat yang banyak diantara semua itu pada dasarnya “terlarang”
kecuali dengan alas an yang benar atau darurat. Alasan yang
membolehkan bercerai yaitu suami mendapatkan istri berselingkuh,
atau main serong dengan laki-laki lain, yang menyebabkan suami
tidak punya cinta terhadap istrinya sebab dari kelakuan yang

15
Sayid Sabiq, Figih Sunah, (Bandung: Al- ma‟arif, 1990), h. 7
26

dilakukan istrinya tersebut. Malahan wajib dilakukan perceraian


apabila ada salah satu dari pasangan yang akan menyakiti atau
menzalimi pasangannya. Misalnya ada suatu penyakit yang menular
dalam diri salah satu pasangan, yang apabila berhubungan akan
menyakiti pasangannya”.16

Rumah tangga pada umumnya adalah sebagai sarana pembinaan

moral sekaligus tempat pembentukan kepribandian anak. Manarung

mengemukakan bahwa rumah tangga adalah sekelompok sosial yang

biasanya berpusat pada keluarga, ditambah dengan beberapa warga lain,

yang tinggal dan hidup bersama dalam sumah sehingga merupakan satu

kesatuan.

Jadi kehidupan seseorang terkadang tidak sejalan dengan kenyataan,

sesuatu dapat saja berubah. Sementara itu orang dan kehidupannya secara

konstan pun mengalami perubahan. Jadi kehidupan rumah tangga akan

dengan sendirinya lebih menyertakan disharmoni dari pada kehidupan

rumah tangga yang bahagia sepanjang masa. Menurut Kartono pasangan

suami istri yang bercerai, merupakan sumber untuk memunculkan dampak

negatif bagi anak.

2. Penyebab Perceraian

Menurut Abd Rahman faktor-faktor penyebab terjadinya perceraian

antara lain sebagai berikut:

a. Pasangan egois dan ingin menang sendiri

b. Terjadinya mis comunikasi dalam keluarga

c. Pendapat keluarga yang kurang memadai

16
Ibid ., h. 9
27

d. Beban keluarga yang begitu berat

e. Tidak ada penghasilan yang tepat

f. Belum punya rumah sendiri

g. Merasa dikucilkan dari keluarga lain

h. Mertua yang terlalu ikut campur

i. Tetangga yang suka memanas-manaskan suasana

j. Pasangan hidup yang tidak taat

k. Suami yang tidak bertanggung jawab

l. Istri yang suka berfoya-foya

Pengaruh perceraian terhadap perkembangan anak, Figure seorang

ibu dan ayah sangat diperlukan dalam kehidupan seorang anak, yang mana

seorang anak akan suram dalam menjelaskan kehidupan apabila suatu

perceraian yang dilakukan orang tuanya. Apalagi seorang anak disuruh

memilih ikut ayah atau ibunya adalah pilihan yang sangat sulit oleh seorang

anak dalam kehidupannya. Kenyataannya perceraian tersebut memberikan

dampak trauma terhadap anak dalam usia apapun, meskipun kadar trauma

yang berbeda. Menurut Dagun bahwa kelompok anak yang bercerai

kelurganya disaat dia belum memasuki usia sekolah, banyak dampak

psikologis yang ditimbulkannya. Anak cenderung menangisi diri, ia tidak

tangguh dalam menghadapi cobaan hidup, hubungan dengan orang tua

tidak hangat, bila menghadapi masalah sering menyalahkan dirinya, sulit


28

menyesuaikan diri dengan situasi maupun dengan lingkungan yang baru,

selalu diliput kecemasan, sehigga dirinya jauh dari rasa tenang.17

Sedangkan bagi anak yang memasuki usia sekolah, pada saat orang

tuanya bercerai, tidak separah yang dialami anak yang masa pra sekolah.

Karena sang anak telah bergaul dengan lingkungan diluar keluarga, baik

disekolah maupun di lingkungan masyaraka. Dikarenakan seorang anak

sudah dapat pengganti figure orang tuanya dari orang-orang disekitarnya.

Sehingga tidak menimbulkan trauma yang terlalu dalam. Hanya saja

kekhawatiran tetap ada dalam diri anak, karena dia sadar bahwa setelah

bercerai orang tuanya, kehidupan ekonomi menjadi berubah, karena ayah

yang memberikan nafkah penuh sekarang tentu tidak begitu lagi,

kehangatan yang dialami anak bersama ayah dan bunda kini tentu tidak

dapat dinikmati lagi.18

Perceraian bagi anak adalah “tanda kematian” keutuhan

keluarganya, rasanya separuh “diri” anak telah hilang, hidup tak akan sama

lagi setelah orang tua mereka bercerai dan mereka harus menerima

kesedihan dan perasaan kehilangan yang mendalam. Contohnya, anak harus

memendam rasa rindu yang mendalam terhadap ayah/ibu nya yang tiba-tiba

tidak tinggal bersamanya lagi. Dalam sosiologi, terdapat teori pertukaran

yang melihat perkawinan sebagai suatu proses pertukaran antara hak dan

kewajiban serta penghargaan dan kehilangan yang terjadi diantara sepasang

suami istri. Karena perkawinan merupakan proses integrasi dua individu

17
Ulfatmi, Jem Khairil, op.cit., h. 88
18
Ibid., h. 88-89
29

yang hidup dan tinggal bersama, sementara latar belakang sosial-budaya,

keinginan serta kebutuhan mereka berbeda , maka proses pertukaran dalam

perkawinan ini harus senantiasa dirundingkan dan disepakati bersama.

3. Akibat Perceraian

Menurut Leslie dikutip dari Machasin mengemukakan bahwa anak–

anak yang orang tuanya bercerai sering hidup menderita; khususnya dalam

hal keuangan serta secara emosional kehilangan rasa aman di dalam

keluarga.19 Oleh karena itu tidak jarang mereka berbohong dengan

mengatakan bahwa orang tua mereka tidak bercerai atau bahkan

menghindari pertanyaan –pertanyaan tentang perceraian orang tua mereka.

Banyak sekali dampak negatif perceraian yang bisa muncul pada

anak. Seperti, marah pada diri sendiri, marah pada lingkungan, jadi

pembangkang. Menurut Burns dikutip dari Safari seorang anak memiliki

orang tua bercerai, karena mereka merasa bahwa merekalah penyebab

perceraian kedua orang tuanya, sehingga pada akhirnya mereka benar-

benar tidak dapat melakukan tugas dengan baik. Anak juga mengalami

kecemasan sehingga daya juang yang dimiliki anak lambat laun akan turun

dan akan tidak dapat menunjukkan kemajuan dalam hidupnya. Ketidak

matangan kognitif pun dapat mengakibatkan anak-anak cermas ketika

orang tua mereka bercerai, sehingga mereka tidak dapat melakukan

19
Putri Novita Wijayati, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perceraian dalam
Perkawian”, Skripsi, (Semarang: Perpustakaan Unika, 2008), h.45
30

adaptasi dengan baik serta anak takut menjalin hubungan dengan orang

lain.20

Akibat dari perceraian ini banyak tampak negatif dari anak, anak

merasa kurang mendapatkan kasih sayang orang tuanya, merasa mereka

penyebab dari perceraian orang tuanya dan anak juga merasa kesepian

karena tidak memiliki keluarga yang tidak lengkap.

C. Situasi Emosi

1. Pengertian Emosi

Secara etimologi, situasi berasal dari kata bahasa inggris yaitu

situation, yang berarti situasi atau keadaan.21 keadaan sebagai kata benda

dalam bahasa Indonesia dipandankan dengan kata suasana.22 Dengan

demikian kata situasi atau keadaan dapat dipandankan dengan kata

suasana.

Secara etimologi, emosi berasal dari Bahasal Prancis emotion, dari

emouvoir, excite. Emosi kata lainnya adalah emovere, yang terdiri dari

kata e- ( variant atau ex-) dengan arti „keluar‟ dan movere, yaitu

„bergerak‟.23 Emosi (emotion) dalam kamus Bahasa Inggris berarti

perasaan, emosi, atau renjana.24 Sedangkan emosi dalam kamus Bahasa

Indonesia berarti keadaan perasaan yang meluap dan berkembang lalu

20
Fransiska Manik Indrian, Dampak Psikologis Perceraian Orang Tua Terhadap Anak,
Skripsi, (semarang: Perpustakaan Unika, 2008), h.21
21
John M. Echols & Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia An Englis – Indonesian
Dictionary, (Jakarta: PT Gramedia, 2010), XXIX, h. 529
22
Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Gitamedia Pres), Ed. Terbaru, h,
715. t.t.p.t.t
23
Sarlito W. Sarwono, psikologi lintas budaya, (Jakarta: Rajawali pers, 2014), Ed.1,
Cet.1, hal.83
24
Jhon M. Echols & Hassan Shadily, op. cit., h.211
31

surut dalam waktu singkat.25 Reber & Reber (2010: 312), emosi (emovere)

diterjemahkan sebagai “bergerak, menyenangkan, mengendalikan, atau

mengakitasi.”26 Selanjutnya mereka mengongsepkan kata emosi berkaitan

dengan suasana cinta, takut, benci, dan marah.27 Sarwono (2014: 82)

menyatakan istilah emosi yang merupakan sinonim dari kata efek yang

berarti perasaan.28 Konsep ini diartikan oleh Reber & Reber (2010: 313).29

Dengan demikian, kata emosi dapat diartikan sebagai suasana hati diiringi

oleh rasa (efek) cinta, takut, beci, dan marah. Sedangkan para pakar

psikologi mendefenisikan konsep emosi, sebagai berikut:

a. M. Darwis Hude mendefenisikan emosi sebagai”suatu gejala psiko-

fisiologis yang menimbulkan efek pada persepsi, sikap, dan tingkah

laku, serta mengejawantah dalam bentuk ekspresi tertentu.”30 Lebih

lanjut, emosi dirasakan secara psiko-fisik karena terkait langsung

dengan jiwa dan fisik. Ketika emosi bahagia meledak-ledak, ia secara

psikis member kepuasan, tetapi secara fisiologis membuat jantung

berdebar-debar atau langkah kaki terasa ringan, juga tak terasa ketika

berteriak puas kegirangan. Namun, hal-hal yang disebutkan ini tidak

sepesifik terjadi pada semua orang pada seluruh kesempatan. Kadang

25
Tim Prima Pena,op.cit., h. 249
26
Artur S. Reber & Emily S. Reber, Kamus Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2010), Cet-1, h. 312
27
ibid
28
Sarlito W. Sarwono, op.cit., h. 82
29
Artur S. Reber & Emily S, op.cit., h. 313
30
M. Darwis Hude, Emosi Penjelajahan Religio-Psikologis Tentang Emosi Manusia Di
dalam Al-Qur’an, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 18
32

orang bahagia, tetapi justru meneteskan air mata, atau kesedihan yang

sama tidak membawa kepedihan yang serupa.31

b. Willam James dalam Sobur (2013), emosi adalah “kecendrungan untuk

memiliki perasaan yang khas bila berhadapan dengan objek tertentu

dalam lingkungannya.”32

c. Crow & Crow dalam Sobur (2013) mengartikan emosi sebagai “suatu

keadaan yang bergejolak pada diri individu yang berfungsi sebagai

inner adjustment (penyesuaian dalam diri dalam) terhadap lingkungan

untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu.”33

d. Yurdik Jahja mendefenisikan emosi sebagai “suatu keadaan diri

individu (organisme) pada suatu waktu tertentu yang diwarnai dengan

adanya gradasi mulai dari tingkatan yang lemah sampai pada tingkat

yang kuat (mendalam), seperti tidak terlalu kecewa atau sangat

kecewa.”34

e. Daniel Golemen dalam Ali & Asrori (2004) memaknai emosi sebagai

“setiap kegiatan atau pergolakan fikiran, perasaan, nafsu, setiap

keadaan mental yang hebat dan meluap-luap.”35 Lebih lanjut, Golemen

dalam (ibid) mengatakan “bahwa emosi merujuk kepada suatu

31
Ibid
32
Alex Sobur, Psikologi Umum Dalam Lintas Sejarah, (bandung: Pustaka Setia, 2013),
Cet ke-5, h. 399
33
Ibid., h. 399-400
34
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Kencana, 2013), Cet.ke-3, h. 59
35
Mohammad Ali & Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), Cet.1, h. 62
33

perasaan dan fikiran-fikiran yang khas, suatu keadaan yang biologis

dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.”36

f. Chalplin dalam Ali & Asrori (2004) mendefenisikan emosi sebagai

“suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan

yang disadari, yang mendalam sifatnya dari perubahan prilaku. 37 Ia

membedakan emosi dengan perasaan. Perasaan (feelings) adalah

pengalaman didasari yang disadari yang diaktifkan baik oleh

perasangka ekternal maupun oleh bermacam-macam keadaan

jasmaniah.38

g. Shiraev dan Levy dalam Sarwono (2014), menjelaskan bahwa “emosi

sebagai sebuah respons evaluative yang biasanya mencakup kombinasi

dari rangsangan fisiologis, pengalaman subjektif (positif, negatif, atau

ambivalen), dan ekspresi prilaku. Kesenangan dan kekecewaan, sedih

dan terkejut, iri dan bangga, dan berbagai emosi lainnya.”39

h. Sloman dalam Sarwono (2014), emosi merupakan “ proses kognitif.”

Lebih lanjut ia mengungkapkan, otak sering kali dianggap sebagai

pemrosesan (sic) pemprosesan informasi. Hal ini menyebabkan

munculnya anggapan bahwa otak yang tidak memiliki emosi, motivasi,

ketakutan, dan harapn adalah otak yang tidak lengkap.40

Emosi adalah psikologi modern dikaitkan dengan kognisi. Emosi

juga sering dikaitkan dengan istilah lainnya, seperti:

36
ibid
37
ibid
38
Ibid
39
Sarlito W. Sarwono,op. cit., h. 80
40
Ibid., h. 82
34

a. Afek, sinonim dari emosi. Dalam psikologi dan psikiatri, istilah „afek‟
digunakan untuk menjelaskan pengalaman emosional yang
tekualifikasi (missal: emosi yang dirasakan dengan kuat (intense),
perasaan labil, atau perasaan yang tidak tepat dengan situasi yang
dihadapi) atau terkuantifikasi (missal: skor tinggi dalam skala yang
mengukur emosi positif);
b. Affect display, yaitu ekspresi dari emosi yang dirasakan. Misalnya,
ekspresi wajah, postur tubuh, kualitas suara dan sebagainya;
c. Sifat (disposition), mengacu pada karakteristik yang membedakan
seseorang, kecenderungan untuk bereaksi terhadap situasi-situasi
tertentu dengan emosi tertentu pula;
d. Perasaan (feeling), biasanya mengacu pada aspek emosi subjektif dan
fenomenologis. Misalnya, pengalaman internal mengenai kecemasan,
kesedihan, cinta, kebanggaan, dan lainnya;
e. Mood, mengacu pada kondisi emosional dengan durasi yang relatif
sebentar. Misalnya, depresi, euphoria, netral, atau mood yang
mengganggu.41

Pengertian emosi adalah suatu gejala psiko-fisiologis yang

menimbulkan efek (rasa) dan reaksi seperti; sedih, takut, benci, marah,

gelisah dan tegang. Emosi secara luas, tidak hanya berkaitan dengan

perilaku yang dimunculkan individu, perilaku atau sikap yang terlihat saja,

akan tetapi emosi juga berkaitan dengan prilaku yang tidak terlihat. Selain

itu, emosi juga memiliki beberapa istilah, istilah ataupun sinonim dari

emosi adalah; efek, affect display, sifat, perasaan, dan mood. Reaksi fisik

orang yang sedang emosional secara umum diketahui melalui bahasa

tubuh seperti reaksi emosi orang yang sedang marah; mengepalkan tangan

dengan reaksi oto yang lebih kuat sebagai reaksi afek marah, demikian

halnya orang yang sedang ketakutan reaksi fisiologisnya secara bahasa

tubuh gemetaran (menggigil) dan menundukkan wajah tidak berani

memandang orang lain yang ada dihadapan.

41
Ibid., h. 82-83
35

Dari banyak uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa emosi

adalah suatu respon perangsang yang menyebabkan perubahan fisiologis

disertai perasaan yang kuat dan dapat membantu kelangsungan hidup

manusia.

2. Pengetian Situasi Emosi

Situasi emosi adalah suasana hati yang merefleksikan perubahan

temporer efek berkaitan dengan harapan tentang kecenderungan umum

positif atau negatif. Sebagai bagian dari afek, suasana hati juga berfungsi

untuk memberi sinyal atau informasi kepada individu tentang

kemungkinan senang atau kecewa dalam suatu interaksi dengan

lingkungan sosial atau fisik. Suasana menjadi cerah jika lingkungan

memberikan kesenangan dan menjadi muram jika lingkungan tidak

memberikan kesenangan. Suasana hati yang baik dapat meningkatkan

prilaku kecendrungan mendekat ke interaksi sosial, prilaku prososial, dan

tantangan sedangkan suasana hati yang buruk meningkatkan respon

semakin menjauh dan membela diri. 42

Reaksi emosional gerak cepat ini lebih menonjol situasi-situasi

yang mendesak yang mendahulukan tindakan penyelamatan diri.43

Emosional itu bersifat asosiatif menganggap bahwa unsure-unsur yang

melambangkan suatu realitas, atau memicu kenangan terhadap realitas.44

42
Htt//googleweblight.com,pengertian-afek-affect-suasana-hati
43
Daniel Goleman, Emosional Intelligence. (Jakarta: Gramedia Pustaka U tama, 1996), h.
416
44
Ibid., h. 419
36

Fikiran emosional individu banyak ditentukan oleh keadaan dan

didektekan oleh perasaan tertentu yang sedang menonjol pada saat itu.

Cara seseorang berfikir dan bertindak pada saat merasakan senang dan

romantis akan sangat berbeda dengan prilakunya ketika dalam keadaan

sedih, marah atau cemas. Dalam mekanisme emosi itu ada repertoar

pikiran, reaksi bahkan ingatannya sendiri.45

Keadaan emosi seseorang diperlakukan dengan tidak baik oleh

orang lain, seringkali kita merasa terbius dan tidak sadar dengan perlakuan

buruk orang lain pada emosi kita. Kondisi “keterbiusan emosi” ini

menjaga kita agar tidak merasa lebih terluka oleh perlakuan orang lain.

Penindasan emosi yang berlangsung lama juga memungkinkan kondisi

“terbiusan emosi” ini semakin lama ada dalam diri seseorang. Kondisi ini

menjadi akut di mana jiwa dan emosi seseorang tidak merasakan akibat

perlakuan buruk tersebut.46

Situasi emosi adalah dorongan hati, bukan dorongan kepala. Ada

pula reaksi emosional jenis kedua yang lebih lamban dari pada respon

cepat yang digodok dan di olah terlebih dahulu dalam pikiran sebelum

mengalir ke perasaan. Jaluran kedua untuk memicu emosi ini sifatnya

lebih sengaja dan biasanya kita cukup sadar akan gagasan-gagasan yang

menimbulkannya. Emosi-emosi yang lebih rumit, seperti rasa malu atau

cemas menghadapi ujian yang akan dating, mengikuti rute yang lebih

45
Mohammad Ali & Mohammad Asrori, Op.,cit, h. 65
46
Makmur Mubayyid , Kecerdasan & Kesehatan Emosional anak, (Pustaka Al-kausar),
h. 173
37

lambat dengan memakan beberapa detik atau menit untuk muncul adalah

emosi-emosi yang mengiringi pemikiran

3. Bentuk-Bentuk Emosi

Mahmud dalam Sobur (2013: 410) tingkah laku emosional dapat

dibagi menjadai empat bentuk, yaitu: (1) marah, orang bergerak

meninggalkan sumber prustasi (2) takut, orang bergerak meninggalkan

sumber frustasi (3) cinta, orang bergerak menuju sumber kesenangan (4)

depresi, orang menghentikan respons-respons terbukanya dan mengalihkan

emosi kedalam dirinya sendiri.47

Membedakan satu emosi lainnya dan menggolongkan emosi-emosi

yang sejenis kedalam suatu golongan atau satu tipe sangat sukar dilakukan

karena hal-hal berikut ini:

a. Emosi yang sangat mendalam; misalnya, sangat marah atau sangat

takut menyebabkan aktivitas badan sangat tinggi, sehingga seluruh

tubuh aktif. Dalam keadaan seperti ini sukar menentukan apakah

seseorang itu sedang takut atau sedang marah.

b. Penghayatan; satu orang yang dapat menghayati satu macam emosi

dengan berbagai cara,. Misalnya, kalau marah seseorang akan

gemetaran ditempat, tetapi lain kali ia memaki-maki, atau mungkin

lari.48

c. Nama emosi; nama yang umumnya diberi kepada berbagai jenis emosi

biasanya didasarkan oleh sifat rangsangannya, bukan pada keadaan

47
Alex Sobur, op.cit., h,. 410
48
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta:
Kencana, 2009), Cet. Ke-4, h. 170
38

emosinya sendiri, “takut” adalah emosi yang timbul terhadap suatu

bahaya yang menjengkelkan.

d. Pengenalan emosi; pengenalan emosi subjektif dan introspektif sukar

dilakukan, karena selalu saja ada pengaruh dari lingkungan.49

Daniel Goleman dalam Ali & Asrori (2004), mengindikasikan

sejumlah kelompok emosi, yaitu sebagai berikut:

1) Amarah; di dalamnya meliputi brutal, mengamuk, benci, marah


besar, jengkel, kesal hati, terganggu , rasa pahit, tersinggung,
bermusuhan, tindak kekerasan, dan kebencian patologi.
2) Kesedihan; di dalamnya meliputi pedih, sedih, muram, suram,
melankolis, mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa, dan
depresi.
3) Rasa takut; di dalamnya meliputi cemas, takut, gugup,
khawatir, waswas, perasaan takut sekali, sedih, waspada, tidak
tenang, ngeri, kecut, panic dan fobia.
4) Kenikmatan; didalamnya meliputi bahagia, gembira, ringan
puas, rasa terpenuhi, girang, senang sekali dan mania.
5) Cinta; didalmnya meliputi penerimaan, persahabata,
kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran
dan kasih saying.
6) Terkejut; di dalamnya meliputi terkesiap, takjub dan terpana.50
7) Jengkel; di dalamnya meliputi hina, jijik, muak, benci, tidak
suka, dan mau muntah.
8) Malu; di dalamnya meliputi rasa bersalah, malu hati, kesal
hati, menyesal, hina, aib, dan hati hancur lebur.51

Menurut Wundt ada tiga pasang kutub emosi, yaitu: Lust-Unlust

(senag-tak senang), Spannung-losung (tegang-tak tegang). Erregung-

Berubigung (semangat-tenang).52 Ekspresi manusia telah di identifikasi

oleh para pakar psikologi ke dalam emosi dasar dan emosi campuran.

Emosi dasar manusia di dalam Al-Qur‟an meliputi: emosi senang, marah,

49
Ibid
50
Mohammad Ali & Mohammad Asrori, op.cit., h.63
51
Ibid
52
Ahmad Fauzi, psikologi umum, (Bandung: Pusataka Setia , 2004), Ed. Rev., Cet. III, h.
55
39

sedih, takut, benci, heran dan kaget. Sedangkan pendapat lain

mengkategorikan emosi kedalam beberapa segmen: bersifat positif dan

negatif.53

a. Emosi Positif

Emosi positif adalah emosi yang menyenangkan dan

diinginkan oleh setiap orang. Tetapi emosi positif yang dipavoritkan

kebanyakan banyak orang adalah emosi senang yaitu emosi cinta,

kegembiraan dan kagum. 54

1) Emosi senang

Emosi senang/bahagia umumnya didefenisikan sebagai

segala sesuatu yang membuat kesenangan dalam hidup. Perasaan

senang yang meliputi cinta, puas, gembira, dan bahagia adalah

kondisi-kondisi yang senantiasa didambakan oleh manusia.55

Senang adalah sesuatu yang relatif tergantung tujuan manusia

dalam gidup, pengaruh dan kesenangan hidup duniawi lainnya,

keberhasilannya mewujudkan tujuan-tujuan tersebut akan

menimbulkan kesenangan dan kegembiraan baginya. Adapun

orang-orang yang berpegang teguh pada keimanan dan ketakwaan

serta amal shaleh supaya dapat menggapai kebahagian dalam

akhirat, hal itu akan menjadi sumber ketenangan, ketentraman dan

kesenangannya.

53
Op.,cit, h. 19
54
op.cit.,233
55
M. Darwis Hude, op.cit., h. 136-162
40

Alqur‟an memang menyatakan bahwa manusia memiliki

kecenderungan tertarik pada lawan jenis, senang pada keturunan,

harta yang melimpah, kendaraan mewah, dan kekayaan lainnya hal

ini dinyatakan dalam surat ali-imran: 14

       

      

         

 
Artinya: dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan
kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-
anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat
kembali yang baik (surga).

Ungkapan emosi senang pada manusia di dalam al-qur‟an

dapat dilihat dalam beberapa kategori berikut, surat Al-

Muthafifin:22-24

          

   


Artinya: sesungguhnya orang yang berbakti itu benar-benar berada
dalam kenikmatan yang besar (syurga),. mereka (duduk)
di atas dipan-dipan sambil memandang. kamu dapat
mengetahui dari wajah mereka kesenangan mereka yang
penuh kenikmatan.

Pada ayat yang dikutip di atas jelas sekali ungkapan Al-

Qur‟an tentang terjadinya perubahan faali dan ekpresi emosi


41

senang pada manusia ketika mendapatkan sesuatu yang

menyenangkan. Perubahan yang terjadi pada raut muka merupakan

ekpresi emosi yang paling sering muncul seiring keterbangkitan

emosi. Pengalaman emosi manusia, baik yang positif maupun yang

negatif, digabarkan oleh banyak ayat Al-Qur‟an dalam bentuk

ekspresi wajah. Gambaran perubahan dengan ungkapan wajah yang

berseri-seri, muram, kootor berdebu, berkerut lesu, hitam atau

merah padam tergantung pada situasi emosi yang digambarkan/

dialami pada saat itu.

2) Emosi cinta

Cinta memainkan perasaan penting dalam kehidupan

manusia. Cinta adalah kehidupan perkawinan, pembentukan

keluarga dan pemeliharaan anak. Cinta merupakan dasar kasih

sayang di antara manusia dan pembentukan hubungan persahabatan

sesame manusia. Cinta merupakan pengikat yang erat yang

mnghubungkan manusia dengan rabb-Nya dan berpegang pada

sariatnya.56

3) Emosi malu

Rasa malu merupakan suatu kondisi emosional ketika

seseorang merasakan takut dan menyesal karena melakukan suatu

perbuatan tercela dan buruk atau juga melakukan perbuatan yang

tidak sesuai dengan ajaran agama dan moral. Karena itu malu

56
Muhammad Utsman Najati,Psikologi Dalam Al-Qur’an (Terapi Qur’ani Dalam
Penyembuhan Gangguan Kejiwaan) Bandung:CV. Pustaka Setia,2005.hal, 120
42

merupakan sikap yang terpuji, sebab rasa malu dapat mencegah

seseorang terperosok kedalam jurang kesalahan, melakukan

perbuatan buruk, serta perbuatan maksiad dan dosa. Sebaliknya,

orang yang tidak memiliki rasa malu akan melakukan perbuatan

yang tercela, terperosok ketika dalam jurang kesalahan, bebuat

dosa, mengabaikan orang lain, mengabaikan norma masyarakat dan

nilai norma moral, serta tidak merasakan penyesalan yang dalam

pada apa yang telah dilakukan.57

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

emosi positif yang dirasakan manusia itu adalah senang, cinta,

gembira, dan malu

b. Emosi Negatif

1) Emosi marah

Marah adalah emosi yang paling popular dalam percakapan

sehari-hari, bahkan kerap dinamai “emosi”. Banyak prilaku yang

menyertai emosi marah. Mulai dari tindkan diam atau menarik dari

(withdrawal), hingga

tindakan agresif yang bias mencederai atau mengancam

nyawa orang lain.58 Sumber utama dari kemarahan adalah hal-hal

yang mengganggu aktivitas untuk mencapai tujuannya. Dengan

demikian, ketegangan yang terjadi dalam aktivitas itu tidak mereda,

bahkan bertambah untuk menyalurkan ketegangan-ketegangan itu,

57
Muhammad Utsman Najati,Psikologi Dalam Perspektif Hadist (Al-Hadist Wa‟ulum
An-Nafs), Jakarta: PT. Pustaka Al-Husna Baru, 2004. Hal, 115
58
Ibid
43

individu yang bersangkutan menjadi marah, karena tujuannya tidak

tercapai.59

2) Emosi Sedih

Selain diliputi perasaan senang dan marah, manusia juga

dirundung kesedihan. Banyak hal yang bisa membuat orang

bersedih; kegagalan, kesulitan, kecelakaan, kematian, dan

sebagainya. Manusia tampak bahagia tatkala mendapat nikmat, dan

berduka ketika kesulitan atau musibah yang menimpa.60

3) Emosi takut

Takut adalah perasaan yang sangat mendorong individu

untuk menjauh sesuatu dan sedapat mungkin menghindari kontak

dengan hal itu. Rasa takut lain merupakan kelainan kejiwaan adalah

kecemasan (anxiety) yaitu rasa takut yang tak jelas sasarannya dan

juga tidak jelas alasannya.61 Emosi takut merupakan salah satu

emosi yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena

berperan penting dalam mempertahankan diri dari seabreg

persoalan yang bias mengancam kehidupan. Rasa takut akan

mendorong kita dalam mengambil tindakan yang perlu untuk

menghindari bahaya yang mengancam kelangsungan hidup. Emosi

takut manusia dalam al-Qur‟an memiliki skala yang cukup luas.

Tidak terbatas pada ketakutan dunia, semisal ketakutan pada

59
Abdul Rahman Shaleh, op.cit., h. 176
60
M. Darwis Hude, op.cit., h. 179-180
61
Ahmad Fauzi, op, cit., h. 58
44

kelaparan, kehilangan jiwa dan harta, bencana alam, kematian, dan

sebagainya.62

4) Emosi benci

Mekanisme pertahanan tubuh manusia melahirkan berbagai

tingkah laku dan jenis emosi. Emosi benci, seperti halnya emosi

takut, membuat manusia melestarikan hidup. Hanya saja, emosi

benci terkadang tidak tepat sasaran.63

5) Emosi heran dan kaget

Emosi heran dan kaget berada pada garis kontinum dan yang

sama. Heran berawal dari terjadinya sesuatu diluar apa yang

dibayangkan. Sedangkan kaget bermula dari sesuatu yang terjadi

secara tiba-tiba. Itensitas emosi pada kaget lebih dalam

dibandingkan emosi pada peristiwa heran. Akibatnya, perubahan

fisiologis pada emosi kaget juga lebih tinggi, seperti denyut yang

lebih cepat, pernapasan yang berat, dan sebagainya. Emosi heran

dan kaget di perlukan dalam konstelasi kehidupan manusia, karena

keduanya membawa peringatan terhadap sesuatu yang bisa

mengancam kehidupan.64

Kesedihan tidak pernah diharapkan leh manusia normal, tapi

ia juga tak akan hilang dari hiruk-pikuk kehidupan manusia.

Penggambaran emosi sedih dalam Al-Qur;an, seperti halnya emosi-

emosi lain, berbarengan dengan aneka peristiwa yang dialami


62
M. Darwis Hude, op. cit., h. 192
63
Ibid., h. 207
64
Ibid., h. 214
45

manusia dalam melakukan hubungan intrapersonal, interpersonal

dan metapersonal. Allah SWT selalu berharap agar manusia tidak

mudah bersedih, terutama terhadap nasib orang-orangyang tidak

mau beriman. Dengan iman yang ada di dada, manusia seharusnya

membuang jauh-jauh kesedihan dan kekhawatiran atau ketakutan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

emosi negatif yang dirasakan manusia itu adalah takut, marah,senag

,benci,dan cemburu.

4. Perkembangan Emosi Anak

Perkembangan emosi anak seringkali sangat berbeda dari orang

dewasa, orang dewasa yang belum memahami hal ini cendrung

menganggap anak sebagai “tidak matang”. Anak seringkali

memperlihatkan emosi mereka bahwa ledakan emosional seringkali

mengakibatkan hukuman, mereka belajar untuk menyesuaikan diri dengan

situasi yang membangkitkan emosi. Secara bertahap, dengan adanya

pengaruh faktor belajar dan lingkungan, prilaku yang menyertai berbagai

macam emosi semakin diindividualisasikan. Seorang anak akan berlari ke

luar ruangan jika mereka ketakutan, sedangkan anak lainnya mungkin

akan menangis, dan anak lainnya lagi mungkin akan bersembunyi di

belakang kursi atau di balik punggung seseorang.

Dengan meningkatnya usia anak, pada usia tertentu emosi yang

sangat kuat berkurang kekuatannya, sedangkan emosi lainnya yang tadinya

lemah berubah menjadi kuat. Anak tidak memperlihatkan reaksi emosional


46

mereka secara tidak langsung melalui kegelisahan, melamun, menangis,

kesukaran berbicara, dan tingkah yang gugup seperti menggigit kuku dan

mengisap jempol.65

5. Perkembangan Emosi Remaja

Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak ke

masa dewasa. Pada masa ini, remaja mengalami perkembangan mencapai

kematangan fisik, mental, sosial,dan emosional. Umumnya, masa ini

berlangsung sekitar umur 13 tahun sampai umur 18 tahun, yaitu masa anak

duduk di bangku sekolah menengah. Masa ini biasanya dirasakan sebagai

masa sulit, baik bagi remaja sendiri maupun bagi keluarga, atau

lingkungannya.

Berada pada masa peralihan antara masa anak-anak dan masa

dewasa, status remaja agak kabur, baik bagi dirinya maupun bagi

lingkungannya. Masa remaja biasanya memiliki energi yang besar, emosi

berkobar-kobarm sedangkan pengendalian diri belum sempurna. Remaja

juga sering mengalami erasaan tidak aman, tidak tenang, dan khawatir

kesepian.

Secara gais besar, masa remaja dapat dibagi ke dalam empat

periode, yaitu periode praremaja, remaja awal, remaja tengah dan remaja

akhir. Adapun karakteristik untuk setiap periode adalah sebagaimana

dipaparkan berikut ini:

65
Elizabeth B. Hurlok, Perkembangan Anak , (PT. Gelora Aksara Pratama), jilid 1., h.216
47

a. Periode remaja

Selama periode ini terjadi gejala-gejala yang hampr sama antara

remaja pria maupun wanita. Perubahan fisik belum tampak jelas, tetapi

pada remaja putri melihatkan penambahan berat badan yang cepat

sehingga mereka merasa gemuk. Gerakan-gerakan merasa mulai

menjadi kaku.

b. Periode remaja awal

Selama periode ini perkembangan fisik yang semakin tampak

adalah perubahan fungsi alat kelamin. Karena perubahan alat kelamin

semakin nyata, remaja seringkali mengalami kesukaran dalam

menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan itu. Akibatnya, tidak

jarang mereka cenderung menyendiri sehingga mersa terasing, kurang

perhatian dari orang lain.

c. Periode remaja tengah

Tanggung jawab hidup yang harus semakin ditingkatkan oleh

remaja, yaitu mampu memikul sendiri juga menjadi masalah sendiri

bagi mereka. Karena tuntutan peningkatan tanggung jawab tidak hanya

datang hari orang tua atau anggota keluarganya tetapi juga dari

masyarakat sekitarnya.tidak jarang juga masalh jadi remaja. Melihat

fenomena yang sering terjadi dalam masyarakat yang sering kali juga

menunjukkan adanya kontradiksi dengan nilai-nilai moral yang mereka

ketahui, tidak jarang remaja mulai meragukan tentang apa yang disebut

baik atau buruk.


48

d. Periode remaja akhir

Periode ini remaja mulai memandang dirinya sebagai orang

dewasa dan mulai mampu menunjukkkan pemikiran, sikap, prilaku

yang semakin dewasa. Oleh sebab itu orang tua dan masyarakat mulai

memberikan kepercayaan yang selayaknya kepada mereka. Interaksi

dengan orang tua juga menjadi lebih bagus dan lancer karena mereka

sudah memiliki kebebasan penuh serta emosinya mulai stabil.66

Dari banyak pendapat diatas dapat penulis simpulkan

bahwasannya emosi remaja ini kualitas atau fruktualitas emosi yang ada

pada individu tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita lihat

beberapa tingkah laku emosi misalnya, agresif, rasa takut yang

berlebihan, sikap apatis, dan tingkah laku menyakiti diri seperti melukai

diri sendiri dan memukul kepala sendiri.

6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Emosi Anak Dan Remaja

Perkembangan emosi seeorang pada umumnya tampak jelas pada

perubahan tingkahlakunya, kualitas atau fluktuasi gejala yang tampak

dalam tingkah laku itu sangat tergantung pada tingkat fluktuasi emosi yang

ada pada individu tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita lihat

beberapa tingkah laku emosional misalnya agresif, rasa takut, yang

berlebihan, sikap apatis, dan tingkah laku menyakiti diri, seperti melukai

diri sendiri dan memukul-mukul kepala sendiri. Sejumlah faktor yang

mempengaruhi perkembangan emosi adalah sebagai berikut:

66
Muhammad Ali & Muhammad Asrori, Psikologi Remaja (Jakarta:PT. Bumi Aksara,
2014)hal.67-68
49

1) Perubahan Jasmani

Perubahan jasmani yang ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan

yang sangat cepat dari anggota tubuh. Pada taraf permulaan

pertumbuhan ini hanya terbatas pada bagian-bagian tertentu saja yang

mengakibatkan postur tubuh menjadi tidak seimbang. Ketidak

seimbangan tubuh ini sering mempunyai akibat yang tidak terduga

pada perkembangan emosi individu. Tidak setiap individu dapat

menerima perubahan kondisi tubuh seperti itu, lebih-lebih jika

perubahan tersebut menyangkut perubahan kulit yang menjadi kasar

dan penuh jerawat.

2) Perubahan Pola Interaksi Dengan Orang Tua

Pola asuh orang tua terhadap anak, termasuk remaja, sangat

bervariasi. Ada yang pola asuhnya menurut apa yang dianggap terbaik

oleh dirinya sendiri saja sehingga ada yang bersifat otoriter,

memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga yang dengan penuh

cinta kasih. Perbedaan pola asuh orang tua seperti ini dapat

berpengaruh terhadap perbedaan perkembangan emosi anak.

3) Perubahan Pandangan Luar

Faktor penting yang dapat mempengaruhi perkembangan emosi

remaja selain perubahan yang terjadi dalam diri remaja adalah

pandangan dari luar dirinya.


50

Ada sejumlah perubahan pandang dunia luar yang dapat

menyebabkan konflik-konflik emosional dalam diri remaja, yaitu

sebagai berikut:

1) Sikap dunia luar terhadap remaja sering tidak konsisten.

Kadang-kadang mereka dianggap sudah dewasa, tetapi mereka

tidak mendapatkan kebebasan penuh atau peran yang wajar

sebagai orang dewasa.

2) Dunia luar dan masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang

berbeda.

3) Seringkali kekosongan dimanfaatkan oleh pihak luar yang tidak

bertanggung jawab.

4) Perubahan Interaksi Dengan Sekolah

Pada masa anak-anak, sebelum menginjak masa remaja sekolah

merupakan tempat pendidikan yang diidealkan oleh mereka. Para guru

merupakan tokoh yang sangat penting dalam kehidupan mereka selain

tokoh intelektual, guru juga merupakan tokoh otoritas bagi para peserta

didiknya. Oleh karena itu, tidak jarang anak-anak lebih percaya, lebih

patuh, bahkan lebih takut kepada guru dari pada orang tuanya. Posisi

guru semacam ini sangat strategis apabila digunakan untuk

pengembangan emosi anak melakukan penyampaian materi-materi

yang positif dan konstruktif.67

67
ibid
51

Jadi dapat disimpulkan fakto-faktor yang mempengaruhi

perkembangan emosi remaja yaitu perubahan jasmani, perubahan pola

interaksi dengan orang tua, perubahan pandangan luar dan perubahan

interaksi dengan sekolahnya.

Sedangkan faktor yang mempengaruhi emosi anak adalah sebagai

berikut:

1) Keadaan anak

Keadaan individu pada anak, misalnya cacat tubuh ataupun

kekurangan pada diri anak akan sangat mempengaruhi

perkembangan emosional, bahkan berdampak lebih jauh pada

kepribadian anak. Misalnya: rendah diri, mudah tersinggung atau

menarik diri dari lingkungannya.

2) Faktor belajar

Pengalaman belajar anak akan menentukan reaksi potensial

mana yang mereka gunakan untuk marah. Pengalaman belajar yang

menunjang perkembangan emosi antara lain:

a. Belajar dengan coba-coba

Anak belajar dengan coba-coba untuk menekpresikan emosinya

dalam bentuk prilaku yang member pemuasan sedikit atau

sama sekali tidak memberikan kepuasan.

b. Belajar dengan meniru


52

Dengan cara meniru dan mengamati hal-hal yang

membangkitkan emosi orang lain, anak bereaksi dengan emosi

dan metode yang sama dengan orang-orang yang diamati.

c. Belajar mempersamakan diri anak meniru reaksi emosional

orang lain yang tergugah oleh rangsangan yang sama dengan

rangsangan yang telah membangkitkan emosi orang yang

ditiru. Disini anak hanya meniru orang yang dikagumi dan

mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya

d. Belajar melalui pengondisian

Dengan metode ini objek, situasi yang mulanya gagal

memancing reaksi emosional kemudian berhasil dengan cara

asosiasi. Pengondisian terjadi dengan mudah dan tepat pada

awal –awal kehidupan karena anak kecil kurang menalar,

mengenai betapa tidak rasionalnya reaksi mereka.

e. Belajar dengan bimbingan dan pengawasan

Anak diajarkan bereaksi yang dapat diterima jika sesuatu emosi

terangsang. Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk

bereaksi terhadap rangsangan yang biasanya membangkitkan

emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi

secara emosional terhadap rangsangan yang membangkitkan

emosi yang tidak menyenangkan.

3) Lingkungan keluarga
53

Salah satu fungsi keluarga adalah sosialisasi nilai keuarga

mengenai bagaimana anak bersikapdan berprilaku. Keluarga adalah

lembaga yang pertama kali mengajarkan individu (melalui contoh

yang diberikan orang tua) bagaimana individu mengeplorasikan

emosinya. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama

bagi perkembangan anak. Keluarga sangat berfungsi dalam

menanamkan dasar-dasar pengalaman emosi, karena disanalah

pengalaman pertama didapatkan oleh anak. Keluarga merupakan

lembaga pertumbuhan dan belajar awal yang dapat mengantarkan

anak menuju pertumbuhan dan belajar selanjutnya.68

Jadi dapat disimpulka bahwa perkembangan emosi anak

disebabkan oleh faktor anak, faktor belajar dan lingkungan

keluarga

68
Elizabet B. Hurlok, Op, Cit

Anda mungkin juga menyukai