LANDASAN TEORITIS
A. Konseling Keluarga
tangganya.1
1
Abd Rahman, konseling keluarga muslim, (Jakarta:The Minangkabau Foundation,
2005), h.,49
12
13
terjadi perubahan prilaku yang positif pada diri individu yang akan
lain:
keluarga.
2
Syofyan S, Will, Konseling Keluarga ,( Bandung: Alfabeta, 2015), h.,83-88
14
pengaruh tidak baik pada persesi, harap dan interaksi akggota keluarga
yang lain.
anggota lain.
yang lain.
c. Agar orang tua memiliki persepsi yang realistis dan sesuai dengan
3
Abd. Rahman, Op, Cit.,h. 51-52
15
dalam keluarga agar terwujudnya keluarga yang bahagia dunia dan akhirat
a. Fungsi pemahaman
b. Fungsi preventif
klien tentang cara menghindarkan diri dari perbutan atau kegiatan yang
membahayakan dirinya.
c. Fungsi perkembangan
klien.
4
Sofyan S. Will, Op. Cit., h
16
d. Fungsi perbaikan
e. Fungsi penyaluran
f. Fungsi penyesuaian
konstruktif.
itu bermasalah jika keluarga itu tidak berfungsi. Keadaan ini terjadi
5
Ifdil, kerangka konseptual pemuda dan keluarga. 2007 [online]
18
dari keadaan yang tidak fungsional itu, dia harus memisahkan diri dari
b. Pendekatan Conjoint
keluarga itu sangat rendah dan komunikasi yang terjadi di keluarga itu
c. Pendekatan Struktural
terjadi karena struktur keluarga dan pola transaksi yang dibangun tidak
batas antara subsistem dari sistem keluarga itu tidak jelas. Mengubah
6
http//www.blogsport, konseling-keluarga//20/08/2017
19
Orang tua adalah pemegang amanat atas anaknya, ibu yang telah
Orang tua merupakan pendidik pertama dan utama bagi anaknya. karena
keluarga muslim akan hakekat anak mereka sebagai amanat Allah SWT
yang harus dijaga dengan penuh tanggung jawab. Setiap orang pasti
mengemban amanat.
keluarga. Pada umumnya pendidikan anak dalam rumah tangga itu bukan
berpangkal tolak kesadaran dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari
dan anak.7
7
Zakiah Daradjat, Kebahagian Rumah Tangga,(Jakarta: kansius, 1995) h.38
20
anak sangat besar tantangannya baik kepada arah positif atau negatifnya.
berkolerasi dengan kompetensi anak, yaitu status sosial yang kurang baik,
rendahnya pendidikan ibu dan pekerjaan ibu yang sangat sibuk. Sedangkan
tercermin dari tempramen emosi yang stabil dan tempat pengasuhan yang
baik.8
bermasyarakat.
8
Agus Sujanto, Peranan Orang Tua, (Jakarta: pernanda, 2007) hlm.25
21
putra putrinyasehingga tercipta keluarga yang patuh dan taat kepada Allah
Tharim ayat 6
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
yang peduli terhadap anak, serta menjadikannya seseorang yang lurus dan
dankebahagian.9
anaknya sejenak dari dalam kandunga, ibu selalu hidup teratur dan
Hal ini membawa anak kearah pendidikan lahir batin, rohani dan
9
Syaikh Fuhaim Mustafa, kurikulum pendidikan anak muslim,(Surabaya: Pustaka
elba,2009)
10
Arifin,Hubungan Timbale Balik Pendidikan Agama Di Lingkungan Sekolah Dan
Keluarga, (Jakarta: Bulan Bantang, 1988), h.99
23
mereka tidak sadari atau ketahui tentangnya, namun seorang anak tidak
dewasa muda dan mulai “menulis” bukunya sendiri (atau malaikat yang
menuliskannya.
menjadi orang dewasa dengan model tertentu, dengan alasan apapun, dan
mungkin tak ada orang lain yang akan setuju dengan hal itu. Tugas
11
Ramayulis, dkk, Pendidikan Islam Dirumah Tangga , (Jakarta:Kalam Mulia, 1996), h.
5
12
Hafni Ladjid, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Padang: IAIN Imam Bonjol
Padang pres, 1999), h.,48
24
sehari-hari.
B. Perceraian
1. Pengertian Perceraian
dengan thalaq, dan istilah ini dalam bahasa Indonesia disebut juga dengan
thalaq.
Dilihat dari segi asal usul kata, thalaq berasal dari bahasaarab yakni
yang di ikat dengan pernikahan yang sah menurut agama dan hokum dalam
perkawinan dengan cara dan tindakan tertentu. Jadi yang dikatakan dengan
thalaq itu adalah suatu bentuk penolakan yang dilakukan oleh seorang
yang sangat dibenci oleh Allah SWT, lebih-lebih lagi kalau tidaka ada alas
15
Sayid Sabiq, Figih Sunah, (Bandung: Al- ma‟arif, 1990), h. 7
26
yang tinggal dan hidup bersama dalam sumah sehingga merupakan satu
kesatuan.
sesuatu dapat saja berubah. Sementara itu orang dan kehidupannya secara
2. Penyebab Perceraian
16
Ibid ., h. 9
27
ibu dan ayah sangat diperlukan dalam kehidupan seorang anak, yang mana
memilih ikut ayah atau ibunya adalah pilihan yang sangat sulit oleh seorang
dampak trauma terhadap anak dalam usia apapun, meskipun kadar trauma
Sedangkan bagi anak yang memasuki usia sekolah, pada saat orang
tuanya bercerai, tidak separah yang dialami anak yang masa pra sekolah.
Karena sang anak telah bergaul dengan lingkungan diluar keluarga, baik
kekhawatiran tetap ada dalam diri anak, karena dia sadar bahwa setelah
kehangatan yang dialami anak bersama ayah dan bunda kini tentu tidak
keluarganya, rasanya separuh “diri” anak telah hilang, hidup tak akan sama
lagi setelah orang tua mereka bercerai dan mereka harus menerima
memendam rasa rindu yang mendalam terhadap ayah/ibu nya yang tiba-tiba
yang melihat perkawinan sebagai suatu proses pertukaran antara hak dan
17
Ulfatmi, Jem Khairil, op.cit., h. 88
18
Ibid., h. 88-89
29
3. Akibat Perceraian
anak yang orang tuanya bercerai sering hidup menderita; khususnya dalam
anak. Seperti, marah pada diri sendiri, marah pada lingkungan, jadi
benar tidak dapat melakukan tugas dengan baik. Anak juga mengalami
kecemasan sehingga daya juang yang dimiliki anak lambat laun akan turun
19
Putri Novita Wijayati, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perceraian dalam
Perkawian”, Skripsi, (Semarang: Perpustakaan Unika, 2008), h.45
30
adaptasi dengan baik serta anak takut menjalin hubungan dengan orang
lain.20
Akibat dari perceraian ini banyak tampak negatif dari anak, anak
penyebab dari perceraian orang tuanya dan anak juga merasa kesepian
C. Situasi Emosi
1. Pengertian Emosi
situation, yang berarti situasi atau keadaan.21 keadaan sebagai kata benda
suasana.
emouvoir, excite. Emosi kata lainnya adalah emovere, yang terdiri dari
kata e- ( variant atau ex-) dengan arti „keluar‟ dan movere, yaitu
20
Fransiska Manik Indrian, Dampak Psikologis Perceraian Orang Tua Terhadap Anak,
Skripsi, (semarang: Perpustakaan Unika, 2008), h.21
21
John M. Echols & Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia An Englis – Indonesian
Dictionary, (Jakarta: PT Gramedia, 2010), XXIX, h. 529
22
Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Gitamedia Pres), Ed. Terbaru, h,
715. t.t.p.t.t
23
Sarlito W. Sarwono, psikologi lintas budaya, (Jakarta: Rajawali pers, 2014), Ed.1,
Cet.1, hal.83
24
Jhon M. Echols & Hassan Shadily, op. cit., h.211
31
surut dalam waktu singkat.25 Reber & Reber (2010: 312), emosi (emovere)
dengan suasana cinta, takut, benci, dan marah.27 Sarwono (2014: 82)
menyatakan istilah emosi yang merupakan sinonim dari kata efek yang
berarti perasaan.28 Konsep ini diartikan oleh Reber & Reber (2010: 313).29
Dengan demikian, kata emosi dapat diartikan sebagai suasana hati diiringi
oleh rasa (efek) cinta, takut, beci, dan marah. Sedangkan para pakar
berdebar-debar atau langkah kaki terasa ringan, juga tak terasa ketika
25
Tim Prima Pena,op.cit., h. 249
26
Artur S. Reber & Emily S. Reber, Kamus Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2010), Cet-1, h. 312
27
ibid
28
Sarlito W. Sarwono, op.cit., h. 82
29
Artur S. Reber & Emily S, op.cit., h. 313
30
M. Darwis Hude, Emosi Penjelajahan Religio-Psikologis Tentang Emosi Manusia Di
dalam Al-Qur’an, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 18
32
orang bahagia, tetapi justru meneteskan air mata, atau kesedihan yang
dalam lingkungannya.”32
c. Crow & Crow dalam Sobur (2013) mengartikan emosi sebagai “suatu
adanya gradasi mulai dari tingkatan yang lemah sampai pada tingkat
kecewa.”34
e. Daniel Golemen dalam Ali & Asrori (2004) memaknai emosi sebagai
31
Ibid
32
Alex Sobur, Psikologi Umum Dalam Lintas Sejarah, (bandung: Pustaka Setia, 2013),
Cet ke-5, h. 399
33
Ibid., h. 399-400
34
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Kencana, 2013), Cet.ke-3, h. 59
35
Mohammad Ali & Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), Cet.1, h. 62
33
jasmaniah.38
36
ibid
37
ibid
38
Ibid
39
Sarlito W. Sarwono,op. cit., h. 80
40
Ibid., h. 82
34
a. Afek, sinonim dari emosi. Dalam psikologi dan psikiatri, istilah „afek‟
digunakan untuk menjelaskan pengalaman emosional yang
tekualifikasi (missal: emosi yang dirasakan dengan kuat (intense),
perasaan labil, atau perasaan yang tidak tepat dengan situasi yang
dihadapi) atau terkuantifikasi (missal: skor tinggi dalam skala yang
mengukur emosi positif);
b. Affect display, yaitu ekspresi dari emosi yang dirasakan. Misalnya,
ekspresi wajah, postur tubuh, kualitas suara dan sebagainya;
c. Sifat (disposition), mengacu pada karakteristik yang membedakan
seseorang, kecenderungan untuk bereaksi terhadap situasi-situasi
tertentu dengan emosi tertentu pula;
d. Perasaan (feeling), biasanya mengacu pada aspek emosi subjektif dan
fenomenologis. Misalnya, pengalaman internal mengenai kecemasan,
kesedihan, cinta, kebanggaan, dan lainnya;
e. Mood, mengacu pada kondisi emosional dengan durasi yang relatif
sebentar. Misalnya, depresi, euphoria, netral, atau mood yang
mengganggu.41
menimbulkan efek (rasa) dan reaksi seperti; sedih, takut, benci, marah,
gelisah dan tegang. Emosi secara luas, tidak hanya berkaitan dengan
perilaku yang dimunculkan individu, perilaku atau sikap yang terlihat saja,
akan tetapi emosi juga berkaitan dengan prilaku yang tidak terlihat. Selain
itu, emosi juga memiliki beberapa istilah, istilah ataupun sinonim dari
emosi adalah; efek, affect display, sifat, perasaan, dan mood. Reaksi fisik
tubuh seperti reaksi emosi orang yang sedang marah; mengepalkan tangan
dengan reaksi oto yang lebih kuat sebagai reaksi afek marah, demikian
41
Ibid., h. 82-83
35
manusia.
positif atau negatif. Sebagai bagian dari afek, suasana hati juga berfungsi
42
Htt//googleweblight.com,pengertian-afek-affect-suasana-hati
43
Daniel Goleman, Emosional Intelligence. (Jakarta: Gramedia Pustaka U tama, 1996), h.
416
44
Ibid., h. 419
36
didektekan oleh perasaan tertentu yang sedang menonjol pada saat itu.
Cara seseorang berfikir dan bertindak pada saat merasakan senang dan
sedih, marah atau cemas. Dalam mekanisme emosi itu ada repertoar
orang lain, seringkali kita merasa terbius dan tidak sadar dengan perlakuan
buruk orang lain pada emosi kita. Kondisi “keterbiusan emosi” ini
menjaga kita agar tidak merasa lebih terluka oleh perlakuan orang lain.
“terbiusan emosi” ini semakin lama ada dalam diri seseorang. Kondisi ini
menjadi akut di mana jiwa dan emosi seseorang tidak merasakan akibat
pula reaksi emosional jenis kedua yang lebih lamban dari pada respon
cepat yang digodok dan di olah terlebih dahulu dalam pikiran sebelum
lebih sengaja dan biasanya kita cukup sadar akan gagasan-gagasan yang
cemas menghadapi ujian yang akan dating, mengikuti rute yang lebih
45
Mohammad Ali & Mohammad Asrori, Op.,cit, h. 65
46
Makmur Mubayyid , Kecerdasan & Kesehatan Emosional anak, (Pustaka Al-kausar),
h. 173
37
lambat dengan memakan beberapa detik atau menit untuk muncul adalah
3. Bentuk-Bentuk Emosi
sumber frustasi (3) cinta, orang bergerak menuju sumber kesenangan (4)
yang sejenis kedalam suatu golongan atau satu tipe sangat sukar dilakukan
lari.48
c. Nama emosi; nama yang umumnya diberi kepada berbagai jenis emosi
47
Alex Sobur, op.cit., h,. 410
48
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta:
Kencana, 2009), Cet. Ke-4, h. 170
38
oleh para pakar psikologi ke dalam emosi dasar dan emosi campuran.
49
Ibid
50
Mohammad Ali & Mohammad Asrori, op.cit., h.63
51
Ibid
52
Ahmad Fauzi, psikologi umum, (Bandung: Pusataka Setia , 2004), Ed. Rev., Cet. III, h.
55
39
negatif.53
a. Emosi Positif
1) Emosi senang
kesenangannya.
53
Op.,cit, h. 19
54
op.cit.,233
55
M. Darwis Hude, op.cit., h. 136-162
40
Artinya: dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan
kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-
anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat
kembali yang baik (surga).
Muthafifin:22-24
2) Emosi cinta
sariatnya.56
3) Emosi malu
tidak sesuai dengan ajaran agama dan moral. Karena itu malu
56
Muhammad Utsman Najati,Psikologi Dalam Al-Qur’an (Terapi Qur’ani Dalam
Penyembuhan Gangguan Kejiwaan) Bandung:CV. Pustaka Setia,2005.hal, 120
42
b. Emosi Negatif
1) Emosi marah
menyertai emosi marah. Mulai dari tindkan diam atau menarik dari
(withdrawal), hingga
57
Muhammad Utsman Najati,Psikologi Dalam Perspektif Hadist (Al-Hadist Wa‟ulum
An-Nafs), Jakarta: PT. Pustaka Al-Husna Baru, 2004. Hal, 115
58
Ibid
43
tercapai.59
2) Emosi Sedih
3) Emosi takut
dengan hal itu. Rasa takut lain merupakan kelainan kejiwaan adalah
kecemasan (anxiety) yaitu rasa takut yang tak jelas sasarannya dan
59
Abdul Rahman Shaleh, op.cit., h. 176
60
M. Darwis Hude, op.cit., h. 179-180
61
Ahmad Fauzi, op, cit., h. 58
44
sebagainya.62
4) Emosi benci
tingkah laku dan jenis emosi. Emosi benci, seperti halnya emosi
Emosi heran dan kaget berada pada garis kontinum dan yang
fisiologis pada emosi kaget juga lebih tinggi, seperti denyut yang
mengancam kehidupan.64
,benci,dan cemburu.
kesukaran berbicara, dan tingkah yang gugup seperti menggigit kuku dan
mengisap jempol.65
berlangsung sekitar umur 13 tahun sampai umur 18 tahun, yaitu masa anak
masa sulit, baik bagi remaja sendiri maupun bagi keluarga, atau
lingkungannya.
dewasa, status remaja agak kabur, baik bagi dirinya maupun bagi
juga sering mengalami erasaan tidak aman, tidak tenang, dan khawatir
kesepian.
periode, yaitu periode praremaja, remaja awal, remaja tengah dan remaja
65
Elizabeth B. Hurlok, Perkembangan Anak , (PT. Gelora Aksara Pratama), jilid 1., h.216
47
a. Periode remaja
remaja pria maupun wanita. Perubahan fisik belum tampak jelas, tetapi
menjadi kaku.
datang hari orang tua atau anggota keluarganya tetapi juga dari
fenomena yang sering terjadi dalam masyarakat yang sering kali juga
ketahui, tidak jarang remaja mulai meragukan tentang apa yang disebut
yang semakin dewasa. Oleh sebab itu orang tua dan masyarakat mulai
dengan orang tua juga menjadi lebih bagus dan lancer karena mereka
bahwasannya emosi remaja ini kualitas atau fruktualitas emosi yang ada
berlebihan, sikap apatis, dan tingkah laku menyakiti diri seperti melukai
dalam tingkah laku itu sangat tergantung pada tingkat fluktuasi emosi yang
ada pada individu tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita lihat
berlebihan, sikap apatis, dan tingkah laku menyakiti diri, seperti melukai
66
Muhammad Ali & Muhammad Asrori, Psikologi Remaja (Jakarta:PT. Bumi Aksara,
2014)hal.67-68
49
1) Perubahan Jasmani
bervariasi. Ada yang pola asuhnya menurut apa yang dianggap terbaik
memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga yang dengan penuh
cinta kasih. Perbedaan pola asuh orang tua seperti ini dapat
sebagai berikut:
berbeda.
bertanggung jawab.
tokoh intelektual, guru juga merupakan tokoh otoritas bagi para peserta
didiknya. Oleh karena itu, tidak jarang anak-anak lebih percaya, lebih
patuh, bahkan lebih takut kepada guru dari pada orang tuanya. Posisi
67
ibid
51
berikut:
1) Keadaan anak
2) Faktor belajar
3) Lingkungan keluarga
53
keluarga
68
Elizabet B. Hurlok, Op, Cit