Anda di halaman 1dari 39

EFE KTIFITAS PENERAPAN TEKNIK MODELING DALAM LAYANAN

BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR


SISWA

(Metode Kuantitatif Pada Siswa Kelas VIII SMPK 5 Kupang Tahun Pelajaran
2021/2022)

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH :

MERLIANA KARA ASA

NIM : 11119010

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

KUPANG

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mencapai

tujuan dari kegiatan belajar yang sudah dirumuskan dan diterapkan

sebelumnya. Tercapainya tujuan belajar seperti yang diterapkan dalam

kegiatan belajar mengajar merupakan suatu gambaran keberhasilan guru

mentransfer pengetahuan peserta didik. Keberhasilan peserta didik dalam

belajar tidak terlepas peran aktif guru yang mampu memberi motivasi dan

menciptakan iklim belajar yang harmonis, kondusif, menyenangkan serta

mampu memberi semangat kepada peserta didik. Belajar bagi peserta didik

yang sedang dalam kegiatan sekolah sangat diperlukan karena dengan rajin

belajar cita-cita dan tujuan peserta didik dalam mencapai kecerdasan,

ketakwaan dan ketrampilan serta budi pekerti yang luhur akan mudah

terwujud. Untuk dapat belajar dengan baik diperlukan motivasi belajar yang

tinggi, sebab adanya motivasi mendorong semangat belajar dan sebaliknya

kurangnya motivasi akan melemahkan semangat belajar.

Motivasi belajar tidak dibawa sejak lahir, tetapi suatu proses yang

dipelajari, dilatih, ditingkatkan dan dikembangkan. Motivasi belajar dapat

berasal dari dalam maupun luar diri individu. Motivasi belajar yang berasal

dari dalam diri merupakan suatu keinginan yang muncul dari dalam diri

individu untuk dapat berhasil dalam belajar sehingga cita-cita dan


harapannya di masa mendatang dapat tercapai. Perilaku yang ada pada

peserta didik yang kurang dalam motivasi akan timbul akibat, peserta didik

yang mengalami motivasi belajar yang kurang akan berakibat peserta didik

sering menganggap bahwa salah satu pelajaran tersebut tidak menarik,

mereka akan merasa takut dengan salah satu pengajar dalam hal ini guru

mata pelajaran, suka membolos, membuat onar, mengantuk dalam kelas,

susah konsentrasi, mengalami kesusahan dalam mengikuti proses

pembelajaran, mendapatkan hasil yang kurang memuaskan. Dalam hal ini,

perlu diperhatikan dan ditanggapi secara serius oleh pihak-pihak yang

berperan dalam kegiatan proses belajar mengajar di sekolah. Pemanfaatan

kompenen yang ada di sekolah secara aktif dapat memberikan dampak

positif pada permasalah tersebut. Komponen yang paling berkompeten

dalam bidang ini dan sangat dibutuhkan dalam memberikan suatu layanan

bimbingan kepada siswa yang memerlukan bantuan dalam menyelesaikan

permasalahan yang sedang dihadapi peserta didik adalah guru bimbingan

dan konseling.

Strategi yang dapat diterapkan dalam mengatasi masalah motivasi

akademik pada peserta didik yaitu melalui layanan bimbingan kelompok.

Bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan kelompok yang dilakukan oleh

sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok yaitu adanya

interaksi saling mengeluarkan pendapat, memberikan tanggapan, saran, dan

sebagainya, dimana pemimpin kelompok menyediakan informasi-informasi

yang bermanfaat agar dapat membantu individu mencapai perkembangan

yang optimal.
Menurut Prayitno (1955:62) menyatakan bahwa bimbingan

kelompok berarti memanfaatkan dinamika untuk mencapai tujuan-tujuan

bimbingan dan konseling. Melalui dinamika kelompok yang intensif,

pembahasan topik-topik secara mendalam akan mendorong pengembangan

perasaan, pikiran, persepsi, wawasan, keaktifan dan sikap yang menunjang

diwujudkannya dalam tingkah laku yang lebih efektif, siswa sebagai

anggota kelompok saling berinteraksi, saling mengungkapkan pendapatnya

membahas topik yang ada dalam bimbingan kelompok sehingga keaktifan

dari siswa sangat dibutuhkan dalam melaksankan kegiatan bimbingan

kelompok.

Salah satu bentuk layanan bimbingan dan konseling yang bisa

dimanfaatkan sebagai media intervensi untuk meningkatkan motivasi

belajar siswa adalah layanan bimbingan kelompok teknik modeling. Teori

modeling merupakan teori yang dikemukakan oleh Bandura (Bradley 2016)

yang mempunyai anggapan bahwa “proses bagaimana individu belajar dari

mengamati orang lain,”. Menurut Bandura, (dalam Miller 1941) bahwa

“reinforcement (penguatan, partisipasipan dapat belajar untuk meniru

sebuah model, belajar untuk tidak meniru model yang lain, belajar untuk

membedakan antara kedua model, dan menggeneralisasikan diskriminasi

meniru atau tidak meniru perilaku pada orang-orang lain yang serupa”. Inti

dari pembelajaran social adalah permodelan (modeling), dan permodelan ini

merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu.

Komalasari dan Wahyuni (2014:76) penggunaan teknik modeling

merupakan “terjadinya proses belajar yang melalui pengamatan terhadap


orang lain dan perubahan terjadi melalui peniruan”. Peniruan menunjukan

bahwa perilaku orang lain yang diamati, yang ditiru, lebih merupakan

peniruan terhadap apa yang dilihat dan diamati. Proses belajar melalui

pengamatan menunjukan terjadinya proses belajar setelah mengamati

perilaku pada orang lain.

Banyak perilaku manusia dibentuk dan dipelajari melalui model,

yaitu dengan mengamati dan meniru perilaku orang lain untuk membentuk

perilaku baru dalam dirinya. Secara sederhana prosedur dasar modeling

adalah menunjukan perilaku seseorang atau perilaku beberapa orang kepada

subyek yang ditiru. Dalam upaya untuk meningkatkan motivasi

berwirausaha peserta didik, peneliti akan meningkatkan motivasi

berwirausaha peserta didik melalui layanan “Teknik Modeling Dalam

Bimbingan Kelompok.”Dalam penelitian ini menerapkan teknik modelling

dalam bimbingan kelompok yaitu penokohan (modeling), peniruan

(imitation), dan belajar melalui pengamatan (observational learning).

Penokohan istilah yang menunjukkan terjadinya proses belajar melalui

pengamatan (observational learning) terhadap orang lain dan perubahan

terjadi melalui peniruan. Peniruan (imitation) menunjukan bahwa perilaku

orang lain yang diamati, yang ditiru, lebih merupakan peniruan terhadap

apa yang dilihat dan diamati.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti di

sekolah diperoleh data tentang siswa yang memiliki motivasi belajar yang

rendah dalam belajar. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan siswa

Kelas VII SMPN 5 Kupang yang memiliki motivasi belajar rendah


kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor yakni : siswa yang tidak

menyukai guru mata pelajaran yang menjelaskan materi dengan cepat dan

monoton, siswa yang tidak mememiliki kemauan dalam dirinya untuk

belajar, dan siswa yang malas untuk belajar.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, perlu adanya penelitian

lebih lanjut mengenai layanan bimbingan kelompok teknik modeling untuk

meningkatkan motivasi belajar. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul Efektivitas Penerapan Teknik Modeling

Dalam Layanan Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Motivasi

Belajar Siswa pada Kelas VII SMPN 5 Kupang Tahun Pelajaran 2022/2023.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana tingkat motivasi belajar siswa sebelum diberikan layanan

bimbingan kelompok teknik modeling pada siswa kelas VII SMPN 5

Kupang Tahun Pelajaran 2022/2023?

2. Bagaimana tingkat motivasi belajar siswa sesudah diberikan layanan

bimbingan kelompok teknik modeling pada siswa kelas VII SMPN 5

Kupang Tahun Pelajaran 2022/2023?

3. Apakah bimbingan kelompok teknik modeling efektif untuk

meningkatkan motivasi belajar pada siswa kelas VII SMPN 5 Kupang

Tahun Pelajaran 2022/2023?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui seberapa tinggi motivasi belajar siswa sebelum

diberikan layanan bimbingan kelompok teknik modeling pada siswa


kelas VII SMPN 5 Kupang Tahun Pelajaran 2022/2023

2. Untuk mengetahui seberapa tinggi motivasi belajar siswa sesudah

diberikan layanan bimbingan kelompok teknik modeling pada siswa

kelas VII SMPN 5 Kupang Tahun Pelajaran 2022/2023

3. Untuk mengetahui apakah teknik modeling dalam layanan bimbingan

kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar pada siswa kelas VII

SMPN 5 Kupang Tahun Pelajaran 2022/2023

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis manfaat dari hasil penelitian diharapkan dapat

menambah pengetahuan dan wawasan. Selain itu dapat dijadikan

pedoman dalam pelaksanaan teknik modeling dalam keefektivitasan

layanan bimbingan kelompok untuk memotivasi peserta didik di

sekolah.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini memiliki manfaat praktis bagi penerapan layanan

bimbingan kelompok, adapun manfaat praktisi tersebut antara lain :

a. Bagi Sekolah

Diharapkan pihak sekolah dapat mengevaluasi layanan bimbingan

dan konseling di sekolah penyusunan program layanan bimbingan

dan konseling di sekolah agar teknik modeling dalam bimbingan

kelompok dapat dilaksanakan secara berkesinambungan.

b. Bagi Siswa

Diharapkan dapat membantu peserta didik memecahkan masalah


akademik, membentuk pola berfikir untuk belajar, mampu

merencanakan pembelajaran yang sesuai dengan bentuk kehidupan

yang diharapkannya, menentukan dan mengambil keputusan yang

tepat, sehingga mampu mewujudkan cita-citanya dalam bidang

akademik.

c. Bagi Penulis

Bagi penulis dapat menambah ilmu pengetahuan sebagai hasil

pengamatan langsung dan dapat memahami penerapan disiplin

ilmu yang diperoleh selama studi di perguruan tinggi dan dapat

dipraktekan di masa depan.

E. Penegasan Konsep

Penegasan konsep dalam penelitian perlu dilakukan agar tidak terjadi

kekeliruan penafsiran terhadap variabel penelitian, maka peneliti perlu

menjelaskan kembali konsep-konsep yang terdapat dalam judul penelitian ini.

Konsep-konsep yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Teknik Modeling

Modeling adalah proses bagaimana individu belajar dari mengamati

orang lain.15 Modeling berakar dari teori Albert Bandura dengan teori

belajar sosial (social learning theory) dan termasuk ke dalam teknik dari

pendekatan Behavior. Beberapa istilah yang digunakan pada modeling yakni

seperti penokohan (modeling), peniruan (imitation), dan belajar melalui

pengamatan (observational learning). Penokohan istilah yang menunjukkan

terjadinya proses belajar melalui pengamatan (observational learning)

terhadap orang lain dan perubahan terjadi melalui peniruan. Peniruan


(imitation) menunjukkan bahwa perilaku orang lain yang diamati, dan ditiru,

lebih merupakan peniruan terhadap apa yang dilihat dan diamati. Proses

belajar melalui pengamatan menunjukkan terjadinya proses belajar setelah

mengamati perilaku orang lain.

Menurut “Miller dan Dollard, yang menemukan bahwa melalui

reinforcement (penguatan) partisipan dapat belajar untuk meniru sebuah

model, belajar untuk tidak meniru model yang lain, belajar untuk

membedakan antara kedua model, dan menggeneralisasikan diskriminasi

meniru atau tidak meniru perilaku pada orang-orang lain yang serupa.”

Dari kedua pendapat ahli di ata, peneliti dapat menyimpulkan Teknik

Modeling merupakan belajar melalui observasi dengan menambahkan atau

mengurangi tingkah laku yang teramati, menggenalisir berbagai pengamatan

sekaligus, dan melibatkan proses kognitif. Modeling mengubah tingkah laku

lama yaitu dengan meniru tingkah laku model yang tidak diterima secara

sosial akan memperkuat atau memperlemah tingkah laku tergantung dari

tingkah laku model itu diganjar atau dihukum.

2. Bimbingan Kelompok

Menurut Prayitno (2015:34) menjelaskan bahwa, bimbingan kelompok

diartikan sebagai upaya untuk membimbing kelompok-kelompok peserta

didik agar kelompok itu menjadi besar, kuat, dan mandiri dengan

memanfaatkan dinamika kelompok untuk mencapai tujuan-tujuan dalam

bimbingan konseling

Gazda mengemukakan bahwa bimbingan kelompok disekolah

merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok peserta didik untuk


membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat. Gazda juga

menyebutkan bahwa bimbingan kelompok diselenggarakan untuk

memberikan informasi yang bersifat personal, vokasional, dan sosial.

Dengan demikian jelas bahwa kegiatan dalam bimbingan kelompok ialah

memberikan informasi untuk keperluan tertentu bagi para anggota

kelompok.

Dari pengertian yang sudah diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan kelompok yang dilakukan

oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok yakni

dengan adanya interaksi seperti saling mengeluarkan pendapat, saling

memberikan saran dan tanggapan, yang dimana pemimpin kelompok yang

menyediakan atau memberikan informasi- informasi yang bermanfaat dalam

bimbingan kelompok agar dapat membantu individu mencapai suatu

perkembangan yang optimal.

3. Motivasi Belajar

Hamalik (2010) menyatakan bahwa motivasi menunjukan pada semua

gejala yang terkandung dalam stimulasi tindakan kearah tujuan tertentu,

yang sebelumnya belum ada gerakan menuju ke arah tujuan tersebut.

Motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri individu atau

peserta didik untuk mengarhkan, serta menjaga tingkah laku seseorang agar

ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil

atau tujuan tertentu.

Kemudian, Brophy (2004) menyatakan bahwa motivasi belajar lebih

mengutamakan respons kognitif, yaitu kecenderungan peserta didik untuk


mencapai aktivitas akademik yang bermakna dan bermanfaat, serta mencoba

untuk mendaptkan keuntungan dari aktivitas tersebut. Peserta didik yang

memiliki motivasi belajar akan memperhatikan pelajaran yang disampaikan,

membaca materi sehingga bisa memahaminya, dan menggunakan strategi-

strategi belajar tertentu yang mendukung.

Tidak jauh berbeda dengan pendapat tersebut, Sardiman (2011)

menyatakan bahwa motivasi belajar adalah serangakian usaha untuk

menyediakan kondisi-kondisi tertetnu sehingga seseorang mau dan ingin

belajar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa motivasi belajar adalah

kondisi psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorong

pergerakan kearah tujuan yang baik, serta mengubah tingkah laku dan

persepsi agar keinginan hidupnya yang baik, serta mengubah tingkah laku

dan persepsi agar keinginan hidupnya bisa tercapai.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori Tentang Variabel

1. Bimbingan Kelompok

1. Pengertian Bimbingan Kelompok

Menurut Prayitno (2015:34) menjelaskan bahwa, bimbingan

kelompok diartikan sebagai upaya untuk membimbing kelompok-

kelompok peserta didik agar kelompok itu menjadi besar, kuat, dan

mandiri dengan memanfaatkan dinamika kelompok untuk mencapai

tujuan-tujuan dalam bimbingan konseling.

Bimbingan kelompok merupakan layanan bimbingan dan konseling

yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama- sama

melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari

narasumber tertentu (terutama dari guru pembimbing) dan membahas

secara bersama-sama pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk

menunjang pemahaman dalam kehidupannya sehari-hari untuk

perkembangan dirinya baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, dan

untuk perkembangan dalam pengambilan keputusan atau tindakan.

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh

seorang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik

anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat

mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan

memanfaatkan kekuatan individu yang ada dan dapat dikembangkan

berdasarkan norma-norma yang berlaku. Bimbingan kelompok yaitu


layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara

bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu

(terutama dari pembimbing atau konselor) yang berguna untuk

menunjang kehidupannya sehari-hari baik individu maupun sebagai

pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan

dalam pengambilan keputusan.

Bimbingan kelompok mengupayakan perubahan sikap dalam

perilaku secara tidak langsung, melalui penyampaian informasi yang

menekankan pengolahan kognitif oleh para peserta sehingga mereka

dapat menerapkan sendiri suatu pengolahan kognitif tentang informasi

yang diberikan kepada anggota kelompok. Bimbingan kelompok adalah

suatu kegiatan kelompok dimana pimpinan kelompok menyediakan

informasi-informasi dan mengarahkan diskusi agar anggota kelompok

menjadi lebih sosial atau untuk membantu anggota-anggota kelompok

untuk mencapai tujuan-tujuan bersama.

Bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang diberikan

dalam suasana kelompok. Gazda mengemukakan bahwa bimbingan

kelompok disekolah merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok

peserta didik untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan

yang tepat. Gazda juga menyebutkan bahwa bimbingan kelompok

diselenggarakan untuk memberikan informasi yang bersifat personal,

vokasional, dan sosial. Dengan demikian jelas bahwa kegiatan dalam

bimbingan kelompok ialah memberikan informasi untuk keperluan

tertentu bagi para anggota kelompok.


Dari pengertian yang sudah diuraikan, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan kelompok

yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika

kelompok yakni dengan adanya interaksi seperti saling mengeluarkan

pendapat, saling memberikan saran dan tanggapan, yang dimana

pemimpin kelompok yang menyediakan atau memberikan informasi-

informasi yang bermanfaat dalam bimbingan kelompok agar dapat

membantu individu mencapai suatu perkembangan yang optimal.

2. Tujuan Bimbingan Kelompok

Dalam melakukan segala aktifitasnya setiap manusia pasti memiliki

tujuan-tujuanyang ingin dicapai, termasuk bimbingan kelompok.

a. Tujuan Umum

Secara umum layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk

pengembangan kemampuan bersosialisasi, khusunya kemampuan

berkomunikasi peserta layanan (peserta didik). layanan bimbingan

kelompok adalah berkembangnya kemampuan sosialisasi peserta

didik, khususnya kemampuan komunikasi peseta layanan. Menurut

(Prayitno, 2013:310) menyatakan bahwa layanan bimbingan

kelompok adalah berkembangnya kemampuan sosialisasi peserta

didik, khususnya kemampuan komunikasi peseta layanan. Dalam

kaitannya, sering menjadi kenyataan bahwa kemampuan

bersosialisasi/berkomunikasi seseorang sering terganggu oleh

perasaan,pikiran, persepsi, wawasan, dan sikap yang tidak objektif,

sempit dan terkukung serta tidak efektif. Melalui layanan Bimbingan


Kelompok hal-hal yang menganggu atau menghimpit perasaan yang

diungkapkan, diringankan melalui berbagai cara dan dinamikan

melalui berbagai masukan dan tanggapan baru. Selain bertujuan

sebagimana bimbingan kelompok, juga bermaksud mengentaskan

masalah klien dengan memanfaatkan dinamika kelompok.

b. Tujuan Khusus

Bimbingan kelompok bermaksud membahas topik-topik tertentu

yang mengandung permasalahan aktual (hangat) dan menjadi

perhatian peserta. Melalui dinamika kelompok yang intensif,

pembahasan topik-topik itu mendorong pengembangan perasaan,

pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang

diwujudkannya tingkah laku yang lebih efektif. Dalam hal ini

kemampuan berkomunikasi, verbal maupun non-verbal ditingkatkan.

Menurut Hartinah (2017:157) menyatakan bahwa tujuan bimbingan

kelompok adalah agar orang yang dilayani mampu mengatur

kehidupannya sendiri, memiliki pandangan sendiri dan berani

menanggung sendiri efeknya, serta konsekuensi dari segala

tindakannya dan untuk menunjang perkembangan intelektual dan

sosial anggota kelompok.

Kesuksesan bimbingan kelompok sangat dipengaruhi oleh sejauh

mana keberhasilan tujuan yang akan dicapai dalam bimbingan

kelompok yang diselengggarakan. Dari pendapat diatas dapat

disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok memiliki tujuan

sebagai berikut: berkembangnya kemampuan sosialisasi, kemampuan


intelektual, mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi,

wawasan, dan sikap yang dimiliki anggota kelompok, mewujudkan

tingkah laku peserta didik yang lebih efektif dan mampu berbicara

didepan orang banyak.

3. Fungsi Bimbingan Kelompok

Fungsi utama bimbingan dan konseling yang didukung oleh layanan

bimbingan kelompok ini adalah fungsi pemahaman dan fungsi

pengembangan.

a. Fungsi Pemahaman

Fungsi pemahaman yaitu, membantu peserta didik agar memiliki

pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya

(pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan

pemahaman ini, individu diharapkan mampu mengembangkan

potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan

lingkungan secara dinamis dan konstruktif.

b. Fungsi Pengembangan

Fungsi pengembangan yaitu, fungsi bimbingan dan konseling

yang menghasilkan terkembangnya berbagai potensi dan kondisi

positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara

terarah dan berkelanjutan.

4. Jenis-jenis Bimbingan Kelompok

Dalam pelaksanaan bimbingan dan kelompok perlu dijelaskan jenis-jenis

bimbingan kelompok. Menurut Prayitno dalam penyelenggaraan


Bimbingan Kelompok dikenal dua jenis kelompok yaitu kelompok bebas

dan kelompok tugas. Adapun uraiannya sebagai berikut :

a. Topik tugas, yaitu topik yang secara langsung dikemukakan oleh

pemimpin kelompok (guru pembimbing) dan ditugaskan kepada

seluruh anggota kelompok untuk bersama-sama membahasnya.

b. Topik bebas, yaitu anggota secara bebas mengemukakan

permasalahan yang dihadapi atau yang sedang dirasakannya

kemudian dibahas satu persatu.

5. Komponen Bimbingan Kelompok

Dalam Bimbingan Kelompok ada komponen-komponen yang harus

diketahui sehingga Bimbingan dan Kelompok dapat berjalan. Komponen

bimbingan kelompok yaitu: (1) pemimpin keompok, (2) anggota

kelompok, (3) dinamika kelompok.

a. Pemimpin Kelompok

Pemimpin kelompok (PK) adalah konselor yang terlatih dan

berwenang menyelenggarakan praktik konseling profesional.

Sebagaimana untuk jenis layanan konseling lainnya, konselor

memiliki keterampilan khusus menyelenggarakan bimbingan

kelompok.

b. Anggota Kelompok

Dalam anggota kelompok tidak semua kumpulan orang atau

individu dapat dijadikan anggota bimbingan kelompok. Untuk

terselenggaranya bimbingan kelompok seorang konselor perlu


membentuk kumpulan individu menjadi sebuah kelompok yang

memiliki persyaratan sebagaimana persyaratan yang telah ada.

c. Dinamika Kelompok

Dalam kegiatan bimbingan kelompok dinamika bimbingan

kelompok sengaja dikembangkan, karena dinamika kelompok

adalah hubungan interpersonal yang ditandai dengan semangat,

kerjasama antar anggota kelompok, saling berbagi pengetahuan,

pengalaman dan mencapai tujuan kelompok.

Dari uraian komponen tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam

layanan bimbingan kelompok, pemimpin kelompok merupakan

komponen yang menentukan jalannya sebuah layanan bimbingan

kelompok, kemudian anggota kelompok adalah komponen

terpenting dalam sebuah layanan bimbingan kelompok, dan

dinamika kelompok merupakan ruh dalam sebuah kelompok.

6. Penyelengaraan Bimbingan Kelompok

Dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dapat dilaksanakan

dalam tiga kelompok, yaitu kelompok kecil yang beranggotakan 2-6

orang, kelompok sedang yang beranggotakan 7-12 orang, dan anggota

besar yang beranggotakan 12-30 orang ataupun kelas yang

beranggotakan 20-40 orang.12

7. Tahap-tahap Bimbingan Kelompok

Penyelenggaraan layanan bimbingan kelompok memerlukan persiapan

dan praktik pelaksanaan kegiatan yang memadai, dari mulai langkah

awal sampai evaluasi dan tindak lanjut.


a. Langkah Awal

Langkah awal atau tahap awal diselenggarakan pembentukan

kelompok sampai dengan mengumpulkan peserta didik yang siap

melaksanakan kegiatan bimbingan kelompok. Langkah awal dimulai

dengan meberikan penjelasan tentang adanya bimbingan kelompok,

dan kegunaan dari bimbingan kelompok. Kemudian setelah

penjelasan ini, langkah selanjutnya merencanakan waktu dan tempat

penyelenggaraan kegiatan bimbingan kelompok.

b. Perencanaan kegiatan

Perencanaan kegiatan bimbingan kelompok meliputi : a) materi

layanan yang akan dibahas dalam kegiatan kelompok, b) tujuan yang

ingin dicapai, c) sasaran kegiatan, d) bahan dan sumber bahan untuk

bimbingan kelompok, e) rencana bimbingan kelompok, f) waktu dan

tempat.

c. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan yang telah direncanakan tersebut selanjutnya dilaksanakan

melalui kegiatan sebagai berikut :

i. Persiapan menyeluruh yang meliputi persiapan fisik (tempat

dan kelengkapannya) yakni persiapan bahan, persiapan

keterampilan untuk menyelenggarakan kegiatan bimbingan

kelompok (keterampilan dasar konselor).

ii. Pelaksanaan tahap-tahap kegiatan yaitu : Tahap 1 adalah

pembentukan, temanya pengenalan dan pemasukan diri. Tahap

2 adalah peralihan, pada tahap ini menjelaskan kegiatan yang


akan di tempuh pada tahap berikutnya, selanjutnya

menmberikan tawaran atau mengamati peserta untuk

melanjutkan tahap berikutnya, kemudian membahas suasana

yang terjadi, selanjutnya meningkatkan kemampuan

keikutsertaan anggota jika dibutuhkan dapat kembali ketahap

pertama atau tahap pembentukan. Tahap 3 adalah tahap

kegiatan, dimana pada tahap ini pemimpin kelompok

menyampaikan tentang sesuatu masalah atau topik, kemudian

melakukan tanya jawab antar anggota kelompok dengan

pemimpin kelompok tentang hal-hal yang belum jelas

mengenai topik masalah secara mendalam dan tuntas, yang

diberikan dengan kegiatan selingan (game/senam otak agar

dapat kembali relax).

8. Evaluasi Kegiatan Bimbingan Kelompok

Prayitno menjelaskan bahwa evaluasi atau penilaian kegiatan bimbingan

kelompok tidak bertolak pada benar salah, namun beriorientasi pada

perkembangannya, yaitu mengenali kemajuan atau perkembangan positif

yang terjadi pada diri anggota. Penilaian terhadap bimbingan kelompok

dapat dilakukan secara tertulis baik menulis essai, daftar cek, maupun

daftar isian sederhana. Secara tertulis para peserta diminta

mengungkapkan perasaannya, pendapat, harapan, minat, dan sikapnya

terhadap berbagai hal, baik yang telah dilakukan selama kegiatan

kelompok (yang menyangkut isi maupun proses), maupun keterlibatan

mereka untuk kegiatan serupa selanjutnya. Selain itu anggota juga


diminta untuk mengungkapkan (baik lisan maupun tulisan) tentang hal-

hal yang paling berharga dan atau kurang mereka senangi selama

kegiatan berlangsung.

Menurut Prayitno, penilaian terhadap layanan bimbingan kelompok

“dalam proses” dapat dilakukan melalui

a. Mengamati partisipasi dan aktivitas anggota selama kegiatan

berlangsung.

b. Mengungkapkan pemahaman peserta atas materi yang diberikan.

c. Mengungkapkan kegunaan layanan bagi mereka, dan perolehan

mereka sebagai hasil dari keikutsertaan mereka.

d. Mengungkapkan minat dan sikap mereka tentang kemungkinan

kegiatan lanjutan.

e. Mengungkapkan kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan

layanan.

Hasil akhir dari penelitian tersebut yaitu berupa deskripsi yang terdapat

aspek-aspek dalam proses dan isi dari penyelenggaraan layanan, baik dari

yang menyangkut penyelenggaraan layanan itu sendiri maupun pribadi-

pribadi dari peserta didik dalam bimbingan kelompok.

2. Teknik Modeling

1. Pengertian Modeling

Modeling adalah proses bagaimana individu belajar dari mengamati

orang lain.15 Modeling berakar dari teori Albert Bandura dengan teori

belajar sosial (social learning theory) dan termasuk ke dalam teknik dari

pendekatan Behavior. Beberapa istilah yang digunakan pada modeling


yakni seperti penokohan (modeling), peniruan (imitation), dan belajar

melalui pengamatan (observational learning). Penokohan istilah yang

menunjukkan terjadinya proses belajar melalui pengamatan

(observational learning) terhadap orang lain dan perubahan terjadi

melalui peniruan. Peniruan (imitation) menunjukkan bahwa perilaku

orang lain yang diamati, dan ditiru, lebih merupakan peniruan terhadap

apa yang dilihat dan diamati. Proses belajar melalui pengamatan

menunjukkan terjadinya proses belajar setelah mengamati perilaku orang

lain. “Miller dan Dollard, yang menemukan bahwa melalui

reinforcement (penguatan) partisipan dapat belajar untuk meniru sebuah

model, belajar untuk tidak meniru model yang lain, belajar untuk

membedakan antara kedua model, dan menggeneralisasikan diskriminasi

meniru atau tidak meniru perilaku pada orang-orang lain yang serupa.”

Modeling merupakan belajar melalui observasi dengan

menambahkan atau mengurangi tingkah laku yang teramati,

menggenalisir berbagai pengamatan sekaligus, dan melibatkan proses

kognitif. Modeling mengubah tingkah laku lama yaitu dengan meniru

tingkah laku model yang tidak diterima secara sosial akan memperkuat

atau memperlemah tingkah laku tergantung dari tingkah laku model itu

diganjar atau dihukum. Modeling kondisioning banyak dipakai untuk

mempelajari respons emosional. Kemudian dalam bukunya Human

Learning, Ormrod menyebutkan bahwa social learning theory pada

pendekatan Behavior terdiri dari beberapa pendekatan yaitu salah

satunya adalah modeling. Modeling dikembangkan oleh Bandura yang


memiliki anggapan bahwa perubahan tingkah laku manusia tidak semata-

mata dipengaruhi oleh lingkungan saja, tetapi bisa dari tingkah laku,

lingkungan dan pribadi yang saling mempengaruhi.

Menurut Bandura dalam buku Omrod menyebutkan bahwa teknik

modeling adalah suatu teknik yang dipelajari melalui observasi

permodelan, dari mengobservasi lainnya seseorang membentuk ide dari

bagaimana tingkah laku dibentuk kemudian dijelaskan sebagai panduan

untuk tindakan, sebab orang dapat belajar sehingga dapat mengurangi

kesalahan. Dari yang sudah dikatakan oleh Bandura bahwa proses belajar

muncul dari pengalaman langsung dan juga bisa dari melakukan

pengamatan terhadap tingkah laku yang dimiliki orang lain.

2. Proses Penting Modeling

Dalam Gantina dkk mengatakan bahwa terdapat proses penting yang

harus dilakukan pada saat melakukan teknik modeling, diantaranya :

a. Perhatian, harus fokus pada model. Proses ini dipengaruhi asosiasi

pengamat dengan model, sifat model yang atraktif dan arti penting

tingkah laku yang diamati bagi si pengamat.

b. Representasi, yaitu tingkah laku yang akan ditiru harus disimbolisasi

dalam ingatan. Baik bentuk verbal maupun gambar dan imajinasi.

Verbal memungkinkan orang mengevaluasi secara verbal tingkah laku

yang diamati, mana yang dibuang dan mana yang dicoba lakukan.

Imajinasi memungkinkan dilakukannya latihan simbolik didalam

pikiran.
c. Peniruan tingkah laku model, yaitu bagaimana melakukannya ? Apa

yang harus dikerjakan ? Apakah sudah benar ? Hasil lebih pada

pencapaian tujuan belajar dan efikasi pembelajaran.

d. Motivasi dan penguatan. Motivasi tinggi untuk melakukan tingkah

laku model membuat belajar menjadi efektif. Imitasi lebih kuat pada

tingkah laku yang diberi penguatan dari pada dihukum.

3. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Penerapan Modeling

Dalam bukunya menurut Gantina dkk dalam melakukan proses modeling

harus dapat memperhatikan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

penerapannya, yakni diantaranya :

a. Ciri model seperti, usia, status sosial, jenis kelamin, keramahan, dan

kemampuan, yang penting dalam melakukan imitasi.

b. Anak lebih senang meniru model seusianya dari pada model dewasa.

c. Anak cenderung meniru model yang standar prestasinya dalam

jangkauannya.

d. Anak cenderung mengimitasi orangtuanya yang hangat dan terbuka.

4. Prinsip-prinsip Modeling

Dalam pelaksanaannya prinsip-prinsip dalam modeling menjadi acuan

untuk dapat mewujudkan hasil yang diinginkan pada akhir pemberian

treatment, yaitu seperti :

a. Belajar bisa diperoleh melalui pengalaman langsung dan bisa tidak

langsung dengan mengamati tingkah laku orang lain berikut

konsekuensinya.
b. Kecakapan sosial tertentu bisa diperoleh dengan mengamati dan

mencontoh tingkah laku model yang ada.

c. Reaksi-reaksi emosional yang terganggu bisa dihapus dengan

mengamati orang lain yang mendekati obyek atau situasi yang ditakuti

tanpa mengalami akibat menakutkan dengan tindakan yang

dilakukannya.

d. Pengendalian diri dipelajari melalui pengamatan atas model yang

dikenai hukuman.

e. Status kehormatan model sangat berarti.

f. Individu mengamati seorang model dan dikuatkan untuk mencontoh

tingkah laku model.

g. Modeling dapat dilakukan dengan model simbol melalui film dan alat

visual lain.

h. Prosedur modeling dapat menggunakan berbagai teknik dasar

modifikasi perilaku.

5. Pengaruh Modeling

Dalam Gantina dkk mengatakan bahwa pada modeling terdapat

pengaruh-pengaruh yang akan diterima pada setiap individu saat

melakukan proses modeling ini. Pengaruh tersebut meliputi :

a. Pengambilan respon atau keterampilan baru dan memperlihatkannya

dalam perilaku baru.

b. Hilangnya respon takut setelah melihat tokoh melakukan sesuatu yang

menimbulkan rasa takut konseli, tidak berakibat buruk bahkan

berakibat positif.
c. Melalui pengamatan terhadap tokoh (model), seseorang terdorong

untuk melakukan sesuatu yang mungkin sudah diketahui atau

dipelajari dan tidak ada hambatan.24

6. Macam-macam Modeling

Menurut Gantina, K,Eka.W, dan Karsih, terdapat beberapa macam dalam

modeling, diantaranya adalah :

a. Modeling nyata (live model) seperti : terapis, guru, anggota keluarga

atau model yang dikagumi dijadikan model oleh konseli.

b. Modeling simbolik (symbolic model) seperti : model yang dilihat

melalui film, video, atau media lain.

c. Modeling ganda (multiple model) seperti : terjadi dalam kelompok,

seorang anggota mengubah sikap dan mempelajari sikap baru setalah

mengamati anggota lain bersikap.

Sedangkan macam-macam modeling menurut Bandura dalam Ormrod,

terdapat 2 macam modeling yaitu: Live modeling with partisipan dan

Symbolic model. Berikut penjelasan lebih rinci yaitu:

a. Live Modeling

Dalam jenis live modeling ini penyajian model dilakukan dengan

menghadirkan model secara langsung. Model secara langsung

maksudnya adalah model yang benar-benar ada, dalam hal ini model

yang dipakai biasanya adalah manusia. Sebagai contoh misalnya

konselor ingin membantu anak agar percaya diri ketika bertemu

dengan lawan jenis. Maka tugas konselor adalah mencari model yang

relevan dan berkompeten. Disini model harus benar-benar mempunyai


kemampuan yang dibutuhkan klien yaitu model yang mempunyai rasa

percaya diri tinggi terhadap lawan jenisnya, untuk selanjutnya agar

bisa dijadikan objek pengamatan bagi siswa, dan siswa akan

mengamati model tersebut secara langsung. Dari pengertian diatas

dapat disimpulkan bahwa live modeling (model manusia) mempunyai

kelebihan yaitu model dapat secara variatif, kondusif dan sesuai

kebutuhan klien dalam meberikan contoh tingkah laku kepada klien

karena modelnya adalah manusia. Di samping itu juga live model

mempunyai kelemahan yaitu bahwa model dirasa kurang konsisten

karena secara psikologis emosi model dapat berubah sewaktu-waktu

sesuai dengan keadaan emosional model pada waktu memberikan

contoh berupa tingkah laku.

b. Symbolic Model

Dalam symbolic model ada sedikit perbedaan dengan live model

perbedaannya adalah pada model yang akan dihadirkan oleh konselor.

Model yang akan dihadirkan dalam symbolic model adalah model

fiksi (tidak nyata) karena pada saat proses peniruan tingkah laku

berlangsung dalam symbolic model konselor hanya akan

menghadirkan model dengan menggunakan alat bantu berupa media

simbolik seperti film, dan audio visual. Dari tayangan yang

ditunjukkan oleh konselor diharapkan bisa menangkap tingkah laku

baru melalui model tokohnya yang selanjutnya akan dijadikan contoh

dalam pembentukan tingkah laku baru. Tetapi perlu adanya

didampingi oleh konselor agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai


dengan baik. Berdasarkan pengertian symbolic model tersebut yang

menghadirkan model berupa media simbolik disini symbolic model

mempunyai kelebihan yaitu dapat memberikan contoh perilaku yang

lebih konsisten dan lebih menarik karena menggunakan media visual.

Tetapi ada pula kelemahan yang dimiliki symbolic model yaitu

karena model yang dihadirkan hanya satu media visual yang lama-

kelamaan klien akan merasa bosan jika media visualnya kurang

menarik. Selain itu, konselor juga harus memberikan pengertian dan

bimbingan tentang bagaimana menanggapi model yang hanya berupa

media visual sehingga klien dapat mengerti tujuan yang sebenarnya

selama menyaksikan media visual tersebut.

7. Langkah-langkah Modeling

Pada teknik modeling terdapat langkah-langkah yang harus kita

perhatikan dan kita ikuti, diantaranya sebagai berikut :

a. Menetapkan bentuk penokohan (live model, symbolic model,

multiple model).

b. Pada live model, pilih model yang bersahabat atau teman sebaya

konseli yang memiliki kesamaan seperti: usia, status ekonomi, dan

penampilan fisik. Hal ini penting terutama bagi anak-anak.

c. Bila mungkin gunakan lebih dari satu model.

d. Kompleksitas perilaku yang dimodelkan harus sesuai dengan

tingkat perilaku konseli.

e. Kombinasikan modeling dengan aturan, instruksi, behavioral

rehearsal, dan penguatan.


f. Pada saat konseli memperhatikan penampilan tokoh diberikan

penguatan alamiah.

g. Bila mungkin buat desain pelatihan untuk konseli menirukan model

secara tepat, sehingga akan mengarahkan konseli pada penguatan

untuk setiap peniruan tingkah laku yang tepat. Bila perlu bersifat

kompleks, maka episode modeling dilakukan mulai dari yang

paling mudahke yang lebih sukar.

h. Skenario modeling harus dibuat realistik. Melakukan pemodelan

dimana tokoh menunjukkan perilaku yang menimbulkan rasa takut

bagi konseli (dengan sikap manis, perhatian, bahasa yang lembut

dan perilaku yang menyenangkan

8. Prosedur Teknik Modeling

Prosedur teknik modeling harus dipersiapkan dalam elakukan sebuah

permodelan. Bandura (2017:56) mengatakan bahwa “orang dapat

mempelajari respon baru melalui permodelan dengan cara

mengobservasi baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga

membentuk tingkah laku baru”. Orang dapat memperoleh tingkah laku

baru tingkah laku baru dengan mengamati model secara langsung atau

melalui simbol seperti film, audio visual. Pada saat melakukan

permodelan diawali dengan observasi terhadap model yang dipilihnya.

Hasil dari kita melakukan observasi dapat berupa kata-kata, sikap dan

tingkah laku dari model.


a) Perhatian (attention), yang artinya individu memperhatikan

seperti apa perilaku atau tindakan-tindakan yang dilakukan oleh

orang yang akan ditiru.

b) Reprensentasi (retention), dilakukan setelah mengamati perilaku

yang akanditiru dan menyimpan setiap informasi yang didapat

dalam ingatan, kemudian mengeluarkan ingatan tersebut saat

diperlukan.

c) Produksi perilaku (reproduction), hal ini dapat menegaskan

bahwa kemampuan motorik seseorang juga mempengaruhi

kemungkinan seseorang meniru suatu perilaku yang dilihat baik

secara keseluruhan atau hanya sebagian.

d) Motivasi (Motivation), penguatan ini sangat penting karena

dapat menetukan seberapa amampu individu akan melakukan

peniruan tersebut, namun penguatannya dari segi motivasi yang

dapat memacu keinginan individu tersebut untuk memenuhi

tahapan belajarnya (Faridah, 2015:5)

Pada prosedur teknik modeling ini konselor meminta konseli untuk

memperhatikan apa yang harus dipelajari sebelum model

didemonstrasikan. Memilih model yang serupa dengan konseli dan

memilih siapa yang bisa mendemonstrasikan tingkah laku yang menjadi

tujuan dalam bentuk tiruan. Menyajikan demonstrasi model tersebut

dalam urutan skenario yang memperkecil stress bagi konseli. Peserta

didik bisa terlibat dalam demonstrasi perilaku ini. Dan meminta konseli

menyimpulkan apa yang ia lihat setelah demonstrasi tersebut.


3. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

Kekuatan yang mendorong individu dalam melakukan suatu kegiatan

disebut dengan motivasi. Motivasi ini menunjukan suatu kondisi dalam

diri individu yang mendorong atau menggerakan individu dalam

melakukan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan. Dalam proses belajar

motivasi sangat diperlukan, seseorang yang tidak memiliki motivasi

dalam belajar tidak mungkin melakukan aktivitas belajar.

Hamalik (2010) menyatakan bahwa motivasi menunjukan pada semua

gejala yang terkandung dalam stimulasi tindakan kearah tujuan tertentu,

yang sebelumnya belum ada gerakan menuju ke arah tujuan tersebut.

Motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri individu

atau peserta didik untuk mengarhkan, serta menjaga tingkah laku

seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga

mencapai hasil atau tujuan tertentu.

Kemudian, Brophy (2004) menyatakan bahwa motivasi belajar lebih

mengutamakan respons kognitif, yaitu kecenderungan peserta didik

untuk mencapai aktivitas akademik yang bermakna dan bermanfaat, serta

mencoba untuk mendaptkan keuntungan dari aktivitas tersebut. Peserta

didik yang memiliki motivasi belajar akan memperhatikan pelajaran

yang disampaikan, membaca materi sehingga bisa memahaminya, dan

menggunakan strategi-strategi belajar tertentu yang mendukung.

Tidak jauh berbeda dengan pendapat tersebut, Sardiman (2011)

menyatakan bahwa motivasi belajar adalah serangakian usaha untuk


menyediakan kondisi-kondisi tertetnu sehingga seseorang mau dan ingin

belajar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa motivasi belajar adalah

kondisi psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorong

pergerakan kearah tujuan yang baik, serta mengubah tingkah laku dan

persepsi agar keinginan hidupnya yang baik, serta mengubah tingkah

laku dan persepsi agar keinginan hidupnya bisa tercapai.

2. Jenis Motivasi Belajar

Sardiman (2007) memaparkan macam-macam motivasi sebagai berikut :

a. Motivasi yang dilihat dari dasar pembentukanya yang motif bawaan

dan motif yang dipelajari. Motif bawaan berarti motif yang dibawa

sejak lahir, motivasi ini dapat tanpa harus dipelajari. Sementara itu,

motif yang dipelajari berarti motif yang timbul akibat proses belajar

atau motif yang dipelajari. Motif ini juga sering disebut dengan motif

yang diisyaratkan secara sosial.

b. Motivasi menurut pembagian Woodworth dan Marquis terdiri dari

motif organis, motif darurat, dan motif objektif. Motif atau kebutuhan

organis berarti kebutuhan dasar manusia, seperti minum, makan,

beristirahat, dan sebagainya. Sementara itu, motif darurat dapat

berupa dorongan untuk menyelamatkan diri, membalas, berusaha,

memburu, dan sebagainya. Motivasi ini timbul karena adanya

rangsangan dari luar. Terakhir, motif objektif dapat berupa kebutuhan

untuk melakukan eksplorasi, manipulasi, menaruh minat, dan

sebagainya.
c. Motivasi jasmaniah dan rohaniah. Motivasi jasmaniah ini dapat

berupa refleks, insting otomatis, dan nafsu, sedangkan motivasi

rohaniah dapat berupa kemauan.

d. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik berarti motif

yang menjadi aktif atau akan berfungsi dengan sendirinya tanpa perlu

ada rangsangan dari luar. Hal ini karena dalam diri individu sudah

ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sementara itu, motivasi

ekstrinsik berarti motif yang akan berfungsi dengan adanya

rangsangan dari luar.

3. Menumbuhkan Motivasi Belajar.

Motivasi yang muncul tidak akan memiliki arti jika tidak ada follow

up dalam bentuk tindakan (action). Tindakan merupakan salah satu jenis

perbuatan manusia yang dilkaukan untuk mencapai tujuan tertentu.

Secara umum, dua hal yang paling banyak dan tidak pernah lepas dari

manusia yaitu pemikiran (thinking) dan tindakan (action). Pemmikiran

(thinking) adalah perbuatan rohani yang menghendaki bekerjanya daya

pikir (otak) manusia. Sementara itu, tindakan (action) adalah perbuatan

jasmani yang membutuhkan gerak otot tubuh manusia.

Dalam pembelajaran, Sardiman (2011) menyatakan bahwa terdapat

beberapa hal yang dapat menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar

mengajar di sekolah :

a. Pemberian angka : banyak peserta didik yang belajar justru untuk

mencapai angka atau nilai yang baik. Bagi mereka, angka atau nilai

yang baik tersebut merupakan motivasi yang kuat. Dengan pemberian


angka, setidaknya peserta didik akan berusaha lebih giat dalam belajar

untuk memperoleh nilai yang baik dari sebelumnya.

b. Hadiah : dalam kegiatan pembelajaran, guru dapat menggunakan

hadiah sebagai alat untuk menumbukan motivasi pada peserta didik.

Dengan demikian, peserta didik akan lebih giat untuk meningkatkan

prestasi belajar dari sebelumnya.

c. Saingan atau kompetisi : saingan atau kompetisi dapat digunakan

sebagai motivasi untuk mendorong semangat belajar peserta didik.

Dengan persaingan, peserta didik akan lebih giat untuk meningkatkan

prestasi belajar, serta berusaha untuk menjadi lebih unggul atau

pemenang dalam kompetisi.

d. Ulangan : biasanya, para peserta didik akan lebih giat belajar ketika

mereka akan mengikuti ulangan. Dengan memberikan ulangan berarti

juga memberikan motivasi. Namun, perlu diingat bahwa guru jangan

terlalu sering memberikan ulangan kepada peserta didik. Hal ini dapat

membuat peserta didik merasa jenuh dan bosan

e. Mengetahui hasil : hasil belajar atau hasil pekerjaan perlu diketahui

oleh peserta didik. Hal ini dapat menjadi motivasi bagi peserta didik

dan mendorong mereka untuk giat belajar.

f. Pujian : pujian merupakan salah satu bentuk reinforcement yang

positif sekaligus memberikan motivasi yang baik. Pujian yang tepat

akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah

belajar pada peserta didik. Dengan memberikan pujian pula peserta

didik akan merasa dihargai.


g. Hukuman : hukuman merupakan salah satu bentuk reinforcement yang

negatif. Namun, apabila diberikan secara tepat dan bijak, hukuman

dapat menjadi alat motivasi. Dalam hal ini, guru harus memberikan

hukum yang mendidik agar peserta didik dapat termotivasi dalam

belajar.

h. Tujuan yang diakui : tujuan yang diakui dan diterima oleh peserta

didik merupakan alat motivasi yang penting. Dengan memahami

tujuan yang harus dicapai, akan timbul gairah pada peserta didik untuk

terus belajar dengan giat dan sungguh-sungguh.

i. Ego-involvement : seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga

untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya.

Dalam hal ini, guru perlu menumbuhkan kesadaran peserta didik agar

mereka merasa penringnya menjalankan tugas dan menerimanya s

iniebagai tantangan. Dengan demikian, mereka akan bekerja keras

dengan mempertaruhkan harga diri. Hal ini menjadi salah satu bentuk

motivasi yang sangat penting

j. Hasrat untuk belajar : hasrat untuk belajar perlu ditanamkan kepada

peserta didik. Jika peserta didik memiliki hasrat, niat, dan keinginan

untuk belajar maka besar kemungkinan mereka akan berhasil dalam

belajar

k. Minat : motivasi muncul karena adanya kebutuhan, begitu pula

dengan minat. Dapat dikatakan bahwa minat merupakan alat motivasi

yang pokok. Proses belajar akan berjalan dengan lancar jika disertai

dengan minat.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi yang

dimiliki oleh peserta didik dapat diberikan dengan beberapa cara yang

berbeda. Bentuk-bentuk motivasi yang diberikan dapat berpengaru

terhadap tindakan belajar peserta didik untuk menghasilkan prestasi

belajar yang maksimal.

4. Ciri-ciri Motivasi Belajar


B. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah penelitian yang sudah dilakukan oleh

peneliti lain yang memiliki kaitan dengan penelitian ini. Tujuanya sebagai bahan

masukan bagi penelitian ini. Adapun penelitian terdahulu yang akan dipaparkan

adalah sebagai berikut :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Azizah (2017)

Dalam penelitian ini penulis memaparkan dari penelitan terdahulu yang

relevan dengan permasalahan yang akan diteliti tentang “Efektivitas

Konseling Behavioral Teknik Modelling untuk Meningkatkan Minat Belajar

Peserta Didik Kelas VIII Smp Kartika II-2 Bandar Lampung Tahun Ajaran

2017/2018”. Memaparkan hasil penelitian yang sudah dilakukannya, bahwa

minat belajar siswa meningkat setelah pemberian konseling behavioral. Hal

ini terbukti dari Hasil perhitungan rata-rata skor minat belajar siswa SMP

Kartika II-2 sebelum perlakuan adalah 43,1 dan setelah perlakuan

meningkat menjadi 78,2. Dari hasil uji-t dengan df = 18 dengan taraf

signifikan 0,05 sebesar 2.596, dan diperoleh thitung = 7.058. Karena t

hitung > t tabel (7.058 > 2.596) Maka, Ho ditolak dan Ha diterima yang

berarti konseling behavioral dengan teknik modelling dapat meningkatkan

minat belajar peserta didik kelas VIII SMP Kartika II-2 Bandar Lampung

tahun pelajaran 2017/2018.

2. Penelitian Rahmanto (2011) tentang upaya meningkatkan motivasi belajar

melalui layanan penguasaan konten dengan teknik modelling pada siswa


SMA NU 05 Brangsong Tahun ajaran 2010/2011 menyatakan bahwa

motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan melalui layanan penguasaan

konten dengan teknik modelling. Hal ini dapat dilihat dari presentase siswa

yang mempunyai motivasi belajar rendah naik sebesar 4,92 % yang

sebelumnya memiliki skor 60,53 % menjadi 65,45 %. Selain itu dari hasil

uji t juga menunjukkan bahwa adanya perubahan prosentase motivasi

belajar siswa, peningkatan yang signifikan setelah dilakukanlayanan

penguasaan konten denga teknik modelling.

3. Penelitian lain dilakukan oleh Fauzi (2008) menyatakan bahwa

berdasarkan hasil bahwa layanan bimbingan kelompok dengan

menggunakan teknik modellingefektif meningkatkan motivasi belajar siswa

SMA Unggul Negeri 8 Palembang. Penelitian tersebut didukung dengan

hasil penelitian yang dilakukan oleh Laksono (2017), dengan judul

“Keefektifan layanan bimbingan kelompok dengan teknik modelling untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI jurusan Tata Boga di SMK

Negeri 1 Kersana Brebes tahun ajaran 2016/2017”. Penelitian ini menguji

tentang teknik modelling dan bimbingan kelompok yang digunakan untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa. Hasil penelitian tersebut

membuktikan bahwa Motivasi belajar siswa sebelum diberikan layanan

bimbingan kelompok teknik modellingmasih tergolong kategori rendah.

Setelah mendapatkan perlakuan layanan bimbingan kelompok dan teknik

modelling, motivasi belajar siswa meningkat.


4. Hasil penelitian yang dilakukan Yuniarwati (2008) dengan judul

meningkatkan motivasi belajar melalui layanan bimbingan kelompok

dengan teknik modelling pada siswa kelas XI Aph 1 SMK N I Cepu

Semester Gasal Tahun 2017 / 2018 menyatakan bahwa teknik modelling

dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI APH 1 SMK Negeri I

Cepu semester Gasal Tahun 2017 / 2018.Cara yang lainnya untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa adalah dengan bimbingan konseling.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Sudarti (2018) peningkatkan motivasi

belajar siswa melalui bimbingan kelompok, hasil simpulan menyatakan ada

peningkatkan motivasi belajar melalui bimbingan kelompok pada siswa

kelas VII. H SMP Negeri 1 Trangkil Pati semester 2 tahun pelajaran 2017/

2018, teruji dan terbukti kebenarannya berdasarkan data-data hasil temuan

mulai kondisi awal sampai siklus 2 ada peningkatan sebesar 27.86%.

Anda mungkin juga menyukai