Anda di halaman 1dari 9

UJIAN AKHIR SEMESTER

Nama : Merliana Kara Asa


Nim : 11119010
Prodi/sem : BK/V (Lima)
Mata Kuliah : BK Keluarga
Bobot : 3 SKS

1. Konseling Perkawinan :
a. Kemukakan 2 contoh masalah dalam perkawinan.
Jawab : 2 contoh masalah dalam perkawinan adalah
 Kurangnya pengertian satu dengan yang lainnya. Pemahaman yang
ditunjukkan dengan afeksi dan tindakan nyata.
 Kehilangan ketetapan untuk membangun keluarga secara langgeng.
Sebagian orang memandang bahwa keluarga yang dibangunnya tidak
dapat lagi dipertahankan karena tidak membawa kepuasan yang
diharapkan oleh masing-masing pasangan.
 Kurangnya kesetiaan salah satu atau kedua belah pihak.
b. Kemukakan 2 alasan dasar mengapa dalam membantu perkawinan yang
bermasalah konselor harus mengadakan pendekatan dengan kedua pasangan
secara bersama - sama?
Jawab : 2 alasan dasar dalam membantu perkawinan yang bermasalah konselor
harus mengadakan pendekatan dengan kedua pasangan secara bersama-
sama karena
 Agar konselor bisa tau apa sebenarnya akar permasalahan yang sedang
dialami kedua pasangan tersebut
 Agar konselor tidak kebingungan dalam menentukan pendekatan apa
yang cocok dalam mengatasi permasalahan pasangan tersebut.
c. Kemukakan informasi – informasi dasar apa saja yang harus dikumpulkan oleh
konselor sebelum menentukan pendekatan konseling yang dapat dipakai untuk
membantu mengatasi masalah perkawinan.
Jawab : informasi-informasi dasar yang harus dikumpulkan oleh konselor sebelum
menentukan pendekatan konseling yang dapat dipakai untuk membantu
mengatasi masalah perkawinan adalah
 Mengetahui jenis permasalahan yang dialami pasangan suami istri
 Melakukan pendekatan dengan kedua pasangan
 Mendengarkan secara detail permasalahan yang di ceritakan kedua
pasangan
 Melakukan konseling sesuai dengan langkah-langkah pada bimbingan
dan konseling perkawinan
 Menentukan pendekatan yang cocok sesuai dengan jenis
permasalahanya.

2. Konseling Keluarga :
a. Bandingkan (persamaan dan perbedaan) antara konseling keluarga dan konseling
perkawinan.
Jawab : persamaan dan perbedaan konseling keluarga dan konseling perkawinan
adalah
 Persamaan
Antara konseling keluarga dan konseling perkawinan sama-sama
memiliki pengertian yang bertujuan untuk memecahkan masalah yang
dialami oleh keluarga maupun di dalam perkawinan antara suami dan
istri, agar permasalah yang dialami dapat di atasi.
 Perbedaan
 Dilihat dari pengertianya
o Konseling keluarga : suatu proses interaktif untuk membantu
keluarga mencapai keseimbangan, di mana setiap anggota keluarga
merasakan kebahagiaan. Melalui konseling keluarga setiap anggota
keluarga dibantu melalui sistem keluarga (pembenahan komunikasi
keluarga), agar potensi – potensi individu berkembang seoptimal
mungkin dan masalahnya dapat diatasi atas dasar kemauan
membantu dari semua anggota keluarga berdasarkan kerelaan dan
kecintaan terhadap keluarga.
o Konseling perkawian : konseling yang diselenggarakan sebagai
metode pendidikan, metode penurunan ketegangan emosional,
metode membantu partner-partner yang menikah untuk
memecahkan masalah dan cara menentukan pola pemecahan
masalah yang lebih baik.
 Dilihat dari tujuanya :
o Tujuan konseling keluarga
1) Tujuan Umum
a. Membantu anggota – anggota keluarga untuk belajar dan
menghargai secara emosional bahwa dinamika keluarga
adalah kait mengait di antara anggota keluarga;
b. Untuk membantu anggota keluarga agar menyadari tentang
fakta jika satu anggota keluarga bermasalah, maka akan
mempengaruhi persepsi, ekspektasi, dan interaksi anggota –
anggota lainnya;
c. Agar tercapai keseimbangan yang akan membantu
pertumbuhan anggota;
d. Untuk mengembangkan penghargaan di antara anggota
keluarga.
2) Tujuan Khusus
a. Untuk meningkatkan toleransi dan dorongan anggota –
anggota keluarga terhadap keistimewaan atau keunggulan –
keunggulan anggota lain;
b. Mengembangkan toleransi terhadap anggota – anggota
keluarga yang mengalami frustrasi, kecewa, konflik, dan rasa
sedih yang terjadi karena faktor sistem keluarga atau di luar
sistem keluarga;
c. Mengembangkan motif dan potensi – potensi setiap anggota
keluarga dengan cara mendorong (support), memberi
semangat, dan mengingatkan anggota;
d. Mengembangkan persepsi yang realistik dan sesuai antara
orang tua dengan anggota – anggota lainnya.
o Tujuan konseling perkawinan
a. Meningkatkan kesadaran terhadap diri dan saling empati di
antara pasangan.
b. Meningkatkan kesadaran tentang kekuatan dan potensi
masing-masing.
c. Meningkatkan keterbukaan diri antar pasangan.
d. Meningkatkan hubungan yang lebih intim.
e. Mengembangkan ketrampilan komunikasi, pemecahan
masalah, dan mengelola konflik-konflik mereka.

b. Uraikan seberapa pentingkah konseling keluarga bagi kehidupan keluarga-


keluarga di era modern sekarang ini?
Jawab : pentingnya konseling keluarga bagi kehidupan keluarga-keluarga di era
modern sekarang ini adalah karena pesatnya perkembangan dan ilmu
pengetahuan dan teknologi dewasa ini, telah mempercepat berubahnya
nilai-nilai sosial yang membawa dampak positif dan negatif terhadap
pertumbuhan Bangsa terutama kehidupan keluarga. Dampak negatifnya
masyarakat mengalami kesulitan dalam memahami dan merencanakan
perkembangan yang begitu cepat dalam berbagai bidang sehingga terjadi
benturan-benturan dengan nilai-nilai luhur dan agama. Contoh sederhana
dengan adanya TV di setiap rumah pengaruh-pengaruh budaya yang
kurang baik dengan mudah diserap oleh anak-anak dan remaja yang
sedang mengalami transisi kepribadian sehingga sering berdampak kurang
baik bagi kehidupanya. Keluarga mempunyai peran penting dalam
pembentukan karakter dan kepribadian, karena keluarga merupakan
tempat pendidikan pertama dan utama bagi anak. Penerapan konseling
pada situasi yang seperti ini dan memfokuskan pada masalah-masalah
yang berhubungan dengan situasi keluarga dan penyelenggaraannya
melibatkan anggota keluarga, karena merupakan sistem yang
mempengaruhi kehidupan anak atau keluarga lainya. Konseling keluarga
terutama diarahkan untuk membantu anak agar dapat beradaptasi lebih
baik untuk mempelajari lingkunganya melalui perbaikan lingkungan
keluarga.
c. Uraikan apa tujuan utama dari konseling keluarga, dan kemukakan alasanmu
mengapa tujuan itu merupakan tujuan yang utama.
Jawab : tujuan utama konseling keluarga adalah Untuk membantu anggota
keluarga agar menyadari tentang fakta jika satu anggota keluarga
bermasalah, maka akan mempengaruhi persepsi, ekspektasi, dan
interaksi anggota – anggota lainnya.
Alasan saya tujuan tersebut merupakan tujuan yang utama karena di
dalam keluarga sering terjadi masalah yang diakibatkan karena hal
sepele. Misalnya karena kesalah pahaman antara anggota keluarga, ayah
yang mecari kunci motornya, dengan suara dan nada yang keras
sehingga membuat anggota keluarga yang lain menjadi tidak nyaman
dan akhirnya terjadi adu mulut. Hal ini yang membuat interaksi sesama
anggota keluarga menjadi bermasalah, maka perlunya konseling
keluarga. Jadi tujuan utama dari konseling keluarga untuk membantu
anggota keluarga agar menyadari tentang fakta jika satu anggota
keluarga bermasalah, maka akan mempengaruhi presepsi, ekspetasi, dan
interaksi anggota-anggota lainya.
3. Masalah-Masalah Keluarga :
a. Identifikasikan masing-masing 2 contoh masalah yang sering terjadi di dalam
keluarga, yang bersumber pada anak, orang tua (bapak dan ibu), dan sistem
keluarga, yang memerlukan bantuan konselor keluarga untuk mengatasinya.
Jawab : 2 contoh masalah dalam keluarga
 KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) ; yang bersumber dari orang
tua/bapak dan ibu. Umumnya terjadi karena ketidakcocokan pendapat,
atau terjadi salah satu faktor penyebab sehingga terjadi kekerasan.
 Perselingkuhan ; yang bersumber dari bapak dan ibu, dimana bapak/ibu
yang menjalin hubungan dengan orang lain tanpa sepengetahuan
pasanganya. Ini adalah perbuatan yang dapat menghancurkan rumah
tangga.

b. Pilih salah satu dari masalah keluarga yang sudah diidentifikasi, analisis inti
masalahnya, penyebabnya, dan akibatnya, lalu uraikan langkah-langkah konseling
untuk penyelesaiannya, dengan memilih salah satu pendekatan konseling
keluarga.
Jawab : maslah keluarga tentang Perselingkuhan :
 Inti permasalahnya : Suatu keluarga polisi beranak tiga, istri bernama
Yanti berumur sekitar 38 tahun dan suaminya bernama Heru berumur
sekitar 39 tahun. Secara fisik suami memang berwajah tampan dan
berbadan gagah.
 Penyebab permasalahan : Yanti bekerja di pasar sebagai pedagang.
Kondisi Yanti berbadan gemuk, tinggi dan agak cerewet. Setiap pagi
Yanti memasakan makanan untuk suami dan anak-anaknya, setiap hari
melayani anak-anak yang maish kecil, kemudian berangkat kepasar
untuk jualan. Dan penampilan suami setiap pagi berangkat untuk tugas,
selalu berpenampilan rapih dan bersih. Suatu hari Heru melakukan
kesalahan karena suami jarang pulang dan anak laki-lakinya selalu
mencari ayahnya, sang ibu bingung karena anak laki-lakinya menangis.
Dan ketika Heru pulang dari tugas dalam keadaan sumpek karena
mempunyai masalah dikantor dan masalah kepada orang tua belum
selesai, dan Yanti memarahi Heru karena jarang pulang membuat
suami istri ini bertengkar di depan ketiga anaknya.
 Akibatnya : Anak yang pertama sudah besar duduk di bangu 3 SD ini
menangis melihat kedua orang tuanya bertengkar dan lari ke rumah
nenek, kakeknya (orang tua suami) yang lumayan dekat dengan
rumahnya tersebut. Dengan masalah ini Heru mulai jarang pulang
seminggu terkadang lebih. Hal ini membuat Yanti curiga atas
perubahan Heru yang jarang pulang, dan mencari informasi ternyata
suaminya memiliki wanita lain dan sudah menikah sirih. Hal ini
membuat sang istri terpukul atas perbuatan sang suami. Selama 3 tahun
lebih Yanti memperthankan pernikahanya sampai sekarang dan
membiarkan suaminya mengambil keptusanya. Dan orang tua
suaminya tutrut ikut campur dalam masalah ini.
 Langkah-langkah Konseling untuk penyelesaian permasalahan tersebut
adalah :
a. Membangun hubungan
b. Identifikasi dan penilaian masalah
c. Memfasilitasi perubahan konseling keluarga
d. Evaluasi dan terminasi
 Pendekatan konseling keluarga yang sesuai dengan permasalahn
tersebut adalah Pendekatan Sistem Dari Murray Bowen

4. Pendekatan Konseling Keluarga :


Bandingkan (persamaan dan perbedaan) dari tiga pendekatan konseling keluarga
yaitu pendekatan Sistem (Bowen), pendekatan Conjoint (Virginia Satir), dan
pendekatan Struktural (Minuchin), jika dilihat dari aspek :
a. Hakikat masalah keluarga.
 Pendekatan Sistem (Bowen) : Masalah keluarga hanya dapat dipahami melalui
pemahaman terhadap saling hubungan, komunikasi, dan interaksi anggota
keluarga. Proses di mana anggota keluarga saling berhubungan, berinteraksi,
dinamakan sistem keluarga Minuchin mengatakan bahwa keluarga adalah
“multibodied organism”, organisme yang terdiri dari banyak badan. Keluarga
adalah satu kesatuan (entity), bukan sekedar kumpulan individu – individu,
tetapi mempunyai komponen – komponen yang membentuk satu kesatuan.
Sehingga masalah dalam keluarga merupakan hasil interaksi dan struktur
keluarga.
 Pendektan Conjoint (Virginia Satir) : Salah satu pendekatan dalam konseling
keluarga adalah Human Process Validation Model yang dicetuskan oleh
Virginia Satir. Model ini berfokus pada :
1) perkembangan holistik yang sesuai dengan keperluan individu dan
keluarga.
2) proses peningkatan dan validasi harga diri, aturan keluarga, dan
keharmonisan pola komunikasi, membantu, memelihara triadi dan
pemetaan keluarga, dan fakta kejadian kehidupan keluarga. Satir
memandang bahwa akar masalah dalam keluarga bersumber dari tiga
generasi kehidupan.
3) Kebebasan memilih, perkembanagan diri, dan membuat keputusan dan
pencapaian pribadi.
4) Pola kehidupan yang akan datang, perkembangan pemetaan keluarga
(genogram)
Satir menekankan bahwa perlu ada pola komunikasi yang intensif antar
anggota keluarga.
 Pendekatan Struktural (Minuchin) : Terapi keluarga struktural berbasis pada
paradigma model organismik, yang berpandangan bahwa jika seorang individu
bermasalah, masalahnya bukan terletak dalam diri individu, melainkan dalam
interaksi individu dengan lingkungan sosialnya.
b. Faktor-faktor penyebab munculnya masalah keluarga.
 Pendekatan Sistem (Bowen)
o Marital subsystem : yaitu subsistem keluarga yang terdiri dari suami dan
istri yang terikat dalam sistem perkawinan untuk mencapai kepuasan atas
dasar cinta dan penghargaan. Subsistem ini berkaitan dengan perhatian
pasangan suami istri satu sama lain, yang dapat menjadi sumber masalah
dalam keluarga.
o Parental Subsystem : yaitu subsistem keluarga yang terdiri dari orang tua
(ayah dan ibu), yang berperan memberikan perhatian, kasih sayang, dan
membesarkan anak – anak. Subsistem ini juga termasuk anggota keluarga
lain seperti kakek – nenek.
o Sibling Subsystem : yaitu subsistem anak – anak (sibling = saudara
kandung) yang saling berinteraksi. Mereka belajar berhubungan dengan
keluarga dan teman – teman di luar keluarga (sekolah, masyarakat). Mereka
bereksplorasi dan bereksperimen terhadap dunia luar.
Ketiga subsistem tersebut dapat menjadi sumber masalah yang
menyebabkan terjadinya ke tak seimbangan sistem keluarga
 Pendekatan Conjoint (Virginia Satir)
o Ada anggota keluarga yang menginginkan perdamaian untuk menurunkan
stres dan ketakutan mereka sendiri, bukan untuk menyelesaikan masalah.
Mereka merasa bahwa tidak ada respons dari anggota keluarga yang lainnya
terhadap harapan mereka sehingga mereka merasa putus asa.
o Ada anggota keluarga yang menyalahkan, mendominasi, dan mencari
kesalahan orang lain karena mengalami ketakutan dalam diri sendiri.
Mereka tidak ikut bertanggung jawab terhadap penyelesaian masalah
keluarga.
o Ada anggota keluarga yang berusaha untuk menjaga standar emosinya
dengan meningkatkan kontrol bagi diri sendiri, anggota keluarga lain, dan
lingkungan tempat mereka tinggal, melalui menciptakan banyak aturan
dalam keluarga.
 Pendekatan Struktural (Minuchin) : subsistem pasangan atau suami dengan
istri, subsistem parental atau antara orangtua dengan anak-anak, dan subsistem
saudara (sibling) antara kakak dengan adik. Keluarga yang sehat atau
berfungsi positif tampak ketika boundaries orangtua dengan anak jelas.
Artinya orangtua berinteraksi dengan anak dalam otoritas yang jelas, cara dan
tujuan komunikasi juga jelas. Demikian juga anak menanggapi otoritas
orangtua dengan jelas, sehingga membuat mereka dapat berrelasi dengan
efektif. Keluarga yang disfungsional tampak dalam adanya koalisi antar
subsistem. Misalnya anak sulung memasuki subsistem parental untuk
menggantikan posisi ayah yang sudah meninggal atau bercerai, sehingga ada
koalisi antar anak sulung dengan ibunya dalam berinteraksi dengan anggota
keluarga lainnya. Selain boundaries, dalam disfungsi keluarga dapat terjadi
enmeshed, disengaged, dan triangulasi. Istilah enmeshed menunjukkan relasi
antar subsistem yang sangat dekat sehingga campur aduk; sedangkan
disengaged menunjuk pada relasi antar anggota keluarga yang sangat jauh satu
dengan yang lainnya; dan triangulasi menunjuk pada pengertian seseorang
anggota keluarga yang terpecah antara dua anggota keluarga yang lain.
c. Masalah keluarga yang cocok untuk ditangani.
 Pendekatan Sistem (Bowen) : Perilaku anggota keluarga
 Pendekatan Conjoint (Virginia Satir) : Pola Komunikasi antara
Keluarga
 Pendekatan Struktural (Minuchin) : Interaksi Individu dengan Lingkungan
Sosialnya
d. Langkah-langkah konseling.
 Pendekatan Sistem (Bowen):
1. Keseluruhan (wholeness) : Suatu sistem tidak akan dapat dipahami jika
melihat bagian – bagiannya saja. Jika seorang anggota keluarga berubah
atau terganggu, maka keseluruhan anggota keluarga akan berubah atau
terganggu pula. Perilaku anggota keluarga yang terganggu menyebabkan
anggota lainnya juga terganggu. Sebaliknya jika sistem keluarga terganggu
maka ada anggota keluarga lainnya akan terganggu juga. Gestalt :
“keseluruhan lebih bermakna dari kumpulan bagian – bagian saja”.
2. Umpan balik (feed back) : Umpan balik berkaitan dengan bagaimana
anggota – anggota keluarga berkomunikasi satu sama lain. Bentuk
komunikasi dalam keluarga adalah komunikasi circular (menyeluruh dan
lebih dari dua arah) sehingga setiap anggota keluarga memiliki kesempatan
untuk saling memberikan umpan balik terhadap perilaku masing – masing.
3. Homeostasis : Kecenderungan sebuah sistem adalah mencari keseimbangan
dan kestabilan yang disebut homeostasis. Jika ada anggota keluarga terlibat
masalah maka kondisi keluarga menjadi tidak stabil, oleh karena itu
keluarga selalu berupaya untuk mengembalikan kestabilan keluarga dengan
mencari pemecahan atas masalah yang dihadapi.
4. Equifinality : Konsep Equifinality berarti banyak cara dilakukan untuk
mencapai tujuan yang sama. Beralanffy mengatakan bahwa keadaan akhir
(final) ditentukan oleh kondisi – kondisi yang mengawalinya. Jika konsep
ini diterapkan dalam sistem keluarga artinya adalah jika cara – cara yang
dilakukan keluarga untuk menyelesaikan masalah tidak berhasil, maka cara
– cara tersebut bukanlah yang terakhir. Keluarga perlu mencari cara – cara
lain yang lebih tepat sehingga mencapai hasil akhir (final) yang lebih baik.
 Pendekatan Conjoint (Virginia Satir)
1. Meningkatkan harapan dan keberanian anggota keluarga untuk
memformulasi ide-ide baru.
2. Mengakses, memperkuat, meningkatkan, atau membangkitkan kemampuan
dari anggota keluarga untuk Menanggulangi (coping) masalah.
3. Membangun semangat anggota keluarga untuk menemukan dan melatih ide
yang akan menghasilkan hal-hal yang positif.

 Pendekatan Struktural (Minuchin)


1. Langkah pertama adalah konselor melakukan asesmen, yaitu meneliti dan
menemukan bagaimana fungsi interaksi antar subsistem dalam keluarga.
Pertanyaan utama yang perlu dijawab adalah apakah keluarga berfungsi
positif dan optimal? Artinya keluarga dapat beradaptasi terhadap stres,
mampu mempertahankan boundaries antar subsistem secara jelas dan
efektif. Hasil asesmen disajikan dalam bentuk pemetaan keluarga (family
mapping) sehingga tampak jelas interaksi antar anggota keluarga, terutama
jika keluarga menunjukkan disfungsi. Dalam keluarga, disfungsi akan
tergambar jelas bahwa boundaries tampak kaku atau kabur, terjadi koalisi,
terjadi enmeshed, atau disengaged, atau triangulasi.
2. Langkah kedua, merumuskan diagnosis berdasarkan hasil asesmen, yaitu
rumusan masalah mengenai interelasi antar anggota keluarga, relasi yang
perlu diubah atau dimodifikasi agar menjadi lebih baik. Berdasarkan hasil
diagnosis, konselor dapat merumuskan intervensi yang tepat.
3. Langkah ketiga, intervensi. Salah satu teknik utama dalam intervensi
Konseling Struktural adalah joining, yaitu konselor bergabung menjadi
satu dengan keluarga klien untuk melakukan proses terapi. Konselor
bekerja sama dengan anggota keluarga, dan perilaku konselor menjadi
bagian dari konteks interaksi keluarga klien. Konselor dan keluarga klien
membentuk sistem interaksi baru yang bersifat terapeutik. Interaksi baru
dan bersifat terapeutik ini berpengaruh terhadap cara berpikir, pengelolaan
emosi dan tindakan anggota keluarga, sehingga terjadi perubahan dalam
berinteraksi. Satu komponen keluarga berubah, maka akan merubah pula
pola interaksi antar anggota keluarga sesuai dengan prinsip penyebab
sirkular, ekuipotensialitas, dan komplementer.
4. Langkah terakhir adalah evaluasi. Konselor melakukan penilaian apakah
tujuan konseling struktural telah tercapai atau belum. Ada sasaran khusus
dalam tiap sesion, yang biasanya berkaitan dengan disfungsi interaksi
keluarga; misalnya memodifikasi boundaries yang kaku dan enmeshed,
mendekatkan interaksi yang jauh, membubarkan koalisi antar subsistem,
dll. Ketercapaian sasaran khusus akan mendukung ke arah tercapainya
tujuan konseling struktural, yaitu semua gejala-gejala patologis dalam
interaksi antar anggota keluarga menjadi hilang dan berubah menjadi
interaksi dengan batas yang jelas dan efektif. Selain interaksi menjadi
efektif, konselor juga perlu mengevaluasi apakah struktur bari berjalan
sistematis dan stabil.

e. Teknik-teknik konselingnya.
 Pendekatan Sistem (Bowen) : Sistem Keluarga
 Pendekatan Conjoint (Virginia Satir)
Satir mengembangkan dan melakukan hal spesial dalam teknik konseling
keluarga, yaitu pemetaan (mapping/genogram), pengalaman kronologi
kehidupan yang terjadi dalam tiga generasi kehidupan, keluarga mematung
(family sculpting), teknik dari terapi Gestalt (psikodrama), dan Person
Centered Therapy.
1. Keluarga Mematung (family sculpting) : Teknik ini digunakan untuk
menghilangkan kecemasan konseli mengenai bagaimana mereka berfungsi
dan bagaimana mereka dalam pandangan orang lain dalam sebuah sistem.
Melalui penggunaan teknik ini, proses keluarga dan interaksi akan jelas,
dan menghasilkan informasi yang signifikan mengenai anggota keluarga.
Selain itu, teknik ini memberikan kesempatan kepada anggota keluarga
untuk menunjukkan bagaimana mereka memandang satu sama lain dalam
struktur keluarga dan mengekspresikan bagaimana mereka bisa
berhubungan dengan cara yang berbeda.
2. Rekonstruksi Keluarga (family reconstruction) : Sebagai bentuk dari
psikodrama, rekonstruksi keluarga memungkinkan konseli untuk
mengeksplor kejadian secara signifikan dari tiga generasi dalam kehidupan
keluarga. Rekonstruksi keluarga diambil dari tahap-tahap yang berbeda
dalam hidup mereka, dan memiliki 3 tujuan yaitu :
a)Memungkinkan anggota keluarga mengidentifikasi akar dari
pengalaman dahulu.
b) Membantu anggota keluarga untuk memformulasikan gambaran yang
lebih riil mengenai orangtua mereka.
c) Menolong anggota keluarga menemukan keunikan pribadi mereka.
 Pendekatan Struktural (Minuchin) : Teknik Struktural

5. Konseling Pranikah :
a. Menurut pendapat anda, perlukah atau tidak perlukah pasangan yang hendak
menikah mengikuti konseling pranikah? Kemukakan alasan dari pendapat anda.
Jawab : menurut saya pasangan yang hendak menikah perlu mengikuti koonseling
pranikah agar memberikan bekal pemahaman bagi calon pengantin
berkaitan dengan perbedaan fisik dan psikologis, melihat kesiapan mental
pasangan, memantapkan hati bahwa menikah adalah perjalanan panjang
antar sepasang manusia, mengantisipasi berbagai masalah yang dapat
menurunkan tingkat kebahagiaan, , menumbuhkan kemampuan
berkomunikasi, menerima perbedaan, mengetahui tanggung jawab
masing-masing, menemukan pola asuh terbaik bagi anak yang sesuai
dengan keinginan pasangan, membantu mengelola keuangan, dan
menyatukan visi dan misi bersama.
b. Kemukakan 2 alasan utama mengapa sebelum menikah pasangan yang akan
menikah harus mengikuti semacam kursus persiapan perkawinan? Hal-hal apa
saja yang dibahas dalam kursus tersebut?
Jawab : 2 alasan utama sebelummenikah pasangan yang akan menikah harus
mengikuti semacam kursus persiapan perkawinan karena :
o Agar individu dan pasangan yang akan menikah dan berjanji untuk
sehidup sematimdalam kehidupan perkawinanya tidak goyah saat
menemui hambatan dan masalah yang terjadi kelak
o Untuk membekali diri calon pengantin dengan nilai-nilai luhur
perkawinan dalam gereja dan masyarakat
Hal-hal yang dibahas dalam kursus tersebut adalah :
o Makna pernikahan bagi masing-masing pasangan
o Komitmen pernikahan
o Komunikasi efektif antar pasangan
o Tujuan perkawinan
o Moral perkawinan
6. Anda dipersiapkan menjadi guru BK (konselor) di sekolah. Kemukakan 2 alasan,
mengapa sebagai calon konselor sekolah, anda juga harus mempelajari dan trampil
menerapkan konseling perkawinan dan konseling keluarga?
Jawab : 2 alasan saya sebagai calon konselor sekolah harus mempelajari dan trampil
menerapkan konseling perkawinan dan konseling keluarga
 Agar saya sebagai calon konselor dapat memahami permasalahan yang
dialami siswa disekolah dalam kaitanya dengan keluarga sebagai suatu
sistem.
 Agar saya sebagai calon konselor, yang nantinya akan menjadi konselor
jika klien saya seorang yang sudah berumah tangga dan sedang
mengalami permasalahanya dalam rumah tangga dan meminta bantuan
saya, saya bisa membantu mengatasi masalah yang dialaminya.

Anda mungkin juga menyukai